Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TERAPI WUDHU, MANDI, ISTINJA’

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Terapi Spiritual Islam
Dosen Pengampu: Siti Thohurotul Ula, M.Pd.I

Disusun Oleh:
Diyah Febriana (23080200036)
Ulfa Hidayahtul U (23080200048)
Angelia Nur Safitri (23080200057)

KELAS 5B
PRODI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA
2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT. senantiasa kita ucapkan atas
rahmat dan hidayahNya berupa iman dan kesehatan akhirnya saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tercurahkan pada baginda kita Nabi
agung Muhammad SAW. semoga syafaatnya mengalir pada kita kelak.
Makalah dengan judul “Terapi Wudhu, Mandi, Istinja’’’ dibuat untuk
melengkapi tugas mata kuliah Teknik Terapi Spiritual Islam. Pada isi makalah
disampaikan mengenai pengertian dari terapi sendiri juga cara terapinya.
Saya mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah mendukung serta
membantu penyelesaian makalah hadis. Besar harapan saya agar makalah ini bisa
menjadi rujukan peneliti selanjutnya. Saya juga berharap agar isi makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Dengan kerendahan hati, saya memohon maaf apabila ada kesalahan penulisan.
Kritik yang terbuka dan membangun sangat saya nantikan demi kesempurnaan
makalah. Demikian kata pengantar ini saya sampaikan. Terima kasih atas semua
pihak yang membantu dan membaca makalah ini.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Salatiga, 19 Oktober
2022

Penulis

i
KATA PENGANTAR....................................................................................................i

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................2

C. Tujuan Masalah..................................................................................................2

BAB II...........................................................................................................................3

PEMBAHASAN............................................................................................................3

A. Pengertian...........................................................................................................3

B. Terapi Wudhu.....................................................................................................3

C. Terapi Mandi ................................................................................................... 6


C. Terapi Istinja’.....................................................................................................6

BAB III........................................................................................................................11

PENUTUP...................................................................................................................10

A. Kesimpulan.......................................................................................................10

B. Saran.................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam mengajarkan manusia pada hakikatnya adalah makhluk ciptaan
Allah Swt. yang sempurna. Dalam menjaga kebersihan untuk terhindar
dari berbagai gangguan jiwa, menusia memiliki prinsip dengan menjaga
Wudhu salah satu kegiatan bersuci yang selalu dilakukan untuk
melaksanakan sholat ataupun kegiatan untuk menjaga diri dari suatu hal
yang dapat membuat kita merasa lebih aman dengan segala sesuatu yang
akan dikerjakan. Maka dari itu, meningkatkan Therapy secara umum,
menunjuk pada suatu proses korektif atau kuratif, atau penyembuhan,
sangat lazim dipakai dalam bidang medical; kerap kali pula digunakan
secara bertukar-pakai dengan konseling (counseling) dan psikoterapi
(psychotherapy).
Setiap orang pasti menginginkan dirinya sehat, baik sehat secara
jasmani maupun rohani. Kesehatan jasmani terwujud apabila seseorang
tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang
secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal
atau tidak mengalami gangguan. Sedangkan kesehatan rohani merupakan
suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman
dan tentram.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian terapi?
2. Apa pengertian terapi wudhu?
3. Apa pengertian terapi mandi?
4. Apa pengertian terapi istinja’?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk memahami pengertian terapi
2. Untuk memahami pengertian terapi wudhu
3. Untuk memahami pengertian terapi mandi
4. Untuk memahami pengertian terapi istinja’

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Terapi
Terapi diambil dari kata Theerapein yang berarti menyembuhkan. Dalam
proses terapi adalah pengobatan remidiasi masalah kesehatan, biasa disebut
diagnosis. Terapi menurut KBBI adalah usaha untuk memulihkan kesehatan
orang yang sakit; pengobatan penyakit; perawatan penyakit. Menurut
Wikipedia Terapi dalam bahasa yunani atau pengobatan, atau remediasi
masalah kesehatan, biasanya mengikuti diagnosis. Terapi dianggap sebagai
perubahan perilaku seperti itu melalui pembelajaran baru, atau
ketidakmampuan mempelajari perilaku lama melalui perlaku paparan
sehingga diperlukan keterampilan seorang terapis perilaku.

