Halusinasi 1
Halusinasi 1
Halusinasi 1
HALUSINASI
disusun untuk memenuhi tugas Profesi Keperawatan Jiwa
OLEH:
DEMY FRANSISCA HUTAGALUNG
30190119114
2. Etiologi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
Faktor predisposisi
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut:
- Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal
dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
- Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
- Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa
dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
5. Tipe Halusinasi
Jenis halusinasi Data subjektif Data objektif
1. Halusinasi pendengaran Mendengar suara, Mengarahkan telinga
(auditorik) menyuruh melakukan pada sumber suara
sesuatu yang Bicara atau
berbahaya tertawasendiri
Mendengar suara Marah-marah tanpa
yang mengajak sebab
bercakap-cakap Menutup telinga
Mendengar seseorang Mulut berkomat-
yang sudah kamit
meninggal Ada gerkan tangan
Mendengar suara
yang mengancam diri
klien atau orang lain
atau suara lain yang
membahayakan
2. Halusinasi Melihat seseorang Tatapan mata pada
penglihatan(Visual) yang sudah tempat tertentu
meninggal, melihat Menunjuk ke arah
makhluk tertentu, tertentu
meihat bayangan, Ketakutan pada
hantu atau sesuatu obyek yang dilihat
yang menakutkan,
cahaya, monster yang
memasuki perawat
3. Halusinasi Mencium sesuatu Ekspresiwajah seperti
penghidu(olfactory) seperti bau mayat, mencium sesuatu
darah, bayi, feces, dengan gerakan cuing
atau bau masakan, hidung, mengarahkan
parfume yang hidung pada tempat
menyenangkan tertentu
Klien sering
mengatakan mencium
bau sesuatu
Tipe halusinasi ini
sering meyertai
pasien dimensia,
kejang, atau penyait
serebrovaskuler
4. Halusinasi Klien mengatakan Mengusap ,
peraba(tactile) adasesuatu yang menggaruk-garuk ,
menerayangi tubuh meraba-
seperti tangan, rabapermukaan kulit.
binatang kecil, Terihat menggerak-
makhluk halus gerakan badan seperti
Merasakan sesuatu di merasakan sesuatu
permukaan kulit, rabaan
merasa sangat panas
atau dingin, merasa
tersengat aliran listrik
5. Halusinasi Klien seperti sedang Seperti mengecap
pengecapan(gustatory) merasakan masakan sesuatu, gerakan
tertentu, atau mengunyah, meludh
mengunyah sesuatu atau muntah
6. Halusinasi Klien melaporkan Klien terlihat
cenestheitic&kinestetic bahwa fungsi menatap tuuhnya
tubuhnya tiak dapat sendiri, dan terlihat
terrdetesi misalnya: merasakan sesuatu
tidak adanya deyutan yang aneh tentang
di otak, atau sensasi tubuhnya
pembentukan urin di
dalam tubuhnya,
perasaan tubuhnya
melayang atas bumi
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan
a. Membantu klien mengenali halusinasi.
Perawat mencoba menanyakan pada klien tentang isi halusinasi (apa yang
didenganr/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi
yang menyebabkan halusinasi muncul dan perasaan pasien saat halusinasi muncul.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi.
Untuk membantu klien agar mampu mengontrol halusinasi perawat dapat
mendiskusikan empat cara mengontrol halusinasi pada klien. Keempat cara tersebut
meliputi:
1) Menghardik halusinasi.
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi
dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan
tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memperdulikan halusinasi.
Kalau ini bisa dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak
mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi akan tetap ada namun
dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada
didalam halusinasinya. Tahapan tindakan meliputi :
a) Menjelaskan cara menghardik halusinasi
b) Memperagakan cara menghadik
c) Minta pasien memperagakan ulang
d) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien
e) Bercakap-cakap dengan orang lain
f) Melakukan aktivitas yang terjadwal
g) Mengunakan obat secara teratur
c. Melatih bercakap-cakap dengan orang lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan orang
lain. Klitika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi,
fokus perhatian pasien beralih dari halusinasi kepercakapan yang dilakukan
dengan orang tersebut. Sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol
halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
e. Melatih pasien mengunakan obat secara teratur agar klien mampu mengontrol
halusinasi maka perlu dilatih untuk mengunakan obat secara teratur sesuai
dengan program. Klien gangguan jiwa yang dirawat dirumahg sering kali
mengalami putus obat sehingga akibatnya klien mengalami kekambuhan. Bila
kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit.
Berikut ini tindakan keperawatan agar klien patuh mengunakan obat :
a) Jelaskan pentingnya pengunaan obat pada gangguan jiwa
b) Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program
c) Jelaskan akibat bila putus obat
d) Jelakan cara mendapatkan obat
e) Jelaskan cara mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat,benar
pasien,benar cara,benar waktu,benar dosis)
f. Pemberian psikofarmakoterapi
Gejala halusinasi sebagai salah satu gejala psikotik/skizofrenia biasanya diatasi
dengan mengunakan obat-obat anti psikotik antara lain :
golongan butirofenon : haloperidol,haldol, serenace, ludomer, pada kondisi akut
biasanya diberikan dalam bentuk ijeksi 3x5 mg,.pemberian injeksi biasanya cukup 3
x 24 jam. Setelahnya klien biasanya diberikan obat peroral 3 x 5 mg. Golongan
fenotiazin : chlorpromazine/ largactile/promactile. Biasanya diberikan peroral.
Kondisi akut biasanya diberikan 3 x 100 mg. Apabila kondisi sudah stabil dosis
dapat dikurangi 1 x 100 mgpada malam hari saja.
