Anda di halaman 1dari 21

BAB II

KAJIAN TEORI

PEMBIASAAN TERAPI DZIKIR DAN SHOLAT TAHAJUD DALAM


MENGURANGI KECEMASAN KARIR MASA DEPAN REMAJA DI DESA JETIS
KLARI KECAMATAN KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI

A. Terapi Zikir
1. Definisi zikir
Zikir secara etimologis berasal dari bahasa Arab yang artinya “mengingat”
atau menyadari. Mengingat atau menyadari merupakan pekerjaan jiwa yang
berhubungan dengan tingkah laku manusia sehari-hari. Mengingat atau menyadari
yang dimaksud adalah mengingat Allah dengan keyakinan akan kebenaran Tuhan
dengan segala sifat-Nya (Mufid, 1984). Menurut Adz-Dzakiey (2004), zikir
merupakan suatu aktifitas yang bersifat ketuhanan berupa mengingat wujud Allah
SWT dengan merasakan kehadiran-Nya dalam hati dan jiwa, dengan menyebut
nama-Nya dan dengan senantiasa merenungkan hikmah dari penciptaan segala
makhluk-Nya. Menurut Zubandi (Nida, 2014) zikir merupakan suatu keseluruhan
kegiatan yang terdapat dalam setiap bentuk peribadatan yang dilakukan manusia
dalam menyembah Allah, dalam shalat, puasa, zakat, maupun haji, sekalipun
disisi lain zikir merupakan kegiatan yang terpisah sebagai bentuk ritual ibadah
yang bertujuan mendekatkan diri pada Allah dengan cara menyebut nama-Nya
berkali-kali sebagaimana saat selesai menjalankan shalat. Hal yang sama juga
didefinisikan oleh Supardjo (Supradewi, 2008) bahwa, zikir merupakan amalan
yang praktis tetapi memiliki nilai ibadah yang tinggi, karena dapat dilakukan
kapan saja dan di mana saja agar jiwa manusia selalu ingat kepada Allah. Begitu
juga dengan Nida (2014) yang mengatakan bahwa zikir berarti mengingat Allah
dengan cara menyebut nama-Nya secara berulang-ulang.
Zikir merupakan perwujudan komitmen keagamaan seseorang, sedangkan
keimanan seseorang merupakan kekuatan spiritual yang dapat digali dan
dikembangkan untuk mengatasi penyakit yang diderita seseorang (Rofiqah, 2015).
Hal yang sama juga dikatakan oleh Handayani (2014) bahwa berdzikir merupakan
bentuk komitmen keagamaan seseorang yang merupakan unsur penyembuh
penyakit atau sebagai psikoterapeutik yang mendalam. Muflihatin (2014) juga
mengatakan bahwa zikir merupakan salah satu ritual yang biasadilakukan oleh
umat Islam yang dapat menimbulkan respon relaksasi dan memberikan efek
terhadap kesehatan jangka panjang.
Secara medis juga diketahui bahwa orang yang terbiasa berzikir mengingat
Allah secara otomatis otak akan merespon terhadap pengeluaran endorphine yang
mampu menimbulkan perasaan bahagia dan nyaman (Suryani; Ayashi dalam
Patimah, 2015). Zikir dapat dijadikan terapi apabila dilakukan dengan khusyuk,
ikhlas dan diresapi dalam hati (Rofiqah, 2015). Zikir merupakan mengingat Allah
dengan cara menyebut namaNya dan merasakan kehadiran-Nya melalui, shalat,
puasa, zakat maupun haji yang bertujuan untuk mendekatkan diri pada Allah.
Zikir memiliki unsur penyembuh penyakit atau sebagai psikoterapeutik mendalam
yang dapat menimbulkan respon relaksasi, memberikan efek terhadap kesehatan
jangka panjang dan menimbulkan perasaan bahagia dan nyaman.
2. Manfaat Zikir
Terdapat dua bagian manfaat zikir menurut (Adz-Dzakiey, 2005) yaitu manfaat
zikir bersifat umum dan bersifat khusus.
a. Manfaat zikir secara umum
1) Menghidupkan kegiatan dan kesadaran bersama Allah SWT,
sehingga individu akan senantiasa memperoleh peringatan,
pelajaran dan pemeliharaan diri dari kehancuran serta tipu daya
iblis.
2) Memperoleh keberuntungan dan kemenangan di dalam perjuangan
hidup di dunia hingga akhirat.
3) Memperoleh rahmat Allah Swt. dan hubungan persahabatan
dengan para malaikat-Nya, serta akan terlepas dari kegelapan hidup
menuju kepada cahaya kehidupan-Nya.
4) Melenyapkan kegelisahan, keresahan, dan kecemasan yang berasa
dalam hati.
b. Manfaat zikir secara khusus
1) Berzikir dengan membaca kalimat tahlil dan tauhid la ilaha illallah
akan membuat eksistensi diri terlepas dan terbebas dari unsur-unsur
menjadi pintu dan wadah masuk dan bermukimnya hawa nafsu
hewani yang dihembuskan oelh setan dan iblis.
2) Berzikir dengan membaca lafal Allah dapat mengantarkan diri ke
dalam ke-Ahadiyyah-an (kemahaesaan) Allah Swt, dan pintu
masuknya ada pada huruf alif-Nya yang berarti kelembutan di atas
kelembutan atau kehalusan di aats kehalusan Allah Swt, dan pintu
masuknya ada pada dua huruf lam-Nya, serta kegaiban,
kerahasiaan dan ketersembunyian Allah Swt, dan pintu masuknya
adalah huruf ha’-Nya.
3) Berzikir membaca kalimat subhanallah wal hamdulillah wa la ilaha
illallah wallahu akbar akan memperoleh busana ketuhanan sebgaai
pelindung dari gangguan dan serangan kesyirikan, kefasikan,
kekufuran, dan kemunafikan, akan memperoleh makanan
ketuhanan berupa ma’unah, keramaha dan rahmat, serta
memperoleh papan atau tempat tinggal di sisi Allah Swt. dan
bertetangga dengan pada nabi, rasul, dan kekasih-kekasih-Nya.
