Model Perencanaan Pembelajaran
Model Perencanaan Pembelajaran
C. Model Kemp
Jerol E. Kemp , et.al., (1994) mendesain model pembelajaran yang berbentuk
siklus agar membuktikan adanya proses berkelanjutan. Model ini merupakan sebuah
bentuk pembelajaran yang fleksibel, karena pengembangan pembelajaran dapat
diawali dimana saja. Kemp menyebut modelnya sebagai "instructional design plan".
Model ini dapat digunakan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Model
ini dibuat untuk menjawab tiga pertanyaan utama, yaitu: (1) Apa yang harus
dipelajari? (tujuan) (2) Prosedur dan sumber daya apa yang harus ada untuk
mencapai tingkat pembelajaran yang diinginkan (aktivitas dan sumber daya) (3)
Bagaimana kita tahu bahwa pembelajaran telah terjadi (evaluasi).
Ada 9 bagian penting pada model pembelajarn ini yaitu:
1. Identifikasi Masalah Pembelajaran (Instructional Problems)
Proses perencanaan pembelajaran diawali dengan mengidentifikasi masalah
atau kebutuhan pembelajaran. Mengapa hasil belajar atau kinerja di bawah
harapan? Bila kita mengetahui akar masalah ini, kita dapat menentukan
rancangan pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah ini. Ada tiga
pendekatan yang dapat digunakan oleh perancang instruksional untuk
mengidentifikasi masalah pembelajaran, yaitu analisis kebutuhan, analisis tujuan,
dan evaluasi kinerja.
2. Analisis Karakteristik Peserta Didik (Learner Characteristics)
Karakteristik siswa harus diperhitungkan ketika merencanakan
pembelajaran. Terdapat beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan
berkaitan dengan hal ini, yakni (1) informasi akademik, (2) karakteristik personal
dan sosial, (3) karakteristik peserta didik nonkonvensional, seperti peserta didik
dengan kultur beragam, dan peserta didik dengan keterbatasan (learners with
disabilities). Hal lain yang perlu pula diperhatikan adalah gaya belajar (learning
styles).
3. Analisis Tugas (Task Analysis)
Analisis tugas merupakan langkah penting dalam proses perencanaan
pembelajaran. Ada tiga pertanyaan dalam analisis ini, yaitu (1) apa yang harus
dilakukan siswa, (2) apa yang harus diketahui siswa bagaimana melakukannya,
dan (3) apa petunjuk (sinyal) kepada siswa, masalah, langkah kerja, atau
berbagai . langkah-langkah untuk mengatasi diperlukan.
4. Menentapkan Tujuan Pembelajaran Khusus (Instructional Objectives)
Tujuan pembelajaran memiliki tiga fungsi penting. Pertama, memberikan
panduan bagi guru untuk merencanakan pembelajaran dengan baik, memilih dan
mengatur kegiatan pembelajaran secara rinci dan sumber daya yang
memfasilitasi pembelajaran yang efektif. Kedua, tujuan pembelajaran
memberikan kerangka untuk merancang penilaian siswa terhadap pembelajaran.
Ketiga, tujuan pembelajaran membimbing siswa dalam pembelajarannya.
Pembelajar menggunakan tujuan pembelajaran untuk mengidentifikasi
keterampilan dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk dikuasai.
5. Mengorganisasi/Membuat Urutan Materi Pembelajaran (Content Sequencing)
Pengorganisasian bahan pelajaran secara teratur dan sistematis membantu
siswa mencapai tujuan belajarnya. Cara mengurutkan materi pembelajaran yang
sering digunakan adalah metode premis berdasarkan hirarki pembelajaran
(Gagne, 1985). Metode ini memperhatikan hubungan satu pengetahuan (atau
kemampuan) dengan pengetahuan (atau kemampuan) yang lain. Pada tahap
pembelajaran, materi informasi awal diajarkan terlebih dahulu baru kemudian
materi informasi awal berikutnya.
6. Merancang Strategi Pembelajaran (Instructional Strategies)
Keputusan perencanaan pelajaran dibuat pada dua tingkat. Keputusan
pertama adalah strategi pengiriman, yang menggambarkan lingkungan belajar
secara keseluruhan. Lingkungan belajar umum berkisar dari presentasi kuliah
hingga pembelajaran berbasis komputer yang sangat interaktif. Keputusan kedua
adalah strategi pembelajaran, yang menggambarkan urutan dan metode
pembelajaran untuk mencapai tujuan.
