ASKEP GERONTIK - HIPERTENSI. Sang Nyoman Ediana Kelingan
ASKEP GERONTIK - HIPERTENSI. Sang Nyoman Ediana Kelingan
OLEH:
SANG NYOMAN EDIANA KELINGAN
C2221043
3. EPIDEMIOLOGI
Kejadian hipertensi di seluruh dunia mencapai lebih dari 1,3 milyar
orang, yang mana angka tersebut menggambarkan 31% jumlah penduduk
dewasa di dunia yang mengalami peningkatan sebesar 5,1% lebih besar
dibanding prevalensi global pada tahun 2000-2010. Pada rentang tahun yang
sama, kejadian hipertensi ini lebih tinggi terjadi pada penduduk di negara
berkembang dibandingkan negara maju bahkan nyaris sebanyak 75% penderita
dengan hipertensi tinggal di negara berkembang dan terjadi peningkatan
sebanyak 8,1% (Tri & Arum, 2019).
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 kejadian hipertensi di
Indonesia berada dalam peringkat ke 6 dari 10 kategori penyakit tidak menular
kronis. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2015 oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kemenkes Republik Indonesia menunjukkan
prevalensi hipertensi nasional sebesar 31,7%. Dari jumlah itu, 60% penderita
hipertensi berakhir pada stroke, sedangkan sisanya pada gagal jantung, gagal
ginjal, dan kebutaan. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018
menyatakan untuk angka kejadian hipertensi di Indonesia naik dari 31,7%
menjadi 34,1% (Masnina, R; Khotimah, H; Anwar, K; Ali Basir, 2019)
4. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Hipertensi primer atau esensial
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat
diketahui. Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi
esensial sedangkan 10% tergolong hipertensi sekunder. Mereka yang
menderita hipertensi primer kira-kira spertiganya menunjukan gejala
sesuatu pun selama 10 atau 20 tahun.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui,
antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme). Hipertensi
sekunder adalah akibat dari suatu penyakit kondisi dan kebiasaan (Candra,
2018).
Adapun faktor – faktor lain yang berhubungan dengan kejadian hipertensi
yaitu ;
a) Faktor Internal
1) Faktor genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai resikomenderita hipertensi. Orang yang
memiliki orang tua dengan riwayat hipertensi mempunyai resiko dua
kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.
2) Usia
Usia mempengaruhi terjadinya hipertensi dengan bertambahnya umur,
risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar. Tingginya hipertensi
sejalan dengan bertambahnya umur yang disebabkan oleh perubahaan
struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih
sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, sebagai
akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah sistolik
3) Jenis kelamin
Gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria lebih
banyak yang menderita hipertensi dibandingkan wanita, dengan rasio
sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga
memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan
darah dibandingkan dengan wanita. Namun, setelah memasuki
manopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat. Setelah usia
65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih meningkat
dibandingkan dengan pria yang diakibatkan faktor hormonal.
b) Faktor Eksternal
1) Konsumsi garam berlebihan
Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis
hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa
dengan asupan garam yang minimal. Garam mempunyai peran dalam
pathogenesis hipertensi melalui masukan natrium yang tinggi.
2) Kebiasaan merokok
Merokok menyebabkan meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan
oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Zat-zat kimia beracun
seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang
masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh
darah arteri yang mengakibatkan proses artereosklerosis dan tekanan
darah tinggi (Linda, 2018).
5. PATOFISIOLOGI
Baik TDS maupun TDD meningkat sesuai dengan meningkatnya umur.
TDS meningkat secara progresif sampai umur 70-80 tahun, sedangkan TDD
meningkat samapi umur 50-60 tahun dan kemudian cenderung menetap atau
sedikit menurun. Kombinasi perubahan ini sangat mungkin mencerminkan
adanya pengakuan pembuluh darah`dan penurunan kelenturan (compliance)
arteri dan ini mengakibatkan peningkatan tekanan nadi sesuai dengan umur.
Mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek
utama dari ketuaan normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi
perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan
pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun
sesuai umur. Perubahan ini menyebabkan penurunan compliance aorta dan
pembuluh darah besar dan mengakibatkan peningkatan TDS.
Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan
resistensi vaskuler perifer. Sensitivitas baroreseptor juga berubah dengan
umur. Perubahan mekanisme refleks baroreseptor mungkin dapat
menerangkan adanya variabilitas tekanan darah yang terlihat pada
pemantauan terus menerus. Penurunan sensitivitas baroreseptor juga
menyebabkan kegagalan refleks postural, yang mengakibatkan hipertensi
pada lanjut usia sering terjadi hipotensi ortostatik. Perubahan keseimbangan
antara vasodilatasi adrenergik dan vasokonstriksi adrenergik akan
menyebabkan kecenderungan vasokontriksi dan selanjutnya mengakibatkan
peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan tekanan darah.
Resistensi Na akibat peningkatan asupan dan penurunan sekresi juga
berperan dalam terjadinya hipertensi. Walaupun ditemukan penurunan renin
plasma dan respons renin terhadap asupan garam, sistem renin-angiotensin
tidak mempunyai peranan utama pada hipertensi pada lanjut usia. Perubahan-
perubahan di atas bertanggung jawab terhadap penurunan curah jantung
(cardiac output), penurunan denyut jantung, penurunan kontraktilitas
miokard, hipertrofi ventrikcl kiri, dan disfungsi diastolik. Ini menyebabkan
penurunan fungsi ginjal dengan penurunan perfusi ginjal dan laju filtrasi
glomerulus (Candra, 2018).
6. MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar penderita hipertesi tidak menimbulkan gejala khusus.
Meskipun secara tidak disengaja, beberapa gejala terjadi secara bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan hipertensi padahal sesungguhnya bukan
hipertensi. Gejala lain yang muncul seperti sakit kepala dan nyeri kepala
bagian belakang, pandangan mata kabur, terjadi pembengkakan pada kaki dan
pergelangan kaki, serta denyut jantung menguat tetapi tidak teratur. Satu-
satuya cara untuk mengetahui ada tidaknya hipertensi hanya dengan mengukur
tekanan darah (Chindy, Isti, & Nugraheni, 2019).
7. PATHWAY
Usia Gaya Hidup
Konsumsi Lemak
berlebih
Rokok
Elastisitas P.D ↓,
Daya regang P.D ↓ Curah Jantung ↓ Vasokontriksi Hiperlipidia
PD (Penumpukan Komponen Toksik
Lipid Pada PD) masuk ke PD
Aliran darah ke Ginjal ↓
Penumpukan flek
Penyempitan PD pada P.D
Pelepasan renin
Merangsang sekresi aldosteron o/ korteks adrenal
volume intravascular
Respon RAA
Penurunan
Rangsang Aldosteron Curah Jantung
Retensi Na+
Fatigue
Edema
Intoleransi Aktivitas
Kelebihan Volume
Cairan
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/ PENUNJANG
Diagnosis harus ditegakkan dengan cepat dan tepat berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
a) Anamnesis
Dari anamnesis perlu digali riwayat hipertensi sebelumnya, keteraturan
konsumsi obat hipertensi dan jenis obat hipertensi yang diminum. Kemudian
perlu dicari kemungkinan kerusakan pada organ target.
b) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang teliti dilakukan pada organ target yang dicurigai
terkena kerusakan berdasarkan anamnesis. Pengukuran tekanan darah
dilakukan di kedua lengan. Dilakukan pula palpasi denyut nadi di keempat
ekstremitas. Auskultasi dilakukan untuk mendengar adnya bruit di pembuluh
darah besar, bising jantung dan ronki paru. Pemeriksaan funduskopi dan
pemeriksaan neurologis umum juga penting dilakukan.
c) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan
laboratorium (darah rutin, ureum, kreatinin, glukosa darah dan elektrolit),
elektrokardiografi (EKG) dan foto dada. Bila terdapat indikasi dapat dilakukan
juga pemeriksaan ultrasonografi (USG), ekokardiografi dan CT scan kepala
(Kadek Dwi Pramana, 2018).
