Anda di halaman 1dari 32

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia merupakan salah satu daerah penghasil tambang batu bara
terbesar di dunia. Salah satu daerah penghasil tambang terbesar di Indonesia
adalah Kalimantan Selatan. Pertumbuhan tambang di Kalimantan Selatan
sendiri semakin pesat karena semakin banyak lahan tambang baru yang
ditemukan.
Namun pertumbuhan yang pesat tidak diseimbangi dengan pengelolaan
yang baik oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Kurangnya
sosialisasi tentang pengelolaan tambang dengan baik, menyebabkan banyak
dampak buruk yang dihasilkan. Walaupun sekarang tidak terlalu terasa, namun
beberapa tahun lagi dampak pengelolaan tambang yang salah bisa mengganggu
stabilitas ekosistem.
Perlunya usaha-usaha yang dilakukan dari sekarang untuk mengatasi
pengelolaan tambang yang salah. Mulai dari sosialisasi sampai tindakan nyata.
Sehingga diharap keseimbangan alam akan terjaga.
Beberapa tambang merupakan sumber kehidupan bagi manusia, bahkan
termasuk batubara memberikan kontribusi yang penting bagi perkembangan
ekonomi dan sosial di seluruh dunia. Namun, terlepas dari hal tersebut dampak
terhadap lingkungan hidup merupakan suatu masalah. Tambang batubara
terutama tambang terbuka memerlukan lahan yang luas untuk diganggu
sementara. Hal tersebut menimbulkan permasalahan lingkungan hidup,
termasuk erosi tanah, polusi debu, suara dan air, serta dampak terhadap
keanekaragaman hayati setempat. Tindakan-tindakan dilakukan dalam poerasi
tambang modern untuk menekan dampak-dampak tersebut. Perencanaan dan
pengelolaan lingkungan yang baik akan menekan dampak pertambangan
terhadap lingkungan hidup dan membantu melestarikan keanekaragaman
hayati.

1
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana proses produksi tambang batubara ?
2. Limbah apa saja yang dihasilkan dari proses produksi batubara ?
3. Bagaimana proses pengolahan limbah dari proses produksi batubara ?
4. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari proses produksi limbah batubara ?
5. Bagaimana cara mengurangi dampak limbah dari proses batu bara ?

1.1 TUJUAN
1. Mengidentifikasi proses produksi tambang batubara.
2. Mengidentifikasi limbah yang dihasilkan dari proses produksi batubara.
3. Mengidentifikasi proses pengolahan limbah dari proses produksi batubara.
4. Mengidentifikasi dampak yang ditimbulkan dari proses produksi limbah
batubara.
5. Mengidentifikasicara mengurangi dampak limbah dari proses batu bara.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Penelitian yang dilakukan yang dilaukan ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut :
1. Memberikan sumbangan pemikiran dalam memanfaatkan limbah batu bara
(yang dinilai membahayakan bagi lingkungan)
2. Mengetahui presentase limbah batu bara yang digunakan secara optimal

2
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BATUBARA
1. Pengertian Bahan Galian Batubara
Bahan Galian Batubara adalah bahan galian yang terbentuk dari sisa
tumbuhan yang terperangkap dalam sedimen dan dapat dipergunakan sebagai
bahan baker, Jenis sedimen ini terperangkap dan mengalami perubahan
material organik akibat timbunan (burial) dan diagenesa.
Batubara awalnya merupakan bahan organik yang terakumulasi dalam
rawa-rawa yang dinamakan peat. Pembentukan batubara memerlukan kondisi-
kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah
geologi. Zaman karbon kira-kira 340 juta tahun yang lalu (Jtl) adalah masa
pembentukan Batubara yang paling produktif.

2. Materi Pembentuk Batubara


Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan, jenis-jenis
tumbuhan pembentuk Batubara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah
sebagai berikut:
 Alga, dari zaman prekambrium hingga ordovisium dan bersel
tunggal sangat sedikit endapan batubara dari periode ini Silofita,
dari zaman Silur hingga devon tengah merupakan turunan dari alga.
Sedikit endapan batubara dari periode ini.
 Plirodefita, umur devon atas hingga karbon atas. Tumbuhan
pembentuknya merupakan tumbuhan tanpa bunga dan biji serta
berkembangbiak dengan spora.
 Gimnospermae, Dari zaman permian hingga kapur tengah.
Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, contohnya
Pinus.
 Angiosspermae, dari zaman kapur atas hingga kii. Jenis tumbuhan
modern, buah menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga,
kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga secara umum
kurang terawetkan.

3
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

3. Kelas dan Jenis Batubara


Berdasarkan proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas,
dan waktu, umumnya batubara dibagi kedalam lima kelas yaitu:
 Antrasit adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam
berkilauan. (luster) metalik. Mengandung antara 86 % – 98 % unsur
karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8 %
 Bituminus mengandung 68 – 86 % Unsur karbon (c) dan berkadar
air 8-10 % dari beratnya.
 Subbituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air. Sehingga
menjadi sumber panas yang kurang efisien dibanding dengan
bituminus.
 Lignit atau batubara cokelat adalah batubara yang sangat lunak
yang mengandung air 35 – 75 % dari beratnya.
 Gambut, berpori dan memiliki kadar air diatas 75 % serta nilai
kalori yang paling rendah.

4. Pembentukan Batubara
Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batubara
disebut dengan istilah pembatubaraan (Coalification).Ada dua proses yang
terjadi yaitu :
 Tahap Diagenetik atau biokimia yaitu dimulai pada saat material
tanaman terdeposisi, hingga lignit terbentuk. Agen utama yang
berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat
oksidasi, dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses
pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta
membentuk gambut.
 Tahap malihan atau geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit
menjadi biuminus, dan akhirnya antrasit.

