Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Karies gigi merupakan infeksi gigi yang paling sering di rongga mulut. Karies gigi dapat terjadi
pada individu dari segala usia. Karies gigi yang tidak diobati, akan terus membesar hingga terjadi
nekrosis pulpa, bahkan menjadi sisa akar, yang biasa disebut gangren radiks. Gangren radiks
sudah tidak dapat dilakukan perawatan saluran akar untuk mempertahankan gigi, maka
perawatan yang dapat dilakukan adalah ekstraksi. Ekstraksi sulit atau open extraction adalah
ekstraksi yang dilakukan jika ekstraksi dengan cara biasa, tidak dapat mengambil gigi (sulit).
Ekstraksi sulit dilakukan jika dibutuhkan akses lebih untuk mengeluarkan gigi atau akar yang
tersisa. Pencabutan gigi teknik ini adalah teknik mengeluarkan gigi dengan cara pembedahan
dengan melakukan flap, pemotongan gigi dan atau tulang. Dokter gigi yang akan melakukan
ekstraksi sulit, harus menguasai dengan benar teknik ini agar terhindar dari komplikasi-
komplikasi yang tidak diinginkan.

1
BAB II
LAPORAN KASUS

Nomor RM : 16.08.014
Nama pasien : Ahmad Firdaus
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir/Umur : Jakarta, 1 Juni 1994/23 tahun
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Jalan Rawamangun Muka Selatan 7 No. 4, Jakarta Timur
Kebangsaan : Indonesia
Suku bangsa : Padang
No hp : 081290984280
Nama orang tua : Siti Alfiah

1. KELUHAN UTAMA:
Terdapat gigi yang berlubang yang besar pada kanan belakang rahang bawah dan terasa sakit
jika makan. Pasien ingin dicabut.

2. RIWAYAT PENYAKIT YANG DIKELUHKAN:


Pasien belum pernah dilakukan perawatan penambalan sebelumnya.

3. PEMERIKSAAN KEADAAN UMUM:


 Tingkat kesadaran : Compos Mentis
 Tensi : 120/80 mmHg
 Nadi : 80x/ mnt
 Pernapasan : 20x/ mnt
 Penyakit umum yang sedang di derita : Tidak ada
 Obat-obatan yang sedang dikonsumsi : Tidak ada
 Riwayat alergi : Tidak ada

4. PEMERIKSAAN KEADAAN LOKAL:


 Ekstra oral
2
Lokasi : Tidak ada kelainan
Inspeksi : Tidak ada kelainan
Palpasi : Tidak ada kelainan
Perkusi : Tidak ada kelainan

 Intraoral :
Lokasi : 46
Inspeksi : gigi 46 karies mencapai pulpa
Palpasi : tidak ada kelainan
Perkusi : tidak ada kelainan

5. DIAGNOSA SEMENTARA: Gangren radix gigi 46.

6. KEBUTUHAN PEMERIKSAAN PENUNJANG: Foto Panoramik

7. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG:


Radiologi panoramik:
 Karies D4 gigi 18, 27,28,47,48
 Gangren radix gigi 37,47

8. DIAGNOSA KERJA: Gangren radix gigi 46.

9. RENCANA TERAPI/TINDAKAN:
 Ekstraksi sulit dengan open flap gigi 46.

3
FOTO KLINIS
Foto Oklusal RB

Foto Tampak Kanan

GAMBARAN RADIOGRAFI

4
Tahapan kerja ekstraksi sulit dengan open flap gigi 46:
1. Pemberian informasi secara lisan & tulisan serta penandatangan informed consent oleh
pasien
2. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

5
Alat dan bahan:
o Masker dan sarung tangan
o Needle holder
o Elevator periosteal
o Gunting benang
o Gunting jaringan
o Scapel & Blade no 15
o Bein lurus dan bein bengkok
o Tang ekstraksi gigi RB
o Bone file
o Kuret periapical
o Minessota retractor
o ½ circle reverse-cutting needle
o Benang black silk nonresorbable 3.0
o Bur tulang (round, fissure)
o Handpiece low speed straight
o Alat standar (2 kaca mulut, pinset, sonde, ekskavator)
o Pinset jaringan
o Spuit dan ampuls
o Syringe untuk anestesi
o Syringe untuk irigasi
o Cotton roll
o Cotton pellet
o Kassa
o Larutan antiseptik (povidone iodine 3%)

