Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

TENTANG PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH

DAN MASA KHULAFAUR RASYIDIN

Mata Kuliah : Sejarah Pendidikan Islam (SPI)

Dosen Pengampu : Dr. Endang Eko Wati, M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok II

1. Alda Khoirunnisa Septiana


2. Ghulami Aziz
3. Muhammad Bintang Fajri
4. Rahmat Fajri
5. Suparman

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AN-NUR LAMPUNG

TAHUN AKADEMIK 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan


Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan
pengetahuan sehingga makalah tentang Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah
dan Masa Khulafaur Rasyidin pada Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Islam ini bisa
selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman
yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini
bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih banyak kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.

Lampung, 22 Januari 2022


Penyusun

Kelompok II

i
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I – PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2

BAB II – PEMBAHASAN ................................................................................ 3

A. Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah ................................................ 3


1. Periode Mekkah ................................................................................. 3
a. Dilakukan dengan cara rahasia ..................................................... 4
b. Tahap pendidikan Islam secara terang-terangan ........................... 4
c. Tahapan pendidika Islam untuk umum ......................................... 5
2. Periode Madinah ................................................................................ 6
a. Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu
kesatuan social dan politik ............................................................ 7
b. Pendidikan social politik dan kewarganegaraan ........................... 7
c. Pendidikan anak dan Islam ............................................................ 7
I. Metode Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah ............................. 8
a. Halaqah ......................................................................................... 9
b. Tanya Jawab ................................................................................. 9
c. Hafalan .......................................................................................... 9
d. Cerita ............................................................................................. 10
e. Statistic .......................................................................................... 10
f. Lukisan .......................................................................................... 10
g. Bahasa Isyarat ............................................................................... 11

ii
II. Tujuan Pendidikan Islam dimasa Rasulullah ..................................... 11

B. Pendidikan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin ................................. 11


1. Pada Masa Abu-Bakar as-Siddiq (632 – 634 M) ............................... 11
2. Masa Umar bin Khatab (13-23 H ; 634 – 644 M) ............................. 15
3. Masa khalifah Usman bin Affan (23-35 H: 644-656 M) ................... 19
4. Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib (35-40 H: 656-661 M) ................ 22

BAB III – PENUTUP ....................................................................................... 25

A. Kesimpulan ........................................................................................... 25
B. Saran ..................................................................................................... 26

Daftar Pustaka ................................................................................................... 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dunia pendidikan yang sekarang kita rasakan, merupakan


hasil dari proses perkembangan pendidikan yang terjadi di masa lampau. Dimana
sejarah pendidikan sudah ada sejak Islam diturunkan oleh Allah di muka bumi ini,
yakni sejak nabi Adam As diutus oleh Allah untuk menjadi khalifah yang pertama
di dunia. Proses atau pendidikan pada masa Rasulullah tepatnya adalah ketika
beliau diutus Allah menjadi Nabi sekaligus Rasul yaitu untuk mengemban risalah
Islam.

Pendidikan yang ada pada masa Rasulullah tidaklah jauh berbeda dengan
pendidikan yang ada pada masa sekarang. Dimana Nabi Muhammad Saw dalam
menyebarkan Islam sudah dapat menggunakan metode-metode yang sesuai dengan
perkembangan masa itu. Sehingga apa yang menjadi tujuan dari setiap
pendidikannya tersebut terlaksana dengan prestasi yang memuaskan.

Namun, sarana pendidikan yang ada pada masa Rasulullah sangatlah jauh
berbeda dengan sarana dan prasarana pendidikan modern sekarang ini. Dimana
pada waktu itu belum ada apa yang kita katakana gedung sekolah, serta sarana
penunjang lainnya seperti apa yang ada pada masa sekarang, tetapi tujuan
pendidikan justru lebih berhasil ketika masa Nabi Saw dibandingkan dengan
keberhasilan pendidikan yang diharapkan pada masa sekarang. Keberhasilan
pendidikan yang diterapkan oleh Rasulullah Saw bukan saja dirasakan oleh
masyarakat Makkah dan Madinah, namun sudah menyebar hampir di seluruh
jazirah arab, bahkan keseluruh Dunia.

Setelah Nabi Muhammad Saw. wafat, kaum Anshar menghendaki agar orang
yang menggantikan menjadi khalifah adalah dari kalangan mereka. Ali ibnu Abi
Thalib menginginkan beliaulah yang menjadi khalifah, karena ia menantu dan

1
kerabat terdekat Nabi. Namun sebahagian besar kaum muslimin menghendaki Abu
Bakar. Maka dipilihlah beliau menjadi khalifah. Orang-orang yang tadinya ragu-
ragu, segera ikut memberikan bai’ah kepada Abu Bakar. Selanjutnya kekhalifahan
dilanjutkan oleh Umar ibnu Khattab, Usman ibnu Affan dan terakhir khalifah Ali
ibnu Abi Thalib. Para khalifah memusatkan perhatiannnya kepada pendidikan,
syiarnya agama, dan kokohnya Negara Islam. Materi pendidikan yang dicontohkan
oleh Nabi Saw. adalah: pendidikan tauhid, pendidikan shalat (ibadah), pendidikan
adab sopan santun dalam keluarga dan dalam bermasyarakat (kehidupan sosial),
pendidikan kepribadian, dan pendidikan hanka. pendidikan islam bersumber pada
Al-Qur’an dan Hadist untuk membentuk manusia yang beriman dan bertakwa
terhadap Allah SWT, dan untuk memelihara nilai-nilai kehidupan sesama manusia
agar dapat menjalankan pendidikan dan dapat menjalanakan seluruhh
kehidupannya, sebagaimana yang telah di tentukan Allah dan RasulNya demi
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Maka dari itu dalam makalah ini akan membahas dan menceritakan tentang
bagaimana proses perkembangan sejarah pendidikan islam pada masa Rasulullah
dahulu, Dengan tujuan agar kita menjadi generasi muda yang berperan aktif dalam
menghadapi pendidikan dan mampu membentuk dan menjadikan pendidikan islam
yang terdepan sekaligus mampu mewarnai sepanjang zaman.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Pendidikan Islam dimasa Rasulullah?
2. Apa metode yang digunakan dalam pendidikan pada masa Rasulullah?
3. Apa tujuan pendidikan pada masa Rasulullah?
4. Bagaiman Pendidikan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sejarah pendidikan pada masa Rasulullah.
2. Mengetahui metode yang digunakan dalam pendidikan pada masa Rasulullah.
3. Mengetahui tujuan pendidikan pada masa Rasulullah.
4. Mengetahui Pendidikan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah


Muhammad Rasulullah SAW. Diangkat menjadi rosul pada tanggal 17
Romadhon tahun keempat puluh dari usia beliau, bertepatan pada tanggal 6 Agustus
610 M. pada malam tersebut beliau menerima wahyu pertama yang dibawa Jibril,
yaitu yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Alaq ayat 1-5, yang berbunyi :

Artinya: “Bacalah Hai Muhammad dengan nama Tuhan mu yang menciptakan.


Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu
yang maha mulia. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam.
Dia mengajarkam manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Qs. Al-Alaq:
1-5)

Setelah wahyu pertama turun, maka turunlah wahyu yang kedua yaitu
terdapat pada Qs. Al-Muddasir ayat 1-7:

Artinya: “Hai orang-orang yang berselimut. Bqngunlah lalu beri peringatan. Dan
Tuhanmu agungkanlah. Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan
dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah. Dan jangan kamu memberi
(dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk
(memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah.” (Qs. Al-Muddasir: 1-7)

Wahyu kedua ini memerintahkan Rasulullah untuk mengajak manusia


memeluk agama yang dibawanya. Sejak saat itu mulailah dilaksanakan dakwah
islam. Untuk membentuk manusia mu’min sesuai dengan yang dikehendaki Allah
dan Rasulnya, sudah barang tentu diperlukan pelatihan, pengajaran serta
pendidikan, maka secara otomatis pula mulailah diterapkan pendidikan oleh
Rosulullah. Secara garis besar pendidikan pada masa Rosulullah ini dibagi menjadi
dua periode, yaitu periode Makkah dan periode Madinah.[1]

1. Periode Mekkah

[1] Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam Lintas Sejarah, (Jakarta: KENCANA Prenada
Media Group), hal, 19-20
3
Kota Makkah sudah lama tumbuh dan berkembang sebagai sebuah kota
tempat berkumpulnya kabilah-kabilah yang berdatangan dari berbagai penjuru
Tanah Arab untuk berziarah ke Baitullah (ka’bah). Disamping debagai tempat
berkumpulnya para penziara yang datang ketempat tersebut, sekaliu setahun
mereka datang kekota mekkah untuk menghadiri berbagai acara. Kota mekkah juga
sebagai transit perdagangan lintas utara dan selatan. Keutara adalah Syam dan yang
keselatan adalah Yaman.[2]

Kondisi masyarakat Makkah jika dipandang dari keberagaman


masyarakatnya memiliki berbagai kepercayaan, pada umumnya mereka
menyembah berhala.

Latar belakang dan kondisi masyarakat arab khususnya Makkah sebagai


tempat kelahiran nabi Muhammad seperti diatas perlu kita ketahui untuk dapat
memahami tentang apa dan bagaimana pendidikan yang dilakukan Rosulullah pada
periode ini.

Pelaksanaan pendidikan islam oleh Rosulullah pada periode ini dilaksanakan


dalam tiga tahap, yaitu:

a. Dilakukan dengan cara rahasia

Hal ini dilakukan supaya tidak mendapat gangguan dari pihak kafir Quroisy.
Dealam tahap rahasia ini Rosul menyampaikan ajaran islam kepada keluarga
terdekaterta teman-teman dekatnya saja. Pendekatan yang dilakukan Rasulullah
adalah dengan cara pendekatan pribadi. Adapun orang yang telah masuk islam pada
tahap ini adalah Khadijah, Ali bin Abi Tholib, Zaid bin Haritsah, Abu Bakar,
Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waaqqas, Thalhah bin
Ubaidah, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan Arqam bin Arqam.[3] Mereka secara
langsung diajar dan didik oleh nabi untuk menjadi muslim dan siap menerima serta
melaksanakan petunjuk dan perintah dari Allah yang akan turun kemudian. Hal ini
berlangsung selama 3 tahun.[4]

b. Tahap pendidikan Islam secara terang-terangan

[2] Ibid, Hal, 20


[3] Ibid, Hal, 22
[4] http://anandaheristina.blogspot.com/2014/11/sejarah-pendidikan-islam-masa.html
4
Dari hari ke hari pengikut nabi Muhammad semakin bertambah banyak.
Mereka meyakini apa yang disampaikan Rasulullah itu adalah benar, tidak
sedikitpun mereka ragu dengan ajaran yang diajarkan Rasulullah karena selama ini
beliau tidak pernah berbohong.

Setelah menerima wahyu berikutnya, yaitu surat Al-hijr ayat 94 Rasulullah


menyiarkan secara langsung ajaran yang dibawa. Adapun arti surat Al-hijr ayat 94
adalah :

Artinya: “maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang


diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang
musyrik”. (Qs. Al-Hijr: 94)

Ketika wahyu tersebut turun, beliau mengundang keluarga dekatnya untuk


berkumpul dibukit shaffa, menyerukan agar berhati-hati terhadap adzhab yang
keras dikemudian hari (hari kiamat) bagi orang-orang yang tidak mengakui Allah
sebagai Tuhan Yang Esa dan Muhammad sebagai utusanya. Seruan tersebut
dijawab Abu Lahab, “celakalah kamu Muhammad! Untuk inikah kamu
mengumpulkan kami..???”. Saat itu turun wahyu menjelaskan perihal Abu Lahab
dan istrinya. Perintah dakwah secara teranag-terangan dilakukan oleh Rasulullah,
seiring dengan jumlah sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan
jangkauan seruan dakwah, karena diyakini dengan dakwah tersebut
banyak kaum Quraisy yang akan masuk agama Islam. Disamping itu keberadaan
rumah Ibn Arqam sebagai pusat lembga pendidikan islam sudah diketahui Kuffar
Quraisy.

c. Tahapan pendidikan Islam untuk umum

Rasulullah merubah strategi dakwahnya dari seruan yang terfokus kepada


keluarga dekat beralih kepda seruan umum, umat Islam secara keseluruhan sebagai
tindak lanjut dari perintah tersebut, pada musim haji Rasulullah mendatangi kemah-
kemah para jama’ah haji. Pada awalnya tidak banyak menerima, kecuali

5
sekelompok jama’ah haji dari Ystrib. Penerimaan masyarakat Yastrib terhadap
ajaran Islam secara antusias tersebut dikarenakan beberapa faktor diantaranya :

1. Adanya kabar dari kaum Yahudi, akan lahirnya seorang Rosul.


2. Suku Aus dan Khazraj mendapat tekanan dan ancaman dari kelompok
Yahudi.
3. Konflik antara Khazraj dan Aus secara berkelanjutan dalam rentang waktu
yang sudah lama.

Berikutnya, dimusim haji pada tahun 17 ke Rasullan Muhammad Saw,


Rasulullah didatangi 12 orang laki-laki dan seorang wanita untuk berikrar
kesetiaan, yang dikenal dengan “Bai’ah al’Aqabah I” mereka berjanji akan
menyembah kepada Allah tidak akan mencuri, berzinah, tidak akan kmembunuh
anak-anak, menjauhkan perbuatan keji, serta fitnah, selalu taat kepada Rasulullah,
dan tidak mendurhakainnya terhadap sesuatu yang tidak mereka inginkan.