9. PENATALAKSANAAN
a) Terapi Farmakologi (obat untuk hipertensi)
Terapi farmakologis adalah dengan menggunakan obat-
obatanantihipertensi. Masing-masing obat antihipertensi memiliki efektivitas
dankeamanan dalam pengobatan hipertensi. terapi farmakologi hipertensi
terdiri dari sebelas kelompok antihipertensi, antara lain:
1) Diuretik
Obat jenis diuretik adalah obat pilihan pertama pada hipertensi.
mekanisme diuretik dengan menekan reabsorbsi natrium di tubulus ginjal
sehingga meningkatkan ekskresi natrium dan air.
2) Antagonis aldosteron
Spironolakton dan eplerenon bekerja dengan menahan retensinatrium.
Efek samping dapat menyebabkan hiperkalemia pada pasiendengan penyakit
gagal ginjal kronis.
3) Penghambat reseptor beta adrenergik
Mekanisme kerja dengan menghambat reseptor beta adrenergik sehingga
terjadi penurunan curah jantung dan penghambatan pelepasan renin, frekuensi
dan kontraksi otot jantung.
4) Penghambat saluran kalsium
Mekanisme obat ini adalah dengan merelaksasi otot jantung dan otot
polos melalui penghambatan masuknya ion kalsium masuk ke dalam intrasel.
10. KOMPLIKASI
a) Stroke
Pecahnya aneurisma di otak bisa menyebabkan stroke. Hipertensi yang
tidak terkendali juga bisa menyebabkan pembekuan darah di arteri karotis
(arteri di leher). Bekuan darah tersebut bisa menyebabkan stroke emboli bila
memasuki otak.
b) Gagal jantung
Peningkatan tekanan darah akan meningkatkan resistensi pembuluh darah,
memberikan beban tambahan pada jantung dan akan menyebabkan kegagalan
jantung.
c) Gagal ginjal
Hipertensi yang tidak terkendali akan memengaruhi arteri di ginjal,
menyebabkan kerusakan pada fungsi ginjal.
d) Retinopati
Kerusakan pembuluh darah pada jaringan peka cahaya di bagian belakang
mata, hipertensi yang tidak terkendali akan memengaruhi arteriol (cabang
arteri) di mata, sehingga menyebabkan lesi (Kong & Tradisional, 2016).
perifer kembali efektif yang hanya peka terhadap a. Untuk mengetahuui adanya paralisis
c. Tidak ada tanda tanda d. Gunakan sarung tangan untuk d. Untuk mencegah infeksi nosocomial
diharapkan nyeri dapat tertangani a. Lakukan pengkajian nyeri secara a. Untuk mengetahui tingkat nyeri yang
Dengan Kriteria hasil : b. Gali faktor-faktor penurun dan b. Untuk mengetahui penyebab nyeri
Tingkat Nyeri
b. Tidak menggosok area yang dirasakan, serta penanganan nyeri d. Agar pasien dapat mengenali nyeri
terdampak d. Dorong pasien memonitor dan dan cara penanganan yang tepat
c. Ekspresi wajah tidak menahan menangani nyeri e. Untuk menurunkan nyeri secara
Moorhead,d., 2016) f. Dukung istirahat/tidur yang adekuat g. Untuk mengurangi penggunaan obat
G.,2016)
keperawatan selama 3x24 jam a. Monitor pola nafas a. Untuk mengetahui adanya kesulitan
diharapkan kelebihan cairan pasien b. Monitor suara paru abnormal bernafas akibat kelebihan cairan
dapat teratasi c. Monitor suara jantung abnormal b. Untuk mengetahui adanya kesulitan
Dengan Kriteria Hasil: d. Monitor edema perifer bernafas akibat kelebihan cairan
Keseimbangan cairan f. Monitor intake dan output d. Untuk mengetahui adanya kelebihan
diharapkan pasien dapat melakukan a. Kaji status fisiologis pasien yang a. Untuk mengetahui penyebab
aktivitas kembali myebabkan kelelahan kelelahan
a. Saturasi oksigen ketika d. Lakukan ROM aktif/pasif d. Untuk mencegah atropi otot
