Anda di halaman 1dari 22

MODEL PERENCANAAN PEMBELAJARAN

A. Model Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI)


Dalam perancangan pembelajaran dapat dikembangkan dengan banyaknya
model-model pembelajaran yang ada sekarang, seperti halnya model prosedur
pengembangan sistem keuangan instruksional (PPSI) yang pengembangannya agar
dapat mendukung pengimplementasian kurikulum 1975. Namun, sejalan dengan
berjalannya waktu metode ini tetap relevan dalam pengembangan perencanaan
pembelajaran. PPSI memiliki fungsi pengefektifan perencanaan serta pelaksanaan
program pembelajaran dengan terstruktur agar menjadi acuan bagi pendidik dalam
mengelola proses belajar mengajar.
Terdapat 5 (lima) tahap perancangan pembelajaran pada model PPSI, yaitu:
1. Perumusan Tujuan
Tahap ini dilakukan perumusan tujuan pembelajaran berupa kecakapan yang
harus didapatkan peserta didiksetelah proses pembelajara. Terdapat 4 kriteria
yang perlu diperhatikan pada perumusan tujuan pembelajarn yaitu:
a. Tujuan mesti dirumuskan dengan cara operasional dalam hal ini dapat diukur.
b. Pencapaian hasil dalam arti hasil belajar, bukan sebagai proses belajar.
c. Menyebabkan perubahan perilaku.
d. Setiap formula tujuan mengandung bentuk perilaku.
2. Mengembangkan Alat Evaluasi
Terdapat 2 tahap penting dalam pengembangan alat evaluasi diantanya,
yang pertama penentuan jenis tes yang sesuai pada tujuan pembelajaran yang
ada. Kedua, penyusunan instrumen untuk setiap tujuan pembelajaran.
3. Mengembangkan Kegiatan Belajar Mengajar
Ada 3 kegiatan penting pada pada tahap ini, yaitu
a.Merumuskan setiap peluang kegiatan belajar yang bisa dilakukan agar
tercapainya tujuan
b.Penetapan kegiatan ang tidak harus dilakukan
c.Menetapkan alternatif kegiatan yang dapat dilakukan agar mencapai tujuan
pembelajaran.
4. Pengembanagn Program Kegiatan Pembelajaran
Ditahap ini dilakukan 4 kegiatan penting, yakni perumusan materi pelajaran,
penetapan metode, penentuan sumber dan alat pembelajaran, serta penyusunan
jadwal pembelajaran.
5. Pelaksanaan Program
Ditahap ini dilakukan 4 kegiatan penting, yakni tes awal (pretest),
menyampaikan materi pelajaran, melakukan tes akhir, dan melakukan perbaikan
program atau meningkatkan program.

Gambar 2.1 Model Desain Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI)

B. Model Dick dan Carey


Model desain pembelajaran Dick and Carey berisi komponen-komponen
dengan rangkaian lengkap langkah-langkah sistematis mulai dari analisis hingga
desain hingga evaluasi sedemikian rupa sehingga rencana pembelajaran yang
dihasilkan adalah usaha yang dibangun dengan tujuan optimal. Namun, model ini
memiliki keterbatasan, karena merupakan sistem kerja yang relatif lebih memakan
waktu dan uang, selain membutuhkan tim pengembang yang terdiri dari para ahli di
bidang materi, desain, media, grafis dan bahasa, serta mahasiswa dari kedua disiplin
ilmu. Tes untuk penilaian, tes kelompok atau lapangan.
Model Dick dan Carey (1985) memakai pendekatan sistem (system
approach). Model ini dikembangkan agar mengatasi persoalan pembelajaran. Model
ini memiliki sepuluh tahap yang berkaitan satu sama lain. Model Dick dan Carey
diawali dengan pengidentifikasian tujuan pembelajaran. Tindakan ini dijadikan
landasan bagi perumusan langkah-langkah selanjutnya.
Tahapan pengembangan desain pembelajaran berdasarkan model Dick and
Carey dijelaskan di bawah ini.
1. Identifikasi Tujuan Pembelajaran Umum
Langkah awal ini dimaksudkan untuk menentukan keterampilan atau bakat
apa yang dimiliki siswa ketika terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Rumusan
tujuan pembelajaran secara umum dapat dikaitkan dengan rumusan  pada
kurikulum/silabus, dan hasil analisis kebutuhan atau dari pengalaman pendidik
selama mengelola kegiatan pembelajaran.
2. Analisis Instruksional
Analisis instruksional adalah metode penentuan keterampilan dan
pengetahuan yang esensial dan dibutuhkan oleh siswa untuk mencapai
kompetensi atau tujuan pembelajaran secara umum. Analisis instruksional
adalah proses menggambarkan perilaku umum (keterampilan) sebagai perilaku
khusus yang diatur secara logis dan sistematis. Analisis instruksional dilakukan
dengan membuat diagram yang menggambarkan keterkaitan dan hubungan
semua keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk mencapai
kompetensi atau tujuan pembelajaran secara keseluruhan.
3. Identifikasi Tingkah Laku dan Karakteristik Peserta didik
Identifikasi karakteristik peserta didik perlu dilakukan untuk mengetahui
kondisi awal masukan program. Hal ini penting untuk menjadi acuan atau
petunjuk dalam menentukan strategi pembelajaran yang tepat. Aspek-aspek
yang penting diungkap dalam tahap ini adalah penguasaan prasyarat, bakat,
motivasi, gaya belajar, kemampuan berpikir, minat, dan sebagainya.
4. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus
Dari analisis instruksional diperoleh tujuan pembelajaran yang bersifat umum.
Tujuan umum pembelajaran ini selanjutnya dijabarkan menjadi tujuan
pembelajaran yang kongkrit. Perancang pembelajaran harus mengembangkan
tujuan pembelajaran khusus yang harus dikuasai siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran umum. Ada tiga hal yang perlu diingat ketika menentukan tujuan
pembelajaran khusus, sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang perlu dimiliki
siswa setelah mengikuti pembelajaran.
b. Kondisi yang diperlukan bagi siswa untuk mendemonstrasikan pengetahuan
atau prestasi yang diperoleh.
c. Kriteria yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa.
5. Mengembangkan Alat atau Instrumen Penilaian
Pengembangan alat atau instrumen penilaian mengacu pada tujuan
pembelajaran khusus yang telah dirumuskan. Aspek penting yang perlu
diperhatikan adalah instrumen penilaian yang dikembangkan harus secara akurat
dapat mengukur pengetahuan dan kinerja peserta didik sebagaimana yang telah
dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.
6. Mengembangkan Strategi Pembelajaran
Dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, pendidik perlu
menyusun strategi pembelajaran, Strategi perlu dirumuskan agar implementasi
aktivitas pembelajaran, yang meliputi kegiatan prasekolah, penyampaian materi,
dan tindak lanjut dapat ditargetkan untuk mencapai tujuan.
7. Penggunaan Bahan Ajar
Bahan ajar digunakan dalam penerapan strategi pembelajaran yang telah
direncanakan sebelumnya. Bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran
berbeda-beda, seperti: buku ajar, panduan, modul, program audio visual, bahan
ajar komputer, program multimedia, dll.
8. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kekuatan
dan kelemahan dari program pembelajaran yang direncanakan. Hasil penilaian
formatif ini akan digunakan sebagai masukan untuk revisi program.
9. Revisi terhadap Draft Program Pembelajaran
Data yang diperoleh melalui evaluasi formatif dianalisis untuk
mengidentifikasi kelemahan program. Juga mengidentifikasi aspek-aspek lain
yang berkaitan dengan desain pelajaran, seperti: Analisis instruksional, entry
behavior dan karakteristik siswa. Berdasarkan hasil analisis ini dilakukan revisi
terhadap draft program pembelajaran.
10. Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif merupakan tahap akhir dari model desain Dick and Carey.
Para perancang program tidak dilibatkan dalam evaluasi sumatif, tetapi pihak lain
dilibatkan sebagai analis independen. Model desain instruksional Dick and Carey
(1985) dengan langkah-langkah yang diuraikan di atas ditunjukkan pada Gambar
2.2 di bawah ini.
Gambar 2.2 Model Desain Pembelajaran Dick Dan Carey