6
o Larutan irigasi (NaCl 5%)
o Spongostan
3. Mempersiapkan pasien duduk di dental unit
4. Mengukur tekanan darah pasien
5. Pemasangan duk pada pasien
6. Mengoleskan cairan antiseptik (povidone iodine 3%) pada daerah kerja.
7. Melakukan anastesi mandibular blok

8. Tunggu ±5-10 menit sampai kerja anastesi bekerja. Tanyakan pada pasien apakah sudah
terasa baal belum pada daerah pipi, gingiva,bibir dan lidah. Jika pasien sudah menyatakan
sudah terasa baal, kemudian cek dengan menggunakan pinset dengan cara menekan pinset
pada daerah kerja
9. Jika setelah dicek pasien benar-benar sudah terasa baal, dilakukan pembuatan flap triangular
menggunakan scapel dan blade no 15.

7
10. Flap dibuka dengan raspatorium, setelah flap terbuka tulang bagian bukal di buang dengan
menggunakan bur

8
11. Setelah gigi terlihat, gigi di ungkit dengan bein sampai goyang dan di cabut dengan tang
cabut RB.

12. Dilakukan pembersihan jaringan granulasi dengan kuret dalam soket dan penghalusan tulang
alveolar menggunakan kikir tulang/ bone file.
13. Pembuangan debris dan irigasi menggunakan NaCl 5% dan dikeringkan dengan suction
14. Dilakukan penjahitan dengan teknik simple interrupted suture

9
15. Pasien di instruksikan untuk menggigit tampon
16. Instruksi pasien pasca bedah

10
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Definisi Ekstraksi dengan Open Flap


Ekstraksi dengan open flap didefinisikan sebagai suatu metode ekstraksi yang tidak dapat
dilakukan hanya dengan pencabutan biasa oleh bein dan tang. Ekstraksi sulit dilakukan jika
dibutuhkan akses lebih untuk mengeluarkan gigi atau akar yang tersisa. Dilakukan flap untuk
mendapatkan akses dengan cara insisi mukosa gingiva di sekitar gigi tersebut. Pencabutan gigi
teknik ini adalah teknik mengeluarkan gigi dengan cara pembedahan dengan melakukan
pemotongan gigi atau tulang.

3.2 Indikasi Ekstraksi dengan Open Flap


Di bawah ini indikasi ekstraksi sulit dengan open flap:
1. Kelainan akar gigi
 Kelainan jumlah akar gigi.
Akar multiple
Pada gigi yang memiliki beberapa akar, masing-masing akar memiliki panjang akar
yang berbeda. Penggunaan tang penting dilakukan untuk setiap akarnya karena
mungkin diperlukan ekstraksi yang berbeda ditiap akarnya. Mungkin membutuhkan
transalveolar ektraksi.

Gambar. Gigi yang memiliki akar multipel.

 Kelainan bentuk akar gigi.


Akar divergent

11
Akar divergent terjadi dalam beberapa gigi yang memiliki multirooted; terutama
molar rahang atas. Oleh karena itu karena non-paralelisme sumbu panjang akar
mepningkatan kesulitan untuk mengekstrak gigi satu bagian. Oleh karena, dianjurkan
menggunakan ektraksi transalveolar.

Gambar. Akar gigi yang divergen.

Akar dilaserasi
Akar dilaserasi terkaitnya akar dengan tulang aveolar. Oleh karena itu, disana ada
peningkatan tahanan dalam mengektraksi gigi pada saat penggunaan tekanan extraksi
biasa dan itu sangat sulit untuk mengektraksi gigi dari sokentnya tanpa menyebabkan
fraktur akar pada titik yang terkait.

Gambar. Kelainan akar berupa silaserasi akar

 Pola akar yang tidak menguntungkan.


 Fraktur atau resorpsi akar gigi.

