Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. TRAUMA KEPALA
1. DEFINISI
Otak dapat dipengaruhi berbagai macam tumor. Pasien yang
mengalami tumor tersebut akan mengalami gejala-gejala dan defisit neurologi
yang tergantung histologi, tipe, lokasi dan cara pertumbuhan dari pada tumor.
Diagnosa awal dari tumor sangat penting sekali untuk mencegah kerusakan
neurologis secara permanent. Peranan perawat sangat penting sekali dalam
merawat pasien dan keluarganya hal ini disebabkan karena banyak sekali
kemungkinan masalahmasalah fisik, psikologis dan sosial yang akan dihadapi
Tumor otak adalah massa atau neoplasma dalam otak. Tumor otak
dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar, yaitu :
a) Tumor otak yang muncul dipermukaan otak, seperti meningioma dura.
b) Tumor yang berkembang didalam atau diatas saraf kranial, seperti
meningioma akustik.
c) Tumor yang berasal dari jaringan otak, seperti jenis glioma
d) Lesi metastasik yang berasal dari bagian tubuh lainnya, seperti tumor
hipofisis dankelenjar pineal dari pembuluh darah serebral.
Meningioma adalah tumor pada meninx, yang merupakan selaput
pelindung yang melindungi otak dan medulla spinalis. Meningioma dapat
timbul pada tempat manapun di bagian otak maupun medulla spinalis, tetapi,
umumnya terjadi di hemisphere otak di semua lobusnya. Kebanyakan
meningioma bersifat jinak (benign). Meningioma malignant jarang terjadi.
2. ETIOLOGI
Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti kuat
yang menunjukan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa
tipe tumortumor tertentu. Agent tersebut meliptI faktor herediter, kongenital,
virus, toksin, dan defisiensi immunologi. Ada juga yang mengatakan bahwa
tumor otak dapat terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan penyakit
peradangan. (Fagan Dubin, 1979; Larson, 1980; Adams dan Maurice, 1977;
Merrit, 1979). Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat
terjadi. Karsinoma metastase lebih sering menuju ke otak dari pada sarkoma.
Lokasi utama dari tumor otak metastase berasal dari paru-paru dan payudara.
Tumor pada sistem saraf pusat terdiri dari tumor intrakranial dan
tumor intraspinal. Seperti pada umumnya penyebab belum pasti diketahui
secara jelas. Namun beberapa faktor diidentifikasi sebagai faktor predisposisi
antara lain paparan terhadap zat toksin, trauma dan perdarahan.
Tumor otak primer menunjukkan rata-rata 20% dari semua
penyebab kematian karena kanker, dimana 20-40 % dari semua kanker
mengalami metastase ke otak. Tumor-tumor otak jarang mengalami metastase
keluar sistem saraf pusat tetapi jelas metastase ke otak, biasanya dari paru-
paru, payudara, sistem gastrointestinal bagian bawah, pankreas, ginjal, kulit.
Jejas neoplasmatik didalam otak akhirnya menyebabkan kematian yang
mengganggu fungsi vital seperti pernapasan dan menyebabkan PTIK.
Para ahli tidak memastikan apa penyebab tumor meningioma,
namun beberapa teori telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa
kromoson yang jelek yang meyebabkan timbulnya meningioma. Faktor-faktor
terpenting sebagai penyebab meningioma adalah trauma, kehamilan, dan
virus. Pada penyelidikan dilaporkan 1/3 dari meningioma mengalami trauma,
Pada beberapa kasus ada hubungan langsung antara tempat terjadinya trauma
dengan tempat timbulnya tumor. Sehingga disimpulkan bahwa penyebab
timbulnya meningioma adalah trauma. Beberapa penyelidikan
berpendapat hanya sedikit bukti yang menunjukkan adanya hubungan
antara meningioma dengan trauma.
Dilaporkan juga bahwa meningioma ini sering timbul pada akhir
kehamilan, mungkin hal ini dapat dijelaskan atas dasar adanya hidrasi otak
yang meningkat pada saat itu. Teori lain menyatakan bahwa virus dapat juga
sebagai penyebabnya. Pada penyelidikan dengan light microscope ditemukan
virus like inclusion bodies dalam nuclei dari meningioma. Tetapi
penyelidikan ini kemudian dibantah bahwa pemeriksaan electron misroscope
inclusion bodies ini adalah proyeksi cytoplasma yang berada dalam membran
inti.