5. Sumber Daya Batubara di Indonesia


Potensi sumber daya batubara di Indonesia sangat melimpah, terutama di
pulau kalimantan dan pulau sumatera. Batubara merupakan bahan bakar utama
selain solar (diesel fuel) yang digunakan dalam industri. Dari segi ekonomis
batubara jauh lebih hemat dari pada solar dengan perbandingan sebagai berikut:
solar Rp. 0,74/kilokalori sedangkan batubara Rp. 0.09/kilokalori. Dari segi
kuantitas, batubara merupakan cadangan energi fosil terpenting di Indonesia,
Jumlahnya sangat melimpah, mencapai puluhan milyar ton. Jumlah ini cukup
untuk memasak kebutuhan energi listrik hingga ratusan tahun kedepan.
4
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Sayangnya Indonesia tidak mungkin membakar habis batubara dan


mengubahnya menjadi energi listrik karena selain mengotori lingkungan
melalui polutan CO2, SO2, Nox, dan CxHx, cara ini dinilai kurang efisien dan
kurang memberi nilai tambah tinggi.

6. Grasifikasi Batubara
Batubara sebaiknya tidak langsung dibakar, akan lebih efisien jika
dikonversi menjadi migas sintetis, atau bahan petrokimia lain, yang bernilai
ekonomis tinggi. Cara yang dipertimbangkan dalam hal ini adalah gasifikasi
atau penyubliman batubara.
Coal Gasification adalah sebuah proses untuk merubah batubara padat
menjadi gas batubara yang mudah terbakar (combustible gasses), setelah
proses pemurnian gas-gas ini CO (karbon monoksida), CO2 (karbon dioksida),
H (hidrogen), CH4 (metana), dan N2 (nitrogen) dapat digunakan sebagai bahan
bakar. Hanya dengan menggunakan watergas atau coal gas. Gasifikasi secara
nyata mempunyai tingkat emisi udara kotoran padat, dan limbah terendah.

7. Pembersihan Batubara
Cara untuk membersihkan batubara dari sulfur adalah dengan cara
memecah batubara kebongkahan yang lebih kecil dan mencucinya. Secara
khusus bongkahan batubara tadi dimasukkan kedalam tangki besar yang terisi
air, maka batubara akan mengapung kepermukaan ketika kotoran sulfur
tenggelam.

8. Membuat Nox Dari Batubara


Ketika udara yang mengandung nitrogen dipanaskan seperti pada nyala api
boller (3000°F – 1648°C), atom nitrogen ini terpecah menjadi nitrogen oksida
yang terkadang disebut dengan Nox. Nox juga dapat dibentuk dari atom
nitrogen yang terjebak dalam batubara.
Cara terbaik untuk mengurangi Nox adalah menghindari benukan asalnya,
caranya pada saat pembakaran, batubara lebih banyak daripada udara dilubang
pembakaran yang terpanas. Dibawah kondisi ini kebanyakan oksigen
terkombinasi dengan bahan bakar dari pada dengan nitrogen. Camputan
pembakaran kemudian dikirim keruang pembakaran yang kedua dimana
terdapat proses yang mirip berulang-ulang sampai semua bahan bakar habis
terbakar. Konsep ini disebut Staged Combustion karena batubara dibakar
secara bertahap.

5
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2.1 LIMBAH
A. Pengertian Limbah
Limbah adalah bahan buangan tidak terpakai yang berdampak negatif
terhadap masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Limbah adalah sisa
produksi, baik dari alam maupun hasil dari kegiatan manusia.
Beberapa pengertian tentang limbah :
1. Berdasarkan kepurusan Menperindag RI No. 231/MPP/Kep/7/1997 Pasal I
tentang prosedur impor limbah, menyatakan bahwa Limbah adalah
bahan/barang sisa atau bekas dari suatu kegiatan atau proses produksi yang
fungsinya sudah berubah dari aslinya.
2. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo.PP 85/1999 Limbah
didefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha dan/atau kegiatan
manusia.

B. Karakteristik Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga).
Limbah yang mempunyai karakteristik secara umum sebagai berikut :
1. Berukuran mikro
2. Dinamis
3. Penyebarannya berdampak luas
4. Berdampak jangka panjang (antargenerasi)
Kualitas limbah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang
mempengaruhi kualitas limbah adalah sebagai berikut :
a. Volume limbah, banyak sedikitnya limbah memengaruhi kualitas
limbah.
b. Kandungan limbah, kualitas limbah dipengaruhi oleh kandungan bahan
pencemar.
c. Frekuensi pembuangan limbah, pembuangan limbah dengan frekuensi
yang sering akan menimbulkan masalah.

1. Karakteristik fisik
a) Zat padat
b) Bau
c) Suhu
d) Warna
e) Kekeruhan

2. Karakteristik kimia
 Bahan organic
 BOD (Biologycal Oxygen Demand)
 DO (Dessolved Oxygen)

6
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

 COD (Chemicial Oxygen Demand)


 pH (Puissance d’Hydrogen Scale)
 Logam berat
3. Karakteristik biologi
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama
air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih.

C. Jenis-jenis Limbah
1. Pengelompokan Limbah Berdasarkan Sumbernya
a. Limbah domestik (rumah tangga)
Limbah domestik adalah limbah yang berasal dari kegiatan pemukiman
pendudukp (rumah tangga) dan kegiatan usaha seperti pasar, restoran,
dan gedung perkantoran.
b. Limbah industry
Limbah industri merupakan sisa atau buangan dari hasil proses industri.
c. Limbah pertanian
Limbah pertanian berasal dari daerah atau kegiatan pertanian maupun
perkebunan.

d. Limbah pertambangan
Limbah pertambangan berasal dari kegiatan pertambangan. Jenis
limbah yang dihasilkan terutama berupa material tambang, seperti
logam dan batuan.
e. Limbah pariwisata
Kegiatan wisata menimbulkan limbah yang berasal dari sarana
transportasi yang membuang limbahnya ke udara, dan adanya tumpahan
minyak dan oli yang dibuang oleh kapal atau perahu motor di daerah
wisata bahari.
f. Limbah medis
Limbah yang bersal dari dunia kesehatan atau libah medis mirip dengan
sampah domestik pada umumnya. Obat-obatan dan beberapa zat kimia
adalah contoh limbah medis.

2. Pengelompokan Limbab Berdasarkan Jenis Senyawanya


a. Limbah organic
Limbah organik merupakan limbah yang berasal dari makhluk hidup
(alami) dan sifatnya mudah membusuk/terurai.
b. Limbah anorganik
Limbah anorganik merupakan segala jenis limbah yang tidak dapat atau
sulit terurai/busuk secara alami oleh mikroorganisme pengurai.