C. Model Kemp
Jerol E. Kemp , et.al., (1994) mendesain model pembelajaran yang berbentuk
siklus agar membuktikan adanya proses berkelanjutan. Model ini merupakan sebuah
bentuk pembelajaran yang fleksibel, karena pengembangan pembelajaran dapat
diawali dimana saja. Kemp menyebut modelnya sebagai "instructional design plan".
Model ini dapat digunakan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Model
ini dibuat untuk menjawab tiga pertanyaan utama, yaitu: (1) Apa yang harus
dipelajari? (tujuan) (2) Prosedur dan sumber daya apa yang harus ada untuk
mencapai tingkat pembelajaran yang diinginkan (aktivitas dan sumber daya) (3)
Bagaimana kita tahu bahwa pembelajaran telah terjadi (evaluasi).
Ada 9 bagian penting pada model pembelajarn ini yaitu:
1. Identifikasi Masalah Pembelajaran (Instructional Problems)
Proses perencanaan pembelajaran diawali dengan mengidentifikasi masalah
atau kebutuhan pembelajaran. Mengapa hasil belajar atau kinerja di bawah
harapan? Bila kita mengetahui akar masalah ini, kita dapat menentukan
rancangan pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah ini. Ada tiga
pendekatan yang dapat digunakan oleh perancang instruksional untuk
mengidentifikasi masalah pembelajaran, yaitu analisis kebutuhan, analisis tujuan,
dan evaluasi kinerja.
2. Analisis Karakteristik Peserta Didik (Learner Characteristics)
Karakteristik siswa harus diperhitungkan ketika merencanakan
pembelajaran. Terdapat beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan
berkaitan dengan hal ini, yakni (1) informasi akademik, (2) karakteristik personal
dan sosial, (3) karakteristik peserta didik nonkonvensional, seperti peserta didik
dengan kultur beragam, dan peserta didik dengan keterbatasan (learners with
disabilities). Hal lain yang perlu pula diperhatikan adalah gaya belajar (learning
styles).
3. Analisis Tugas (Task Analysis)
Analisis tugas merupakan langkah penting dalam proses perencanaan
pembelajaran. Ada tiga pertanyaan dalam analisis ini, yaitu (1) apa yang harus
dilakukan siswa, (2) apa yang harus diketahui siswa bagaimana melakukannya,
dan (3) apa petunjuk (sinyal) kepada siswa, masalah, langkah kerja, atau
berbagai . langkah-langkah untuk mengatasi diperlukan.
4. Menentapkan Tujuan Pembelajaran Khusus (Instructional Objectives)
Tujuan pembelajaran memiliki tiga fungsi penting. Pertama, memberikan
panduan bagi guru untuk merencanakan pembelajaran dengan baik, memilih dan
mengatur kegiatan pembelajaran secara rinci dan sumber daya yang
memfasilitasi pembelajaran yang efektif. Kedua, tujuan pembelajaran
memberikan kerangka untuk merancang penilaian siswa terhadap pembelajaran.
Ketiga, tujuan pembelajaran membimbing siswa dalam pembelajarannya.
Pembelajar menggunakan tujuan pembelajaran untuk mengidentifikasi
keterampilan dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk dikuasai.
5. Mengorganisasi/Membuat Urutan Materi Pembelajaran (Content Sequencing)
Pengorganisasian bahan pelajaran secara teratur dan sistematis membantu
siswa mencapai tujuan belajarnya. Cara mengurutkan materi pembelajaran yang
sering digunakan adalah metode premis berdasarkan hirarki pembelajaran
(Gagne, 1985). Metode ini memperhatikan hubungan satu pengetahuan (atau
kemampuan) dengan pengetahuan (atau kemampuan) yang lain. Pada tahap
pembelajaran, materi informasi awal diajarkan terlebih dahulu baru kemudian
materi informasi awal berikutnya.
6. Merancang Strategi Pembelajaran (Instructional Strategies)
Keputusan perencanaan pelajaran dibuat pada dua tingkat. Keputusan
pertama adalah strategi pengiriman, yang menggambarkan lingkungan belajar
secara keseluruhan. Lingkungan belajar umum berkisar dari presentasi kuliah
hingga pembelajaran berbasis komputer yang sangat interaktif. Keputusan kedua
adalah strategi pembelajaran, yang menggambarkan urutan dan metode
pembelajaran untuk mencapai tujuan.
7. Menetapkan Metode Pembelajaran (Instructional Delivery Methods)
Setelah strategi pembelajaran direncanakan, perancang instruksional harus
membuat keputusan tentang bagaimana memandu pembelajaran ke subjek
sasaran. Hal ini tergantung pada metode mana yang digunakan. Pemilihan
metode ditentukan oleh tujuan dan lingkungan belajar. Misalnya, jika kita ingin
mengembangkan keterampilan interpersonal, lebih tepat menggunakan metode
kelompok kecil (small-group methods).
8. Mengembangkan Instrumen Evaluasi (Developing Evaluation Instruments)
Pada fase ini dikembangkan alat evaluasi untuk mengukur apakah tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Langkah ini diawali dengan menentukan hasil
belajar yang akan dinilai. Hasil belajar dapat diklasifikasikan berdasarkan
pengetahuan, keterampilan dan perilaku atau sikap. Selain itu, instrumen yang
sesuai telah dikembangkan untuk mengukur hasil belajar masing-masing.
9. Memilih Sumber-Sumber Pembelajaran (Instructional Resources)
Kegiatan belajar akan lebih berhasil bila sumber belajar yang tepat
digunakan. Jika sumber daya dipilih dan dipersiapkan dengan cermat, mereka
dapat mencapai tujuan pembelajaran sebagai berikut.
a. Memotivasi peserta didik dengan mengarahkan perhatian dan menstimulasi
minat terhadap mata pelajaran.
b. Melibatkan peserta didik dalam pengalaman belajar yang lebih bermakna.
c. Mengimplementasikan bentuk berbeda dari pembelajaran untuk setiap
peserta didik.
d. Menjelaskan dan mengilustrasikan materi mata pelajaran dan penampilan
keterampilan.
e. Memberikan kesempatan untuk menganalisis kinerja dan perilaku individual
secara mandiri.