Adapun materi-materi yang diajarkan Rosulullah pada periode ini


diantaranya adalah :

1. Aqidah (keimanan),
2. Pengajaran Al-Qur’an,
3. Pendidikan Ibadah, dan
4. Pendidikan Ahlaq.

2. Periode Madinah

Setelah hijrah rasulullah menetap di Madinah, situasi di Madinah jauh


berbeda dengan situasi di Makkah. Di Makkah kaum muslimin mendapat perlakuan
yang tudak baik oleh pihak Quroisy.[5]

Di Madinah Rasul disambut dengan baik oleh penduduk Madinah yang tulang
punggung utamanya adalah kelompok Aus dan Khazraj. Dibawah kepemimpinan
Nabi bersatulah Muhajirin (orang-orang yang datang dari Makkah) dan Ansar
(orang-orang Madinah yang menjadi pengikut Rasul). Di Madinah ini Rasul

[5] Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam Lintas Sejarah, (Jakarta: KENCANA Prenada
Media Group), hal, 30 6
berperan sebagai pemimpin masyarakat madinah termasuk didalamnya orang-
orang Yahudi, sesuai dengan bunyi piagam Madinah.

Pendidikan islam periode madinah sebagai lanjutan dari pendidikan islam


pada periode Makkah. Sesuai dengan ayat-ayat yang turun, maka materi
pembelajaran pendidikan islam lebih meluas lagi bila dibandigkan dengan apa yang
terjadi di Makkah.

Berbeda dengan periode di Makkah, pada periode Madinah islam merupakan


kekuatan politik. Ajaran islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat
banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan
saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara[6]. Cara Nabi
melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agaam islam di Madinah adalah
sebagai berikut:

a. Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan


social dan politik

Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya


masyarakat yang bersatu padu secara intern (ke dalam), dan ke luar diakui dan
disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik).

b. Pendidikan social politik dan kewarganegaraan

Materi pendidikan sosial dan kewarganegaraan islam pada masa itu adalah
pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam
prakteknya diperinci lebih lanjut dan di sempurnakan dengan ayat-ayat yang turun
Selama periode Madinah.

Tujuan pembinaan adalah agar secara berangsur-angsur, pokok-pokok


pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku bukan hanya di Madinah saja, tetapi
luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab maupun dalam kehidupan bangsa-bangsa
di seluruh dunia.

c. Pendidikan anak dalam Islam

[6] http://mufeecrf.blogspot.com/2009/10/pendidikan-islam-pada-masa-rasulullah.html

7
Dalam islam, anak merupakan pewaris ajaran islam yang dikembangkan oleh
Nabi Muhammad saw dan gnerasi muda muslimlah yang akan melanjutkan misi
menyampaikan islam ke seluruh penjuru alam. Oleh karenanya banyak peringatan-
peringatan dalam Al-qur’an.

Adapun garis-garis besar materi pendidikan anak dalam islam yang


dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah sebagai berikut: Pendidikan
Tauhid, Pendidikan Shalat, Pendidikan adab sopan dan santun dalam
bermasyarakat, Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga, Pendidikan
kepribadian, Pendidikan kesehatan, Pendidikan akhlak.

I. Metode Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah

Salah satu sisi terpenting pendidikan tahap awal dalam Islam adalah
penjagaan identitas (huwiyyah). Penjagaan identitas yang dimaksud adalah
penjagaan moralitas (akhlak) umat. Sebab, menurut Dr. Yusuf Qardlawi bahwa
salah satu kegagalan umat manusia di dunia pada abad 20 adalah kegagalan dalam
mendidik moralitas umat. Maraknya penyimpangan moral baik itu tindak kriminal
(pembunuhan, perjudian, penipuan dll) maupun perzinahan dan pelanggaran HAM
yang menimpa penduduk dunia adalah bukti gagalnya pendidikan moralitas
khususnya generasi muda.[7]

Penyebab dari kegagalan ini bukan tidak adanya kesadaran para


pendidik,dalam hal ini orang tua-akan pentingnya pendidikan generasi mendatang,
akan tetapi lebih karena kesalahan atau kekeliruan konsep/metodologi yang
diterapkan. Metode yang diterapkan hanya menyangkut satu aspek saja tidak
menyeluruh dan paripurna. Jika diibaratkan, sebuah metode ibarat permulaan,
permulaan yang baik akan melahirkan hasil yang baik.

Dalam melaksanakan pendidikan terhadap para sahabat, selain kapasitas


pribadi beliau sendiri menjadi tauladan, terdapat metode tertentu yang dilaksanakan
oleh Rasulullah Saw. sehingga pendidikannya membuahkan hasil dengan

[7] http://suhaddoank.blogspot.com/2013/11/makalah-sejarah-peradaban-islam-metode.html

8
menjadikan para sahabat sebagai anak didik Rasulullah. Rasulullah Saw. sendiri
merupakan guru pertama dalam islam.

Metode pendidikan Islam merupakan unsur dari sistem pendidikan Islam,


keberadaannya penting dan memang harus diperhatikan oleh setiap orang yang
terlibat dalam kegiatan pendidikan, baik itu guru maupun murid sebagai peserta
didik. Secara sederhana kata metode dipahami sebagai suatu cara yang dapat
ditempuh untuk mencapai tujuan. Dengan demikian dapat disebutkan bahwa
metode pendidikan Islam adalah segala cara dan usaha yang sistematis dan
pragmatis untuk mencapai tujuan pendidikan Islam, dengan melalui berbagai
aktivitas yang melibatkan guru sebagai pendidik dan murid sebagai anak didik.

Dalam perjalanan sejarah pendidikan Islam, metode pendidikaan yang


diterapkan telah mengalami berbagai perubahan dan pengembangan. Di antara
perkembangan yang terjadi pada metode pendidikan Islam zaman Rasulullah,. Ahli
sejarah mencatat, setidaknya ada beberapa bentuk metode pendidikan yang
diterapkan yaitu :

a. Halaqah

Bentuk yang paling sederhana pendidikan muslim pada masa awal adalah
duduk melingkar. Ini merupakan pengalaman pendidikan yang khas dalam Islam
dikenal dengan nama Halaqah, yang arti harfiahnya sebuah perkumpulan yang
melingkar (pengkajian yang dilakukan dengan duduk melingkar).

b. Tanya Jawab

Tanya-jawab tersebut tiada lain adalah metode pengajaran Rasulullah kepada


para sahabatnya. pada masa Nabi SAW. masing-masing sahabat mengajukan
pertanyaan tentang masalah apapun, para sahabat mengajukan pertanyaan tentang
apa-apa yang dirasanya sukar dan belum dipahami.

c. Hafalan

9
Teknik ini adalah salah satu teknik yang terdapat dalam pribadi Rasulullah,
terbukti ketika Rasulullah menerima wahyu Allah yang pertama, beliau
bersungguh-sungguh dan terus menerus menghafalnya agar tidak lupa sehingga
turun jaminan Allah akan kekuatan hafalan dan daya ingat Rasulullah terhadap
wahyu itu. Menghafal sangat penting dalam hal pembelajaran, seseorang dapat
menghafal apabila ada pemahaman terhadap konteks yang dihafal. Pada zaman
Rasulullah, para sahabat di tuntut untuk mampu menghapal apa-apa yang di
sabdakan oleh Rasulullah.

d. Cerita

Dalam menyampaikan ajaran Islam, Rasulullah banyak menggunakan


metode bercerita. Hal ini terlihat karena di dalam Al-Quran banyak sekali terdapat
cerita-cerita masa lampau seperti tentang nabi-nabi, juga umat-umat yang
terdahulu.

