Anda di halaman 1dari 60

PENGARUH KECERDASAN EMOSI TERHADAP FORGIVENEES PADA

MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


ANGKATAN 2018 UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA

TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Bimbingan dan Konseling
untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh
gelar sarjana pendidikan

Oleh
Elizabeth Winda Kurniastuti
132016035

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH KECERDASAN EMOSI TERHADAP FORGIVENESS PADA


MAHASISWA BIMBINGAN KONSELING ANGKATAN 2018
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Program Studi Bimbingan dan Konseling Untuk Memenuhi
Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Elizabeth Winda Kurniastuti
132016035

Disetujui oleh :

Tritjahjo Danny Soesilo, M.Si Setyorini, M.Pd


Pembimbing I Pembimbing II
MOTTO:
“UBAHLAH HIDUPMU MULAI HARI INI. JANGAN BERTARUH DI
MASA DEPAN NANTI, BERTINDAKLAH SEKARANG TANPA
MENUNDA-NUNDA LAGI.”

(Simon de Beauvoir)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus karena berikan berkat dan anugrah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini dengan baik. Penyelesaian
tugas akhir dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Emosi Terhadap Forgiveness
Pada Mahasiswa Bimbingan Konseling Angkatan 2018 Universitas Kristen Satya
Wacana” merupakan suatu kebanggan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
tugas akhir ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.
Terselesaikannya penulisan ini, penulis sunggguh mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Herry Sanoto,S.Si,M.Pd, selaku dekan FKIP yang memberikan
kemudahan sampai terselesaikan tugas akhir ini.
2. Setyorini, M.Pd, selaku Kaprogdi Bimbingan Konseling dan sekaligus
sebagai pembimbing II yang selalu memberikan masukan dan saran
dalam tugas akhir ini.
3. Drs. Trijtjahjo Danny Soesilo, M.Si. selaku pembimbing I yang telah
banyak mengarahkan dan membantu dalam penulisan tugas akhir ini.
4. Dr. Umbu Tagela, M.Si, selaku wali studi yang selalu memberikan
motivasi dari awal perkuliahan sampai akhir.
5. Dosen – dosen Program studi Bimbingan dan Konseling yang telah
membimbing dan penulis selama menempuh pendidikan di Progdi
Bimbingan dan Konseling.
6. Segenap staff administrasi FKIP, yang memberikan kemudahan dalam
masa kuliah sampai terselesaikannya tugas akhir ini.
7. Teman – teman Program studi bimbingan dan konseling angkatan 2018,
selaku subyek dalam penelitian ini yang sudah bersedia memberikan
waktu dan kesempatan demi kelancaran tugas akhir ini.
8. Ayah dan Ibu yang telah memberikan dukungan dan doa untuk
menyelesaikan tugas akhir ini.
9. Loddy Sahputra, S.Pd, yang telah membantu dan memberi masukan
dalam tugas akhir ini.

i
10. Amirul Muchlisin, yang selalu memberikan dukungan dan doa untuk
menyelesaikan tugas akhir ini.
11. Teman – teman Program studi bimbingan dan konseling angkatan 2016,
yang selalu memberikan semangat dan dukungan sampai tugas akhir ini
selesai.
12. Teman – teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang selalu
memberikan dukungan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
Atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis, penulis
mengucapkan terimakasih. Dan semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi semua
pihak.

Salatiga, Oktober 2020

Penulis

ii
ABSTRAK

Elizabeth Winda K, 132016035, Oktober 2020. Pengaruh Kecerdasan Emosi


terhadap Forgiveness pada Mahasiswa Bimbingan Konseling angkatan
2018 Universitas Kristen Satya Wacana. Tugas Akhir, Program Studi
S1 Bimbingan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan -
Universitas Kristen Satya Wacana. Pembimbing I : Drs. Tritjahjo
Danny Soesilo, M.Si, Pembimbing II : Setyorini M.Pd.
Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antar sesamanya.
Individu pernah berbuat salah, dan terkadang juga berada pada situasi yang
menyakitkan atau mengecewakan. Konflik atau masalah yang terjadi
menyebabkan sebagian orang tersakiti, dan tidak semua dapat melupakan serta
memaafkan kesalahan yang telah dilakukan orang lain dengan tulus. Aspek-aspek
kecerdasan emosi adalah Intrapribadi, Antarpribadi, Penyesuaian diri,
Pengendalian stress, Suasana hati. Sedangkan aspek dari forgiveness adalah
Avoidance Motivations, Revenge Motivations, Benevolence Motivations.
Penelitian ini untuk mengetahui signifikansi pengaruh kecerdasan emosi terhadap
forgiveness pada mahasiswa Bimbingan Konseling angkatan Universitas Kristen
Satya Wacana. Penelitian ini memilih subyek mahasiswa Bimbingan Konseling
angkatan 2018 yang berjumlah 74. Skala yang digunakan untuk penelitian ini
adalah skala kecerdasan emosi yang disusun berdasarkan teori Bar-On, terdiri dari
28 item pernyataan sedangkan untuk skala forgiveness disusun berdasarkan teori
McCollough yang terdiri dari 18 yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya.
Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan Uji Regresi Linier Sederhana.
Hasil penelitian ini menunjukkan dari rsquare 0,381 yang berarti pengaruh
Kecerdasan Emosi terhadap Forgiveness adalah sebesar 38,1 % sedangkan 61,9 %
Forgiveness pada Mahasiswa Bimbingan Konseling angkatan 2018 Universitas
Kristen Satya Wacana. Dengan demikian dapat dapat disimpulkan bahwa “Ada
Pengaruh Kecerdasan Emosi terhadap Forgiveness pada Mahasiwa Bimbingan
Konseling angkatan 2018 Universitas Kristen Satya Wacana”.
Kata kunci: Kecerdasan Emosi,Forgiveness.

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
ABSTRAK........................................................................................................ iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL............................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................... 4
BAB II KAJIAN TEORI............................................................................... 6
2.1 Forgiveness............................................................................... 6
2.2 Kecerdasan Emosi..................................................................... 11
2.3 Forgiveness dan Kecerdasan Emosi.......................................... 17
2.4 Hasil Penelitian yang Relevan.................................................. 18
2.5 Desain Penelitan........................................................................ 20
2.6 Hipotesis.................................................................................... 20
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian.......................................................................... 21
3.2 Variabel Penelitian.................................................................... 21
3.3 Definisi Operasional.................................................................. 21
3.4 Sampe dan Populasi.................................................................. 22
3.5 Teknik Pengumpulan Data........................................................ 22
3.6 Uji Validitas Instrument............................................................ 25
3.7 Uji Reliabilitas Instrumen......................................................... 27
3.8 Teknik Analisis Data................................................................. 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 30
4.1 Deskripsi Subyek Penelitian..................................................... 30
4.2 Analisis Deskripsi..................................................................... 30

iv
4.3 Uji Prasyrat................................................................................ 31
4.4 Uji Regresi Linier Sederhana.................................................... 32
4.5 Uji Hipotesis.............................................................................. 34
4.6 Pembahasan............................................................................... 35
BAB V KESIMPULAN................................................................................ 37
5.1 Kesimpulan............................................................................... 37
5.2 Saran.......................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 38
LAMPIRAN..................................................................................................... 40

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Identifikasi Masalah....................................................................... 21


Tabel 3.2 Distribusi Item Kecerdasan Emosi................................................ 23
Tabel 3.3 Distribusi Item Forgiveness........................................................... 25
Tabel 3.4 Kisi – kisi Kecerdasan Emosi setelah Uji Validitas...................... 26
Table 3.5 Kisi – kisi Forgiveness setelah Uji Validitas................................. 27
Tabel 3.6 Reliability Statistics Kecerdasan Emosi........................................ 27
Tabel 3.7 Realibility Statistics Forgiveness................................................... 28
Tabel 4.1 Descriptive Statistics...................................................................... 30
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Forgiveness.................................... 31
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Kecerdasan Emosi......................... 32
Tabel 4.4 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test........................................ 32
Tabel 4.5 ANOVAa..................................................................................................................................................... 33
Tabel 4.6 Coefficientsa.................................................................................. 34
Tabel 4.7 Model Sumary................................................................................ 34

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisoner Sikap Forgiveness


Lampiran 2. Kuisoner Kecerdasan Emosi
Lampiran 3. Validitas Forgiveness
Lampiran 4. Validitas Kecerdasan Emosi
Lampiran 5. Hasil ouput SPSS

vii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antar sesamanya
(Nashori,2008). Individu pernah berbuat salah, dan terkadang juga berada pada
situasi yang menyakitkan atau mengecewakan. Konflik atau masalah yang terjadi
menyebabkan sebagian orang tersakiti, dan tidak semua dapat melupakan serta
memaafkan kesalahan yang telah dilakukan orang lain dengan tulus. Rasa sakit
hati maupun marah dalam periode tertentu menyebabkan para pelaku
mengekspresikan kemarahan dengan cara tidak sehat.
Masalah prilaku yang dialami remaja di lingkungan pembelajarannya seperti
di kampus dapat dikatakan dalam kategori wajar jika tidak merugikan diri sendiri
dan orang lain. Dampak prilaku yang buruk akan menghambat proses
sosialisasinya dengan orang lain, dengan dosen, dan masyarakat sekitar. Dalam
perjalanan masa remaja sering kali terjadi gesekan – gesekan yang terjadi akibat
kesalahan kecil seperti tidak ada loyalitas dalam berteman, perebutan lawan jenis
atau persaingan yang menjadi konflik antar mahasiswa, konflik suporter
sepakbola saat adanya POM (Pekan Olahraga Mahasiswa). Dalam hal ini sikap
remaja yang terlibat konflik dapat berkepanjangan dengan alasan dengam ataupun
sakit hati, dan sebagian lainnya mungkin bisa berdamai atau memaafkan /
forgiveness.
Menurut Murray (2002) dengan melakukan forgiveness, individu dapat
menjauhkan diri dari keinginan untuk melakukan balas dendam. Individu dapat
mengarahkan pikiran, perasaan dan afeksi mereka agar dapat terlepas dari trauma
yang mereka alami. Individu yang mengalami forgiveness berarti mengalami
pemulihan dari trauma yang di alami sehingga mereka dapat mengembangkan diri
ke perubahan yang positif.
Menurut Hargave dan Seels (2005), forgiveness merujuk pada terlepasnya
seseorang dari kemarahan terhadap panca indera, serta kesembuhan terhadap luka-

