Laporan Diklat Iltb Juli 2023
Laporan Diklat Iltb Juli 2023
Hormat Kami,
I. Dasar
berdasarkan surat Perintah Tugas nomor: 893/02156 tanggal 18 Juli 2023
mengikuti Pelatihan Manajemen Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB) dan Terapi
Pencegahan Tuberculosis (TPT) Angkatan 2 pada tanggal 24 s.d 27 Juli 2023 di
Balai Pelatihan Kesehatan DIY
II. Maksud dan Tujuan Diklat
1. Tujuan Pembelajaran Umum
Peserta memiliki pemahaman mengenai penemuan kasus ILTB.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
a. Peserta memiliki pemahaman mengenai perjalanan alamiah TBC.
b. Peserta memiliki pemahaman mengenai factor risiko terjadinya TBC setelah
seseorang terinfeksi TBC
c. Peserta memiliki pemahaman mengenai tujuan penemuan kasus ILTB.
d. Peserta memiliki pemahaman mengenai sasaran penemuan kasus ILTB
e. Peserta memiliki pemahaman mengenai alur penemuan kasus ILTB
II. Waktu dan Tempat
Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB) dan
Terapi Pencegahan Tuberculosis (TPT) Angkatan 2 pada tanggal 24 s.d 27 Juli
2023 di Balai Pelatihan Kesehatan DIY.
5. DIAGNOSIS ILTB
Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB) adalah Suatu keadaaan dimana system
kekebalan tubuh orang yang terinfeksi tidak mampu mengeliminasi bakteri
Mycobacterium tuberculosis dari tubuh secara sempurna tetapi mampu
mengendalikan bakteri TBC sehingga tidak timbul gejala sakit TBC
Yang termasuk orang dengan ILTB:
Tuberculin Skin Test (TST) atau Interferon Gamma-Release Assay (IGRA)
positif
Foto toraks normal
Pemeriksaan dahak dan Xpert MTB/Rif® negatif
Faktor risiko orang terkena TB:
Kekebalan tubuh lemah
ODHIV
Malnutrisi
Sedang pengobatan kanker
Sedang menjalani hemodialisis
Sedang menggunakan steroid jangka panjang
Sasaran TPT pada ILTB yakni Orang dengan HIV/AIDS (ODHIV); Kontak
serumah dg pasien TBC paru terkonfirmasi bakteriologis (Anak usia di bawah 5
tahun, Dewasa, remaja dan anak usia di atas 5 tahun); Kelompok risiko lainnya
dengan HIV negative (Pasien immunokompromais lainnya (keganasan,
hemodialisis, mendapat kortikosteroid jangka panjang, persiapan transplantasi
organ, dll; warga Binaan Pemasyarakatan petugas kesehatan, sekolah
berasrama, barak militer, pengguna narkoba suntik). Syarat pemberian TPT
yakni kelompok risiko tinggi, tidak sakit TBC, infeksi laten TBC, tidak ada kontra
indikasi pemberian TPT. Cara menentukan seseorang tidak sakit TBC dan
terindikasi pemberian TPT yakni mengetahui gejala dengan memastikan gejala
antara lain batuk, demam, BB turun/tidak naik, lesu, keringat malam. Alur
pemeriksaan ILTB yakni sebagai berikut:
Akhir dari pemeriksaan yakni sebagai kesimpulan kita akan memberikan
TPT atau OAT. Target prioritas pemberian terapi pencegahan TBC yakni orang
dengan HIV/AIDS (ODHIV), kontak serumah dengan pasien TBC paru
terkonfirmasi bakteriologiis. TST untuk mengetahui ada/tidaknya respon imun
terhadap bakteri TBC pada tubuh. TST menggunakan PPD RT-23 atau PPD-S 5
TU IC pada volar lengan bawah (3 jari bawah lekukan siku bagian dalam), hasil
diba 48-72 jam setelah penyuntikan, penyimpanan 2-8 C, tsetelah dibuka cairan
dapat disimpan selama 30 hari. Indurasi yang positif > 1 cm. interpretasi Uji
Tuberkulin. Interferon Gamaa-Release Assay (IGRA) yakni uji dengan metode
enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) untuk mengukur pembentukan
interferon-y dalam darah pasien yang dikaitkan dengan infeksi M,tuberculosis.
Kesimpulan yakni Infeksi Laten Tuberculosis (ILTB) menjadi tantangan dalam
eradikasi tuberculosis, pemeriksaan diagnostik dapat dikerjakan sesuai dengan
sasaran dan alur pemeriksaan, sebisa mungkin eksklusi TBC paru aktif dan TBC
ekstraparu sebelum memulai TPT (jika fasilitas tersedia), perlu pendekatan, KIE
menyeluruh dan inform consent sebelum melakukan pemeriksaan ILTB dan
pemberian TPT.
Alur pencatatan dan pelaporan, sesuai dengan gambar alur di bawah ini :
Pencatatan TPT menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Tuberkulosis
(SITB). Laporan TPT yang dapat diakses di SITB berupa Laporan TBC.15
Fasyankes (berisi data individu); Laporan TBC.15 Kab/Kota, Provinsi, dan
Nasional (berisi data agregat); Laporan Cakupan Faktor Risiko Kontak Serumah
dan Faktor Risiko Lainnya yang Mendapatkan TPT.
