KASUS
Seorang pasien perempuan berusia 23 tahun berdomisili di Kairagi datang ke RSGM
PSPDG FK UNSRAT dengan keluhan utama adanya rasa tidak nyaman karena gigi
belakang bawah kiri yang tumbuh sebagian dan posisinya miring. Gigi tersebut sering
menyebabkan terselipnya makanan dan menimbulkan rasa tidak nyaman pada gusi
disekitar gigi tersebut. Gigi tersebut juga pernah menimbulkan rasa sakit sewaktu
pertama kali muncul namun saat ini tidak lagi terasa sakit.
- Gingiva : normal
- Karang gigi : --
- Poket : --
- Oklusi : normal (klas I Angel)
PE PE
PE PE
Keluhan utama:
Gigi belakang bawah kiri yang tumbuh sebagian dan posisinya miring sehingga
sering menyebabkan terselipnya makanan dan menimbulkan rasa tidak nyaman.
Gejala subjektif:
Rasa sakit (nyeri) tidak ada
Pemeriksaan objektif:
Perkusi (-), palpasi (-), Sondasi (-)
Diagnosis klinik:
Gigi 38—mesioangular
Rencana perawatan:
Odontektomi
GAMBARAN KLINIS
Keterangan:
Kesulitan minimal : 3-4
Kesulitan sedang : 5-7
Kesulitan sulit : 7-10
Jadi, gigi impaksi 38 mempunyai tingkat kesulitan minimal
TAHAP PERAWATAN
1. Pengisian rekam medik bagaian bedah mulut dan pengambilan foto intraoral serta
foto panoramik
2. Dental Side Teaching
3. Directly observational procedural skill (DOPS)
4. Case report session (CRS)
PROGNOSIS
Baik, karena indeks kesulitan minimal, tidak ada karies yang luas pada gigi, pasien
tidak ada kelainan sistemik, dan pasien kooperatif.
PERSIAPAN ODONTEKTOMI
1. Persiapan, meliputi persiapan mental, jasmani dan rohani
2. Kondisi pasien harus dalam kedaan sehat, tidak capek, serta tidak ada keluhan
nyeri.
3. Analisis foto radiografik yakni berupa foto panoramik
4. Penerapan prinsip sterilisasi, instrumentasi
PENATALAKSANAAN ODONTEKTOMI
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada tindakan odontektomi.
2. Informed Consent
3. Pengukuran tekanan darah pasien
4. Asepsis (operator, asisten, dan pasien)
- Operator
Cuci tangan dengan cairan desinfektan, menggunakan perlengkapan bedah dengan
tepat (gaun, handscon, masker, topi menutupi rambut, sandal yang bersih)
- Pasien
6. Pembukaan flap
Berdasarkan lokasinya flap akan dibuat pada daerah bukal dengan teknik full
thickness (mukoperiosteal). Akan dibuat envelope flap—rektangular yakni dengan
dua insisi tambahan (mesial-distal) dengan cara melakukan insisi dimulai dari
bagian distal M3 pada pertengahan (diantara LOI dan LOE) di bagian anterior
daerah trigonum pterigomandibula kemudian diteruskan ke daerah papilla distal
molar M2, mengelilingi sebagian leher gigi M3 lalu menyerong sedikit kearah
anterior. Hindari sublingual space untuk mencegah terjadinya cedera pada
N.lingual yang dekat dengan area M3 mandibula.
Prosedur ini dilakukan untuk memisahkan mukoperiosteal flap dan tulang.
Periosteal elevator/raspatorium diletakkan sampai berkontak langsung dengan
tulang melalui periosteum garis insisi. Pembebasan/pengangkatan dimulai dari
margin gingiva terutama untuk membebaskan attached gingiva dan sebaiknya
tidak menimbulkan trauma/trauma seminimal mungkin. Retraktor jaringan
diletakkan di buccal shelf, hanya pada eksternal oblique ridge dan distabilisasi
dengan memberikan tekanan ke tulang.
Tujuan tahap ini ialah untuk mendapatkan lapang pandang yang baik, jalan
masuk alat yang cukup, dan trauma seminimal mungkin.
Beberapa prinsip yang mendasari desain flap mukoperiosteal yaitu:
- Menyediakan ruang yang cukup bagi daerah yang akan dioperasi
- Dasar flap harus lebar sehingga jaringan lunak mendapatkan suplai darah
yang cukup setelah penutupan luka
- Untuk menghindari pendarahan full thickness mukoperiosteal flap harus
ditinggikan
- Insisi harus didesain sedemikian rupa sehingga flap dapat menutupi tulang
padat
7. Pengambilan tulang
Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan bur, rongeur atau knabel tang.
pada saat pengambilan tulang dengan bur (straight-lowspeed) harus diikuti
dengan melakukan irigasi menggunakan larutan saline. Bur diputar perlahan
dan penggunaanya intermitten dengan penekanan yang cukup. Teknik yang
akan dilakukan merupakan teknik pada umumnya yakni membuat parit
sepanjang bukal dan distal mahkota.