D. Model Instructional Development Institute (IDI)


1. Mendefinisikan (Define)
Tahap define terdiri atas tiga langkah sebagai berikut.
a. Identifikasi masalah, meliputi tiga komponen penting, yakni analisis
kebutuhan, menentukan prioritas, dan merumuskan masalah.
b. Analisis latar, untuk menganalisis komponen-komponen yang terkait dengan
perencanaan. Ada tiga bagian penting yang perlu diperhatikan, yaitu
karakteristik peserta didik, kondisi berupa hambatan yang mungkin akan
dihadapi, dan sumber-sumber yang relevan berupa sumber belajar, sarana
pendukung lainnya, ketersediaan dana, dan sebagainya.
c. Pengelolaan, untuk menentukan pengaturan dan pengorganisasian tim.
Terdapat tiga komponen penting dalam pengelolaan, yakni tugas, tanggung
jawab, dan penjadwalan.
2. Mengembangkan (Develop)
Tahap ini merupakan tahap pengembangan bahan pembelajaran, media
pembelajaran, dan instrumen penilaian. Terdapat tiga langkah pada tahap ini
sebagai berikut.
a. Identifikasi tujuan, untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran yang akan
dicapai peserta didik. Terdapat dua tujuan pembelajaran, yakni tujuan
pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus.
b. Menentukan metode, berkaitan dengan bagaimana cara mencapai tujuan
pembelajaran yang sudah dideskripsikan, media apa yang harus digunakan,
dan bagaimana urutan materi pembelajaran yang akan disajikan.
c. Menyusun prototype, berupa proses menyusun bahan pembelajaran,
instrumen penilaian (evaluasi), dan media pembelajaran mengacu pada
tujuan yang telah diidentifikasi.

3. Mengevaluasi (Evaluate)
Tahap ini bertujuan untuk memperoleh prototype yang lebih baik.
Terdapat tiga langkah pada tahap ini sebagai berikut.
a. Pengujian prototype, berupa proses uji coba prototype yang telah dibuat pada
tahap develop pada sampel audiens. Tujuannya untuk memperoleh data
tentang kebaikan atau kelemahan dan efisiensi serta efektivitas dari prototype
yang disusun.
b. Analisis hasil ujicoba, analisis dilakukan dengan memerhatikan pencapaian
tujuan yang telah dirumuskan, ketepatan metode, dan kualitas instrumen
penilaian.
c. Implementasi, sebagai tindak lanjut dari analisis hasil uji coba, dilakukan
review dan revisi, serta menentukan tindakan selanjutnya atau rencana tindak
lanjut.