7. Menetapkan Metode Pembelajaran (Instructional Delivery Methods)
Setelah strategi pembelajaran direncanakan, perancang instruksional harus
membuat keputusan tentang bagaimana memandu pembelajaran ke subjek
sasaran. Hal ini tergantung pada metode mana yang digunakan. Pemilihan
metode ditentukan oleh tujuan dan lingkungan belajar. Misalnya, jika kita ingin
mengembangkan keterampilan interpersonal, lebih tepat menggunakan metode
kelompok kecil (small-group methods).
8. Mengembangkan Instrumen Evaluasi (Developing Evaluation Instruments)
Pada fase ini dikembangkan alat evaluasi untuk mengukur apakah tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Langkah ini diawali dengan menentukan hasil
belajar yang akan dinilai. Hasil belajar dapat diklasifikasikan berdasarkan
pengetahuan, keterampilan dan perilaku atau sikap. Selain itu, instrumen yang
sesuai telah dikembangkan untuk mengukur hasil belajar masing-masing.
9. Memilih Sumber-Sumber Pembelajaran (Instructional Resources)
Kegiatan belajar akan lebih berhasil bila sumber belajar yang tepat
digunakan. Jika sumber daya dipilih dan dipersiapkan dengan cermat, mereka
dapat mencapai tujuan pembelajaran sebagai berikut.
a. Memotivasi peserta didik dengan mengarahkan perhatian dan menstimulasi
minat terhadap mata pelajaran.
b. Melibatkan peserta didik dalam pengalaman belajar yang lebih bermakna.
c. Mengimplementasikan bentuk berbeda dari pembelajaran untuk setiap
peserta didik.
d. Menjelaskan dan mengilustrasikan materi mata pelajaran dan penampilan
keterampilan.
e. Memberikan kesempatan untuk menganalisis kinerja dan perilaku individual
secara mandiri.
3. Mengevaluasi (Evaluate)
Tahap ini bertujuan untuk memperoleh prototype yang lebih baik.
Terdapat tiga langkah pada tahap ini sebagai berikut.
a. Pengujian prototype, berupa proses uji coba prototype yang telah dibuat pada
tahap develop pada sampel audiens. Tujuannya untuk memperoleh data
tentang kebaikan atau kelemahan dan efisiensi serta efektivitas dari prototype
yang disusun.
b. Analisis hasil ujicoba, analisis dilakukan dengan memerhatikan pencapaian
tujuan yang telah dirumuskan, ketepatan metode, dan kualitas instrumen
penilaian.
c. Implementasi, sebagai tindak lanjut dari analisis hasil uji coba, dilakukan
review dan revisi, serta menentukan tindakan selanjutnya atau rencana tindak
lanjut.
E. Model ASSURE
Model ASSURE terlihat dari nama model tersebut, yaitu A yang berarti
Analyze Learners, S berarti State Standard and Objectives, S yang kedua berarti
Select Strategy Technology Media and Materials, U berarti Utilize Technology Media
and Materials, R berarti Require Learner Participation, dan E berarti Evaluated and
Revise (Smaldino dkk., 2008). Model ASSURE dikembangkan pada tahun 2005 oleh
Sharon Smaldino, Robert Henich, James Russell dan Michael Molenda. Model ini
bertujuan untuk menggunakan media dan teknologi untuk menciptakan kegiatan
pembelajaran yang diharapkan. Penggunaan media dan teknologi yang benar dan
tepat mendorong pembelajaran aktif. Model ini dapat diterapkan baik pada
pembelajaran.
Model ASSURE merupakan model pembelajaran yang lebih praktis dan
mudah diimplementasikan. Model ini memastikan pembelajaran sesuai dengan
karakteristik siswa karena diawali dengan proses identifikasi karakteristik siswa.
Identifikasi karakteristik siswa tersebut memungkinkan guru sebagai perancang
pembelajaran untuk menentukan strategi dan metode pembelajaran yang tepat,
memilih materi pembelajaran yang sesuai dan merancang materi pembelajaran yang
dapat mendukung terciptanya interaksi belajar mengajar yang lebih baik.
