Seminar BK-Putri Ayu Prtaiwi-053-BKPI 6C
Seminar BK-Putri Ayu Prtaiwi-053-BKPI 6C
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Seminar Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh :
NIM. 23080190053
PROGRAM STUDI
a. Kemampuan Pribadi
Kemampuan pribadi merupakan kapasitas individu dalam mendapatkan
keterampilan tertentu yang digunakan untuk melakukan kegiatan khusus.
Kemampuan pribadi mencakup kemampuan dasar yang harus dimiliki
seorang calon karyawan seperti keterampilan bahasa asing, keterampilan
operasional komputer, keterampilan kepemimpinan, serta kemampuan
bekerja dengan orang lain.
b. Keyakinan Irasional Tentang Pekerjaan
Keyakinan irasional tentang pekerjaan merupakan pikiran-pikiran tidak
logis yang diyakini seseorang dan terjadi secara terus menerus mengenai
pekerjaan yang akan dihadapi. Keyakinan irasional pada pekerjaan
mengacu pada kesulitan yang mungkin akan dihadapi seorang lulusan
universitas saat mereka masuk ke dunia kerja.
c. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja mengacu pada informasi mengenai pekerjaan seperti
kekhawatiran terhadap pekerjaan di masa depan, persaingan pekerjaan,
kekhawatiran mengenai lingkungan kerja yang tidak sesuai ekspektasi, gaji
tidak sesuai harapan, serta kekhawatiran mengenai peningkatan
pengangguran.
d. Pelatihan Pendidikan Profesional
Pengetahuan bersifat praktis mengenai keterampilan profesional serta
memahami harapan karir secara realistis. Aspek ini meliputi kekhawatiran
mengenai keahlian yang dimiliki, pekerjaan yang sesuai minat dan bakat,
penerapan dari yang telah dipelajari, serta keterampilan profesional yang
dimiliki.
Haber & Runyon (1984) mengungkapkan aspek kecemasan karir meliputi:
a. Aspek Kognitif
Perasaan tidak menyenangkan yang memicu kecemasan serta
kekhawatiran
b. Aspek Motorik
Perasaan tidak mengenakkan yang memunculkan perilaku menggigit bibir,
gugup, bingung, meremas jari, serta bingung.
c. Aspek Somatik
Perasaan tidak menyenangkan yang dapat memunculkan reaksi fisik
seperti sulit bernafas, mulut kering, jantung berdebar, pusing, berkeringat,
kaki dan tangan dingin, sulit mencerna makanan, serta naiknya tekanan
darah.
d. Aspek Afektif
Perasaan tidak menyenangkan yang menimbulkan perasaan tegang akibat
ledakan emosi seperti menghadapi terror serta pandangan mengenai karir
masa depan yang suram.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Terhadap Karir Masa Depan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menurut Yonne & Irma (2009)
meliputi:
a. Faktor internal
Meliputi pikiran subjek serta harapan yang dimilikinya
b. Faktor Eksternal
Meliputi keluarga seperti suami, orang tua, dan kerabat dekat.
c. Lingkungan sekitar
Meliputi teman, tempat kerja, tetangga, budaya, tradisi, dan adat istiadat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menurut Nevid, Rathus,
& Greene (2005) meliputi:
a. Faktor sosial lingkungan yaitu faktor yang meliputi kurangnya dukungan
sosial, peristiwa yang membuat traumatis atau mengancam, serta
pengamatan mengenai respon takut pada orang lain.
b. Faktor perilaku yaitu faktor yang meliputi kurangnya kesempatan dalam
pemunahan karena menghindari situasi yang ditakuti objek, pemasangan
stimuli aversi serta stimuli yang sebelumnya netral, dan kelegaan dari
kecemasan karena mengindari stimulus fobia atau melakukan tindakan
memaksa.
c. Faktor biologis yaitu faktor yang meliputi fungsi neurotransmitter, genetis,
dan ketidak normalan pada jaringan otak yang mampu menghampat
tingkah laku yang berulang.
d. Faktor emosional dan kognitif yaitu faktor yang meliputi permasalahan
atau konflik psikologis yang belum terselesaikan, keyakinin diri yang
irasional, adanya sensitifitas berlebih terhadap ancaman, kecemasan, serta
efikasi diri yang rendah.