12
2. Karies yang meluas ke akar gigi atau ke massa akar (gangren radiks)
Dalam sebuah kasus dimana mahkota rusak karena karies, complex restoration, fixed
prostetic, dan lainnya. Sifat dari bagian mahkota gigi mungkin mencegah pemakain
instrument dan oleh karena penerapan gaya. Mahkota bisa hancur atau pecah ketika
penjepitan oleh tang. Gigi yang kehilangan mahkota oleh karies dianjurkan untuk
menjalani ekstraksi terbuka.

Gambar. Karies yang meluas ke akar gigi atau ke massa akar.

Gambar. Gambaran radiografi yang menunjukkan karies yang meluas dan sangat besar pada
mahkota gigi.

3. Rapuh nya setelah perawatan saluran akar


Gigi menjadi rapuh setelah perawatan saluran akar terutama karena dua alasan, yaitu
pemotongan struktur akar untuk perawatan endodontic dan karna dehidrasi dari gigi

13
diikuti penghentian suplay darah. Karena itu akar dapat hancur selama pengaplikasian
dari ektraksi karena berkurangnya ukuran dari gigi atau kerapuhan dari sisi struktur gigi.

Gambar. Gambaran radiografi gigi setelah perawatan saluran akar.

4. Hipersementosis akar gigi


Hipersementosis terjadi karena deposit sementum yang terus menerus berbentuk bulat
besar di akar terutama dibagian apical. Itu bisa menjadi inflamasi kronik, mempercepat
pemanjangan gigi, perbaikan gigi dan penyakit Paget’s. Sulit untuk menghilangkan akar
dalam kasus tersebut melalui soket akar karena kecilnya diameter dari soket ditingkat
serviks. Disebabkan oleh susahnya pembebasan akar operator mugkin meningkatkan
tekanan yang akan menyebabkan akar/tulang fraktur. Akar tersebut diwajibkan melalukan
evaluasi radiograph dan ekstraksi dengan teknik open.

14
Gambar. Hipersementosis akar gigi.
5. Ankilosis
Ankilosis berasal dari bahasa Yunani yang berarti kekakuan pada sendi akibat proses dari
suatu penyakit. Ankilosis dapat didefenisikan sebagai penyatuan jaringan fibrous atau
tulang antara kepala kondilar dengan fosa glenoidalis yang dapat menyebabkan
keterbatasan dalam membuka mulut sehingga menimbulkan masalah dalam
pengunyahan, berbicara, estetis, kebersihan mulut pasien dan masalah psikologis.
Pada kondisi ini gigi menyatu dengan tulang. Tidak ada intervensi ligamen periodontal.
Selama pencabutan gigi dibebaskan dari soket sesudah adanya pemutusan ligament
periodontal. Oleh karena itu, gigi ankylosis susah untuk dibebaskan dari soket gigi. Jika
terlalu banyak gaya maka akan terjadi fracture akar atau tulang alveolar. Kondisi ini
didiagnosa menggunakan radiograph. Dalam pemeriksaan radiograph tidak terlihat
ligament periodontal mengelilingi akar dan terlihat penyatuan tulang dengan gigi. Pada
pemeriksaan klinis dull tone/nada tumpul terdengar ketika gigi diketuk dan tidak ada
gerakan yang terasa ketika luksasi di akar.

15
Gambar. Gambaran radiografi gigi ankilosis.

6. Gigi impaksi
Impaksi adalah gigi yang jalan erupsi normalnya terhalang atau terblokir, biasanya oleh
gigi didekatnya atau jaringan patologis. Impaksi diperkirakan secara klinis apabila gigi
antagonisnya sudah erupsi dan hampir bisa dipastikan apabila gigi yang terletak pada sisi
yang lain sudah erupsi.

Gambar. Foto rotgen panoramic

16
7. Gigi geminasi

Gambar. Gigi geminasi pada regio premolar atas (kiri) dan geminasi patologis antara gigi
molar ketiga atas yang tidak erupsi dengan molar kedua atas yang terisolasi. Perhatkan
besarnya sinus maksilaris (kanan).

8. Sklerosis tulang dan lesi patologis


Osteosclerosis terjadi pemadatan tulang tanpa gangguan atau kelainan pulpa pada gigi
vital. Gambaran masa radiopak membulat agak menyebar/meluas pada daerah apeks.
Terdapat beberapa gambar serupa Osteosclerosis, yaitu sclerosis soket, osteosclerotik dan
displasia semental periapikal (sementoma).

