LP L. Wahyu Dirgantara Aji
LP L. Wahyu Dirgantara Aji
DISUSUN OLEH :
NIM : 090STYC22
Tanggal Pengesahan :
9. Penatalaksanaan
a. Terapi Farmakologis/ Pemberian Analgesik Analgesik merupakan
istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok obat yang
digunakan sebagai penahan sakit. Obat analgesik berfungsi untuk
mengurangi rasa nyeri, terutama lewat daya kerjanya atas sistem saraf
sentral dan menubah respons seseorang terhadap rasa sakit (Sutanto &
Fitriana, 2014). Tujuan pemberian analgesik adalah untuk meredakan
atau menurunkan nyeri sementara tetap memperhatikan kemampuan
klien untuk mengontrol lingkungannya, berpartisipasi dalam upaya
perawatan, dan menurunkan efek samping (M.Black & Hawks, 2014).
b. Terapi Non Farmakologis Ada sejumlah terapi nonfarmakologis yang
mengurangi resepsi dan persepsi nyeri dan dapat digunakan pada
keadaan perawatan akut dan perawatan tersier sama seperti di rumah
dan pada keadaan perawatan restorasi (Potter & Perry, 2005). Terapi
nonfarmakologis dapat dikombinasikan dengan terapi farmakologis.
Tindakan nonfarmakologis mencangkup intervensi perilaku kognitif
dan penggunaan agen-agen fisik (Potter & Perry, 2005). Beberapa
tindakan nonfarrmakologis yaitu:
1) Bimbingan Antisipasi Memodifikasi secara langsung cemas yang
berhubungan dengan nyeri menghilangkan nyeri dan menambah
efek tindakan untuk menghilangkan nyeri yang lain (Potter &
Perry, 2005).
2) Relaksasi Teknink ini didasarkan kepada keyakinan bahwan
tubuh berespons pada anssietass yang merangsang pikiran karena
nyeri atau kondisi penyakitnya. Teknik relaksasi dapat
menurunkan ketegangan fisiologis (Asmadi, 2009). Terdapat
banyak jenis dari teknik relaksasi yaitu, relaksasi nafas dalam,
relaksasi progresif, napas ritmik dan relaksasi autogenik.
Distraksi Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien dari nyeri
(Asmadi, 2009). Sistem aktivasi retikular menghambat stimulus
yang menyakitkan jika seseorang menerima masukan sensori
yang cukup atau berlebihan. Distraksi mengalihkan perhatian
klien ke hal yang lain dan dengan demikian menurunkan
kewaspadaan terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi
terhadap nyeri (Potter & Perry, 2005). Teknik distraksi yang
dapat dilakukan adalah mendengarkan musik, guaided imagery,
meditasi, hipnotis dan humor.
3) Stimulasi Kutaneus Stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit
yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri (Potter & Perry,
2005). Stimulasi kutaneus mengaktivasi serat berdiameter lebar
(A-beta), yang menstimulasi neuron inhibitor di medula spinalis
dan berikatan dengan sistem analgesik desenden. Macam-macam
stimulasi kutaneus yaitu, pijet, kompres hangat dan dingin,
transcutaneous elecktrical nerve stimulation (TENS), akupuntur
dan akupresur (M.Black & Hawks, 2014).
4) Biofeedback Biofeedback merujuk pada berbagai macam teknik
yang memberikan klien informasi mengenai perubahan dalam
fungsi tubuh yang biasanya tidak disadari klien, seperti tekanan
darah. Tujuan dari biofeedback dalam manajemen nyeri adalah
untuk mengajarkan kontrol diri atas variabel fisiologis yang
berkaitan dengan nyeri, sepertii kontraksi otot dan tekanan darah
(M.Black & Hawks, 2014).
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien, identitas penanggung jawab
b. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien sebelum masuk RS dan saat masuk RS.
Biasanya klien mengeluh nyeri perut, defans muskular, muntah dan
lain-lain.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang. Bagaimana serangan itu timbul,
lokasi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi dan
memperberat keluhan sehingga dibawa ke Rumah Sakit.
2) Riwayat kesehatan dahulu. Megkaji apakah klien pernah sakit
seperti yang dirasakan sekarang dan apakah pernah menderita
HT atau penyakit keturunan lainnya yang dapat mempengaruhi
proses penyembuhan klien.
3) Riwayat kesehatan keluarga. Gambaran mengenai kesehatan
keluargadan adakah penyakit keturunan atau menular.