B. Terapi Wudhu
Wudhu dengan huruf wawu yang dibaca dhammah. Ia berasal dari lafal al
wadha’ah yang berarti baik dan bersih. Diberi nama demikian karena
berwudhu dapat membersihkan orang yang melakukannya dan membuatnya
kelihatan bersih serta ceria. Al-Wudhu menurut bahasa adalah membasuh
sebagian anggota wudhu secara mutlak, sedangkan menurut syara adalah
membasuh organ tubuh tertentu dengan cara yang khusus. Wudhu berasal dari
lafal al-masyaqqah yang berarti berat.
Dikatakan demikian karena Rasulullah Saw melihat bahwa amalan siwak
secara rutin bisa memberatkan umat beliau.
1. Tata cara berwudhu
a. Membaca Bismillahirrahmanirrahim
b. Mengikhlaskan niatnya karena Allah Swt.
c. Basuhlah telapak tanganmu tiga kali
d. Hisaplah air dari telapak tangan sebelah dan berkumurlah tiga kali.

3
e. Membasuh muka tiga kali dengan mengusap kedua sudut mata dan
lebihkanlah membasuhnya.
f. Basuhlah kedua tangan beserta dua siku dengan digosok tiga kali dan
selah-selah jari mulai dengan sebelah kanan
g. Mengusap ubun-ubun kepala dengan menjalankan kedua telapak
tangan dari ujung maka kepala dengan menjalankan kedua telapak dari
ujung muka kepala hingga tengkuk dan dikembalikan lagi pada
permulaan.
h. Kemudian usaplah kedua telingamu sebelah luarnya dengan dua ibu
jari dan sebelah dalamnya dengan kedua telunjuk.
i. Basuh kedua kakimu beserta kedua mata kaki, dengan digosok tiga
kali dan selah-selah jari kaki. Mulailah dari yang kanan dan
sempurnakanlah dengan membasuh kedua kaki itu.
j. Kemudian, ucapkanlah “Ashadualla-ila-ha illallah-h wahdahu-la
syarikalah, wa asyhadu anna Muhammadan abduhu-wa rasuluh”.
2. Manfaat Wudhu
Manfaat Hikmah wudhu salah satu yang dikembangkan lebih
dalam, begitu pula dengan kesibukan manusia didunia yang begitu
menguras waktu dan emosi. Keistimewaan ini hanya Allah berikan kepada
umat Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam. Diantara fadhilah
wudhu ialah bahwa wudhu bisa mensucikan sang mutawadhdhi’ (orang
yang wudhu) dari kesalahan dan dosa, serta membersihkan anggota tubuh
yang dibasuhnya dari kotoran-kotoran yang menempel.
Sehingga wudhu jalan keluar untuk memulai kembali pikiran yang
positif dan konsentrasi dalam hal mengaji dan shalat. Wudhu mempunyai
makna tersendiri bagi makhluk-Nya. selain memiliki makna yang
mendalam, wudhu juga memiliki manfaat yaitu:
a.) Wudhu itu menyucikan
Syarat sah shalat adalah kesucian tubuh dari hadas, baik hadas
besar maupun kecil. Hadas besar disucikan dengan mandi wajib,

4
sedangkan hadas kecil disucikandengan istinja’ dan ritual bersuci yang
wajib dikerjakan sebelum shalat yakni berwudu. Wudhu diharapkan dapat
mensucikan diri dari berbagai hadas, kotoran-kotoran, maupun perbuatan
yang mengganggu diri seseorang, menyucikan rohani(moral agama), serta
menyucikan batin.
b.) Wudhu itu membersihkan
Keseluruhan rangkaian wudhu mencerminkan kebersihan. Segitu
berartinya hingga ada sebuah semboyan yang berbunyi “Kebersihan
adalah sebagian dari iman”. Kebersihan yang dimaksudkan adalah
kesucian dalam kehidupan sehari-hari baik kesucian lahir (kesehatan
tubuh) maupun kesucian rohani (moral agama). Siklus kehidupan tercakup
semua dalam makna gerakan wudhu mulai dari niat dan diakhiri dengan
mencuci kaki. Setiap kali berwudhu, kotoran-kotoran yang bersarang
dibagian tubuh akan tersapuh bersih sehingga bebas dari segala kotoran
dan bibit-bibit penyakit. Air yang meresap melalui pori-pori kulit tubuh
akan membantu membersihkan bagian-bagian luar maupun dalam kulit
dari kotoran, melepaskannya, dan melarutkannya. Wudhu tidak hanya
membersihkan panca indra yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari
saja, akan tetapi kelima panca indra, yakni; perasa atau peraba (kulit),
pengecap (rongga mulut), pencium (rongga hidung), penglihat (mata), dan
pendengar (telinga).
c.) Wudhu itu menyegarkan
Wudhu juga meresap molekul-molekul air yang bersinggungan
langsung dengan bagian-bagian tertentu,juga memiliki banyak titik syaraf
yang berhubungan langsung dengan organ-organ internal tubuh manusia
(contohnya kulit kepala). Sehingga menyebabkan badan segar kembali
karena sifat air yang menimbulkan kesejukan. Ion-ion molekul air
sehingga kulit menjadi cerah, segar dan sehat.
Seorang pakar kesehatandari Jerman Prof. Dr. Jamieson
mengatakan bahwa mencuci badan dan mandi sangat menguntungkan