7
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

c. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


1) Pengertian
Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah kelompok limbah
yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan,
membahayakan lingkungan, kesehatan dan kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lainnya.
a) Definisi limbah B3 menurut BAPEDAL (1995)
Limbah B3 adalah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan
proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity. dan
corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya tidak langsung
dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan
kesehatan manusia.
b) Definisi limbah B3 menurut Peraturan Pemerintah RI NO. 18 Tahun 1999
B3 adalah semua bahan/senyawa baik padat, cair ataupun
gasyang mempunya potensi merusak terhadap kesehatan
manusia serta lingkungan akibat sifat-sifat yang dimiliki
senyawa tersebut.

2) Sifat limbah B3
Dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, dikenal
sampah spesifik, yaitu sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan atau
volumenya memerlukan pengelolaan khusus. Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3) mengandung satu atau lebih senyawa berikut ini :
 Mudah meledak (explosive)
 Pengoksidasi (oxidizing)
 Beracun (moderately toxic)
 Berbahaya (harmful)
 Korosif (corrosive)
 Bersifat mengiritasi (irritant)
 Dll

3) Macam - macam limbah B3


Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dikelompokkan menjadi :
 Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada
pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang
stabil dan mudah menguap
 Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan
flokulasi

8
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

 Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan
dengan lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa
lumpur dari hasil proses tersebut
 Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan
digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan
cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik.
 Berdasarkan karakteristiknya tersebut, limbah B3 dapat dikelompokkan
sebagai berikut :

 mudah meledak;
 pengoksidasi;
 sangat mudah sekali menyala;
 sangat mudah menyala;
 mudah menyala;
 amat sangat beracun;
 sangat beracun;
 beracun;
 berbahaya;
 korosif;
 bersifat iritasi;
 berbahayabagi lingkungan;
 karsinogenik;
 teratogenik;
 mutagenik.

4) Senyawa B3
 Contoh limbah B3 antara lain logam berat seperti Al, Cr, Cd,
Cu, Fe, Pb, Mn, Hg, dan Zn serta zat kimia seperti pestisida, sianida,
sulfida, fenol, dan lain sebagainya.

5) Limbah B3 dalam rumah tangga
 Contoh produk limbah rumah tangga berpotensi B3, yaitu
sebagai berikut :
a. Dapur : pembersih lantai, kompor gas, pembersih kaca,
plastik, racun tikus, dan bubuk pembersih.
b. Tempat cucian : pembersih, detergen, pembersih lantai, bahan
pencelup, dan pembuka sumbat saluran air kotor.
c. Kamar mandi : aerosol, disifektan, hair spray, pewarna rambut,
pembersih toilet, dan medicated shampoo.
d. Kamar tidur : kamper, obat anti nyamuk, baterai, cat kuku, dan
pembersih.
9
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

e. Garasi dan gudang : oli dan aki mobil, minyak rem, catwax,
pembesih karburator, cat dan tiner, lem, pembunuh tikus,
semir sepatu, dan genteng asbes.
f. Ruang tamu : pembersih karpet, pembersih lantai, pembersih
perabotan, pembersih kaca, pengharum ruangan.
g. Taman : pupuk dan insektisida.
h. Ruang makan : bumbu dan obat.

3. Pengelompokan Limbah Berdasarkan Wujudnya
a. Limbah padat
 Limbah padat atau bisa disebut sampah merupakan limbah
yang terbanyak di lingkungan. Istilah sampah diberikan kepada barang-
barang atau bahan-bahan buangan rumah tangga atau pabrik yang tidak
digunakan lagi atau tidak terpakai dalam bentuk padat.
 Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa
padatan, lumpur atau bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan.
Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestic
pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat
kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-
tempat umum. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit
tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll Sumber-
sumber dari limbah padat sendiri meliputi seperti pabrik gula, pulp, kertas,
rayon, plywood, limbah nuklir, pengawetan buah, ikan, atau daging. Secara
garis besar limbah padat terdiri dari :
1) Limbah padat yang mudah terbakar.
2) Limbah padat yang sukar terbakar.
3) Limbah padat yang mudah membusuk.
4) Limbah yang dapat di daur ulang.
5) Limbah radioaktif.
6) Bongkaran bangunan.
7) Lumpur.

b. Limbah cair
 Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan
yang berwujud cair (PP 82 thn 2001). Jenis-jenis limbah cair dapat
digolongkan berdasarkan pada :
1) Sifat Fisika dan Sifat Agregat . Keasaman sebagai salah satu
contoh sifat limbah dapat diukur dengan menggunakan metoda
Titrimetrik

10
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2) Parameter Logam, contohnya Arsenik (As) dengan metoda


SSA
3) Anorganik non Metalik contohnya Amonia (NH3-N) dengan
metoda Biru Indofenol
4) Organik Agregat contohnya Biological Oxygen Demand
(BOD)
5) Mikroorganisme contohnya E Coli dengan metoda MPN
6) Sifat Khusus contohnya Asam Borat (H3 BO3) dengan metoda
Titrimetrik
7) Air Laut contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-IDA-
SSA

c. Limbah gas
 Jenis limbah gas yang berada di udara terdiri dari bermacam-
macam senyawa kimia. Misalnya, karbon monoksida (CO), karbon
dioksida, nitrogen oksida, sulfur dioksida, asam klorida (HCl), amonia,
metan, klorin.
 Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa
partikulat zat (limbah) yang mengandung partikel (asap dan jelaga),
hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon (asap kabut
fotokimiawi), karbon monoksida dan timah.
 Udara adalah media pencemar untuk limbah gas. Limbah gas
atau asap yang diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara.Secara
alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2 dan
Jain-lain. Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami
akibat kegiatan manusia akan menurunkan kualitas udara.
 Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua
bagian yaitu partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih
mungkin terlihat dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut
dan fume-Sedangkan pencemaran berbentuk gas tanya aapat dirasakan
melalui penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-gas
ini antara lain SO2, NOx, CO, CO2, hidrokarbon dan lain-lain.

4. Baku Mutu Lingkungan
Baku mutu lingkungan adalah ambang batas atau batas kadar
maksimum suatu zat atau komponen yang diperbolehkan berada di
lingkungan agar tidak menimbulkan dampak negatif. Baku mutu

11
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

lingkungan mencakup baku mutu limbah padat, baku mutu air laut, baku
mutu emisi, baku mutu limbah cair, dan baku mutu air pada sumber air.

