Anda di halaman 1dari 12

KAJIAN HUKUM DAN TINDAKAN BAGI PELANGGARAN PERDA

NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG RTRW KLUNGKUNG DALAM


PEMBANGUNAN AKOMODASI WISATA DI NUSA PENIDA
Putu Arya Reksa Anggratyas (1981011016); I Gede Sumadi (1981011029)
Program Studi Magister Pariwisata
Fakultas Pariwisata
Universitas Udayana
2020

ABSTRAK

Nusa Penida merupakan kepulauan tropis yang menjadi destinasi wisata dunia
dengan keindahan alam yang masih alami. Peningkatan jumlah kunjungan
wisatawan dan perkembangan pariwisata secara tidak langsung mendorong
tumbuhnya pembangunan akomodasi wisata di Nusa Penida terutama di kawasan
pesisir. Setiap peningkatan jumlah akomodasi, wisatawan dan pertumbuhan
penduduk akan berpengaruh besar pada daya dukung lingkungan dan social maka
itu diperlukan penataan ruang. Penataan ruang yang digagas oleh pemerintah,
salah satunya adalah Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 1 Tahun
2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dari tahun 2013 – 2033
menjadi dasar untuk mengatur pemanfaatan ruang secara tepat dengan
memperhatikan berbagai aspek termasuk daya dukung. Perda ini mencakup empat
hal utama yakni ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan; ketentuan
pemberian insentif dan disinsentif; dan arahan pengenaan sanksi. Perlunya kajian
untuk menganalisis perda nomor 1 tahun 2013 tentang RTRW klungkung dalam
pembangunan akomodasi wisata di nusa penida untuk melihat bagaimana
penegakan hukum, tindakan sanksi administratif maupun sanksi pidananya.
Metode yang digunakan dalam kajian ini bersifat yuridis normatif untuk
pembuktian atau pengujian. Sumber data yang digunakan yaitu Undang-undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; Undang-undang Nomor 10
Tahun 2009 tentang Kepariwisataan; Peratura Daerah Nomor 16 Tahun 2009
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali ;Peraturan Daerah Nomor 1
Tahun 2013 tentang Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung 2013 –
2033; Berita dan artikel surat kabar cetak maupun website yang berhubungan
dengan masalah pembanguna akomodasi wisata di Nusa Penida.
Kata Kunci: Nusa Penida, Perda, Rencana Tata Ruang, Klungkung

1
I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Nusa Penida merupakan kepulauan tropis yang terletak di sisi tenggara
Pulau Bali yang dipisahkan oleh Selat Badung. Kawasan ini menjadi destinasi
wisata dunia dengan keindahan alam yang masih alami. Kepulauan yang
memiliki luas 202 kilometer persegi dengan tiga utama yakni Nusa Penida,
Lembongan dan Ceningan juga menyimpan pesona kehidupan bawah laut.
Salah satu destinasi wisatanya yakni Pantai Kelingking dinobatkan sebagai
pantai terbaik ke-2 di Asia versi situs perjalanan TripAdvisor yang menjadi
rujukan wisatawan dunia. Nusa Penida juga baru saja dinobatkan sebagai
destinasi wisata backpacker terbaik dunia 2020 oleh Hostelworld dan menjadi
tujuan wisata masyarakat global (Detik travel, 2019).
Kepariwisataan Nusa Penida menunjukkan perkembangan yang sangat
pesat dalam 5 tahun terakhir. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah
kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun baik wisatawan asing maupun
wisatawan nusantara. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS
Klungkung, 2019) jumlah wisatawan yang berkunjung ke Nusa Penida pada
tahun 2015 mencapai 264.708 wisatawan. Pada tahun 2016, tingkat kunjungan
mengalami kenaikan sebesar 3% menjadi 265.545 wisatawan. Kenaikan
signifikan terjadi pada tahun 2017 yakni mencapai 42% dari tahun
sebelumnya dengan jumlah 378.894 wisatawan. Selanjutnya, pada tahun 2018
angka kunjungan sebanyak 253.472 wisatawan sehingga terjadi penurunan
tingkat kunjungan sebesar -33% dibandingkan tahun sebelumnya, kemudian
pada tahun 2019 kondisi pariwisata kembali membaik dengan tingkat
kenaikan 59% dimana jumlah kunjungan wisatawan menyentuh angka
404.483 wisatawan. Jumlah kunjungan diprediksi meningkat menjadi
1.050.000 wisatawan pada 2025 mendatang
Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan dan perkembangan pariwisata
secara tidak langsung mendorong tumbuhnya pembangunan akomodasi wisata
di Nusa Penida terutama di kawasan pesisir. Data dari Persatuan Hotel dan
Restoran Klungkung (PHRI BPC Klungkung, 2019) menyebut ada 879
penginapan dengan berbagai jenis yang tersebar di Pulau Lembongan dan

