ALVEOLEKTOMI
ALVEOLEKTOMI
KASUS
Seorang pasien perempuan berusia 62 tahun berdomisili di Bailang datang atas
rujukkan dari bagian prostodonsia RSGM PSPDG FK UNSRAT untuk melakukan
perawatan alveolektomi karena pasien akan dibuatkan gigi tiruan penuh pada rahang
atas dan rahang bawah. Tidak ada keluhan rasa sakit.
- Poket : --
- Oklusi : Tidak dapat ditentukan lagi
ODONTOGRAM
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Keluhan utama:
Gejala subjektif:
Rasa sakit (nyeri) tidak ada
Pemeriksaan objektif:
Palpasi (-)
Diagnosis klinik:
Eksositosis pada Alveolar ridge mandibulary anterior.
Rencana perawatan:
Alveolektomi
Prognosis
Baik, karena pasien tidak memiliki kelainan sistemik dan pasien kooperatif
GAMBARAN KLINIS
TAHAP PERAWATAN
1. Pengisian rekam medik bagaian bedah mulut dan pengambilan foto intraoral
2. Dental Side Teaching
3. Directly observational procedural skill (DOPS)
4. Case report session (CRS)
PROGNOSIS
Baik, karena pasien tidak memiliki kelainan sistemik dan pasien kooperatif.
PERSIAPAN ALVEOLEKTOMI
1. Persiapan, meliputi persiapan mental, jasmani dan rohani
2. Kondisi pasien harus dalam kedaan sehat, tidak capek, serta tidak ada keluhan
nyeri.
3. Penerapan prinsip sterilisasi, instrumentasi
PENATALAKSANAAN ALVEOLEKTOMI
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada tindakan alveolektomi.
2. Informed Consent
3. Pengukuran tekanan darah pasien
4. Asepsis (operator, asisten, dan pasien)
- Operator
Cuci tangan dengan cairan desinfektan, menggunakan perlengkapan bedah dengan
tepat (gaun, handscon, masker, topi menutupi rambut, sandal yang bersih)
- Pasien
Memasang duk steril pada pasien, desinfeksi intraoral menggunakan povidon
iodine 10% dengan gerakan sentrifugal serta ekstraoral menggunakan alkohol
70%.
- Pengaplikasian anastesi topikal diikuti dengan melakukan anastesi infiltrasi pada
daerah Alveolar ridge labially mandibula. Tunggu ±1 menit hingga anastesi
berjalan sebelum dilakukan tindakan alveolektomi
5. Pembukaan flap
Pada tahap ini akan dilakukan insisi untuk membuat flap. Flap yang akan dibuat
yakni dengan teknik full thickness (mukoperiosteum) dengan desain envelope
menggunakan scalpel. Insisi yang akan digunakan pada kasus ini ialah insisi
horizontal. Insisi dibuat pada daerah kerjayaitu pada daerah alveolar yang akan
dikurangi. Insisi dibuat ±sepanjang 1,5 cm
Prosedur ini dilakukan untuk memisahkan mukoperiosteal flap dan tulang.
Periosteal elevator/raspatorium diletakkan sampai berkontak langsung dengan
tulang melalui periosteum garis insisi.
Tujuan tahap ini ialah untuk mendapatkan lapang pandang yang baik, jalan masuk
alat yang cukup, dan trauma seminimal mungkin.
Beberapa prinsip yang mendasari desain flap mukoperiosteal yaitu:
- Menyediakan ruang yang cukup bagi daerah yang akan dioperasi
- Dasar flap harus lebar sehingga jaringan lunak mendapatkan suplai darah yang
cukup setelah penutupan luka
- Untuk menghindari pendarahan full thickness mukoperiosteal flap harus
ditinggikan.
- Insisi harus didesain sedemikian rupa sehingga flap dapat menutupi tulang padat.
6. Pengambilan tulang
Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan bur, rongeur atau knabel tang. Jika
diperlukan pengambilan tulang dengan bur (straight-lowspeed) harus diikuti
dengan melakukan irigasi menggunakan larutan saline. Bur diputar perlahan dan
penggunaanya intermitten dengan penekanan yang cukup. Setelah pengambilan
tulang cukup, tulang dihaluskan dengan menggunakan bone file. Lalu lakukan
pengecekan kembali dengan menggunakan jari telunjuk apakah masih ada bagian
alveolar yang tajam.
Selanjutnya lakukan reposisi pada flap kembali. Jika terdapat kelebihan jaringan
(overlap) dapat dilakukan pengurangann dengan gunting jaringan atau blade,
setelah itu ratakan jaringan lunak tersebut kembali ke tempatnya dengan jari
telunjuk. Sebelum dilakukan penjahitan, flap dibersihkan dengan menggunakan
aquades kembali agar sisa tulang terbuang serta diirigasi kembali dengan povidon
iodine.