2
3. TANDA DAN GEJALA
Manifestasi klinik umum (akibat dari peningkatan TIK, obstruksi
dari CSF) yaitu:
a) Sakit kepala
b) Nausea atau muntah proyektil
c) Pusing
d) Perubahan mental
e) Kejang
Manifestasi klinik lokal (akibat kompresi tumor pada bagian yang
spesifik dari otak)
a) Perubahan penglihatan, misalnya: hemianopsia,
nystagmus, diplopia, kebutaan, tanda-tanda papil edema.
b) Perubahan bicara, msalnya: aphasia
c) Perubahan sensorik, misalnya: hilangnya sensasi nyeri, halusinasi
sensorik.
d) Perubahan motorik, misalnya: ataksia, jatuh, kelemahan, dan paralisis.
e) Perubahan bowel atau bladder, misalnya: inkontinensia, retensia urin, dan
konstipasi.
f) Perubahan dalam pendengaran, misalnya : tinnitus, deafness.
g) Perubahan dalam seksual
h) Tanda-tanda dan gejala-gejala spesifik lesi dari masing-masing lobus
dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Gejala yang paling umum adalah sakit kepala dan kejang karena
tumor tersebut membesar pada ruang kranium yang terbatas. Beberapa gejala
berkaitan dengan PTIK mungkin indikasi adanya tumor. Gejala yang dialami
pasien sangat tergantung dari lokasi tumor dalam otak. Satu tumor dalam
lobus daerah frontal mungkin dimanifestasikan awalnya dengan perubahan
kepribadian, memori pengambilan keputusan atau alam perasaan.
Klinis peningkatan tekanan intrkranial juga akan disertai
bangkitan epilepsi seperti terjadi pada tumor supra tentorial. Defisit neurologi
lokal yang progresif sangat bervariasi tergantung pada lokasi tumor, yaitu :

3
a) Tumor pada lobus frontal akan dijumpai gangguan kepribadian dari mulai
yang umum sampai psikosa, gangguan intelektual, hilangnya daya ingat,
afek long tidak tepat.
b) Tumor pada lobus oksipital akan dijumpai gangguan penglihatan,
kejangkejang.
c) Tumor pada girus for a sentral akan dijumpai kejang jacksor.
d) Tumor pada lobus temporal akan dijumpai halusinasi penciuman,
penglihatan, pengecapan, kejang psikomotor.
e) Tumor pada lobus parietal akan dijumpai ketidakmampuan membuat
gambar, ketidakmampuan membedakan obyek.
Gejala-gejala yang paling sering didapatkan pada
penderita meningioma adalah sakit kepala. Gejala Minis lain yang paling
sering adalah berturut-turut sebagai berikut:
a) kejang-kejang (±48%)
b) gangguan visus (± 29%)
c) gangguan mental (± 13%)
d) gangguan fokal (± 10%)
Tetapi timbulnya tanda-tanda dan gejala-gejala ini tergantung
pada letak tumor dan tingginya tekanan intrakranial, Tanda-tanda fokal sangat
tergantung dari letak tumor, gejala-gejala bermacam-macam sesuai dengan
fungsi jaringan otak yang ditekan atau dirusak, dapat perlahan-lahan atau
cepat. Menurut Leaven gangguan fungsi otak ini penting untuk diagnosa dini.
Gejala-gejala ini tirnbul akibat hemodynamic steal dalam satu hemisfer otak,
antara hemisfer atau dari otak kedalam tumor.
a) Sakit Kepala
Merupakan gejala yang paling sering, sakit kepala ini tidak khas,
dapat umum atau terlokalisir ada daerah yang berlainan. Hal ini sudah
lazim walaupun tidak dikaitkan dengan meningkatnya tekanan intracranial.
Meningioma Intra Ventrikuler seringkali mengalami sakit kepala dan
peningkatan tekanan intrakranial, karena meningioma di tempat tersebut
dapat bergerak dan dapat mengadakan penyumbatan pada aliran cairan
serebrospinalis. Sakit kepala tersebut bersifat unilateral dan gejala-gejala

