Pada pemeriksaan klinis, pada mukosa regio gigi 13 tidak ditemukan adanya pembengkakan. Pada
pemeriksaan radiografi gigi 13 terdapat 1 akar lurus dan pada daerah periapikal tidak ditemukan
adanya kelainan
Pasien pernah mencabut gigi sebelumnya dan pasien juga pernah melakukan perawatan pembuatan gigi
tiruan cekat yang dilakukan beberapa tahun lalu, yang mengakibatkan pasien menjadi takut untuk
melakukan perawatan gigi. Pasien tidak memiliki riwayat alergi maupun penyakit sistemik.
Pemeriksaan Umum Pemeriksaan Ekstra Oral
1. Tekanan darah : 125/80 mmHg 1. Kelenjar getah bening : tidak teraba,
2. Frekuensi nadi : 100 kali/menit tidak terasa sakit
3. Frekuensi napas : 25 kali/menit 2. Kelenjar saliva : tidak ada
4. Suhu tubuh : 360C kelainan
5. Asimetri wajah : Simetris 3. Inspeksi : (-)
6. Pemeriksaan sistemik : Tidak dilakukan 4. Palpasi : (-)
Pemeriksaan Intra Oral
1. Pergerakan sendi rahang : tidak ada kelainan
2. Gigi-geligi : gangren radix gigi 13
3. Gingiva : Terdapat gingivitis pada gigi 21 dan 12
4. Mukosa alveolar : tidak ada kelainan
5. Mukosa labial : tidak ada kelainan
6. Bibir : tidak ada kelainan
7. Mukosa bukal : tidak ada kelainan
8. Palatum keras dan lunak : tidak ada kelainan
9. Lidah : tidak ada kelainan
10. Dasar mulut : tidak ada kelainan
Foto klinis Gigi 13 Sebelum Tindakan
Rencana Perawatan : Pro Ekstraksi Komplikasi Gigi 13 dengan Teknik Open Method
Penatalaksanaan Ekstraksi Komplikasi
Dengan Teknik Open Method Gigi 13
1. Anamnesis, penjelasan tentang tindakan ekstraksi • Alat pelindung diri (sarung tangan, masker, face
komplikasi, pengisian informed consent, shield, penutup kepala)
penjadwalan pada pagi hari, berkas bedah minor • Duk steril
dan pengukuran tanda vital
• Cotton roll dan tampon steril
2. Persiapan alat dan bahan:
• Povidone iodine dan larutan irigasi (povidone
• Alat diagnostik (2 kaca mulut, pinset, sonde, iodine diencerkan dengan aquades)
ekskavator)
• Anestesi topikal precaine gel
• Gelas kumur
• Syringe 3cc (1 untuk anestesi, 1 untuk spooling)
• Suction (1 untuk saliva dan 1 untuk bedah
• Ampul 2 cc anestesi pehacaine
berupa fergusson suction tip)
• Scalpel handle no. 3 dan blade no. 15qnu • Bur tulang (round bur dan fissure bur)
• Raspatorium • Bein / straight elevator
• Flap retractor • Forceps untuk sisa akar gigi 12,13
• Benang jahit Braided Non- Absorb Black Silk 3-0 • Kuret
Panjang 50 cm • Bone file
• Gunting bedah • Pinset chirurgies
• Curaspon® • Towel clamps
• Needle holder • Wadah kecil untuk menyimpan gigi yang
• Retraktor kocher-langenbeck diekstraksi
• Straight handpiece • Dental gel (Oxyfresh™)
3. Atur posisi pasien: 5. Menutupi wajah pasien dengan duk steril lalu
• Kepala, leher dan punggung berada pada 1 asepsis ekstraoral dan intraoral dengan
garis lurus menggunakan povidone iodine.
