Kelompok Iv - Berpikir Kritis - Persalinan Normal Dengan Retensio Placenta
Kelompok Iv - Berpikir Kritis - Persalinan Normal Dengan Retensio Placenta
“ RETENSIO PLASENTA”
Disusun sebagai salah satu kelengkapan tugas mata kuliah Berpikir Kritis
Dosen : Ibu Wafi Nur Muslihatun, S.SiT.,M.Kes(Epid)
Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan nikmat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan laporan studi kasus ini yang berjudul “Persalinan Normal dengan
Retensio Plasenta”.
DAFTAR ISI
COVER ..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................3
C. Manfaat..................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI..............................................................................................5
A. Kajian Kasus..........................................................................................................5
B. Kajian Teori...........................................................................................................7
1. Persalinan..........................................................................................................7
2. Retensio Placenta..............................................................................................9
BAB III PEMBAHASAN.......................................................................................................23
A. Kala I....................................................................................................................23
B. Kala II..................................................................................................................25
C. Kala III.................................................................................................................27
D. Kala IV.................................................................................................................30
BAB III PENUTUP.........................................................................................................32
A. KESIMPULAN....................................................................................................32
B. SARAN................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................34
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Derajat kesehatan ibu dan bayi yang menjadi fokus utama dalam
pelayanan kebidanan. Data World Health Organization (WHO) tahun
2017 didapatkan angka kematian ibu terjadi di negara berpenghasilan
rendah dan menengah kebawah sebanyak 94%. Pada tahun yang sama juga
tercatat 810 wanita meninggal akibat kehamilan dan persalinan dengan
kasus kematian yang penyebabnya dapat dicegah dengan deteksi dini
komplikasi yang kemungkinan terjadi (WHO, 2019). Kesehatan ibu dan
anak juga dapat diartikan sebagai tolak ukur indikator terpentimg untuk
menilai kualitas pelayanan obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah, yang
dilihat dari Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
di wilayah tersebut.(WHO, 2015).
Target Sustainable Development Goals (SDGs) dalam meningkatkan
laju penurunan angka kematian ibu pada tahun 2030 menjadi kurang dari
70 per 100.000 kelahiran hidup, dimana kematian akibat kejadian retensio
plasenta memiliki insidensi 0,8-12% untuk setiap kelahiran (WHO, 2019).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2017 angka kematian ibu sebesar
305 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah AKI di DIY (Daerah Istimewa
Yogyakarata) tahun 2013 berjumlah 46 ibu, pada tahun 2014 mengalami
penurunan jumlah AKI yaitu 40 ibu. Pada tahun 2015 penurunan jumlah
AKI menjadi sebesar 29 kasus, pada tahun 2016 kembali naik menjadi 39
kasus dan kembali sedikit turun menjadi 34 kasus pada tahun 2017
(Dinkes DIY, 2017).
Penyebab kematian ibu di Indonesia terbesar terjadi karena hipertensi
dan pre eklamsi berat (PEB) (27,1%), infeksi (7,3%), partus lama (1,8%),
abortus (0,0%), perdarahan (30,3%) dan penyebab lainnya (40,8%)
(Kemenkes, 2017). Perdarahan dapat terjadi pada saat kehamilan muda,
2
.
3
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan
kebidanan persalinan dengan retensio plasenta menggunakan pola pikir
manajemen kebidanan serta pendokumentasian menggunakan SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melaksanakan pengkajian pada kasus Persalinan
dengan retensio plasenta.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa dan masalah
kebidanan berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada ibu
bersalin dengan retensio plasenta.
c. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa potensial yang
mungkin terjadi pada ibu bersalin dengan retensio plasenta.
d. Mahasiswa dapat menentukan antisipasi tindakan segera pada ibu
bersalin dengan retensio plasena.
e. Mahasiswa dapat merencanakan tindakan yang akan dilakukan
pada ibu bersalin dengan retensio plasenta.
f. Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan untuk menangani kasus
ibu bersalin dengan retensio plasenta
g. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi pada ibu hamil dengan
retensio plasenta
h. Mahasiswa dapat melakukan pendokumentasian pada ibu bersalin
dengan retensio plasenta.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan komprehensif ini adalah pelaksanaan
pelayanan kebidanan yang berfokus pada masalah asuhan kebidanan
holistik pada persalinan dengan retensio plasenta.