Menurut Pribadi (2011:31), dalam penggunaan media dan teknologi sangat
penting dalam menerapkan model ini karena dirancang untuk membantu siswa
mencapai tujuan pembelajaran. Melalui penggunaan media yang sesuai dengan
metode dan strategi pembelajaran, siswa dapat berpartisipasi secara intensif dalam
proses pembelajaran.
Smaldino, et.al., (2011) menjelaskan enam langkah penting dalam model
desain pembelajaran ASSURE, yaitu:
1. Analisis Karakterisitik Peserta Didik (Analyze Learner Characteristic)
Tujuan keseluruhan pendidik adalah untuk memenuhi kebutuhan unik setiap
siswa sehingga dapat mencapai tingkat pembelajaran yang optimal. Pada tahap
pertama, dipetakan karakteristik yang mempengaruhi kemampuan belajar siswa.
Analisis ini memberikan informasi yang memungkinkan guru untuk
merencanakan pembelajaran yang tepat secara strategis untuk memenuhi
kebutuhan khusus siswa. Analisis siswa memperhitungkan tiga faktor utama,
yaitu:
a. Karakteristik umum, termasuk faktor deskriptif seperti usia, jenis kelamin,
kelas dan faktor budaya atau sosial ekonomi. Agar berhasil memenuhi
kebutuhan individu siswa, penting bagi guru untuk memahami karakteristik
umum yang dapat memengaruhi pembelajaran siswa.
b. Kompetensi dasar spesifik, mengacu pada pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki atau kurang dimiliki siswa, termasuk pengetahuan dan
keterampilan sebelumnya, pengetahuan dan keterampilan target, dan sikap.
Komponen ini merupakan bagian penting dari desain pembelajaran. Pendidik
dapat melakukannya melalui cara informal, seperti mengajukan pertanyaan,
atau melalui cara formal, seperti tes.
c. Gaya belajar mengacu pada seperangkat karakteristik psikologis yang
menentukan bagaimana siswa memandang dan menanggapi berbagai
rangsangan, termasuk kecerdasan majemuk, preferensi dan kemampuan
perseptual, kebiasaan memproses informasi, motivasi dan faktor fisiologis.
2. Menyatakan Standard dan Tujuan (State Standard and Objective)
Tujuan pembelajaran ini terkait dengan standar kurikulum. Standar kurikulum
memberikan penjelasan umum tentang pencapaian siswa yang diharapkan,
sedangkan tujuan pembelajaran yang ditetapkan guru lebih spesifik. Standar dan
tujuan merupakan aspek yang penting untuk diperhatikan karena:
a. Menjadi dasar pemilihan strategi, teknologi dan media,
b. Menjadi dasar evaluasi, dan
c. Menjadi dasar harapan belajar siswa.
Saat merumuskan tujuan pembelajaran, perhatian harus diberikan pada
kemampuan individu siswa. Filosofinya adalah untuk membantu siswa mencapai
potensi tertinggi mereka. Tujuan pembelajaran bukan untuk membatasi belajar
siswa, tetapi untuk memberikan pencapaian minimum.
3. Memilih Strategi, Teknologi, Media dan Materi (Select Strategy, Technology,
Media and Learning)
Ada dua jenis strategi yang dapat dipilih, yaitu strategi yang berpusat pada
guru dan strategi yang berpusat pada siswa. Ketika memilih strategi
pembelajaran, aspek yang paling penting adalah bahwa strategi harus
mengarahkan siswa untuk mencapai standar dan tujuan. Saat memilih strategi,
penting untuk memperhatikan model ARCS Keller, yaitu. Keller memaparkan
empat aspek dasar motivasi yang dapat diperhatikan guru dalam merencanakan
pembelajaran, yaitu:
a. Perhatian (attention): Mengembangkan bahan ajar yang menurut siswa
menarik dan bernilai.
b. Relvansi (relevance): Memastikan bahwa pembelajaran bermakna sesuai
dengan kebutuhan siswa dan tujuan pembelajaran.
c. Percaya Diri (confidence): Rancang pelajaran yang menciptakan harapan
untuk keberhasilan siswa berdasarkan usaha mereka sendiri.
d. Kepuasan (satisfaction): berisi penghargaan intrinsik dan ekstrinsik yang
diterima siswa dari ganjaran.