1
luka hati, dan tidak ada balas dendam. Ada unsur melepaskan diri kemarahan
danterciptanya kembali hubungan, sembuhnya luka, dan kehilangan motivasi
untuk balas dendam. Forgiveness tidak hanya terjadi ditahap afeksi, tetapi juga
ditahap dimana korban berani membangun kembali hubungan dengan situasi yang
positif.
Oranthinkal & Vansteenwegen (2006), salah satu nilai penting agar hubungan
tetap positif adalah memaafkan kesalahan yang dilakukan oleh orang lain.
Forgiveness adalah satu kualitas pribadi yang dimiliki setiap orang digunakan
untuk membangun hubungan yang sukses. Dalam situasi, memaafkan merupakan
cara yang efektif dalam mengatasi konflik interpersonal, dikarenakan permintaan
maaf merupakan sebuah pernyataan tanggung jawab yang tidak bersyarat atas
kesalan dan sebuah komitmen untuk memperbaiki sebuah hubungan. Hal tersebut
dapat dicapai dengan mengelola emosi positif seperti berprilaku yang baik, yang
dapat memunculkan rasa empati atau cinta.
Konflik mahasiswa sering terjadi di lingkungan pembelajaran, pertemanan,
maupun dengan masyarakat sekitar. Dalam hal ini peneliti mengambil sampel
mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2018 Universitas Kristen Satya
Wacana dimana dapat memudahkan peneliti karena berada di lingkungan tersebut.
Dikarenakan banyak konflik seperti di dalam kehidupan mahasiswa dari mulai
percintaan, pertemanan, dan di dalam komunitas. Pada lingkungan kampus,
mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2018 Universitas Kristen Satya
cenderung membentuk kelompok menurut apa yang disukainya dan apa yang
sejalan dengan pemikiran mahasiswa tersebut. Dan biasanya antara kelompok satu
dengan lainnya yang berbeda pemikiran akan saling menjatuhkan sehingga antar
kelompok bahkan individu yang di dalamnya menyimpan dendam.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di lingkungan
mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2018 Universitas Kristen Satya
Wacana di dapatkan hasil bahwa ada beberapa mahasiswa yang tetap berbuat baik
meskipun orang lain telah menyakiti hatinya, dan membalasnya dengan kebaikan.
Tapi tidak sedikit juga dari beberapa mahasiswa yang mengatakan tidak
memaafkan perbuatan orang lain yang tingkat kesalahannya berlebihan, yang

2
menjadi luka terlalu dalam, dan beralasan butuh waktu untuk memaafkannya. Dari
kejadian diatas, dapat menunjukan bahwa masih banyak mahasiwa yang kurang
mampu menahan amarah ataupun dendam dan memaafkan orang lain.
Untuk lebih meyakinkan, peneliti melakukan wawancara terhadap calon
subyek mahasiswa angkatan 2018 via media sosial. Wawancara dilakukan oleh
peneliti bersama Rizal pada tanggal 05 Juli 2020. Dapat di tarik kesimpulan
bahwa ada kelompok-kelompok pada mahasiswa Bimningan dan Konseling
angkatan 2018 yang berbeda dan dari situ timbul beberapa masalah antar
kelompok-kelompok tersebut dan berdampak pada individu seperti di antaranya
saling menjatuhkan satu lain, ada juga yang bisa langsung memaafkan tetapi tidak
banyak juga yang menyimpan dendam dikarenakan kesalahan yang dilakukan
terlalu sakit untuk dimaafkan. Ada juga masalah kecil yang menimbulkan dampak
serius seperti saat seseorang teman tidak memberikan hasil dari tugasnya dan ada
juga seseorang yang selalu bergantung terhadap orang lain tentang tugasnya, yang
semakin lama menimbulkan masalah pada masing-masing individu. Oleh karena
itu dari wawancara ini peneliti ingin seberapa pentingnya kecerdasan emosi
terhadap forgiveness pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2018
Univeristas Kristen Satya Wacana.
Menurut Goleman (2000) kecerdasan emosi merupakan kemampuan emosi
yang meliputi kemampuan mengendalikan diri, memiliki daya tahan ketika
menghadapi suatu masalah, mampu mengendalikan impuls, memotivasi diri,
mampu mengatur suasana hati, kemampuan berempati dengan orang lain.
Menurut Bar-On (2002) berpendapat bahwa kecerdasan emosi adalah suatu
rangkaian emosi, pengetahuan emosi, dan kemampuan-keampuan yang
mempengaruhi kemampuan seluruh individu untuk mengatasi masalah tuntutan
lingkungan secara efektif. Aspek-aspek kecerdasan emosi adalah Intrapribadi,
Antarpribadi, Penyesuaian diri, Pengendalian stress, Suasana hati.
Purba (2019) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan antara
Kecerdasan Emosi dengan Forgiveness pada Remaja yang Putus Cinta Akibat
Perselingkuhan”, Menyatakan terdapat hubungan yang signifikan di karenakan
diperoleh hasil dari analisis koefisien kolerasi r = 0,305 dengan signifikansi 0,000

3
(p≤0,05) yang berarti terdapat hubungan kecerdasan emosi dengan remaja yang
putus cinta akibat perselingkuhan.
Dari penelitian yang telah ada sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
penelitian memperoleh hasil adanya hubungan kecerdasan emosi dengan
forgiveness. Apabila purba (2019) melihat hubungan kecerdasan emosi dengan
forgiveness hanya dari remaja yang putus cinta akibat perselingkuhan. Sedangkan
penelitian ini akan mencari pengaruhnya dengan mengambil subyek mahasiswa
bimbingan konseling angkatan 2018 Universitas Kristen Satya Wacana.
Berdasarkan pembahasan diatas yang terjadi di lapangan dan dengan
menggunakan teori-teori yang ada maka akan menarik minat peneliti untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh antara Kecedasan emosi dan
forgiveness pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2018 Universitas
Kristen Satya Wacana”.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas dapat diketahui ada hal yang menarik untuk diteliti
disini, hal itu adalah: Apakah ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosi
terhadapforgiveness pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2018
Universitas Kristen Satya Wacana?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang disusun berdasarkan rumusan masalah yaitu: untuk
mengetahui signifikan pengaruh yang signifikan kecerdasan emosi
terhadapforgiveness pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2018
Universitas Kristen Satya Wacana

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfat Teoritis
a. Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kecerdasan emosi
dalam bersikap forgiveness. Jika peneltian menunjukkan adanya
pengaruh kecerdasan emnosi terhadap forgiveness maka hal ini

4
mendukung penelitian dari Purba (2019) dalam penelitiannya yang
berjudul “Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Forgiveness pada
Remaja yang Putus Cinta Akibat Perselingkuhan
b. Sebagai pijakan untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang
mengunakan variabel kecerdasan emosi dan forgiveness.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2018UKSW
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi pengetahuan umum bagi
mahasiswa angkatan Bimbingan dan Konseling angkatan 2018 untuk
mengetahui pengaruh kecerdasan emosi terhadapforgiveness.
b. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan masyarakat umum
tentang pengaruh kecerdasan emosi terhadapforgiveness.

5
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Forgiveness
2.1.1 Pengertian Forgiveness
Secara termanologis, forgiveness memiliki dua arti, yaitu meminta
maaf dan memaafkan. Menurut Leonardo Howwitz (1999) untuk melakukan
dua hali ini ada elemen yang dilibatkan termasuk korban, pelaku, dan juga
beerbagai tingkat trauma, luka, dan ketidak adilan. Memaafkan adalah pusat
untuk membangun manusia yang sehat dan mungkin salah satu proses yang
paling penting dalam penulisan pemuligan hubungan interpersonal setelah
konflik (Ttoussaint dan Web, 2005).
G.W Allport (2002) mengemukakakn bahwa sikap adalah keadaan
mental dan syaraf dari kesipan yang diatur melalui pengalaman yang
memberikan pengaruh dinamik terhadap respon individu pada suatu obyek
dan situasi yang berkaitam. Sikap yang berkaitan dengan perasaan
seseorang yang dipengaruhi kepercaytaan seseorang tentang konsekuesi
prilaku dan evaluasi tiap hasilnya.
Hargave dan Seels (1997) mendefinisikan forgiveness sebagai upaya
memulihkan cinta dan kepercayaan hubungan korban dan pelaku dapat
mengakhiri hak destruktif. McCullough (2001) prilaku memaafkan dapat
didefinisikan sebagai suatu transformas atau perbuhan motivasu pada diri
seorang. Perubahan yang dialami oleh individu tersebut adalah adanya
pengurangan motovasi pada diri seseorang untuk melakukan perlawanan,
adanya pengurangan motivasi untuk mempertahankan permusuhan dengan
orang lain, upaya untuk meningkatkan motivasi dalam meingkatkan
konsiliasi dan beriat baik untuk memperbaiki hubujgan walaupun ada
tindakan dari partnernya yang dianggap meberikan kerugian bagi dirinya.
McCullough (2001), mengemukakan bahwa pemaafan mencerminkan
perubahan prososial dalam motivasi interpersonal yang seseorang alami : (a)
penurunan motivasi untuk menghindari kontak pribadi dan psikologis

6
dengan pelaku (b) penurunan motivasi untuk membalas dendam atau
melihat-lihat bahaya datang kepada pelanggar (c) peningkatan motivasi
terhadap kebajikan
Tangney (1999), telah mengemukakan definisi forgiveness adalah
sebagai berikut: (1) transformasi afektif-kognitif yang mengikuti
pelanggaran; (2) Korban membuat penilaian realistis dari kesalahan yang
dilakukan dan mengakui tanggung jawab pelaku; (3) bebas memilih
membebaskan tanggungan, menyerahkan kebutuhan untuk membalas
dendam atau hukuman yang layak untuk setiap ganti rugi; (4) Pembatalan
emosi negatif langsung berkaitan dengan pelanggaran hukum. Secara
khusus, dalam forgiveness korban mengatasi perasaan kebencian dan
kemarahannya untuk bertindak. Singkatnya dengan memaafkan, individu
yang dirugikan pada dasarnya menghapus dirinya sendiri dari peran korban.
Nashori (2014) mendefinisikan forgiveness adalah kesediaan untuk
meninggalkan hal-hal yang tidak menyenangkan berseumber dari hubungan
interpesonal dengan orang lain yang positif dan menumbuhkan pikiran,
perasaanm dan hubungan unterpersonal yang positif dengan orang lain yang
melakukan pelanggaran secara tidak adil.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpukan bahwa
forgiveness usaha untuk tidak melakukan pengindaran serta tidak lagi
memiliki keinginan untuk membalas dendam, adanya perubahan emosi
dengan munculnya motivasi untuk berdamai dengan orang yang pernah
melakukan tindakan yang menyakitkan.

