DST Alveolektomi
DST Alveolektomi
ALVEOLEKTOMI
A. KASUS
Pasien datang dengan keluhan gusi bagian atas terasa tajam dan sakit saat ditekan sehingga
mengganggu kenyamanan pasien terutama saat makan. Tonjolan tulang mulai dirasakan ±5
bulan sejak gigi-gigi tanggal dengan sendirinya. Pasien belum pernah memeriksakan keadaan
tersebut ke dokter gigi dan belum pernah mengkomsumsi obat anti nyeri.
B. KARTU STATUS
REKAM MEDIK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI UNSRAT
Jln. DR.Soetomo Manado 95122
2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan gusi bagian atas terasa tajam dan sakit saat ditekan
sehingga mengganggu kenyamanan pasien terutama saat makan.
3. Kondisi Sistemik
Golongan Darah : O
Keluhan/Gejala
Nama Penyakit Ket.
Ya Tidak
Penyakit jantung
Hipertensi/Hipotensi
Kelainan darah
Hemophilia
Diabetes mellitus
Penyakit ginjal
Hepatitis
Penyakit pernafasan
Kelainan pencernaan
Epilepsi
HIV/AIDS
Alergi makanan
Hamil/menyusui
Lain-lain
4. Keadaan umum
Pasien dalam keadaan baik, sehat, kooperatif dan komunikatif saat datang memeriksakan
giginya.
5. Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan Tanda Vital
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 60 kali/menit
c. Pernafasan : 20 kali/menit
Pemeriksaan Fisik
Berat badan : 65 kg
Tinggi badan : 161 cm
Deformitas - - - - - -
Nyeri - - - - - -
Tumor - - - - - -
Gangguan
- - - - - -
Fungsi
55 54 53 52 51 61 62 63 64 65
85 84 83 82 81 71 72 73 74 75
Keterangan:
18 : Missing 28 : Unerupted
17 : Missing 27 : Missing
16 : Missing 26 : Missing
15 : Mobile °1 25 : Missing
14 : Mobile °1 24 : Missing
13 : Missing 23 : Mobile °2
12 : Mobile °1 22 : Missing
11 : Missing 21 : Missing
41 : Missing 31 : Missing
42 : Missing 32 : Missing
43 : Missing 33 : Missing
44 : Missing 34 : Mobile °3
45 : Missing 35 : Missing
46 : Missing 36 : Missing
47 : Missing 37 : Mobile °2
48 : Missing 38 : Missing
Gambaran Klinis
Gejala subjektif:
Rasa sakit (nyeri) ada
Pemeriksaan objektif:
Perkusi (-), palpasi (+), Sondasi (-)
Diagnosis klinik
Eksositosis pada Alveolar ridge labio maxillary
Rencana perawatan
Alveolektomi
Prognosis
Baik, karena keadaan umum pasien baik, dan pasien kooperatif dan komunikatif.
Tahap Alveolektomi
Prosedur tindakan alveolektomi yaitu sebagai berikut :
Persiapkan alat dan bahan
Informed Consent
Mengukur tekanan darah pasien
Tindakan asepsis baik bagi operator, asisten dan pasien
Desinfeksi daerah kerja dengan menggunakan cotton pellet yang telah ditetesi
povidon iodine
Selanjutnya lakukan anestesi pada regio yang akan dilakukan alveolektomi. Teknik
anestesi yang dipakai ialah anestesi infiltrasi.
Setelah dianestesi, tunggu 2-3 menit, kemudian dilakukan tes sensasi dengan
sonde pada area tersebut, jika tes sensasi negatif maka prosedur bedah
alveolektomi dapat dilanjutkan.
Tahap selanjutnya yaitu pembukaan flap. Teknik full thickness / mukoperiosteum
akan dilakukan pada area tersebut dengan menggunakan scalpel; jenis flap
envelope dengan perluasan ke mesial dan distal. Insisi dilakukan dengan insisi
pada puncak alveolar area yang akan dikerjakan. Prosedur ini dilakukan untuk
memisahkan mukoperiosteal dan tulang. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan
lapang pandang yang baik, jalan masuk alat yang cukup dan trauma seminimal
mungkin.
Pengambilan tulang dilakukan dengan menggunakan knabel tang, saat
pengambilan tulang harus diikuti dengan melakukan irigasi larutan saline,
kemudian tulang dihaluskan dengan menggunakan bone file. Lalu lakukan
pengecekan kembali dengan menggunakan jari telunjuk apakah masih ada bagian
alveolar yang tajam lalu di kuret menggunakan spoon eskavator.
Selanjutnya lakukan reposisi pada flap kembali, ratakan jaringan lunak kembali
ketempatnya dengan jari telunjuk, sebelum dilakukan penjahitan, flap dibersihkan
dengan menggunakan aquades kembali agar sisa tulang terbuang serta diirigasi
kembali dengan povidon iodine.
- Bagian yang pendek dari benang dijepit dengan ujung dari needle holder
- Needle holder ditarik melalui lingkaran-lingkaran tadi dan ujung-ujung dari benang
sekarang berpindah tempat
- Needle holder diletakkan lagi diantara dua benang dan bagian yang panjang
diputar dua kali disekitar beak dari needle holder, tanpa menarik seluruh simpul.
- Bagian yang pendek dijepit lebih ujung dari needle holder dan ditarik melalui
lingkaran-lingkaran yang dibuat.
Hal yang perlu diketahui bahwa penjahitan tidak boleh mengakibatkan tarikan dari
tepi luka yang dapat mengakibatkan kerusakan aliran darah dengan akibat lanjut
berupa nekrosis jaringan. Ataupun benang jahitan dapat merobek mukosa dan
menyebabkan terbukanya lagi daerah pembedahan.
