Anda di halaman 1dari 12

LEMBARAN DAERAH

PROPINSI DAERAH TINGKAT I NUSA TENGGARA TIMUR


NOMOR 499 TAHUN 1996, SERI D NOMOR 499
______________________________________
PERATURAN DAERAH
PROPINSI DAERAH TINGKAT I NUSA TENGGARA TIMUR (PERDA NTT)
NOMOR: 4 TAHUN 1996 (4/1996)
TENTANG
IZIN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN TERNAK, HASIL TERNAK,
HASIL IKUTAN TERNAK DAN MAKANAN TERNAK
SERTA PEMANFAATAN HOLDING GROUND

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I NUSA TENGGARA TIMUR,

Menimbang:
a. bahwa Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa
Tenggara Timur Nomor 10 Tahun 1990 tentang Retribusi Atas
Izin Pengeluaran Ternak, Hasil Ternak, Hasil Ikutan Ternak,
Makanan Ternak dan Pemanfaatan Holding Ground sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan dewasa ini, sehingga perlu
dicabut.
b. bahwa sehubungan dengan itu perlu menetapkan Peraturan Daerah
Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur tentang Izin
Pemasukan dan Pengeluaran Ternak. Hasil Ternak, Hasil Ikutan
Ternak dan Makanan Ternak dan Pemanfaatan Holding Ground.

Mengingat:
1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan Di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3037);
2. Undang-undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-
daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara
Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor
115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649);
3. Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-
daerah Tingkat II dalam wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali,
Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 1655);
4. Undang-undang Nomor 12 Drt Tahun 1957 tentang Peraturan Umum
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1957 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 1288);
5. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok
Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2824);
6. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
7. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan,
Ikan dan Tumbuh-tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3482);
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1977
tentang Penolakan, Pencegahan, Pemberantasan dan Pengobatan
Penyakit Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1977
Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3101);
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1983
tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);
10. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M-24-
PW.07.03 tanggal 27 September 1984 tentang Wewenang Pendidik
Pegawai Negeri Sipil.
11. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara
Timur Nomor 14 Tahun 1985 tentang Penyidik Pengawai Negeri
Sipil (Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa
Tenggara Timur Tahun 1987 Nomor 87 Seri D).

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah


Tingkat I Nusa Tengggara Timur

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:
PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I NUSA TENGGARA TIMUR
TENTANG IZIN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN TERNAK HASIL TERNAK, HASIL
IKUTAN TERNAK DAN MAKANAN TERNAK, SERTA PEMANFAATAN HOLDING
GROUND.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:


a. Daerah adalah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur.
b. Gubernur Kepala Daerah adalah Gubenur Kepala Daerah Tingkat I
Nusa Tenggara Timur.
c. Dinas Peternakan adalah Dinas Peternakan Propinsi Daerah
Tingkat I Nusa Tenggara Timur;
d. Ternak adalah hewan peliharaan yang faktor-faktor
kehidupannya seperti tempat berkembang biaknya serta
manfaatnya diatur dan diawasi oleh manusia serta dipelihara
khusus sebagai penghasil bahan-bahan dan jasa-jasa yang
berguna bagi kepentingan hidup manusia;
e. Hasil ternak adalah Produk utama ternak yang sesudah diproses
dapat langsung dimakan oleh manusia yaitu daging, susu dan
telur;
f. Hasil Ikutan Ternak adalah semua Proyek sampingan ternak yang
setelah diproses dapat dipakai untuk menunjang kebutuhan
manusia yakni kulit, bulu, tulang, tanduk, darah, dan tinja;
g. Makanan ternak adalah semua bahan yang dapat digunakan
sebagai pakan ternak baik berupa hijauan makanan ternak,
limbah pertanian atau bahan olahan pabrik makanan ternak
seperti Pelet/konsentral;
h. Pemasukan ternak adalah kegiatan atas usaha untuk memindahkan
ternak, hasil ternak, hasil ikutan ternak, dan atau makanan
ternak dari daerah lain atau dari luar Negeri ke Daerah;
i. Pengeluaran adalah kegiatan atau usaha untuk memindahkan
ternak, Hasil ternak, hasil ikutan ternak, makanan ternak
baik melalui darat, laut dan udara dari Daerah ke Daerah lain
atau ke luar Negeri;
j. Pemeriksaan adalah rangkaian kegiatan dan tindakan pengamanan
yang dilakukan oleh pemeriksa terhadap Ternak, Hasil Ternak,
Hasil Ikutan Ternak, dan Makanan Ternak untuk mendapatkan
kepastian terhadap penyakit hewan dan penyebab penyakit;
k. Pemeriksa adalah tenaga ahli yang dibantu oleh para medis
yang ditugaskan oleh Dinas Peternakan;
l. Penahanan adalah tindakan pencegahan sementara terhadap
Ternak, Hasil Ternak dan Hasil Ikutan Ternak, serta Makanan
Ternak yang diduga mengidap penyakit menular atau mengantung
penyebab penyakit untuk melanjutkan perjalanan ke tujuan guna
pengamatan lebih lanjut;
m. Pengamatan adalah kegiatan atau tindakan untuk mengamati dan
meneliti Ternak, Hasil Ternak, Hasil Ikutan Ternak serta
makanan Ternak yang diduga mengidap penyakit menular atau
mengandung penyebab penyakit;
n. Pemusnahan adalah tindakan untuk memusnahkan Ternak, Hasil
Ternak, Hasil Ikutan Ternak dan Makanan Ternak yang diduga
mengidap penyakit menular dan atau mengandung penyebab
penyakit yang berbahaya bagi manusia dan ternak lainnya;
o. Holding Ground (HG) adalah tempat penampungan sementara
ternak sebelum ternak tersebut dimasukkan ke Stasion
Karantina;
p. Izin adalah izin pemasukan dan pengeluaran Ternak, Hasil
Ternak, Hasil Ikutan Ternak dan Makanan Ternak serta
pemanfaatan Holding Ground.

BAB II
SUBYEK DAN OBYEK IZIN

Pasal 2

(1) Subyek izin adalah setiap orang atau Badan Usaha yang
memasukkan dan atau mengeluarkan Ternak, Hasil Ternak, Hasil
Ikutan Ternak dan Makanan Ternak dari dan ke Daerah serta
setiap usaha pemanfaatan Holding Ground.
(2) Obyek izin ini adalah kegiatan untuk:
a. Pengeluaran ternak besar;
b. Pengeluaran ternak kecil;
c. Pengeluaran ternak unggas;
d. Pengeluaran hasil ternak;
e. Pengeluaran hasil ikutan ternak;
f. Pengeluaran makanan ternak;
g. Pemanfaatan holding ground;
h. Pemasukan ternak besar;
i. Pemasukan ternak kecil;
j. Pemasukan ternak unggas.
k. Pemasukan hasil ternak;
l. Pemasukan hasil ikutan ternak;
m. Pemasukan makanan ternak;

BAB III
KETENTUAN PEMERIKSAAN

Pasal 3

(1) Yang berwenang melakukan pemeriksaan yaitu petugas yang


ditunjuk untuk itu dan memenuhi syarat-syarat tertentu.
(2) Syarat-syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini
ditentukan lebih lanjut oleh Gubernur Kepala Daerah.

Pasal 4

Pemeriksa bertugas untuk:


a. Mencatat semua Ternak, Hasil Ternak, Hasil Ikutan Ternak
serta Makanan Ternak yang dimasukkan atau dikeluarkan ke dan
dari Daerah, baik mengenai jumlah, jenis dan asal maupun
tujuannya.
b. Memeriksa Kesehatan Ternak, Hasil Ternak, Hasil Ikutan
Ternak, Makanan Ternak serta surat-surat kelengkapan yang
diperlukan serta menyelenggarakan pengobatan terhadap ternak
yang bersangkutan;
c. Apabila diperlukan, mengambil contoh untuk pemeriksaan di
laboratorium.
d. Melakukan penahanan dan pengamatan terhadap Ternak, Hasil
Ternak, Hasil Ikutan Ternak dan Makanan Ternak yang diduga
atau mengidap penyakit menular.
e. Membuat dan memberi contoh Surat Bukti Hasil Pemeriksaan dan
atau Berita Acara.
f. Memusnahkan Ternak, Hasil Ternak, Hasil Ikutan Ternak dan
Makanan Ternak yang dianggap berbahaya bagi kesehatan manusia
dan ternak lainnya karena dapat menularkan
penyakit/menyebabkan penyakit.
g. Membuat laporan hasil pemeriksaan secara berkala.