Gambar 8. Garis putus-putus menunjukkan daerah pengambilan tulang yang akan dilakukan
8. Pemotongan gigi
Pada kasus ini pengambilan gigi dilakukan dengan teknik in separasi dimana
pengambilan gigi impaksi dilakukan dengan menbuang sedikit tulang. Gigi
yang impaksi diambil sebagian-sebagaian. Akan dilakukan pemotongan gigi
38 yang impaksi pada bagian servikal (cementoenamel junction) mahkota.
Untuk memudahkan pengeluaran mahkota gigi maka fragmen dibagian atas
dibuat lebih lebar dari bagian bawahnya, jadi pemotongan harus dibuat
dengan inklinasi kedistal. Canalis mandibular seringkali terletak didekat akar
gigi sehingga pemotongan tidak sepenuhnya menggunakan bur tetapi bagain
dentin di bawah dipatahkan dengan menggunakan cryer. Mahkota didorong
kearah distal selebar besar daerah pemotongan, hal ini akan memudahkan gigi
terungkit keatas. Sedangkan untuk bagian akar apabila tidak dapat dikeluarkan
dalam satu unit maka kemungkinan akan dipotong menjadi dua bagian secara
horizontal dan kemudian dikeluarkan satu persatu menggunakan elevator.
Tindakan pemotongan harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari
fraktur dinding alveolar lingual atau tertembusnya bagian tersebut dengan bur
karena ada kemungkinan terjadi cedera n.lingualis. Tujuan tahap ini ialah
untuk menciptakan ruang yang bisa digunakan untuk mengungkit dan
mengeluarkan segmen mahkota atau sisa akar.
9. Pembersihan luka/debridement
Setelah gigi impaksi diangkat langkah selanjutnya adalah pembersihan soket
dari semua debris maupun serpihan tulang dan benda asing yang
mungkinmenggangu penyembuhan. Bagian tulang yang mengalami trauma
oleh penggunaan bur, tang, elevator atau instrument lain, lapisan
superfacialnya harus diambil karena akan menjadi nekrotik. Ujung yang tajam
atau menonjol yang dapat menimbulkan iritasi pada mukosa diatasnya,
dihaluskan dan jaringan dengan supply darah yang buruk harus diambil
10. Penjahitan
Pada tahap ini dilakukan pengembalian flap dengan penjahitan
terputus/interrupted. Penjahitan dimulai dari bagian tengah region 38 terlebih
dahulu kemudian diikuti bagian yang lainnya. Akan dilakukan penjahitan
dengan metode terputus/interrupted suture. Penjahitan dibuat melalui attach
tissue/perlekatan jaringan pada aspek posterior dari M2. Diperkirakan 3
jahitan yang akan diperlukan untuk menutup flap. Jarum yang akan
digunakan berukuran 3-0 dan dengan bentuk melengkung serta benang dari
bahan nonresorbable.
- Bagian yang panjang diputar dua kali mengitari ujung needle holder.
Lingkaran- lingkaran tersebut diletakkan ditepi untuk membuat ikatan
(simpul) dan untuk menghindari kekusutan.
- Bagian yang pendek dari benang dijepit dengan ujung dari needle holder
- Needle holder diletakkan lagi diantara dua benang dan bagian yang panjang
diputar dua kali disekitar beak dari needle holder, tanpa menarik seluruh
simpul.
- Bagian yang pendek dijepit lebih ujung dari needle holder dan ditarik
melalui lingkaran-lingkaran yang dibuat.
-
Hal yang perlu diketahui bahwa penjahitan tidak boleh mengakibatkan tarikan
dari tepi luka yang dapat mengakibatkan kerusakan aliran darah dengan akibat
lanjut berupa nekrosis jaringan. Ataupun benang jahitan dapat merobek
mukosa dan menyebabkan terbukanya lagi daerah pembedahan.
Setelah itu berikan gigitan tampon yang telah dibasahi povidone iodine.
Instruksikan untuk menggigit tampon 30-60 menit. Tampon dapat diganti
dengan tampon steril sampai beberapa kali.
- Makan dan minum ---- instruksikan pasien untuk makan makanan yang lunak-
lunak dan dingin ( ice cream, pudding, yogurt, milk, cold soup, orange juice ).
Hindari makanan keras dan makan satu sisi dahulu. Apabila minum kurang dari 1
quart cairan dalam satu hari akan mengakibatkan dehidrasi dan hipertermi.