2.1.2 Aspek-aspek Forgiveness


Menurut McCullough (2004), forgiveness itu dapat dibagi menjadi
beberapa aspek, yakni:
a. Avoidance Motivations
Penurunan motivasi untuk menghindari kontak pribadi dan
psikologis dengan pelaku. Korban akan membuang keinginannya
untuk menjaga jarak dengan orang yang telah menyakitinya

7
(pelaku). Jadi, korban tidak menghindar ataupun menjauhi si
pelaku, dia akan tetap berusaha menjaga hubungan yang dekat
tersebut.
b. Revenge Motivations
Penurunan motivasi untuk membalas dendam atau melihat-
lihat bahaya datang kepada pelanggar. Artinya, korban akan
membuang keinginannya untuk membalas perbuatan yang telah
dilakukan oleh pelaku. Korban akan berusaha meminimalisir rasa
marah unutk membalas dendam kepada pelaku yang telah
menyakitinya.
c. Beneviolence Motivations
Peningkatan motivasi untuk berbuat kebajikan dengan
pelaku. Walaupun subjek merasa menjadi korban, akan tetapi
subjek tetap ingin berbuat kebajikan kepada pelaku. Jadi, subjek
dalam situasi ini akan tetap menjaga hubungan agar tetap baik
dengan pelaku.

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi forgiveness


Menurut McCulogh (2003) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terhadap prilaku memaafkan.
a. Variabel Sosial Kognitif
Prilaku memaafkan dipengaruhi olrh penilian korban
terhadap pelaku, penilaian korban terhadap kejadian, keparahan
kejadian, dan keinginan untuk menjauhi pelaku. Hal lainnya yang
memperngaruhi prilaku memaafkan adalah Ruminaytion About the
Transgrression, yaitu kecenderungan korban untuk terus mengingat
kejadian yang dapat menimbulkan kemarahan, sehingga
menghalangi dirinya untuk terciptanya prilaku forgiveness.
b. Karakteristik Peristiwa yang Menyakitkan
Individu akan lebih sulit memaafkan kejadian-kejadian
yang dianggap penting dalam hidupnya. Seperti, sulit memaafkan

8
perselingkuhan yang dilakukan suaminya dibandingkan
memaafkan perilaku orang lain yang menyelip antrian. Girard &
Mullet, Ohbuchi, Dkk (2000) menyebutkan semakin penting dan
bermakna satu kejadian, maka akan semakin sulit seseorang untuk
memaafkan.
c. Kualitas Hubungan Interpersonal
Faktor yang mempengaruhi perilaku forgiveness adalah
kedekatan atau hubungan antara orang yang disakiti dengan pelaku.
Penelitiabn membuktikan bahwa pasangan cenderung akan
memaafkan perilaku pasangannya apabila teriptanya kepuasan
dalam perkawinan, kedekatan antara satu sama lainnya dan adanya
komitmen yang kuat. Selain itu McCullough (2000) menambahkan
adanya tiga bentuk hubungan yang berkaitan dengan diberikannya
forgivenes, pertama, selama menjalani masa perkawinan, adanya
pengalaman dilalui bersama dimana pasangan satu sama lainnya
saling berbagi perasaan dan pikiran, sehingga ketika salah satu
pasangan melakukan kesalahan, maka pasangannya akan dapat
memaafkan dengan berempati terhadap kesalahan yang dilakukan
pasangannya. Kedua, kemampuan pasangan untuk memkanai
bahwa peristiwa menyakitkan terjadi untuk kebaikan dirinya.
Ketiga pasangan yang melakukan kesalahan akan meminta maaf
dengan memperlihatkan rasa penyesalan yang mendalam, sehingga
pasangannya akan berusaha untuk memaafkan.
d. Faktor kepribadian
Mauger, Saxon, dkk (2000) menjelaskan bahwa perilaku
forgveness termasuk dalam faktor Agreebleness dalam the big five.
McCullough (2000) menambahkan bahwa empati merupakan salah
satu faktor yang memfasilitasi terjadinya perilaku memaafkan pada
orang yang telah disakiti.
Menurut Worthington dan Wade (2013) faktor-faktor yang memperngaruhi
forgiveness adalah:

9
a. Kecerdasan Emosi
Kemampuian untuk memahami keadaan emosi diri sendiri
dan orang lain. Mampu mengontrol emosi, memaafkan emosi
dalam membuat keputusan, perencanaan, memberikan motivasi.
b. Respon perilaku
Respon pelaku minta maaf dengan tulus atau menunjukkan
penyesalan yang dalam. Permintaan maaf yang tulus berkolerasi
positif dengan forgiveness.
c. Munculnya empati
Empati adalah kemampuan untuk mengerti dan merasakan
orang lain tanpa mengalami situasinya. Empati menengahi
hubungan anatra permintaan maaf dengan forgiveness. Munculnya
empati ketika si pelaku meminta maaf mendorong korban untuk
memafkannya.
d. Kualitas hubungan
Forgiveness paing mungkin terjadi pada hubungan yang
dicirikan oleh kedekatan, komitmen, dan kepuasan, forgiveness
juga berhubungan positif dengan seberapa penting hubungan
tersebut antara pelaku dan korban.
e. Merenung dan Mengina
Individu semakin sering merenung dan mengingat peristiwa
dan emosi yang disarankan akan semakin sulit forgiveness terjadi.
Usaha menekan dihubungkan dengan motivasi penghindaran dan
membalas dendam.
f.Komitmen Agama
Pemeluk agama yang komitmen dengan ajaran agamanya
akan memiliki nilai tinggi pada forgiveness dan niai rendah pada
inforgiveness.
g. Faktor Personal
Sifat pemarah, pencemas, introvert, dan kecendurungan
merasa malu merupakan faktor penghambay munculnya

10
forgiveness. Sebaiknya sifat pemaaf, extrovert merupakan faktor
pemicu terjadinya forgiveness.

2.1.4 Tahapan Forgiveness


Enright & Fitzgibbbon (2009) yang menjelaskan tahapan-tahapan
yang harus terjadi agar seseorang sampau dapat mencapai forgiveness,
yaitu:
a. Fase Pembukaan, meliputi terjadinya konfrontasi terhadap rasa
saikit emosional yang terjadi dari peristiwa menyakitkan.
b. Fase Pengambilan Keputusan, individu menyadari bahwa
keputusan untuk memaafkan menguntungkan bagi dirinya. Pada
fase ini pikiran, perasaan dan dorongan untuk membalas dendam
terhadap pelaku mulai dilepaskan.
c. Fase Tindakan, individu mulai mengalami pembentukan perpektif
berpikir yang baru akan memfalitasi empati dan rasa iba sehingga
individu dapat memulai menempatkan dirinya pada posisi pelaku
yang mungkin tertekan karena perasaan bersalah, lebih lanjut lagi
individu dapat memilih untuk menwarkan beberapa bentuk
perbuatan baik pada pelaku.
d. Fase hasil, pada tahapan terakhir dimana individu memperoleh
kelegaan emosional yang dapat meningkatkan rasa iba terhadap
orang lain, sehingga individu secara sadar merasa sembuh, pulih
dan penuh dengan emosi positif sebagai slah satu sikap terhadap
rasa sakit yang tidak adil dan memberikan kemurahan hati pada
orang lain.

2.2 Kecerdasan Emosi


2.2.1 Pengertian Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi atau bisa disebut sebagai Emotional Intelligence
adalah suatu kemampuan individu dalam memotivasi diri, kemampuan
individu untuk bertahan dan menghadapi frustasi, kemampuan individu

11
untuk mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan
kesenenagna semata ; seperti mengatur suasana hati dan menjaga agar
stress tidak membuat individu tersebut menjadi drop dan tidak
melumpuhkan kemapuan berpikir berempati.
Salovey dan Mayer (1997) mendefinisikan kecerdasan emosi lebih
kemampuan mental daripada kompetensi sosial dalam arti luas.
Kecerdasan emosi didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengerti
emosi, menggunakan dan memanfaatkan emosi untuk membantu pikiran,
mengenal emosi dan maknanya, dan untuk mengarahkan emosi secara
reflektif sehingga menuju pada perkembangan emosi dan intelektual.
Menurut Goleman (2000) kecerdasan emosi merupakan kemampuan
emosi yang meliputi kemampuan mengendalikan diri, memiliki daya tahan
ketika menghadapi suatu masalah, mampu mendalikan impuls, memotivasi
diri, mampu mengatur suasana hati, kemampuan berempati dengan orang
lain.
Menurut Bar-On (2006) berpendapat bahwa kecerdasan emosi adalah
suatu rangkaian emosi, pengetahuan emosi, dan kemampuan-kemampuan
yang mempengaruhi kemampuan seluruh individu untuk mengatasi
masalah tuntutan lingkungan secara efektif.
Terlihat, konsep kecerdasan emosi mengalami perkembangan makna
yang berbeda satu dengan satu yang lainnya (Mayer & Salovey dalam
Didik, 2009). Definisi Salovey mengalami perkembangan dengan
mengarah kepada bagaimana kecerdasan emosi mempresentasikan kognitif
(ability models). Sedangkan Bar-On mengarah kepada bagaimana
kecerdasan emosi berhubungan dengan fungsi emosi dan sosial dari
prilaku (Symington, 2006). Sedangkan Goleman (2000), setelah
peluncuran buku pertamanya yang berjudul ”Emotional Intellegence: Why
it can matter more than IQ” dan kemudian disusul buku keduanya yang
berjudul “Working Emotional Intellegence” konsep kecerdasan emosi
Goleman semakin jelas mengarah kepada ranah perusahaan. Bar-On
menyatakan bahwa model kecerdasan emosinya dengan Salovey & Mayer

12
memiliki kemiripan dalam hal asumsi skema kognitif yang membuktikan
bahwa kecerdasan emosi buikanlah suatu konstruk kepribadian melainkan
suatu kecerdasan. Model Salovey & Mayer berbeda dalam hal
mengidentifikasi seperangkat kemampuan emosi yang berhubungan
dengan potensi prilaku, sedangkan Model Bar-On lebih berfokus pada
fungsi emosi dan sosial perilaku.
Perkembangan mengenai pendefinisian kecerdasan emosi dapat
menyebabkan kerancuan dalam hal perkembangan konstruk kecerdasan
emosi itu sendiri. Oleh karenanya, untuk mengurangi kerancuan definisi
terhadap konsep kecerdasan emosi, dilakukan pembendaan antara ability
models dan mixed models dalam membicarakan mengenai konsep
kecerdasan emosi (Mayer dalam Didik, 2009). Ability models, konsep
kecerdasan emosi dipandang selaras dengan prespektif konsep kecerdasan
yang telah berkembang sebelumnya, yaitu melihat bagaimana kemampuan
individu dalam mengelola informasi emosi untuk menunjang proses
mental. Kecerdasan emosi sebagai intelegensi, ada suatu proses mental dan
tidak sekedar suatu trait atau ciri saja,. Sedangkan mixed models
merupakan kecerdasan emosi tidak dipandang secara teoritis sebagaimana
konsep intelegensi tetapi lebih berhubungan dengan kepribadian individu.,
seperti karakteristik watak dan juga ciri atau sifat pembawaan yang
sifatnya lebih aplikatif. Model Salovey & Mayer merupakan bentuk ability
models sedangkan model Goleman dan Model Bar-On merupakan Mixed
Models (Stenberg, 2006).
Model Bar-On dikategorikan sebagai mixed models karena secara
teoritis mengkombinasikan kualifikasi kemampuan mental (seperti
kesadaran diri emosi) dengan karakteritik lain yang terpisah dari
kemampuan mental (seperti harga diri, kemandirian, dan suasana hati)
(Stenberg, 2006). Dalam penelitian ini peneliti merujuk kepada teori
kecerdasan emosi model Bar-On.
Teori kecerdasan emosi model Bar-On adalah model kecerdasan
emosi yang terus digunakan dan berkembang selama dua dekade ini (Bar-