Gambar. Lesi patologis periapeks akan tetap ada bila gigi dicabut, kecuali sudah
terdiagnosis sebelum pencabutan. Kista gigi ini ditemukan pada pasien yang menerima
perawatan gigi rutin selama beberapa tahun.

17
9. Sementoma
Temuan radiografik
Diamati adanya suatu massa seperti semburat matahari dikelilingi oleh gambaran opak
yang terdapat pada akar gigi yang terdermakasi dengan baik dan dikelilingi oleh rim
radiolusen yang tipis. Lesi ini mengaburkan lamina dura. Sementoma yang matang, yang
juga diketahui sebagai displasia semental periapikal, merupakan lesi umum lainnya yang
dapat membingungkan para pelajar jika dibandingkan dengan sementoblastoma.
Bagaimanapun, sementoma biasanya bertempat di rahang bawah region anterior dan
tidak mengaburkan rongga PDL. Sementoma biasanya memiliki 3 tahapan
perkembangan: osteolitik (dimana titik lesi nampak sebagai radiolusensi), sementoblastik
(campuran radiolusen/radiopak), dan matang (radiopak).
Kontraindikasi:
a) Kontaindikasi sistemik
 Kelainan jantung
 Kelainan darah. Pasien yang mengidap kelainan darah seperti leukemia, haemoragic
purpura, hemophilia dan anemia
 Diabetes melitus tidak terkontrol sangat mempengaruhi penyembuhan luka.
 Pasien dengan penyakit ginjal (nephritis) pada kasus ini bila dilakukan ekstraksi gigi
akan menyebabkan keadaan akut
 Penyakit hepar (hepatitis).
 Pasien dengan penyakit syphilis, karena pada saat itu daya tahan terutama tubuh
sangat rendah sehingga mudah terjadi infeksi dan penyembuhan akan memakan
waktu yang lama.
 Alergi pada anastesi local
 Rahang yang baru saja telah diradiasi, pada keadaan ini suplai darah menurun
sehingga rasa sakit hebat dan bisa fatal.
 Toxic goiter
 Kehamilan. pada trimester ke-dua karena obat-obatan pada saat itu mempunyai efek
rendah terhadap janin.
 Psychosis dan neurosis pasien yang mempunyai mental yang tidak stabil karena dapat
berpengaruh pada saat dilakukan ekstraksi gigi
 Terapi dengan antikoagulan.
b) Kontraindikasi lokal
 Radang akut. Keradangan akut dengan cellulitis, terlebih dahulu keradangannya harus
dikontrol untuk mencegah penyebaran yang lebih luas. Jadi tidak boleh langsung
dicabut.
 Infeksi akut. Pericoronitis akut, penyakit ini sering terjadi pada saat M3 RB erupsi
terlebih dahulu
 Malignancy oral. Adanya keganasan (kanker, tumor dll), dikhawatirkan pencabutan
akan menyebabkan pertumbuhan lebih

18
3.3 Alat dan Bahan
 Sarung tangan
 Masker
 Polibib
 Gelas kumur
 Alat standar (dua kaca mulut, satu sonde halfmoon, satu pincet, satu ekskavator).
 Syringe anestesi
 Larutan anestesi
 Cytoject
 Retractor jaringan
 Scalpel & blade No.15
 Elevator periosteal Molt
 Pinset bedah & jaringan
 Handpiece low speed straight
 Bur tulang bulat & fissure
 Syringe irigasi
 NaCl 5%
 Suction
 Bein lurus & bengkok
 T cryer
 Tang gigi rahang bawah
 Kuret periapikal
 Bone file
 Hemostat
 Needle holder
 Jarum ½ circle reverse cutting
 Benang black silk non resorbable 3.0
 Catton roll, catton pellet, kassa, dan tampon steril
 Povidone iodine 3%

3.4 Tahap-tahap Ekstraksi Sulit dengan Open Flap


Prinsip pada teknik ini adalah pembuatan flap, membuang sebagian tulang, pemotongan gigi,
pengangkatan gigi, penghalusan tulang, kuretase, dan penjahitan. Teknik open extraction secara
garis besar adalah sebagai berikut:
 Asepsis pada area yang akan dilakukan.
 Anestesi mandibular blok dan infiltrasi bukal gigi 46.
 Flap mukoperiosteal.
Desain flap bergantung pada keputusan operator dan tujuan dari pembedahan. Tingkat
akses permukaan tulang dan akar dan posisi akar flap harus dipertimbangkan dalam
desain flap.