3. Adab berzikir
Adab berzikir adalah sikap, perbuatan dan sopan santun yang harus dijaga ketika
berzikir, yang mana hal itu merupakan suatu keharusan demi tercapainya maksud,
tujuan dan hikmah dzikrullah (Adz-Dzakiey, 2005). Adab zikir dibagi menjadi
dua macam, yaitu:
a. Adab berzikir yang bersifat umum
Adab zikir yang bersifat umum ini yang biasa dilakukan setiap selesai
melaksanakan shalat fardu lima waktu. Adab ini biasanya diawali dengan
beberapa hal, antara lain:
1) Zikir dilakukan dalam keadaan bersih lahir dan batin dan
menghadap kiblat.
2) Zikir dibuka dengan memohon ampunan kepada Allah SWTdan
pujian.
3) Kemudian membaca, “Tiada sesembahan melainkan Allah, Maha
esa tiada sekutu bagiNya, milik-Nyalah kerajaan dan segala pujian,
Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tiada daya dan kekuatan
kecuali dengan Allah. Kami tidak menyembah kecuali hanya
kepada-Nya, yakni Zat yang mempunyai kenikmatan, keutamaan
dan pujian yang baik. Tiada sesembahan kecuali Allah, kami
tuliskan pengamalan agama untuk-Nya, walaupun orang-orang
musyrik tidak menyukainya.” (H.R. Ahamd, Muslim, Abu Dawud,
Nasa’i, dan ‘Abdullah bin Zubair Ra.)
4) Membaca surah Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas
5) Membaca ayat Kursi
6) Membaca zikir Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali dan
Allahuakbar 33 kali, lalu disempurnakan dengan “Lailahaillallah,
wahdahu la syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu, wahuwa ‘ala
kulli syai’in qadir”
7) Tutup dengan doa-doa
b. Adab berzikir yang bersifat khusus
Adab berzikir yang bersifat khusus ini biasanya dilakukan setelah salat
sunnah, seperti setelah salat tasbih, taubat, hajat, tahajud, witir atau dhuha.
Adab berzikir yang bersifat khusus, yaitu:
1) Setelah selesai solat sunah, membaca istighfar 100 kali
2) Membaca salawat, salam dan tabarruk kepada Nabi Muhammad
SAW.
3) Membaca surat Al-Fatihah, ayat Kursi, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-
Nas dan Yasin.
4) Membaca isti’adzah dan basmalah
5) Berzikir dengan menyebut nama-Nya yang tiada terbatas dengan
lisan secara thuma’ninah dan khusyuk.
6) Tutup dengan doa-doa yang khusus
7) Pelaksaan adab berzikir ini harus dibawah bimbingan dan
pengawasan seorang guru ruhani yang menguasai persoalan
dzikrullah, baik secara teoritis maupun empiris.
8) Adab berzikir yang bersifat khusus ini dilakukan hingga akhir
hayat secara disiplin, konsisten, sabar dan tawakal kepada Allah
SWT.
4. Bacaan zikir
Menurut Hawari (2004), ada beberapa bacaan yang dianjurkan dalam melakukan
zikir :
a. Membaca Tasbih (Subhanallah) - Maha Suci Allah
Kalimat ini merupakan pernyataan tentang penyucian terhadap kesucian
wujud Allah SWT. Kalimat ini mengandung penyucian ketuhanan yang
dapat melepaskan diri dari kotoran atau najis yang bercampur pada jasad
(Adz-Dzakiey, 2005).
b. Membaca Tahmid (Alhamdulilah) - Segala puji bagi Allah
Kalimat ini merupakan pernyataan tentang pemujian dan penyanjungan
terhadap kesucian wujud Allah SWT. Kalimat ini mengandung energi
penyucian yang dapat melepaskan diri dari kotoran atau najis yang
bercampur pada jiwa (Adz-Dzakiey, 2005).
c. Membaca Tahlil (La Ilaha Illallah) - Tiada Tuhan selain Allah
Kalimat ini pada hakikatnya menanamkan di dalam benak bahwa hanya
Allah Penguasa dan Pengatur alam raya, tidak ada satupun selain-Nya.
d. Membaca Takbir (Allahu Akbar) - Allah Maha Besar
Kalimat ini merupakan pernyataan tentang energi penyucian ketuhanan
yang dapat melepaskan diri dari kotoran atau najis yang bercampur pada
ruh (Adz-Dzakiey, 2005).
e. Membaca Hauqalah (La haula wala quwwata illa billah) – Tiada daya
upaya dan kekuataan kecuali kepunyaan Allah
Kalimat ini merupakan pernyataan bahwa tiada daya, tiada kekuatan dan
tiada sesuatu yang dapat mendatangkan manfaat atau mudharat di alam
semesta ini selain Allah.
f. Membaca Hasbalah (Hasbiyallahu wa ni’mal wakil) - Cukuplah Allah dan
sebaik-baiknya Pelindung
Kalimat ini merupakan pernyataan untuk menyerahkan segenap jiwa dan
raga kepada Allah, menyerahkan segala urusan, beban dan masalah kepada
Allah serta tawakal dan ikhlas menyerahkan sepenuhnya urusan kepada
Allah SWT.
g. Membaca Istighfar (Astaghfirullahal’azhim) - Saya memohon ampun
kepada Allah yang Maha Agung
Kalimat ini ini merupakan pernyataan tentang memohon ampunan kepada
Allah.
h. Membaca lafadh Baaqiyaatush shaalihat (Subhanallah, walhamdulillah, wa
la ilaha illalahu, wallahu akbar) - Maha Suci Allah dan segala puji bagi
Allah dan tiada Tuhan kecuali Allah dan Allah Maha Besar.
5. Terapi Zikir
a. Definisi Terapi Dzikir
Salah satu pendekatan keyakinan spiritual dalam agama Islam yaitu
dengan teknik mengingat Allah atau berdzikir (Patimah, 2015). Terapi
dzikir adalah metode terapi dengan menggunakan dzikir sebagai media
untuk menstabilkan kesehatan jiwa (Tulus & Qoth’iyah, 2013). Hal yang
sama juga dikatakan oleh Rofiqah (2015) bahwa, terapi zikir merupakan
upaya yang dilakukan untuk mengembalikan kesehatan seseorang yang
mengalami gangguan mental melalui zikir. Menurut Suhaimie (Muflihatin,
2014), terapi zikir merupakan suatu perbuatan mengingat, menyebut,
mengerti, menjaga dalam bentuk ucapan lisan, gerakan lisan, gerakan hati
atau gerakan anggota badan yang mengandung arti pujian, rasa syukur dan
doa dengan cara-cara yang diajarkan oleh Allah dan Rosul-Nya, agar hati
dan pikiran lebih tenang, nyaman dan rileks serta memberikan perasaan
dekat dengan Tuhan.