Pasal 5

(1) Ternak, Hasil Ternak, Hasil Ikutan Ternak dan Makanan Ternak
yang menurut hasil pemeriksaan diduga mengidap penyakit
menyebabkan penyakit yang membahayakan manusia dan ternak
lainnya dilarang untuk dimasukkan atau dikeluarkan ke dan
dari Daerah.
(2) Ternak, Hasil Ternak, Hasil Ikutan Ternak dan Makan Ternak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditahan di Pos
Pemeriksaan untuk pengamatan lebih lanjut.
(3) Tempat penahanan dan pengamatan didirikan di dekat Pos
Pemeriksaan.

Pasal 6

Pengamatan dilakukan dengan cara pemeriksaan klinis dan


laboratorium dengan mengambil spesimen penyakit.

Pasal 7

Pemusnahan dilakukan apabila Ternak, Hasil Ternak, Hasil Ikutan


Ternak dan Makanan Ternak terjangkit penyakit menular dengan cara
dibakar/dikubur.

Pasal 8

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan, pengamatan dan pemusnahan


Ternak, Hasil Ternak, Hasil Ikutan Ternak, Makanan Ternak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, 6, 7 Peraturan Daerah ini
ditetapkan lebih lanjut oleh Gubernur Kepala Daerah.

BAB IV
TATA CARA PERMOHONAN DAN PEMBERIAN IZIN
Pasal 9

(1) Setiap orang atau Badan Usaha yang memasukkan dan


mengeluarkan Ternak, Hasil Ternak, Hasil Ikutan Ternak dan
Makanan Ternak dan pemanfaatan Holding Ground harus mendapat
izin dari Gubernur Kepala Daerah.
(2) Untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pasal ini pemohon harus mengajukan permohonan secara tertulis
kepada Gubernur Kepala Daerah dengan mengisi formulir yang
dilampiri:
a. Salinan Akte Pendirian Badan Usaha yang dilegalisir oleh
Pejabat yang berwenang;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)/Surat Keterangan Fiskal
Daerah (SKFD);
c. Surat Izin Tempat Usaha (SITU);
d. Referensi Bank;
e. Foto Copy Surat Izin Perdagangan Antar Pulau (SIPAP);
f. Foto Copy Angka Pengenal Eksport (APE);
g. Telaahan Teknis/Rekomendasi dari Dinas Peternakan
Kabupaten Daerah Tingkat II setempat.
(3) Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak diterimanya
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini,
Gubernur Kepala Daerah wajib memberikan jawaban atas
permohonan dimaksud.
(4) Apabila permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal
ini ditolak maka penolakannya harus diberitahukan secara
tertulis.
(5) Bentuk formulir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini
ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur Kepala
Daerah.
(6) Setiap izin yang diberikan dikenakan retribusi.

Pasal 10

(1) Masa berlakunya izin sebagaimana dimaksud pada pasal 2


Peraturan Daerah ini adalah selama 1 (satu) bulan dan dapat
diperpanjang sesuai kebutuhan.
(2) Perpanjangan izi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal
ini harus diajukan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum
masa berlakunya izin tersebut berakhir dengan persyaratan
sebagaimana diatur dalam pasal 9 ayat (2) Peraturan Daerah
ini.

Pasal 11

Izin sebagaimana dimaksud pada pasal 9 ayat (1) Peraturan Daerah


ini tidak boleh dipindahtangankan kepada orang dan atau Badan
Usaha ini.

Pasal 12

Izin tidak berlaku dan dapat dicabut apabila:


a. Jangka waktu telah berakhir.
b. Atas Permintaan pemegang izin.
c. Pemegang izin meninggal dunia.
d. Badan Usaha tersebut bubar.
e. Pemegang izin melanggar ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.

