Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PROJECT BASE

PEMBUATAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DARI LIMBAH PEPAYA

OLEH:

KELOMPOK 6
1. Laurentina Didut 2004060053
2. Lusia Mengo 2004060107
3. Efrem Kasimirus Sangku 2004060090
4. Desiana Yane Badut 2004060087

5. Dwiseven Febiola Oni Bili 2004060089

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
KUPANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengembangan pertanian yang ramah lingkungan merupakan keharusan


demi kelangsungan produks dan kesehatan. Upaya-upaya tersebut telah
direkomendasikan oleh pemerintah, salah satu usaha yang dilakukan adalah
dengan melakukan usaha pertanian secara organik. Pertanian organik merupakan
suatu sistem untuk mengembalikan semua jenis bahan organik ke dalam tanah,
baik dalam bentuk limbah pertanian, limbah rumah tangga maupun limbah
peternakan,yang selanjutnya bertujuan untuk memberi makanan pada tanaman
untuk bertumbuh dengan baik (Parawansa & Ramli, 2014)
Salah satu upaya yang dilakukan dalam usahatani tanpa
mengggunakan bahan-bahan kimia yang akan merusak lingkungan adalah
dengan penggunaan mikroorganisme lokal(Mol). Sebuah teknologi dari masa
lalu yang terlupakan kembali digali. Penyubur tanaman memanfaatkan mikro
bioorganisme lokal menjadi solusi bagi petani lokal, menuju pertanian ramah
lingkungan dan bebas dari pupuk dan obat-obatan kimiawi. Bahan Mol
mudah didapatkan di Indonesia dan mudah diolah. Selain itu, Mol dapat
menghemat 20-25% dari total biaya produksi. Mol adalah mikro-organisme
yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat
maupun pupuk cair.
Adapun bahan utama Mol terdiri dari beberapa komponen, yaitu
karbohidrat, glukosa dan sumber mikroorganisme. Bahan dasar untuk
fermentasi larutan Mol dapat berasal dari hasil pertanian, perkebunan,
maupun limbah organik rumah tangga (Anonim, 2013). Karbohidrat sebagai
sumber nutrisi untuk mikroorganisme dapat diperoleh dari limbah organik,
seperti air cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah, dan daunan
lainnya. Sumber glukosa berasal dari cairan gula merah, gula pasir dan air
kelapa, serta sumber mikroorganisme berasal dari kulit buah yang sudah
busuk, terasi, keong mas dan nasi basi (Anonim, 2013). Mol masih belum
diketahui secara luas oleh petani, karena petani sendiri masih banyak yang
menggunakan bahan-bahan kimia dalam berusaha tani dan juga dalam
meningkatkan produksi pangan mereka.
MOL dapat digunakan sebagai pendekomposer, pupuk hayati, dan sebagai
pestisida organik terutama sebagai fungsida. Penggunaan MOL sebagai penyubur
tanaman yang mengandung mikrobioorganisme lokal ini menjadi harapan menuju
pertanian ramah lingkungan dan mandiri, bebas dari pupuk dan obat-obatan
kimiawi.

1.2.Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

1. Mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan MOL.

2. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat dari MOL


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL)

Mikroorganisme adalah jasad hidup yang berukuran sangat kecil.


Setiap sel tunggal yang dimiliki mikroorganisme mempunyai kemampuan
untuk melakukan aktivitas kehidupan, seperti mengalami pertumbuhan,
menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya. Mikroorganisme
tidak hanya berdampak buruk bagi manusia, masih ada manfaat-manfaat
yang dapat diambil dan berguna bagi manusia. Banyak mikroorganisme
yang dimanfaatkan dalam bidang pertanian, perkebunan, kesehatan, dan
lingkungan (Hadi, 2019). Pembuatan MOL merupakan salah satu dari
manfaat mikroorganisme tersebut. Mikroorganisme lokal (MOL) adalah
larutan yang berasal dari bahan-bahan alami, sebagai media hidup dan
berkembangnya mikroorganisme. Beberapa sumber menyebut MOL sebagai
pupuk organik cair (POC). Dalam larutan MOL terdapat unsur hara makro
dan mikro serta mikroba yang berpotensi sebagai perombak bahan organik,
perangsang pertumbuhan serta sebagai agen pengendali hama. Pada
dasarnya proses pembuatan MOL tidak begitu berbeda dengan pembuatan
kompos, hanya saja pada pembuatan MOL memerlukan lebih banyak air
dan udara. Selain itu, untuk mempercepat pertumbuhan mikroorganisme,
biasanya ditambahkan gula atau bisa juga bahan-bahan organik yang manis,
contohnya air kelapa, air tebu, air nira serta buah-buahan yang mempunyai
rasa manis (Kumalasari dkk., 2020).