4. Jenis-jenis Kecemasan
Menurut Pedak (dalam Aiman, 2016:14) membagi tiga jenis kecemasan yaitu
kecemasan rasional, kecemasan irasional dan kecemasan fundamental:
a. Kecemasan Rasional
Kecemasan rasional merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek
yang memang mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian.
Ketakutan ini dianggap sebagai suatu unsur pokok normal dari
mekanisme pertahanan dasar kita.
b. Kecemasan Irrasional
Kecemasan irrasional, yang berarti bahwa mereka mengalami emosi
ini di bawah keadaan-keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang
mengancam.
c. Kecemasan Fundamental
Kecemasan fundamental merupakan suatku pertanyaan tentang siapa
dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan ke manakah kelak hidupnya
berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan eksistensial yang
mempunyai peran fundamental bagi kehidupan.
Sedangkan menurut Freud (dalam Aiman, 2016:15) juga
mengemukakan tiga jenis kecemasan, yaitu :
a. Realistic anxienty
Kecemasan realistik adalah takut kepada bahaya yang nyata dari luar.
Kecemasan realistik ini menjadi asal-muasal timbulnya kecemasan
neurotik dan kecemasan moral
b. Neurotic anxienty
Kecemasan neurotik adalah ketakutan terhadap hukuman yang bakal
diterima dari orang tua atau figur penguasa lainnya kalau seseorang
memuaskan insting dengan cara sendiri, yang diyakini bakal menuai
hukuman.
c. Moral anxienty
Kecemasan ini bersumber dari ancaman terhadap sistem super ego
yang berkembang baik sehingga individu akan merasa bersalah bila
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan ego idealnya yang
selama ini telah di masukkan oleh lingkungan dalam lingkungannya.
5. Tingkat Kecemasan
Menurut Purwanto (dalam Shanti, 2019) Tingkat kecemasan dapat di
klasifikasikan ke dalam lima kategori, yaitu antisipasi, ringan, sedang, berat,
dan panik.
a. Antisipasi
Antisipasi terhadap kecemasan atau tidak ada kecemasan merupakan
suatu kondisi diama klien tidak mengalami tanda-tanda kecemasan
secara fisiologis maupun psikologis, mempunyai sumber dan
mekanisme kopling yang efektif untuk menyelesaikan konflik dalam
diri yang menimbulkan kecemasan.
b. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan merupakan kecemasan yang berhubungan dengan
ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang
menjadi waspada dan meningkatkan presensinya, tetapi dapat
memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas
pada manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan,
percaya diri, persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk
belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku yang sesua dengan
situasi.
c. Kecemasan sedang
Pada situasi ini kemungkinan seseorang memusatkan pada masalah
yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang
mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu
yang terarah pada manifestasi yang terjadi pada tingkat ini, yaitu
kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung, pernafasan meningkat,
ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi,
persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal,
kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada
rangsangan yang tidak menambah cemas, mudah tersinggung, tidak
sabar, mudah lupa, marah dan menangis.
d. Kecemasan berat
Situasi ini mengurangi persepsi seseorang atau individu ende ruang
untuk berfokus pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat
berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk
mengurangi ketegangan, individu tersebut memerlukan banyak
pengarahan untuk dapat memusatkan perhatiannya pada manifestasi
yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, vertigo, nausea,
insomnia, polyuria, dari palupi tadi, persepsi menyempit, tidak bisa
belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri, dan keinginan
untuk menghilangkan kecemasannya tinggi, perasaan tidak berdaya,
bingung dan disorientasi
e. Kcemasan panik
Kecemasan panik yaitu kondisi panik yang berhubungan dengan
terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan
kendali. Individu yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun dengan pengarahan. Panik merupakan disorganisai
kepribadian dan menjadi peningkatan aktivis motorik, menurutnya
kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat
kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupannya, jika berlangsung
terus menerus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan bahkan
kematian.
6. Gejala-gejala Kecemasan
Nevid Jeffrey (dalam Risnawati, 2017) mengklasifikasikan gejala-gejala
kecemasan dalam tiga jenis gejala, diantaranya yaitu :
a. Gejala fisik dari kecemasan yaitu :kegelisahan, anggota tubuh bergetar,
banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa
lemas, panas dingin, mudah marah atau tersinggung.
b. Gejala behaviouralisme dari kecemasan yaitu :berperilaku menghindar,
terguncang, melekat dan dependen.
c. Gejala kognitif darah kecemasan yaitu: khawatir tentang sesuatu,
perasaan terganggunya akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi
dimasa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera
terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah,
pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, sulit berkonsentrasi.