13
On, 2006). Bekerja sama dengan Mully Health System, perusahaan asal
Kanada yang intens mlakukan perkembangan instrumen dan melakukan
pengukuran kecerdasan emosi secara komersil. Karenanya, kecerdasan
emosi Model Bar-On berkembang ke berbagai negara, antar benua, dan
lintas etnis serta umur yang turut berpartisispasi dan menambahkan kajian
data mengenai kecerdasan emosi Model Bar-On itu sendiri. Alih bahasa
sudah dilakukan ke lebih dari 30 bahasa, dengan kajian validitas dan
reabilitas yang intens dilakukan para akamdemisi. Plake & Impara dan
Van Rooy & Viswesvaran (dalam Bharwaney, dkk. 2011) menyatakan,
model Bar-On merupakan satu model yang paling valid, dengan konsep
yang komprehensif dan aplikatif, dan model psikometri yang tersedia saat
ini.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan atau
mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri maupun ketika berhadapan
dengan orang lain, dan menggunakannya secara efektif untuk memotivasi
diri.

2.2.2 Faktor – Faktor Kecerdasan Emosi


Menurut Goleman (2000) terdapat dua faktor yang mempengaruhi
kecerdasan emosi yaitu faktor internal dan faktor internal, yaitu:
a. Faktor Internal, merupakan faktor yang timbul dari dalam diri yang
dipengaruhi oleh keadaan otak emosioanl seseorang, oleh keadaan,
neokorteks, lobus prefrontal dan keadaan lain yang lebih kompleks
dalam otak emosional.
b. Faktor Ekternal, merupakan faktor yang berasal dari luar diri
seeorang. Faktor eksternal kecerdasan emosi adalah faktor yang
datang dari luar dan mempengaruhi perbuahan sikap. Pengaruh
tersebut dapat berypa perorangan atau secara kelompok

14
memperngaruhi perorangan. Hal ini lebih memicu pada lingkungan
individu.

2.2.3 Aspek – Aspek Kecerdasan Emosi


Bar-On (dalam Goleman, 2004) menjabarkan kecerdasan emosi
menjadi 5 aspek yaitu:
a. Intrapribadi, meliputi:
a) Kesadaran diri emosi, yaitu kemampuan untuk mengakuui atau
mengenal perasaan diri, memahami hal yang sedang dirasakan
dan mengetahui penyebabnya.
b) Asertivitas, yaitu kemampuan untuk mengungkapkan perasaan,
keyakinan atau gagasan secara terbuka, dan mempetahankan
kebenaran dengan cara tidak destruktif.
c) Harga diri, yaitu komponen menghargai dan menerima diri
sendiri sebagai sesuatu yang postif dan negatif.
d) Aktualisasi diri, yaitu kemampuan menyadari kapasitas
potensial yang dimiliki. Aktualisasi diri adalah suatu proses
yang dinamis dengan tujuan mengembangkan kemampuan dan
bakat secara maksimal.
e) Kemandirian, yaitu kemampuan mengatur atau mengarahkan
diri dan mengendalikan diri dalam berpikir dan bertindak serta
tidak bergantung pada orang lain secara emosi.
b. Antarpribadi, meliputi:
a) Empati, yaitu kemampuan menyadari, memahami, menghargai
perasaan orang lain dan juga kemampuan untuk peka terhadap
perasaan dan pikiran orang lain.
b) Hubungan antarpribadi, yaitu kemampuan menjallin dan
mempertahankan hubungan yang saling menguntungkan yang
dicirikan dengan keakraban.

15
c) Tanggungjawab sosial, yaitu kemampuan menunjukkan diri
sendiri dengan bekerjasama, serta berpartisipasi dalam
kelompok sosialnya.
c. Penyeusaian diri, meliputi:
a) Pemecahan masalah, yaitu kemampuan mengenali masalah serta
menghasilkan dan melaksanakan solusi yang paling efektif.
Kemampuan ini juga berkaitan dengan keinginan untuk
melakukan yang terbaik dan tidak menghindari masalah.
b) Uji realitas, yaitu kemampuan antara apa yang dialami dan
dirasakan dan kenyataan yang ada secara obyektif dan
sebagaimana adanya.
c) Fleksibilitas, yaitu kemampuan mengatur emosi, pikiran dan
tingkah laku. Untuk mengubah situasi dan kondisi sikap
fleksibilitasjuga mencakup seluruh kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang tidak terduga
dinamis.
d. Pengendalian stress
a) Ketahanan menahan stress, yaitu kemampuan menahasn
peristiwa yang tidak menyenangkan dan situasi stress dan
dengan aktif serta sungguh-sungguh mengatasi stres tersebut.
b) Pengendalian impuls, yaitu kemampuan menahan dan menunda
gerak hati, dorongan, dan godaan untuk bertindak.
e. Suasana hati
a) Kebahagiaan, yaitu kemampuan untuk merasa puas dengan
kehidupan, menikmati kebersamaan dengan orang lain dan
bersenang-senang.
b) Optimisme, yaitu untuk melihat sisi terang dalam hidup dan
membangun sikap positif sekallipun dihadapkan dengan
kesulitan. Optimisme mengasumsikan adanya harapan dalam
menghadapi kesulitan.

16
2.2.4 Ciri-ciri Kecerdasan Emosi
Goleman (2000) menyebutkan beberapa karakteristik orang yang
memiliki kecerdasan emosi tinggi dan rendah, yaitu:
a. Orang-orang dengan kecerdasan emosi tinggi memiliki
karakteristik sebgai berikut:
a) Mampu melanelkan perasaannya sendiri
b) Mampiu membedakan antara pikiran dan perasaan
c) Bertanggung jawab terhadap perasaan
d) Menggunakan perasaan untuk membuat keputusan
e) Peduli terhadap apa yang dirasakan orang lain
f) Bersemangat dan tidak mudah marah
g) Mengakui perasaan orang lain
h) Berusaha untuk memperoleh nilai-nilai postif dari emosi yang
negatif
i) Tidak bertinfak otoriter, menggurui, dan memerintah
b. Orang-orang dengan kecerdasan emosi yang rendah memiliki
karakteristik sebagai berikkut:
a) Tidak bertanggung jawab terhadap perasaan yang dimiliki
tetapi lebih menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi pada
dirinya.
b) Menekan perasaannya sendiri
c) Menyalahkan orang lain
d) Kurang memiliki rasa empati
e) Kaku, kurang flekibel, dan cenderung mambutuhkan aturan
yang sistematis agar merasa nyaman.
f) Tidak nyaman bila disekitar orang lain.
g) Menghindari tanggung jawab.
h) Menganggap dunia tidak adil.

17
2.3 Kecerdasan Emosi dan Forgiveness
Masa pada saat mahasiswa dikenal sebagai fase remaja yang mencari jati
diri, seperti mulai mencipyakan relasi-relasi dengan teman sebaya secara
berkelompok, pada masa ini seseorang akan mengalami ketidak stabilan emosi,
seperti terkadang tertawa, mudah menangis, mudah tersinggung dan marah (Ali &
Astori, 2006). Dari ketidakstabilan emosi pada remaja tersebut sering terjadi
kesalah pahaman antara satu indivisu dengn yang lainnya. Sehingga bisa
menimbulkan kerenggangan dan hubungan yang tidak bisa membaik seperti
seblumnya, kecuali jika dari kesalahpahaman tersebut bisa saling menerima dan
memaafkan.
Forgiveness bisa dikatakan sebagai motivasi perubahan pada seseorang
menjadi semakin menurun dalam melakukan pembalasan dendam orang telah
menyakitinya, semakin menurunnya motivasi dalam menghindari pelaku atau
berusaha untuk mengembalikan hubungan baik kembali, semakin termotivasi
dalam niat baik, dan keinginan untuk berdamai dengan pelaku, meskipun pelaku
tersebut sudah melakukan tindakan yang menyakitkan (McCullough 1997).
Memperbaiki hubungan dengan orang lain bisa masuk pada seni membina
hubungan dengan orang lain yang berarti mampu berinteraksi dengan baik,
mampu memahami emosi orang lain dengan baikm dan mengelola emosi dal
tersebut merupakan aspek dalam kecerdasan emosi.
Kecerdasan emosi bisa disebut sebagai kemampuan individu dalam
memotivasi diri sendiri, kemampuan individu untuk bertahan dan menghadapi
frustasi, kemampuan individu untuk bertahan dan menghadapi frustasi,
kemampuan individu dalam mengendalikan doroongan hati dan tidak melebih-
lebihkan kesenangan (Goleman, 1999).
Menurut Bar-On (2006) berpendapat bahwa kecerdasan emosi adalah suatu
rangkaian emosi, pengetahuan emosi, dan kemampuan-kemampuan yang
mempengaruhi kemampuan seluruh individu untuk mengatasi masalah tuntutan
lingkungan secara efektif. Kemudian kecerdasan emosi yang rendah
mengakibatkan emosi negatif yang berlebihan, misalnya permusuhan, ketakutan,

18
kecemasan, dll. Hal tersebut juga akan berakibat pada individu dalam proses
memaafkan.