9. LOGISTIK TPT
Jenis logistic TPT program TBC terdiri dari Isoniazid (H) 100 mg & 300
mg; Isoniazid (H) 300 mg dan Rifapentine (P) 150 mg (3HP Lepasan); Kombinasi
Dosis Tetap 3HP (Isoniazid 300 mg/Rifapentine 300 mg); Kombinasi Dosis Tetap
3HR (Isoniazid 50 mg/Rifampicin 75 mg); Levofloxacin (Lfx) 250 mg dan
Etambutol 400 mg (Dosis Dewasa); Levofloxacin (Lfx) 100 mg.
Perencanaan kebutuhan obat TPT harus mempertimbangkan beberapa
hal berikut: Jumlah target TPT sesuai kelompok sasaran; Jumlah pasien TPT
yang sedang dalam pengobatan; Sisa stok obat TPT yang tersedia; Jumlah obat
yang sudah dibeli namun belum diterima/ stock in pipeline; Masa tunggu (lead
time); Periode perhitungan kebutuhan yang diharapkan; Dosis setiap jenis obat
yang akan diberikan per kg berat badan. Penyimpanan terkait logistic TPT Suhu
ruang penyimpanan : <25° C; Ruangan kering (tingkat kelembaban <40%);
Ruangan mempunyai ventilasi yang cukup
penghalang sinar matahari langsung dan dilengkapi dengan; Mempunyai
alat pengukur suhu (termometer) dan kelembaban (higrometer) serta formulir
pencatatan monitoring suhu dan kelembaban; Mempunyai alat pengatur suhu
ruangan (AC, kipas, exhaust fan); Mempunyai lemari pendingin; Mempunyai
ruangan administrasi; mempunyai ruangan untuk menyimpan logistik yang sudah
kadaluarsa/rusak; Mempunyai alarm pendeteksi kebakaran dan alat pemadam
kebakaran yang dapat digunakan.
Penataan obat logistik TPT dengan mengikuti Obat harus ditempatkan
diatas palet atau rak; Obat ditempatkan berdasarkan jenis, bentuk sediaan dan
alfabet; Obat disusun berdasarkan prinsip FEFO/FIFO; Obat disusun tidak boleh
terlalu rapat dan terbalik; Penempatan dus tumpukan sesuai dengan ketentuan
yang tertera pada setiap dus; Kondisi/tempat penyimpanan obat sesuai dengan
yang dipersyaratkan pada kemasan; Obat yang rusak dan kadaluarsa disimpan
tempat terpisah sebelum dimusnahkan.
V. Manfaat
1. Peserta pelatihan mendapatkan update sekaligus refreshing ilmu terkait
managemen ILTB dan pemberian TPT di Puskesmas
2. Peserta pelatihan dapat memberikan terapi dan pelayanan bisa tepat dan cepat
sesuai dengan pedoman yang ada.
3. Peserta pelatihan dapat melakikan diagnosis TBC dewasa dan TBC pada anak.
4. Peserta pelatihan mempunyai kemampuan dan kompetensi untuk melakukan
pemeriksaan TST.
5. Peserta pelatihan mempunyai pengetahuan untuk melakukan peloporan dalam
SITB.
6. Peserta petlatihan mempunyai pengetahuan untuk melakukan penyimpanan logistic
yang dibutuhkan.
7. Peserta pelatihan dapat melakukan Pemberian terapi yang tepat juga akan
memberikan dampak positif terhadap masyarakat, bangsa dan negara
8. Peserta pelatihan dapat menyebarluaskan pengetahuan yang didapatkan sehingga
dapat meningkatkan kewaspadaan masyarakat luas mengenai ILTB dan TPT ini.
9. Peserta pelatihan diharpkan berperan aktif untuk meningkatkan capaian indikator
keberhasilan pengotaban TB dan ILTB ini supaya terjadi penurunan prevalensi TBC
khusnya di wilayah Sleman, umumnya di Indonesia.
VI. Penutup
a) Kesan
Alhamdulillah selama 4 hari ini pelatihan dapat berjalan dengan lancar
dan tidak ada halangan. Terimkasih kami ucapkan kepada panitia, widyaiswara,
instruktur, peserta dan seluruh staf BAPELKES yang tidak kami sebutkan satu
persatu. Semoga pelatihan ini dapat menambah ilmu kami sebagai peserta,
ilmunya dapat kami bagi ke teman2 puskesmas dan kader TB, dan dapat
bermanfaat untuk menyehatkan masyarakat Sleman khususnya dan Indonesia
umumnya sehingga Indonesia turun dari peringkat 2 dunia menjadi lebih dari
peringkat ke 10,
b) Saran
1. Materi dan tema sudah terkait, waktu pembelajaran padat dan efisien,
materi dan hasil belajar sudah sesuai dengan yang peserta harapkan.
2. Pelatihan diadakan berkelanjutan sehingga seluruh nakes (medis dan
paramedis) menguasai materi
3. Saran untuk tugas RTL yang disusun oleh para peserta dapat
ditindaklanjuti ditingkat puskesmas hingga tingkat dinas kesehatan.
Hormat Kami,
dr. HENDRAWAN D P