- Posisi Tidur ---- Instruksikan pasien untuk tidur dengan kepala agak dinaikkan
yaitu dengan diganjal dengan 1 atau 2 bantal tambahan. Ini dapat
mengurangi/mengontrol pembengkakan.
- Oral Hygiene ---- lakukan sikat gigi seperti biasa. Gunakan obat kumur
mengandung antiseptik selama 24 jam pertama hingga 3-4 hari kemudian.
- Medikasi --- berikan antibiotik, analgesik-anti inflamasi, anti-perdarahan, vitamin
dan obat kumur antiseptik.
S 3 dd 1 .p.c
S 1 dd 1 tab. p,c
S 2 dd garg
TAHAP KONTROL
1. Instruksikan pasien untuk kembali kontrol kondisi ekstra oral dan intra oral 3
hari post odontektomi. Tanyakan apa ada keluhan pasca operasi.
2. Jahitan dibuka 1 minggu post odontektomi. Dilakukan pemeriksaa kembali
dengan teliti meliputi penutupan luka dan keberadaan bekuan darah. Biasanya
pasien akan datang dengan kedaan OHIS yang buruk disebabkan kurangnya
pembersihan mekanis pada daerah tersebut karena adanya rasa sakit, sehingga
diinstruksikan untuk menggunakan obat kumur
3. Pasien diinstruksikan kembali untuk kontrol kedua 2 minggu post
odontektomi. Anamnesa dan tanyakan apakah ada keluhan.
LANDASAN TEORI
Pengertian
Odontektomi merupakan tindakan pembedahan untuk mengeluarkan gigi yang tidak
dapat dilakukan dengan cara ekstraksi biasa atau dapat dilakukan pada gigi yang
impaksi atau tertenam di bawah tulang atau mukosa (Pederson, 1996)
Faktor penyebab
- Keterlambatan fase pembentukan bud stage
- Rahang tidak mempunyai tempat yang cukup
- Adanya anomali pertumbuhan atau gigi terlibat dalam suatu pertumbuhan anomali
(kista dentigerous, ameloblastoma)
- Tumbuh dengan arah sumbu yang salah
Indikasi
- Keluhan neurologis
Rasa sakit dapat timbul bila gigi impaksi menekan syaraf atau menekan gigi
tetangga dan tekanan tersebut di lanjutkan ke gigi tetangga lain di dalam deretan
gigi, dan hal ini dapat menimbulkan rasa sakit.rasa sakit juga daapt disebabkan
karena gigi impaksi langsung menekan n. alveolaris inferior pada kanalis
mandibular.
- Pericoronitis
Perikoronitis merupakan peradangan pada jaringan lunak disekeliling gigi yang
akan erupsi, palin sering terjadi pada molar tiga bawah. Perikoronitis merupakan
suatu kondisi yang umum terjadi pada molar impaksi dan cenderung muncul
berulang, bila molar belum erupsi sempurna. Akibatnya dapat terjadi destruksi
tulang gigi molar dan geraham depannya. Odontektomi dapat dilakukan sebagai
tindakan pencegahan terjadinya perikoronitis.
Kontra indikasi
- Tidak ada keluhan.
Apabila tidak terdapat keluhan dari pasien yang mengalami gigi impaksi maka tidak
diperlukan tindakan odontektomi yang dapat memekan waktu, baiay dan resiko
pembedahan yang dapat terjadi.
- Usia lanjut
Pada pasien yang berusia lanjut tulang yang menutupi gigi impaksi akan sangat
termineralisasi dan padat sehingga akan menyulitkan untuk dilakukan odontektomi.
Faktor penyulit
- Bentuk anatomis akar terpisah atau mengalami fusi
- Bentuk akar bengkok baik dalam arah mesial, distal atau berbentuk seperti kait
- Letak akar gigi terhadap nervus alveolaris inferior
- Usia penderita, semakin lanjut uasia akan semakin sukar pembedahannya dan
semakin beresiko terjadi infeksi pasca operasi
- Gigi yang ankylosis dan hipersementosis
- Penderita yang sensitif terhadap benda asing di dalam rongga mulut
- Mulut yang sempit dan lidah yang besar
- Kepadatan tulang yang ekstrim
- Gigi yang terletak pada zona yang dalam
Sumber
1. Erlagista, S. Makalah Tugas Kepanitraan Ilmu Bedah Mulut Odontektomi.
Yogyakarta. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada; 2016.
2. Pederson, G.W. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta. EGC; 1996
3. Bakar, A. Kedokteran Gigi Klinis Edisi 2. Yogyakarta. Quantum; 2014
4. Winther, H. Pedoman Dalam Minor Oral Surgery. Jakarta. Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Indonesia: 1983