2.4 Hasil Penelitian yang Relevan


Purba (2019) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan antara
Kecerdasan Emosi dengan Forgiveness pada Remaja yang Putus Cinta Akibat
Perselingkuhan”, menyatakan terdapat hubungan yang signifikan dibuktikan oleh
hasil dari analisis koefisien kolerasi r = 0,305 dengan signifikansi 0,000 (p≤0,05)
yang berarti terdapat hubungan kecerdasan emosi dengan remaja yang putus cinta
akibat perselingkuhan.
Rumapea (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Kecerdasan
Emosi dengn Forgiveness pada Siswa SMA Budi Murni 2 Medan”, menyatakan
terdapat hubungan yang signifikan dibuktikan oleh hasil analisis data yang
menunjukkan hasil r2=0,447 dan (p) sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara kecedasan emosi dengan forgiveness yang
memberikan sumbangan sebesar 44,7% sedangkan sisanya 55,3% dipengaruhi
oleh faktor lain yang dalam penelitian ini tidak diteliti.
Dari penelitian tersebut yang telah ada sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui hubungan kecedasan emosi
dengan forgiveness dengan subyek siswa SMA dan remaja yang putus cinta
dikarenakan perselingkuhan. Sedangkan penelitian ini dilakukan untuk subyek
pada mahasiswa Bimbungan dan Konselingangkatan 2018 Universitas Kristen
Satya Wacana serta pada penelitian ini akan mencari pengaruh kecedasan emosi
terhadap perilaku forgiveness. Pada penelitian ini peneliti tidak memberikan
perlakuan seperti dalam penelitian eksperimental, karena peneliti sendiri sudah
berada dalam lingkungan subyek. Peneliti akan mengambil data dengan metode
one-shot case study yaitu menembak satu kali terhadap satu kasus dan dilakukan
pada satu waktu secara bersamaan.

19
2.5 Desain Penelitian

KECERDASAN EMOSI FORGIVENESS

2.6 Hipotesis
Berdasarkan tinjauan teoritik diatas, maka yang diajukan dalam penelitian ini
adalah:
1. Hipotesis nol H0
“Tidak ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosi
terhadapforgivenesspadamahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan
2018 Universitas Kristen Satya Wacana”
2. Hipotesis alternatif Ha
“Ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosi terhadap forgiveness
pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2018 Universitas
Kristen Satya Wacana”

20
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah Causal Comperative.
Penelitian causal comperative merupakan salah satu wujud penelitian yang
berpendekatan kuantitati, dan tergolong penelitian infrensial. Penelitian causal
komperatif selalu bebrbasis data kuantitatif, dengan menggunakan teknik analisis
statistik lanjut. Berdasarkan tujuannya, penelitian causal comperative dapat
berupa menguji perbandingan atau pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang
lain (dalam Soesilo, 2018). Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh
kecerdasan emosi terhadap forgiveness pada mahasiswa bimbingan dan konseling
angkatan 2018 Universitas Kristen Satya Wacana.

3.2 Variabel Penelitian


Variabel penelitian merupakan suatu sifat atau nilai dari orang, obyek, atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015). Dalam penelitian ini
terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (X) dan variabel yang mempengaruhi
variabel lain atau yang sedang diteliti (Y) gejala atau unsur variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas (X). Jadi variabel dalam penelitian ini adalah:
Tabel 3.1 Identifikasi Variabel

Variabel Terikat (Y) Forgiveness

VariabelBebas (X) Kecerdasan Emosi

3.3 Definisi Operasional


3.3.1 Definisi Kecerdasan Emosi
Kecerdasan Emosi adalah suatu rangkaian emosi, pengetahuan, emosi,
dan kemampuan-kemampuan yang memperngaruhi kemampuan seluruh
individu untuk mengatasu masalah tuntutan lingkungan secara efektif.

21
Aspek-aspek kecerdasan emosi adalah intrapribadi, antarpribadi,
penyesuaian diri, pengendalian stress, suasana hati.

3.3.2 Definisi Forgiveness


Forgiveness usaha untuk tidak melakukan pengindaran serta tidak lagi
memiliki keinginan untuk membalas dendam, adanya perubahan emosi
dengan munculnya motivasi untuk berdamai dengan orang yang pernah
melakukan tindakan yang menyakitkan. Aspek-aspek forgiveness adalah
avoidance motivations, revenge motivaations, benelonce motivations.

3.4 Populasi dan Sampel


3.4.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan individu atau obyek yang diteliti
yang memiliki beberapa usia, jenis kelamin, tingkat pendidikam, wilayah,
tempat tinggal, dan seterusnya (Latipun, 2012). Populasi dalam penelitian
ini adalah mahasiswa Bimbingan dan Konselingangkatan 2018 Universitas
Kristen Satya Wacana yang berjumlah 74 orang (Dokumen Bimbingan
Konseling, 2020).
3.4.2 Sampel
Sugiyono (2010) menyatakan bahwa sampel adalah bagian jumlah
yang dimiliki oleh populas. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi
harus representatif atau meawakili. Menurut (Kartono, 2008) populasi
antara 10-100 sebaiknya diambil dari jumlah populasi. Total sampel dari
penelitian ini adalah 74 orang mahasiswa Bimbingan dan Konseling
angkatan 2018 Universitas Kristen Satya Wacana. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini meruakan total sampling.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan dua alat ukur yaitu skala forgiveness dan skala kecerdasan emosi.
3.5.1 Skala Kecerdasan Emosi

22
Dalam pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuisoner
kecerdasan emosi model Bar-On (Goleman, 2010). Teknik pengumpulan
data pada penelitian ini menggunakan metode survei dengan media angket
kuisiner berisi pernyataan yang diajukan secara tertulis pada responden
untuk memperoleh jawaban dan informasi yang diperlukan dalam
penelitian. Skala yang digunakan untuk mengukur tingkat penilaian
responden menggunakan metode scoring Likert dengan skala ordinal:
1. Sangat sesuai =5
2. Sesuai =4
3. Netral / Tidak di isi =3
4. Tidak sesuai =2
5. Sangat tidak sesuai =1
Skala yang digunakan penelitian ini merupakan modifikasi dari skala
yang disusun oleh Sahputra (2019). Instrumen penelitian ini disusun
berdasarkan aspek-aspek yang ada dalam kecedasan emosi Bar-On (2004),
yaitu:
a. Intrapersonal, kesadaran diri, aservitas, harga diri, aktualisasi diri,
dan kemandirian.
b. Interpersonal, empati, hubungan interpersonal, dan tanggung
jawab,
c. Penyesuain diri, pemecahan masalah, uji realitas, dan fleksibilitas.
d. Penanangan stress, ketahanan, menanggung stres, dan flesibilitas.
e. Suasana hati, kebahagiaan, dan optimisme.
Tabel 3.2 Distribusi Item Kecerdasan Emosi
Aitem Jumla
No Komponen Sub Komponen (+) (-) h
1. Kemampuan a. Kesadaran diri 12, 22, 12
 
Intrapersonal emosional 27

b. Asertivitas 5 28

c. Harga diri 29  

d. Aktualiasasi Diri 30 19

23
e. Kemandirian 1, 8 13, 31

a. Empati 2, 32 14

Kemampuan b. Hubungan
2. 4, 11 20 10
Interpersonal interpersonal

c. Tanggung Jawab Sosial 3, 9 23, 33

a. Pemecahan Masalah 34 18

b. Uji Realitas   16, 24


3. Penyesuaian Diri 9
18, 25,
c. Fleksibilitas 10, 35
36

a. Ketahanan
37, 38  
4. Penangan Stress Menanggung Stress 4
b. Pengendalian Impuls 39 15

a. Kebahagiaan 7 21
5. Suasana Hati 4
b. Optimisme 6 26

Jumlah 19 20 39

3.5.2 Skala Forgiveness


Skala yang digunakan untuk mengukur forgiveness yaitu skala
Trasgression - Related Interpersonal Motivation Inventory, McCullogh
(2006). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode
survei dengan media angket kuisiner berisi pernyataan yang diajukan secara
tertulis pada responden untuk memperoleh jawaban dan informasi yang
diperlukan dalam penelitian. Skala yang digunakan untuk mengukur tingkat
penilaian responden menggunakan metode scoring Likert dengan skala
ordinal:
1. Sangat sesuai =5
2. Sesuai =4
3. Netral / Tidak di isi =3
4. Tidak sesuai =2
5. Sangat tidak sesuai =1

24
Skala yang digunakan penelitian ini merupakan modifikasi dari skala
yang disusun oleh Fitriyanah (2017). Instrumen penelitian ini disusun
berdasarkan aspek-aspek yang ada dalam forgiveness (2006), yaitu:
a. Avoidance Motivations,
b. Revenge Motivations,
c. Benevolence Motivations.

Tabel 3.3 Distribusi Item Skala Forgiveness


Aitem
No Aspek Indikator (+) (-) Jumlah

Membuang Keinginan untuk 1, 5, 7,


Avoidance
1 balas dendam terhdap orang 18 10, 11, 6
Motivations
yang disakitinya 15.
Membuang keinginan untuk
Revenge menjaga kerenggangan 4, 9.
2 1 6
Motyivations dengan orang yang telah 13, 17
menyakitinya
Kinginan untuk berdamai atau 3, 6,
Behevioence
3 melihat well being orang yang 12, 14,   6
Motivations
menyakitinya. 16.
Jumlah 18

3.6 Uji Validitas Instrumen


Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat keyakinan atau
keseluruhan suatu instrumen (Arikunto, 2010). Berarti juga instrumen yang
digunakan dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2009).
Pengujuan validitas instrumen pada penelitian ini menggunakan SPSS for
Windows 20. Kaidah pengambilan keputusan dalam uji validitas adalah apabila
Rhitung> Rtabel pada taraf signifikansi 5%. Sebaliknya apabila R hitung< Rtabel pada taraf
signifikansi 5% maka instrument dikatakan tidak valid dan tidak layak digunakan
dalam pengambilan data (Arikunto, 2010). Pengujian dilakukan pada tiap butir
instrumen dengan membandingkan dengan kesuluruhan skor instrumen, kemudian

25
menghasilkan butir yang valid dan tidak valid. Subyek dalam penelitian ini adalah
mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2018Universitas Kristen Satya
Wacana.
Hasil uji validitas instrument kecerdasan emosi dapat diketahui bahwa dari
39 item yang diujicobakan terdapat item 11 yang gugur, yaitu nomer item 4, 7, 9,
32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39. Dikarenakan r hitung< rtabel dengan taraf signifikansi
5% dan N = 30 (Nilai rtabel = 0,36). Lampiran perhitungan terlampir.
Tabel 3.4 Kisi kisi Kecerdasan Emosi setelah Uji Validitas.
Aitem
No Komponen Sub Komponen Jumlah
(+) (-)
a. Kesadaran diri
  9, 19, 24
emosional
Kemampuan b. Asertivitas 4 25
1. c. Harga diri 26   12
Intrapersonal
d. Aktualiasasi Diri 27 16
e. Kemandirian 1, 6 10, 28
a. Empati 2 11
Kemampuan b. Hubungan
2. 8 17 6
Interpersonal interpersonal
c. Tanggung Jawab Sosial 3 20
a. Pemecahan Masalah   15
3. Penyesuaian Diri b. Uji Realitas   13, 21 5
c. Fleksibilitas 7 22
a. Ketahanan
  14
4. Penangan Stress Menanggung Stress 2
b. Pengendalian Impuls   12
a. Kebahagiaan   28
5. Suasana Hati 3
b. Optimisme 5 23
Jumlah 10 18 28
Hasil uji validitas instrumen kecerdasan emosi dapat diketahui bahwa dari
18 item yang diujicobakan tidak ada item yang gugur. Dikarenakan r hitung< rtabel
dengan taraf signifikansi 5% dan N = 30 (Nilai rtabel = 0,36). Lampiran perhitungan
terlampir.
Tabel 3.5 Kisi kisi Forgiveness setelah Uji Validitas.
Aitem
No Aspek Indikator (+) (-) Jumlah