4
ini mungkin hilang timbul. Selain sakit kepala juga disertai mual dan
muntah-muntah.
b) Kejang
Didapati 48% dari kasus meningioma mengalami kejang-kejang
terutama pada meningioma parasagittal dan lobus temporalis, Adanya
kejang-kejang ini akan memperkuat diagnosa.
c) Gangguan Mata
Gangguan mata yang terjadi pada meningioma dapat berupa :
- penurunan visus
- papil oedema
- nystagmus
- gangguan yojana penglihatan
- gangguan gerakan bola mata
- exophthalmus.
d) Hemiparese
Lebih sering didapatkan pada meningioma dibandingkan dengan
tumor-tumor intrakranial yang lain. 10% dari kasus meningioma didapati
kelumpuhan fokal, Crose dkk mendapatkan tiga dari 13 kasusnya dengan
hemi parese disertai gangguan sensoris dari N V.
e) Gangguan mental
Sering juga didapatkan gangguan mental, tentunya berhubungan
pula dengan lokalisasi dari tumor. Dilaporkan 13% dari kasus-kasus
RAAF (29) dengan gangguan mental. Gejala mental seperti: dullness,
confusion stupor merupakan gejala-gejala yang paling sering.
Disamping gejala-gejala tersebut di atas juga sering didapatkan
gangguan saraf otak (nervus cranialis) terutama yang paling sering dari
kasuskasus Grouse yaitu N II, V, VI, IXdan X. Gejala yang menarik
adalah adanya Intermittent cerebral symptoms. Pada 219 penderita dengan
meiiingioma supra tentorial didapatkan gangguan fungsi serebral yang
mendadak intermitten dan sementara dapat beberapa menit atau lebih dari
sehari. Gejalagejala dapat berapa afasia, kelumpuhan dari muka dan lidah,
hemi plegia, vertigo, buta, ataxia, hallusinasi (olfaktoris) dan kejang-

5
kejang. Setengah dari kasus-kasus ini gangguan fungsi serebral berulang-
ulang, karena terjadi pada usia lanjut maka seringkali diagnosa
membingungkan dengan suatu infark otak atau insuffuiensia
serebrovaskuler, migrain, dan multiple sclerosis. Pada umumnya C.V.A.
dapat dibedakan dengan tumor intrakranial dengan adanya gejala-gejala
yang mendadak dan perlahan-lahan diikuti dengan kemajuan dari gejala-
gejala neurologis. Bermacam-macam gejala neurologis yang paling sering
menimbulkan kesalahan diagnosa.
f) Tanda-tanda yang menyesatkan (False Localizing Signs = FLS)
FLS dari tumor-tumor intrakranial adalah tanda-tanda yang tidak
semuanya berhubungan dengan gangguan fungsi pada tempat tumor
tersebut. Biasanya terlihat sebagai gejala fokal dari tempat-tempat yang
jauh dari tumor di mana hal ini dapat membingungkan untuk menentukan
lokalisasi tumor tersehut. Seperti biasanya diagnosa klinik ditegakkan dari
kumpulan/tandatanda, tetapi kurangnya pengetahuan akan FLS
menyebabkan kesalahankesalahan pada diagnosa, apabila pada kasus-
kasus yang tanda-tandanya tidak jelas.
Dari 250 kasus meningioma intrakranial didapatkan 101 kasus
dengan FLS. Diagnosa yang salah karena gejala-gejala yang tidak jelas
disertai adanya FLS. Gejala-gejala yang tidak jelas dapat disebabkan oleh
karena adanya Silent area di mana tumor-tumor itu pada permulaannya
tidak menunjukkan gejala-gejala. Yang termasuk silent area: parasagital
anterior, konveksitas frontal dan intraventrikuler.
Gejala dapat pula spesifik terhadap lokasi tumor:
- Meningioma falx dan parasagittal; nyeri tungkai
- Meningioma Convexitas; kejang, sakit kepala, deficit neurologis
fokal, perubahan status mental
- Meningioma Sphenoid; kurangnya sensibilitas wajah, gangguan
lapangan pandang, kebutaan, dan penglihatan ganda.
- Meningioma Olfactorius; kurangnya kepekaan penciuman, masalah
visus.