5
bukan hanya membersihkan tetapi juga menguatkan kulit dan
menyegarkan badan serta merangsang alat-alat pencernaan dalam
pertukaran-pertukaran zat.

C. Terapi Mandi
Terapi berasal dari bahasa Belanda yang berarti upaya untuk
memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit. Dalam literatur yang lain
disebutkan bahwa terapi merupakan penyembuhan penyakit atau kelemahan
dengan memenuhi syarat-syarat. Sedangkan dalam kamus psikologi, terapi
adalah satu perlakuan dan pengobatan yang ditujukan kepada penyembuhan
satu kondisi patologis.3 Sedangkan mandi adalah mengalirkan air suci
mensucikan ke seluruh tubuh. Dasar hukumnya adalah firman Allah yang
artinya: “ Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (Al-Baqarah:222)
Mandi ini dimaksudkan untuk mengendorkan atau mengurangi
ketegangan otot serta urat syaraf dan juga akan memberikan kejernihan dalam
pikiran. Terapi mandi dalam penelitian ini adalah suatu penyembuhan atau
usaha jiwa dengan cara mensucikan dirinya (thaharah) dengan mandi taubat
pada sepertiga malam sehingga diharapkan terapi ini mampu memberi solusi
dari problem kejiwaan setiap manusia. Sedangkan yang dikaji secara riil
adalah proses terapi mandi pada sepertiga malam terhadap klien pecandu
narkotika di Pondok Pesantren Al-Qodir Cangkringan Sleman Yogyakarta.

D. Terapi Istinja’
Dalam ilmu fiqih, istinja adalah membersihkan sesuatu (najis) yang
keluar dari qubul atau dubur menggunakan air atau batu dan benda sejenisnya
yang bersih dan suci. Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi dalam Fikih Empat
Madzhab Jilid 1 menjelaskan, istilah ini disebut juga dengan istithabah atau
istijmar.

6
Hanya saja, istijmar biasanya dikhususkan untuk istinja dengan batu.
Istijmar sendiri diambil dari kata al-jimar yang berarti kerikil kecil.
Sedangkan, disebut juga dengan istithabah karena dampak yang
ditimbulkannya (membersihkan kotoran) membuat jiwa terasa nyaman.
Berikut Hukum Istinja’ menurut Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi
mengatakan istinja hukumnya fardhu. Ulama Hanafiyah berkata bahwa
hukum istinja atau aktivitas lain yang menggantikan kedudukannya seperti
istijmar adalah sunnah muakkadah, baik bagi laki-laki maupun perempuan.
Sementara itu, Hasan ibn Salim al-Kaf dalam al-Taqrirat al-Sadidah
sebagaimana dijelaskan Rosidin membagi hukum istinja menjadi 6 jenis.
Antara lain sebagai berikut:
1. Wajib: Istinja hukumnya wajib jika yang keluar adalah najis yang kotor
lagi basah. Seperti air seni, madzi, dan kotoran manusia.
2. Sunnah: Istinja hukumnya sunnah jika yang keluar adalah najis yang tidak
kotor. Contohnya cacing.
3. Mubah: Jika beristinja dari keringat.
4. Makruh: Istinja hukumnya makruh jika yang keluar adalah kentut.
5. Haram: Haram namun sah jika beristinja dengan benda hasil ghashab.
Istinja hukumnya haram dan tidak sah jika beristinja dengan benda yang
dimuliakan seperti buah-buahan.
6. Khilaf al-aula yakni antara mubah dan makruh: Jika beristinja dengan air
zam-zam.
Tata cara istinja’ sebagai berikut:
Secara umum, tata cara beristinja ada tiga. Pertama, menggunakan
air dan batu. Cara ini merupakan cara yang paling utama. Batu dapat
menghilangkan bentuk fisik najis. Sementara itu, air yang digunakan harus
suci dan menyucikan. Air tersebut dapat menghilangkan bekas najis.
Kedua, menggunakan air saja. Ketiga, menggunakan batu saja.
Adapun, batu yang diperbolehkan untuk beristinja haruslah suci, bukan