1 Avoidance Membuang Keinginan 18 1, 5, 7, 6

26
untuk balas dendam
10, 11,
Motivations terhdap orang yang
15.
disakitinya
Membuang keinginan
untuk menjaga
Revenge 4, 9.
2 kerenggangan dengan 1 6
Motyivations 13, 17
orang yang telah
menyakitinya
Kinginan untuk berdamai 3, 6,
Behevioence
3 atau melihat well being 12, 14,   6
Motivations
orang yang menyakitinya. 16.
Jumlah 18

3.7 Uji Reliabilitas Instrumen


Uji reliabilitas instrumen digunakan untuk mengetahui koefisien dari suatu
instrumen yang dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010).
Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan SPSS 20 for Windows
dengan dasar teori yang digunakan adalah Cronbach Alpha. Kriteria penentuan
dalam uji reliabilitas adalah sebagai berikut: Jika Nilai Cronbach’s Alpha > 0,60
maka kuisioner dinyatakan reliabel. Sementara, jika nilai Cronbach’s Alpha <
0,60 maka kuisioner dinyatakan tidak reliabel
Tabel 3.6 Reliability Statistics
Kecerdasan Emosi
Cronbach's Alpha N of Items
,903 28

Berdasarkan output di atas, memberikan gambaran tentang statistik untuk 28


item pertanyaan kuisioner. Dalam tabel Cronbach’s Alpha untuk ke 28 item
adalah 0,903 > 0,60, maka dapat disimpulkan bahwa ke 28 pertanyaan kuisioner
tersebut reliabel.

27
Tabel 3.7 Reliability Statistics
Forgiveness
Cronbach's Alpha N of Items
,850 18

Sedangkan dari perhitungan reliabilitas instrumen forgiveness untuk 18 item


pertanyaan kuisioner. Dalam tabel Cronbach’s Alpha untuk ke 18 item adalah
0,850 > 0,60, maka dapat disimpulkan bahwa ke 18 pertanyaan kuisoner tersebut
reliabel.
3.8 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis menggunakan
analisis statistik. Keseruhan analisis akan dilakukan dengan menggunakan SPSS
20 for windows. Analisis data yang dilakukan adalah Uji Regresi Linier
Sederhana, dimana sebelumnya harus dilakukan uji normalitas dan dalam
penelitian ini tidak menggunakan uji homogenitas dikarenakan subyek penelitian
sudah berada dalam 1 kelompok yaitu mahasiswa Bimbingan Konseling angkatan
2018 Universitas Kristen Satya Wacana.
3.8.1 Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah skor variabel
yang diteliti mengikuti distribusi atau sebaran normal atau tidak. Uji
normalitas yang digukan dalam penelitian ini adalah uji kolmogrov-smirnov
untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran data dapat dilihat dari nilai
P-value (sig.2-tailed) dari perhitungan yang telah dilakukan. Apabila nilai p
>0,05 maka data tersebut normal. Sebaliknya bila p <0,05 maka data
tersebut tidak normal. Uji ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 20 for
Windows.
3.8.2 Uji Regresi Linier Sederhana
Uji Regresi linier sederhana digunakan untuk mengukur besarnya
pengaruh satu variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis dalam
penelitian ini, adalah:

28
H0 =Tidak ada pengaruh yang signifikankecerdasan emosi terhadap
forgiveness pada mahasiswa Bimbingan dan Konselingangkatan
2018 Universitas Kristen Satya Wacana.
Ha =Ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosi terhadap
forgiveness pada mahasiswa Bimbingan dan Konselingangkatan
2018 Universitas Kristen Satya Wacana.
Dalam uji regresi linier untuk memastikan apakah koefisien regresi
tersebut signifikan atau tidak dapat dilakukan uji hipotesis denagn cara
membandingkan nilai signifikansi (Sig.) dengan probabilitas 0,05 atau
dengan membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel. Perhitungan uji
regresi linier ini menggunakan bantuan dari SPSS 20 for Windows.

29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Subyek Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Kristen Satya Wacana dengan
subyek mahasiswa Bimbingan Konseling. Tujuan progam studi Bimbingan dan
Konseling adalah menghasilkan guru BK yang mampu menyelenggarakan
layanan BK secara kreatif dam inovatif. Kurikulum prigdu BK mengacu pada
perubahan dan kebutuhan era masyarakat ekonomi ASEAN (MEA), standarisasi
profesi konseling baik Nasional maupun Internasional dan Standar Nasional
Pendidikan Tinggi. Dalam penelitian ini menggunakan total sampling dengan
jumlah 74 orang mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2018.

4.2 Analisis Deskripsi


Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa bimbingan dan konseling
angkatan 2018 Universitas Kristen Satya Wacana, yang berjumlah 74 orang.
Dengan membagikan 2 kuisioner yang diupload pada google form pada subyek
tersebut. Adapun variabel dalam penelitian ini variabel bebas (X) adalah
kecerdasan emosi dan variabel (Y) forgiveness.
Data kecerdasan emosi dan forgiveness diperoleh dari hasil kuisioner yang
telah disebar peneliti kepada subyek mahasiswa bimbingan konseling angkatan
2018 Universitas Kristen Satya Wacana. Berdasarkan hasil analisis SPSS dapat
ditemukan hasil sebagai berikut.
Tabel 4.1 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kecerdasan_Emosi 74 101 140 115,58 7,943
Forgiveness 74 65 90 73,35 5,079
Valid N (listwise) 74

Dari tampilan tabel outpuit di atas menunjukkan jumlah responden (N) ada
74 orang, dari variabel bebas (X) Kecerdasan Emosi responden yang memiliki
hasil nilai terendah (Minimum) adalah 101, dan nilai terbesar (Maximum) adalah

30
140. Rata-rata nilai sebesar 115,58 dengan standar deviasi sebesar 7,943.
Sedangkan untuk variabel forgiveness responden yang memiliki hasil nilai
terendah (Minimum) adalah 65, dan nilai terbesar (Maximum) adalah 90. Rata-
rata nilai sebesar 73,35 dengan setandar deviasi sebesar 5,079.
4.2.1 Analisis Deskriptif variabelForgiveness
Skor forgiveness dengan responden yang berjumlah 74 orang, skor
terendah18 dan skor tertinggi adalah 90. Pengukuran variabel interval dalam
penelitian ini menggunakan rumus:
Skor tertinggi-Skor terendah
Banyak pilihan
90−18
=14,4
5
*Dibulatkan menjadi 14
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi VariabelForgiveness
Kategori Rentang skor Frekuensi Presentase (%)
Sangat tinggi >74 44 59,50%
Tinggi 60-73 30 40,50%
Sedang 46-59 0 0
Rendah 32-45 0 0
Sangat Rendah 18-31 0 0
Dari tabel 4.2 diketahui bahwa variabel forgiveness pada mahasiswa
Bimbingan Konseling angkatan 2018 Universitas Kristen Satya Wacana
dengan jumlah reponden 74 orang diperoleh hasil bahwa frekuensi variabel
forgiveness tersebar pada kategori sangat tinggi dengan presentase59,50%,
tinggi dengan presentase 40,50%, sedangkan kategori lainnya tidak ada.
4.2.2 Analisis Deskriptif variabel Kecerdasan Emosi
Skor kecerdasan emosi dengan responden yang berjumlah 74 orang,
skor terendah adalah 101 dan skor tertinggi adalah 140. Pengukuran variabel
interval dalam penelitian ini menggunakan rumus:
Skortertinggi - Skorterendah
Banyakpilihan
140−28
=22,4
5
*Dibulatkan menjadi 22

31
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Kecerdasan Emosi
Kategori Rentang skor Frekuensi Presentase (%)
Sangat tinggi >116 39 52,70%
Tinggi 94-115 35 47,30%
Sedang 72-93 0 0
Rendah 50-71 0 0
Sangat Rendah 28-49 0 0
Dari tabel 4.3 diketahui bahwa variabel kecerdasan emosi pada
mahasiswa Bimbingan Konseling angkatan 2018 Universitas Kristen Satya
Wacana dengan jumlah reponden 74 orang diperoleh hasil bahwa frekuensi
variabel forgiveness tersebar pada kategori sangat tinggi dengan presentase
52,70%, tinggi dengan presentase 47,50%, sedangkan kategori lainnya tidak
ada.
4.3 Uji Prasyarat
4.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji One Sample Kolmogrov-smirnov dengan
menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data yang dinyatakan berdistribusi
normal jika signifikansi lebih besar < dari 5% atau 0,05.
Tabel 4.2 Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 74
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 3,99686896
Absolute ,063
Most Extreme Differences Positive ,058
Negative -,063
Kolmogorov-Smirnov Z ,538
Asymp. Sig. (2-tailed) ,935
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

32
Dari tabel One Sample Kolmogrov-smirnov diperoleh angka
probabilitas 0,538. Nilai ini dibandingkan dengan 0,05 atau menggunakan
taraf signifikansi 5%. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas,
menggunakan pedoman sebagai berikut: Apabila nilai p > 0,05 maka data
tersebut normal. Sebaliknya bila p < 0,05 maka data tersebut tidak normal.
Berdasarkan hasil output tabel di atas dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal dikarenakan 0,538 lebih besar > dari 0,05.

4.4 Uji Regresi Linier Sederhana


Adapun yang menjadi dasar pengamblan keputusan dalam analisis regresi
linier sederhana dengan melihat nilai signifikansi (Sig.) hasil ouput SPSS adalah.
Ha = Jika nilai signifikansi (Sig.) kebih kecil < dari probabilitas 0,05 dapat
diartikan bahwa ada pengaruh Kecerdasan Emosi terhadap Forgiveness
pada Mahasiswa Bimbingan Konselingangkatan 2018 Universitas Kristen
Satya Wacana.
H0 = Sebaliknya, jika nilai signifikansi (Sig.) lebih besar > dari
probabilitas dapat di artikan bahwa tidak ada pengaruh Kecerdasan Emosi
terhadap Forgiveness pada Mahasiswa Bimbingan Konselingangkatan
2018 Universitas Kristen Satya Wacana.
Tabel 4.3 ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 716,693 1 716,693 44,249 ,000b
1 Residual 1166,172 72 16,197
Total 1882,865 73
a. Dependent Variable: Forgiveness
b. Predictors: (Constant), Kecerdasan Emosi
Berdasarkan output diatas diketahui nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,000
lebih kecil dari < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa h0 ditolak dan Ha
diterima, yang berarti “Ada Pengaruh Kecerdasan Emosi terhadap Forgiveness
pada Mahasiswa Bimbingan Konseling angkatan 2018 Universitas Kristen Satya
Wacana.