6
- Meningioma fossa posterior; nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan
spasme otot-otot wajah, berkurangnya pendengaran, gangguan
menelan, gangguan gaya berjalan,
- Meningioma suprasellar; pembengkakan diskus optikus, masalah visus
- Spinal meningioma ; nyeri punggung, nyeri dada dan lengan
- Meningioma Intraorbital ; penurunan visus, penonjolan bola mata
- Meningioma Intraventrikular ; perubahan mental, sakit kepala, pusing

4. PATOFISIOLOGI
Adanya massa atau neoplasma dalam otak akan berdampak pada
jaringan otak sendiri secara lokal dan dampak tumor secara umum. Secara
lokal efeknya berupa infiltrasi, invasi dan perusakan jaringan otak, dan secara
langsung akan menekan struktur syaraf sehingga terjadi degenerasi dan
gangguan sirkulasi darah. Edema akan meningkat, selain itu ICP juga akan
meningkat apabila terjadi hambatan pada sirkulasi cairan serebrospinalis.
Efek tumor tergantung dari lokasi, jenis dan pertumbuhan tumor. Kebanyakan
tumor otak berkembang lambat atau progresif lambat dengan onset yang
perlahan-lahan. Namun kadang ada tumor dengan gejala akut. Manifestasi
klinis pada prinsipnya berupa manifestasi dari peningkatan tekanan
intrakranial baik karena massa tumor atau space occupaying lassion (SOL)
atau lesi desak ruang, edema serebri, hidrosepalus obstruksi.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Computerised Tomographi ( CT ) dan Magnetic Resonan Imaging (MRI)
adalah dua jenis pemeriksaan radiodiagnostik yang ummnya digunakan
untuk mendeteksi dan mendefinisikan adanya tumor otak.
b) Agiografi cerebral digunakan untuk menentukan keterlibatan sistem
vaskuler atau adanya invasi tumor ke daerah vaskuler tersebut.
c) Biopsi stereotatik kadang-kadang dilakukan sebelum craniotomy atau
jika pasien tidak mungkin dilakukan pembedahan.

7
6. MANAGEMEN TERAPI
a) Terapi pembedahan
Pembedahan seringkali merupakan pilihan utama bagi penderita
tumor otak. Tujuan dari pendekatan ini adalah diagnosis defenitif dan
memperkecil tumor tersebut. Beberapa kasus malignansi tumor otak
mungkin dapat menyembuhkan tumor otak secara total tetapi ini sangat
jarang terjadi. Pengangkatan dari semua tumor dapat menghilangka gejala
neurologis, akan tetapi ukuran dan lokasi tumor mungkin memberikan
hambatan pelaksanaan pembedahan ini.
Pembedahan intracranial biasanya dilakukan untuk seluruh tipe
kondisi patologi dari otak untuk mengurangi ICP dan mengangkat tumor.
Pembedahan ini dilakukan melalui pembukaan tengkorak, yang disebut
dengan Craniotomy.
1) Perawatan pre operasi pada pasien yang dilakukan pembedahan intra
cranial adalah :
- Mengkaji keadaan neurologi dan psikologi pasien
- Memberi dukungan pasien dan keluarga untuk mengurangi
perasaanperasaan takut yang dialami.
- Memberitahu prosedur tindakan yang akan dilakukan untuk
meyakinkan pasien dan mengurangi perasaan takut.
- Menyiapkan lokasi pembedahan, yaitu: kepala dengan
menggunakan shampo antiseptik dan mencukur daerah kepala.