• Bidang oklusal RA membentuk sekitar 60° 6. Aplikasi anestesi topikal precaine pada mukosa
terhadap lantai bukal dan palatal untuk menghasilkan efek
anestesi pada 2-3 mm dari permukaan luar
• Tinggi kursi setinggi setengah bahu dan siku
membran mukosaAtur posisi pasien
operator
7. Anestesi infiltrasi pada mukobukal fold gigi 12,
• Untuk mengurangi kecemasan pasien alat dan
13 dengan cara menginsersi jarum dengan bevel
bahan anastesi diletakan jauh dari pandangan
menghadap tulang sampai mentok tulang dengan
pasien atau dibelakang pasien
sudut 45° pada daerah apikal gigi 12,13
4. Posisi operator : Untuk anestesi infiltrasi dan
ekstraksi berada di samping depan kanan pasien
(jam 8)
8. Lakukan numbness test untuk memeriksa apakah pasien sudah 11. Lakukan elevasi flap menggunakan raspatorium
baal atau belum dengan menggunakan pinset, jepit pada
mukosa gingiva regio 12,13 dan dibandingkan dengan regio
dengan ujung yang tajam menghadap tulang,
lain dimulai dari mesial lalu didorong ke arah posterior
9. Membuat visibilitas adekuat dengan membuka flep hingga tulang terlihat untuk akses dalam
mukoperiosteal trapezoid full thickness (mengandung mukosa, melakukan ekstraksi transalveolar gigi 13
submukosa dan periosteum)
10. dimulai dengan insisi vertikal pada bagian distal gigi 12
dimulai dari mukobukal fold ke arah gingiva pada puncak
alveolar ridge, dilanjutkan insisi horizontal melewati sulkus
bukal gigi 12 dan 13, kemudian berakhir pada insisi vertikal
pada mesial edentolous gigi 14.
12. Lakukan pembuangan tulang dengan 13. Setelah pembuangan tulang dirasa cukup, gigi
menggunakan round bur yang diposisikan sejajar diungkit dengan bein/elevator hingga goyang,
sumbu gigi pada bagian mesiobukal, bukal dan kemudian gigi dijepit menggunakan forcep, dengan
distobukal, lalu dilanjutkan dengan menggunaan gerakan rotasi dan menarik gigi hingga gigi keluar
fissure bur dari dalam soket
14. Lakukan penghalusan pada bagian tulang yang tajam
dengan menggunakan bone file
15. Lakukan kuretase untuk menghilangkan jaringan
granulasi dan debri yang masih tersisa, kemudian
irigasi dengan larutan spooling untuk memastikan
soket dalam keadaan bersih
16. Aplikasikan curaspon® sebagai bahan untuk
membantu menghentikan pendarahan kedalam soket
bekas pencabutan
17. Pengembalikan flap dan memijat gingiva ke arah
tulang alveolar, kemudian dilakukan penjahitan flap
dengan teknik interrupted suture sebanyak 5 jahitan
dengan benang silk 3,0, dibantu pinset chirurgis dan
needle holder
18. Tutup daerah operasi dengan menggunakan tampon lalu pasien diinstruksikan untuk
menggigit tampon selama ±1 jam paska ekstraksi komplikasi
1. R.Kalai Selvi Ravishankar, Santosh. Anxiety And Pain Management In Dental Office. India. IJDSR. 2020. Vol. 5(2).
1. Modified Dental Anxiety Scale (MDAS)
Untuk mengukur skala rasa ketakutan/kecemasan
pasien yang biasa digunakan adalah Modified
Dental Anxiety Scale (MDAS). MDAS adalah
skala paling populer untuk mengukur kecemasan
terhadap dokter gigi di Inggris.
MDAS terdiri dari 5 pertanyaan singkat, setiap
pertanyaan memiliki jawaban skala penilaian lima
kategori mulai dari satu yang dianggap "tidak
cemas" hingga lima yang dianggap "sangat
cemas".
Pasien dengan skor 11 atau lebih dianggap memiliki dental
anxiety.
Skor 11-14 dianggap menunjukkan kecemasan sedang; dan skor
dari 15-19 dianggap menunjukkan kecemasan yang tinggi
Fayad MI, Elbieh A, Baig MN, Alruwaili SA. Prevalence of Dental Anxiety among Dental Patients in Saudi Arabia.
J Int Soc Prev Community Dent. 2017;7(2):100-104. doi:10.4103/jispcd.JISPCD_19_17
2. Penatalaksanaan Dental Anxiety
Setelah mengidentifikasi pasien yang cemas atau
ketakutan, berbagai tindakan dapat dilakukan.
Teknik untuk mengontrol kecemasan dalam
kedokteran gigi dapat mencakup metode psikologis
dan farmakologis.