e. Statistik

Pada zaman sekarang, statistik dianggap sebagai metode ilmiah yang paling
efektif dalam menyelesaikan beberapa permasalahan. Rasulullah telah
menggunakan metode statistik ini ketika beliau mendirikan negara Islam
di Madinah. Sebagaimana bunyi hadist yang diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim
yang diterima dari Huzaifah bin Al-Yaman R.A: "Kami pernah bersama-sama
Rasulullah dan Baginda bersabda; 'Buatkan data untukku siapa-siapa yang sudah
memeluk Islam "

f. Lukisan

Rasulullah dalam mengajar kaum muslimin pernah menggunakan ranting


kayu untuk menggaris di atas tanah dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran, seperti
yang diisyarakatkan firman-Nya : "Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah
jalanku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan
yang lain, kerana jalan yang lain itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya, Yang

10
demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa."(Qs. Al-An'am:
153).

g. Bahasa Isyarat

Rasulullah bukan saja mengajar dengan lisan kepada kaumnya, akan tetapi
gerak-gerik (demonstrasi) beliau menunjukkan satu metode pengajaran beliau
kepada umatnya. Hal ini karena peranan Rasulullah adalah
sebagai qudwah dan uswah bagi umat manusia sebagaimana yang dijelaskan di
dalam Al-Quran : "Sesungguhnya bagi kamu pada (diri) Rasulullah itu contoh yang
baik bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari akhirat
dan dia banyak menyebut Allah."(Qs. Al-Ahjab)

II. Tujuan Pendidikan Islam dimasa Rasulullah

Secara umum tujuan pendidikan islam dimasa Rasulullah adalah usaha untuk
membentuk kepribadian muslim seutuhnya. Adapun indikator-indikator untuk
menjadi muslim yang utuh adalah sebagai berikut.

1. Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.


2. Melaksanakan ibadah-ibadah yang wajib maupun sunnah
3. Berahklakul karimmah
4. Taat dan patuh kepada perintah Allah dan Rasul
5. Melaksanakan hukum-hukum islam dengan suka rela
6. Memelihara kesatuan kaum muslimin dan mencintai mereka sebagaimana
mereka mencintai dirinya sendiri.

B. Pendidikan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin

1. Pada Masa Abu-Bakar as-Siddiq (632 - 634 Masehi)

Abu Bakar As Siddiq lahir di Mekkah, Arab Saudi, 27 Oktober 573 M


dan Wafat di Madinah, Arab Saudi, 23 Agustus 634 M. Abu Bakar As Siddiq lahir

11
bersamaan dengan tahun kelahiran Nabi Muhammad Saw. pada 572 Masehi di
Mekah, berasal dari keturunan Bani Taim, suku Quraisy. Nama aslinya adalah
Abdullah ibni Abi Quhaafah. Ayahnya Abu Bakar bernama Uthman Abu Quhafa
dan ibunya bernama Salma Umm-ul-Khair.[8]

Setelah Nabi wafat, sebagai pemimpin umat Islam adalah Abu Bakar as-
Siddiq sebagai khalifah. Khalifah adalah pemimpin yang di angkat setelah Nabi
wafat untuk menggantikan Nabi dan melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin
agama dan pemerintahan.

Masa awal kekhalifaan Abu Bakar diguncang pemberontakan oleh orang-


orang murtad, orang-orang yang mengaku sebagai nabi dan orang-orang yang
mengaku sebagai nabi dan orang-orang yang enggan membayar zakat. Bedasarkan
hal ini Abu Bakar memusatkan perhatiannya untuk memerangi para pemberontak
yang dapat mengacaukan keamanaan dan memengaruhi orang-orang Islam yang
masih lemah imannya untuk menyimpang dari ajaran Islam. Dengan demikian,
dikirimlah pasukan untuk menumpas para pemberontak di Yamamah. Dalam
penumpasan ini banyak umat Islam yang gugur, yang terdiri dari sahabat dekat
Rasulullah dan para hafiz Al-Qur’an, sehingga mengurangi jumlah sahabat yang
hafal Al-Qur’an. Oleh karena itu, Umar bin Khatab, menyarankan kepada khalifah
Abu Bakar untuk mengmpulkan ayat-ayat Al-Qur’an, kemudian untuk
merealisasikan saran tersebut diutuslah Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan
semua tulisan al-Qur’an. Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada
masa Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya.

Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau
keimana, akhlak, ibadah, kesehatan dan lain sebagainya.

a. Pendidikan Keimanan, yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib di


sembah adalah Allah.
b. Pendidikan Akhlak, seperti adab masuk rumah oaring, sopan santun
bertetangga, bergaul dalam masyarakat, dan lain sebagainya. Pendidikan
ibadah seperti pelaksanaan sholat, puasa, dan haji.

[8] https://www.biografiku.com/biografi-abu-bakar-as-siddiq-khulafaur-rasyidin/
12
c. Kesehatan seperti tentang kebersihan, gerak-gerik dalam sholat merupakan
didikan untuk memperkuat jasmani dan rohani.

Menurut ahmad syalabih, lembaga untuk belajar membaca, menulis ini


disebut kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah
masjid, selanjutnya Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa kuttab didirikan oleh
orang-orang arab pada masa abu bakar dan pusat pembelajaran pada saat ini adalah
madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para sahabat
Rasul yang terdekat. Lembaga pendidikan islam adalah masjid, masjid dijadikan
sebagai benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan dan lembaga pendidikan
islam, sebagai tempat sholat berjama’ah, tempat membaca Al-Qur’an dan
sebagainya.

Tampuk kekhalifaan terus berganti apalagi Abu Bakar as-Siddiq telah


menyaksikan problematika yang timbul dikalangan kaum muslimin pasca wafatnya
nabi Muhammad terus meruncing. Bedasarkan fakta yang demikian, Abu Bakar as-
Siddiq menunjuk umar bin khattab (634-644 M). Sebagai penggantinya yang
bertujuan untuk mencegh supaya tidk terjadi perselisihan dan perpecahan
dikalangan umat islam dan ternyata kebijakan abu bakar as-siddiq diterima, oleh
karangan masyarakat.[9]

Bedasarkan uraian diatas, penulis berkesimpulan bahwa pelaksanaan


pendidikan islam pada masa khalifah Abu Bakar ini adalah sama dengan pendidikan
islam pada masa nabi baik materi maupun lembaga pendidikannya.

a. Kondisi Masyarakat Pada Masa Abu Bakar Shidiq

Masa awal kekhalifaan Abu Bakar diguncang pemberontakan oleh orang-


orang murtad, orang-orang yang mengaku sebaai nabi dan orang-orang yang
enggan membayar zakat. Bedasarkan hal ini Abu Bakar memusatkan perhatiannya
untuk memerangi para pemberontak yang dapat mengacaukan keamanan dan

[9] Badri Yatim, sejarah peradaban islam, (Jakarta:Raja Grapindo persada, 2001), hal 36
13
mempengaruhi orang-orang Islam yang masih lemah imannya untuk menyimpang
dari ajaran islam.