4
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
secara langsung, sekaligus penanganan dalam menerapkan ilmu yang
diperoleh selama pendidikan. Selain itu, menambah wawasan dalam
menerapkan asuhan kebidanan pada persalinan dengan retensio
plasenta.
2. Bagi Mahasiswa Profesi Bidan
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan
penatalaksanaan asuhan kebidanan holistik persalinan dengan retensio
plasenta.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Kajian Kasus
Pada tanggal 10 Juli 2023 pukul 10.30 WIB Ny. N datang ke PMB
Bidan Eka mengaku hamil 9 bulan. Usia kehamilan saat ini 37 Minggu 3 hari.
Dilakukan pemeriksaan dengan hasil keadaan umum : baik, kesadaran :
composmentis. Pemeriksaan TTV, TD : 110/70 mmHg, N : 80x/menit, suhu :
36,30C, R : 22 x/menit. Pemeriksaan fisik, wajah : tampak pucat, tidak ada
oedema, mata : konjungtiva merah muda, sklera putih, abdomen : Inspeksi:
Tidak terdapat luka bekas operasi Palpasi: TFU pertengahan pusat dan
Prosesus Xifoideus, Mc. Donald: 30 cm. teraba bagian keras, bulat, tidak
melenting di fundus, teraba bagian-bagian kecil di bagian kiri, teraba punggung
di bagian kanan (puka), bagian terendah janin kepala, sudah tidak dapat
digoyangkan, divergen, perlimaan 2/5. His 4 kali dalam 10 menit lamanya 50
detik. Kandung kemih kosong. Auskultasi: DJJ 140x/menit, teratur dan
kuat.TBJ: (30-11)x155= 2945 gram. Genetalia : Inspeksi: Terdapat
pengeluaran lendir darah, tidak terdapat varises. Palpasi: Tidak terdapat
pembengkakan kelenjar skene dan kelenjar bartholin. VT: Portio tebal lunak,
pembukaan 5 cm, ketuban positif, ubun ubun kecil kanan depan, Hodge-II,
tidak ada moulage. Dilakukan observasi kala I fase aktif. Pukul 12.30 WIB, ibu
mengeluh sudah keluar air-air dari jalan lahirnya. Hasil pemeriksaan TTV,
TD : 110/70 mmHg, N : 82x/menit. Hasil pemeriksaan fisik, abdomen : Papasi:
perlimaan 1/5. His 4 kali dalam 10 detik lamanya 50 detik. Kandung kemih
kosong. Auskultasi: DJJ 136x/menit teratur, kuat. Genetalia : Inspeksi:
Pengeluaran lendir darah semakin banyak, ketuban berwarna jernih. Vagina
Toucher: Portio tipis lunak, pembukaan 8 cm, ketuban negative, Hodge-III,
ubun ubun kecil depan, tidak ada moulage.
Pukul 13.30 WIB, ibu mengatakan bahwa mulasnya semakin kuat dan
sudah ada dorongan untuk meneran. Dilakuka pemeriksaan genetalia
didapatkan hasil. Inspeksi: Pengeluaran lendir darah semakin banyak, perineum
6
B. Kajian Teori
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus ke dunia luar (Prawirohardjo,2002). Persalinan
adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari uterus
ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
8
hilang sama sekali, sehingga tinggal hanya ostium yang tipis seperti
kertas.
c) Presentasi
Presentasi digunakan untuk menentukan bagian janin yang
ada di bagian bawah rahim yang dapat dijumpai pada palpasi atau
pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala, presentasi
bokong, bahu, dan lain-lain.
d) Posisi
11
2) Plasenta
Plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap sebagai
penumpang atau passenger yang menyertai janin namun plasenta
jarang menghambat persalinan normal.
3) Air ketuban
Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu membran yang
kuat dan ulet tapi lentur.
d. Faktor Psikis
1) Kondisi psikologis ibu sendiri, emosi, dan persiapan intelektual.
2) Pengalaman melahirkan sebelumnya.
3) Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.
e. Faktor Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses
tergantung dari kemampuan, keterampilan, dan kesiapan penolong dalam
menghadapi proses persalinan.
5. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang menyesuaikan
diri terhadap panggul ibu. Adapun serangkaian gerakan janin dalam
melewati panggul, terdiri dari:
a. Engagement (penempatan)
g. Ekspulsi
a. Kala I
Kala I atau kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0
sampai pembukaan lengkap (10cm) yang disebabkan oleh proses
pembukaan serviks akibat adanya his. kala I persalinan terdiri dari dua
fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
1) Fase Laten
Fase laten ini berlangsung selama 8 jam. Pembukaan ini terjadi
sangat lambat sampai dengan pembukaan mencapai ukuran diameter
3 cm.