E. Model ASSURE
Model ASSURE terlihat dari nama model tersebut, yaitu A yang berarti
Analyze Learners, S berarti State Standard and Objectives, S yang kedua berarti
Select Strategy Technology Media and Materials, U berarti Utilize Technology Media
and Materials, R berarti Require Learner Participation, dan E berarti Evaluated and
Revise (Smaldino dkk., 2008). Model ASSURE dikembangkan pada tahun 2005 oleh
Sharon Smaldino, Robert Henich, James Russell dan Michael Molenda. Model ini
bertujuan untuk menggunakan media dan teknologi untuk menciptakan kegiatan
pembelajaran yang diharapkan. Penggunaan media dan teknologi yang benar dan
tepat mendorong pembelajaran aktif. Model ini dapat diterapkan baik pada
pembelajaran.
Model ASSURE merupakan model pembelajaran yang lebih praktis dan
mudah diimplementasikan. Model ini memastikan pembelajaran sesuai dengan
karakteristik siswa karena diawali dengan proses identifikasi karakteristik siswa.
Identifikasi karakteristik siswa tersebut memungkinkan guru sebagai perancang
pembelajaran untuk menentukan strategi dan metode pembelajaran yang tepat,
memilih materi pembelajaran yang sesuai dan merancang materi pembelajaran yang
dapat mendukung terciptanya interaksi belajar mengajar yang lebih baik.
Menurut Pribadi (2011:31), dalam penggunaan media dan teknologi sangat
penting dalam menerapkan model ini karena dirancang untuk membantu siswa
mencapai tujuan pembelajaran. Melalui penggunaan media yang sesuai dengan
metode dan strategi pembelajaran, siswa dapat berpartisipasi secara intensif dalam
proses pembelajaran.
Smaldino, et.al., (2011) menjelaskan enam langkah penting dalam model
desain pembelajaran ASSURE, yaitu:
1. Analisis Karakterisitik Peserta Didik (Analyze Learner Characteristic)
Tujuan keseluruhan pendidik adalah untuk memenuhi kebutuhan unik setiap
siswa sehingga dapat mencapai tingkat pembelajaran yang optimal. Pada tahap
pertama, dipetakan karakteristik yang mempengaruhi kemampuan belajar siswa.
Analisis ini memberikan informasi yang memungkinkan guru untuk
merencanakan pembelajaran yang tepat secara strategis untuk memenuhi
kebutuhan khusus siswa. Analisis siswa memperhitungkan tiga faktor utama,
yaitu:
a. Karakteristik umum, termasuk faktor deskriptif seperti usia, jenis kelamin,
kelas dan faktor budaya atau sosial ekonomi. Agar berhasil memenuhi
kebutuhan individu siswa, penting bagi guru untuk memahami karakteristik
umum yang dapat memengaruhi pembelajaran siswa.
b. Kompetensi dasar spesifik, mengacu pada pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki atau kurang dimiliki siswa, termasuk pengetahuan dan
keterampilan sebelumnya, pengetahuan dan keterampilan target, dan sikap.
Komponen ini merupakan bagian penting dari desain pembelajaran. Pendidik
dapat melakukannya melalui cara informal, seperti mengajukan pertanyaan,
atau melalui cara formal, seperti tes.
c. Gaya belajar mengacu pada seperangkat karakteristik psikologis yang
menentukan bagaimana siswa memandang dan menanggapi berbagai
rangsangan, termasuk kecerdasan majemuk, preferensi dan kemampuan
perseptual, kebiasaan memproses informasi, motivasi dan faktor fisiologis.
2. Menyatakan Standard dan Tujuan (State Standard and Objective)
Tujuan pembelajaran ini terkait dengan standar kurikulum. Standar kurikulum
memberikan penjelasan umum tentang pencapaian siswa yang diharapkan,
sedangkan tujuan pembelajaran yang ditetapkan guru lebih spesifik. Standar dan
tujuan merupakan aspek yang penting untuk diperhatikan karena:
a. Menjadi dasar pemilihan strategi, teknologi dan media,
b. Menjadi dasar evaluasi, dan
c. Menjadi dasar harapan belajar siswa.
Saat merumuskan tujuan pembelajaran, perhatian harus diberikan pada
kemampuan individu siswa. Filosofinya adalah untuk membantu siswa mencapai
potensi tertinggi mereka. Tujuan pembelajaran bukan untuk membatasi belajar
siswa, tetapi untuk memberikan pencapaian minimum.
3. Memilih Strategi, Teknologi, Media dan Materi (Select Strategy, Technology,
Media and Learning)
Ada dua jenis strategi yang dapat dipilih, yaitu strategi yang berpusat pada
guru dan strategi yang berpusat pada siswa. Ketika memilih strategi
pembelajaran, aspek yang paling penting adalah bahwa strategi harus
mengarahkan siswa untuk mencapai standar dan tujuan. Saat memilih strategi,
penting untuk memperhatikan model ARCS Keller, yaitu. Keller memaparkan
empat aspek dasar motivasi yang dapat diperhatikan guru dalam merencanakan
pembelajaran, yaitu:
a. Perhatian (attention): Mengembangkan bahan ajar yang menurut siswa
menarik dan bernilai.
b. Relvansi (relevance): Memastikan bahwa pembelajaran bermakna sesuai
dengan kebutuhan siswa dan tujuan pembelajaran.
c. Percaya Diri (confidence): Rancang pelajaran yang menciptakan harapan
untuk keberhasilan siswa berdasarkan usaha mereka sendiri.
d. Kepuasan (satisfaction): berisi penghargaan intrinsik dan ekstrinsik yang
diterima siswa dari ganjaran.
Memilih teknologi dan media yang tepat bisa menjadi tugas yang sulit.
Pemilihan teknologi dan media harus mempertimbangkan ketersediaan sumber
daya, keragaman siswa dan tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai.
Setelah memilih strategi dan jenis teknologi dan media yang dibutuhkan
untuk pembelajaran, guru memilih bahan ajar yang mendukung pembelajaran.
Ada tiga pilihan untuk memilih bahan (bahan pelajaran): (1) pemilihan bahan ajar
yang tersedia, (2) modifikasi bahan ajar yang sudah ada, dan (3) desain bahan
ajar baru.
4. Menggunakan Teknologi, Media, dan Material (Utilize Technology, Media, and
Materials)
Pada tahap ini, penggunaan teknologi, media dan materi direncanakan untuk
mendukung siswa dalam mencapai tujuan pembelajarannya. Anda dapat
melakukan ini dengan mengikuti proses 5P sebagai berikut.
a. Pratinjau (preview) teknologi, media, dan materi. Tujuannya adalah untuk
memilih bagian yang berhubungan langsung dengan topik.
b. Menyiapkan (prepare) teknologi, media dan bahan. Langkahnya adalah
mengumpulkan semua peralatan yang diperlukan kemudian mengatur urutan
penggunaannya.
c. Menyiapkan (prepare) lingkungan. Setiap kali kegiatan pembelajaran
berlangsung, perlu untuk mengatur fasilitas untuk penggunaan teknologi,
media dan bahan yang efektif. Perlu untuk memeriksa apakah perangkat
berfungsi dengan benar. Atur ruangan agar siswa dapat mendengar dan
melihat dengan baik. Atur tempat duduk agar siswa dapat mendengar dan
melihat dengan lebih baik.
d. Mempersiapkan (prepare) siswa. Apa yang dipelajari dari kegiatan tersebut
sangat tergantung pada bagaimana siswa mempersiapkan diri untuk
pembelajaran itu.
e. Memberikan (provide) pengalaman belajar. Ketika pembelajaran berpusat
pada guru, itu termasuk presentasi, demonstrasi, praktik, dan praktik.
5. Mengharuskan Partisipasi Peserta Didik (Requires Learner Participation)
Kondisi ekonomi global saat ini menuntut mahasiswa untuk memiliki
pengalaman dan praktik dalam aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi, bukan
sekedar mengetahui dan memahami informasi. Hal ini sesuai dengan pandangan
konstruktivis bahwa belajar adalah proses mental yang aktif berdasarkan
pengalaman otentik yang bermakna di mana siswa menerima umpan balik dan
tanggapan informatif yang memungkinkan mereka untuk mengetahui seberapa
jauh mereka telah berkembang menuju tujuan mereka, dan untuk meningkatkan
kinerja mereka.
Penggunaan teknologi, perangkat lunak pendidikan dan media lainnya dapat
mendorong partisipasi siswa dalam pembelajaran. Menggunakan alat ini dapat
meningkatkan pembelajaran, meningkatkan produktivitas, dan mendorong
kreativitas. Mengenai umpan balik, siswa harus selalu menerima umpan balik
atas kebenaran jawaban mereka. Umpan balik atau jawaban dapat berasal dari
guru atau siswa lain yang bekerja dalam kelompok kecil saling memberikan
umpan balik. Umpan balik juga dapat diperoleh melalui pemeriksaan diri atau dari
komputer atau mentor.
6. Mengevaluasi dan Merivisi (Evaluate and Revise)
Bagian terakhir dari model ASSURE untuk pembelajaran yang efektif adalah
penilaian dan tinjauan. Penilaian dan pengulangan sangat penting untuk
mengembangkan pembelajaran yang berkualitas. Perancang pembelajaran
memiliki dua tugas yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu (1) menilai kinerja
siswa, dan (1) mengevaluasi dan meninjau strategi, teknologi, dan media.