7
najis atau terkena najis, merupakan benda padat, kesat, dan bukan benda
yang dihormati.
Dalam Islam, ada beberapa adab yang perlu diperhatikan saat buang hajat.
Antara lain sebagai berikut:
1. Istibra, yaitu mengeluarkan kotoran yang tersisa di dalam makhraj, baik
itu air kencing maupun kotoran, sampai dirasa tidak ada lagi kotoran yang
tersisa.
2. Diharamkan buang hajat di atas kuburan. Alasan mengenai pendapat ini
karena kuburan adalah tempat di mana orang bisa mengambil nasihat dan
pelajaran. Maka, termasuk adab sangat buruk jika seseorang justru
membuka aurat di atas kuburan dan mengotorinya.
3. Tidak boleh membuang hajat pada air yang tergenang. Diriwayatkan dari
Jabir, Rasulullah SAW melarang kencing pada air yang tergenang (HR.
Muslim, Ibnu Majah, dan yang lainnya).
4. Dilarang buang hajat di tempat-tempat sumber air, tempat lalu lalang
manusia, dan tempat bernaung mereka. Pendapat ini merujuk pada sabda
Rasulullah SAW dalam sebuah hadits. Rasulullah SAW bersabda:
"Berhati-hatilah kalian dari dua hal yang dilaknat (oleh manusia." Para
sahabat bertanya, "Apa yang dimaksud dengan dua penyebab orang
dilaknat?" Beliau menjawab, "Orang yang buang hajat di jalan yang biasa
dilalui manusia atau di tempat yang biasa mereka bernaung." (HR. Muslim
dan Abu Dawud).
5. Dilarang buang hajat dengan menghadap atau membelakangi kiblat.
6. Dimakruhkan bagi orang yang membuang hajat untuk melawan arah
angin. Sebab, dikhawatirkan adanya percikan air kencing yang
membuatnya terkena najis.
7. Dimakruhkan bagi orang yang sedang buang hajat untuk berbicara.
Namun, apabila memang ada kebutuhan maka diperbolehkan untuk
berbicara, seperti meminta gayung untuk membersihkan najis.

8
8. Dimakruhkan menghadap matahari dan bulan secara langsung. Sebab,
keduanya merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT dan nikmat-Nya
bermanfaat bagi seluruh alam semesta.
9. Dianjurkan untuk istinja dengan tangan kiri. Sebab, tangan kanan
digunakan untuk makan dan sebagainya.

9
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Terapi menurut KBBI adalah usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang
sakit; pengobatan penyakit; perawatan penyakit. Ada beberapa terapi diatas yang
dibahas, yaitu terapi wudhu, terapi mandi, terapi istinja’. Tata cara dalam
membersihkan diri adalah dengan wudhu, mandi, dan istinja’. Dalam melakukan
terapi diatas pastinya membutuhkan air. Air adalah zat atau materi atau unsur yang
penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi. Air merupakan sumber kehidupan
pertama bagi manusia, selain hewan dan tumbuhan juga tentunya.

Saran
Kepada konselor maupun calon konselor diharapkan dapat menerapkan teknik
diatas. Diharapkan pembaca juga dapat memahami dan mempraktikkan pengobatan
teknik terapi, juga bisa menjadi tambahan informasi untuk mengembangkan
penelitian.

10
Daftar Pustaka

Budiharjo dkk. Kamus Psikologi, (Semarang: Dahara Prize, 1978)


Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Syamil Cipta Media, 2005)
J.P. Chaplin, “Kamus Lengkap Psikologi”, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002)
Mappiare, Andi .2013. Kamus Istilah Konseling & Terapi.Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta:
Modern English Pres, 1991)

11

Anda mungkin juga menyukai