Sedangkan menurut Stuart dan Sundeen (dalam Sari,2017:14) menyatakan
bahwa kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan
fisiologis, perilaku, kognitif, dan afektif.
a. Respon fisiologis berhubungan dengan kecemasan terutama dimediasi
oleh sistem saraf otonom yaitu saraf simpatisan dan parasimpatik.
Berbagai respon fisiologis yang dapat diobservasi yaitu:
1) Kardiovaskular: palpitasi, jantung berdetak kencang,
kehilangan kesadaran, tekanan darah meningkat, tekanan darah
menurun, denyut nadi menurun.
2) Pernafasan: nafas cepat dan dangkal, tekanan pada dada,
terengah-engah.
3) Neuromuskular: refleks meningkat, terkejut, kelopak mata
berkedut, insomnia, tremor, mondar-mandir, kaku, gelisah,
wajah tegang, kaki goyah, gerakan lambat, kelemahan.
4) Gastrointestinal: nafsu makan menurun, jijik terhadap
makanan, tidak nyaman pada perut, mual, mulas, dan diare.
5) Traktus urinarius: sering berkemih.
6) Kulit: wajah kemerahan, keringat terlokalisasi (telapak tangan),
gatal, wajah pucat, keringat dingin.
b. Respon perilaku: kegelisahan, ketegangan fisik, tremor, terkejut, bicara
cepat, kurang koordinasi, menarik dan menahan diri, menghindar,
hiperventilasi.
c. Respon kognitif: perhatian terganggu, kesulitan berkonsentrasi, pelupa,
kesalahan dalam penilaian, hambatan berpikir, rendahnya kreativitas,
menurunnya lapangan persepsi, bingung, takut saat kehilangan kontrol,
ketakutan akan cedera atau kematian, produktivitas berkurang.
d. Respon afektif; mudah terganggu, tidak sabar, gelisah tegang, gugup,
ketakutan dan khawatir.
C. Terapi Dzikir
1. Definisi Terapi Dzikir
Dzikir secara etimologi berasal dari bahasa arab dzakara, artinya
mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal atau
mengerti. Sedangkan dalam pengertian terminology, dzikir merupakan suatu
amal ucapan atau amal qauliyah melalui bacaan-bacaan tertentu untuk
mengingat Allah (Chodjim dan Fatiha, 2003:181). Sedangkan menurut
Michon, dzikir merupakan bentuk kesadaran hamba Allah SWT terkait
hubungannya dengan Allah SWT.
Menurut ahli sufi, dzikir secara istilah adalah mengingat asma atau
nama Allah SWT. Mengingat nama Allah SWT dapat dilakukan secara dhohir
maupun batin. Semakin sering dan senantiasa melakukan dzikir, maka hatinya
akan selalu diliputi ketenangan dan ketentraman jiwa (Nida, 2014:144).
Selain itu, dzikir juga dapat memelihara diri dari segala kejahatan, hal-hal
yang buruk, marabahaya dan dapat memiliki pengaruh baik bagi kesehatan
jasmani dan rohani.
2. Keutamaan Dzikir
Dzikir memiliki banyak sekali keutamaan dan manfaat, karena dalam
dzikir seseorang akan senantiasa mengingat Allah SWT dan dzikir menjadi
sebaik-baiknya ibadah. Sesuai dengan firman-Nya dalam Q.S. Ar-Ra’d ayat 28
۟ ُٱلَّ ِذينَ َءا َمن
ُ ُوا َوتَ ْط َمِئنُّ قُلُوبُ ُهم بِ ِذ ْك ِر ٱل ََِّّل َأ َل بِ ِذ ْك ِر ٱل ََِّّل تَ ْط َمِئنُّ ٱ ْلقُل
:وب
Artinya : “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-
lah hati menjadi tenteram (Al’Qur’an Terjemahan dan Tajwid, (Surakarta:
Ziyad Qur’an), hal.253). Tanpa mengingat Allah SWT sebaliknya manusia
hanya akan dihantui rasa tidak tenang dan diselimuti rasa kecemasan dan tidak
nyaman.