2) Fase Aktif
Fase aktif dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Fase Akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi
4 cm.
b) Fase Dilatasi Maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
15
keinginan ibu
2) Melakukan bounding attachment
3) Memberikan ucapan selamat setelah persalinan selesai.
2. Retensio Plasenta
a. Pengertian Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta
sampai atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Prawirohardjo,
2014). Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama
setengah jam setelah kelahiran bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi
retensio plasenta berulang (habitual retensio plasenta). Plasenta harus
segera dikeluarkan karena dapat menimbulkan komplikasi seperti
perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta
inkarserata, dapat terjadi polip plasenta, dan terjadi degenerasi ganas korio
karsinoma (Manuaba,2010).
Retensio plasenta merupakan plasenta yang belum lahir hingga
melewati waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hal ini dapat disebabkan oleh
plasenta yang belum lepas dari dinding rahim atau plasenta sudah lepas
tetapi belum dilahirkan. Gagalnya plasenta lahir setelah bayi lahir dapat
disebabkan oleh abnormalitas uterus atau perlekatan plasenta yang
abnormal. Selama kehamilan, permukaan uteroplasenta menyatu dan
menjaga keseimbangan permukaan disekitarnya. Ketika bayi lahir, Rahim
akan berkontraksi dan ukuran dari plasenta akan berkurang (Ramadhani
dan Sakurya, 2011).
Perdarahan hanya terjadi pada plasenta yang sebagian atau
seluruhnya telah lepas dari dinding rahim. Banyak atau sedikitnya
perdarahan tergantung luasnya bagian plasenta yang telah lepas dan dapat
timbul perdarahan. Melalui pemeriksaan dalam atau tarikan pada tali pusat
dapat diketahui apakah plasenta sudah lepas atau belum dan bila lebih dari
30 menit maka dapat melakukan plasenta manual.
18
A. Kala I
1. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah diperoleh dari Ny. N
pada tanggal 10 Juli 2023, ibu mengaku hamil 9 bulan, HPHT: 11-10-
2022. TP: 03-08-2023. Dihitung dari pengakuan HPHT, usia kehamilan
ibu sekarang 37 minggu 3 hari. Ibu mengatakan mulas sejak pukul
07.00 WIB, mulas dirasakan semakin kuat dan teratur, sudah ada
pengeluaran lendir darah tetapi belum keluar air-air dari kemaluannya.
Menurut teori bahwa usia kehamilan semakin besar dan mengalami
penurunan kadar progesterone yang menimbulkan relaksasi otot-otot
rahim.
Berdasarkan teori oxytocin bahwa pada akhir kehamilan kadar
oxytocin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim.
Mulas juga dapat terjadi karena pengaruh janin, dan juga teori
prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, hal ini juga disokong
dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban
maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil (Varney, 2017). Menurut
teori, data subjektif yang didapatkan yaitu akan timbul rasa sakit atau
atau nyeri abdomen oleh adanya his yang bersifat intermiten datang
lebihkuat, sering, dan teratur, keluar lender bercampur darah (bloody
slow). Pada pengkajian yang diperoleh, ibu sudah ada tanda-tana
persalinan yang sesuai dengan teori. Pada saat trimester I ibu
mengatakan kadar Hb nya rendah yaitu 10,5 gr%. Teori yang ada
bahwa pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan sahli. Dari hasil pemeriksaan sahli, kondisi Hb dapat
digolongkan sebagai berikut: Hb 11 gr% = tidak anemia, Hb 9-10 gr%
= anemia ringan, Hb 7-8 gr% = anemia sedang, Hb <7 gr% = anemia
24
berat. Pengaruh anemia pada saat persalinan salah satunya yaitu kala
tiga dapat diikuti retensio plasenta (Manuaba, 2008).
Data perkembangan selanjutnya pukul 12.30 WIB ibu mengeluh
sudah keluar air-air dari kemaluannya. Menurut teori, kadang-kadang
ketuban pecah dengan sendirinya. Pemecahan membran yang normal
terjadi pada kala I persalinan. Hal ini terjadi pada 12% wanita, dan lebih
dari 80% wanita akan memulai persalinan secara spontan dalam 24 jam
(Varney, 2017).