2.2 Fermentasi

Fermentasi merupakan suatu proses perubahan kimia pada suatu


substrat organik melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh
mikroorganisme (Suprihatin, 2010). Mikroba yang biasanya terlibat dalam
fermentasi pangan adalah bakteri, khamir dan kapang. Prinsip dasar
fermentasi adalah mengaktifkan aktivitas mikroba tertentu sehingga dapat
merubah sifat bahan yang menghasilkan produk fermentasi bermanfaat.
Beberapa faktor yang mempengaruhi fermentasi antara lain
mikroorganisme, substrat (medium), pH (keasaman), suhu, oksigen, dan
aktivitas air (Afrianti, 2013). Menurut Buckle dkk. (1985) selain zat gizi,
suhu, air, pH dan oksigen, fermentasi juga dipengaruhi oleh waktu. Waktu
fermentasi merupakan variabel yang berkaitan dengan fase pertumbuhan
mikroba selama proses fermentasi berlangsung sehingga akan berpengaruh
terhadap hasil fermentasi (Kusuma dkk., 2020)

Produk-produk hasil fermentasi sudah berada banyak di pasaran.


Produk terfermentasi umumnya mudah diurai secara biologis dan memiliki
nilai nutrisi lebih tinggi dari bahan asalnya (Winarno dkk., 1980).
Penyebabnya adalah sifat mikroba yang katabolik atau memecah komponen-
komponen yang komplek menjadi lebih sederhana sehingga dapat lebih
mudah tercerna, tetapi juga dapat mensintesis beberapa vitamin yang
komplek. Beberapa manfaat fermentasi yaitu bisa mengubah bahan organik
kompleks seperti protein, karbohidrat, dan lemak menjadi molekul-molekul
yang lebih sederhana dan mudah dicerna, mengubah rasa dan aroma yang
tidak disukai menjadi disukai dan mensintesis protein. Manfaat lain dari
fermentasi adalah bahan makanan lebih tahan disimpan dan dapat
mengurangi senyawa racun yang dikandungnya, sehingga nilai ekonomis
bahan dasarnya menjadi jauh lebih baik (Pamungkas, 2011).

2.3 Bioteknologi

Bioteknologi merupakan bidang penerapan biosains dan teknologi


yang menyangkut penerapan praktis organisme hidup atau komponen
subsellulernya pada industri jasa dan manufaktur serta pengelolaan
lingkungan. Bioteknologi juga bisa didefinisikan sebagai teknologi yang
memakai sistem hayati (proses-proses biologi) untuk mendapatkan barang
dan jasa yang berguna bagi kesejahteraan manusia. Bioteknologi
memanfaatkan bakteri, ragi, kapang, alga, sel tumbuhan atau sel hewan yang
dibiakkan sebagai konstituen berbagai proses industri. Pada umumnya
bioteknologi dibedakan menjadi bioteknologi tradisional dan modern
(Sutarno, 2016). Bioteknologi tradisional sudah dipakai dan dimanfaatkan
masyarakat sejak dahulu, salah satunya dalam pembuatan tempe dan tahu.
Bioteknologi adalah gelombang ketiga dalam ilmu biologi dan
mencerminkan penggabungan ilmu dasar dan ilmu terapan, dimana
transformasi bertahap ilmu pengetahuan ke dalam teknologi. Bioteknologi
merupakan penerapan biologi, sistem organisme atau proses-proses untuk
memproduksi dan industri jasa, etrdiri dari sejumlah teknologi pada tingkat
sel dan molekuler. Beberapa area dimana teknologi ini sedang digunakan
adalah industri kimia, industri makanan, produktivitas pertanian, industri
farmasi, perlindungan lingkungan, pengurangan polusi dan lain-lainnya
(Zulfiani dkk., 2013). Bioteknologi di Indonesia sendiri sudah berkembang
sejak lama. Namun bioteknologi modern baru berkembang pada tahun 1985
ketika Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang mengizinkan munculnya
program Bioteknologi seperti Bioteknologi pertanian IPB, Bioteknologi
kesehatan di UGM dan Bioteknologi Industri di ITB Bandung (Wasilah
dkk., 2019).
BAB III