33
Setelah itu untuk lebih meyakinkan dilakukan pengujian hipotesis yang
sering disebut juga dengan uji t, dimana dasar pengambilan keputusan dalam uji t
adalah:
Ha = Jika nilai thitung lebih besar > dari ttabel maka ada pengaruh Kecerdasan
Emosi terhadap Forgiveness pada Mahasiswaangkatan 2018 Bimbingan
Konseling Universitas Kristen Satya Wacana.
H0 = Sebaliknya, jika nilai thitung lebih kecil < dari ttabel maka tidak ada
pengaruh Kecerdasan Emosi terhadap Forgiveness pada Mahasiswa
Bimbingan Konselingangkatan 2018 Universitas Kristen Satya Wacana.
Tabel 4.4 Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 27,759 6,870 4,041 ,000
1
Kecerdasan Emosi ,394 ,059 ,617 6,652 ,000
a. Dependent Variable: Forgiveness
Berdasarkan ouput di atas diketahui nilai thitung sebesar 6,652. Selanjutnya
akan mencari nilai ttabel. Adapun rumus dalam mencari ttabel adalah:
Nilai a / 2 = 0,05 / 2 = 0,025
Derajad kebebasan (df) = n – 2 = 74 – 2 = 72
Nilai 0,025 ; 72, maka di dapat nilai ttabel sebesar 1,993
Karena nilai thitung sebesar 6,652 lebih besar > dari t tabel 1,993, sehingga dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa “ada Pengaruh
Kecerdasan Emosi terhadap Forgiveness pada Mahasiswa Bimbingan Konseling
angkatan 2018 Universitas Kristen Satya Wacana.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kecerdasan Emosi (X) terhadap
Forgiveness (Y) dalam analisis regresi linier sederhana, dapat berpedoman pada
nilai Rsquare yang terdapat pada ouput SPSS bagian model summary.
Tabel 4.5 Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

34
1 ,617a ,381 ,372 4,025
a. Predictors: (Constant), Kecerdasan Emosi
Dari ouput diatas diketahui nilai Rsquare sebesar 0,381 nilai ini dapat
disimpulkan bahwa pengaruh Kecerdasan Emosi terhadap Forgiveness adalah
sebesar 38,1 % sedangkan 61,9 % Forgiveness pada Mahasiswa Bimbingan
Konseling angkatan 2018 Universitas Kristen Satya Wacana dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak diteliti.
4.5 Uji Hipotesis
Uji regresi linier sederhana adalah metode statistik yang berfungsi menguji
sejauh mana hubungan atau pengaruh sebab akibat antara variabel (X) terhadap
variabel (Y). Berdasarkan perhitungan regresi dapat dirangkum hasil hipotesis
yang diajukan.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh
kecerdasan emosi terhadap forgiveness pada mahasiswa bimbingan dan konseling
angkatang 2018 Universitas Kristen Satya Wacana? Berdasarkan Tabel 4.3
ANOVAadiketahui nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,000 lebih kecil dari < 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa h0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti “Ada
Pengaruh Kecerdasan Emosi terhadap Forgiveness pada Mahasiswa Bimbingan
Konseling angkatan 2018 Universitas Kristen Satya Wacana.
Hipotesis selanjutnya dilakukan untuk meyakinkan peneliti terhadap hasil
hipotesis pertama maka dilakukan lah uji t dapat dilihat dari Tabel 4.4
Coefficientsa diperoleh thitung nilai 6,652 sedangkan ttabel 1,993 sehingga dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa “ada Pengaruh
Kecerdasan Emosi terhadap Forgiveness pada Mahasiswa Bimbingan Konseling
angkatan 2018 Universitas Kristen Satya Wacana.
Kemudian peneliti ingin mengetahui besarnya pengaruh kecerdasamn emosi
terhadap forgiveness pada mahasiswa bimbingan dan konseling angkatang 2018
Universitas Kristen Satya Wacana. Berdasarkan tabel 4.5. Model summary
menunjukkan Rsquare sebesar 0,381 nilai ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh
Kecerdasan Emosi terhadap Forgiveness adalah sebesar 38,1 % sedangkan 61,9 %

35
Forgiveness pada Mahasiswa Bimbingan Konseling angkatan 2018 Universitas
Kristen Satya Wacana dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

4.6 Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, Ada Pengaruh Kecerdasan Emosi
terhdap Forgiveness pada Mahasiswa Bimbingan Konseling angkatan 2018
Universitas Kristen Satya Wacana hal ini ditunjukkan oleh hasil dari r square 0,381
yang berarti pengaruh Kecerdasan Emosi terhadap Forgiveness adalah sebesar
38,1% sedangkan 61,9% Forgiveness pada Mahasiswa Bimbingan Konseling
angkatan 2018 Universitas Kristen Satya Wacana angkatan dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak diteliti.
Dalam penelitian ini peneliti melihat mahasiswa Bimbingan Konseling
memiliki sikap forgiveness yang tinggi terhadap masalah yang ada dalam lingkup
kehidupannya, yang berarti ada variabel kecerdasan emosi yang mempengaruhi
mahasiswa Bimbingan Konseling. Dikarenakan menurut Menurut Bar-On (2006)
berpendapat bahwa kecerdasan emosi adalah suatu rangkaian emosi, pengetahuan
emosi, dan kemampuan-kemampuan yang mempengaruhi kemampuan seluruh
individu untuk mengatasi masalah tuntutan lingkungan secara efektif. Kemudian
kecerdasan emosi yang rendah mengakibatkan emosi negatif yang berlebihan,
misalnya permusuhan, ketakutan, kecemasan, dll. Hal tersebut juga akan berakibat
pada individu dalam proses memaafkan. Ketika mahasiswa Bimbingan Konseling
mendapatkan konflik antara teman, keluarga, ataupun lingkungan mereka akan
selalu melihat efek dari emosi itu terhadap dirinya dan orang lain disekitarnya
seperti dari aspek kecerdasan emosi (Bar-On, 2000) yaitu:
intrapersonal,kemampuan seseorang mahasiswa Bimbingan dan Konseling untuk
memahami dirinya sendiri dan mengenali emosinya serta efek dari emosi bagi
dirinya dan orang lain disekitar; Interpersonal, dimana mahasiswa Bimbingan dan
Konseling mampu melakukan komunikasi yang baik terhadap orang lain
sehingga dapat meminimalisir terjadinya konflik terhadap orang lain; Penyesuaian
diri, seseorang mahasiswa Bimbingan Konseling dapat menenmpatkan diri
dimana dirinya berada dan sikap ayang ditunjukkannya pada situasi tersebut;

36
Penanganan stress, di saat mahasiswa terlalu stress terhadap tugas ataupun
masalah pribadi biasanya seseorang akan menjadikan orang lain sebagai
pelampiasan terhadap masalahnya, namun dalam hal ini mahasiswa dapat
mengolah perasaan tersebut sehingga hal-hal yang bisa menjadikan orang lain
sebagai subyek kesalahan dapat di hindari; Suasana hati, pada umunya suasana
hati seseorang remaja yang selalu berubah-ubah setiap saat dapat memberikan
respon yang negatif ataupun positif terhadap orang lain, maka dari itu mahasiswa
pengelolaan suasana hati sangat penting dimana hal ini bisa saja memberikan
kesan yang tidak dapat diterima oleh orang lain saat meresponnya dengan salah.
Saat mahasiswa Bimbingan dan Konseling mempunyai sikap kecerdasan emosi
yang baik, mahasiswa tersebut dapat mengelola sikap forgiveness dari
(McCollough, 2006) yang mempunyai 3 aspek yaitu: Avoidance Motivations;
mahasiswa Bimbingan Konseling dapat membuang keinginan untuk balas dendam
terhadap orang yang disakitinya, Revenge Motivations; Seseorang Mahasiswa
Bimbingan Konseling bisa membuang keinginan untuk menjaga kerenggangan
denagn orang lain, Benevolence Motivations; mahasiswa Bimbingan Konseling
memiliki keinginan berdamai dan melihat well being orang yang menyakitinya.
Hal ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Purba
(2019) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan antara Kecerdasan Emosi
dengan Forgiveness pada Remaja yang Putus Cinta Akibat Perselingkuhan”,
menyatakan terdapat hubungan kecerdasan emosi dengan remaja yang putus cinta
akibat perselingkuhan. Dalam penelitian ini merujuk pada pembahasan diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa “Kecerdasan Emosi berpengaruh terhadap
Forgiveness pada Mahasiswa Bimbingan Konseling angkatan 2018 Universitas
Kristen Satya Wacana dengan total pengaruh 38,1 %.

BAB V

37
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data hasil penelitian, pengujian hipotesis, dan
pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan, sebagai berikut:
“Ada Pengaruh Kecerdasan Emosi terhdap Forgiveness pada Mahasiswa
Bimbingan Konseling angkatan 2018 Universitas Kristen Satya Wacana” hal ini
ditunjukkan oleh hasil dari rsquare 0,381 yang berarti pengaruh Kecerdasan Emosi
terhadap Forgiveness adalah sebesar 38,1 % sedangkan 61,9 % Forgiveness pada
Mahasiswa Bimbingan Konseling angkatan 2018 Universitas Kristen Satya
Wacana angkatan dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

5.2 Saran
Saran untuk penelitian ini sebagai berikut:
a. Bagi Mahasiswa Bimbingan Konseling angkatan 2018 UKSW
Bagi mahasiswa Bimbingan Konseling diharapkan mempertahankan aspek –
aspek yang ada dalam kecerdasan emosi dan forgiveness dikarenakan dal itu
dapat membantu di lingkungan kerja nantinya.
b. Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah refrensi bagi peneliti
selanjutnya. Saran bagi peneliti selanjutnya untuk dapat mempertimbangkan
beberapa hal contohnya membuat instrumen sendiri, membagi dalam kelompok
gender, atau mencari subyek dengan random di komunitas masyarakat.
c. Bagi Program Studi
Program studi diharapkan dapat membimbing atau memberikan refrensi
variabel-variabel penelitian yang lebih unik dan jarang diteliti untuk
mahasiswanya kedepannya.