Metode pengukuran keberhasilan tergantung pada jenis dan tujuan


pembelajaran. Beberapa tujuan pembelajaran memerlukan kemampuan kognitif
untuk membedakan kata sifat dari kata keterangan atau meringkas prinsip-prinsip
yang relatif sederhana, seperti: Pencacahan Hukum Ohm, Deklarasi Kemerdekaan.
Tujuan studi tersebut berguna untuk tes tertulis standar. Tujuan lain mungkin
termasuk perilaku pengolahan (misalnya, pembentukan kalimat, memecahkan
persamaan kuadrat, atau pengelompokan hewan), pembentukan produk (misalnya,
mematung, esai, presentasi PowerPoint, atau portofolio), atau sikap (misalnya,
kegiatan santai, membaca, melempar). limbah kertas di tempat sampah atau
makanan ringan yang sehat).
Tujuan pembelajaran seperti ini membutuhkan penilaian yang lebih otentik dan
komprehensif, seperti ulasan berbasis kinerja yang menuntut siswa untuk
mempresentasikan pembelajarannya dengan cara yang alami.

F. Model Four D
Menurut Thiagarajan et al. Model 4D yang disajikan terdiri dari empat
tahapan yaitu define, design, develop, dan disseminate. Thiagarajan (1974)
menjelaskan keempat tahapan tersebut sebagai berikut.
1. Mendefinisikan (Define)
Tujuan dari langkah ini adalah untuk mendefinisikan dan menentukan
kebutuhan belajar. Dengan bantuan analisis ini kami menjelaskan tujuan dan
keterbatasan materi pembelajaran. Lima langkah dilakukan dalam fase ini, yang
dijelaskan di bawah ini.
a. Analisis awal akhir (Front-end analysis)
Analisis awal dan akhir adalah pemeriksaan terhadap masalah
mendasar yang dihadapi oleh pelatih untuk meningkatkan tingkat kinerja.
Selama analisis ini, beberapa opsi dipertimbangkan, yang mungkin lebih baik
dan lebih efektif. Pemeriksaan masalah mendasar yang dihadapi oleh
pendidik untuk menunjukkan tingkat pencapaian pendidik tertentu. Selama
penelitian ini, pilihan pembelajaran yang lebih baik dan lebih efektif dapat
dipertimbangkan.

b. Analisis siswa (Learner analysis)