19
Pembuatan flap mukoperiosteal adalah akses untuk melakukan pembedahan. Setelah
dilakukan anastesi, flap mukoperiosteal dielevasi sehingga terlihat tulang alveolar. Dasar
flap harus lebih lebar agar tidak terjadi gangguan suplai darah. Flap dapat di bukal,
lingual, palatal. Namun, sebagian besar flap yang dibuat untuk tujuan bedah mulut adalah
di bagian bukal, karena rute ini merupakan rute yang paling langsung dan tidak rumit
untuk mencapai gigi yang terpendam atau fragmen ujung akar.
Syarat flap yang baik, yaitu:
 Flap yang dibuat harus cukup suplai darah, memberikan lapang pandang / jalan
masuk yang cukup, dan tepian flap harus berada diatas tulang
 Insisi secara continous stroke, menyusuri tulang, dengan sudut terhadap
permukaan mukosa.
 Dasar flap harus lebih besar dibandingkan dengan bagian atas flap.
 Papila dental harus sepenuhnya di flap, sesuai dengan contour gingiva.
 Pembuatan flap harus secara hati-hati.

 Pembuangan tulang
Tulang alveolar atas yang menutupi gigi harus dihilangkan agar dapat terpapar bagian
akar gigi / bifurkasi gigi. Pembuangan tulang harus secukupnya sehingga tidak
menimbulkan cedera berlebih. Ruang yang dihasilkan dari pembuangan tulang harus
cukup untuk memasukkan elevator atau forcep dan membuat celah pada gigi atau cukup
untuk menggerakkan akar. Bur dan chisel dapat digunakan untuk membuang tulang
alveolar bagian bukal atau labial.
Pembuangan tulang sebelum pencabutan gigi:
Buang tulang kortikal bukal hingga 1/3 akar terekspose. Tahap ini berguna untuk
memperluas daerah visualisasi ke daerah kerja. Pembuangan tulang kortikal dapat
dilakukan dengan bur tulang. Bur yang lebih sering digunakan adalah jenis bur bulat.

Gambar. Metode pembuangan tulang.

 Pembelahan dan pencabutan gigi


Jika tulang alveolar memadai, dapat dilakukan pencabutan sekali dengan elevevator atau
forcep. Jika tulang alveolar tidak memadai atau gigi berakar lebih dari satu, gigi harus
dibagi/dipisahkan untuk pencabutan. Bifurkasi akar harus terlihat dan dipisahkan dengan
bur.

20
Keuntungan dilakukan pembelahan gigi:
 Pembelahan gigi dapat memudahkan pengeluaran gigi dari soketnya
 Pembelahan atau pemisahan akar dapat dilakukan dengan bur agar kekuatan lebih
terkontrol.
 Membuat celah dengan bur pada akar divergen.
Pemakaian elevator/bein:
 Pemakaian elevator tergantung pada bentuk konfigurasi akar dan arah pengungkitan
untuk mengeluarkan gigi.
 Akar gigi lurus dapat dikeluarkan atau diungkit dari berbagai arah.
1. Akar divergent: sebelum pemakaian elevator, akar harus dipisahkan satu per satu,
setelah itu pemakaian elevator pada sisi yang konveks.

Gambar. Gigi yang akarnya telah dibelah.

2. Akar konvergen: elevator diaplikasikan pada permukaan yang konveks, tekanan


harus dikontrol selama pengaplikasian elevator.

Gambar. Pembedahan pengangkatan gigi akar tunggal yang telah dilakukan flap.
Elevator lurus dimasukkan ke dalam ruang ligament periodontal untuk memperluas

21
alveolus dan mengeluarkan akar dari soketnya dengan hati-hati. Perhatikan setiap
force yang diberikan untuk mencegah luka yang dapat disebabkan oleh elevator.

Kemudian dilakukan ekstraksi gigi, sesuai gambar berikut:

Gambar. Pencabutan gigi molar dengan pengambilan akar satu persatu.