4) Genogram
d. Pengkajian Nyeri
1) Skor nyeri (Comfort pain scale)
Interpretasi:
Skor total dari lima para meter diatas menentukan tingkat
keparahan nyeri dengan skala 0-10, nilai 10 menunjukkan tingkat
nyeri yang hebat
4) NIPS (Neonatal Infant Pain Scale)
Assessment nyeri
Ekspresi wajah
0 - Otot relaks Wajah tenang ekspresi netral
1 - Meringis Otot wajah tegang, alis berkerut (ekspresi wajah
negatif)
Tangisan
0 - Tidak menangis Tenang, tidak menangis
1 - Merengek Mengerang lemah intermiten
2 - Menangis keras Menangis kencang, melengking terus menerus
( catatan: menangis tanpa suara diberi skor bila
bayi diinkubasi)
Pola napas
0 – Relaks Bernafas biasa
1 - Perubahan nafas Tarikan iregurel, lebih cepat disbanding biasa,
menahan napas, tersedak
Tungkai
0 – Relaks Tidak ada kekakuan otot, gerakan tungkai biasa
1 – Fleksi/ Ekstensi Tegang kaku
Tingkat Kesadaran
0 – Tidur/Bangun Tenang, tidur lelap atau bangun
1 – Gelisah Sadar atau gelisah
Interpretasi:
Skor 0 : tidak perlu intervensi
Skor 1-3 : intervensi non-farmakologi
Skor 4-5 : terapi analgetik non-opioid
Skor 6-7 : terapi opioid
5) The Numeric Pain Scale
Numeric Pain Intensity Scale merupakan alat ukur
pengkajian nyeri pada orang dewasa yang dirasakan pada 24 jam
terakhir. Pengukuran dibagi menjadi tiga tingkatan: nyeri ringan
(1-3), nyeri sedang (4-6), dan nyeri berat (7-10)
7) Karakteristik Nyeri
Nyeri yang dialami individu memiliki beberapa karakteristik
tertentu. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST, yaitu
sebagai berikut (Hidayat & Uliyah, 2014) :
P (provokatif) yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau
ringannya nyeri.
Q (quality) yaitu rasa nyeri yang seperti apa, contoh: rasa
tajam, tumpul, atau tersayat.
R (region) yaitu daerah perjalanan nyeri.
S (saverity) yaitu keparahan atau intensita nyeri.
T (time) yaitu lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum ibu, suhu, tekanan darah, respirasi, nadi, keadaan
kulit, berat badan, dan tinggi badan.
2) Pemeriksaan kepala wajah: Konjungtiva dan sklera mata normal
atau tidak.
3) Pemeriksaan leher : Ada tidaknya pembesaran tiroid.
4) Pemeriksaan thorax : Ada tidaknya ronchi atau wheezing, bunyi
jantung.
5) Pemeriksaan payudara : Bentuk simetris atau tidak, kebersihan,
pengeluaran (colostrum, ASI atau nanah), keadaan putting, ada
tidaknya tanda dimpling/retraksi.
6) Pemeriksaan abdomen: Tinggi fundus uteri, bising usus, kontraksi,
terdapat luka.
7) Pemeriksaan eksremitas atas: ada tidaknya oedema, suhu akral,
eksremitas bawah: ada tidaknya oedema, suhu akral, simetris atau
tidak, pemeriksaan refleks.
8) Genetalia: Menggunakan dower kateter. Pemeriksaan laboratorium
f. Terapi
Terapi ini meliputi obat yang diberikan ke klien selama dirawat di
rumas sakit
g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah lengkap meliputi pemeriksaan hemoglobin (Hb),
Hematokrit (HTC) dan sel darah putih (WBC)
2. Diagnosa Keperawatan
Analisa Data
Merangsang nosiseptor
(reseptor nyeri)
Medulla spinalis
Otak
(korteks somatosensorik)
Persepsi nyeri
Nyeri akut
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedra fisik (post operasi caesar)
ditandai dengan pasien tampak meringis
3. Intervensi
4. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan dalam proses
keperawatan dalam proses keperawatan dan sangat menuntut kemampuan
intelektual, keterampilan dan tekhnik keperawatan. Pelaksanaan
keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan yang didasari
kebutuhan pasien untuk mengurangi atau mencegah masalah serta
merupakan pengelolaan atau perwujudan rencana keperawatan pada
seorang pasien. Ada 2 syarat hasil yang diharapkan dalam pelaksanaan
keperawatan menurut Moorhead S, (2016) yaitu:
a. Merencanakan perawatan, segala informasi yang tercakup dalam
rangka keperawatan, merupakan dasar atau pedoman dalam
tindakan,
b. Mengidentifikasi reaksi pasien, dituntut usaha yang tidak tergesah-
gesah dan teliti agar dapat menemukan reaksi pasien sebagai akibat
tindakan keperawatan .
5. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan
untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan. Pada
pasien dapat dinilai hasil pelaksanaannya perawatan dengan melihat
catatan perkembangan, hasil pemeriksaan pasien, melihat langsung
keadaan dan keluhan pasien, yang timbul sebagai masalah berat. Evaluasi
harus berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai. Evaluasi dapat dilihat
4 kemungkinan yang menentukan tindakan-tindakan perawatan
selanjutnya antara lain :
1. Apakah pelayanan keperawatan sudah tercapai atau belum
2. Apakah masalah yang ada telah terpecahkan/teratasi atau belum
3. Apakah masalah sebagian terpecahkan/tidak dapat dipecahkan
4. Apakah tindakan dilanjutkan atau perlu pengkajian ulang
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Jakarta:Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Anas Tamsuri. (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC.
Andarmoyo. 2017. Konsep dan proses Keperawatan Nyeri. Yogjakarta:
ARRUZZ MEDIA.
Anugraheni, 2013 dalam Rahmadhayanti, Eka, 2017. Jakarta
Asmadi (2008). Teknik Prosedural Keperawatann: Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Asmadi (2009). Konsep dan Aplikasi Kebutuhan dasar Manusia. Jakarta:
Salemba Medika.
Bare BG., Smeltzer SC. 2001. Buku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Hal: 45-47.
Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R.
Jakarta: Salemba Emban Patria