Analisis siswa merupakan kajian terhadap siswa sasaran. Mari kita
kenali ciri-ciri yang berkaitan dengan perencanaan dan pengembangan
pembelajaran siswa. Ciri-ciri yang diperiksa meliputi kompetensi, latar
belakang pengalaman, perilaku umum dalam kaitannya dengan mata
pelajaran, dan pilihan media, format dan bahasa.
c. Analisis tugas (Task analysis)
Analisis tugas adalah identifikasi keterampilan penting yang paling
penting dan pembagiannya menjadi sub-keterampilan yang diperlukan dan
memadai.
d. Analisis konsep (Concept analysis)
Analisis konsep berarti mengidentifikasi konsep yang paling penting
untuk dipelajari, mengaturnya dalam hierarki, dan membagi konsep individu
menjadi fitur kritis dan tidak relevan. Analisis ini membantu menemukan
pembenaran untuk contoh dan bukan contoh.
e. Menerapkan tujuan pembelajaran (Specifying instruction objectives)
Menetapkan tujuan pembelajaran berarti mengubah hasil analisis
tugas dan analisis konsep menjadi tujuan dalam hal perilaku yang
diharapkan. Tujuan ini menjadi dasar bagi struktur dan perencanaan
pembelajaran. Tujuan tersebut kemudian disajikan dalam bahan ajar yang
dapat digunakan oleh guru.
2. Merancang (Design)
Tujuan dari langkah ini adalah merancang prototipe bahan ajar. Fase ini
dapat dimulai ketika tujuan materi pembelajaran ditetapkan. Pemilihan media dan
format bahan serta produksi versi pertama merupakan faktor kunci dalam fase
desain. Langkah ini terdiri dari empat langkah, yang dijelaskan di bawah ini.
a. Menyusun Tes Berbasis Kriteria (Constructing Criterion-Referenced Test)
Tahap ini merupakan jembatan antara Tahap I dan Tahap II. Tes
berbasis kriteria menjadikan tujuan perilaku sebagai kerangka materi
pembelajaran.
b. Seleksi Media (Media Selection)
Seleksi media berfungsi untuk memilih media yang tepat untuk
penyajian isi pembelajaran. Proses ini meliputi penyesuaian analisis peta
konsep dengan karakteristik siswa sasaran, sumber daya produksi dan
rencana distribusi sesuai dengan karakteristik media yang berbeda.
c. Seleksi Format (Format Selection)
Pemilihan format berhubungan dengan media. Istilah modus
pembelajaran itu sendiri menggambarkan gabungan dari media, strategi
pengajaran dan teknik penggunaan. Terkadang format digunakan secara
bergantian dengan media, mis. B. Format televisi, seringkali lintas media.
bentuk-bentuk pembelajaran otonom dengan cara yang berbeda-beda,
misalnya bentuk visual, format audio-visual, dan format non-verbal; dan
seringkali istilah format pembelajaran mengacu pada fitur eksternal seperti
format buku teks atau format kuliah.
d. Desain Awal (Initial Design)
Dalam perencanaan awal, aspek-aspek penting dari pembelajaran
disajikan melalui media yang tepat dan dalam urutan yang benar. Ini juga
termasuk perencanaan kegiatan pembelajaran yang berbeda, mis. Misalnya,
membaca buku pelajaran, mewawancarai guru dan melatih keterampilan
belajar lain selain mengajar teman sebaya.
3. Mengembangkan (Develop)
Tujuan dari langkah ini adalah memodifikasi bahan ajar prototype. Meskipun
dilakukan dari tahap pendefinisian, hasilnya harus dilihat sebagai bahan
pembelajaran versi pertama yang perlu diedit sebelum menjadi versi final yang
efektif. Selama fase pengembangan, umpan balik diperoleh melalui evaluasi
formatif dan materi yang direvisi. Ada dua tingkat. Langkah ini dijelaskan sebagai
berikut.
a. Penilaian Pakar (Expert Appraisal)
Penilaian pakar adalah teknik untuk mendapatkan saran untuk perbaikan
bahan. Beberapa ahli diminta untuk mengevaluasi materi dari segi pedagogis
dan teknis. Berdasarkan umpan balik ahli, materi telah dimodifikasi menjadi
lebih sesuai, efisien, dapat digunakan, dan unggul secara teknis.
b. Pengujian Pengembangan (Developmental Testing)
Pengujian pengembangan melibatkan pengujian materi dengan siswa
untuk menentukan bagian mana yang perlu penyesuaian. Materi dimodifikasi
berdasarkan respon, reaksi dan komentar siswa. Siklus pengujian, revisi, dan
pengujian ulang diulang sampai materi konsisten dan efektif.
4. Menyebarkan (Disseminate)
Materi pembelajaran mencapai tahap produksi akhir ketika tes
pengembangan menunjukkan hasil yang konsisten dan evaluasi yang
sebenarnya menerima komentar positif. Terdapat 3 (tiga) langkah dalam fase ini
yaitu pengujian validasi (validation testing), pengemasan (packaging), distribusi
(diffusion) dan penyebaran (adopting).
Pada tahap pengujian validasi, materi akan digunakan dalam kondisi simulasi
untuk menunjukkan: siapa yang belajar, apa yang dipelajari, dan dalam kondisi
apa dan berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk itu. Materi tersebut juga
tunduk pada tinjauan profesional untuk mendapatkan pendapat objektif tentang
kesesuaian dan relevansinya. Langkah penting terakhir adalah pengemasan,
distribusi, dan penyebaran, meskipun sering diabaikan. Dalam hal ini, produser
dan distributor harus memilih bahan dalam format yang dapat diterima dan
bekerja sama untuk mengemasnya. Upaya khusus diperlukan untuk
menyebarluaskan materi di antara guru dan siswa dan untuk mendorong adopsi
dan penggunaan materi tersebut.