- Menyiapkan keluarga untuk penampilan pasien yang dilakukan


pembedahan, meliputi :
 Baluatan kepala
 Edema dan ecchymosis yang biasanya terjadi dimuka
 Menurunnya status mental sementara
2) Perawatan post operasi, meliputi :
- Mengkaji status neurologi dan tanda-tanda vital setiap 30 menit
untuk 4 - 6 jam pertama setelah pembedahan dan kemudian setiap
jam. Jika kondisi stabil pada 24 jam frekuensi pemeriksaan dapat
diturunkan setiap 2 samapai 4 jam sekali.

8
- Monitor adanya cardiac arrhytmia pada pembedahan fossa
posterior akibat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
- Monitor intake dan output cairan pasien. Batasi intake cairan
sekitar 1.500 cc / hari.
- Lakukan latihan ROM untuk semua ekstremitas setiap pergantian
dinas.
- Pasien dapat dibantu untuk alih posisi, batuk dan napas dalam
setiap 2 jam.
- Posisi kepala dapat ditinggikan 30 -35 derajat untuk
meningkatkan aliran balik dari kepala. Hindari fleksi posisi
panggul dan leher.
- Cek sesering mungkin balutan kepala dan drainage cairan yang
keluar.
- Lakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin, seperti :
pemeriksaan darah lengkap, serum elektroit dan osmolaritas, PT,
PTT, analisa gas darah.
- Memberikan obat-obatan sebagaimana program, misalnya :
antikonvulsi,antasida, atau antihistamin reseptor, kortikosteroid.
- Melakukan tindakan pencegahan terhadap komplikasi post operasi
3) Terapi radiasi
Terapi radiasi diberikan jika tumor tersebut telah ditemukan
pada jenis sel-sel yang tidak raisensitif.pasien mendapatkan terapi
lima hari setiap minggu sekitar 4-6 minggu berturut-turut.

7. KOMPLIKASI POST OPERASI


a) Edema cerebral
b) Perdarahan subdural, epidural, dan intracerebral
c) Hypovolemik syok
d) Hydrocephalus
e) Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (SIADH atau Diabetes
Insipidus) Infeksi luka operasi

9
8. PENGKAJIAN
Data Subyektif
a) Pemahaman pasien tentang penyakitnya
b) Perubahan dalam individu atau pertimbangan
c) Adanya ketidakmampuan sensasi ( parathesia atau anasthesia)
d) Masalah penglihatan (hilangnya ketajaman atau diplopia)
e) Mengeluh bau yang tidak biasanya (sering tumor otak pada lobus
temporale)
f) Adanya sakit kepala
g) Ketidakmampaun dalam aktifitas sehari-hari.
Data Obyektif
a) Kekuatan pergerakan
b) Berjalan
c) Tingkat kewaspadaan dan kesadaran
d) Orientasi
e) Pupil : ukuran, kesamaan, dan reaksi
f) Tanda-tanda vital
g) Pemeriksaan funduscopy untuk mengetahui papilaedema
h) Adanya kejang
i) Ketidaknormalan berbicara
j) Ketidaknormalan saraf-saraf kranial
k) Gejala-gejala peningkatan tekanan intracranial

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial
b) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
c) Resiko infeksi
d) Defisit Perawatan Diri: Mandi
e) Defisit perawatan diri: makan
f) Defisit perawatan diri: berpakaian
g) Defisit Perawatan Diri: Eliminasi