 Penutupan flap
- Perkiraan margin flap yang baik
- Penutupan flap yang tepat  primary healing
- Penjahitan tanpa tekanan, karena tekanan dapat menyebabkan terganggunya suplai
darah ke jaringan
- Jahitan tidak boleh terlalu kencang agar tidak menimbukan efek blanching pada
mukosa tetapi simpul harus kuat agar tidak mudah lepas.
Fungsi penjahitan:
- Mengurangi jarak antara tepi flap, semakin kecil jarak antar tepi flap maka proses
pemulihan pertama (primary healing) dapat dengan mudah dan cepat terjadi
- Hemostasis: penjahitan bereaksi sejalan dengan proses hemostasis pada socket yang
terbuka tetapi tidak mempengaruhi proses perdarahan dibawah jaringan.
- Jahitan dapat memengan jaringan lunak dan menutupi tulan. Karena jika tulang
terbuka akan terasa sakit sekali dan menyebabkan tulang tersebut menjadi non-vital

22
Gambar. Penjahitan teknik simple interrupted.

 Terapi obat dan nasehat yang diberikan pada pasien.


Instruksi untuk pasien setelah ektraksi:
 Istirahat
Pasien diinstruksikan tidak melakukan aktivitas berat dan hanya diperbolehkan
melakukan aktivitas ringan, seperti duduk di kursi nyaman atau berbaring.
 Perawatan jaringan luka
Dalam perawatan jaringan luka dan pencegahaan penundaan penyembuhan jaringan
pasien diistruksikan menggigit gauze pack pada posisi luka selama 30-60menit.
 Ketidaknyamanan
Sesudah pencabutan, biasanya diikuti dengan rasa sakit, perdarahan, dan
pembengkakan dalam berbagai tingkatan. Rasa sakit bisa diatasi dengan pemberian
obat. Obat-obat yang diberikan ke pasien adalah analgesik, antiinflamasi, antibiotik.
Jika diperlukan: obat kumur.
 Perdarahan
Perdarahan pasca-pencabutan bisa dikontrol dengan baik dengan penekanan.
Menggigit tampon atau menempatkan tampon diatas luka bekas cabutan. Tekanan
dipertahankan untuk paling tidak selama 1 jam pasca pencabutan. Jika setelah 1 jam
darah keluar lagi maka pemberian sponge bisa diulang sekali lagi. Adanya sedikit
perdarahan kadang-kadang keluar selama 24 jam pertama sesudah pencabutan masih
bisa dikatakan normal. Selain itu pasien diinstruksikan tidak meludah atau
mengumpulkan ludah dan pasien juga tidak disarankan untuk meminum cairan dari
sedotan karena dapat memicu pendarahan berlebih.
 Edema
Meskipun edema pasca-pencabutan biasanya tidak terlalu berat, tetapi perlu dicegah
dengan aplikasi dingin. Kompres es atau potongan-potongan es dalam kantung
plastic yang kemudian dibungkus sebuah atau dua buah handuk adalah metode yang
tepat untuk aplikasi dingin. Selama 24 jam pertama pasca pencabutan, dianjurkan
aplikasi dingin selama 30 menit. Pemberian minuman panas sebaiknya dihindari
karena akan meningkatkan edema.
 Diet
Pasien diistruksikan hanya memakan makanan lunak yang dingin selama 12-24 jam
setelah itu dapat memakan makanan yg sedikit lebih bertekstur untuk menghindari
pendarahan dan terbukanya jahitan pasca operatif.

23
 Oral hygine
Pasien harus diinstruksikan untuk selalu menjaga kesehatan dan kebersihan gigi dan
mulut karena hal ini merupakan faktor utama dalam menentukan masa penyembuhan
jaringan, seperti menyikat gigi setelah 24 jam pasca operatif.
 Pembengkakan
Aplikasikan kompres es pada daerah operatif untuk 12 jam pertama pasca bedah
guna mengontrol pembengkakan dan memberi rasa nyaman.
 Terapi vitamin
Pemberian vitamin B dan C pasca tindakan operatif dapat membantu dan
membercepat penyembuhan terutama dalam meregeneresasi jaringan.
 Untuk mencegah kekakuan dan untuk merangsang sirkulasi, diperlukan latihan
rahang.