G. Model Attention, Relevvance, Confidence, Satisfaction (ARCS)


Model ARCS dikembangkan oleh John Keller, merupakan model yang
berfokus pada desain pembelajaran berbasis motivasi. Oleh karena itu, model ini
sering disebut sebagai model desain motivasi ARCS. Motivasi belajar adalah
sesuatu yang dapat mendorong hasil belajar. Adanya motivasi untuk merangsang
minat siswa dalam belajar sehingga siswa dapat berpartisipasi dengan baik dalam
pembelajaran (Sardiman, 2020). Oleh karena itu, motivasi belajar sangat penting
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Strategi, model dan metode pembelajaran mutlak diperlukan dalam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran ARCS
merupakan salah satu jenis metode pemecahan masalah yang baik untuk
merencanakan motivasi belajar siswa.
Model ini terdiri atas 4 (empat) komponen utama, yakni perhatian (attention),
relevansi (relevance), kepercayaan (confidence), dan kepuasan (satisfaction).
Poulsen, et al., (2008) menjelaskan keempat area tersebut sebagai berikut.
1. Perhatian (Attention)
Perhatian pada model ini menunjukkan ketertarikan siswa terhadap suatu
konsep atau ide pembelajaran. Komponen-komponen ini dibagi menjadi tiga
kategori sebagai berikut.
a. Pemunculan perseptual, meliputi:
1) Pengkonkretan. Penerapan contoh konkret, yang dapat digabungkan.
2) Keganjilan (incongruity) dan konflik. Kepentingan memegang pendapat
yang bertentangan.
3) Humor. Adanya humor untuk memperjelas pelajaran.
b. Mengadakan penyelidikan, berupa:
1) Partisipasi. Memberikan permainan peran atau pengalaman aksi
langsung.
2) Penyelidikan. Menggali pertanyaan yang mendorong siswa berpikir kritis
atau mengungkapkan pendapat (brainstorming).
3) Variabilitas. Termasuk metode pembelajaran yang berbeda (video,
membaca, kuliah).
Perhatian adalah bagian yang sangat penting dari model untuk motivasi
siswa. siswa yang tertarik pada subjek bersedia meluangkan waktu lihat dan
cari lagi.
2. Relevansi
Menurut Keller, relevansi harus dikembangkan dengan menggunakan
bahasa dan contoh yang familiar bagi siswa. Menurut Keller, ada 3 (tiga) strategi
utama sebagai berikut.
a. Orientasi Tujuan
1) Manfaat Sekarang - jelaskan bagaimana informasi tersebut akan
membantu pelajar saat ini.
2) Manfaat Masa Depan.
b. Menyesuaikan motif
1) Sesuaikan nilai-nilai yang dibutuhkan - kelompok siswa dan putuskan apa
yang dibutuhkan siswa.
2) Pilihan - berikan siswa memilih cara terbaik mereka bekerja saat
mempelajari sesuatu.
c. Kekeluargaan
1) Model - lakukan apa yang Anda ingin siswa lakukan.
2) Pengalaman - jelaskan kepada siswa pengetahuan/keterampilan mereka
dan tunjukkan kepada mereka bagaimana mereka dapat menggunakan
pengetahuan mereka sebelumnya untuk pembelajaran lebih lanjut.
3. Kepercayaan (Confidence)
Aspek kepercayaan dari model ARCS berfokus pada pengaturan harapan
positif untuk keberhasilan prestasi siswa. Keyakinan siswa sering berkorelasi
dengan motivasi dan upaya yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan
pencapaian. Oleh karena itu, penting bahwa desain pelajaran menyediakan
metode bagi siswa untuk menilai peluang keberhasilan mereka. Ini dapat dicapai
dalam bentuk kurikulum dan praktik penilaian, rubrik, atau perkiraan waktu untuk
menyelesaikan tugas. Selain itu, kepercayaan diri berkembang ketika
pencapaian pribadi diperkuat secara positif dari waktu ke waktu dan umpan balik
sangat diperlukan.
Keller menawarkan strategi kepercayaan berikut untuk perancang
pembelajaran.
a. Persyaratan kinerja: Standar pembelajaran dan kriteria penilaian harus
disajikan kepada siswa sehingga mereka dapat menetapkan harapan
keberhasilan yang positif. Ketika siswa dapat secara mandiri dan akurat
memperkirakan upaya dan waktu yang diperlukan untuk berhasil, mereka
lebih cenderung untuk berusaha. Sebaliknya, ketika siswa tidak mengerti atau
merasa perlu untuk belajar, maka motivasinya menurun.
b. Peluang sukses: Keberhasilan dalam situasi belajar dapat membantu
membangun rasa percaya diri untuk melakukan usaha di kemudian hari.
Siswa akan ditawarkan kesempatan untuk sukses melalui beragam, beragam
pengalaman dan tantangan konstruktif.
c. Kontrol pribadi: Keyakinan meningkat ketika siswa mengaitkan kesuksesan
mereka dengan kemampuan atau usaha pribadi daripada faktor eksternal
seperti tantangan atau nasib baik.
4. Kepuasan (Satisfaction)
Siswa harus mendapatkan semacam kepuasan atau imbalan dari
pembelajaran tersebut. Kepuasan ini bisa menjadi awal dari pencapaian. Umpan
balik dan penguatan adalah elemen penting, dan ketika siswa menghargainya,
mereka termotivasi untuk belajar. Kepuasan adalah dasar dari motivasi, yang
dapat berupa intrinsik (intrinsik) atau ekstrinsik (ekstrinsik).
Keller mengusulkan tiga strategi utama berikut untuk meningkatkan
kepuasan.
a. Penguatan Intrinsik: mendorong dan mendukung pengalaman belajar yang
menyenangkan. Contoh: Guru meminta siswa untuk memiliki pengalaman
belajar.
b. Penghargaan ekstrinsik: memberikan penguatan positif dan umpan balik
motivasi. Contoh: guru memberikan siswa sertifikat sebagai bukti kesediaan
mereka untuk menguasai keterampilan.
c. Keadilan: secara konsisten mematuhi standar dan hasil untuk berhasil.
Contoh: di akhir proyek, guru memberikan umpan balik evaluasi sesuai
dengan kriteria yang dijelaskan dalam pelajaran.

H. Model ADDIE
ADDIE adalah singkatan dari Analyze, Design, Implement, dan Evaluate.
ADDIE merupakan konsep pengembangan produk yang diterapkan pada
pengembangan pembelajaran berbasis kinerja. Filosofi pendidikan ADDIE adalah
bahwa pembelajaran yang disengaja harus berpusat pada peserta didik, inovatif,
otentik, dan menginspirasi (Branch, 2009). Model desain sistem pembelajaran
ADDIE sederhana dan dapat diimplementasikan dalam praktik secara bertahap atau
sistematis menerapkan program pelatihan yang komprehensif.
Branch (2009) lebih lanjut menjelaskan langkah-langkah model ADDIE atau
pendekatan ADDIE sebagai berikut:
1. Analisis (Analyze)
Tujuan dari tahap analisis adalah untuk mengidentifikasi kemungkinan
penyebab penurunan kinerja. Prosedur umum yang terkait dengan tahap analisis
dijelaskan sebagai berikut.
a. Validasi kesenjangan kinerja, bertujuan untuk menghasilkan tujuan
berdasarkan kesenjangan kinerja yang telah ditentukan. Ada tiga langkah
utama dalam penilaian kinerja, yaitu:
1) pengukuran kinerja aktual;
2) konfirmasi kinerja yang diharapkan; dan
3) mengidentifikasi akar penyebab kesenjangan kinerja.
b. Pembelajaran berbasis tujuan dirancang untuk menciptakan tujuan yang
merespons kesenjangan kinerja yang menghasilkan pengetahuan dan
keterampilan yang lemah.
c. Konfirmasi audiens (analisis siswa), dimaksud untuk mengidentifikasikan
kemampuan, pengalaman, preferensi, dan motivasi siswa. Analisis siswa
meliputi:
1) kelompok mahasiswa;
2) sifat umum;
3) jumlah siswa;
4) tempat tinggal siswa;
5) tingkat pengalaman;
6) sikap siswa; dan
7) keterampilan yang berpotensi mempengaruhi keberhasilan dalam
lingkungan belajar.
d. Mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan berarti mengidentifikasi semua
jenis sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan proses ADDIE. Ada
4 (empat) jenis sumber daya yang dikendalikan, yaitu
1) bahan;
2) teknologi;
3) kesempatan belajar; dan
4) sumber daya manusia.
e. Menentukan system pengantar potensional. Cari tahu kemungkinan sistem
pengiriman. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemungkinan sistem
pengiriman dan memperkirakan biayanya. Sistem pengiriman biasanya
meliputi:
1) pertemuan pribadi;
2) pelatihan komputer;
3) video;
4) sistem pengelolaan pembelajaran berbasis internet; dan
5) kombinasi dari komponen-komponen di atas.
f. Buat rencana manajemen proyek, yang tujuannya adalah untuk membuat
dokumen yang mendefinisikan ekspektasi semua bagian proyek (program).
2. Desain (Design)
Tujuan dari fase desain adalah untuk memastikan kinerja yang diharapkan
dan metode pengujian yang benar. Prosedur umum yang terkait dengan tahap
perencanaan dijelaskan di bawah ini.
a. Buat daftar tugas dengan tujuan mengidentifikasi tugas yang perlu dilakukan
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b. Membuat sasaran kinerja dengan 3 (tiga) komponen yaitu kinerja, kondisi dan
kriteria. Tujuan kinerja memberikan instruksi:
1) prosedur pengujian yang benar;
2) pilihan bahan;
3) pilihan atau pengembangan media massa;
4) menentukan strategi pembelajaran yang tepat;
5) penilaian kemampuan siswa;
6) mengukur kinerja siswa;
7) identifikasi pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan;
8) sumber daya yang diperlukan; dan
9) Mengubah tugas pencapaian menjadi tindakan siswa yang terukur.
c. Strategi tes dikembangkan, tujuannya adalah untuk membuat item tes kinerja
siswa.
d. Hitung keuntungan investasi untuk memperkirakan biaya untuk
menyelesaikan seluruh proses ADDIE.