Pada pemeriksaan abdomen didaptkan hasil TFU 30 cm, eraba
bagian keras, bulat, tidak melenting di fundus, teraba bagian-bagian
kecil di bagian kiri, teraba punggung di bagian kanan (puka), bagian
terendah janin kepala, sudah tidak dapat digoyangkan, divergen,
perlimaan 2/5. His 4 kali dalam 10 menit lamanya 50 detik. Kandung
kemih kosong. Auskultasi: DJJ 140x/menit, teratur dan kuat. TBJ: (30-
11)x155= 2945 gram. Pemeriksaan abdomen dalam batas normal. Pada
pemeriksaan genetalia didapatkan data yaitu terdapat pengeluaran lendir
darah, tidak terdapat varises, tidak terdapat pembengkakan kelenjar
skene dan kelenjar bartholin, portio tebal lunak, pembukaan 5 cm,
ketuban positif, ubun ubun kecil kanan depan, Hodge-II, tidak ada
moulage. Menurut teori pada pemeriksaan dalam ditemukan serviks
mendatar dan pembukaan telah ada. Kontraksi uterus mengakibatkan
perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)
(Prawirohardjo, 2014). Pukul 12.30 WIB bahwa ketuban sudah pecah,
saat dilakukan pemeriksaan dalam portio tipis lunak, pembukaan 8 cm,
ketuban negatif, Hodge-III, ubun ubun kecil depan, tidak ada moulage.
Keadaan ibu dalam batas normal. Dari teori dan data yang didapatkan
bahwa ibu sudah memasuki tanda-tanda persalinan dan juga ada
kemajuan persalinan.
2. Analisis
Diagnosa : G3P2A0 gravida 37 Minggu 3 hari inpartu kala I fase aktif dengan
anemia ringan, janin tunggal hidup, presentasi kepala.
25
3. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pertama yaitu memberitahukan
hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu sudah memasuki proses
persalinan. Mengajarkan ibu teknik rileksasi dan menganjurkan ibu
untuk mengatur napas diantara his dan tidak memperbolehkan ibu untuk
meneran. Memberikan ibu dukungan untuk tetap semangat menghadapi
proses persalinan, menganjurkan ibu untuk memenuhi nutrisi dan
hidrasinya, dan untuk tidak menahan BAK maupun BAB. Membantu
ibu memilih posisi yang nyaman, memantau kesejahteraan ibu dan janin
setiap 30 menit. Data perkembangan terlampir pada partograf. Menurut
teori Bantulah ibu dalam persalinan jika ibu tampak gelisah, ketakutan
dan kesakitan seperti memberi dukungan dan yakinkan dirinya, berikan
informasi mengenai proses dan kemajuan persalinan, dengarkan
keluhannya dan cobalah untuk lebih sesitif terhadap perasaannya. Jika
ibu tampak kesakitan, dukungan/asuhan yang dapat diberikan seperti
bantu ibu memilih posisi yang diinginkan, tetapi jika ibu ingin ditempat
tidur sebaiknya dianjurkan tidur miring kiri, selain itu ajarkan
kepadanya teknik bernapas seperti ibu diminta untuk menarik napas
panjang, menahan napasnya sebentar kemudian lepaskan dengan cara
meniup udara ke luar sewaktu terasa kontraksi. Penolong menjaga hak
privasi ibu dalam persalinan, antara lain menggunakan penutup atau
tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin
ibu. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi,
berikan cukup minum. Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.
Penatalaksaan yang dilakukan sudah sesuai dengan kebutuhan dan
diagnosa klien.
26
B. Kala II
1. Pengkajian
Pada pukul 13.30 ibu memasuki kala II, ibu mengeluh mulasnya
semakin kuat dan sudah ada dorongan untuk meneran. Menurut teori, data
subjektif yang didapatkan dari tanda gejala kala II yaitu his, menjadi lebih
kuat, pasien mulai mengejan. teori bahwa ibu sudah memasuki kala II dan
segera dipimpin persalinan. Selanjutnya, bayi lahir spontan pukul 14.15
WIB menangis kuat, tonus otot aktif, warna kulit kemerahan. Kala II tidak
ada penyulit, normal.