beraktivitas (98-100%) e. Bantu pasien dalam aktivitas e. Untuk memenuhi kebutuhan ADL
x/menit) kebutuhan
c. Frekuensi pernapasan (20 – 60 f. Anjurkan aktivitas fisik sesuai f. Untuk mencegah atropi
d. Tekanan darah (110-120/ 70-80 g. Monitor respon oksigen pasien g. Untuk mencegah kelelahan saat
diharapkan cidera dapat dihindari untuk pasien a. untuk mencegah cidera pada pasien
a. Pasien terbebas dari cidera c. Pindahkan barang-barang yang pengamanan yang diperlukan pasien
G.,2016)
d. EVALUASI
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil
yang diinginkan dan respon pasien terhadap dan keefektifan intervensi
keperawatan. Kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Ada 2 komponen
untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu Proses Formatif dan hasil
sumatif. Proses Formatif berfokus pada aktivitas dari proses keperawatan dan
hasil kualitas pelayanan tindakan keperawatan, evaluasi proses harus dilaksanakan
segera setelah perencanaan dilaksanakan dan terus menerus dilaksanakan sampai
tujuan tercapai.
Hasil sumatif berfokus pada perubahan prilaku/status kesehatan pasien pada
akhir tindakanperawatan pasien, tipe ini dilaksanakan pada akhir tindakan secara
paripurna. Disusun menggunakan SOAP dimana :
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara objektif oleh pasien
setelah diberikan implementasi keperawatan
O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang objektif
A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjek dan objektif apakah telah
tertasi, teratasi sebagian atau belum teratasi
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis Ada tiga
kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan keberhasil
an tujuan tindakan yaitu tujuan tercapai apabila pasien menunjukkan perubahan
sesuai kriteria hasil yang telah ditentukan,tujuan tercapai sebagian apabila jika
klien menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria hasil yang telah ditetapkan,
tujuan tidak tercapai jika klien menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada
kemajuan sama sekali (Abdul & Sjahranie, 2019).
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, R., & Sjahranie, W. (2019). Caesarea Di Ruang Perawatan Mawar Nifas.
GENOGRAM
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: menikah
: keturunan
: tinggal serumah
: pasien
3. RIWAYAT KESEHATAN
Pasien mengatakan mempunyai penyakit hipertensi sejak 3 tahun yang lalu, pasien juga
mengatakan sering mengeluh nyeri pada kepala bagian belakang, nyeri timbul saat
bangun dari tempat tidur, seperti ditusuk – tusuk, skala yang dirasakan yaitu 5 ( 1-10),
dan kadang hilang timbul.
4. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Keluarga pasien mengatakan dikeluarga tidak ada yang mengalami tensi tinggi maupun
penyakit gula.
5. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP
Tempat tinggal pasien bersih, lingkungan disekitar disapu setiap pagi dan sore,
pencahayaan di kamar baik karena dilengkapi fentilasi yang bagus, sumber air yang
digunakan yaitu sumur boor, dikamar mandi tidak dilengkapi pengangan untuk lansia,
lantai tidak licin pencayaan bagus, wc jongkok.
6. RIWAYAT REKREASI
Pasien mengatakan dirinya jarang jalan-jalan keluar rumah, namun pasien biasanya
berkumpul dengan keluarganya pasa saat hari raya dan kadang di tengok oleh anaknya
yang sudah menikah.