2
Nusa Penida dengan jumlah ketersediaan kamar mencapai 8.788 unit.
Peningkatan populasi penduduk akan memicu adanya aktivitas baru yang
berpengaruh pada pola penggunaan lahan dan air yang akan menimbulkan
dampak negatif pada lingkungan, bahkan menyebabkan bencana lingkungan
apabila daya dukung terlampau (Admadhani, et al., 2014). Aktivitas industri
pariwisata juga sangat tergantung pada ketersediaan lahan dan air. Lahan
dimanfaatkan untuk mendirikan berbagai fasilitas akomodasi dan pendukung
pariwisata. Sementara air dipergunakan untuk berbagai kegiatan di restoran,
hotel, kolam, dan mandi cuci kakus. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap
pemanfaatan ruang atau wilayah. Setiap peningkatan jumlah akomodasi,
wisatawan dan pertumbuhan penduduk akan berpengaruh besar pada daya
dukung lingkungan dan sosial.
Nusa Penida memiliki luas yang sangat terbatas dan kebutuhan lahan
semakin besar. Penataan ruang yang digagas oleh pemerintah, salah satunya
adalah Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dari tahun 2013 – 2033 menjadi dasar
untuk mengatur pemanfaatan ruang secara tepat dengan memperhatikan
berbagai aspek termasuk daya dukung. Perda ini mencakup empat hal utama
yakni ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan; ketentuan
pemberian insentif dan disinsentif; dan arahan pengenaan sanksi. Sanksi
dalam bentuk hukum administrasi dan hukum pidana akan diberikan kepada
subjek atau individu yang melakukan pelanggaran pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Hukum administratif dalam bentuk
peringatan tertulis, penghentian sementara, penutupan, pencabutan izin sampai
pemulihan ruang atau denda dan hukum pidana berupa pengenaan sanksi
pidana terhadap persoalan pelanggaran dalam pemanfaatan ruang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penegakan hukum bagi pengusaha akomodasi wisata
yang melanggar Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung Tahun 2013 –
2033?

3
2. Bagaimana sanksi yang diberikan kepada pengusaha akomodasi
wisata yang melanggar Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2013
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung
Tahun 2013 – 2033?
1.3 Tujuan Kajian
Berdasarkan permasalahan, maka tujuan yang hendak dicapai dalam kajian
ini adalah memberikan pemahaman dan penjelasan kepada masyarakat
khususnya pengusaha akomodasi wisata mengenai pentingnya pemanfaatan
ruang lingkungan secara tepat antara lain:
1. Untuk mengetahui penegakan hukum bagi pengusaha akomodasi
wisata yang melanggar Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2013
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung
Tahun 2013 – 2033.
2. Untuk mengetahui sanksi yang diberikan kepada pengusaha
akomodasi wisata yang melanggar Peraturan Daerah Nomor 1
Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Klungkung Tahun 2013 – 2033.
1.4 Manfaat Kajian
Manfaat yang diharapkan dari kajian tentang hukum dan tindakan bagi
pelanggaran Perda Nomor 1 Tahun 2013 tentang RTRW Klungkung dalam
pembangunan akomodasi wisata adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi implementasi Perda Nomor 1 Tahun 2013
tentang RTRW Klungkung terhadap perkembangan pariwisata di
Nusa Penida
2. Memberikan informasi tentang penegakan hukum bagi pengusaha
akomodasi wisata yang melanggar Peraturan Daerah Nomor 1
Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Klungkung Tahun 2013 – 2033
3. Memberikan informasi sanksi yang diberikan kepada pengusaha
akomodasi wisata yang melanggar Peraturan Daerah Nomor 1
Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Klungkung Tahun 2013 – 2033