Mekanisme koping
1 ) Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
2 ) Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
3 ) Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
7. Rencana Asuhan Keperawatan
TGL DK PERENCANAAN
TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
EVALUASI
1. Gangguan Pasien mampu : Setelah pertemuan SP 1 Mengetahui jenis
sensori Mengenai pasian dapat Bantu pasien dalam mengenal halusinasi sehingga klien
persepsi halusinasi yang menyebutkan : halusinasi : dapat membedakan hal
halusinasi dialaminya Isi , waktu, - Isi yang nyata atau tidak
Mengontrol frekuensi, situasi - Frekuensi
halusinasinya pencetus, perasaan - Situasi pencetus
Mengikuti Mampu - Perasaan saat terjadi halusinasi
program memperagakan cara Mengetahui tindakan yang
Latih mengontrol halusinasi
pengobatan secara dalam mengontrol dilakukan dalam
dengan cara menghardik
optimal halusinasi mengontrol halusinasinya.
Tahapan tindakannya meliputi :
- Jelaskan cara menghardik
halusinasi
- Peragakan cara menghardik
- Minta pasien memperagakan
ulang
- Pantau penerapan cara ini, beri
penguatan perilaku pasien
- Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien
Setelah pertemuan SP 2
pasien mampu : Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1) Mengetahui bahwa pasien
Menyebutkan Latih berbicara/ bercakap dengan telah mengerti apa yang
kegiatan yang orang lain saat halusinasi telah dilatih oleh perawat
sudah dilakukan Masukkan dalam jadwal kegiatan sehingga pasien dapat
Memperagakan pasien menggunakannya kembali.
cara bercakap- Mengetahui dan
cakap dengan mengendalikan halusinasi
orang lain
Setelah pertemuan SP 3
pasien mampu : Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 Mengetahui apakah pasien
Menyebutkan dan SP 2) telah mengerti apa yang
kegiatan yang Latih kegiatan agar halusinasi telah dilatih oleh perawat
sudah dilakukan tidak muncul sehingga klien dapat
dan Tahapannya : melakukannya kembali
Membuat jadwal - Jelaskan pentingnya Melatih halusinasi tidak
kegiatan sehari- aktivitas yang teratur untuk muncul
hari dan mampu mengatasi halusinasi
memperagakan - Diskusikan aktivitas yang
biasa dilakukan oleh pasien
- Latih pasien melakukan
aktivitas
- Susun jadwal aktivitas
sehari-hari sesuai dengan
aktivitas yang telah dilatih
(dari bangun pagi sampai
tidur malam)
Pantau pelaksanaan jadwal
kegiatan, berikan penguatan
terhadap perilaku pasien yang
positif
Setelah pertemuan SP 4
pasien mampu : Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, Meningkatkan
Menyebutkan SP 2, SP 3) pengetahuan klien
kegiatan yang Tanyakan program pengobatan tentang fungsi obat yang
sudah dilakukan Jelaskan pentingnya penggunaan diminum agar klien mau
Menyebutkan obat pada gangguan jiwa minum obat secara
manfaat dari Jelaskan akibat bila tidak mandiri dan teratur
program digunakan sesuai program Mengetahui berobat
pengobatan Jelaskan akibat putus obat dengan berkala
Jelaskan cara mendapatkan obat/ Meningkatkan
berobat pengetahuan klien
Jelaskan pengobatan (5 B) tentang fungsi obat yang
Latih pasien minum obat diminum
Masukkan dalam jadwal harian Mampu minum obat
pasien secara mandiri
Mengetahui berobat
dengan berkala
Keluarga mampu Setelah pertemuan SP 1
merawat pasien di keluarga mampu Identifikasi masalah keluarga Mengetahui apa yang
rumah dan menjadi menjelaskan tentang dalam merawat pasien dirasakan keluarga seperti
sistem pendukung halusinasi Jelaskan tentang halusinasi kesulitan dalam merawat
yang efektif untuk - Pengertian halusinasi pasien
pasien - Jenis halusinasi yang
dialami pasien Meningkatkan
- Tanda dan gejala halusinasi pengetahuan keluarga
- Cara merawat pasien tentang halusinasi,
halusinasi (cara perawatan terhadap klien
berkomunikasi pemberian
obat dan pemberian
aktivitas kepada pasien)
- Sumber-sumber pelayanan
kesehatan yang bisa
dijangkau
- Bermain peran cara
merawat
- Rencana tindak lanjut
keluarga, jadwal keluarga
untuk merawat pasien
Setelah pertemuan SP 2
keluarga mampu : Evaluasi kemampuan keluarga Mengetahui sejauh mana
Menyelesaikan Latih keluarga merawat pasien kemampuaan keluarga
kegiatan yang RTL keluarga atau jadwal dalam merawat klien
sudah dilakukan keluarga untuk merawat Mengetahui keluarga
Memperagakan apakah ikut serta dalam
cara merawat pemulihan pasien
pasien Mengidentifikasi
perkembangan pasien
Setelah pertemuan SP 3
keluarga mampu : Evaluasi kemampuan keluarga (SP Mengetahui sejauh mana
Menyebutkan 2) kemampuaan keluarga
kegiatan yang Latih keluarga merawat pasien dalam merawat klien
sudah dilakukan RTL keluarga atau jadwal Mengetahui keluarga
Memperagakan keluarga untuk merawat pasien apakah ikut serta dalam
cara merawat pemulihan pasien
pasien serta Mengidentifikasi
mampu membuat perkembangan pasien
RTL
Setelah pertemuan SP 4
keluarga mampu : Evaluasi kemampuan keluarga Mengetahui sejauh mana
Menyebutkan Evaluasi kemampuan pasien kemampuaan keluarga
kegiatan yang RTL keluarga dalam merawat klien
sudah dilakukan - Follow Up Mengidentifikasi
Melaksanakan - Rujukan kemampuan pasien selama
Follow Up perawatan