Memilih teknologi dan media yang tepat bisa menjadi tugas yang sulit.
Pemilihan teknologi dan media harus mempertimbangkan ketersediaan sumber
daya, keragaman siswa dan tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai.
Setelah memilih strategi dan jenis teknologi dan media yang dibutuhkan
untuk pembelajaran, guru memilih bahan ajar yang mendukung pembelajaran.
Ada tiga pilihan untuk memilih bahan (bahan pelajaran): (1) pemilihan bahan ajar
yang tersedia, (2) modifikasi bahan ajar yang sudah ada, dan (3) desain bahan
ajar baru.
4. Menggunakan Teknologi, Media, dan Material (Utilize Technology, Media, and
Materials)
Pada tahap ini, penggunaan teknologi, media dan materi direncanakan untuk
mendukung siswa dalam mencapai tujuan pembelajarannya. Anda dapat
melakukan ini dengan mengikuti proses 5P sebagai berikut.
a. Pratinjau (preview) teknologi, media, dan materi. Tujuannya adalah untuk
memilih bagian yang berhubungan langsung dengan topik.
b. Menyiapkan (prepare) teknologi, media dan bahan. Langkahnya adalah
mengumpulkan semua peralatan yang diperlukan kemudian mengatur urutan
penggunaannya.
c. Menyiapkan (prepare) lingkungan. Setiap kali kegiatan pembelajaran
berlangsung, perlu untuk mengatur fasilitas untuk penggunaan teknologi,
media dan bahan yang efektif. Perlu untuk memeriksa apakah perangkat
berfungsi dengan benar. Atur ruangan agar siswa dapat mendengar dan
melihat dengan baik. Atur tempat duduk agar siswa dapat mendengar dan
melihat dengan lebih baik.
d. Mempersiapkan (prepare) siswa. Apa yang dipelajari dari kegiatan tersebut
sangat tergantung pada bagaimana siswa mempersiapkan diri untuk
pembelajaran itu.
e. Memberikan (provide) pengalaman belajar. Ketika pembelajaran berpusat
pada guru, itu termasuk presentasi, demonstrasi, praktik, dan praktik.
5. Mengharuskan Partisipasi Peserta Didik (Requires Learner Participation)
Kondisi ekonomi global saat ini menuntut mahasiswa untuk memiliki
pengalaman dan praktik dalam aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi, bukan
sekedar mengetahui dan memahami informasi. Hal ini sesuai dengan pandangan
konstruktivis bahwa belajar adalah proses mental yang aktif berdasarkan
pengalaman otentik yang bermakna di mana siswa menerima umpan balik dan
tanggapan informatif yang memungkinkan mereka untuk mengetahui seberapa
jauh mereka telah berkembang menuju tujuan mereka, dan untuk meningkatkan
kinerja mereka.
Penggunaan teknologi, perangkat lunak pendidikan dan media lainnya dapat
mendorong partisipasi siswa dalam pembelajaran. Menggunakan alat ini dapat
meningkatkan pembelajaran, meningkatkan produktivitas, dan mendorong
kreativitas. Mengenai umpan balik, siswa harus selalu menerima umpan balik
atas kebenaran jawaban mereka. Umpan balik atau jawaban dapat berasal dari
guru atau siswa lain yang bekerja dalam kelompok kecil saling memberikan
umpan balik. Umpan balik juga dapat diperoleh melalui pemeriksaan diri atau dari
komputer atau mentor.
6. Mengevaluasi dan Merivisi (Evaluate and Revise)
Bagian terakhir dari model ASSURE untuk pembelajaran yang efektif adalah
penilaian dan tinjauan. Penilaian dan pengulangan sangat penting untuk
mengembangkan pembelajaran yang berkualitas. Perancang pembelajaran
memiliki dua tugas yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu (1) menilai kinerja
siswa, dan (1) mengevaluasi dan meninjau strategi, teknologi, dan media.
F. Model Four D
Menurut Thiagarajan et al. Model 4D yang disajikan terdiri dari empat
tahapan yaitu define, design, develop, dan disseminate. Thiagarajan (1974)
menjelaskan keempat tahapan tersebut sebagai berikut.