4
1.5 Ruang Lingkup
Untuk memperjelas masalah dan mencegah agar kajian tidak meluas maka
dibuatkan ruang lingkup. Kajian ini fokus pada penegakan hukum dan sanksi
yang diberikan pengusaha akomodasi wisata yang melanggar Peraturan
Daerah Nomor 1 Tahun 2013 tentang RTRW Klungkung dalam pembangunan
akomodasi wisata di Kecamatan Nusa Penida.

II. METODE DAN KONSEP


2.1 Lokasi Kajian
Kajian dilakukan di Nusa Penida yang merupakan bagian dari wilayah
Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Lokasi kajian dipilih secara sengaja
(purposive) sebab Nusa Penida dengan gugusan kepulauannya memiliki
potensi dan sedang berkembang sebagai destinasi wisata baru. Nusa Penida
juga menjadi incaran investor dan pembangunan akomodasi wisata semakin
masif yang berimplikasi pada tata ruang wilayah.
2.2 Metode Kajian
Metode kajian bersifat yuridis normatif untuk pembuktian atau
pengujian. Kajian yuridis normatif menekankan pada norma-norma hukum
yang terdapat pada peraturan perundang-undangan. Pendekatan yang
digunakan ada kajian ini adalah yuridis sosiologis artinya kajian berkisar pada
peraturan yang ditinjau dari proses implementasi dari ketentuan aturan
tersebut.
2.3 Sumber Data
Sumber data pada kajian hukum dan tindakan bagi pelanggaran Perda
Nomor 1 Tahun 2013 tentang RTRW Klungkung dalam pembangunan
akomodasi wisata antara lain:
1. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
2. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
3. Peratura Daerah Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Bali.
4. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2013 tentang Rencan Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung 2013 – 2033.

5
5. Berita dan artikel surat kabar cetak maupun website yang
berhubungan dengan masalah pembanguna akomodasi wisata di
Nusa Penida.
2.4 Rencana Tata Ruang dan Sanksi
Pembangunan wilayah atau kawasan berpedoman pada pola tata ruang
yang sudah ditetapkan. Undang undang Nomor 26 tahun 2007 tentang tata
ruang mengemukan bahwa penataan ruang merupakan upaya untuk membuat
perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian dalam pemanfaatan ruang atau
wilayah Pembuatan rencana tata ruang secara hirearki merujuk pada RTRW
Nasional, RTRW provinsi dan RTRW kota atau kabupaten. Pengendalian
pemanfaatan ruang atau kawasan dilakukan dengan penetapan aturan zonasi
(wilayah pemanfaatan), perizinan, permberian insentif dan disinsentif serta
pemberian sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan terhadap pemanfaatan
ruang.
Pada aturan zonasi berisi ketentuan pemanfaatan ruang sesuai dengan
peruntukan dengan salah satu pertimbangannya adalah keberlanjutan.
Pemanfaatan ruang untuk aktivitas tertentu harus melalui perizinan sesuai
dengan aturan yang berlaku. Perizinan berperan sebagai upaya agar
pemanfaatan berjalan tertib. Setiap pemberlakukan undang-undang atau aturan
disertai dengan pemberian sanksi terhadap pelanggaran. Sanksi berfungsi
untuk mengontrol pemanfaatan zona atau ruang. Pelanggara terhadap
pemanfaatan tata ruang dikenakan dua bentuk sanksi baik administrasi dan
pidana. Sanksi administrasi dapat berupa peringatan tertulis, penghentian
sementara, pemutusan pelayanan, penutupan lokasi, pencabutan izin,
pembatalan, pembongkaran, pemulihan ruang atau zona dan denda pemberian
denda administrasi. Sanksi pidan berlaku bagi subjek atau orang yang
melanggar aturan tata ruang dalam bentuk pidana penjara atau denda materi.
2.5 Dasar Kajian Perda Nomor 1 Tahun 2013 Terhadap Pembangunan
Akomodasi Wisata di Nusa Penida
Peraturan daerah merupakan salah satu sumber hukum yang dijadikan
rujukan dalam pembangunan dan pengembangan daerah. Undang-undang
termasuk juga peraturan daerah tetapi tidak selalu menjunjung tinggi keadilan,
demokrasi dan kepentingan masyarakat luas, sebab hukum bukanlah