Doa dan zikir merupakan terapi psikoreligius yang dapat
membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme yang paling penting
selain obat dan tindakan medis lainnya, yang mana zikir dan doa jika
dilihat dari sudut pandang ilmu kesehatan mental merupakan terapi
psikiatrik yang mengandung unsur spiritual kerohanian, keagamaan yang
dapat membangkitkan harapan dan percaya diri pada pasien sehingga
kekebalan tubuh dan kekuatan psikis meningkat (Handayani, 2014). Hal
yang sama juga dikatakan oleh Rofiqah (2015) bahwa, zikir dalam tinjauan
psikologis memiliki efek spiritual yang besar, yaitu sebagai penambah rasa
keimanan, pengabdian, kejujuran, ketabahan dan kematangan dalam hidup.
Terapi zikir merupakan metode yang paling baik untuk membentuk
dan membina kepribadian yang utuh, sedangkan jika ditinjau dari
kesehatan mental, zikir berfungsi sebagai pengobatan, pencegahan dan
pembinaan. Selain itu, Mardiyono & Songwathana (Khairiyah, Prabandari
& Uyun, 2015) juga berpendapat bahwa terapi zikir merupakan deskripsi
dari aplikasi klinis dari relaksasi Islam untuk mengurangi trauma
psikologis, kecemasan, kecanduan dan migrain dan mengatasi fobia dan
kelelahan mata.
Terapi zikir merupakan metode terapi dengan menggunakan zikir
sebagai media, yang mengandung unsur spiritual kerohanian untuk
mengembalikan kesehatan jiwa individu yang mengalami gangguan
mental. Gangguan mental salah satu bentuknya yaitu perasaan gelisah dan
cemas.
b. Tahap-tahap terapi zikir
Berzikir menurut Ibnu ‘Atha’ (Adz-Dzakiey, 2004) melalui tiga tahapan,
yaitu:
1) Zikir Jali
Zikir Jali yaitu suatu perbuatan mengingat Allah SWT dalam
bentuk lisan yang mengandung arti pujian, rasa syukur dan doa
kepada Allah SWT. Zikir Jali diucapkan dengan lisan, tanpa
dibarengi dengan ingatan hati, sehingga lebih menampakkan suara
yang jelas untuk menuntun gerak hati.
2) Zikir Khafi
Zikir Khafi atau zikir yang tersembunyi merupakan zikir yang
dilakukan secara khusyuk oleh ingatan hati, baik disetai zikir lisan
maupun tidak.
3) Zikir Haqiqi
Zikir Haqiqi atau zikir yang sebenarnya merupakan zikir yang
dilakukan oleh seluruh jiwa raga, lahir dan batin, kapan dan dimana
saja. Zikir Haqiqi juga harus diiringi dengan upaya memelihara
seluruh jiwa raga dari larangan Allah SWT dan mengerjakan apa
yang diperintahkanNya, serta tiada yang diingat selain Allah SWT.
B. Sholat Tahajud
1. Shalat Tahajud
Secara bahasa tahajud berasal dari kata ‫ تَهَ َّج َد‬yang artinya bangun tidur
dengan berat, sehingga syarat melaksanakan shalat tahajud menurut mayoritas
Ulama harus tidur terlebih dahulu. Sedangkan tahajud secara istilah adalah
shalat sunnah yang dilakukan pada malam hari setelah melaksanakan shalat
isya’ dan setelah bangun tidur. Kata tahajud merupakan gabungan dari ta dan
al-hujud. Ta merupakan akronim dari tayaqush yang berarti ‘terjaga dari
tidur’. Sementara al-hujud berarti ‘tidur’. Jadi, tahajud adalah shalat sunnah
yang dilakukan setelah tidur meskipun hanya sebentar. Karenanya, bila shalat
ini dilakukan sebelum tidur maka ia tidak lagi dapat dinamakan shalat tahajud
melainkan hanya shalat malam biasa seperti halnya shalat sunnah yang lain.
Shalat tahajud merupakan shalat sunnah yang dikerjakan pada malam
hari sesudah mengerjakan shalat isya’ sampai terbitnya fajar dan sesudah
bangun tidur, meskipun itu hanya sebentar. Hukum shalat tahajud adalah
sunnah mu’akkad yaitu sunnah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan. Oleh
karena itu, Nabi Muhammad SAW sangat menganjurkan kepada umatnya
untuk senantiasa mengerjakan shalat tahajud. Muhammad Shalih Ali Abdillah
Ishaq dalam kitab Kaifa Ttahammas Liqiiyamil Lail, menyamakan tahajud
dengan Qiyamul Lail. Jadi, tahajud atau qiyamul lail adalah menghidupkan
malam (terutama pada akhir malam) dengan shalat tahajud, atau mengaji al-
Qur’an, atau segala aktivitas lain yang bernilai ibadah.
2. Dalil yang menganjurkan shalat tahajud
Banyak anjuran untuk melaksanakan shalat tahajud. Allah berjanji
kepada hambanya yang mau mengerjakan shalat tahajud, Allah akan memberi
imbalan dan ganjaran yang besar di dunia maupun di akhirat. Diantara dalil
dalil yang menerangkan shalat tahajud terdapat dalam Q.S. Al-Muzammil: 1-7
yang Artinya: “Hai orang-orang yang berselimut! Bangunah malam hari
untuk mendirikan shalat, sepanjang malam kurang sedikit, yaitu di tengah
malam, atau kurang sedikit dari itu. Atau lebih dari setengah malam itu.
Bacalah al-Qur’an dengan penuh perhatian. Sesungguhnya kami akan
mewahyukan al-Qur’an kepadamu berupa perkataan yang mengandung
peristiwa. Sesungguhnya beribadah waktu alam itu lebih mantap, dan bacaan
waktu itu lebih berkesan. Di siang hari kamu sugguh-sungguh banyak
urusan.”