7. SUMBER/SISTEM PENDUKUNG YANG DIGUNAKAN
Pasien mengatakan jika dirinya sakit biasanya diajak ke puskesmas terdekat oleh
keluarganya
8. DESKRIPSI HARI KHUSUS
Pasien mengatakan hari khusus yang dirasakan oleh pasien adalah hari raya galungan
lan kuningan dan hari upacara piodalan di desa.
9. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Pasien mengatakan tidak pernah kerumah sakit dan tidak pernah dirawat dirumah sakit
sebelumnya.
10. TINJAUAN SISTEM
a. Keadaan umum: Baik
b. Kesadaran: Composmentis
GCS : 15
Verbal :5
Eye :4
Motorik :6
n. Kardiovaskuler
S : Pasien mengatakan tidak ada masalah atau gangguan pada jantung pada saat
melakukan aktivitas atau setelahnya.
O:
I : Warna kulit sawo matang, tidak ada lesi, nadi 80x/menit
P : Terdengar suara pekak
P : Tidak ada nyri tekan, tidak ada pembesaran
A: Bunyi jantung normal, tidak ada bunyi tambahan.
o. Gastrointestinal
S : Pasien mengatakan tidak ada masalah pada bagian perutnya.
O :-
I : Warna kulit abdomen sawo matang, tidak ada lesi.
A: Bising usus 10x/menit
P : Suara abdomen
P: Tidak ada pemebsaran hati , ginjal, limfa dan tidak terdapat nyeri tekan.
p. Perkemihan
S : Pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam perkemihan
O:
I : Warna urine kuning, bau khas urine, tidak adanya kemerahan, tidak adanya darah,
pasien buang air kencing sebanyak 4x sehari.
P : Tidak terdapat nyeri tekanan
q. Muskuloskeletal
S : Pasien mengatakan dapat bergerak bebas dan bisa beraktifitas seperti biasa.
O:
I : Pasien terlihat berjalan seperti normal
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema, tidak terdapat masa yang teraba
5555 5555
5555 5555
r. Sistem saraf pusat
S : Pasien mengatakan masih ingat masa lalunya, pendengaran jelas, penglihatan
sudah mulai buram, mencium bau dengan baik
O:
I : Pasien mampu menerima respon dengan baik, pasien sudah membaca tulisan ,
pasien mampu mendengarkan dengan baik.
P : Tidak ada nyeri tekan
s. Reproduksi
S : Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan pada sistem alat responden
O:
I:-
P:-
c. Spiritual
Pasien mengatakan beragama hindu dan pasien bisa sembahnyang di sore hari,
walaupun sakit pasien hanya sembahyang dalam hati.
Keterangan :
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari orang lain, seseorang yang
menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun ia dianggap
mampu.
Skor: >4 = mandiri
3-4 = dibantu
<3 = tergantung
Kesimpulan : Tn. B, melakukan semua aktifitas secara mandiri
b. MODIFIKASI DARI BARTHEL INDEKS
Dengan
No Kriteria Mandiri Keterangan
Bantuan
1 Makan Frekuensi: 3
10 Jumlah: 1 piring
5
Jenis: nasi, lauk pauk dan
sayuran
2 Minum 5 Frekuensi: 7-8 kali
10 Jumlah: ± 200 cc
Jenis: air putih, kopi
3 Berpindah dari kursi roda ke
5-10
tempat tidur/ sebaliknya 15
4 Personal toilet (cuci muka, Frekuensi: 2 kali
menyisir rambut, menggosok 0
5
gigi)
5 Keluar masuk toilet (mencuci
pakaian, menyeka tubuh, 5 10
menyiram)
6 Mandi 5 15 Frekuensi: 2 kali
7 Jalan di permukaan datar 0 5
8 Naik turun tangga 5 10
9 Menggunakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAB) 10 Frekuensi: 1- 2 kali sehari
5
Konsistensi: padat
11 Kontrol bladder (BAK) Frekuensi: 4-5 kali sehari
10 Warna: kuning sampai
5
jernih
Keterangan :
110√ : mandiri
65-105 : Ketergantungan sebagian
≤ 60 : Ketergantungan Total
Kesimpulan: Dari hasil pemeriksaan, didapatkan hasil 130, disimpulkan bahwa Tn.B
dapat melakukan seluruh kegiatan sehari-hari dengan mandiri.