3. Pengembangan (Develop)
Tujuan dari fase ini adalah untuk membangun dan memvalidasi sumber
belajar. Prosedur umum yang terkait dengan fase pengembangan dijelaskan
sebagai berikut.
a. Menyusun Materi. Materi itu penting dalam melibatkan siswa dalam proses
mengkonstruksi pengetahuan. Materi harus disajikan selama pelajaran dan
kelas.
b. Dalam memilih atau mengembangkan media pendukung, tujuannya adalah
untuk memilih atau mengembangkan media yang cukup untuk mendukung
pencapaian tujuan hasil. Media harus dipilih untuk mendukung proses
pembelajaran. Media pembelajaran merupakan alat yang dianggap sebagai
perpanjangan dari keterampilan guru dan siswa. Proses pemilihan media
yang tersedia atau mengembangkan media baru didasarkan pada konteks,
harapan, kondisi kinerja, sumber daya yang tersedia, budaya dan praktik.
c. Mengembangkan instruksi untuk siswa, tujuannya adalah untuk memberikan
informasi untuk membimbing siswa selama pembelajaran.
d. Kami mengembangkan panduan untuk pendidik, tujuannya adalah untuk
memberikan informasi kepada guru yang memfasilitasi pembelajaran.
e. Peninjauan tes formatif bertujuan untuk memverifikasi desain asli produk dan
proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.
f. Lakukan uji coba dengan tujuan menjadikan uji lapangan sebagai langkah
terakhir dari fase evaluasi formatif.
4. Implementasi
Tujuan dari fase ini adalah untuk mempersiapkan lingkungan belajar dan
melibatkan siswa. Prosedur umum yang terkait dengan fase implementasi ini
dijelaskan di bawah ini.
a. Mempersiapkan pendidik, bertujuan untuk mengidentifikasi dan
mempersiapkan pelatih untuk mengajarkan strategi pembelajaran dan
sumber belajar yang dikembangkan. Bagian penting dari proses persiapan
guru adalah perencanaan guru. Rencana fasilitator terdiri dari:
1) Identifikasi pelatih yang terlibat dalam pelaksanaan, termasuk informasi
rinci tentang program dan pengalaman mereka;
2) Perencanaan, termasuk mengidentifikasi langkah-langkah tindakan dan
membuat garis waktu; dan
3) Melatih pelatih (pendidik) agar setiap pendidik dapat mengenal guru
pembimbing dan pembimbing siswa serta menggunakan semua alat dan
bahan yang ada di dalam kelas.
b. Tujuan dari pelatihan siswa adalah mempersiapkan siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan berinteraksi secara efektif
dengan sumber belajar baru.
5. Evaluasi
Tujuan dari tahap evaluasi adalah untuk menilai kualitas pembelajaran dan
hasil sebelum dan sesudah pelaksanaan. Prosedur umum yang terkait dengan
tahap evaluasi dijelaskan di bawah ini.
a. Dalam menentukan kriteria penilaian, tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi persepsi, pembelajaran dan kinerja, termasuk domain
kognitif, afektif dan psikomotor, sebagai tiga tingkatan penilaian utama desain
pembelajaran.
b. Dalam memilih alat penilaian, tujuannya adalah untuk mengidentifikasi atribut
yang paling penting untuk setiap alat penilaian yang dipilih untuk digunakan
dalam pendekatan desain instruksional ADDIE.
c. Melakukan evaluasi untuk memberikan pedoman bagaimana melakukan
evaluasi kurikulum.

Pengenalan model ADDIE ke dalam perencanaan dan pengembangan


program pendidikan dapat dilakukan pada tingkat mikro, messo, dan makro. Pada
tataran mikro, penerapan model ADDIE menciptakan kegiatan pendidikan pada
tataran pendidikan mata kuliah. Pada level mikro, model ADDIE juga
diimplementasikan dalam perencanaan dan pengembangan kegiatan kelas agar
dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Pada level mikro ini, pelatih harus
merencanakan dan mengembangkan materi pelatihan untuk disampaikan kepada
kelompok sasaran (peserta pelatihan).
Pada tingkat Messo, model ADDIE dapat digunakan dalam perencanaan dan
pengembangan program pelatihan. Program pelatihan biasanya terdiri dari beberapa
proyek pelatihan yang harus diselesaikan oleh peserta. Saat menerapkan model
ADDIE di tingkat Messo, perancang pelatihan dan tim mengidentifikasi topik
pelatihan apa yang perlu diajarkan kepada peserta sehingga mereka memiliki
keterampilan yang dibutuhkan setelah mengikuti program pelatihan.
Pada tingkat makro, model desain dan pengembangan ADDIE dapat
digunakan untuk merancang program pelatih. di pusat-pusat pelatihan atau pusat-
pusat pelatihan secara keseluruhan. Model ADDIE juga diterapkan untuk mendukung
program pelatihan secara keseluruhan di pusat pelatihan atau training center.

Anda mungkin juga menyukai