10
B. CRANIOTOMY
1. PENGERTIAN
Craniotomi adalah prosedur membuka tulang kranium untuk
mengambil tumor, mengontrol perdarahan dan untuk membantu
menurunkan tekanan intra kranial.
2. TUJUAN
Tujuan dari kraniotomi adalah untuk
a) Mengambil tumor otak, biopsi, dan mengontrol perdarahan
b) Membuat drain pada abses
c) Mengambil jendalan darah atau hematoma
d) Memperbaiki kebocoran pembuluh darah seperti aneurisme
e) Memperbaiki pembuluh darah abnormal seperti pada malformasi
arteriovena
f) Memperbaiki fraktur tengkorak akibat injuri
g) Memperbaiki tekanan otak
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan sebelum craniotomi adalah
CT (Computerized Tomografi) Scan dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging) Scan untuk melihat struktur otak. Angiografi serebral untuk
melihat aneurisme, dan lesi otak.
4. PROSEDUR
Ahli bedah akan membuat insisi pada kulit sejauh lapisan
membran tipis yang menutupi tulang tengkorak. Karena kulit kepala juga
berisi pembuluh darah maka arteri – arteri kecil yang ada ditutup, kulit
kepala dibentangkan untuk mengekspose tulang. Dengan menggunakan
craniotome otomatic atau hand drill kecepatan tinggi maka dibuat lubang
pada tengkorak sehingga otak dapat dilihat, setelah selesai membran, otot
dan kulit kepala ditutup.
5. KOMPLIKASI
Komplikasi dari craniotomi adalah:
a) Peningkatan tekanan intracranial
b) Infeksi

11
c) Kelemahan
d) Swelling of the brain.
6. Peningkatan tekanan intrakranial
Patofisiologi
Tekanan intrakranial (TIK) adalah hasil dari sejumlah jaringan otak,
volume darah intrakranial, dan cairan serebrospinal di dalam tengkorak pada
pasien waktu. Keadaan normal dari tekanan intrakranial bergantung pada
posisi pasien dan berkisar 15 mmHg. Ruang intrakranial yang kaku berisi
jaringan otak (1400 g), darah (75 ml). Volume dan tekanan pada ketiga
komponen ini selalu berhubungan dengan keadaan keseimbangan. Hipotesa
Monro – Kellie menyatakan bahwa karena keterbatasan ruang ini untuk
ekspansi di dalam tengkorak, adanya peningkatan salah satu dari komponen
ini menyebabkan perubahan pada volume yang lain, dengan mengubah
posisi CSS, meningkatkan absorbsi CSS atau menurunkan volume darah
serebral. Tanpa adanya perubahan tekanan intrakranial akan naik.
Peningkatan TIK secara signifikan menurunkan aliran darah, dan
menyebabkan iskemia. Bila terjadi iskemi komplet dan lebih dari 3 sampai 5
menit, maka otak akan menderita kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.
Tanda dan gejala peningkatan TIK adalah letargi, lambatnya bicara,
dan lambatnya respon verbal. Penatalaksanaan segera untuk mengurangi
peningkatan TIK adalah didasarkan pada penurunan ukuran otak dengan
cara mengurangi edem serebral, atau mengurangi volume cairan serebro
spinal atau mengurangi volume darah, sambil mempertahankan perfusi
serebral. Tujuan ini diselesaikan dengan pemberian diuretik osmotik dan
kortikosteroid, membatasi cairan, pengeluaran CSS, hiperventilasi dari
pasien, mengontrol demam dan menurunkan kebutuhan metabolisme sel.
7. PERAWATAN POST OPERASI
a) Monitor
- Status neurologi termasuk kemampuan bergerak, orientasi, tingkat
kesadaran dan pupil
- Pengkajian tingkat dan karakteristik drain yang meliputi
- jumlah drainase dan perdarahan harus minimal