1. Mendefinisikan (Define)
Tujuan dari langkah ini adalah untuk mendefinisikan dan menentukan
kebutuhan belajar. Dengan bantuan analisis ini kami menjelaskan tujuan dan
keterbatasan materi pembelajaran. Lima langkah dilakukan dalam fase ini, yang
dijelaskan di bawah ini.
a. Analisis awal akhir (Front-end analysis)
Analisis awal dan akhir adalah pemeriksaan terhadap masalah
mendasar yang dihadapi oleh pelatih untuk meningkatkan tingkat kinerja.
Selama analisis ini, beberapa opsi dipertimbangkan, yang mungkin lebih baik
dan lebih efektif. Pemeriksaan masalah mendasar yang dihadapi oleh
pendidik untuk menunjukkan tingkat pencapaian pendidik tertentu. Selama
penelitian ini, pilihan pembelajaran yang lebih baik dan lebih efektif dapat
dipertimbangkan.
H. Model ADDIE
ADDIE adalah singkatan dari Analyze, Design, Implement, dan Evaluate.
ADDIE merupakan konsep pengembangan produk yang diterapkan pada
pengembangan pembelajaran berbasis kinerja. Filosofi pendidikan ADDIE adalah
bahwa pembelajaran yang disengaja harus berpusat pada peserta didik, inovatif,
otentik, dan menginspirasi (Branch, 2009). Model desain sistem pembelajaran
ADDIE sederhana dan dapat diimplementasikan dalam praktik secara bertahap atau
sistematis menerapkan program pelatihan yang komprehensif.
Branch (2009) lebih lanjut menjelaskan langkah-langkah model ADDIE atau
pendekatan ADDIE sebagai berikut:
1. Analisis (Analyze)
Tujuan dari tahap analisis adalah untuk mengidentifikasi kemungkinan
penyebab penurunan kinerja. Prosedur umum yang terkait dengan tahap analisis
dijelaskan sebagai berikut.
a. Validasi kesenjangan kinerja, bertujuan untuk menghasilkan tujuan
berdasarkan kesenjangan kinerja yang telah ditentukan. Ada tiga langkah
utama dalam penilaian kinerja, yaitu:
1) pengukuran kinerja aktual;
2) konfirmasi kinerja yang diharapkan; dan
3) mengidentifikasi akar penyebab kesenjangan kinerja.
b. Pembelajaran berbasis tujuan dirancang untuk menciptakan tujuan yang
merespons kesenjangan kinerja yang menghasilkan pengetahuan dan
keterampilan yang lemah.
c. Konfirmasi audiens (analisis siswa), dimaksud untuk mengidentifikasikan
kemampuan, pengalaman, preferensi, dan motivasi siswa. Analisis siswa
meliputi:
1) kelompok mahasiswa;
2) sifat umum;
3) jumlah siswa;
4) tempat tinggal siswa;
5) tingkat pengalaman;
6) sikap siswa; dan
7) keterampilan yang berpotensi mempengaruhi keberhasilan dalam
lingkungan belajar.
d. Mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan berarti mengidentifikasi semua
jenis sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan proses ADDIE. Ada
4 (empat) jenis sumber daya yang dikendalikan, yaitu
1) bahan;
2) teknologi;
3) kesempatan belajar; dan
4) sumber daya manusia.
e. Menentukan system pengantar potensional. Cari tahu kemungkinan sistem
pengiriman. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemungkinan sistem
pengiriman dan memperkirakan biayanya. Sistem pengiriman biasanya
meliputi:
1) pertemuan pribadi;
2) pelatihan komputer;
3) video;
4) sistem pengelolaan pembelajaran berbasis internet; dan
5) kombinasi dari komponen-komponen di atas.
f. Buat rencana manajemen proyek, yang tujuannya adalah untuk membuat
dokumen yang mendefinisikan ekspektasi semua bagian proyek (program).