METODE

3.1. Tempat dan waktu

Pembuatan MOL ini dilaksanakan di Penfui, Kota Kupang.

Dimulai pada Selasa 25 April 2023, pukul 10.00 WITA.

3.2. Alat dan Bahan

Alat

1. Botol plastik
2. Pisau
3. Tumbukan
4. Saringan
5. Alat pengaduk
6. Ember

Bahan

1. Buah pepaya = 1 kg
2. Gula merah = 1/2 kg
3. Air cucian beras = 1 liter

3.3. Prosedur

1. Persiapan Alat Dan Bahan


2. Cara Pembuatan

1) Pertama-tama potong-potong buah pepaya busuk menjadi beberapa bagian,


tidak perlu dikupas, kemudian buah pepaya busuk yang telah di potong-
potong tadi ditumbuk hingga halus biasanya akan berair, dilanjutkan
masukan kedalam ember.
2) Sementara iris gula merah tipis-tipis, kemudian aduk dengan air cucian
beras yang sebelunya sudah disiapkan, sesudah larutan ini di buat, satukan
dengan tumbukan buah pepaya busuk yang tadi. aduk-aduk hingga merata.
sesudah itu masukan kedalam botol, lalu ditutup, dengan tujuan agar reaksi
pada mol bisa berjalan baik.
3) Jika semua langkah diatas telah dilakukan, MOL buah pepaya busuk
diamkan selama 2 minggu,
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Pengamatan larutan MOL pepaya


No Pengamatan Taggal Keterangan
ke
1. 1 25 April 2023 Hari pertama pembuatan larutan
MOL pepaya. Warna larutan coklat
tua dan keruh serta berbau tapai
masam.
2. 2 29 April 2023 Warna masih coklat tua. Ampas
buah papaya mulai terpisah dengan
larutan.
3. 3 2 Mei 2023 Warna larutan MOL mulai jernih
yaitu berwarna coklat muda. Ampas
buah pepaya sudah terpisah dengan
larutan. MOL berbau tapai.
4. 4 9 Mei 2023 Bau MOL seperti bau tapai matang,
warna larutan kuning keruh, dan
ampasnya sudah terpisah.