Yamam A. Hammudi. Management of Dental Anxiety and Fear. JGSR. IRAQ. 1 (2015) 23-27.
a. Manajemen lingkungan di Klinik
1. R. Kalai Selvi Ravishankar, Santosh. Anxiety And Pain Management In Dental Office.
c. Komunikasi
Komunikasi staf-pasien dengan pasien memainkan
peran yang sangat penting dalam mengurangi
kecemasan. Memberikan dukungan verbal dan
jaminan adalah strategi yang sering digunakan.
Yamam A. Hammudi. Management of Dental Anxiety and Fear. JGSR. IRAQ. 1 (2015) 23-27.
d. Menjadwalkan Waktu Perawatan
3. J.M. Armfield, L.J. Heaton. Management of fear and anxiety in the dental clinic: a review.
Australia. Australian Dental Journal 2013; 58: 390–407. doi: 10.1111/adj.12118.
e. Terapi relaksasi
Terapi relaksasi dapat meningkatkan kepercayaan dan memberi pasien perasaan kendali atas keadaan
psikologis mereka. Metode ini bisa sangat efektif untuk pasien yang termotivasi dan kooperatif, dan
dapat digunakan sebelum dan selama janji perawatan.
Metode yang umum adalah relaksasi otot Metode sederhana lainnya untuk meningkatkan
progresif Jacobsen, yang menenangkan pasien relaksasi adalah pernapasan, di mana pasien
dengan mengurangi kondisi fisik dan membuat menarik napas menggunakan pernapasan
mereka lebih sadar akan keadaan stres mereka, diafragma dalam, tahan selama 5 detik, lalu buang
dan cara mengatasinya. napas selama 5 detik
2. Yamam A. Hammudi. Management of Dental Anxiety and Fear. JGSR. IRAQ. 1 (2015) 23-27.
f. Nitrous Oxide (N2O)
Penggunaan nitrous oxide dalam terapi bedah minor
dalam kedokteran gigi merupakan salah satu teknik
farmakologi untuk mengurangi tingkat kecemasan pasien
5. Mohan R, Asir VD, Shanmugapriyan, Ebenezr V, Dakir A, Balakrishnan, et al. Nitrousoxide as a conscious
sedative in minor oral surgical procedure. J Pharm Bioall Sci 2015;7:S248-50.
Tujuan dari inhalasai Nitrous Oxide Indikasi
(N2O)
a) Mengurangi atau menghilangkan kecemasan a) Pasien yang ketakutan dan cemas
b) Mengurangi pergerakan dan reaksi yang tidak b) Pasien tertentu dengan kebutuhan perawatan
diinginkan terhadap perawatan gigi kesehatan khusus
c) Meningkatkan komunikasi dan kerjasama c) Seorang pasien yang refleks muntahnya
pasien mengganggu perawatan gigi
d) Naikkan ambang reaksi nyeri d) Seorang anak yang kooperatif menjalani
e) Tingkatkan toleransi untuk perawatan yang perawatan gigi yang lama
lebih lama
f) Bantuan dalam perawatan pasien cacat mental /
fisik atau gangguan medis
g) Mengurangi rasa tersedak
h) Memberikan efek sedasi
5. Mohan R, Asir VD, Shanmugapriyan, Ebenezr V, Dakir A, Balakrishnan, et al. Nitrousoxide as a conscious sedative in minor oral surgical procedure. J Pharm Bioall Sci 2015;7:S248-50.
Kontraindikasi
5. Mohan R, Asir VD, Shanmugapriyan, Ebenezr V, Dakir A, Balakrishnan, et al. Nitrousoxide as a conscious sedative in minor oral surgical procedure. J Pharm Bioall Sci 2015;7:S248-50.
Keuntungan Kerugian
5. Mohan R, Asir VD, Shanmugapriyan, Ebenezr V, Dakir A, Balakrishnan, et al. Nitrousoxide as a conscious sedative in minor oral surgical procedure. J Pharm Bioall Sci 2015;7:S248-50.
Instruksi khusus sebelum pemberian sedasi N2O
5. Mohan R, Asir VD, Shanmugapriyan, Ebenezr V, Dakir A, Balakrishnan, et al. Nitrousoxide as a conscious sedative in minor oral surgical procedure. J Pharm Bioall Sci 2015;7:S248-50.