12
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

 BAB 3
 GAMBARAN UMUM KEGIATAN ATAU USAHA

3.1 PROFIL PERUSAHAAN

13
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

 VISI

 PERUSAHAAN ENERGI KELAS DUNIA YANG PEDULI


LINGKUNGAN.

 MISI

 Mengelola sumber energi dengan mengembangkan kompetensi


korporasi dan keunggulan insani untuk memberikan nilai tambah maksimal
bagi stakeholder dan lingkungan.

 NILAI

 Visioner
 Mampu melihat jauh kedepan dan membuat proyeksi jangka panjang
dalam pengembangan bisnis.
 Integritas
 Mengedepankan perilaku percaya, terbuka, positif, jujur, berkomitmen
dan bertanggung jawab.
 Inovatif
 Selalu bekerja dengan kesungguhan untuk memperoleh terobosan
baru untuk menghasilkan produk dan layanan terbaik dari sebelumnya.
 Professional
 Melaksanakan semua tugas sesuai dengan kompetensi, dengan
kreativitas, penuh keberanian, komitmen penuh, dalam kerjasama untuk
keahlian yang terus menerus meningkat.
 SadarBiayadanLingkungan
 Memiliki kesadaran tinggi dalam setiap pengelolaan aktivitas dengan
menjalankan usaha atau asas manfaat yang maksimal dan kepedulian
lingkungan.

 MAKNA

 Mempersembahkan Sumber Energi untuk Kehidupan Dunia dan Bumi


yang lebih baik.

14
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

 KOMITMEN

 Kami berkomitmen mewujudkan visi, misi dan nilai-nilai PTBA dan


terbentuknya budaya sebagai pondasi kesuksesan jangka panjang.

 ANAK PERUSAHAAN


 SEJARAH PERUSAHAAN
 Sejarah pertambangan batubara di Tanjung Enim dimulai sejak zaman
kolonial Belanda tahun 1919 dengan menggunakan metode penambangan
terbuka (open pit mining) di wilayah operasi pertama, yaitu di Tambang Air
Laya.

 Selanjutnya mulai 1923 beroperasi dengan metode penambangan


bawah tanah (underground mining) hingga 1940, sedangkan produksi untuk
kepentingan komersial dimulai pada 1938.

 Seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di tanah air,


para karyawan Indonesia kemudian berjuang menuntut perubahan status
tambang menjadi pertambangan nasional.Pada 1950, Pemerintah RI kemudian
mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam
(PN TABA).
 Pada 1981, PN TABA kemudian berubah status menjadi Perseroan

Terbatas dengan nama PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, yang
selanjutnya disebut Perseroan. Dalam rangka meningkatkan pengembangan

15
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

industri batubara di Indonesia, pada 1990 Pemerintah menetapkan


penggabungan Perum Tambang Batubara dengan Perseroan.
 Sesuai dengan program pengembangan ketahanan energi nasional,

pada 1993 Pemerintah menugaskan Perseroan untuk mengembangkan usaha


briket batubara.
 Pada 23 Desember 2002, Perseroan mencatatkan diri sebagai

perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode “PTBA”.



 STRUKTUR ORGANISASI

16
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

 AKTIFITAS PERUSAHAAN
 Perusahaan ini bergerak pada bidang produksi .
Dengan bahan yang diambil dari alam yaitu
batubara .Batubara adalah salah satu kekayaan
alam yang dimiliki

oleh

Indonesia.Tambang batu bara bukit


asam tbk ,termasuk dalam bentuk
manufactur dimana didalam pengerjaan

perusahaan manufactur ini dapat menghasilkan


barang jadi untuk dijual.Yang artinya jika perusahaan ini dalam bidang
manufactur berarti dia mengaplikasikan mesin,tenaga kerja,dan peralatan dan
suatu medium untuk mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi.Batu bara

17
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

juga mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai penghangat ruangan dan juga
bahan bakar kereta api.

 Tanjung Enim
 PTBA mengoperasikan tiga unit penyimpanan batubara di
pertambangan Tanjung Enim. Setiap penyimpanan batubara dilengkapi
dengan feed breakers dan conveying system yang terintegrasi dengan
kapasitas sekitar 1.500 – 1.700 ton per jam (tons per hour/tph) dan alat
pemuatan batubara ke kereta dengan kapasitas 2.000 – 2.800 meter kubik per
jam.
 Penyimpanan pertama dan kedua berisi batubara dari Tambang Air
Laya dan Muara Tiga Besar.Sementara itu, penyimpanan lainnya berisi
batubara dari unit Banko Barat.Bagian batubara di penimbunan Air Laya
dipindahkan dengan ban berjalan ke PLTU Bukit Asam.
 Batubara dari tempat penyimpanan diangkut dengan kereta api ke
pelabuhan atau dermaga. PTBA memiliki kontrak jangka panjang dengan PT
Kereta Api Indonesia (Persero) untuk mengangkut batubara ke Pelabuhan
Tarahan di Lampung atau Dermaga Kertapati di Palembang. Pelabuhan
Tarahan berjarak 410 km dari Tanjung Enim dan Dermaga Kertapati berjarak
190 km dari Tanjung Enim.
 Rangkaian kereta api yang mengangkut batubara ke Pelabuhan
Tarahan terdiri dari 46 gerbong yang masing-masing berkapasitas 50 ton,
sementara rangkaian kereta ke Dermaga Kertapati terdiri dari 35 gerbong
dengan kapasitas 30 ton. Di Pelabuhan Tarahan dan Dermaga Kertapati,
PTBA memiliki penyimpanan batubara yang dilengkapi dengan alat pemuat
ke kapal.
 Ombilin
 Batubara yang ditambang dari pertambangan Ombilin dibersihkan
sebelum dikirimkan ke PLTU Sijantang atau diangkut dengan kereta api
untuk ke PT Semen Padang dan Dermaga Teluk Bayur.
 Batubara yang dipindahkan melewati jalur kereta api dari Ombilin ke
Padang telah ada sejak dulu dengan panjang rel sejauh 155 km.