Berdzikir memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari dan
dapat mempengaruhi kesehatan manusia secara jasmani dan rohani. Berikut
adalah keutamaan berdzikir yaitu :
a. Melindungi manusia dari godaan syaitan dan iblis, Allah SWT akan
selalu mengingat dan melindungi hambanya yang senantiasa
mengingatnya.
b. Dzikir dapat menjadi sebuah pengobatan bagi penyakit rohani dan
jasmani. Karena dalam lafaldz dzikir terdapat kalimat tauhid yang juga
terdapat dalam Al-Qur’an sebagai Adz-Dzikru yaitu Syifa yang
memiliki arti pengobatan.
c. Memberikan ketentraman dan ketenangan jiwa dengan selalu
mengingat Allah SWT.
d. Membuat hati menjadi gembira, bahagia dan tenang.
e. Dzikir merupakan tanaman surga (Sadian, 2004:03).
3. Bacaan-bacaan Dzikir dan Teknik Pembacaannya
Menurut Quraisy Shihab, terdapat syarat dan adab saat berdzikir yaitu
harus dengan khusyu’ dan ikhlas memohon kepada Allah SWT dengan
volume suara yang tidak keras, sehingga tidak mengganggu pendengaran,
serta tidak bertele-tele yang dapat membuat bosan dan dibuat-buat. Berikut
beberapa lafal dzikir yang bersumber dari Al-Qur’an maupun Hadist Nabi,
diantaranya sebagai berikut :
a. Tasbih, yaitu mengucapkan Subhanallah (Maha suci Allah). Kata
Subhana diambil dari kata Sabaha yang awalnya memiliki makna
menjauh, orang yang berenang menjauh tergambar dengan kata
subhana. Saat mengucapkan Subhanallah , seseorang yang
mengucapkan menyadari bahwa segala ketetapan adalah ketetapan
yang adil. Baik ketetapan untuk orang lain, makhluknya dan orang
yang mengucapkan. “Dia Maha Suci” bermakna dia maha suci dari
segala sifat kesempurnaan yang terduga. Melafaldzkan “Subhanallah”
dengan kesadaran penuh, akan membantu menyadari dan membuang
pikiran perspektif diri tentang isi duniawi. Perspektif mengenai isi
duniawi akan berubah dan dunia yang membingungkan ini bisa
menjadi sesuatu yang sangat kotor kecuali Allah SWT (Iksan dan dkk,
2017:276).
b. Hamdalah, yaitu mengucapkan Al-hamdulillah (Segala puji bagi
Allah). Kata Alhamdulillah disebut juga dengan Hamdalah, yang
berasal dari kata Hamd atau pujian yang memiliki arti ucapan yang
diperuntukkan kepada yang dipuji atas sikap, perbuatan yang baik.
Kata Al diawal sebelum kata Hamd menurut ulama diartikan ‘segala’.
Sedangkan huruf Lam yang menyertai kata Allah yang diucapkan Li
Allah memiliki makna pengkhususan bagi-nya. Dapat disimpulkan,
kata Alhamdulillah memiliki arti “Segala Puji hanya pada Allah”.
Dengan mengucapkan Alhamdulillah, orang yang mengucapkannya
meyakini bahwa semua yang bersumber dari Allah SWT adalah
terpuji, meskipun tidak sesuai dengan kepentingan yang diharapkan
dan dapat merugikan. Hal yang merugikan ini juga membuktikan
bahwa sudut pandang manusia mempunyai keterbatasan.
Jika seseorang yang sering mengucapkan lafaldz Alhamdulillah , ia
tidak akan memiliki sudut pandang negative atas apa yang terjadi
karena selalu berada dalam nikmat dan kasih sayang Allah SWT.
c. Tahlil, yaitu mengucapkan Laa ilaha illa Allah (Tiada tuhan selain
Allah). Kata Ilah adalah semua yang disembah baik yang diajarkan
oleh agama islam maupun tidak seperti penyembahan berhala,
matahari, pohon dan lain sebagainya maupun yang diajarkan dalam
agama islam yaitu Allah SWT yang maha esa dan satu-satu nya
pencipta alam semesta seisinya yang patut disembah. Saat seseorang
mengucapkan Laailaha Illa Allah, maka dia tidak mengakui
keberadaan tuhan lain kecuali Allah SWT. Dan kata Allah adalah
Allah SWT satu-satunya tuhan yang harus disembah. Saat
melafaldzkan bacaan Laailaaha illa Allah, orang yang mengucapkan
nya akan merasa tentram karena menyadari bahwa Allah SWT adalah
satu-satunya penguasa yang menciptakan alam semesta beserta isinya,
dan semuanya ada digenggaman Allah SWT. Takbir, yaitu
mengucapkan Allahu akbar (Allah Maha besar). Kalimat Allahu Akbar
disebut sebagai kalimat takbir yang memilki makna Allah Maha Besar.