Untuk menghadapi para pemberontak tersebut, Abu Bakar bermusyawarah


dengan para sahabat dan kaum muslimin. Dalam musyawarah tersebut diputuskan
bahwa semua golongan yang telah menyeleweng dari kebenaran harus di perangi,
sehingga mereka semua kembali kepada kebenaran atau khalifah mati syahid dalam
perjuangan menegakan agama Allah. Keputusan ini didukun sepenuhnya oleh kaum
muslimin walaupun pada awalnya di anjurkan untuk berdamai dengan para
pembelot agama tersebut.

Kemudian Abu Bakar mengirim pasukan untuk menumpas para pemberontak


di Yamanah. Dalam penumpasan ini banyak umat Islam yang gugur, yang terdiri
dari sahabat dekat Rasulullah dan para hafiz al-Qur’an sehingga mengurangi
jumblah sahabat yang hafal al-Qur’an. Oleh karena itu, Umar bin Khattab
menyarabkan kepada khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan ayat-ayat al-
Qur’an kemudian untuk merealisasikan saran tersebut, diputuskan bahwa Zait bin
Tsabit ditugaskan untuk mengumpulkan semua tulisan al-Qur’an yang masih
berserakan tempatnya

b. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Abu Bakar Shidiq


1. Lembaga pendidikan
Lembaga pendidikan pada masa Abu Bakar seperti lembaga pendidikan pada
masa Nabi, namun dari segi kuantitas maupun kualitas sudah banyak mengalami
perkembangan.

a.) Kutab

Pada masa Abu Bakar lembaga pendidikan kutab mencapai tingkat kemajuan
yang berarti, kemajuan lembaga kutab ini terjadi ketika masyarakat muslim telah
menaklukan beberapa daerah dan menjalin kontak dengan bangsa-bangsa yang
telah maju. Lembaga pendidikan ini menjadi sangat penting sehingga para ulama
berpendapat bahwa mengajarkan al-Qur’an merupakan fardu kifayah.

14
b.) Masjid

Masjid merupakan lembaga pendidikan lanjutan setelah anak tamat belajar


pada kutab. Di masjid ini ada dua tingkat pendidikan yaitu, tingkat menengah dan
tingkat tinggi. Yang membedakan antara kedua tingkatan tersebut adalah tingkat
menengah, gurunya belum mencapai status ulama besar, sedangkan pada tingkat
tinggi, para pengajarnya adalah ulama yang memiliki pengetahuan yang mendalam
dan intregutas kesalehan dan kealiman yang diakui oleh masyarakat.

c.) Materi pendidikan

Materi pendidikan yang diajarkan pada kutab adalah; (1) membaca dan
menulis, (2) membaca al-Qur’an dan menghafalnya, (3) pokok-pokok agama islam
seperti keimanan, ibadah, akhlak, dan muamalat. Sedangkan materi pendidikan
pada tingkat menengah dan tinggi adalah: (1) al-Qur’an dan tafsirnya, (2) Hadist
dan syarahnya, dan (3) fiqih ( tasyri).[10]

2. Masa Umar bin Khatab ( 13-23 H: 634-644 M)

Umar bin al-Khattab lahir di Mekkah dari Bani Adi yang masih satu rumpun
dari suku Quraisy dengan nama lengkap Umar bin al-Khattab bin abdul Uzza. Umar
bin al-Khattab, Lahir 583 M Mekkah, Jazirah Arab, Wafat 3 November 644,
bergelar al-Faruq (Pemisah antara yang benar dan batil), Amir al-
Mu`miniin (Pemimpin Orang-Orang Beriman). Keluarga Umar tergolong keluarga
kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan
sesuatu yang sangat jarang terjadi.[11]

Pada masa khalifah Umar bin Khatab, kondisi politik dalam keadaan stabil,
usaha perluasan riwayat islam memperoleh hasil yang gemilang. Bila islam pada
masa umur bin khatab meliputi semenanjung Arabia, Palestina, Syiria, Irak, Persia,
dan Mesir.

Pada masa khalifah Umar bin khattab, sahabat-sahabat yang sangat


berpengaruh tidak di perbolehkan keluar dari daerah kecuali atas izin khalifah dan

[10] Ramayulis, sejarah pendidikan islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2011), hal 55-57
[11] https://www.infobiografi.com/biografi-dan-profil-umar-bin-khatab-beserta-riwayat-lengkapnya/
15
dalam waktu yang terbatas. Jadi, kalau ada di antara umat islam yang ingin belajar
hadis harus pergi ke madinah, ini berari bahwa penyebaran dan pengetahuan para
sahabat dan tempat pendidikan adalah terpusat di Madinah.

Dengan meluasnya wilayah islam sampai ke luar jajirah arab, tampaknya


khalifah memikirkan pendidikan islam di daerah-daerah, yang baru di taklukan itu.
Umar bin khattab memerintahkan panglima perangnya, apabila mereka berhasil
menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan masjid sebagai tempat ibadah
dan pendidikan.

Berkaitan dengan masalah pendidikan ini khalifah umar bin khatab


merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota
madinah, mereka juga menerapkan di masjid dan pasar-pasar[12], serta mengangkat
dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang di taklukan itu, mereka
bertugas mengajarkan isi al-Qur’an dan ajaran islam lainnya, seperti fiqih pada
penduduk yang baru masuk islam.[13]

Pada masa khalifah umar bin khattab, mata pelajaran yang diberikan adalah
membaca dan menulis Al-Qur’an dan menghafalnya serta belajar pokok-pokok
agama islam. Pendidikan islam pada masa umar bin khatab ini lebih maju
dibandingkan dengan sebelumnya. Pada masa ini tuntutan untuk belajar bahasa arab
juga sudah mulai tampak, orang yang baru masuk islam dari daerah yang ditaklukan
harus belajar bahasa arab, jika ingin belajar dan memahami pengetahuan islam.
Oleh karena itu pada masa ini sudah terdapat pelajaran bahasa arab,[14]

Mhd. Dalpen dalam konteks ini menyimpulkan bahwa pelaksanaan


pendidikan dimasa khalifah umar bin khatab lebih maju, sebab selama umar bin
khatab memerintah Negara berada dalam keadaan stabil dan aman. Lebih lanjut
Mhd. Dalpen mengatakan di samping telah di tetapkannya masjid sebagai pusat
pendidikan, juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan islam diberbagai kota
dengan materi yang di kembangkan, baik dari segi ilmu, bahasa, menulis dan
pokok ilmu-ilmu lainnya. Pendidikan di kelolah di bawah pengaturan gubernur
yang berkuasa saat itu, serta di iringi kemajuan di berbagai bidang, seperti jawatan

[12] Muhammad Syadid, konsep pendidikan dalam Al-Qur’an, (Jakarta:Salam, 2001), hal 37
[13] Samsul Nizar, sejarah pendidikan islam, (Jakarta:Kencana, 2009), hal 47
[14] Hanum Asrohah, sejarah peradaban islam, (Jakarta:Wacana Ilmu, 2001), hal 18 16
pos, kepolisian, baitulmal, dan sebagainya. Adapun sumber gaji para pendidik pada
waktu itu diambilkan dari daerah yang di taklukan dan dari baitulmal.