Serta dijelaskan dalam Q.S. al-Insan: 26 yang Artinya: “Dan pada
sebagian malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya
pada bagian yang panjang di malam hari.” Adapun shalat tahajud merupakan
shalat paling utama setelah shalat wajib.
3. Hukum Shalat Tahajud
Hukum shalat tahajud adalah sunnah mu’akkad yaitu sunnah yang sangat
dianjurkan untuk dikerjakan. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW sangat
menganjurkan kepada umatnya untuk senantiasa mengerjakan shalat tahajud.
Hal itu didasarkan pada ayat-ayat al-Qur’an, sunnah Rasulullah Saw, dan
ijma’ kaum muslimin. Sebuah riwayat yang menguatkan akan hal ini yang
bersumber dari Ali bin Abi Thalib ra, yang menuturkan bahwa Rasulullah
saw, datang kepadanya dan kepada putri beliau Fathimah, pada malam hari,
lalu beliau berkata, “mengapa kalian tidak shalat?” Aku (Ali) berkata, “wahai
Rasulullah, jiwa kami ada di tangan Allah, jika Allah berkehendak
membangunkan kami (untuk shalat) tentu kami akan bangun,” Nabi
Muhammad saw, kemudian pergi ketika kami mengatakan begitu dan beliau
sama sekali tidak membalas kami kemudian aku mendengarnya sambil
memukul pahanya.
4. Waktu Pelaksanaan Shalat Tahajud
Waktunya shalat tahajud yaitu setelah melaksanakan shalat isya’ sampai
masuknya waktu fajar. Waktu yang lebih utama adalah di akhir waktu malam
ketika kebanyakan manusia sedang tertidur lelap. Abdullah bin umar
menjelaskan bahwa shalat tahajud dilaksanakan setelah bangun tidur. Menurut
imam syafi’i, shalat tahajud bisa dilaksanakan sebelum atau sesudah tidur.
Meskipun shalat ini hukumnya sunnah, namun Nabi Muhammad SAW
mmenjelaskan bahwa shalat ini mempunyai keutamaan setelah shalat lima
waktu. Sebuah hadits menyebutkan: dari Abu Hurairah – semoga ridla Allah
tercurah padanya – dari Rasulullah bahwasannya beliau pernah ditanya,
“apakah shalat yang lebih utama sesudah shalat lima waktu?” Beliau
menjawab, “Shalat Malam.”
5. Jumlah Raka’at Shalat Tahajud
Mengenai jumlah raka’at shalat tahajud yang dilakukan oleh
Rasulullah berbeda-beda tidak ada ketentuan dan batasan yang pasti. Dalam
sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah Saw tidak pernah melaksanakan
shalat malam lebih dari sebelas rakaat baik pada bulan ramadhan atau di bulan
lainnya sebagaimana disebutkan dalam shahih bukhari, muslim maupun kitab
hadits lainnya. Dari jalur Malik dari Said bin Abu said al-maqbari, dari Abu
salamah bin Abdurrahman yang artinya: “Sesungguhnya dia (Abu salamah)
memberitahukan kepada Abu said, ia bertanya kepada Aisyah Radhiyallahu
‘Anha bagaimana Rasulullah Saw mengerjakan shalat lail?” Aisyah
menjawab:”Rasulullah tidak pernah melaksanakan shalat lail lebih dari
sebelas rakaat. Baik di bulan ramadhan ataupun di bulan lainnya. Beliau
shalat empat rakaat jangan tanyakan bagus serta panjangnya shalat beliau,
kemudian beliau shalat tiga rakaat”. (HR. Bukhari dan muslim)
Sebagian ulama berpendapat bolehnya menambah shalat lail lebih dari
sebelas rakaat. Barang siapa yang mengerjakan shalat lail dua puluh rakaat
atau duapuluh tiga rakaat atau lebih dari itu sah saja. Niscaya dia tetap
mendapat pahala. al-Imam Ibnu Abdil Barr menyebutkan adanya ijma’ ulama
dalam masalah ini. Beliau berkata yang artinya: ”Ulama telah sepakat tentang
tidak adanya batasan dalam jumlah rakaat ataupun lama dalam pelaksanaan
shalat lail. ia termasuk ibadah nafilah, barang siapa yang ingin memperlama
pelaksanaanya dengan jumlah rakaat yang sedikit ataupun memperbanyak
rukuk dan sujud di dalamnya,maka hal itu tergantung padanya.”
Tetapi memilih pendapat yang rajih dan mengerjakan yang lebih utama
merupakan tuntutan syar’i. Sebagaimana telah terang tuntunan Rasulullah Saw
secara kontinyu hingga akhir hayat beliau, lalu diikuti oleh para sahabat yaitu
mengerjakan shalat lail sebelas rakaat di bulan Ramadhan ataupun di bulan
lainnya. Dan tidaklah benar jika terdapat salah seorang sahabat yang
membedakan jumlah rakaat shalat lail pada awal dan akhir bulan ramadhan
seperti kebiasaan sebagian masyarakat sekarang. Para sahabat mengerjakan
shalat lail dengan sebelas rakaat sepanjang hidup mereka. Bahkan di
penghujung bulan ramadhan mereka semakin giat meningkatkan kualitas
shalatnya bukan kuantitasnya.