6
subsistem yang otonom dan netral. Produk hukum dalam hal ini peraturan
daerah selalu dipengaruhi banyak faktor dan kepentingan. Adapun dasar dari
kajian terhadap Perda Nomor 1 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Klungkung 2013 – 2033 terhadap pembangunan
akomodasi wisata khususnya di Nusa Penida adalah sebagai berikut:
1. Kawasan pariwisata Nusa Penida merupakan salah satu Kawasan
Strategis Kabupaten (KSK) Klungkung, juga merupakan Kawasan
Strategis Provinsi (KSP) Bali dan telah pula ditetapkan sebagai
Kawasan Strategi Pariwisata Nasional (KSPN).
2. Peluang investasi kepariwisataan baik di daratan maupun di
perairan Kecamatan Nusa Penida cukup besar, ditandai dengan
tingginya alih kepemilikan lahan dan pembangunan akomodasi
wisata secara serampangan
3. Kecamatan Nusa Penida dengan potensi lahan kering yang
melimpah memiliki peluang lebih besar dari sektor pariwisata dan
jasa pesisir kelautan sebagai penggerak pengembangan wilayah
secara keseluruhan
4. Dalam rangka mendorong percepatan pengembangan wilayah dan
akselerasi pembangunan yang didorong sektor unggulan pariwisata,
maka dibutuhkan Perda RTRW Nomor 1 tahun 2013 sebagai
pedoman sinkronisasi pemanfaatan ruang, pengembangan
infrastruktur serta perijinan pembangunan akomodasi wisata di
Nusa Penida
5. Perda ini berfungsi sebagai filter penataan ruang serta
mengantisipasi perkembangan di lapangan.
6. Merujuk pada status Nusa Penida sebagai KSK Kab, KSP Prov,
dan KSPN, maka Perda ini dapat dipakai sebagai sinkronisasi
pengembangan infrastrukrtur antar kewenangan Kab. Prov, Pusat
serta dapat mengakomodasi peran masyarakat dan dunia usaha
dalam pembangunan

7
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Penegakan Hukum
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten
klungkung dibuat atau disusun dalam upaya mengendalikan pemanfaatan
ruang wilayah kabupaten tersebut agar sesuai dengan RTRTW (Rencana
Tata Ruang Rencana Tata Wilayah) yang berlaku sesuai dengan Perda
Nomor 1 Tahun 2013 yang didalamnya terdapat ketentuan umum peraturan
zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan
sanksi untuk wilayah kabupaten. Khusus di wilayah nusa penida yang
dimana pariwisata saat itu terjadi peningkatan banyak terjadi aksi
pelanggaran RTRTW.
Banyaknya pelanggaran yang terjadi akibat dari peningkatan
pariwisata nusa penida membuat timbulnya berbagai akomodasi yang tidak
sesuai dengan RTRTW. Dimana akomodasi tersebut membangun
bangunnya tidak sesuai dengan RTRW, terdapat beberapa akomodasi
dibagun di sepadan pantai dan juga beberapa akomodasi tidak mengantongi
izin IMB (ijin membangun bangunan) (Tribunnews, 2019). Dimana hal
tersebut tidak sesuai dengan Perda Nomor 1 Tahun 2013 pasal 77 point b
bagian 1 mengatakan bahwa “bangunan bangunan fasilitas penunjang
pariwisata non permanen dan temporer,bangunan umum terkait sosial
keagamaan, bangunan terkait kegiatan perikanan tradisional, budidaya
perikanan dan dermaga, bangunan pengawasan pantai, bangunan
pengamanan pantai dari abrasi, bangunan evakuasi bencana, danbangunan
terkait pertahanan dan keamanan”. Sehinga dapat dikatakan bahwa di
sepadan pantai tidak dapat dibangun bangunan permanen, namun di Nusa
Penida ada beberapa orang yang masih membangun akomodasi permanen
di sepdana pantai. Dalam mencegah terjadinya banyak pelanggaran tersebut
maka perlu adanya penengakan pertaturan daerah guna mengatur RTRTW
tersebut.