3.2 GAMBARAN UMUM PRODUKSI
 Tambang Open Cut (Tambang Terbuka)

18
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

 Pertambangan Terbuka (Open cut Mining) merupakan salah


satu metode penambangan batubara, metode ini dapat mencakup area yang
sangat luas, satu kilo meter persegi dan menggunakan alat-alat pemotong
yang sangat besar, proses ini dimulai dari pengupasan lapisan tanah (OB)
yang menutupi lapisan batubara, Proses Pengupasan OB menggunakan alat
berat, kemudian OB diangkut menuju ke daerah luar PIT tambang atau ke
area Pembuangan. Proses selanjutnya setelah proses pengupasan OB adalah

 proses penambangan/pengambilan batubara, proses ini


dilakukan dengan menggunakan alat berat yang berukuran lebih kecil,
proses ini terdiri dari pengambilan batubara dan pengangkutan batubara dari
area tambang (PIT) menuju ke ROM.

 Batubara di ROM akan masuk ke proses Crusher, proses ini
bertujuan untuk membuat batubara mentah menjadi partikel dengan ukuran
yang lebih kecil yang diininkan oleh konsumen. Batubara mentah yang
diangkut dari tambang menuju fasilitas crusher melalui banyak proses,
kemudian batubara akan disimpan dalam fasilitas penyimpanan (stockpile)
sebelum diangkut ke dalam tongkang atau dapat juga langsungdimuat
kedalam tongkang tanpa melalui proses penyimpanan. Proses pengangkutan
batubara ke dalam tongkang, menggunakan conveyor. Tongkang batubara ini

19
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

ditujukan untuk pemuatan batubara dari fasilitas penyimpanan (stockpile)


menuju ke Kapal. Proses selanjutnya adalah pemuatan batubara dari
tongkang ke Vessel/Kapal.


















 BAB 4
 ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.2 LIMBAH CAIR BATU BARA
 Limbah yang dihasilkan dari proses produksi batubara bermacam-
macam. Limbah tersebut dapat tergolong limbah cair, limbah padat B3 dan non
B3, dan emisi.
4.1.1. Karakteristik Limbah Cair
 Proses produksi batubara menyimpan bahaya lingkungan bagi
manusia. Salah satu bahaya dari pertambangan batu bara adalah air buangan
tambang berupa lupur dan tanah hasil pencucian yang diakibatkan dari proses
pencucian batubara yang lebih popular disebut Sludge.
 Limbah cucian batu bara yang ditampung dalam bak penampung
sangat berbahaya karena mengandung logam-logam beracun yang jauh lebih
berbahaya dibanding proses pemurnian pertambangan emas yang mengunakan
sianida (CN).

20
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

 Proses pencucian dilakukan untuk menjadi batubara lebih bersih dan


murni sehingga memiliki nilai jual tinggi. Proses ini dilakukan karena pada saat
dilakukan eksploitasi biasanya batubara bercampur tanah dan batuan.Agar lebih
mudah dan murah, dibuatlah bak penampung untuk pencucian. Kolam
penampung itu berisi air cucian yang bercampur lupur.
 Sluge mengandung bahan kimia karsinogenik yang digunakan dalam
pemrosesan batubara yang logam berat berancun yang terkandung di batubara
seperti arsenic, merkuri, kromium, boron, selenium, dan nikel. Unsur berancun
dari logam berat yang ada limbah pertambangan batubara jauh lebih berbahaya.
Sayangnya sampai sekarang tidak ada publikasi atau informasi dari perusahan
pertambangan terhadap bahaya sluge kepada masyarakat di sekitar
pertambangan.
 Unsur-unsur tersebut menyebabkan penyakit kulit, gangguan
pencernaan, paru dan penyakit kanker otak. Air sungai tempat buangan limbah
digunakan masyarkat secara terus menerus. Gejala penyakit itu biasa akan
tampak setelah bahan beracun terakumulasi dalam tubuh manusia.
 Beberapa perusahaan tambang ditengarai tidak melakukan
pengelolaan water treatmen terhadap limbah buangan tambang dan juga tanpa
penggunaan bahan penjernih Aluminum Clorida, Tawar, dan kapur. Akibatnya
limbah buangan tambang menyebabkan sungai sarana pembuangan limbah cair
berwarna keruh.
 Alangkah bijaknya jika perusahaan pertambangan batubara tetap
memperhatikan kualitas limbah tambangnya dengan membuat water treatment
dan pengunaan bahan penjernih air hingga limbah buangan aman bagi
masyarakat dan lingkungan.
4.1.2. Pengolahan Limabah Cair
 Limbah pencucian batubara (disebut reject, refuse, atau tailing) harus
dikurangi kadar airnya sebelum dibuang. Pengurangan kadar air ini diperlukan
agar air dapat digunakan kembali dalam proses pencucian sehingga terjadi
efisiensi, menghemat kolam pengendap yang diperlukan untuk membuang
reject, dan meminimalkan pencemaran lingkungan oleh limbah cair.
 Pengelolaan limbah pencucian batubara terdiri dari beberapa tahap.
Tahapan pengelolaan limbah pencucian batubara yang umum diawali dari
proses pengayak lumpur (slurry screen), koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi
dalam kolam pengendap atau thickener. Pengayak lumpur adalah pengayak

21
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

statik berupa anyaman kawat baja halus dengan ukuran lubang antara 1 mm
hingga 0,125 mm. Cara kerjanya sederhana, pengayak lumpur dipasangkan
pada pipa yang mengalirkan limbah pencucian. Partikel padat yang tidak dapat
melewati lubang ayakan akan tertahan.
 Proses selanjutnya adalah koagulasi. Di dalam limbah pencucian
batubara umumnya banyak terdapat ion-ion bermutan negatif. Akibat gaya
saling tolak-menolak antar partikel bermuatan negatif maka partikel akan selalu
stabil di dalam air. Agar partikel dapat diendapkan maka diperlukan
penambahan ion positif agar partikel menjadi bermuatan netral. Jadi yang
dimaksud koagulasi adalah proses pengendapan dengan penambahan ion
bermuatan positif.
 Setelah partikel bermuatan netral pengendapan partikel akan lebih
mudah dilakukan. Proses selanjutnya adalah flokulasi. Flokulasi adalah proses
pengendapan dimana ditambahkan sejumlah senyawa kimia (disebut flokulan)
yang berfungsi untuk menggumpalkan partikel sehingga partikel berukuran
lebih besar dan proses pengendapan dapat berlangsung lebih cepat. Dalam
proses flokulasi diperlukan pengadukan agar kemungkinan bertumbuknya
partikel dengan flokulan semakin besar.
 Tahapan terakhir dalam pengelolaan limbah pencucian batubara
adalah sedimentasi di dalam kolam pengendap atau thickener. Perbedaan antara
kolam pengendap dengan thickener adalah pada kolam pengendap proses
pengeluran endapan padat tidak terjadi secara kontinu sementara pada thickener
pengeluaran endapan padat terjadi secara kontinu.