6. Etika Melaksanakan Shalat Tahajud
Hasbi ash-Shiddiqy dalam bukunya pedoman shalat menyebutkan ada 6 adab
yang harus dipelihara oleh mereka yang akan melaksanakan shalat malam,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Berniat
Dengan berniat ketika akan tidur, bahwa dia akan bangun melaksanakan
shalat malam. Diriwayatkan oleh al-Nasai dan Ibnu Majah dengan sanad
yang shahih (valid) dari Abu Darda, bahwasannya Nabi SAW bersabda,
yang artinya: “Barang siapa datang ke tempat tidurnya sedang dia berniat
akan bangun tidur untuk mendirikan shalat malam, namun dia tertidur
hingga pagi, maka ditulislah baginya apa yang telah ia niatkan dan
tidurnya itu menjadi sedekah kepadana dari tuhan- Nya.”(HR. al-Nasa’i
dan Ibnu Majjah)
b. Berwudlu
Ketika bangun dari tidur, maka berwudlulah serta menggosok gigi untuk
menyegarkan mulut. Dan dilanjutkan dengan memandang langit disertai
degan membaca do’a yang pernah diucapkan oleh Rasulullah Saw:
‫ َد اِ ْذ‬U‫ز ْغ قَ ْلبِ ْى بَ ْع‬U
ِ Uُ‫ا َو ََّل ت‬UU‫ك اَللّهُ َّم ِز ْدن َْى ِع ْلم‬ َ Uَ‫ك َرحْ َم ت‬ َ َُ‫أل‬U‫ َذ ْنبِ ْى َو اَ ْس‬Uِ‫ك ل‬َ ‫تَ ْغفِ ُر‬U‫ ْب َحانَكَ َأ ْس‬U‫هَ اِ ََّّل اَ ْنتَ ُس‬Uَ‫ََّل اِل‬
‫ ِه‬U‫ا َواِلَ ْي‬UUَ‫ا َأ َماتَن‬UU‫ َد َم‬U‫ا بَ ْع‬UUَ‫ َِّّل الَّ ِذىْ َأحْ يان‬Uِ‫ ُد ل‬U‫ اَ ْل َح ْم‬, ُ‫ ةً اِنَّكَ َأ ْنتَ ْال َوهَّاب‬U‫ك َرحْ َم‬ َ ‫ ُد ْن‬Uَ‫ َد ْيتَنِ ْى َو هَبْ لِ ْى ِم ْن ل‬Uَ‫ه‬
‫النُّ ُشوْ ُر‬
Artinya: “Tidak ada tuhan selain engkau, Maha suci engkau Aku
memohon ampun kepada engkau bagi dosa-dosaku dan aku memohon
kepada engkau akan rahmat engkau. Wahai tuhanku, tambahkanlah
kepadaku ilmu dan janganlah engkau memiringkan hatiku, sesudah
engkau menunjukku. Dan limpahkanlah rahmat dari sisimu, bahwasannya
engkau tuhan yang banyak anugerah, segala puji bagi allah yang telah
menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan hanya kepada nyalah
tempat kembali.”
c. Membuka shalat tahajud dengan shalat Iftitah
Setelah itu dilanjutkan sesuai dengan jumlah rakaat yang diinginkan.
Aisyah berkata, yang artinya: “Rasulullah selalu ketika bangun dimalam
hari buat bershalat malam beliau membuka shalatnya dengan dua rakaat
yang ringan.” (H.R. Muslim). Abu Hurairah menerangkan bahwasannya
nabi Muhammad SAW bersabda, yang artinya: “apabila salah seorang
diantara kamu berdiri di malam hari untuk shalat malam, maka hendaklah
ia membuka shalatnya dengan dua rakaat yang ringan.” (H.R. Muslim)
d. Membangunkan anggota keluarga yang tidur
Pada saat kita bangun untuk shalat tahajud maka di anjurkan oleh nabi
Muhammad Saw untuk membangunkan anggota keluarga yang tertidur
untuk mengajak shalat tahajud. Sesuai sabda beliau. Rasulullah Saw, yang
artinya: “apabila seorang membangunkan keluarganya di malam hari lalu
kedu-duanya bershalat atau bershalat dua rakaat bersama-sama
dituliskan dia dalam golongan orang-orang yang menyebut allah.”
(Dawud dan lain dengan sanadnya yang shahih dari Abu Huarairah).
e. Menghentikan shalat ketika mengantuk
Apabila terasa mengantuk lebih baik menghentikan shalatnya terlebih
dahulu hingga kantuknya hilang. Nabi SAW bersabda, yang artinya:
“apabila salah seorang diantara kamu bangun di malam hari untuk
mendirikan shalat malam, namun sukar ia membaca al quran, tidak sadar
atas apa yang ia baca, maka hendaklah ia tidur.” (H.R.Muslim).
f. Tidak memaksakan diri
Yang dimaksud di sini hendaknya melakukan shalat sesuai dengan
kemampuan. Misalnya, ia hanya mampu melaksanakan shalat malam dua
rakaat dan ditutup dengan satu atau tiga rakaat witir, hendaknya dilakukan
secara istiqomah kecuali dalam keadaan darurat. Hai ini senada dengan
sabda Nabi Muhammad SAW, yang artinya : “ambillah sebanyak yang
kamu sanggupi dari berbagai amalan. Demi Allah, Allah tiada
memutuskan pahalanya sehingga kamu memutuskan ibadah.” (H.R.
Bukhari dari Aisyah).
7. Hikmah melaksanakan shalat tahajud
Berikut adalah manfaat, tujuan, atau makna anjuran Allah Swt. Kepada kita
agar mengerjakan shalat sunnah tahajud pada malam hari, diantaranya sebagai
berikut :
a. Orang yang shalat tahajud akan memperoleh macam-macam nikmat yang
menyejukkan pandangan mata. Berdasarkan Q.S. as-Sajdah (32): 16-17
yang Artinya: “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka
selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta
mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan. Tak seorangpun
mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai
Balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan. Tutur kata yang
berbobot, mantap dan berkualitas.”
b. Dihapuskan segala dosa dan kejelekannya dan terhindar dari penyakit.
(H.R. At-Tirmidzi)
c. Shalat sunnah tahajud merupakan pelengkap bagi shalat fardhu.
d. Shalat sunnah tahajud merupakan cara, sarana, metode, atau jalan untuk
memohon kepada Allah Swt. sesuai dengan keperluan masingmasing.
e. Shalat sunnah tahajud juga dimaksudkan untuk memuji kebesaran Allah
Swt.
f. Shalat sunnah tahajud merupakan shalat tambahan yang berfungsi
meningkatkan pendekatan dan kedekatan kita kepada Allah Swt.
C. Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah suatu keadaan neurotik yang disertai dengan
perubahan intern fisologis yang berimplikasi pada gerakan eksterennya.
Kecemasan memiliki tingkatan tingkatan, yakni normal dan menyimpang.
Kecemasan yang menyimpang adalah kecemasan yang tidak masuk akal dan
selalu menghantui seseorang serta ia tidak dapat memahami penyebabnya.