38
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Azwar, S. (2005). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset.
Goleman, D. (2001). working with Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup.
Kurniati, N. M. (2009). Memaafkan: Kaitannya dengan Empati dan Emosi.
Jurnal.
McCullough. (2002). Forgiveness asa Human Strenght: Theory, Measurement,
and Link to Well-Being. Journal of Personality and Clinical Psycology.
McCullough, W. R. (1997). Interpersonal Forgiving in Close Relationship.
Journal of Personality and Psychology. Journal.
Noor, &. J. (2010). Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Fesertasi, dan karya
ilmiah. Jakarta: Orenadamedia Group.
Purba, A. T. (2019). Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Forgiveness pada
Remaja yang Putus Cinta Akibat Perselingkuhan. Skripsi. Diterbitkan.
Fakultas Psikologi. Universitas Kristen Satya Wacana: Salatiga.
Rumapea, M. T. (2018). Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Forgiveness pada
Siswa SMA BUDI MURNI 2 MEDAN. Skripsi. Diterbitkan. Fakultas
Psikologi. Universitas Medan Area: Medan.
Sahputra, L. (2019). Perbedaan Kecerdasan Emosi Komunitas Musik Poppunk
dan Komunitas Musik Metal. Skripsi. Diterbitkan. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan. Universitas Kristen Satya Wacana: Salatiga.
Soesilo, T. D. (2018). Penelitian Inferensial dalam Bidang Pendidikan. Salatiga:
Universitas Kristen Satya Wacana Press.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukardi. (2003). Metodologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Trivina, F. 2017. Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Memaafkan pada Remaja


Akhir ditinjau dari Jenis Kelamin Laki-laki dan Perempuan di SMKN 2
Malang.Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas Islam Negeri Ibrahim:
Malang.

39
40
LAMPIRAN

41
Lampiran 1. Kuisoner Sikap Forgiveness

KUISONER SIKAP FORGIVENESS


NAMA :
USIA :
Petunjuk dan cara menjawab.
1. Anda diminta untuk membaca dan memahami secara baik setiap butiran
pernyataan.
2. Anda diminta untuk memberikan tanda (√) pada salah satu jawaban yang
paling mendekati diri anda.
SS= Sangat Sesuai
S = Sesuai
N = Netral
TS= Tidak Sesuai
STS = Sangat Tidak Sesuai
*Semua jawaban tidak dinilai benar atau salah, dan dijamin kerahasiaannya.
No Pertanyaan SS S N TS STS
Saya akan membuat dia merasakan apa
1
yang telah diperbuat kepada saya          
Saya mencoba menjaga jarak terhadap
2
orang yang pernah menyakiti saya          
Meskipun tindakan menyakitkan, saya
3 akan selalu berbuat baik kepada
seseorang yang pernah menyakiti saya          
Saya berharap ahwa sesuatu yang buruk
4 terjadi pada seseorang yang pernah
menyakiti saya          
Saya menganggap bahwa seseorang yang
5 pernag menyakiti saya tidak ada
disekililing saya          
Saya ingin berdamai dan menjutkan
6 hubungan seperti sebelumnya dengan
seseorang yang menyakiti saya          
Saya tidak mempercayai seseorang yang
7
menyakiti saya.          
8 Apapun yang teman saya perbuat, saya          

42
berharap kami tetap memiliki hubungan
yang baik
Saya ingin seseorang yang menyakiti
9 saya mendapat balasan dari apa yang
telah dilakukan          
Saya merasa sulit untuk beramah tamah
10 dengan seseorang yang pernah
menyakiti saya.          
Saya menghindari orang yang pernah
11
menyakiti saya.          
Meskipun dia menyakiti saya, saya akan
12 melupakannya sehingga hubungan kami
tetap terjaga.          
Saya membalas dendam pada seseorang
13
yang pernah menyakiti saya.          
Saya melupakan sakit hati dan
14 kemarahan pada seseorang yang telah
menyakiti saya          
Saya memutuskan hubungan dengan
15
seseorang yang pernah menyakiti saya.          
Saya telah melepaskan kemarahan
dengan baik pada seseorang yang pernah
16
menyakiti saya, sehingga hubungan kami
tetap baik.          
Saya ingin membuat seseorang yang
17
menyakiti saya terluka dan menderita          
Saya menjauh dari seseorang yang telah
18
menyakiti saya.          

43
Lampiran 2. Kuisoner Kecerdasan Emosi

KUISONER KECERDASAN EMOSI


NAMA :
USIA :
Petunjuk dan cara menjawab.
1. Anda diminta untuk membaca dan memahami secara baik setiap butiran
pernyataan.
2. Anda diminta untuk memberikan tanda (√) pada salah satu jawaban yang
paling mendekati diri anda.
SS= Sangat Sesuai
S = Sesuai
N = Netral
TS= Tidak Sesuai
STS = Sangat Tidak Sesuai
*Semua jawaban tidak dinilai benar atau salah, dan dijamin kerahasiaannya.
N
Pernyataan SS S N TS STS
O
1 Saya seorang yang tegar.          
ketika saya tidak setuju dengan
2          
seseorang, saya mengatakannya.
Saya tidak memiliki sesuatu untuk di
3          
hormati orang lain
4 Saya seorang yang mandiri.          
5 Saya mudah bergaul.          
6 Saya seorang yang subyektif.          
Saya puas dengan hubungan saya dan
7          
teman-teman saya
Saya tidak optimis dengan apa yang saya
8          
lakukan.
Saya biarkan orang lain untuk membuat
9          
keputusan.
Sulit bagi saya untuk berbagi rasa dengan
10          
orang lain.
11 Saya selalu berusaha menghindar dari          

44
masalah.
Sulit bagi saya untuk memulai sesuatu
12          
yang baru.
Saya mengalami masalah dalam
13          
mengontrol amarah.
14 Sulit bagi saya untuk menikmati hidup.          
Saya selalu mengerjakan sesuatu dengan
15          
sendiri.
Tidak ada dari teman saya yang curhat
16          
kepada saya.
Saya tidak puas dengan keadaan saya
17          
yang sekarang.
Saya selalu berharap yang terbaik untuk
18          
masa depan saya.
19 Saya seorang yang tidak sabaran.          
Saya memandang masalah sebagai
20          
sesuatu yang biasa.
Sulit bagi saya merubah pendapat saya
21          
mengenai sesuatu.
22 Saya takut dengan apa yang terjadi.          
Saya seorang yang tidak menyesali
23          
sebuah kegagalan.
Saya seorang yang selalu menghindari
24          
konflik.
Saya menghargai hak dan kewawiban
25          
orang lain.
Saya seorang yang tidak bergantung pada
26          
opini orang lain.
Saya tidak bisa untuk memanajemen
27          
waktu.
28 Saya peduli dengan kondisi orang lain.          

45
Lampiran 3. Validitas Forgiveness

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's


Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Alpha if Item
Deleted

VAR00001 68,77 32,323 ,579 ,836


VAR00002 68,67 32,368 ,586 ,836
VAR00003 68,83 33,178 ,492 ,841
VAR00004 68,93 34,823 ,367 ,851
VAR00005 69,30 34,079 ,380 ,846
VAR00006 68,43 33,978 ,377 ,846
VAR00007 68,83 34,489 ,305 ,849
VAR00008 69,13 33,430 ,365 ,848
VAR00009 69,00 34,069 ,304 ,850
VAR00010 69,73 30,892 ,614 ,834
VAR00011 68,57 33,633 ,488 ,841
VAR00012 68,83 33,661 ,475 ,842
VAR00013 69,03 34,240 ,512 ,842
VAR00014 69,40 32,593 ,527 ,839
VAR00015 69,13 33,913 ,336 ,849
VAR00016 68,57 33,564 ,442 ,843
VAR00017 68,63 32,999 ,611 ,836
VAR00018 68,63 33,275 ,565 ,838

46
Lampiran 4. Validitas Kecerdasan Emosional

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's


Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Alpha if Item
Deleted

VAR00001 154,50 111,017 ,483 ,874


VAR00002 154,40 110,524 ,531 ,873
VAR00003 154,57 111,357 ,487 ,874
VAR00004 154,67 116,299 ,116 ,880
VAR00005 155,03 113,206 ,360 ,876
VAR00006 154,17 112,075 ,432 ,875
VAR00007 154,57 114,116 ,276 ,877
VAR00008 154,87 111,430 ,395 ,875
VAR00009 154,73 113,306 ,287 ,877
VAR00010 155,47 110,189 ,429 ,875
VAR00011 154,30 111,528 ,536 ,873
VAR00012 154,57 112,116 ,477 ,874
VAR00013 154,77 114,392 ,377 ,876
VAR00014 155,13 111,844 ,412 ,875
VAR00015 154,87 111,844 ,398 ,875
VAR00016 154,30 110,493 ,562 ,872
VAR00017 154,37 109,206 ,763 ,870
VAR00018 154,37 109,620 ,725 ,870
VAR00019 154,47 110,947 ,580 ,873
VAR00020 154,27 110,133 ,585 ,872
VAR00021 154,20 111,200 ,554 ,873
VAR00022 154,17 112,489 ,508 ,874
VAR00023 154,20 110,441 ,558 ,872
VAR00024 155,10 110,231 ,491 ,873
VAR00025 154,37 111,275 ,514 ,873
VAR00026 154,50 111,638 ,437 ,875
VAR00027 154,60 107,421 ,610 ,871
VAR00028 154,97 106,102 ,577 ,871
VAR00029 154,40 111,145 ,484 ,874
VAR00030 154,97 108,240 ,573 ,871
VAR00031 154,27 112,064 ,485 ,874
VAR00032 154,50 115,086 ,171 ,880
VAR00033 154,47 118,464 -,051 ,885
VAR00034 154,47 117,775 ,004 ,882

47
VAR00035 154,67 116,161 ,172 ,879
VAR00036 154,80 116,993 ,047 ,882
VAR00037 155,57 119,220 -,099 ,884
VAR00038 155,10 122,231 -,271 ,889
VAR00039 154,93 117,237 ,043 ,881

48
Lampiran 5. Hasil Ouput Uji SPSS

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate

1 ,617 a
,381 ,372 4,025

a. Predictors: (Constant), Kecerdasan Emosi

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 716,693 1 716,693 44,249 ,000b

1 Residual 1166,172 72 16,197

Total 1882,865 73

a. Dependent Variable: Forgiveness


b. Predictors: (Constant), Kecerdasan Emosi

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 27,759 6,870 4,041 ,000


1
Kecerdasan Emosi ,394 ,059 ,617 6,652 ,000

a. Dependent Variable: Forgiveness

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 74
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 3,99686896
Absolute ,063
Most Extreme Differences Positive ,058
Negative -,063
Kolmogorov-Smirnov Z ,538
Asymp. Sig. (2-tailed) ,935

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

49
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kecerdasan_Emosi 74 101 140 115,58 7,943


Forgiveness 74 65 90 73,35 5,079
Valid N (listwise) 74

50

Anda mungkin juga menyukai