Saat seseorang mengucapkan kalimat takbir ini, perilakunya harus
sesuai dengan apa yang telah diucapkannya. Dengan mengucapkan
kalimat takbir, orang yang mengucapkannya akan merasa mampu kuat
untuk menghadapi segala cobaan. Kekuatan ini didapatkan karena
orang yang mengucapkannya sudah menggantungkan jiwaraganya
hanya kepada Allah SWT dan tidak akan menggantungkannya kepada
yang lain. Sehingga sikap ini membuat orang yang mengucapkannya
selalu taat akan perintah Allah SWT, mempunyai rasa takut bahkan
rasakagum atas kebesaran Allah SWT.
d. Istighfar yaitu mengucapkan astghfirullahaladzim (Aku memohon
ampun kepada Allah yang Maha Agung). Kalimat Astagfirullah
memiliki makna mohon kepada Allah SWT untuk menutupi aib
hambanya ini yang memohon ampunan. Dan juga bisa diartikan
semoga Allah memberikan anugerahnya kepada hambanya yang
memohon karena menyesal atas segala dosanya, sehingga rasa
menyesal ini dapat menyembuhkan jiwa dengan terhapusnya dosa-
dosa. Kalimat Allahummaghfir memiliki arti “Ya Allah perbaikilah
keadaanku”. Orang yang mengucapkan kalimat dzikir ini akan sadar
bahwa maghfirah Allah tidak cukup untuk menutupi hal yang menjadi
rahasia manusia. Namun juga menutupi semua keadaan dimasa silam
seseorang yang menyedihkan dan keinginannya. Orang yang memohon
ampunan kepada Allah SWT, harus dilakukan dengan tulus, berjanji
tidak mengulangi, dan memohon keikhlasan hati orang lain yang
mungkin jika pernah tersakiti.
e. Hauqalah, yaitu mengucapkan La hawla wala quwwata illa billah
(Tiada daya dan tiada kekuatan, kecuali daya dan kekuatan dari Allah)
(Sholihin, 2004:89). Bacaan La hawla wala quwwata illa billah disebut
sebagai Hauqalah, yang memiliki arti “Tiada kemampuan untuk
menghalangi dan menampik sesuatu bencana (hal-hal yang terasa tidak
nyaman di hati), dan tidak ada kekuatan untuk mendatangkan
kemaslahatan (dan halhal positif) kecuali semua yang bersumber dari
Allah SWT. Lafaldz ini diucapkan saat terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan terjadi. Kalimat dzikir ini memiliki makna untuk
menanamkan dalam hati hambanya, bahwa semua yang terjadi atas
kuasa Allah SWT. Agar manusia mengingat, jangan bersedih saat
kecewa dan jangan terlalu bergembira saat mencapai keberhasilan
karena semua berasal dari kuasa Allah SWT (Shihab, 2018:76).
4. Adab Berdzikir
Dalam pelaksanaan berdzikir terdapat tata cara ataupun adab secara umum
yang harus dilaksanakan, yaitu :
a. Suci dari Hadast
Saat berdzikir seseorang harus dalam kondisi suci dari hadats kecil
maupun besar dengan cara berwudhu. Sebab dzikir yang dilakukan saat
kondisi suci jiwa akan lebih khusyu’.
b. Menghadap Kiblat
Hal ini dilakukan jika tempat pelaksanaan dzikir memungkinkan
seperti saat berdo’a , membaca Al Qur’an dan berada pada majlis.
c. Bersuara Lirih
Cara melafadzkan dzikir dengan suara yang lirih untuk menjaga
ketentraman hati, mendapatkan kekhusyu’an dan mempermudah untuk
mencapai keberhasilan dalam melakukan dzikir.
d. Menghadirkan Hati dan Fikiran
Dalam pelaksanaannya, saat berdzikir seseorang harus menghadirkan
hati dan fikiran tentang apa yang dibaca dengan cara memaknai setiap
apa yang diucapkannnya (Ilma, 2018:28).