4.2 Pembahasan
Pada pembuatan MOL pepaya, gula merah berperan sebagai
makanan untuk perkembangan mikroorganisme yang terkandung dalam
papaya. Sedangkan papaya merupakan media tumbuh mikroorganisme, hal
ini sesuai dengan (Parawansa & Ramli, 2014) yang menyatakan bahwa
sumber mikroorganisme berasal dari kulit buah yang sudah busuk. Mol
yang diperoleh dari buah papaya dapat menghasilkan mikroorganisme
lokal yang dapat merombak bahan organik. Mol ini dapat digunakan
sebagai perombak kompos atau dapat juga langsung diaplikasi pada
tanaman. Pembuatan lubang pada tutup botol dilakukan sebagai tempat
keluar- masuknya udara dan membuang gas yang terbentuk agar tidak
meledak.
Berdasarkan tabel di atas, percobaan pembuatan MOL Pepaya
dikatakan berhasil. Berhasil atau tidaknya MOL ini ditandai dengan
perubahan-perubahan yang terjadi, seperti aroma pada MOL pepaya yang
berbau menyerupai tapai. Hal tersebut sesuai dengan Mulyono (2016) yang
menyatakan bahwa MOL yang siap digunakan dan telah matang dicirikan
dengan bau asam seperti tapai. Selain itu, menurut Rahmah dkk. (2014),
mikroorganisme yang terkandung dalam MOL akan melakukan fermentasi
bahan-bahan organik sehingga menghasilkan asam organik yang berbau
asam seperti tapai. Selain itu, perubahan juga terjadi pada warna larutan
MOL. Pada awal pengamatan larutan MOL berwarna coklat tua dan keruh,
lalu pada akhir pengamatan warna larutan MOL berubah menjadi kuning
keruh. Menurut Hadi (2019), ciri-ciri MOL yang telah berhasil adalah
MOL tidak sekeruh saat pertama kali dibuat.

Larutan MOL merupakan hasil dari fermentasi yang berbahan


dasar dari sumber daya yang tersedia di lingkungan. Larutan MOL
mengandung unsur hara makro dan mikro serta mengandung bakteri yang
berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan dan
sebagai agen pengendali hama dan penyakit tanaman. Sehingga MOL
dapat digunakan baik sebagai pendekomposer, pupuk hayati, dan sebagai
pestisida organik terutama sebagai fungisida (Purwasasmita, 2009). MOL
juga memiliki manfaat lain, yaitu: memperbaiki sifat fisik, kimia, dan
biologis tanah; menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman;
menyehatkan tanaman, meningkatkan produksi tanaman; dan menjaga
kestabilan produksi; menambah unsur hara tanah; serta mempercepat
pengomposan sampah organik atau kotoran hewan (Hadi, 2019).
BAB V

PENUTUP
5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.

Proses pembuatan MOL pepaya menggunakan pepaya sebagai substrat utama dan
gula merah sebagai makanan untuk perkembangan mikroorganisme. MOL
mempunyai manfaat sebagai starter utama dalam pembuatan pupuk cair, selain itu
MOL berpotensi sebagai pendekomposer, pupuk hayati, dan sebagai pestisida organik
terutama sebagai fungisida
DAFTAR PUSTAKA

Parawansa, I. (2014). MIKROORGANISME LOKAL (MOL) BUAH PISANG DAN


PEPAYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN UBI JALAR (Ipomea
batatas L): BANANA AND PAPAYA LOCAL MICROORGANISMS (MOL) ON
PLANT GROWTH SWEET POTATO (Ipomea batatas L). Jurnal Agrisistem, 10(1),
10-15.
Hadi, R. A. 2019. Pemanfaatan mol (mikroorganisme lokal) dari materi yang tersedia di
sekitaran lingkungan. Jurnal Agroscience. 9 (1): 93-104.
Kumalasari, S., Budiyanto., Wahyuningsih., dan Amelia, P. N.. 2020. Pembuatan
Mikroorganisme Lokal Dengan Bahan Baku Bonggol Pisang (MOLBOPI) Sebagai
Pupuk Cair Organik di Desa Bbeji, Unggaran Timur, Kabupaten Semarang.
Universitas negeri Semarang. Semarang.
Suprihatin. 2010. Teknologi Fermentasi. UNESA University Press. Surabaya.
Winarno, F. G., Fardiaz, S., dan Fardiaz, D. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. PT
Gramedia. Jakarta.
Pamungkas, W. 2011. Teknologi fermentasi, alternatif solusi dalam upaya pemanfaatan
bahan pakan lokal. Jurnal Media Akuakultur Lokal. 6 (1): 43-48.
Wasilah, U., Rohimah, S., dan Su’udi, M. 2019. Perkembangan bioteknologi di Indonesia.
Jurnal Rekayasa. 12 (2): 85-90.
Mulyono. 2016. Membuat Mikroorganisme Lokal (MOL) dan Kompos Sampah Rumah
Tangga. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai