ODONTEKTOMI
KASUS
Seorang pasien laki-laki berusia 23 tahun berdomisili di Minsel datang ke RSGM
PSPDG FK UNSRAT dengan keluhan utama adanya rasa tidak nyaman pada gigi
belakang kanan bawah. Dari pengakuan pasien, gigi tersebut seperti tumbuh miring
dan sering terselip sisa makanan sehingga sulit dibersihkan. Tidak ada gejala rasa
sakit yang dirasakan dan pasien ingin mencabut gigi tersebut.
ODONTOGRAM
PE PE
PE PE
Keluhan utama: Rasa tidak nyaman pada gigi belakang kiri bawah karena tumbuh
miring, sering terselip sisa makanan dan pasien ingin mencabut gigi tersebut.
Gejala subjektif:
Rasa sakit (nyeri) tidak ada
Pemeriksaan objektif:
Perkusi (-), palpasi (-), Sondasi (-)
Diagnosis klinik:
Gigi 48— Distoangular impaction/ Class 2/ Level A
Rencana perawatan:
Odontektomi : Pengambilan gigi impaksi dengan cara separasi
GAMBARAN KLINIS
Keterangan:
Kesulitan minimal : 3-4
Kesulitan sedang : 5-7
Kesulitan sulit : 7-10
Jadi, gigi impaksi 48 mempunyai tingkat kesulitan sedang
TAHAP PERAWATAN
1. Pengisian rekam medik bagaian bedah mulut dan pengambilan foto intraoral serta
foto panoramik
2. Dental Side Teaching
3. Directly observational procedural skill (DOPS)
4. Case report session (CRS)
PROGNOSIS
Baik, karena indeks kesulitan sedang, tidak ada karies yang luas pada gigi, pasien
tidak ada kelainan sistemik, dan pasien kooperatif.
- Stetoskop/sfigmomanometer
- Nierbekken
- Syringe Disposable 3 cc
- Syringe disposable 5 cc (dua buah)
- Local Anaesthesia (Pehacaine/Lidokain HCL) 2 ampul
- Scalpel handle no.3& Blade No.15
- Raspatorium/molt periosteal elevator
- Flep retractor
- Straight handpiece serta bur tulang round dan fissure bur
- Surgical Forceps
- Mallet & Chisels
- Bein/Elevator
- Bone File
- Rongeur Forcep
- Bur Tulang
- Hemostat
- Cheek Retractor
- Needle Holder
- Pinset chirurgies
- Tang Molar RB
- Standard suture scissors
- Soft tissue scissors
- Cryer
- Periapikal kuret
- Suction Tip
- Suture needle
- Suture material/benang Jahit ( silk )
- Dappen glass
- Mangkok melamin
PERSIAPAN ODONTEKTOMI
1. Persiapan, meliputi persiapan mental, jasmani dan rohani
2. Kondisi pasien harus dalam kedaan sehat, tidak capek, serta tidak ada keluhan
nyeri.
3. Analisis foto radiografik yakni berupa foto panoramik
4. Penerapan prinsip sterilisasi, instrumentasi
PENATALAKSANAAN ODONTEKTOMI
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada tindakan odontektomi.
2. Informed Consent
3. Pengukuran tekanan darah pasien
4. Asepsis (operator, asisten, dan pasien)
- Operator
Cuci tangan dengan cairan desinfektan, menggunakan perlengkapan bedah dengan
tepat (gaun, handscon, masker, topi menutupi rambut, sandal yang bersih)
- Pasien
Memasang duk steril pada pasien, desinfeksi intraoral menggunakan povidon
iodine 10% dengan gerakan sentrifugal serta ekstraoral menggunakan alkohol
70%.
5. Pengaplikasian anastesi topikal diikuti dengan melakukan anastesi blok
mandibular dan infiltrasi menggunakan cairan pehakain.
Prosedur anastesi blok mandibular :
- Perabaan yg dimulai dengan ujung jari menyusuri mukobukal fold vestibulum
oris kearah posterior hingga teraba peninggian tulang pada linea oblique
eksterna, jari digeser ke arah median hingga menemui cekungan yaitu
koronoid notch dengan ujung jari menunjuk kearah linea oblique interna.
- Posisi 1 : jarum dari arah kontralateral (melayang diatas c dan p1 regio gigi
yang tidak dianastesi) sampai menyentuh tulang setinggi 1 cm dari dataran
oklusal dengan bevel menghadap tulang.
- Setelah jarum di insersikan di depan linea oblique interna, posisi 2 : jarum
diposisikan kearah homolateral atau arah lurus pada region yg akan dianastesi
sedalam 5-6 mm untuk mencapai pterigomandibular space,
- Posisi 3 : jarum diinsersikan lagi pada posisi 1 tetapi tidak full , menyusuri
tulang di insersi sedalam 10-15 mm, lakukan aspirasi , bila negative maka
deponir sebnyak 1 cc utk n.alveolaris inferior
- Jarum ditarik sedikit, tetapi masih di dalam mukosa, lakukan aspirasi , bila
negative maka deponir sebnyak 0,5 cc untuk n. lingualis, jarum ditarik
- Anastesi bukal gigi 38, jarum di insersikan pada mukobukal fold gigi 38
degan bevel menghadap tulang, lakukan aspirasi , bila negative maka deponir
0,5 cc untuk n. bukalis , jarum ditarik.
6. Pembukaan flap
Pada tahap ini akan dilakukan insisi untuk membuat flap. Flap yang akan
dibuat yakni dengan teknik full thickness (mukoperiosteum) dengan desain
triangular flap menggunakan scalpel.
Flap triangular lebih dikenal sebagai flap bentuk L. Flap ini mirip dengan
bentuk flap trapezium, tetapi perbedaannya terletak pada insisi vertical di bagian
bukal. Flap triangular merupakan suatu bentuk flap yang terdiri dari 2 garis insisi
yakni satu insisi horizontal di sepanjang tepi gingiva dan satu insisi vertikal. Pada
pembuatan insisi vertikal dapat berbentuk bidang tegak lurus maupun berbentuk
serong.
- Insisi harus didesain sedemikian rupa sehingga flap dapat menutupi tulang
padat.
- Insisi harus bersifat continuous dan jangan terputus
- Desain flap harus diusahakan menghindari struktur anatomi yang penting
seperti nervus mentalis, foramen mentalis, pembuluh darah palatal, foramen
incisivus, nervus infraorbital, nervus lingualis, kelenjar submandibularis,
kelenjar parotis, pleksus vena hipoglosal, arteri bukalis, nervus fasialis, arteri
fasialis dan vena fasialis.
- Perluasan flap harus memberikan lapang pandang yang luas sehingga dapat
memudahkan akses pembedahan/ ukuran flap harus cukup besar dan jangan
terlalu kecil.
- Penempatan tepi flap harus diposisikan sekitar 3-4 mm dari tepi tulang yang
rusak agar proses penyembuhan pasca bedah tidak terganggu.
Tujuan tahap ini ialah untuk mendapatkan lapang pandang yang baik, jalan masuk
alat yang cukup, dan trauma seminimal mungkin.
Beberapa prinsip yang mendasari desain flap mukoperiosteal yaitu:
- Menyediakan ruang yang cukup bagi daerah yang akan dioperasi
- Dasar flap harus lebar sehingga jaringan lunak mendapatkan suplai darah yang
cukup setelah penutupan luka
- Untuk menghindari pendarahan full thickness mukoperiosteal flap harus
ditinggikan
- Insisi harus didesain sedemikian rupa sehingga flap dapat menutupi tulang padat.
7. Pemotongan gigi
Pada kasus ini pengambilan gigi dilakukan dengan teknik in separasi dimana
pengambilan gigi impaksi dilakukan dengan menbuang sedikit tulang. Gigi
yang impaksi diambil sebagian-sebagian. Akan dilakukan pemotongan gigi 38
yang impaksi pada bagian servikal (cementoenamel junction) mahkota. Untuk
memudahkan pengeluaran mahkota gigi maka fragmen dibagian atas dibuat
lebih lebar dari bagian bawahnya, jadi pemotongan harus dibuat dengan
inklinasi kedistal. Canalis mandibular seringkali terletak didekat akar gigi
sehingga pemotongan tidak sepenuhnya menggunakan bur tetapi bagian
dentin di bawah dipatahkan dengan menggunakan cryer. Mahkota didorong
kearah distal selebar besar daerah pemotongan, hal ini akan memudahkan gigi
terungkit keatas. Sedangkan untuk bagian akar apabila tidak dapat dikeluarkan
dalam satu unit maka kemungkinan akan dipotong menjadi dua bagian secara
horizontal dan kemudian dikeluarkan satu persatu menggunakan elevator.
Tindakan pemotongan harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari
fraktur dinding alveolar lingual atau tertembusnya bagian tersebut dengan bur
karena ada kemungkinan terjadi cedera n.lingualis. Tujuan tahap ini ialah
untuk menciptakan ruang yang bisa digunakan untuk mengungkit dan
mengeluarkan segmen mahkota atau sisa akar.
8. Pembersihan luka/debridement
Setelah gigi impaksi diangkat langkah selanjutnya adalah pembersihan soket
dari semua debris maupun serpihan tulang dan benda asing yang mungkin
menggangu penyembuhan. Bagian tulang yang mengalami trauma oleh
penggunaan bur, tang, elevator atau instrument lain, lapisan superfacialnya
harus diambil karena akan menjadi nekrotik. Ujung yang tajam atau menonjol
yang dapat menimbulkan iritasi pada mukosa diatasnya, dihaluskan dan
jaringan dengan supply darah yang buruk harus diambil selanjutnya dilakukan
pembersihan dengan irigasi saline dan pembersihan secara mekanis
menggunakan periapikal kuret. Tulang hasil kuretase harus halus dan
pinggirannya tidak tajam dengan cara menghaluskan tulang yang tajam
menggunakan bone file.
9. Penjahitan
Pada tahap ini dilakukan pengembalian flap dengan penjahitan kombinasi
figure of eight dan terputus/interrupted. Penjahitan dimulai dari bagian
tengah region 48 terlebih dahulu kemudian diikuti bagian yang lainnya. Akan
dilakukan penjahitan dengan metode terputus/interrupted suture. Penjahitan
dibuat melalui attach tissue/perlekatan jaringan pada aspek posterior dari
M2. Diperkirakan 4 jahitan yang akan diperlukan untuk menutup flap/
disesuaikan dengan luas insisi yang dibuat. Jarum yang akan digunakan
berukuran 4-0 dan dengan bentuk melengkung serta benang dari bahan
nonresorbable.
- Bagian yang panjang diputar dua kali mengitari ujung needle holder.
Lingkaran- lingkaran tersebut diletakkan ditepi untuk membuat ikatan
(simpul) dan untuk menghindari kekusutan.
- Needle holder diletakkan lagi diantara dua benang dan bagian yang panjang
diputar dua kali disekitar beak dari needle holder, tanpa menarik seluruh
simpul.
- Bagian yang pendek dijepit lebih ujung dari needle holder dan ditarik
melalui lingkaran-lingkaran yang dibuat.
Hal yang perlu diketahui bahwa penjahitan tidak boleh mengakibatkan tarikan
dari tepi luka yang dapat mengakibatkan kerusakan aliran darah dengan akibat
lanjut berupa nekrosis jaringan. Ataupun benang jahitan dapat merobek
mukosa dan menyebabkan terbukanya lagi daerah pembedahan.
Setelah itu berikan gigitan tampon yang telah dibasahi povidone iodine.
Instruksikan untuk menggigit tampon 30-60 menit. Tampon dapat diganti
dengan tampon steril sampai beberapa kali.
5. Rasa sakit
Rasa sakit dan tidak nyaman mencapai puncaknya pada waktu kembalinya
sensasi. Untuk mengurangi rasa sakit tersebut, instruksikan untuk meminum
analgetik yang telah diresepkan setiap 4 jam bila perlu.
6. Perdarahan
Perdarahan ringan biasa terjadi pada 24 jam pertama. Perdarahan paling baik
dikontrol dengan menggunakan penekanan. Ingatkan pasien untuk menggigit
tampon/kasa.
7. Pembengkakan
Pembengkakan mencapai puncaknya kurang lebih 24 jam sesudah pembedahan.
Ini sering terjadi sampai 1 minggu. Bila terjadi pembengkakan, pasien
diinstruksikan untuk kompres dingin (kantung es) pada daerah wajah di dekat
daerah yang dioperasi
8. Makan dan minum
Instruksikan pasien untuk makan makanan yang lunak- lunak dan dingin (ice
cream, pudding, yogurt, milk, cold soup, orange juice).Hindari makanan keras
dan makan satu sisi dahulu.
9. Posisi Tidur
Instruksikan pasien untuk tidur dengan kepala agak dinaikkan yaitu dengan
diganjal dengan 1 atau 2 bantal tambahan. Ini dapat mengurangi/mengontrol
pembengkakan.
RESEP
No: XV
R/ No: I
TAHAP KONTROL
1. Instruksikan pasien untuk kembali kontrol kondisi ekstra oral dan intra oral 3
hari post odontektomi. Tanyakan apa ada keluhan pasca operasi.
2. Jahitan dibuka 1 minggu post odontektomi. Dilakukan pemeriksaa kembali
dengan teliti meliputi penutupan luka dan keberadaan bekuan darah. Biasanya
pasien akan datang dengan kedaan OHIS yang buruk disebabkan kurangnya
pembersihan mekanis pada daerah tersebut karena adanya rasa sakit, sehingga
diinstruksikan untuk menggunakan obat kumur
3. Pasien diinstruksikan kembali untuk kontrol kedua 2 minggu post
odontektomi. Anamnesa dan tanyakan apakah ada keluhan.