Materi Baca Dispo 2
Materi Baca Dispo 2
SESI 2
Memahami Anak dalam
Tahap dan Ciri Perkembangannya
Perkembangan Anak
Banyak perbedaan paradigma dalam memahami anak. Sebelum pertengahan abad 20, konsep
dominan mengenai anak adalah melihat anak sebagai penerima passif, tidak dapat berpikir
dengan baik dan tergantung pada orang dewasa. Konsep ini sudah ditinggalkan. Sekarang
disadari bahwa anak adalah aktor sosial aktif, yang punya kontribusi terhadap masyarakat tidak
sekedar mengikuti apa yang terjadi dalam masyarat atau lingkungannya. Untuk itu guru harus
memahami konsep perkembangan sebagai proses aktif dimana masyarakat harus memberikan
ruang dan jaminan berlangsungnya proses perkembangan tersebut dengan baik. Perkembangan
didefenisikan sebagai proses perubahan dimana anak menjadi semakin mahir dan bertumbuh
pada level yang semakin kompleks, baik dari segi pemikiran, perasaan dan interaksi dengan
orang lain dan objek dalam lingkungan.
1
Elizabeth and Pal Jareg. 1994. Reaching Children Through Dialogue, Redd Barna Pb. Macmillan.
2
Lihat Evans, J.L., Myers, R.G., Ilfeld, E.M. 2000. Early Childhood Counts: A Programming Guide on Early
Childhood Care for Development. Washington DC: The World Bank. Lihat juga Rita Eka I, dkk. 2007.
Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: Fakultas Fsikologi-UNY
1
- Perkembangan berlangsung seumur hidup, artinya perkembangan berlangsung dan
berkesinambungan sepanjang hidup
- Perkembangan bersifat multidireksional, yaitu bahwa perkembangan terjadi pada arah
tertentu, misalnya pada masa bayi lebih condong pada perkembangan fisikal
- Perkembangan bersifat lentur, artinya perkembangan itu dapat distimulasi sehingga
berlangsung optimal
Prinsip yang diutarakan di atas juga sesuai dengan prinsip perkembangan menurut lifespan
development perspective. Ada empat asumsi yang mendasari prinsip ini yaitu (1) lifelong, (2)
multidimensional and multidirectional, (3) highly plastic, and (4) affected by multiple interacting
forces.3
Selain prinsip di atas perlu dipertimbangkan faktor-faktor yang memperngaruhi perkembangan
anak. Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak yaitu keberadaan anak itu seperti genetik
dan faktor bawaan, dan faktor lingkungan meliputi keamanan dan penerimaan anak, kasih sayang
dan dukungan dari berbagi pihak serta lingkungan yang ramah anak (kebutuhan dasar anak
terpenuhi, anak memperoleh kesemapat untuk berpartisipasi secara adil, kesempatan
mengekspresikan diri, hak anak dijamin, jaminan perlindungan dari berbegai bentuk kekerasan).
Lingkungan dan faktor bawaan saling mempengaruhi dalam perkembangan anak.
Oleh karena itu perkembangan anak harus dilihat dari kerangka interaksi dengan lingkungan
sekitarnya yang terus menerus saling mempengaruhi. Interaksi ini meliputi konteks personal,
interpersonal, sosial dan tingkatan budaya. Setiap konteks ini masing-masing punya peran yang
signifikan terhadap perkembangan anak. Salah satu teori mengenai interaksi dan partisipasi yang
saling memperngaruhi antar konteks diperkenalkan oleh Urie Bronfenbrenner melalui teori sosial
ekologi-nya.4 Dasar dari perkembangan anak direpresentasikan oleh faktor fisik (inner physical),
kognitif, emosi dan sosial.