4.2 LIMBAH PADAT B3 BATU BARA
 Definisi debu batubara. Debu batubara adalah material batubara
yang terbentuk bubuk (powder),yang berasal dari hancuran batubara
ketika terjadi pemrosesannya(breaking, blending, transporting, and
weathering). Debu batubara yang dapat meledak adalah apabila debu itu
terambangkan di udara sekitarnya.
 Pembentukan Debu Batubara. Debu batubara dihasilkan dari
kegiatan penambangan itu sendiri. Pemisahan (breaking) secara kering dengan
cara peledakan penggaruan dapat menimbulkan debu yang banyak. Debu
batubara juga dapat terbentuk pada proses penggilingan dan ketika

22
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

pencampurannya serta pengangkutan. Disamping itu proses pelapukan alami


batubara juga dapat menjadi sumber terbentuknya debu batubara tersebut.
 Akumulasi Debu Batubara. Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa
debu batubara akan terbentuk dalam jumlah yang cukup banyak kalau operasi
penambangan dilakukan dalam proses yang kering. Sebaliknya jika dilakukan
penambangan dengan sistem penyiraman air yang cukup, debu yang terbentuk
akan terendapkan pada lantai kerja.
 Sifat-sifat Ledakan Debu Batubara. Peristiwa ledakan debu
batubara pada tambang batubara bawah tanah dapat terjadi jika ada tiga syarat
berikut terpenuhi, yakni:
o Ada debu batubara yang beterbangan (awan debu batubara).
o Ada sambaran bunga api.
o Ada oksigen.

4.2.1. Karakteristik Limbah Padat B3
 Mengapa Debu bisa menjadi masalah? Debu-debu tambang yang tidak
diatasi dengan baik, dapat menimbulkan ancaman besar bagi masyarakat,
lingkungan dan mesin di tambang. Itulah sebabnya debu merupakan aspek
penting dari setiap usaha pertambangan.
 Yang berdampak pada kesehatan para pekerja tambang maupun masyarakat yang
berada diluar area sekitar tambang antara lain, dapat mengganggu, debu
menciptakan buruknya jarak pandang, dan keracunan, peradangan pada mata serta
gangguan pada saluran pernafasan manusia karena terjadinya penimbunan
partikel-partikel debu/paru-paru berdebu (Particulate matter 10 ?m atau PM 10)
pada paru-paru. .
 Dari pengaruh terhadap peralatan, debu tambang dapat menimbulkan kerusakan
alat atau mesin-mesin tambang serta kehilangan produksi akibat mesin downtime.
Lebih jauh daripada itu debu-debu tambang dapat menjadi pemicu kebakaran dan
ledakan yang cukup besar dan berbahaya.
 Debu dapat berasal dari tanah yang difungsikan sebagai sarana jalan darat atau
debu yang berasal dari bahan yang diangkut, misalnya tanah galian atau batubara.
Polusi tersebut jika tidak diatasi bisa mengganggu penduduk yang berada di
sepanjang jalur transportasi menuju tempat tujuan akhir.
 Debu di operasi penambangan dapat disebabkan oleh truk yang dikemudikan di
jalan, operasi crushing batubara, operasi pengeboran dan terganggu oleh angin
yang bertiup di atas wilayah pertambangan.
 Ketika mempertimbangkan risiko terhadap tenaga kerja dan mesin, sangat
penting bahwa suatu sistem manajemen pengendalian debu harus sudah tersedia di
tambang dan di lokasi lain di mana debu merupakan suatu masalah.
 Debu bisa dikendalikan dengan menyiramkan air ke jalanan, stok dan konveyor.
Langkah lain juga bisa diambil, termasuk latihan pemasangan dengan sistem
pengumpulan debu dan membeli lahan tambahan disekitar tambang untuk

23
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

bertindak sebagai zona penyangga. Pepohonan yang ditanam di zona penyangga


tersebut juga bisa menekan dampak pandangan negatif dari operasi penambangan
terhadap masyarakat setempat.

4.2.2. Pengolahan Limbah
5. Pengendalian debu yang efektif

 DustBoss® products

6. Kontrol debu yang efektif menjadi semakin penting untuk


operasi pertambangan dan penangan material massal di seluruh
dunia, diakui sebagai kunci untuk keselamatan pekerja,
perlindungan lingkungan dan goodwill/niat baik pada
masyarakat.

Konveyor, crusher dan peralatan pengolahan lainnya seringkali


dibangun memiliki sistem pengendalian debu, yang secara
efektif menekan sebagian besar partikel dengan penggunaan air
minimal. Sayangnya, masalah debu kadang masih timbul
selama pemuatan, pengangkutan dan operasi lainnya.

Kontrol partikel debu


Peralatan DustBoss dirancang untuk menghasilkan semprotan
dikabut tebal, didasarkan pada prinsip menciptakan jutaan
tetesan kecil dan mengantarkan debu pada kecepatan yang
relatif tinggi mencakup wilayah yang luas, dengan menekan
partikel debu dan mendorong debu ke permukaan tanah.

Metode ini telah terbukti cocok untuk mengelola debu dari


batubara, batu, bijih dan bahan galian lainnya. Ini juga salah
satu dari beberapa teknologi yang mampu memberikan
pengendalian debu melalui penangkapan udara dan
pembasahan dipermukaan. Sistem DustBoss saat ini melayani di
sejumlah fasilitas penambangan dan pengolahan di seluruh
dunia, termasuk operasi penyimpanan bahan crushing, dan daur

24
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

ulang.

Semprotan air atomized portabel untuk pengendalian


debu

Desain dimulai dengan serangkaian nozel


khusus untuk menyemprotkan suatu cairan air menjadi tetesan
50μm - 200μm dalam ukuran, optimal untuk atraksi partikel.
Dalam unit besar, semprotan atomized diluncurkan oleh
kekuatan 25 HP fan yang menghasilkan 30.000 CFM (hampir
850m³ per menit), memberikan berbagai 200ft (sekitar 60m)
atau lebih.