13. PENGKAJIAN STATUS MENTAL GERONTIK
a. Identifikasi tingkat intelektual dengan Short Portable Mental Status Questioner
(SPSMQ). Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan total kesalahan berdasarkan 10 pertanyaan
No Pertanyaan Benar Salah
1 Tanggal berapa hari ini √
2 Hari apa sekarang √
3 Apa nama tempat ini √
4 Dimana alamat anda √
5 Berapa umur anda √
6 Kapan anda lahir (minimal tahun lahir) √
7 Siapa presiden Indonesia sekarang √
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya √
9 Siapa nama ibu anda √
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap √
angka baru, semua secara menurun
Jumlah 10 0
√Interpretasi hasil :
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat
Kesimpulan: Pasien dalam pengkajian status mental gerontik memiliki interprestasi
hasil fungsi intelektual utuh dari 10 pertanyaan yang diajukan pasien
mampu menjawab benar 10.
Nilai Total 25
Interpretasi hasil :
>23 : aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan
≤17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
Kesimpulan: Dari hasil pemeriksaan didapatkan nilai 25, disimpulkan bahwa aspek
kognitif dari fungsi mental Tn.B baik.
Penyebab
No Tanggal /Jam Data Fokus Masalah
(pathway)
1 11 Oktober DS = Pasien meengatakan Penurunan curah
2021 mengeluh nyeri pada bagian Nyeri Akut jantung
kepala belakang.
P = Nyeri berkurang saat Penurunan aliran
berbaring di tempat tidur. darah ke ginjal
Q = Nyeri seperti ditusuk –
tusuk Pelepasan renin
R= Kepala bagian belakang
S = 5 (1-10) Retensi Na dan air
T= hilang timbul, nyeri dalam tubulus
timbul saat bangun dari ginjal
tempat tidur
Peningkatan
DO = Pasien tampak volume
menahan nyeri intravaskuler
Tekanan Darah : 160/100
mmHg Pada pemuluh
Suhu : 37oc darah koroner
Respirasi : 20x/ menit
Nadi : 90x/menit Terjadi iskemik
Nyeri akut
Retina
Spasme Arteriole
Diplopia
Resiko cidera
3. 11 Oktober DS = Pasien mengatakan ke Defisit Penurunan curah
2021 rumah sakit dan tidak pengetahuan jantung
pernah dirawat dirumah
sakit Penurunan aliran
darah ke ginjal
Do = Pasien dan keluarga
tampak kurang memahami Pelepasan renin
tentang hipertensi dan
pencegahannya. Retensi Na dan air
dalam tubulus
ginjal
Peningkatan
volume
intravaskuler
Pada pemuluh
darah koroner
Terjadi iskemik
Nyeri
Kurang paparan
informasi
penyakit
Defisit
pengetahuan
jam diharapkan nyeri dapat a. Lakukan pengkajian nyeri a. Untuk mengetahui tingkat
pada skala 3 d. Dorong pasien memonitor dan d. Agar pasien dapat mengenali
ke skala 5 ) ditandai
memegang atau
yang sakit
menahan nyeri
( dipertahankan pada
skala 3 ditingkatkan
ke skala 5 ) ditandai
dengan ekspresi
d. Dapat beristirahat
( dipertahankan pada
skala 3 ditingkatkan
ke skala 5 ) ditandai
dengan pasien
mengatakan dapat
beristiraht tanpa
gangguan
normal
( dipertahankan pada
skala 3 ditingkatkan
ke skala 5 ) ditandai
dengan
S = 36 – 37O C
N = 80 – 100 x/menit
Rr = 18 – 20 x/ menit
mmHg