5. Hubungan Konseling dengan Terapi Dzikir
Dzikir sebagai suatu terapi memiliki unsur psikoterapeutik yang
terdapat dalam kesehatan jiwa. Saat melakukan dzikir maupun berdo’a, akan
tumbuh sugesti yang tumbuh dalam dirinya dan membuat seseorang akan
melakukan perbuatannya sesuai dengan apa yang diyakini, dipercayai dan
diharapkannya dalam do’a. Dalam terapi dzikir terdapat kekuatan spiritual
kerohanian yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri, optimisme, dan
mempengaruhi kesehatan psikis maupun fisik.
Menurut King Rebecca Gould, terapi dapat bekerja lebih baik daripada
obat karena terapi berfokus kepada penyebab masalahnya seperti penyebab
kecemasan. Terapi dzikir merupakan salah satu bentuk psikoterapi yang sama
dengan meditasi. Pendapat yang sama juga dikatakan oleh Ancok dan Suroso,
bahwa dalam terapi dzikir terdapat aspek terapeutik yang berwujud
autosugesti. Autosugesti sendiri adalah pengaruh rangsangan kepercayaan
yang muncul dalam diri hingga dapat mempengaruhi pikiran dan tindakan.
Dalam pelaksanaan terapi dzikir, terdapat lafaldz dzikir yang mengucapkan
nya dengan cara berulang-ulang. Cara pengucapan berulang-ulang ini
memberikan pengaruh sugesti pada orang yang mengucapkannya sehingga
seseorang yang melakukan dzikir akan memaknai setiap lafaldz dzikir yang
diucapkan, dan menimbulkan kepercayaan dalam dirinya bahwa Allah SWT
selalu bersama hambanya yang mengingatnya dalam kondisi apapun.
Disisi lain dalam diri orang yang berdzikir dengan khusyuk juga akan
muncul keinginan untuk mewujudkan apa yang diucapkannya dalam bentuk
perbuatan yang positif dan sikap optimis dalam menjalani kehidupan.
Sehingga terapi dzikir ini juga memiliki pengaruh baik pada kesehatan fisik
maupun psikis seperti ketenangan, kebahagiaan, ketentraman dan dapat
terhindar dari penyakit psikis sepertikecemasan, stress, depresi dan lain
sebagainya.
G. Kajian Pustaka
Peneliti yang relevan memberikan pemaparan tentang penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh peneliti sebelumnya, maka dari itu untuk mengetahui keaslian peneliti
perlu adanya tinjuan pustaka. Berikut adalah penelitian sebelumnya yang sudah
dilakukan :
1. Penelitian dari Anggi Riska Ramadhanti mahasiswa dari Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel dengan judul “Terapi Dzikir dalam Mereduksi
Kecemasan Seorang Remaja di Desa Kalirejo Kabupaten Bojonegoro” dalam
hasil penelitian dapat dilihat bahwa pemberian terapi dzikir dalam
menurunkan kecemasan pada remaja sangat berpengaruh dalam menurunkan
tingkat kecemasan. Persamaan dengan penelitian ini adalah pemberian
terapinya, sedangkan perbedaannya pada penelitian ini menggunakan layanan
konseling kelompok.
2. Penelitian dari Muhibbatul Ilma dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
dengan judul “Bimbingan Dan Konseling Islam Dengan Penerapan Dzikir
Nurur Rohmah Untuk Menangani Kecemasan Seorang Santri Baru Di Pondok
Pesantren Nururrohmah Mbelud Sarirejo Kecamatan Mantup Kabupaten
Lamongan” Persamaan kedua penelitian ini sama menggunakan terapi dzikir
dalam menangani kecemasan, sedangkan perbedaannya terdapat pada
penelitian terdahulu menerapkan terapi dzikir berupa dzikir khusus yaitu
Dzikir Nurur Rohmah untuk menangani kecemasan seorang santri baru
sedangkan penelitian sekarang menerapkan terapi dzikir pada kecemasan
seorang remaja didesa jetis klari kecamatan karanggede kabupaten boyolali.
3. Penelitian dari Amellia Rozza Destyani dengan judul “Pengaruh Terapi Dzikir
Pada Tingkat Kecemasan Pada Pasien Stroke” Persamaan kedua penelitian ini
sama menggunakan terapi dzikir dalam mengatasi kecemasan yang dialami
seseorang, sedangkan perbedaannya adalah pada subjeknya, untuk penelitian
terdahulu subjeknya adalah seorang pasien tetapi untuk penelitian saya ini
subjeknya adalah seorang remaja.
DAFTAR PUSTAKA