Pukul 13.30 WIB dilakukan pemeriksaan kembali karena ibu
mengatakan mulasnya semakin kuat dan sudah ada dorongan untuk
meneran. Saat dilakukan pemeriksaan didapatkan pengeluaran lendir darah
semakin banyak, perineum menonjol, vulva membuka, ketuban berwarna
jernih, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, ketuban negatif, Hodge-IV,
ubun ubun kecil depan, tidak ada moulage, terdapat tekanan anus/anus
terbuka. Sesuai teori yang ada bahwa tanda gejala kala II yaitu memastikan
pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan
diameter 5-6 cm (Varney, 2017). His menjadi lebih kuat, kontraksinya
selama 50-100 detik, datangnya tiap 2-3 menit, pasien mulai mengejan, pada
akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar panggul
perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka. Ibu sudh ada
tanda gejala yang ada. Selanjutnya ibu dipimpin bersalin. Selanjutnya, bayi
lahir spontan pukul 14.15 WIB menangis kuat, tonus otot aktif, warna kulit
kemerahan. Kala II tidak ada penyulit, normal.
2. Analisis
Diagnosa : G2P1A0 parturient aterm kala II
Masalah : Anemia
Masalah Potensial : Perdarahan pasca salin, retensio plasenta
3. Penatalaksanaan
Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu sudah
pembukaan lengkap dan akan dipimpin bersalin. Ibu sudah diperbolehkan
27
untuk meneran. Memeriksa DJJ untuk mengetahui keadaan janin baik atau
tidak, memberitahukan keadaan janin kepada ibu dan suami bahwa keadaan
janin saat ini dalam batas normal. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk
membantu proses meneran serta memberikan support emosional.
Meletakkan handuk bersih di atas perut ibu, meletakkan kain segitiga di
bawah bokong ibu, dan mendekatkan partus set. Mengajarkan ibu cara
meneran yang baik dan benar diantara kontraksi. Ibu dapat mengikuti dan
meneran dengan baik dan benar. Memimpin persalinan, bayi lahir spontan
pukul 14.15 WIB, menangis kuat, tonus otot aktif, warna kulit kemerahan,
jenis kelamin perempuan. Mengeringkan bayi dan mengganti handuk yang
basah dengan yang kering. Memberi selamat kepada ibu dan bapak atas
kelahiran putrinya. Selanjutnya mengecek janin kedua dan tidak ada janin
kedua.
C. Kala III
1. Pengkajian
Ibu merasa tidak mulas dan merasa takut karena ari-arinya belum
lahir 30 menit. Menurut teori, retensio plasenta adalah tertahannya atau
belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi
lahir. Salah satu gejalanya yang dirasakan oleh ibu yaitu uterus tidak
berkontraksi (Prawirphardjo, 2010). Ibu merasa tidak mulas sama dengan
uterus yang tidak berkontraksi. Data yang didaatkan tidak ada kesenjangan
antara teori yang ada.
Pukul 14.30 WIB, 15 menit oxytocin pertama sudah berikan 2 menit
setelah bayi lahir. Pukul 14.45 WIB, 30 menit plasenta belum juga lahir.
Menurut teori, retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya
plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Manuaba,
2007). Pada pemeriksaan didapatkan bahwa keadaan umum ibu tampak
cemas, kesadaran composmentis, dan pada pemeriksaan fisik yaitu pada
abdomen TFU sepusat, uterus teraba kenyal, kandung kemih kosong.
Terdapat pengeluaran darah, tali pusat menjulur sebagian di depan vulva.
28
D. Kala IV
1. Pengkajian
31
Pada 2 jam pasca persalinan ibu masih merasa mulas pada bagian
perutnya. Hal ini sesuai dengan teori menurut Kenneth bahwa ibu akan
mengalami kontraksi setelah proses persalinan karena merupakan proses
pengecilan rahim ke bentuk semula dan salah satu untuk mencegah
perdarahan setelah persalinan. Dua jam pertama setelah persalinan
merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja
mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Petugas atau bidan harus tinggal
bersama ibu dan bayi dan memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang
stabil dan mengambil tindakan yang tepat utnuk melakukan stabilisasi. Data
yang didapatkan dari pemeriksaan fisik yaitu keadaan umum ibu baik,
kesadaran composmentis. Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 82x/menit,
pernapasan 20x/menit. Wajah ibu tampak pucat tetapi tidak ada tanda-tanda
syok. TFU 2 jari dibawah pusat, uterus teraba bulat, kandung kemih kosong.
Pada pemeriksaan genetalia terdapat laserasi derajat II yaitu rupture pada
bagian kulit perineum dan mukosa vagina. Jumlah perdarahan 20 cc.
perdarahan dalam batas normal.