Hal ini dapat mencakup lebih dari 125.000 ft ² dari satu lokasi,
dan perangkat Carriage-mount benar-benar portabel,
memungkinkan untuk ditempatkan di mana pun yang paling
butuhkan pada setiap hari-hari tertentu. Semua unit yang
diproduksi dari bahan-industrial strength, dan dirancang untuk
berjalan sepanjang hari tanpa pengawasan. Beberapa
pelanggan mengoperasikan peralatan DustBoss mereka 24 jam
sehari. Klik Disini untuk detail produk.

4.3 LIMBAH PADAT NON B3 BATU BARA
 Abu batubara sebagai limbah tidak seperti gas hasil pembakaran,
karena merupakanbahan padat yang tidak mudah larut dan tidak mudah
menguap sehingga akan lebih merepotkan dalam penanganannya. Apabila
jumlahnya banyak dan tidak ditangani dengan baik, maka abu batubara
tersebut dapat mengotori lingkungan terutama yang disebabkan oleh abu yang
beterbangan di udara dan dapat terhisap oleh manusia dan hewan juga dapat
mempengaruhi kondisi air dan tanah di sekitarnya sehingga dapat mematikan
tanaman. Akibat buruk terutama ditimbulkan oleh unsur-unsur Pb, Cr dan Cd
yang biasanya terkonsentrasi pada fraksi butiran yang sangat halus ( 0,5 – 10
µm ). Butiran tersebut mudah melayang dan terhisap oleh manusia dan hewan,

25
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

sehingga terakumulasi dalam tubuh manusia dengan konsentrasi tertentu dapat


memberikan akibat buruk bagi kesehatan ( Putra,D.F. et al, 1996 ).
 Abu terbang batubara umumnya dibuang di ash lagoon atau ditumpuk
begitu saja didalam area industri. Penumpukan abu terbang batubara ini
menimbulkan masalah bagi lingkungan. Berbagai penelitian mengenai
pemanfaatan abu terbang batubara sedang dilakukan untuk meningkatkan nilai
ekonomisnya serta mengurangi dampak buruknya terhadap lingkungan. Saat
ini abu terbang batubara digunakan dalam pabrik semen sebagai salah satu
bahan campuran pembuat beton. Selain itu, sebenarnya abu terbang batubara
memiliki berbagai kegunaan yang amat beragam:
 1. Penyusun beton untuk jalan dan bendungan
 2. Penimbun lahan bekas pertambangan
 3. Recovery magnetic, cenosphere, dan karbon
 4. Bahan baku keramik, gelas, batu bata, dan refraktori
 5. Bahan penggosok (polisher)
 6. Filler aspal, plastik, dan kertas
 7. Pengganti dan bahan baku semen
 8. Aditif dalam pengolahan limbah (waste stabilization)
 9. Konversi menjadi zeolit dan adsorben


3.4 SEBAB DAN DAMPAK PENAMBUNGAN BATUBARA TERHADAP
LINGKUNGAN
 Seperti yang diketahui, pertambangan batubara juga telah
menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup parah, baik itu
air, tanah, udara, dan hutan.
1. Air
 Penambangan batubara secara langsung menyebabkan pencemaran
air, yaitu dari limbah pencucian batubara tersebut dalam hal memisahkan
batubara dengan sulfur. Limbah pencucian tersebut mencemari air sungai
sehingga warna air sungai menjadi keruh, asam, dan menyebabkan
pendangkalan sungai akibat endapan pencucian batubara tersebut. Limbah
pencucian batubara setelah diteliti mengandung zat-zat yang sangat berbahaya
bagi kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung
belerang (b), merkuri (Hg), asam slarida (HCn), mangan (Mn), asam sulfat
(H2SO4), dan timbal (Pb). Hg dan Pb merupakan logam berat yang dapat
menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit.
26
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA


2. Tanah
 Tidak hanya air yang tercemar, tanah juga mengalami pencemaran
akibat pertambangan batubara ini, yaitu terdapatnya lubang-lubang besar yang
tidak mungkin ditutup kembali yang menyebabkan terjadinya kubangan air
dengan kandungan asam yang sangat tinggi. Air kubangan tersebut mengadung
zat kimia seperti Fe, Mn, SO4, Hg dan Pb. Fe dan Mn dalam jumlah banyak
bersifat racun bagi tanaman yang mengakibatkan tanaman tidak dapat
berkembang dengan baik. SO4 berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan
PH tanah, akibat pencemaran tanah tersebut maka tumbuhan yang ada
diatasnya akan mati.

3. Udara
 Penambangan batubara menyebabkan polusi udara, hal ini diakibatkan
dari pembakaran batubara. Menghasilkan gas nitrogen oksida yang terlihat
cokelat dan juga sebagai polusi yang membentuk acid rain (hujan asam)
dan ground level ozone, yaitu tipe lain dari polusi yang dapat membuat kotor
udara.
 Selain itu debu-debu hasil pengangkatan batubara juga sangat
berbahaya bagi kesehatan, yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit
infeksi saluran pernafasan (ISPA), dan dalam jangka panjang jika udara
tersebut terus dihirup akan menyebabkan kanker, dan kemungkinan bayi lahir
cacat.

4. Hutan
 Penambangan batubara dapat menghancurkan sumber-sumber
kehidupan rakyat karena lahan pertanian yaitu hutan dan lahan-lahan sudah
dibebaskan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan adanya perluasan tambang
sehingga mempersempit lahan usaha masyarakat, akibat perluasan ini juga bisa
menyebabkan terjadinya banjir karena hutan di wilayah hulu yang semestinya
menjadi daerah resapan aitr telah dibabat habis. Hal ini diperparah oleh
buruknya tata drainase dan rusaknya kawan hilir seperti hutan rawa.

5. Laut
 Pencemaran air laut akibat penambangan batubara terjadi pada saat
aktivitas bongkar muat dan tongkang angkut batubara.Selain itu, pencemaran

27
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

juga dapat mengganggu kehidupan hutan mangrove dan biota yang ada di
sekitar laut tersebut.