a. Pasien terbebas dari d. Pasang side raik tempat tidur c. Mencegah terjadinya cidera
pada skala 3
ditingkatkan ke skala menemani pasien d. Mencegah pasien terjatuh
pasien tidak
mengalami cidera
maupun terjatuh
b. Pasien mampu
mengenali perubahan
status kesehatan
( dipertahankan pada
skala 4 ditingkatkan ke
skala 5 ) ditandai
mengetahui kondisi
keluarga meningkat
Pengetahuan Manajemen
Hipertensi c. Jelaskan tanda dan gejala pada c. Agar keluarga dan pasien
penyebab dari
dengan pasien dan mungkin terjadi (M. Bulechek, e. Agar pasien dan keluarga
penyakit
mengetahui tanda
( dipertahankan
pada skala 3
ditingkatkan ke
skala 4 ) ditandai
keluarga mampu
menyebutkan tanda
dan gejala
terjadinya penyakit
hipertensi
memanajemen
penyakit
( dipertahankan
pada skala 3
ditingkatkan ke
skala 4 ) ditandai
keluarga mampu
menyebutkan cara
menangani serta
mencegah penyakit
hipertensi (Sue
Moorhead,d., 2016)
D. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn.B Ruang :-
Usia : 63 tahun Tanggal 11 Oktober 2021
Dx Nama/
No Hari, Tanggal/Jam Implementasi Respon Klien
Kep TTD
Senin, 11 Oktober I, II - Menyediakan lingkungan yang Rs : Pasien mengatakan nyeri pada bagian
2021 kepala belakang, tidak ada minum obat
aman untuk pasien
09.15 wita apapun sebelumnya.
P = Nyeri berkurang saat berbaring di
tempat tidur.
Q = Nyeri seperti ditusuk –tusuk
R= Kepala bagian belakang
penyakit
Ro : Pasien belum memahami tentang
- Menjelaskan komplikasi yang
penyakit hipertensi dan tampak bingung
mungkin terjadi saat ditanyakan penanganan yang tepat.
tinggi.
Selasa, 12 Oktober I, II - Menyediakan lingkungan yang Rs : Pasien mengatakan nyeri pada bagian
2021 kepala belakang, tidak ada minum obat
aman untuk pasien
09.00 wita apapun sebelumnya.
- Melakukan pengkajian nyeri secara
P = Nyeri berkurang saat berbaring di
komprehensif tempat tidur.
Q = Nyeri seperti ditusuk –tusuk
- Menggali faktor-faktor penurun dan
R= Kepala bagian belakang
pemberat nyeri
S = 4 (1-10)
- Mendorong pasien memonitor dan T = hilang timbul , terutama saat bangun
dari tempat tidur.
menangani nyeri
Pasien mengatakan telah melakan kompres
- Mengajarkan penggunaan teknik
hangat pada leher belakang dan merasa
non farmakologi kaku pada leher membaik.
Ro : Lingkungan pasien tampak aman dan
bersih, Tekanan darah pasien saat ini
140/100 mmHg.
III - Mengkaji tingkat pengetahuan Rs : Pasien dan keluarga mengatakan mulai
paham dengan penanganan tensi tinggi.
pasien mengenai proses penyakit
mungkin terjadi
manajemen/terapi/penanganan yang
Ro : Pasien telah diberikan informasi
dapat dilakukan untuk mengurangi
tentang cara mengurangi nyeri dengan
nyeri melakukan kompres air hangat pada areal
belakang kepala serta senam hipertensi
- Ajarkan penggunaan teknik non
untuk menurunkan tekanan darah tinggi.
farmakologi dalam mengatasi nyeri
Pasien dan keluarga tampak mampu
dan menurunkan tekanan darah melakukan senam hipertensi walaupun
tampak bingung dengan urutan senam
tinggi.
hipertensi.