Dan pada masa khalifah Utsman bin Affan, pelaksanaan pendidikan Islam
tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan di masa ini hanya
melanjutkan apa yang telah ada, hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai
pendidikan islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan nabi
Muhammad yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah di masa Khilafah
umar bin khattab , diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap di daerah-
daerah lain.

Walaupun perkembangan pendidikan di masa utsman bin Affan stagnan atau


status quo sebab perkembangannya sama dengan perkembangan pendidikan pada
masa sebelumnya., akan tetapi ada satu usaha yang cukup cemerlang yang telah
terjadi di masa kekhalifaan Utsman bin Afan ini yang berpengaruh luar biasa bagi
perkembangan pendidikn islam selanjutnya, yaitu pengkodifikasian tulisan ayat-
ayat al-Qur’an yang berserakan. Usaha pengkodifikasian al-Qur’an ini
dilatarbelakangi oleh arus dialek pembacaan al-Qur’an yang plural dan
menimbulkan perselisihan antar umat islam sendiri. Dengan fakta yang riil ini
kemudisn Utsman bin Affan memerintahkan untuk membentuk tim
pengkodifikasian al-Qur’an yang terdiri dari Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair,
Zaid bin Ash, dan Abdurahman bin Harist.

a. kondisi Masyarakat Masa Umar bin Khatab

Abu bakar telah merasakan persoalan yang timbul di kalangan kaum


muslimin setelah nabi wafat, bedasarkan hal inilah Abu Bakar menunjuk
penggantinya yaitu Umar bin Khattab. Tujuannya Abu Bakar menunjuk
penggantinya agar supaya tidak terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan
umat Islam, kebijakan Abu Bakar tersebut ternyata diterimah masyarakat. Pada
masa khalifah Umar bin Khattab, kondisi politik dalam keadaan stabil, usaha
perluasaan wilayah Islam memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah Islam pada

17
masa Umar bin Khattab meliputi semenanjung Arabia, Palestina, Syiriah, Irak
Persia dan Mesir.

Dengan meluasnya wilayah Islam mengakibatkan meluas pula kehidupan


masyarakat dalam segala bidang. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan
manusia yang memiliki keterampilan dan keahlian, sehingga dalam hal ini
diperlukan pendidikan.

Meluasnya kekuasaan Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam


bertambah besar, karena mereka yang baru menganut agama Islam ingin menimbah
ilmu dari sahabat-sahabat yang menerima langsung dari Nabi. Pada masa ini telah
terjadi mobilitas penuntut ilmu agama dari daerah-daerah yang jauh dari Madinah,
sebgai pusat agama Islam. Gairah menuntut ilmu agama islam ini yang kemudian
mendorong lahirnya sejumlah pembidangan disiplin ilmu keagamaan.

b. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Umar bin Khattab.


1. lembaga pendidikan
lembaga pendidikan pada masa khalifah Umar bin Khatab, sama dengan
masa Abu Bakar. Namun dari segi kemajuan lembaga pendidikan begitu pesat,
sebab selama Umar bin Khattab memerintah negara berada dalam keadaan stabil
dan aman, hal ini menyebabkan ditetapkannya masjid sebagai pusat pendidikan
Islam di berbagai kota.

Pendidikan pada masa itu berada di bawah pengaturan Gubernur. Disamping


itu kemajuan dalam bidang pendidikan juga terdapat kemajuan di berbagai bidang,
seperti pos pengiriman surat, kepolisian, baitul mal dan sebagainya. Adapun sumber
gaji para pendidik pada waktu itu diambilkan dari hasil yang dikelola daerah yang
ditaklukkan dan dari baitul mal.

2. Materi Pendidikan

Materi pendidikan pada masa Umar adalah materi pada kutab masa Abu
Bakar disamping itu materi yang diajarkan ditambah dengan beberapa mata
pelajaran dan keterampilan. Ketika Umar bin Khattab diangkat menjadi khalifah, ia

18
menginstruksikan kepada pendidik agar anak-anak diajarkan : (1) berenang, (2)
mengendarai onta, (3) memanah, (4) membaca, menghafal syair-syair yang mudah,
dan peribahasa. Pada masa ini tuntutan untuk belajar bahasa Arab, jika ingin belajar
dan memahami pengetahuan Islam. Oleh karena itu, pada masa ini sudah terdapat
pengajaran Bahasa Arab.

Materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari (a) al-
Qur’an dan tafsirnya, (b) Hadits dan mengumpulnya, dan (c) fiqih (tasyri). Ilmu-
ilmu yang berkaitan dengan duniawi dan ilmu filsafat belum dikenal pada masa itu.
Hal ini dimungkinkan mengingat kontruk sosial masyarakat ketika itu masih dalam
pengembangan wawasan keislaman yang lebih difokuskan pada pemahaman al-
Qur’an dan Hadits secara literal.

3. Pendidik

pada masa khalifah Umar yang menjadi pendidik adalah beliau sendiri, serta
guru-guru yang beliau angkat. Umar merupakan seseorang pendidik yang sering
melakukan penyuluhan pendidikan di Kota Madinah. Beliau juga menerapkan
pendidikan di masjid-masjid dan pasar-pasar, serta mengangkat dan menunjukm
guru-guru tiap-tiap daerah yang ditaklukan itu, dengan tugas mengajarkan isi al-
Qur’an dan ajaran Islam lainnya, seperti fikih kepada penduduk yang baru masuk
Islam, disamping beliau sendiri sebagai pendidik. Beliau juga menunjuk diantara
sahabat-sahabat menjadi pendidik ke daerah-daerah yang ditaklukan seperti
Abdurrahman bin Ma’qal dan Imran bin al Hasim, ditempatkan di Basyrah. Abd al-
Rahman bin Ghanam dikirim ke Syiria dan Hasan bin Abi Jabalah dikirim ke
Mesir.[15]

3. Masa khalifah Usman bin Affan (23-35 H: 644-656 M)

Nama lengkap Utsman bin Affan bin al- Ash bin Umayyah bin Abdu Syams
bin Abdu Manaf bin Qushay al-Amawi Al- Quraisy dilahirkan pada tahun 573 M
dari kelahiran Rasulullah SAW. Ibunya bernama al-Baida binti Abdul al- Muthalib,
bibi Rasulullah SAW, yakni saudari kembar Abdullah ayah Rasulullah SAW.[16]

[15] Ramayulis, Op.cit. hal 57-59


[16] https://www.tongkronganislami.net/biografi-dan-kisah-kepemimpinan-khalifah-usman-bin-affan-ra/

19
Nama lengkapnya adlah Usman ibn Umaiyyah. Beliau masuk islam atas
seruan Abu Bakar as-Shidiq. Usman bin Affan adalah termasuk saudagar besar dan
kaya dan sangat pemurah menafkahkan kekayaannya untuk kepentingan umat
islam. Usman diangkat menjadi khalifah dari pemilihan panitia enam yan di tunjuk
oleh khalifah Umar bin Khatab menjelang beliau akan wafat. Panitia yang enam
adalah: Usman, Ali bin Abi Thlib, Thalhah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi
Waqash dan Abdurrahman bin ‘Auf.