Selain terjadinya pembangunan akomodasi yang tak sesuai dengan


RTRTW yang terdapat pada Perda Nomor 1 Tahun 2013, terjadi juga alih
kepemilikan yang tinggi dimana banyak investor yang mebeli tanah

8
sehingga pengusaha local tidak dapat berkembang karena banyak alih tanah
yang dilakukan. Saat ini Nusa Penida menjadi incaran investor untuk
menanamkan modalnya. Dampak investasi ini, harga tanah tidak
terbendung mahalnya. Ini menjadi delema, para calo memanfaatkan situasi.
Alih-alih mendapat keuntungan besar. Serbuan calo seperti laron mencari
cahaya. Miris, tanah Nusa Penida lebih banyak dikuasi investor (waklaba,
2015). Hal itu tidak sesuai dengan Perda Nomor 1 Tahun 2013 point f
dimana tertulis bahwa “mengembangkan pola kerjasama yang memberikan
perlindungan kepada hak-hak kepemilikan lahan masyarakat lokal, hal ini
dapat memperlihatkanya masil lemahnya penengakan hukum tersebut
terhadap masyarakat lokal”.
Penegakan hukum RTRTW ini perlu dilakukan dengan Perda Nomor 1
Tahun 2013 hal ini dilakukan agar menghindari terjadinya pelanggaran
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang ada di
Nusa Penida. Sesuai dengan Perda Nomor 1 Tahun 2013 yang menimbang
bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Klungkung dengan
memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi,
selaras, seimbang, dan berkelanjutan yang berlandaskan pada Tri Hita
Karana, perlu dilaksanakan penataan ruang wilayah. Dimana mengingat
bahwa Nusa Penida merupakan salah satu Kawasan Strategis Kabupaten
(KSK) Klungkung, juga merupakan Kawasan Strategis Provinsi (KSP)
Bali.
Penegakan hukum ini dilakukan juga dengan pengenaan sanksi yang
diberikan terhadap siapapun yang melakukan pelanggaran merupakan
tindakan penertiban yang dilakukan terhadap pelaku pelanggaran di bidang
penataan ruang. Pelanggaran sebagaimana dimaksud adalah bagi pihak
yang melakukan pelanggaran akan dikenakan sanksi meliputi sanksi
administrasi maupun sanksi pidana. Pengenaan sanksi tidak hanya
diberikan kepada pemanfaat ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan
perizinan pemanfaatan ruang, tetapi dikenakan pula kepada pejabat
pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

9
3.2. Sanksi Administratif
Penenegakan hukum yang dilakukanan apabila dilanggar maka akan
mendapatkan sanski sebagi akibat dari pelanggaran tersebut. Dalam hal ini
Perda Nomor 1 Tahun 2013 telah mengatur bagi setiap pelanggaran dan
sanski yang diberikan. Dimana pada Perda Nomor 1 Tahun 2013 pada pasal
ayat 5 disebutkan bahwa Setiap pengusaha akomodasi yang melanggar
ketentuan-ketentuan yang telah ada akan dikenakan sanksi berupa :
a. Peringatan tertulis
b. Penghentian sementara kegiatan
c. penghentian sementara pelayanan umum
d. penutupan lokasi
e. pencabutan izin
f. pembatalan izin
g. pembongkaran bangunan
h. pemulihan fungsi ruang
i. denda
Sanksi tersebut diberikan apabila melanggar ketentuan pada Perda
Nomor 1 Tahun 2013 pada pasal ayat 2 yang dimana pelanggaran dibidang
tata ruang meliputi:
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang;
b. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang yan diberikan oleh pejabat berwenang;
c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan
izin yang diberikan oleh pejabat yang berwenang; dan/atau
d. menghalangi akses terhadap kawasan yang dinyatakan oleh
peraturan perundan gundangan sebagai milik umum.
Pemberian sanksi administratif dilakukan guna meberikan efek jera agar
pembangunan yang terjadi merata sesuai dengan RTRTW yang disetujui.
3.3. Sanksi Pidana
Selain berupa sanksi administratif juga akan diberikan berupa sanksi pidana.
Dimana pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007
tentang Tata Ruang pasal 71 menyebutkan Setiap orang yang tidak mematuhi