Sedangkan kecemasan pada abnormal adalah kecemasan yang bisa dipahami
sebabnya sehingga individu mampu merespon sesuatu stimulus yang ada dan
juga bisa menghilangkan kecemasan itu dengan menghilangkan penyebabnya.
Ibn Hazm selain seorang sastrawan dan filsafat, juga merupakan seorang
psikolog, karena dia penemu teori kecemasan dan bagaimana menghilangkan
kecemasan tersebut rupanya masalah-masalah moral juga tidak luput dari
radar ibn Hazm, karena kitabnya akhlak wa al-siyar memang berbicara tentang
moralitas, akhlak artinya moral dan siyar, jamak dari sirah yang artinya jalan
hidup. Khumaidi, (19)
Kecemasan menurut pendapat Freud (ahli psikoanalisis) yang
menyatakan bahwa kecemasan adalah reaksi terhadap ancaman dari rasa sakit
maupun dunia luar yang tidak siap ditanggulangi dan berfungsi
memperingatkan individu akan adanya bahaya. Ahli lain, Priest berpendapat
bahwa kecemasan atau perasaan cemas adalah suatu keadaan yang dialmi
ketika berpikir tentang sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi. Calhoun dan
Acocella Menambahkan, kecemasan adalah perasaan ketakutan (baik realistis
maupun tidak realistis) yangdisertai dengan keadaan peningkatan reaksi
kejiwaan. Ahli lain, Atkinson, dkk menjelaskan bahwa kecemasan merupakan
emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan gejala seperti
kekhawatiran dan perasaan takut. Menurut Davis dan Palladino, kecemasan
memiliki pengertian sebagai perasaan umum yang memiliki karakteristik
perilaku dan kognitif atau simptom psikologikal. Triantoro Safara, (2012:48-
49). Atkinson dan Hillgard menambahkan bahwa gangguan kecemasan umum
akan menjadikan individu mengalami ketegangan yang berlebihan dalam
menghadapi stres, disertai kekhawatiran yang terus-menerus, terhadap segala
macam masalah yang mungkin terjadi. Gangguan kecemasan pada umumnya
adalah suatu kondisi penyebab kegelisahan atau ketegangan yang menahun
dan berlebihan, sering kali tidak dipicu oleh faktor-faktorprovokatif apapun.
Savitri Ramaiah, (2003:25)
2. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Kecemasan dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Adapun faktor-
faktor yang menimbulkan kecemasan yaitu:
a. hereditas/bawaan faktor ini memberikan kontribusi tertentu yang
memicu timbulnya suatu kecemasan. Kecemasan adalah salah satu
emosi yang tidak terlepas dari pengaruh lingkungan sekitar.
b. lingkungan. Lingkungan adalah suatu jaringan yang berkaitan dengan
faktor eksternal dan kondisi yang melingkupinya untuk kemudian
membentuk kepribadian individu dan membentuk cara merespon
berbagai kondisi yang berbeda.
c. personal. Problematika yang ada dalam diri individu tidak
bertanggung jawab atas respin dirinya terhadap kecemasan. Pandangan
dirinya atas problematika itulah yang justru yang menjadi stimulus
adanya kecemasan. Ahmad Zaini, (2015:323-327).
Musfir Az-Zahrani menyebutkan terdapat dua faktor yang mempengaruhi
adanya kecemasan yaitu :
a. Lingkungan keluarga.
Lingkungan rumah dapat mempengaruhi kecemasan dalam diri
seseorang. Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan
pertengkaran atau penuh dengan kesalahpahaman serta adanya
ketidakpedulian orangtua terhadap anak-anaknya, dapat menyebabkan
ketidaknyamanan serta kecemasan pada anak saat berada didalam
rumah.
b. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kecemasan individu. Jika individu tersebut berada pada lingkungan
yang tidak baik, dan individu tersebut menimbulkan suatu perilaku
yang buruk, maka akan menimbulkan adanya berbagai penilaian buruk
dimata masyarakat. Sehingga dapat menyebabkan munculnya
kecemasan. (Agita dan Hardiani, 2012)
3. Macam Macam Kecemasan
Sedangkan menurut Freud membedakan kecemasan dalam tiga jenis, yaitu :
a. Kecemasan neurosis Kecemasan neurosis adalah rasa cemas akibat
bahaya yang tidak diketahui. Perasaan itu berada pada ego, tetapi
muncul dari dorongan id. Kecemasan neurosis bukanlah ketakutan
terhadap insting-insting itu sendiri, namun ketakutan terhadap
hukuman yang mungkin terjadi jika suatu insting dipuaskan.
b. Kecemasan moral Kecemasan ini berakar dari konflik antara ego dan
superego. Kecemasan ini dapat muncul karena kegagalan bersikap
konsisten dengan apa yang mereka yakini benar secara moral.
Kecemasan moral merupakan rasa takut terhadap suara hati.
Kecemasan moral juga memiliki dasar dalam realitas, di masa lampau
sang pribadi pernah mendapat hukuman karena melanggar norma
moral dan dapat dihukum kembali.
c. Kecemasan realistik Kecemasan ini merupakan perasaan yang tidak
menyenangkan dan tidak spesifik yang mencakup kemungkinan
bahaya itu sendiri. Kecemasan realistik merupakan rasa takut akan
adanya bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar. (Anisa dan
Ifdil, 2016).
Kecemasan terjadi karena individu tidak mampu melakukan adaptasi terhadap
diri sendiri di dalam lingkungan umum. Kecemasan timbul karena manifestasi
dari perpaduan bermacam-macam proses emosi. Kecemasan terdiri dari
beberapa macam yaitu:
a. Kecemasan karena merasa berdosa atau bersalah. Misalnya seseorang
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nuraninya atau
keyakinannya.
b. Kecemasan karena akibat melihat dan mengetahui bahaya yang
mengancam dirinya. Misalnya kendaraan yang dinaiki remnya macet,
jadi cemas kalau terjadi tabrakan beruntun dan ia sebagai penyebabnya
c. Kecemasan dalam bentuk yang kurang jelas, apa yang ditakuti tidak
seimbang, yang ditakuti itu hal/benda yang tidak berbahaya. Zaini,
(2015:323-327).
4. Indikator Kecemasan
Nevid Jeffrey S, Spencer A, & Greene Beverly mengklasifikasikan indikator
kecemasan dalam tiga jenis, diantaranya yaitu :
a. Indikator fisik dari kecemasan yaitu : kegelisahan, anggota tubuh
bergetar, banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang,
merasa lemas, panas dingin, mudah marah atau tersinggung.
b. Indikator behavioral dari kecemasan yaitu : berperilaku menghindar,
terguncang, melekat dan dependen.
c. Indikator kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu,
perasaan terganggu
Kemudian Shah membagi kecemasan menjadi tiga indikator kecemasan, yaitu
a. Aspek fisik, seperti pusing, sakit kepala, tangan mengeluarkan
keringat, menimbulkan rasa mual pada perut, mulut kering, grogi, dan
lain-lain.
b. Aspek emosional, seperti timbulnya rasa panik dan rasa takut.
c. Aspek mental atau kognitif, timbulnya gangguan terhadap perhatian
dan memori, rasa khawatir, ketidakteraturan dalam berpikir, dan
bingung. Anisa dan Ifdil, (2016:93-99).
5. Tingkat Kecemasan
Kartono Kartini membagi kecemasan menjadi dua tingkatan kecemasan, yaitu:
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan dibagi menjadi dua kategori yaitu ringan sebentar
dan ringan lama. Kecemasan ini sangat bermanfaat bagi perkembangan
kepribadian seseorang, karena kecemasan ini dapat menjadi suatu
tantangan bagi seorang individu untuk mengatasinya.Kecemasan
ringan yang muncul sebentar adalah suatu kecemasan yang wajar
terjadi padaindividu akibat situasi-situasi yang mengancam dan
individu tersebut tidak dapat mengatasinya, sehingga timbul
kecemasan.
b. Kecemasan Berat
Kecemasan berat adalah kecemasan yang terlalu berat dan berakar
secara mendalam dalam diriseseorang. Apabila seseorang mengalami
kecemasan semacam ini maka biasanya ia tidakdapat mengatasinya.
Kecemasan ini mempunyai akibat menghambat atau merugikan
perkembangan kepribadian seseorang. Kecemasan ini dibagi menjadi
dua yaitu kecemasanberat yang sebentar dan lama.Kecemasan yang
berat tetapi munculnya sebentar dapat menimbulkan traumatis
padaindividu jika menghadapi situasi yang sama dengan situasi
penyebab munculnya kecemasan. Sedangkan kecemasan yang berat
tetapi munculnya lama.
Akan merusak kepribadian individu. Hal ini akan berlangsung terus menerus
bertahun-tahun dan dapat merusak proses kognisiindividu. Kecemasan yang
berat dan lama akan menimbulkan berbagai macam penyakitseperti darah
tinggi, tachycardia (percepatan darah), excited (heboh, gempar). (Agita dan
Hardiani, 2012). Kecemasan (Anxiety) memiliki tingkatan Gail W. Stuart
mengemukakan tingkat kecemasan diantaranya.
a. Ansietas ringan
Tingkatan ini berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari, ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan
meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi
belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
b. Ansietas sedang
Tingkatan ini memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit
lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak
perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area
jika diarahkan untuk melakukannya.
c. Ansietas berat
Tingkatan ini sangat mempengaruhi individu. Individu cenderung
berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir
tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk
berfokus pada area lain.
d. Tingkat panik
Tingkatan ini berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror.
Hal yang rinci terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan
kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan
sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi
kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.
Anisa dan Ifdil, (2016:93-99).
6. Cara Mengatasi Kecemasan
Menurut Ramaiah ada beberapa cara untuk mengatasi kecemasan, yaitu:
a. Pengendalian diri, yakni segala usaha untuk mengendalikan berbagai
keinginan pribadi yang sudah tidak sesuai lagi dengan kondisinya.
b. Dukungan, yakni dukungan dari keluarga dan teman-teman dapat
memberikan kesembuhan terhadap kecemasan.
c. Tindakan Fisik, yakni melakukan kegiatan-kegiatan fisik seperti olah
raga akan sangat baik untuk menghilangkan kecemasan.
d. Tidur, Yakni dengan tidur yang cukup dengan tidur enam sampai
delapan jam pada malam hari dapat mengembalikan kesegaran dan
kebugaran.
e. Mendengarkan musik, yakni mendengarkan musik lembut akan dapat
membantu menenangkan pikiran dan perasaan.
f. konsumsi makanan, yakni keseimbangan dalam mengonsumsi
makanan yang mengandung gizi. Safaria dan Saputra, (2012:52).
Seorang ilmuwan muslim seperti Ibn Qayyim al-Jauziyah sangat
menekankan aspek spiritualitas dalam jiwa manusia.18 Sebagaimana
dikatakan oleh Scioli bahwa agama dan spiritualitas dapat menyediakan
harapan tanpa batas, sehingga spiritualitas dapat menjadi penyembuh
kecemasan.19Salah satu spiritual yang dilakukan oleh umat islam adalah
melakukan ibadah yakni dengan salat. Dengan menegerjakan sahalat secara
khusyuk, yakni dengan niat menghadap dan berserah diri secara total kepada
Allah, maka seseorang akan merasa tenang, tentram, dan damai. Pada
hakikatnya salat memiliki faedah yang sangat besar.20 “Menunaikan ibadah
baik ibadah salat puasa haji dan zakat sebenarnya mampu membersihkan dan
menjernihkan jiwa yang mengalami kecemasan.
Menunaikan ibadah juga dapat membangkitkan harapan manusia untuk
mendapatkan ampunan Allah. Salat dalam agama islam menempati kedudukan
yang tidak dapat ditandingi oleh ibadah lainnya. Hubungan seseorang dengan
Tuhannya ketika salat akan menghasilkan kekuatan spiritual yang sangat besar
yang memberikan pengaruh pada perubahan penting dalam fisik dan psikisnya.
Kekuatan spiritual dapat menghilangkan rasa cemas.” Zaini, (2015:332).