Kemudian menurut Bronfenbrenner terdapat lima sistem lingkungan yang mempengaruhi
perkembangan anak selain faktor internal. Kelima sistem tersebut meliputi mikrosistem,
mesosistem, ekosistem, makrosistem dan kronosistem. Pada level Mikrosistem perkembangan
anak dipengaturi oleh interaksi anak dengan orang lain dan institusi yang dekat dengannya yaitu
orang tua, teman sebaya, dan sekolah. Pada level berikutnya, yaitu Mesositem, terjadi interaksi
antar mikrosistem misalnya interaksi antar orang tua, guru dalam sistem sekolah, anggota
keluarga dan teman sebaya dalam institusi keagamaan, organisasi kepemudaan, atau anak-anak.
Lingkungan berikutnya adalah Ekosistem, yaitu struktur yang memperngaruhi perkembangan
anak melalui interaksi beberapa struktur dalam mikrosistemnya. Ekosistem merupakan sistem
sosial yang lebih luas dimana siswa tidak terlibat langsung atau tidak punya peran langung.
Meskipun anak tidak terlibat langsung namun mereka tetap dapat merasakan dampak positif atau
negatif yang memperngaruhi sistem mereka sendiri. Misalnya adalah jadwal dan beban kerja
orang tua di kantor akan mempengaruhi anak, kondisi kemiskinan dan kekondusifan masyarakat.
Tingkat berikutnya adalah Makrositem yang mengelilingi mikro-meso dan ekosistem. Nilai-nilai,
ideologi, hukum, masyarakat dan budaya direpresentasikan dalam sistem ini. Pada tingkatan
inilah kita mengerti bahwa anak di Indonesia berbeda dengan anak di Eropa. Contohnya adalah
ada tidaknya payung hukum, budaya yang melindungi anak akan berpengaruh terhadap
perkembangan anak. Sitem kelima adalah Kronosistem yang meliputi dimensi waktu yang
berpengaruh pada lingkungan anak (dari mikrosistem ke makrosistem). Elemen dari sistem ini
3
Berk, L.E. 2007. Development Through The Lifespan, 4/e. Illinois State University
4
Ibid. Lihat juga: Rita Eka I, dkk. Op. Cit.
2
bisa saja terjadi dari faktor ekstenal seperti perubahan psikologis yang terjadi pada anak,
kehilangan orang tua.
Sumber : http://www.growingupinaustralia.gov.au/pubs/reports/krq2009/keyresearchquestions.html
Dari teori sosial ekologi-nya Bronfenbrenner kita dapat melihat bahwa perkembangan anak
dipengaruhi oleh lingkungan dari yang mikro sampai ke makro bahkan faktor luar yang tidak bisa
diduga seperti kehilangan/kematian orang tua. Untuk itu, dalam berhubungan dengan anak guru
harus mempertimbangkan setiap sistem ini. Lebih lanjut, untuk menyediakan kesempatan yang
luas pada perkembangan anak setiap sistem tersebut harus diberdayakan, dari keluarga,
masyarakat, budaya bahwa kebijakan pemerintah.
3
Setiap aspek perkembangan ini saling
Social
Development
mempengaruhi satu dengan yang lain, tidak
mungkin satu aspek berkembang optimal tanpa
Cognitive diikuti perkembangan aspek lain. Salah satu
Development gambaran relasi antar aspek ini diungkapkan
oleh Horno. Horno5 menggambarkan relasi
Affective/Emotional keempat aspek ini dalam bentuk piramida
Development seperti yang terlihat di samping. Melalui
gambaran relasi piramid ini Horno ingin
mengatakan bahwa perkembangan emosional menjadi dasar pada perkembangan yang lain.
Namun ini hanyalah salah satu gambaran, berbagai gambaran lain melihat interrelasi terjadi tidak
bertingkat namun secara totalitas.
0-1 tahun • Anak pada umur ini belajar mempercayai orang tua atau orang
lain
• Anak membutuhkan rasa aman, kepercayaan, perhatian dan
interaksi yang intens. Untuk itu tindakan seperti memeluk,
berbicara, tersenyum, sentuhan, dll dari orang tua sangat
dibutuhkan anak.