7. Penjahitan
Pada tahap ini dilakukan pengembalian flap dengan penjahitan. Penjahitan dimulai
dari bagian mesial regio Alveolar ridge labial mandibular terlebih dahulu
kemudian diikuti bagian yang lainnya.Akan dilakukan penjahitan dengan metode
terputus/simple interrupted suture. Diperkirakan 2 simpul yang akan diperlukan
untuk menutup flap. Jarum yang akan digunakan berukuran 3-0 dan dengan bentuk
melengkung serta benang dari bahan nonresorbable.
Adapun penjahitan menggunakan teknik interrupted ialah sebagai berikut:
- Penjahitan dimulai dengan meletakan jarum pada needle holder, yaitu pada
ujung needle holder.
- Jarum dimasukan ± 3mm dari tepi luka kearah flap, untuk mencegah robeknya
flap maka tepi luka dipenetrasi jarum satu persatu. Benang dibuat simpul yaitu
simpul surgical. Setelah jarum dimasukan dari tepi luka maka
seperti pada gambar, terdapat bagian yang pendek. Needle holder diletakkan
diantara ujung-ujung benang.
- Bagian yang panjang diputar dua kali mengitari ujung needle holder. Lingkaran-
lingkaran tersebut diletakkan ditepi untuk membuat ikatan (simpul) dan untuk
menghindari kekusutan.
- Bagian yang pendek dari benang dijepit dengan ujung dari needle holder
- Simpul dikencangkan, putaran yang kedua pada simpul akan menjamin simpul
tidak akan berubah.
- Needle holder diletakkan lagi diantara dua benang dan bagian yang panjang
diputar dua kali disekitar beak dari needle holder, tanpa menarik seluruh simpul.
- Bagian yang pendek dijepit lebih ujung dari needle holder dan ditarik melalui
lingkaran-lingkaran yang dibuat.
Hal yang perlu diketahui bahwa penjahitan tidak boleh mengakibatkan tarikan dari
tepi luka yang dapat mengakibatkan kerusakan aliran darah dengan akibat lanjut
berupa nekrosis jaringan. Ataupun benang jahitan dapat merobek mukosa dan
menyebabkan terbukanya lagi daerah pembedahan.
Setelah itu berikan gigitan tampon yang telah dibasahi povidone iodine.
Instruksikan untuk menggigit tampon 30-60 menit. Tampon dapat diganti dengan
tampon steril sampai beberapa kali.
- Rasa sakit ---- rasa sakit dan tidak nyaman mencapai puncaknya pada waktu
kembalinya sensasi. Untuk mengurangi rasa sakit tersebut, instruksikan untuk
meminum analgetik yang telah diresepkan setiap 4 jam bila perlu.
- Perdarahan ---- perdarahan ringan biasa terjadi pada 24 jam pertama. Perdarahan
paling baik dikontrol dengan menggunakan penekanan. Ingatkan pasien untuk
menggigit tampon/kasa.
- Pembengkakan ---- pembengkakan mencapai puncaknya kurang lebih 24 jam
sesudah pembedahan. Ini sering terjadi sampai 1 minggu. Bila terjadi
pembengkakan, pasien diinstruksikan untuk kompres dingin (kantung es) pada
daerah wajah di dekat daerah yang dioperasi
- Makan dan minum ---- instruksikan pasien untuk makan makanan yang lunak-
lunak dan dingin (ice cream, pudding, yogurt, milk, cold soup, orange
juice).Hindari makanan keras dan makan satu sisi dahulu.
- Posisi Tidur ---- Instruksikan pasien untuk tidur dengan kepala agak dinaikkan
yaitu dengan diganjal dengan 1 atau 2 bantal tambahan. Ini dapat
mengurangi/mengontrol pembengkakan.
- Oral Hygiene ---- lakukan sikat gigi seperti biasa namun tidak menyikat dengan
tekanan yang berlebih pada daerah yang dioperasi. Gunakan obat kumur
mengandung antiseptik selama 24 jam pertama hingga 3-4 hari kemudian.
- Medikasi --- berikan antibiotik, analgesik-anti inflamasi, anti-perdarahan, vitamin
dan obat kumur antiseptik.
RESEP
TAHAP KONTROL
1. Instruksikan pasien untuk kembali kontrol kondisi ekstra oral dan intra oral 3
hari post alveolektomi. Tanyakan apa ada keluhan pasca operasi.
2. Jahitan dibuka 1 minggu post alveolektomi. Dilakukan pemeriksaa kembali
dengan teliti meliputi penutupan luka dan keberadaan bekuan darah. Biasanya
pasien akan datang dengan kedaan OHIS yang buruk disebabkan kurangnya
pembersihan mekanis pada daerah tersebut karena adanya rasa sakit, sehingga
diinstruksikan untuk menggunakan obat kumur
3. Pasien diinstruksikan kembali untuk kontrol kedua 2 minggu post
alveolektomi. Anamnesa dan tanyakan apakah ada keluhan.