D. Kecemasan Terhadap Karir Masa Depan
1. Kecemasan Terhadap Karir Masa Depan
Kecemasan yaitu keadaan emosional yang memiliki tanda perasaan tegang,
pikiran cemas, serta adanya perubahan fisik salah satunya adalah peningkatan
tekanan darah (APA, 2013). Kecemasan adalah reaksi dari keadaan emosional
yang kompleks dimana disebabkan oleh individu yang memberikan makna akan
situasi tertentu sebagai bahaya atau ancaman (Bucky & Spielberger, 1972).
Kecemasan merupakan respon total manusia terhadap suatu hal yang
membahayakan atau mengancam diri seseorang (Moss, 2002).
Berdasarkan KBBI karir merupakan kemajuan serta perkembangan baik
mengenai pekerjaan atau jabatan serta kehidupan individu. Menurut Gibson
(1997) karir adalah perilaku serta sikap yang berhubungan dengan aktivitas
maupun pengalaman kerja dalam rentang hidup individu serta rangkaian kegiatan
kerja yang berkelanjutan. Karir adalah rangkaian pekerjaan, jabatan, serta
kedudukan yang mengarah pada kehidupan dunia kerja Sukaradi (1989).
Vignoli (2015) mendefinisikan kecemasan terhadap karir masa depan sebagai
perasaan tidak nyaman mengenai kegagalan akademis dan atau pengangguran
yang berkaitan dengan proses perkembangan karir. Menurut Mirah & Indianti
(2018) kecemasan karir merupakan kecemasan sebagai state atau kondisi yang
bersifat sementara. Menurut Mariah et al. (2020) kecemasan karir merupakan
perasaan khawatir, bingung, dan ragu dalam melanjutkan karir yang tepat untuk
individu tersebut. Berdasarkan definisi dari beberapa ahli di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa kecemasan terhadap karir masa depan adalah perasaan
khawatir yang ditandai dengan perasaan takut maupun gelisah mengenai
kegagalan akademis dan atau pengangguran yang berkaitan dengan proses
perkembangan karir yang dapat berdampak pada terhambatnya pengambilan
keputusan karir.
2. Aspek-aspek Kecemasan Terhadap Karir Masa Depan
Tsai et al. (2017) mengungkapkan dimensi kecemasan terhadap karir masa depan
meliputi:
a. Kemampuan Pribadi
Kemampuan pribadi merupakan kapasitas individu dalam mendapatkan
keterampilan tertentu yang digunakan untuk melakukan kegiatan khusus.
Kemampuan pribadi mencakup kemampuan dasar yang harus dimiliki
seorang calon karyawan seperti keterampilan bahasa asing, keterampilan
operasional komputer, keterampilan kepemimpinan, serta kemampuan
bekerja dengan orang lain.
b. Keyakinan Irasional Tentang Pekerjaan
Keyakinan irasional tentang pekerjaan merupakan pikiran-pikiran tidak
logis yang diyakini seseorang dan terjadi secara terus menerus mengenai
pekerjaan yang akan dihadapi. Keyakinan irasional pada pekerjaan
mengacu pada kesulitan yang mungkin akan dihadapi seorang lulusan
universitas saat mereka masuk ke dunia kerja.
c. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja mengacu pada informasi mengenai pekerjaan seperti
kekhawatiran terhadap pekerjaan di masa depan, persaingan pekerjaan,
kekhawatiran mengenai lingkungan kerja yang tidak sesuai ekspektasi, gaji
tidak sesuai harapan, serta kekhawatiran mengenai peningkatan
pengangguran.
d. Pelatihan Pendidikan Profesional
Pengetahuan bersifat praktis mengenai keterampilan profesional serta
memahami harapan karir secara realistis. Aspek ini meliputi kekhawatiran
mengenai keahlian yang dimiliki, pekerjaan yang sesuai minat dan bakat,
penerapan dari yang telah dipelajari, serta keterampilan profesional yang
dimiliki.
Haber & Runyon (1984) mengungkapkan aspek kecemasan karir meliputi:
a. Aspek Kognitif
Perasaan tidak menyenangkan yang memicu kecemasan serta
kekhawatiran
b. Aspek Motorik
Perasaan tidak mengenakkan yang memunculkan perilaku menggigit bibir,
gugup, bingung, meremas jari, serta bingung.
c. Aspek Somatik
Perasaan tidak menyenangkan yang dapat memunculkan reaksi fisik
seperti sulit bernafas, mulut kering, jantung berdebar, pusing, berkeringat,
kaki dan tangan dingin, sulit mencerna makanan, serta naiknya tekanan
darah.
d. Aspek Afektif
Perasaan tidak menyenangkan yang menimbulkan perasaan tegang akibat
ledakan emosi seperti menghadapi terror serta pandangan mengenai karir
masa depan yang suram.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Terhadap Karir Masa Depan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menurut Yonne & Irma (2009)
meliputi:
a. Faktor internal
Meliputi pikiran subjek serta harapan yang dimilikinya
b. Faktor Eksternal
Meliputi keluarga seperti suami, orang tua, dan kerabat dekat.
c. Lingkungan sekitar
Meliputi teman, tempat kerja, tetangga, budaya, tradisi, dan adat istiadat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menurut Nevid, Rathus, & Greene
(2005) meliputi:
a. Faktor sosial lingkungan yaitu faktor yang meliputi kurangnya dukungan
sosial, peristiwa yang membuat traumatis atau mengancam, serta
pengamatan mengenai respon takut pada orang lain.
b. Faktor perilaku yaitu faktor yang meliputi kurangnya kesempatan dalam
pemunahan karena menghindari situasi yang ditakuti objek, pemasangan
stimuli aversi serta stimuli yang sebelumnya netral, dan kelegaan dari
kecemasan karena mengindari stimulus fobia atau melakukan tindakan
memaksa.
c. Faktor biologis yaitu faktor yang meliputi fungsi neurotransmitter, genetis,
dan ketidak normalan pada jaringan otak yang mampu menghampat
tingkah laku yang berulang.
d. Faktor emosional dan kognitif yaitu faktor yang meliputi permasalahan
atau konflik psikologis yang belum terselesaikan, keyakinin diri yang
irasional, adanya sensitifitas berlebih terhadap ancaman, kecemasan, serta
efikasi diri yang rendah.

Anda mungkin juga menyukai