12
- penggantian balutan kepala
- biasanya luka dibiarkan terbuka untuk mendapatkan udara setelah
beberapa hari
b) Meningkatkan mobilitas
Miring kanan – kiri diperbolehkan kecuali setelah pengangkatan tumor
yang besar. Bila miring ke arah yang dioperasi dapat menggeser
struktur otak.
1) Mengupayakan penurunan tekanan intra kranial
- Mengatur tenggang waktu aktifitas keperawatan sehingga pasien
dapat beristirahat
- Batuk dan muntah sedapat mungkin dicegah
- Suction dilakukan bila perlu saja disertai kecermatan dan
ketepatan
2) Melindungi keselamatan pasien
- Pergunakan alat pengikat yang halus
- Penghalang tempat tidur harus dipasang.
3) Mengusahakan keseimbangan cairan dan elektrolit
- Mencatat intake dan output
- Diit sesuai indikasi
- Monitor elektrolit
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif
b) Ketidakefektifan perfusi jaingan serebral
c) Gangguan integritas kulit
d) Defisit Perawatan Diri: Mandi
e) Defisit perawatan diri: makan
f) Defisit perawatan diri: berpakaian
g) Defisit Perawatan Diri: Eliminasi

DAFTAR PUSTAKA
13
Brunner and Suddarth (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Hudak dan Gallo, 1996, Perawatan kritis, Edisi VI, Volume II, Penerbit buku
kedokteran, EGC, Jakarta.
Johnson, M., Maas, M., Moorhead, S. 2008. Nursing Outcomes Classification
Fourth Edition. Mosby, Inc : Missouri.
Mardjono M, Sidharta P. Dalam: Neurologi klinis dasar. : Fakultas Kedokteran
Universtas Indonesia; 2003. Hal 393-4.
McCloskey, J.C., Bulechek, G.M. 2008. Nursing Intervention Classification
FourthEdition. Mosby, Inc : Missouri.
North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnoses :
Definition & Classification 2012-2014. Philadelphia.

14
RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Risiko Ketidakefektifan NOC: NIC:
Perfusi Jaringan Otak  Perfusi Jaringan Serebral setelah perawatan • Monitoring TIK aktivitas:
Definisi: berisiko selama niminal 3x24 jam, pasien - Catat perubahan pasien terhadap stimulus
mengalami penurunan menunjukkan : - Monitor intake dan output
sirkulasi jaringan otak yang No Kriteria Hasil awal target - Posisikan pasien 30-45 derajat dengan
dapat mengganggu posisi leher netral
1 Tekanan Intrakranial 2 4
kesehatan.
2 Tekanan darah sistolik 3 5 - Berikan jeda antar perawatan untuk
3 tekanan darah diastolik 3 5 meminimalkan kenaikan TIK
skala: • Cerebral perfusion promotion
1= severe deviation from normal range aktivitas:
2= substantial deviation from normal range - Kolaborasi pemberian rheologic agent
3= moderate deviation from normal range (seperti low-dose mannitol), sesuai order
4= mild deviation from normal range - Hindari neck flexion
5= no deviation from normal range • Neurologic Monitoring
aktivitas:
No Kriteria Hasil awal target - Monitor ukuran, bentuk, kesimetrsan, dan
1 Nyeri kepala 3 4 reaktivitas pupil
2 demam 3 5 - Monitor tingkat kesadaran
- Monitor tingkat orientasi
3 restlessness 3 5
- Monitor GCS
4 muntah 3 5
- Monitor tanda-tanda vital
5 penurunan tingkat 3 4 - Monitor TIK
kesadaran
skala: 1= - Monitor dressing craniotomi
severe - Hindari aktivitas yang dapat meningkatkan
2= substantial TIK
3= moderate - Berikan jeda pada aktivitas keperawatan
yang dapat meningkatkan TIK
4= mild
5= none
2 Penurunan Kapasitas NOC: NIC:
Adaptif Intrakranial  Perfusi Jaringan Serebral setelah perawatan • Cerebral perfusion
selama niminal 3x24 jam, pasien promotion aktivitas:
definisi: mekanisme menunjukkan : - Kolaborasi pemberian rheologic agent
dinamika cairan intrakranial No Kriteria Hasil awal target (seperti low-dose mannitol), sesuai order
yang normalnya melakukan 1 Tekanan Intrakranial 3 4 - Hindari neck flexion
kompensasi untuk 2 Tekanan darah sistolik 3 5 • Neurologic Monitoring
meningkatkan volume
3 tekanan darah diastolik 3 5 aktivitas:
intrakranial mengalami
skala: - Monitor ukuran, bentuk, kesimetrsan, dan
gangguan, yang
1= severe deviation from normal range reaktivitas pupil
menyebabkan peningkatan
tekanan intrakranial (TIK) 2= substantial deviation from normal range - Monitor tingkat kesadaran
secara tidak merata dalam 3= moderate deviation from normal range - Monitor tingkat orientasi
berespon terhadap berbagai 4= mild deviation from normal range - Monitor GCS
stimuli yang berbahaya dan 5= no deviation from normal range - Monitor tanda-tanda vital
tidak berbahaya. - Monitor TIK
No Kriteria Hasil awal target - Monitor dressing craniotomi
1 Nyeri kepala 3 4 - Hindari aktivitas yang dapat meningkatkan
2 demam 3 5 TIK