3.5 Komplikasi Pasca Ekstraksi Sulit dengan Open Flap


Pencabutan gigi dengan keadaan penyulit yang terlalu dipaksakan dan teknik yang salah sering
menimbulkan komplikasi diantaranya fraktur alveolar, perdarahan berlebihan, dan trauma nervus
alveolaris, nervus lingualis.
 Fraktur Tulang Alveolar
Fraktur tulang alveolar dapat terjadi karena terjepitnya tulang alveolar secara tidak
disengaja di antara ujung tang pencabut gigi atau konfigurasi dari akar gigi itu sendiri,
bentuk dari tulang alveolar, atau adanya perubahan patologis dalam tulang itu sendiri.
 Perdarahan yang berlebihan
Perdarahan yang berlebihan terjadi jika pembuluh darah terpotong. Hal ini dapat terjadi
karena trauma yang besar pada saat pencabutan dimana tulang yang terangkat mengoyak
jaringan lunak sekitarnya. Juga dapat terjadi karena penggunaan bur yang mengenai
kanalis mandibularis.
 Trauma pada Nervus Alveolaris, Nervus Mentalis dan Lingualis
Trauma pada nervus ini bisa menimbulkan parestesi. Nervus lingualis dapat rusak oleh
pencabutan traumatik gigi molar bawah dimana jaringan lunak lingual terjebak pada
ujung tang, atau terkena bur selama pembuangan tulang. Nervus alveolaris atau mentalis
dapat terkena trauma pada saat pembuatan flap atau pemakaian bur yang terlalu dalam
dan tidak terkontrol, atau ujung akar bengkok mengenai kanalis mandibularis.

24
BAB IV
KESIMPULAN

Teknik ekstraksi sulit sebagai suatu metode ekstraksi yang dilakukan jika tidak dapat dilakukan
pencabutan biasa oleh bein dan tang saja. Ekstraksi sulit dilakukan jika dibutuhkan akses lebih
untuk mengeluarkan gigi atau akar yang tersisa. Diagnosis harus ditegakkan dengan tepat,
berdasarkan pemeriksaan klinis maupun radiografi. Tahapan eksraksi sulit dengan open flap
adalah asepsis daerah kerja, anestesi, melakukan flap, pembuangan tulang, pemotongan gigi jika
diperlukan, penggunaan bein, ekstraksi gigi, dan penutupan flap dengan cara menjahit flap.
Operator juga perlu memberikan instruksi dan obat pasca bedah kepada pasien. Ekstaksi sulit
harus dilakukan dengan hati-hati agar terhindar dari komplikasi-komplikasi seperti fraktur tulang
alveolar, perdarahan berlebihan, dan trauma nervus.

DAFTAR PUSTAKA
25
1. Andersson, Lars dkk. 2010. Oral and Maxillofacial Surgery. Oxford: Wiley-Blackwell.
2. Balaji, S. M. 2007. Textbook Oral & Maxillofacial Surgery. New Delhi: Elsevier.
3. Datarkar. A. N. 2007. Exodontia Practice. Jaype Brothersmedical Published; New Delhi,
India.
4. Dimitroulis G, 1997. A Synopsis of Minor Oral Surgery. Bostom : Linacre House.
5. Dym H., Ogle OE. 2001. Atlas of Minor Oral Surgery. Philadelphia, W.B. Saunders:
Company.
6. Gans, BJ. 1972 . Atlas of Oral Surgery. St Louis : Mosby.
7. Howe, GE, 1993. Pencabutan Gigi Geligi, (The Extraction of teth), Alih Bahasa:
Budiman, JA. Jakarta: EGC.
8. Hupp, James R. dkk. 2008. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery 5th Edition. St.
Louis: Mosby Elsevier.
9. Pedersen GW. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut (Oral Surgery), Alih Bahasa:
Purwanto. Jakarta: EGC.
10. Pedlar, J. Frame, JW. 2001. Oral Maxillofacial Surgery. London: Churchill Livingstone.
11. Peterson LJ. 2003. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery, 4thed. St Louis:
Mosby.

26

Anda mungkin juga menyukai