1-4 tahun • Anak sekarang sudah mengalami rasa marah baik karena hal fisik
maupun emosional
• Pada umur ini, anak ingin mengeksplorasi segala sesuatu yang
berada di sekitarnya. Hal ini karena rasa ingin tahu mereka yang
besar
• Anak sudah mampu berbicara, berjalan, pergi ke toilet, memakai
baju dan memulai melakukan sesuatu secara mandiri
• Anak menganggap temannya sebagai saingan/kompetitor.
Misalnya anak tidak ingin berbagi mainan, makanan dengan
temannya.
• Anak sudah mulai mengetahui sesuatu tindakan ada penyebab
dan akibatnya
• Anak membutuhkan aturan, tuntunan dan penjelasan sederhana
untuk mengontrol dorongan emosi mereka.
5 tahun Cenderung tenang dan pendiam. Biasanya terdapat keinginan untuk
mencoba hanya pada hal-hal yang dapat dia lakukan, sehingga dia
merasa nyaman dalam melakukan penyesuaian. Ramah, periang,
apresiatif, ingin menyenangkan orang lain dan melakukan hal-hal
yang benar; ingin dan berniat jadi anak baik; belum mampu mengakui
kesalahan dan juga belum mampu mengungkapkan kebenaran.
5
Horno, P. 2005. Love, Power and Violence: A Transcultural Comparison of Physical and Psychological
Punishment Patterns. Spain: Save the Children Spain
6
Lihat UNESCO. 2006. Merangkul Perbedaan: Perangkat untuk Mengembangkan Lingkungan Inklusif Ramah
terhadap Pembelajaran Buku khusus 1: Disiplin Positif dalam Kelas Inklusif Ramah Pembelajaran:Panduan bagi
Pendidik. Thailand:UNESCO. Dan lihat juga: Plan in Viernam. 2009. Positive Disiplin-Training Manual. Vietnam:
Plain in Vietnam
4
6 tahun Emosi tinggi. Cepat suka dan cepat pula untuk benci pada sesuatu
hal. Sering membuat kekacauan dan
8 tahun Penuh semangat, dramatis, rasa ingin tahu yang tinggi, dan banyak
kemauannya. Tidak se – moody anak usia 7 tahun, namun anak usia
8 tahun tetap sensitif. Membutuhkan orang lain untuk meluangkan
waktu, perhatian, dan setuju pada dirinya; mulai berpikir secara
abstrak; Tertarik dan fokus pada kepemilikan pribadi.
9 tahun Lebih pendiam dari pada anak usia 8 tahun. Cenderung mandiri,
bertanggung jawab, dapat
5
kemauan namun tidak sebanyak anak berusia 9 tahun. Cenderung
ceria dan berbahagia dengan kehidupan yang mereka jalani. Di suatu
waktu menunjukkan sikap dengan tensi tinggi melalui kemarahan
yang meledak-ledak namun di lain waktu menunjukkan rasa kasih
sayangnya. Anak usia 10 tahun tidak dalam masa perkembangan
yang mengkhawatirkan, namun sifatsifatnya pada usia sebelumnya
bagaimanapun masih terlihat.
Senang membuat kelucuan sendiri yang belum tentu lucu bagi orang
lain. Usia 10 tahun adalah usia yang
bahagia.
11-13 tahun Usia awal masa remaja, usia di mana terdapat banyak perubahan.
Mengembangkan identitas pribadi dan lebih mandiri. Kebutuhan akan
privasi meningkat dan merasa sangat sensitif bila di olok-olok dan
moody. Kebutuhan untuk memiliki teman
meningkat.
17-21 tahun Usia akhir masa remaja. Menjadi lebih mandiri, bergantung pada diri
sendiri, hanya sedikit sekali
6
7