- Dukung istirahat/tidur yang adekuat
hipertensi
Ro : Pasien dan keluarga mampu
- Mengevaluasi pengetahuan pasien menjawab secara singkat tentang
hipertensi, gejala hipertensi serta cara
dan keluarga tentang proses
pencegahan hipertensi
terjadinya penyakit hipertensi
nyeri
Ro :Pasien dan keluarga tampak mampu
- Ajarkan penggunaan teknik non
melakukan senam hipertensi walaupun
farmakologi dalam mengatasi nyeri tampak bingung dengan urutan senam
hipertensi.
dan menurunkan tekanan darah
tinggi.
Tanggal/ Dx Nama/
No Evaluasi
Jam Kep Paraf
1 11/10/21 I S=
19.00 Pasien mengatakan masih merasa sakit pada
bagian kepala belakang ( skala 3)
P : Nyeri berkurang saat berbaring di tempat tidur.
Q : Nyeri seperti ditusuk –tusuk
R : Kepala bagian belakang
S : 5 (1-10)
T : hilang timbul , terutama saat bangun dari tempat
tidur.
Pasien mengatakan telah melakukan kompres
hangat pada leher belakang dan merasa kaku pada
leher membaik ( skala 4)
A = Tujuan tercapai
P = pertahankan kondisi
O=
- Pasien dan keluarga mampu menjawab
secara singkat tentang hipertensi, gejala
hipertensi serta cara pencegahan hipertensi
(skala 4)
- Pasien dan keluarga tampak mampu
melakukan senam hipertensi walaupun
tampak bingung dengan urutan senam
hipertensi (skala 4)
A = Tujuan tercapai
P = Pertahankan kondisi
Nama : Tn.B Ruang :-
Usia : 63 tahun Tanggal : 12 Oktober 2021
Tanggal/ Dx Nama/
No Evaluasi
Jam Kep Paraf
1 12/10/21 I S=
09.00 Pasien mengatakan masih merasa sakit pada
bagian kepala belakang ( skala 3)
P : Nyeri berkurang saat berbaring di tempat tidur.
Q : Nyeri seperti ditusuk –tusuk
R : Kepala bagian belakang
S : 4 (1-10)
T : hilang timbul , terutama saat bangun dari tempat
tidur.
Pasien mengatakan telah melakukan kompres
hangat pada leher belakang dan merasa kaku pada
leher membaik ( skala 4)
A = Tujuan tercapai
P = pertahankan kondisi
O=
- Pasien dan keluarga mampu menjawab
secara singkat tentang hipertensi, gejala
hipertensi serta cara pencegahan hipertensi
(skala 4)
- Pasien dan keluarga tampak mampu
melakukan senam hipertensi walaupun
tampak bingung dengan urutan senam
hipertensi (skala 4)
A = Tujuan tercapai
P = Pertahankan kondisi
Nama : Tn.B Ruang :-
Usia : 63 tahun Tanggal : 13 Oktober 2021
Tanggal/ Dx Nama/
No Evaluasi
Jam Kep Paraf
1 13/10/21 I S=
09.00 Pasien mengatakan masih merasa sakit pada
bagian kepala belakang ( skala 3)
P : Nyeri berkurang saat berbaring di tempat tidur.
Q : Nyeri seperti ditusuk –tusuk
R : Kepala bagian belakang
S : 4 (1-10)
T : hilang timbul , terutama saat bangun dari tempat
tidur.
Pasien mengatakan telah melakukan kompres
hangat pada leher belakang dan merasa kaku pada
leher membaik ( skala 4)
A = Tujuan tercapai
P = pertahankan kondisi
O=
- Pasien dan keluarga mampu menjawab
secara singkat tentang hipertensi, gejala
hipertensi serta cara pencegahan hipertensi
(skala 4)
- Pasien dan keluarga tampak mampu
melakukan senam hipertensi walaupun
tampak bingung dengan urutan senam
hipertensi (skala 4)
A = Tujuan tercapai
P = Pertahankan kondisi