3 restlessness 3 5 - Berikan jeda pada aktivitas keperawatan


4 muntah 3 5

16
5 penurunan tingkat 3 4 yang dapat meningkatkan TIK
kesadaran
skala: 1=
severe
2= substantial
3= moderate
4= mild
5= none
3 Bersihan jalan nafas tidak NOC : NIC :
efektif  Respiratory status : Airway patency  Airway suction
Definisi : Ketidakmampuan setelah perawatan selama niminal 3x24 jam, - Pastikan kebutuhan oral /
untuk membersihkan sekresi pasien menunjukkan : tracheal suctioning
atau obstruksi dari saluran No Kriteria Hasil awal target - Auskultasi suara nafas sebelum
pernafasan untuk 1 Respiratory rate 5 5 dan sesudah suctioning.
mempertahankan kebersihan 2 kedalaman inspirasi 5 5 - Informasikan pada klien dan keluarga
jalan nafas. 3 kemampuan 2 4 tentang suctioning
- membersihkan sekret - Minta klien nafas dalam sebelum suction
skala: dilakukan.
1= severe deviation from normal range - Berikan O2 sebelum melakukan suction
2= substantial deviation from normal range - Gunakan alat yang steril setiap melakukan
3= moderate deviation from normal range tindakan
4= mild deviation from normal range - Monitor status oksigen pasien

17
5= no deviation from normal range - Ajarkan keluarga bagaimana cara
No Kriteria Hasil awal target melakukan suksion
1 suara nafas tambahan 5 5 - Berikan hiperoksigenasi saat jeda suction
2 batuk 3 5 dan setelah suction terakhir
3 akumukasi sputum 2 4 - Hentikan suction dan berikan oksigen
skala: 1= apabila pasien menunjukkan bradikardi,
severe peningkatan saturasi O2, dll.
2= substantial  Airway Management
3= moderate - Posisikan pasien untuk memaksimalkan
4= mild ventilasi
5= none - Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
- Lakukan suction
- Berikan bronkodilator bila perlu
- Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
Lembab
- Monitor respirasi dan status O2

4 Risiko Infeksi NOC: Kontrol Risiko setelah perawatan selama NIC: Proteksi Infeksi Aktivitas:
niminal 3x24 jam, pasien menunjukkan : - Kaji tanda-tanda vital dan kondisi umum
pasien

18
- Monitor tanda dan gejala infeksi
no kriteria hasil awal target - Gunakan teknik aseptik ketika perawatan
1 pasien bebas dari tanda 5 5 - Dorong pasien memperbanyak istirahat
gejala infeksi - Monitor hasil laboratorium (leukosit).
2 mengikuti strategi kontrol 1 4 - Dukung untuk konsumsi diet
risiko yang telah ditentukan seimbangajarkan pasien dan keluarga cara
skala: mencegah infeksi
1= tidak pernah - Dorong intake cairan jika diperlukan.
2= jarang
3= kadang-kadang
4= sering
5= selalu

19

Anda mungkin juga menyukai