Pemberian resep
BP-RSGMP FK UNSRAT
Jl. DR Soetomo No. 3
Kontrol post-bedah
- Instruksikan pasien untuk kembali kontrol kondisi ekstra oral dan intra oral 3 hari
post alveolektomi. Anamnesa dan tanyakan apakah ada keluhan.
- Jahitan dibuka 1 minggu post alveolektomi. Dilakukan pemeriksaan kembali
dengan teliti meliputi penutupan luka dan keberadaan bekuan darah. Biasanya
pasien akan datang dengan keadaan OHIS yang buruk disebabkan kurangnya
A. Pengertian Alveolektomi
Alveolektomi merupakan pengurangan tulang soket dengan cara mengurangi plate
labial/bukal dari prosessus alveolar dengan pengambilan septum interdental dan
interadikuler. Alveolektomi termasuk bagian dari bedah preprostetik yaitu tindakan
bedah yang dilakukan untuk persiapan pemasangan protesa. Tujuan dari bedah
preprostetik yaitu untuk mendapatkan protesa dengan retensi, stabilitas, estetik, dan
fungsi yang lebih baik. Tindakan pengurangan dan perbaikan tulang alveolar yang
menonjol atau tidak teratur untuk menghilangkan undercut yang dapat menganggu
pemasangan protesa. Penonjolan tulang atau tidak teratur dapat menyebabkan protesa
tidak stabil sehingga dapat mempengaruhi kondisi tulang dan jaringan lunak
dibawahnya.
Tujuan alveolektomi yaitu antara lain :
- Membuang ridge alveolus yang tajam dan menonjol
- Untuk membuat kontur tulang yang memudahkan pasien dalam melaksanakan
pengendalian plak yang efektif
- Untuk membentuk kontur tulang yang sesuai dengan kontur jaringan gingival setelah
penyembuhan.
C. Klasifikasi Alveolektomi
a. Simple Alveolektomi
Tindakan ini dilakukan bersamaan dengan pencabutan gigi, dimana setelah
pencabutan gigi sebaiknya dilakukan penekanan tulang alveolar soket gigi yang
dicabut. Adapun prosedurnya pertama dibuat flap mukoperiosteal kemudian bentuk
yang irreguler diratakan dengan bor, bone cutting forcep setelah itu dihaluskan
dengan bone file. Selanjutnya bentuk tulang alveolar baik dilakukan penutupan luka
dengan penjahitan.
b. Secondary Alveoplasty
Linggir alveolar mungkin membutuhkan recounting setelah beberapa lama
pencabutan gigi akibat adanya bentuk yang irreguler. Pembedahan dapat dilakukan
dengan membuat flap mukoperiosteal dan bentuk yang irreguler dihaluskan dengan
bor, bone cutting forcep dan dihaluskan dengan bone dan ditutup luka dengan
penjahitan.
c. Alveolar Augmentasi
Pada keadaan resorbsi tulang yang hebat, maka diperlukan tindakan bedah yang lebih
sulit dengan tujuan untuk menambah besar dan lebar tulang rahang, menambah
kekuatan rahang, memperbaiki jaringan pendukung gigi tiruan. Terdapat beberapa
cara untuk menambah ketinggian linggir alveolar yaitu :
Dengan cangkok tulang autogenous, tulang dapat diperoleh dari tulang iliak atau
costae
Dengan melakukan osteotomi
Dengan penambahan menggunakan Hydroxilapatit,
D. Komplikasi Alveolektomi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pasca alveolektomi yaitu antara lain :
a. Rasa sakit dan ketidak nyamanan
b. Pembengkakan yang berlebihan
c. Pembengkakan mencapai puncaknya kurang lebih 24 jam sesudah pembedahan.
Pembengkakan dapat bertahan selama 1 minggu. Aplikasi air dingin yang diletakkan
pada daerah wajah yang dekat dengan daerah pembedahan
E. FLAP
Flap dibuat dengan tujuan mendapatkan lapang pandang yang jelas dan jalan masuk
secara mekanis yang memadai. Dasar flap harus lebih lebar daripada bagian ujungnya
yang bebas untuk mendapatkan suplai darah yang baik.
Syarat dari pembuatan flap:
a. Flap didesain sedemikian rupa sehingga suplai darah dapat dipertahankan
b. Desain flap harus dibuat dengan ukuran yang memadai sehingga dapat disingkap dari
daerah operasi
c. Flap dapat menutupi lagi bagian yang tadinya terbuka dan tidak dalam kondisi tegang
pada saat dijahit pada posisinya semula
d. Desain diusahakan menghindari saraf yang terletak didalam
Klasifikasi flap rongga mulut:
a. Didasarkan pada lokasi flap:
Bukal
Lingual
Palatal
b. Didasarkan ketebalannya:
Full thickness (mukoperiosteal). Flap ini dibentuk dengan cara memisahkan
jaringan lunak dari tulang (gingiva, mukosa, sub mukosa dan periosteum).
F. SUTURING
Teknik Penjahitan terdiri antara lain :
a. Simple interrupted suture
b. Continuous suture
c. Subcuticular suture
d. Mattress suture
e. Haemoragic suture
Simple interrupted suture merupakan teknik penjahitan yang sering digunakan, teknik ini
disebut juga sebagai teknik jahitan terputus. Jahitan ini merupakan jenis jahitan yang
paling sering digunakan, karena sederhana dan dapat digunakan dalam semua prosedur
bedah mulut. Adapun prosedur penjahitan simple interrupted suture yaitu :
- Pegang bagi tepi luka dengan pinset chirurgis