2. Desain (Design)
Tujuan dari fase desain adalah untuk memastikan kinerja yang diharapkan
dan metode pengujian yang benar. Prosedur umum yang terkait dengan tahap
perencanaan dijelaskan di bawah ini.
a. Buat daftar tugas dengan tujuan mengidentifikasi tugas yang perlu dilakukan
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b. Membuat sasaran kinerja dengan 3 (tiga) komponen yaitu kinerja, kondisi dan
kriteria. Tujuan kinerja memberikan instruksi:
1) prosedur pengujian yang benar;
2) pilihan bahan;
3) pilihan atau pengembangan media massa;
4) menentukan strategi pembelajaran yang tepat;
5) penilaian kemampuan siswa;
6) mengukur kinerja siswa;
7) identifikasi pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan;
8) sumber daya yang diperlukan; dan
9) Mengubah tugas pencapaian menjadi tindakan siswa yang terukur.
c. Strategi tes dikembangkan, tujuannya adalah untuk membuat item tes kinerja
siswa.
d. Hitung keuntungan investasi untuk memperkirakan biaya untuk
menyelesaikan seluruh proses ADDIE.
3. Pengembangan (Develop)
Tujuan dari fase ini adalah untuk membangun dan memvalidasi sumber
belajar. Prosedur umum yang terkait dengan fase pengembangan dijelaskan
sebagai berikut.
a. Menyusun Materi. Materi itu penting dalam melibatkan siswa dalam proses
mengkonstruksi pengetahuan. Materi harus disajikan selama pelajaran dan
kelas.
b. Dalam memilih atau mengembangkan media pendukung, tujuannya adalah
untuk memilih atau mengembangkan media yang cukup untuk mendukung
pencapaian tujuan hasil. Media harus dipilih untuk mendukung proses
pembelajaran. Media pembelajaran merupakan alat yang dianggap sebagai
perpanjangan dari keterampilan guru dan siswa. Proses pemilihan media
yang tersedia atau mengembangkan media baru didasarkan pada konteks,
harapan, kondisi kinerja, sumber daya yang tersedia, budaya dan praktik.
c. Mengembangkan instruksi untuk siswa, tujuannya adalah untuk memberikan
informasi untuk membimbing siswa selama pembelajaran.
d. Kami mengembangkan panduan untuk pendidik, tujuannya adalah untuk
memberikan informasi kepada guru yang memfasilitasi pembelajaran.
e. Peninjauan tes formatif bertujuan untuk memverifikasi desain asli produk dan
proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.
f. Lakukan uji coba dengan tujuan menjadikan uji lapangan sebagai langkah
terakhir dari fase evaluasi formatif.
4. Implementasi
Tujuan dari fase ini adalah untuk mempersiapkan lingkungan belajar dan
melibatkan siswa. Prosedur umum yang terkait dengan fase implementasi ini
dijelaskan di bawah ini.
a. Mempersiapkan pendidik, bertujuan untuk mengidentifikasi dan
mempersiapkan pelatih untuk mengajarkan strategi pembelajaran dan
sumber belajar yang dikembangkan. Bagian penting dari proses persiapan
guru adalah perencanaan guru. Rencana fasilitator terdiri dari:
1) Identifikasi pelatih yang terlibat dalam pelaksanaan, termasuk informasi
rinci tentang program dan pengalaman mereka;
2) Perencanaan, termasuk mengidentifikasi langkah-langkah tindakan dan
membuat garis waktu; dan
3) Melatih pelatih (pendidik) agar setiap pendidik dapat mengenal guru
pembimbing dan pembimbing siswa serta menggunakan semua alat dan
bahan yang ada di dalam kelas.
b. Tujuan dari pelatihan siswa adalah mempersiapkan siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan berinteraksi secara efektif
dengan sumber belajar baru.
5. Evaluasi
Tujuan dari tahap evaluasi adalah untuk menilai kualitas pembelajaran dan
hasil sebelum dan sesudah pelaksanaan. Prosedur umum yang terkait dengan
tahap evaluasi dijelaskan di bawah ini.
a. Dalam menentukan kriteria penilaian, tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi persepsi, pembelajaran dan kinerja, termasuk domain
kognitif, afektif dan psikomotor, sebagai tiga tingkatan penilaian utama desain
pembelajaran.
b. Dalam memilih alat penilaian, tujuannya adalah untuk mengidentifikasi atribut
yang paling penting untuk setiap alat penilaian yang dipilih untuk digunakan
dalam pendekatan desain instruksional ADDIE.
c. Melakukan evaluasi untuk memberikan pedoman bagaimana melakukan
evaluasi kurikulum.