BAB V
KETENTUAN RETRIBUSI

Pasal 13

Besarnya retribusi terhadap izin sebagaimana dimaksud dalam pasal


9 ayat (6) Peraturan Daerah ini adalah sebagai berikut:
1. Pemasukan:
a. Ternak
1.Ternak Besar Rp. 5.000,-/ekor
2.Ternak kecil Rp. 375,-/ekor
3.Ternak besar bibit Rp. 3.000,-/ekor
4.Ternak kecil bibit Rp. 750,-/ekor
5.Unggas:
- Burung, Ayam, Itik Rp. 250,-/ekor
- Anak Unggas Rp. 25,-/ekor
b. Hasil ternak:
1.Daging Rp. 50,-/kg.
2.Telur Rp. 50,-/kg.
c. Makanan ternak Rp. 5,-/kg.
2. Pengeluaran:
a. Ternak:
1.Ternak besar Rp.10.000,-/ekor
2.Ternak kecil Rp. 750,-/ekor
3.Ternak besar bibit Rp.10.000,-/ekor
4.Ternak kecil bibit Rp. 1.500,-/ekor
5.Unggas:
- Burung, Ayam, Itik Rp. 250,-/ekor
- Anak Unggas Rp. 25,-/ekor
b. Hasil ternak:
1.Daging Rp. 50,-/kg
2.Jeroan Rp. 25,-/kg
3.Telur Rp. 50,-/kg
c. Hasil ikutan ternak:
1.Tanduk Rp. 10,-/kg
2.Tulang Rp. 10,-/kg
3.Bulu Rp. 10,-/kg
4.Kulit ternak besar Rp.100,-/kg
5.Kulit ternak kecil Rp. 75,-/kg
d. Makanan ternak Rp. 1,-/kg.
3. Pemanfaatan Holding Ground
Perpengapalan/pengeluaran Rp.250,-/ekor
4. Penahanan dan pengamatan Ternak, Hasil Ternak, Hasil Ikutan
Ternak dan Makanan Ternak ditetapkan sebagai berikut:
1.Ternak besar Rp.4.000,-/ekor/hari
2.Ternak kecil Rp.1.500,-/ekor/hari
3.Hasil Ternak, Hasil Ikutan Ternak Rp.5,-/kg/hari
4.Makanan ternak Rp.1,-/kg/hari
5. Pemusnahan Ternak, Hasil Ternak, Hasil Ikutan Ternak dan
Makanan Ternak ditetapkan sebagai berikut:
1.Ternak besar Rp.25.000,-/ekor/.
2.Ternak kecil Rp. 5.000,-/ekor/.
3.Hasil Ternak, Hasil Ikutan Ternak Rp.100,-/kg/.
4.Makanan ternak Rp.5,-/kg/.

Pasal 14

(1) Pembebasan retribusi untuk pemasukan dan pengeluaran sebagai


berikut:
-Ternak kecil maksimal 3 ekor
-Unggas maksimal 5 ekor
-Daging maksimal 10 kg
-Telur maksimal 5 kg
-Tulang, kulit, tanduk, jeroan maksimal 10 kg
-Makanan ternak maksimal 50 kg.
(2) Khusus pemasukan ternak Bantuan Presiden dibebaskan dari
pungutan retribusi.

BAB VI
TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN

Pasal 15

(1) Hasil pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud dalam pasal


13 Peraturan Daerah ini disetor seluruhnya ke Kas Daerah.
(2) Kepada Instansi pemungut diberikan uang perangsang sebesar 5%
(lima) persen dari hasil pemungutan.
(3) Hasil pungutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 Peraturan
Daerah ini setelah dikurangi uang perangsang diatur sebagai
berikut:
a.Untuk Daerah Tingkat I 40% (empat puluh) persen.
b.Untuk Daerah Tingkat II 60% (enam puluh) persen.

BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 16

(1) Pembinaan dan pengawasan terhadap pemasukan, pengeluaran


Ternak, Hasil Ternak, Hasil Ikutan Ternak dan Makanan Ternak
serta pemanfaatan Holding Ground dilakukan oleh Gubernur
Kepala Daerah.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pasal ini diatur lebih lanjut oleh Gubernur Kepala Daerah.

BAB VIII
KETENTUAN PIDANA

Pasal 17

(1) Barangsiapa melanggar ketentuan Pasal 9 ayat (1) dan 11


Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan selama-lamanya 6
(enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000,- (lima
puluh ribu rupiah).
(2) Tindak Pidana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah
pelanggaran.

BAB IX
KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 18

Selain Pejabat penyidik umum yang bertugas menyidik tindak Pidana


penyidikan atas pelanggaran tindak Pidana tersebut dalam Pasal 17
Peraturan Daerah ini dapat juga dilakukan oleh Pejabat Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Lingkungan Pemerintah Daerah yang
pengangkatannya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.

Pasal 19

Dalam melaksanakan tugas penyidikan, para penyidik sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 18 Peraturan Daerah ini berwewenang.
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya
tindak pidana;
b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian
dan melakukan pemeriksaan;
c. menyuruh berhenti seorang tersangka dari kegiatannya dan
memeriksa tanda pengenal diri tersangka;
d. melakukan penyitaan benda dan atau surat;
e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang tersangka.
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
g. mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara;
h. menghentikan penyidik setelah mendapat petunjuk dari penyidik
umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut
bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui
penyidik umum memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut
Umum, Tersangka atau keluarganya;
i. mengadakan tindakan lain yang menurut hukum dapat
dipertanggungjawabkan.

BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 20

Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini akan
diatur lebih lanjut oleh Gubernur Kepala Daerah sepanjang mengenai
pelaksanaannya.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 21

(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka Peraturan Daerah


Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur Nomor 10 tahun
1990 tentang Retribusi atas izin pengeluaran Ternak, Hasil
Ternak, Hasil Ikutan Ternak, Makanan Ternak dan pemanfaatan
Holding Ground, dinyatakan tidak berlaku lagi.
(2) Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Daerah.

Ditetapkan di : Kupang
Pada tanggal : 25 Maret 1996

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I


PROPINSI DAERAH TINGKAT I NUSA TENGGARA TIMUR
NUSA TENGGARA TIMUR
WAKIL KETUA,
CAP TTD. CAP TTD.

SIMON PETRUS SOLIWOA HERMAN MUSAKABE

Disahkan oleh Diundangkan dalam


Menteri Dalam Negeri dengan Lembaran Daerah Propinsi Daerah
Surat Keputusan No. 503.542 Tingkat I Nusa Tenggara Timur
Tanggal 20-11-1996 Nomor 499 Tanggal 4-12-1996
Seri D Nomor 449

SEKRETARIS WILAYAH/DAERAH

CAP TTD.

IR. SABINUS KANTUS


NIP.620005096

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH
PROPINSI DAERAH TINGKAT I NUSA TENGGARA TIMUR
NOMOR 4 TAHUN 1996
TENTANG
IZIN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN TERNAK, HASIL TERNAK,
HASIL IKUTAN TERNAK DAN MAKANAN TERNAK
SERTA PEMANFAATAN HOLDING GROUND

I. PENJELASAN UMUM

Dalam rangka peningkatan pelayanan di bidang Peternakan, guna


melestarikan sumber daya ternak demi kelanjutan produksi
peternakan dan untuk menjamin mutu ternak yang merupakan
sumber pendapatan bagi petani ternak yang merupakan sumber
pendapatan bagi petani peternak dan Daerah, di samping untuk
menghindari berjangkitnya penyakit hewan dari satu daerah ke
daerah lain, maka dipandang perlu pengendalian terhadap
pemasukan dan pengeluaran Ternak, Hasil Ternak, Hasil Ikutan
Ternak, Makanan Ternak serta pemanfaatan Holding Ground.
Oleh sebab itu segala pemasukan dan pengeluaran Ternak, Hasil
Ternak, Hasil Ikutan Ternak dan Makanan Ternak harus
diperiksa oleh petugas peternakan guna menjamin mutu, jenis
ternak maupun kesehatannya disamping kelengkapan dokumen
pendukung atas pemasukan dan pengeluaran Ternak, Hasil
Ternak, Hasil Ikutan Ternak dan Makanan Ternak.
Bahwa Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa
Tenggara Timur Nomor 10 Tahun 1990 tentang retribusi atas
izin pengeluaran Ternak, Hasil Ternak, Hasil Ikutan Ternak,
Makanan Ternak dan pemanfaatan Holding Ground sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan dewasa ini sehingga perlu
dicabut.
Bahwa sehubungan dengan hal tersebut maka perlu menetapkan
peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara
Timur tentang izin pemasukan dan pengeluaran Ternak, Hasil
Ternak, Hasil Ikutan Ternak dan Makanan Ternak serta
pemanfaatan Holding Ground.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL.

Pasal 1 : Cukup jelas

Pasal 2 : Yang dimaksud dengan obyek ternak.


a. Ternak besar adalah jenis ternak bertubuh
besar seperti sapi, kerbau dan kuda;
b. Ternak kecil adalah jenis ternak bertubuh
kecil seperti kambing, domba, babi dan
kelinci;
c. Ternak bibit adalah hewan yang khusus
dipelihara untuk peternakan, lanjutan dengan
tujuan utama produksi si anak;
d. Ternak potong adalah hewan khusus dipelihara
untuk menghasilkan daging;
e. Ternak unggas adalah setiap jenis burung yang
dimanfaatkan untuk pangan seperti ayam, itik,
kalkun, angsa, merpati dan puyuh.

Pasal 3 s/d 21 :Cukup jelas.

Anda mungkin juga menyukai