Penatalaaksaan rencana perawatan d) Pasien yang dirawat menggunakan N2O masker
dengan sedasi N2O hidung Sebelum dan sesudah pemberian N2O,
Oksigen akan selalu diberikan terlebih dahulu
a) Pasien mengisi kuesioner riwayat medis dan kepada pasien. Lalu, perlahan dibiarkan
Formulir MDAS pra operasi di resepsionis bernapas. Laju aliran 5–6 L / menit secara
b) Setelah penilaian dan pemeriksaan lengkap, umum dapat diterima kebanyakan pasien
pemeriksaan radiografi, rencana perawatan dan e) Nitrous oksida dititrasi secara tepat dengan
persetujuan tertulis diperoleh. Diskusikan peningkatan 10% sampai tingkat sedasi target
kepada pasien mengenai teknik untuk tercapai, dengan batas maksimum 50% nitrous
mengurangi kecemasan dengan menggunakan oxide
sedasi N2O f) Penting agar pasien diingatkan untuk bernapas
c) Kemudian sesuaikan waktu yang tepat untuk melalui hidung agar gas dapat bekerja. Pasien
perawatan harus ditanyai tentang bagaimana perasaan
mereka untuk memastikan tingkat optimal
nitrous diberikan
5. Mohan R, Asir VD, Shanmugapriyan, Ebenezr V, Dakir A, Balakrishnan, et al. Nitrousoxide as a conscious sedative in minor oral surgical procedure. J Pharm Bioall Sci 2015;7:S248-50.
g) Prosedur perawatan bedah dapat dimulai setelah
pasien merasa tenang. Kemudian dilakukan
anastesi local dengan menggunakan 2%
lidokain dengan 1: 80.000 adrenalin
h) Setelah anestesi lokal yang adekuat tercapai,
Kemudian prosedur pembedahan dapat
dilakukan
i) Di akhir prosedur pembedahan, semua pasien
menerima 100% oksigen selama 3 menit
j) Instruksi pasca bedah dilakukan
5. Mohan R, Asir VD, Shanmugapriyan, Ebenezr V, Dakir A, Balakrishnan, et al. Nitrousoxide as a conscious sedative in minor oral surgical procedure. J Pharm Bioall Sci 2015;7:S248-50.
6. Hierons RJ, Dorman ML, Wilson K, Averley P, Girdler N. Investigation of inhalational conscious sedation as a tool for reducing anxiety in adults undergoing exodontia. Br Dent J. 2012
Sep;213(6):E9. doi: 10.1038/sj.bdj.2012.839. PMID: 22996510.
Kesimpulan
Beberapa hal yang menyebabkan
dental anxiety adalah pengalaman
buruk perawatan sebelumnya, riwayat
pelecehan, dokter gigi terdahulu tidak
peduli, penghinaan oleh dokter giigi
terdahulu, pengalaman orang lain.
Teknik untuk mengontrol kecemasan dalam kedokteran gigi harus mencakup metode psikologis dan
farmakologis. Metode psikologis dimulai dari managemen klinik gigi yang nyaman, komunikasi yang baik,
serta terapi relaksasi. Sementara untuk metode farmakologis, sedasi Nitrous oxide disertai oksigen dapat
digunakan.
Daftar Pustaka
1. R.Kalai Selvi Ravishankar, Santosh. Anxiety And Pain Management In Dental Office. India. IJDSR. 2020. Vol. 5(2).
2. Yamam A. Hammudi. Management of Dental Anxiety and Fear. JGSR. IRAQ. 1 (2015) 23-27.
3. J.M. Armfield, L.J. Heaton. Management of fear and anxiety in the dental clinic: a review. Australia. Australian Dental
Journal 2013; 58: 390–407. doi: 10.1111/adj.12118.
4. Fayad MI, Elbieh A, Baig MN, Alruwaili SA. Prevalence of Dental Anxiety among Dental Patients in Saudi Arabia. J Int
Soc Prev Community Dent. 2017;7(2):100-104. doi:10.4103/jispcd.JISPCD_19_17
5. Mohan R, Asir VD, Shanmugapriyan, Ebenezr V, Dakir A, Balakrishnan, et al. Nitrousoxide as a conscious sedative in
minor oral surgical procedure. J Pharm Bioall Sci 2015;7:S248-50.
6. Hierons RJ, Dorman ML, Wilson K, Averley P, Girdler N. Investigation of inhalational conscious sedation as a tool for
reducing anxiety in adults undergoing exodontia. Br Dent J. 2012 Sep;213(6):E9. doi: 10.1038/sj.bdj.2012.839. PMID:
22996510.
Terima kasih