Pendidikan kekhalifaan selanjutnya di gantikan oleh usman bin affan, yang


memiliki nama lengkap usman bin abil ash bin umaiyah dan masuk islam atas
suruan dari abu bakar as-siddiq. Usman bin affan adalah seorang lemah lembut dan
termasuk saudagar besar dan kaya serta sangat pemurah menafkahkan kekayaannya
untuk kepentingan umat islam. Walaupun usman bin affan memiliki beberapa
kelebihan, tapi dalam hal pemikiran kreatif tidak muncul, justru kelemahan-
lembutnya itu dimanfaatkan oleh keluarga bani ummaiyah yang pernah memegang
kekuatan politik sebelum islam untuk meningkatkan dan memberikan
kedudukannya sebagai pemimpin kaum Quraisy pada masa islam. Karena peluang
yang dapat dimanfaatkan oleh keluarga bani ummaiyah untuk menduduki jabatan
penting menyebabkan timbulnya berbagai protes dan sikap oposisi yang datang
hampir dari seluruh daerah. Gerakan itu berakhir dengan pembunuhan terhadap
khalifah Utsman bin Affan.

Proses pelaksanaan pola pendidikan pada masa usman ini lebih ringan dan
lebih mudah di jangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar
islam dan dari segi pusat pendidikan juga banyak, sebab pada masa ini para sahabat
bisa memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada
masyarakat.

Pada masa khalifah Usman bin Affan tidak banyak terjadi perkembangan
pendidikan, kalau dibandingkan dengan masa kekhalifaan Umar bin Khatab, sebab
pada masa khalifah Usman urusan pendidikan diserahkan saja kepada rakyat, dan
apabila dilihat dari segi kondisi pemerintahan Usman banyak timbul pergolakan

20
dalam masyarakat sebagai akibat ketidaksenangan mereka terhadap kebijakan
Usman yang mengangkat kerabatnya dalam jabatan pemerintahan.

a. Kondisi Masyarakat Pada Masa Usman bin Affan

Usman diangkat menjadi khalifah tidak langsung ditunjuk oleh Umar bin
khattab akan tetapi hasil dari pemilihan Panitia Enam yang ditunjuk oleh khalifah
Umar bin Khattab menjelang beliau akan meninggal. Panitia yang enam itu adalah
Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair bin Awam, Saad bin Abi
Wasaq dan Abdurrahman bin Auf. Dengan sistem yang dilakukan seperti itu situasi
pemilihan khalifah berjalan dengan lancar, dan tidak terjadi perselisihan dan
perpecahan dalam masyarakat. Kondisi masyarakat pada saat ini kondusif.

b. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Usman bin Affan

Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan Islam ditinjau
dari aspek lembaga dan materi, tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Pendidikan
dimasa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada sebelumnya, namun hanya sedikit
terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan Islam. Para sahabat yang berpengaruh
dan dekat dengan Rasulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah di
masa Khalifah Umar, oleh Usman diberikan melonggarkan untuk keluar dan
menetap di daerah-daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat besar
pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah-daerah.

Pola pendidikan pada masa Usman ini lebih merakyat dan lebih mudah
dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin mempelajari ajaran Islam karena
pusat pendidikan lebih banyak, sebab pada masa ini para sahabat bisa memilih
tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.

Pelaksanaan pendidikan pada masa ini diserahkan kepada masyarakat dan


masyarakatlah yang lebih banyak inisiatif dalam melaksanakan pendidikan
termasuk pengangkatan para pendidikan termasuk pengangkatan para pendidik.

21
Walaupun demikian ada usaha yang sangat cemerlang dan menentukan yang
dilakukan Usman bin Affan, yang sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan
Islam dimasa yang akan datang, usaha tersebut adalah terjadinya kodifikasi al-
Qur’an.

4. Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib (35-40 H: 656-661 M)

Ali bin Abi Thalib lahir sejak 13 Rajab 23 Prahijrah / 599 M. Beliau wafat 21
Ramadhan 40 Hijriyah / 661 M, adalah salah seorang pemeluk Islam pertama dan
juga keluarga dari Nabi Muhammad SAW. Ia adalah Khalifah terakhir dari
Khulafa’ur Rasyidin. ‘Ali adalah sepupu dari Nabi Muhammad dan setelah
menikah dengan Fatimah Az-Zahra, ia menjadi menantu Nabi Muhammad
SAW. Ali dilahirkan di Makkah, daerah Hijaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab.
Menurut para ahli sejarah, ‘Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian
Muhammad, sekitar tahun 599 M.[17]

Pada kepemimpinan Ali bin abi thalib ini umat islam di guncang oleh
peperangan saudara yaitu peperangan ali bin abi thalib dan aisyah (istri nabi
Muhammad) beserta talhah dan Abdullah bin zubair karena kesalahpahaman dalam
menyikapi pembunuhan terhadap khlifah ke tiga yaitu utsman bin affan.peperangan
tersebut terkenal dengan istilah perang zamal (unta) karena pada waktu perang
aisyah mengendarai unta sebagai kendaraan perangnya. Setelah mengatasi
peperangan aisyah, muncul juga pemberontakan yang lain sehingga masa
kekuasaan khalifah ali tidak pernah mendapat ketenangan dan kedamaian.

Dan keadaan ini pun tidak akan mampu membentuk lingkungan yang
kondusif terhadap keberlangsungan pendidikan terlebih dalam perkembangan ilmu
pengetahuan. Dengan kericuhan politik pada masa ali bin abi thalib berkuasa,
kegiatan pendidikan mendapat hambatan dan gangguan yang sangat tinggi.
Konsekuensi logisnya adalah pemerintahan ali bin abi thalib tidak memfokuskan
kegiatan pemerintahannya pada peningkatan pendidikan secara akseleratif.

[17] https://www.secangkirilmu.com/biografi-ali-bin-abi-thalib/

22
Bedasarkan uraian diatas, pada masa ali terjadi kekacauan dan
pemberontakan, sehingga dimasa ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Dengan
kericuhan politik, pada masa ali berkuasa kegiatan pendidikan islam mendapat
hambatan dan gangguan. Pada masa itu ali tidak sempat lagi memikirkan masalah
pendidikan. Sebab keseluruhan perhatiannya di tumpahkan pada masalah
keamanan dan kedamaian bagi masyarakat islam. Dengan demikian, walupun
pendidikan pada msa khulafaur rasyidin tidak jauh berbeda dengan masa nabi yang
menekan pada pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran islam yang bersumber pada
al qur’an dan hadis nabi.

a. Kondisi Masyarakat pada Masa Ali nim Abi Thalib.

Ali bin Abi Thalib adalah khalifah yang keempat setelah Usman bin Affan.
Pemerintahannya diguncang oleh peperangan dengan Aisyah (Istri Nabi) beserta
Thalhah dan Abdullah bin Zubair. Peperangan ini disebabkan karena
kesalahpahaman dalam menyikapi pembunuhan terhadap Usman bin Affan/
peperangan tersebut dinamakan Perang Jamal (unta) karena Aisyah menggunakan
unta. Setelah berhasil mengatasi pemberontkan Aisyah, dan lawan-lawanya muncul
pula pemberontakan lain, sehingga masa kekuasaan Khalifah Ali bin Abi Thalib
tidak pernah mendapatkan ketenangan dan kedamaian.