10
ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 61 huruf c, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Adapun
sanksi pidana tidak hanya berlaku untuk masyarakat biasa melainkan juga
pejabat daerah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007
tentang Tata Ruang pasal 73 menyebutkan Setiap pejabat pemerintah yang
berwenang yang menerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 ayat (7), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Selain sanksi pidana sebagaimana yang dimaksudkan sebelumnya pejabatan
yang melakukan pelanggaran dapat dikenakan pidana tambahan berupa
pemberhentian secara tidak dengan hormat dari jabatannya.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa telah ada undang udang yang mengatur tentang
RTRTW (Rencana Tata Ruang Rencana Tata Wilayah) di Nusa Penida baik itu
melalui Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
Peratura Daerah Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Bali. Dan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2013 tentang Rencan
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung 2013 – 2033. Dimana semua itu
mengatur jalanya pembangunan diberbagai zona. Namun meski telah ada
aturan yang ditetapkan baik itu dari pusat maupun daerah tetap saja ada
pelanggaran didalam membuat kerugian baik dari masyarakat maupun
lingkungan.
4.1 Saran
Perlu lebih ditindak lebih tegas dalam penegakan hukum sesuai dengan
undang undag yang berlaku maupun perda tentang RTRTW di Nusa Penida
khusunya di bagian pesisir pantai serta perlindungan hak-hak warga local. Serta
perlunya adanya pengawasan secara langsung tentang praktik pertaturan
tersebut dengan baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Admadhani, D. N., Haji, A. T., & Susanawah, L. D. (2013). Analisis Ketersediaan


dan Kebutuhan Air Untuk Daya Dukung Lingkungan (Studi Kasus Kota
Malang). Sumber Daya Alam Dan Lingkungan, 13- 20.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Klungkung, 2019. Nusa Penida Dalam Angka
2018. Klungkung

Bali.tribunnews.com.18 November 2019. Diduga Melanggar Sempadan Pantai,


Tim Perizinan Segera Cek Akomodasi Wisata di Nusa Penida. Diakses pada
20 Oktober 2020, dari https://bali.tribunnews.com/2019/11/18/diduga-
melanggar-sempadan-pantai-tim-perizinan-segera-cek-akomodasi-wisata-di-
nusa-penida

BPS Klungkung. 2019. Nusa Penida Dalam Angka 2018. Pemerintah Kabupaten
Klungkung.

BPS Klungkung. 2020. Klungkung Dalam Angka 2019. Pemerintah Kabupaten


Klungkung.

Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2016. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional


Nusa Penida. Denpasar.

Nationalgeographic.grid.id. 09 Juni 2014. Nusa Penida Ditetapkan Sebagai


Kawasan Konservasi Perairan. Diakses pada 19 Oktober 2020, dari
nationalgeographic.grid.id/read/13291260/nusa-penida-ditetapkan-
sebagaikawasan-konservasi-perairan?page=all

Pemerintah Daerah Kabupaten Klungkung. 2013. Peraturan Daerah Nomor 1


Tahun 2013 tentang Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung 2013
– 2033. Klungkung

Pemerintah Daerah Provinsi Bali. 2009. Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2009
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali. Denpasar.

Pemerintah Republik Indonesia 2009. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009


tentang Kepariwisataan. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007


tentang Penataan Ruang. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta

Travel.detik.com. 26 Februari 2019. Mantap, Pantai Kelingking Terbaik Ke-2


Asia dan 19 Besar Dunia. Diakses Pada 20 Oktober 2020 pada
travel.detik.com/travel-news/d-4444908/mantap-pantai-kelingking-terbaikke-
2-asia-dan-19-besar-dunia

Waklaba.blogspot.com. 08 Maret 2015. Nusa Penida Perlu Diterapkan Calo


Tanah Berijin (Realstate Lisence). Diakses pada 20 Oktober 2020, pada
aklaba.blogspot.com/2015/03/nusa-penida-perlu-diterapkan-calo-tanah.html

Anda mungkin juga menyukai