2. Analisi
Diagnosa : P3A0 kala IV
Masalah : Tidak ada
Diagnosa Potensial : Tidak ada
3. Penatalaksanaan
Asuhan yang diberikan kepada ibu pada kala IV yaitu melakukan
penjahitan luka laserasi. Melakukan anastesi lokal dengan lidokain 2cc.
Melakukan penjahitan dengan teknik jelujur. Mengajarkan ibu dan keluarga
masase uterus agar rahim tetap berkontraksi dengan baik. Menurut teori,
periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada
jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras.
Apabila uterus berkontraksi, otot uterus akan menjepit pembuluh darah
untuk mengehentikan perdarahan. Hal ini dapat mengurangi kehilangan
darah dan mencegah perdarahan pascapersalinan. Ajari ibu atau anggota
keluarga tentang bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi,
32
tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi (Varney, 2017). Membersihkan dan
merapikan ibu. Membantu ibu memakai pembalut. Membersihkan dan
mendekontaminasi alat. Melakukan pemantauan kontraksi, perdarahan, TTV
Kala IV. Pemantauan 1 jam pertama setiap 15 menit sekali dan pemantauan
1 jam kedua setiap 30 menit sekali.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan teori oxytocin bahwa pada akhir kehamilan kadar oxytocin
bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim. Mulas
juga dapat terjadi karena pengaruh janin, dan juga teori prostaglandin
yang dihasilkan oleh decidua, hal ini juga disokong dengan adanya
kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah
perifer pada ibu-ibu hamil (Varney, 2017).
2. Data subjektif yang didapatkan yaitu akan timbul rasa sakit atau atau
nyeri abdomen oleh adanya his yang bersifat intermiten datang
lebihkuat, sering, dan teratur, keluar lender bercampur darah (bloody
slow). Pada pengkajian yang diperoleh, ibu sudah ada tanda-tanda
persalinan yang sesuai dengan teori.
3. Menurut teori, retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya
plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Salah
satu gejalanya yang dirasakan oleh ibu yaitu uterus tidak berkontraksi
(Prawirphardjo, 2010). Ibu merasa tidak mulas sama dengan uterus
yang tidak berkontraksi. Data yang didapatkan tidak ada kesenjangan
antara teori yang ada.
4. Menurut teori, melakukan penatalaksanaan aktif kala tiga pada semua
ibu yang melahirkan melalui vagina. Bila plasenta tidak lahir dalam
waktu 15 menit, berikan 10 IU oksitosin IM dosis kedua. Ulangi
kembali penanganan tali pusat dan tekanan dorso-kranial. Pada menit ke
30 coba lagi melahirkan plasenta dengan melakukan penegangan tali
pusat untuk terakhir kalinya, jika plasenta tetap tidak lahir, rujuk segera.
Jika plasenta belum lahir kemudian mendadak terjadi perdarahan maka
segera lakukan tindakan plasenta manual untuk segera mengosongkan
kavum uteri. Melakukan prosedur manual plasenta sesuai dengan
standar.
33
B. Saran
Saran yang diberikan ditujukan untuk:
a. Bagi PMB
PMB (Praktik Bidan Mandiri) diharapkan PMB dapat meningkatkan
pelayanan dan asuhan pada kasus Retensio Plasenta dengan tepat dan
cepat
b. Bagi Klien dan keluarga
Kepada keluarga agar dapat menjalankan asuhan pada ibu dengan
menajag kesehatan ibu dan pola kegiatan sehari hari, dan mengenal
tanda bahaya pasca persalinan pada ibu, memberikan konsultasi tentang
KB untuk perencanaan kehamilan selanjutnya dan segera datang
kerumah sakit atau ketenaga kesehatan jika terjadi tanda bahaya
tersebut.
c. Bagi profesi bidan
Profesi Bidan diharapkan bidan mampu dapat melaksanakan dan
menerapkan penanganan Retensio Plasenta sesuai standar yang telah
ditetapkan sesuai dengan kegawat daruratan sebagai bidan.
DAFTAR PUSTAKA
Sari, Eka Puspita dan Rimandini, Kurnia Dwi. 2014. Asuhan Kebidanan
Persalinan (Intranatal Care). Jakarta: CV. Trans Info Media.
Mutmainnah, Annisa Ul, dkk. 2107. Asuhan Persalinan Normal dan Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta: Penerbit Andi.