Peperangan selanjutnya terjadi dengan Muawiyyah bin Abi Sufyan.


Muawiyyah sebagai gubernur di Damaskus memberontak untuk menggulingkan
kekuasaannya. Peperangan ini disebutkan dengan peperanga shiffin. Ketika tentara
muawiyyah terdesak oleh pasukan Ali pada peperangan tersebut, maka Muawiyyah
segera mengambil siasat untuk menyatakan tahkim (penyelesaian dengan adil dan
damai). Semua Ali menerimanya, namun tahkim malah menimbulkan kekacauan,
dikarenakan Muawiyyah melakukan kecurangan. Dan dengan adanya tahkim
tersebut Muawiyyah berhasil mengalahkan Ali bin Abi Thalib dan mendirikan
pemerintahan tandingan di Damaskus. Sementara itu, sebagian tentara yang
menentang keputusan Ali bin Abi Thalib dengan cara tahkim, meninggalkan Ali
dan membuat kelompok tersendiri. Kelompok tersebut disebut Khawarij.

23
b. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Ali bin Abi Thalib

Pada masa Ali bin Abi Thalib tidak terlihat perkrmbangan pendidikan yang
berarti karena pada masa ini telah terjadi kekacauan politik dan pemberontakan,
sehingga dimasa ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan
politik pada masa Ali berkuasa, kegiatan pendidikan Islam mendapat hambatan dan
gangguan. Pada saat itu Ali bin Abi Thalib tidak sempat lagi memikirkan masalah
pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya ditumpahkan kepada masalah
keamanan di dalam pemerintahannya.

24
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, sejarah pendidikan islam pada
masa Rasulullah SAW. Terdapat dua periode yaitu periode Makkah dan Madinah,
pada periode Makkah materi yang diajarkankan tentang akidah, pengajaran Al-
Qur’an, pendidikan Ibadah dan Pendidikan ahklak, sedangkan pada periode
madinah yang ajarkan adalah tentang masalah pendidikan politik.

Kemudian metode yang digunakan antara lain, halaqah, tanya jawab, hafalan,
cerita, statistik, lukisan dan bahasa isarat.

Adaput tujuan pendidikan pada masa Rasulullah adalah menjadikan


membentuk kepribadian muslim yang seutuhnya yang mempunyai, iman, ahlakul
karimmah, taat kepada perintah Allah dan Rasul, melaksanakan hukum-hukum
islam dan memelihara kesatuan kaum muslimin.

Masa pemerintahan Abu Bakar sangat singkat (632-634) tetapi sangat


penting. terutama berperan melawan Riddah (Kemurtadan), orang yang mengaku
sebagai Nabi dan orang-orang yang enggan membayar pajak. Abu Bakar
memusatkan perhatian untuk memerangi para pemberontak, dalam penumpasan ini
banyak umat Islam yang gugur, terdiri dari para sahabat Rasulullah
dan hafidz Alquran. Karena itu Umar ibn Khattab menyarankan kepada khalifah
Abu Bakar untuk mengumpulkan ayat Alquran. Realisasinya diutusnya Zaid bin
Tsabit untuk mengumpulkan semua tulisan Alquran. Dari segi materi pendidikan
Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan.

Khalifah Umar Ibnu Khattab merupakan seorang pendidik yang melakukan


penyuluhan pendidikan di kota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di
masjid-masjid dan pasar pasar, serta mengangkat guru-guru untuk tiap-tiap daerah
yang ditaklukkan. Mereka bertugas mengajarkan isi Alquran, fiqih, dan ajaran
Islam lainnya kepada penduduk yang baru masuk Islam. Mata pelajaran agama

25
Islam pada masa khalifah Umar lebih maju dan lebih luas, serta lebih lengkap.
Ijtihad Umar di kalangan ahli fiqih, Umar mengusulkan penyelenggaraan salat
tarawih berjamaah, penambahan kalimat as-salâtu khairun minan-naum (salat lebih
baik dari pada tidur) dalam azan subuh, ide perlunya pengumpulan ayat-ayat
Alquran, dan penentuan kalender Hijrah.

Khalifah Usman meminta mengumpulkan naskah Alquran yang disimpan


Hafsah binti Umar, naskah ini merupakan kumpulan tulisan Alquran yang
berserakan pada masa pemerintahan Abu Bakar. Khalifah Usman kemudian
membentuk suatu badan atau panitia pembukuan Alquran, yang anggotanya terdiri
dari : Zaid bin Sabit sebagai ketua panitia dan Abdullah bin Zubair serta
Abdurrahman bin Haris sebagai anggota. Salinan Alquran dengan nama alMushaf
al Imam di Madinah, oleh panitia diperbanyak menjadi lima buah. Dan empat
lainnya dikirimkan ke Mekah, Suriah, Basrah, dan Kufah.

Periode Ali Ibnu Abi Thalib kegiatan pendidikan pada saat itu mengalami
hambatan dengan adanya perang saudara. Ali tidak sempat memikirkan masalah
pendidikan, karena yang lebih penting dan mendesak memberikan jaminan
keamanan, ketertiban dan ketentraman dalam segala kegiatan kehidupan, yaitu
mempersatukan kembali kesatuan umat, tetapi Ali tidak berhasil. Dasar pendidikan
Islam yang tadinya bermotif aqidah tauhid, sejak masa itu tumbuh di atas dasar
motivasi, ambisius kekuasaan, dan kekuatan.

2. Saran

Demikianlah yang dapat penulis paparkan mengenai pendidikan Islam pada


masa Rasulullah dan masa Khulafaur Rasyidin. Penulis sadar makalah ini jauh dari
kata sempurna, untuk itu penuli sangat mengharapkan masukan dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah berikutnya.

26
Daftar Pustaka

Daulay, Haidar Putra dan Nurgaya Pasa, 2013, Pendidikan Islam Dalam Lintas
Sejarah, Jakarta: KENCANA Prenada Media Group

Heristina, Ananda, 2014, “sejarah pendidikan islam masa Rasulullah”,


(online), (http://anandaheristina.blogspot.com/2014/11/sejarah-pendidikan-islam-
masa.html)

Riyan, Suhad, 2013, “Metode Pendidikan Rasulullah Saw”, (online),


(Http://Suhaddoank.Blogspot.Com/2013/11/Makalah-Sejarah-Peradaban-Islam-
Metode.Html)

Asrohah Hanum, 2001, sejarah peradaban islam, Jakarta:Wacana Ilmu

Langgulung Hasan, 2001, Pendidikan Islam Dalam Abad ke 21, Jakarta: PT


Alhusna Zikra

Nata Abuddin, 2010, Sejarah Pendidikan Islam pada periode Klasik dan
pertengahan, Jakarta: PT Raja Grafindo

Nizar Samsul, 2009, sejarah pendidikan islam, Jakarta:Kencana

Ramayulis, 2011, sejarah pendidikan islam, Jakarta:Kalam Mulia

27

Anda mungkin juga menyukai