4.5 USAHA MENGURANGI DAMPAK PERTAMBANGAN
 Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak pertambangan
batubara adalah sebagai berikut :
1. Penghentian penggunaan jalan umum untuk aktivitas angkutan
batubara mesti ada ketegasan pemerintah daerah untuk
menyetop dan menindak tegas setiap penguasaha aktivitas
pertambangan ilegal yang selama ini semakin menjamur dan
penurunan terhadap dampak kerusakan lingkungan dan sosial
yang ditimbulkannya.
2. Tidak mengeluarkan perizinan baru agar tidak menambah
semrawutnya pengelolaan sumber daya alam tambang
batubara, saat ini hal yang paling mudah dan sangat mungkin
untuk dilakukan adalah dengan tidak mengeluarkan izin baru
lagi. Sehingga memudahkan untuk melakukan monitoring
terhadap pertambangan batubara yang ada.
3. Penghentian pertambangan batubara ilegal secara total,
pemerintah harus melakukan penghentian pertambangan
batubara ilegal secara tegas tanpa padang bulu dan transparan.
4. Penghentian bisnis yayasan dan koperasinya TNI – POLRI
5. Evaluasi perizinan yang telah diberikan, dan lakukan audit
lingkungan semua usaha pertambangan batubara.
6. Meninggikan standar kualitas pengelolaan lingkungan hidup
dan komitmen untuk kelestarian lingkungan hidup.
7. Pelembagaan konflik untuk menyelesaikan persengketaan
rakyat dengan perusahaan pertambangan agar tercapai solusi
yang memuaskan berbagai pihak.
8. Menyusun kebijakan strategi pengelolaan sumber daya alam
tambang.
9. Setiap perusahaan diwajibkan mereklamasi bekas-bekas
penambangan dan menjamin serta memastikan hasil reklamasi
tersebut sesuai AMDAL. Dan pihak pemerintah harus
mengawasi jalannya proses reklamasi tersebut, sehingga

28
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

benar-benar yakin kalau proses reklamasi berjalan dengan baik


dan menampakkan hasil.
10. Menggunakan alat-alat penambangan dengan berteknologi
tinggi sehingga meminimalisasi dampak lingkungan serta
memperkecil angka kecelakaan dalam pertambangan batubara
tersebut.


29
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA


 BAB 5
 KESIMPULAN DAN SARAN

5.5 KESIMPULAN
 Setiap kegiatan pastilah menghasilkan suatu akibat, begitu juga

dengan kegiatan eksploitasi bahan tambang, pastilah membawa dampak yang jelas
terhadap lingkungan dan juga kehidupan di sekitarnya, dampak tersebut dapat
bersifat negatif ataupun positif, namun pada setiap kegiatan eksploitasi pastilah
terdapat dampak negatifnya, hal tersebut dapat diminimalisir apabila pihak yang
bersangkutan bertanggung jawab terhadap pengolahan sumber daya alamnya dan
juga memanfaatkannya secara bijaksana.
 Sebagai contoh adalah kegiatan pertambangan batubara di pulau
Kalimantan yang bisa dibilang telah mencapai tahap yang kronis, dengan
menyisakan lubang-lubang besar bekas kegiatan pertambangan dan juga dampak-
dampak yang lainnya seperti limbah yang dihasilkan dari pertambangan
batubara.Hal tersebut setidaknya dapat diminimalisir dan dikurangi dampaknya
apabila kita melakukan tindakan perbaikan maupun pengolahan dan juga
memanfaatkan SDA secara bijaksana.
 Dalam persoalan kali ini limbah lah yang menjadi persoalan yang tidak
dapat dikesampingkan oleh industry batubara terkait. Limbah yang dihasilkan
pastilah akan berbahaya bagi lingkungan, jika tidak diolah terlebih dahulu. Hal-hal
seperti itulah yang patut mendapatkan perhatian lebih dari pemilik usaha, dengan
cara membangun unit plan pengolahan limbah agar sama-sama memiliki timbal
balik positif antara lingkungan dengan industry pertambangan, kususnya batubara.

5.2 SARAN
 Agar pemerintah lebih mengoptimalkan dan mensosialisasikan
tentang AMDAL, sehingga para penambang lebih memperhatikan dampak
lingkungan dari pada keuntungan semata.Diharap juga pemerintah lebih tegas
menindak para penambang yang terbukti melanggar peraturan penambangan agar
para penambang terutama perusahaan-perusahaan menggunakan teknologi yang
ramah lingkungan sehingga dapat meminimalkan dampak lingkungan dan resiko
kecelakaan.Diharap dengan penambang yang bertanggung jawab terhadap

30
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

reklamasi lahan bekas penambangan, sehingga pada akhirnya tidak mengganggu


keseimbangan lingkungan.






 DAFTAR PUSTAKA

 Agus, F. 2004. Pengelolaan DTA Danau dan Dampak Hidrologisnya. Balai

Penelitian Tanah. Bogor. http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/56/pdf [16


Juni 2006].

 Agus F, Farida, Noordwijk Van Meine, editor. 2004. Hydrological Impacts of

Forest, Agroforestry and Upland Cropping as a Basis for Rewarding


Environmental Service Providers in Indonesia. Proceedings of a workshop in
Padang/Singkarak, Weat Sumatra, Indonesia, 25-28 February 2004. ICRAF-
SEA. Bogor

 Latifa, S. 2000. Keragaan Accacia

mangiumwild pada Lahan Bekas Tambang


Timah (Studi kasus di areal PT. Timah). Tesis Sekolah Pascasarjana PB.
Boger.

 Pusat Penelitian ttan Pengembangan (Puslitbang) Teknologi Mineral dan

Batubara. Departemen ESDM. 2006. Batubara Indonesia. Departemen


ESDM. Jakarta.

 Sitorus. S.R.P. 2000. Pengembangan Sumberdaya Tanah Berkelanjutan.

Jurusan Tanah.Fakultas pertanian lnstitut Pertanian Bogor (IPB). Boger.


31
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

 Soemarwoto, 0 . 2005. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

Gadjah Mada Uversity Press. Yogyakarta.


 Suhala, S, A. F. Yoesoef dan Muta'alim. 1995. Teknologi Pertambangan
Indonesia. Pusat Penelitlan dan Pengembangan Teknologi Mineral,Direktorat
Jenderal Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi. Jakarta.
 Wardana. W. A. 2001 . Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi
 Yogyakarta.Yogyakarta.

32

Anda mungkin juga menyukai