Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN

PRAKTIKUM TDS (KONVEN DAN


MODERN)

Laporan ini dibuat sebagai syarat


Dalam Matakuliah Praktikum Lingkungan Fisik
Program Studi Kesehatan Lingkungan

OLEH

Nama : Arshita Syifatul Qolbi Tiyanensa


NIM : 10031181924002
Kelompok : 1 (Satu)
Dosen : Inoy Trisnaini, S.K.M., M.KL
Asisten : Yulfa Tiara Kencana

LABORATORIUM KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KESEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
Surat Pernyataan

Kesediaan Melaksanakan Praktikum Tatap Muka

Kami Orang tua/Wali Dari:

Nama Lengkap : Arshita Syifatul Qolbi Tiyanensa

NIM : 10031181924002

Program Studi : Kesehatan Lingkungan

Fakultas : Kesehatan Masyarakat

Alamat Rumah : Dusun 1 Desa Bumi Kencana, Kec. Sungai Lilin, Kab.
Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

Menyatakan bahwa saya BERSEDIA / TIDAK BERSEDIA mengizinkan anak


saya mengikuti kegiatan Praktikum Lingkungan Fisik secara tatap muka yang
diselenggarakan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya
dengan mematuhi penerapan standar protokol kesehatan pencegahan Covid-19
sebagaimana arahan pemerintah.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa
paksaan dari pihak manapun untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Apabila dikemudian hari terjadi pelanggaran atas pernyataan ini, saya bersedia
bertanggung jawab dengan segala risiko yang ada.

Sungai Lilin, 18 Januari 2022.

Yang membuat pernyataan,

( Suyanto )

i
Surat Pernyataan

Kesediaan Melaksanakan Praktikum Tatap Muka

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Lengkap : Arshita Syifatul Qolbi Tiyanensa

NIM : 10031181924002

Program Studi : Kesehatan Lingkungan

Fakultas : Kesehatan Masyarakat

Alamat Rumah : Dusun 1 Desa Bumi Kencana, Kec. Sungai Lilin, Kab.
Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

Menyatakan bahwa saya BERSEDIA / TIDAK BERSEDIA mengikuti kegiatan


Praktikum Lingkungan Fisik secara tatap muka yang diselenggarakan oleh
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya dengan mematuhi
penerapan standar protokol kesehatan pencegahan Covid-19 sebagaimana arahan
pemerintah.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa
paksaan dari pihak manapun untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Apabila dikemudian hari terjadi pelanggaran atas pernyataan ini, saya bersedia
bertanggung jawab dengan segala risiko yang ada.

Sungai Lilin, 18 Januari 2022.

Yang membuat pernyataan,

( Arshita Syifatul Qolbi Tiyanensa)

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

DAFTAR TABEL..................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3

2.1 Definisi...........................................................................................................3

2.2 Faktor yang Mempengaruhi TDS dan TSS....................................................3

2.3 Nilai Ambang Batas.......................................................................................6

2.4 Dampak Kesehatan........................................................................................6

2.5 Cara Menurunkan Kadar TSS dan TDS.........................................................6

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM............................................................8

3.1 Alat dan Bahan...............................................................................................8

3.1.1 Alat..........................................................................................................8

3.1.2 Bahan......................................................................................................8

3.1 Prosedur Kerja................................................................................................9

3.1.1 Cara Kerja...............................................................................................9

3.1.2 Cara Mengganti Baterai........................................................................11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................12

4.1 Hasil Pengukuran.........................................................................................12

4.1.1 Pengukuran TDS Konvensional............................................................12

4.1.3 Pengukuran TDS dan TSS Modern.......................................................14

iii
4.2 Pembahasan..................................................................................................16

BAB V KESIMPULAN.......................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran TDS Secara Konvensional.......................................12


Tabel 4.2 Pengukuran TDS Konvensional............................................................12
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran TDS dan TSS Secara Modern..................................14
Tabel 4.5 Pengukuran TDS dan TSS Modern.......................................................14

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Alat Mutltiparameter.........................Error! Bookmark not defined.


Gambar 3.2 Cara Kerja (Modern).........................Error! Bookmark not defined.
Gambar 3.3 Cara Mengganti Baterai....................Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.1 Hasil Pengukuran Kertas saat Berat Kosong 12


Gambar 4.2 Hasil Pengukuran Cawan saat Berat Kosong...................................13
Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Kertas saat Berat Setelah Masuk Residu.............13
Gambar 4.4 Hasil Pengukuran Cawan saat Berat Setelah Masuk Residu............13
Gambar 4.5 Hasil Pengukuran ke-1 TSS dan TDS Sampel Air Sumur...............14
Gambar 4.6 Hasil Pengukuran ke-2 TSS dan TDS Sampel Air Sumur...............14
Gambar 4.7 Hasil Pengukuran ke-3 TSS dan TDS Sampel Air Sumur...............15
Gambar 4.8 Hasil Pengukuran ke-1 TSS dan TDS Sampel Air Cucian...............15
Gambar 4.9 Hasil Pengukuran ke-2 TSS dan TDS Sampel Air Cucian...............15
Gambar 4.10 Hasil Pengukuran ke-3 TSS dan TDS Sampel Air Cucian.............15

vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting dalam kehidupan
manusia dan digunakan masyarakat untuk berbagai kegiatan sehari-hari, termasuk
kegiatan pertanian, perikanan, peternakan, industri, pertambangan, rekreasi,
olahraga dan sebagainya. Dewasa ini, masalah utama sumber daya air meliputi
kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan manusia yang terus
meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik terus menurun khususnya
untuk air minum (Hidayati, 2017).
Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat dialam secara
berlimpah. Namun ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan
manusia relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor. Kuantitas air yang
mampu diserap oleh tanah sangat tergantung pada fisik tanah, misalnya bobot isi
(bobot tanah tiap satuan volume tanah), infiltrasi (daya tanah meresapkan air),
porositas (jumlah volume udara yang terkandung dalam tanah), dan struktur tanah
(bentukan hasil penyusunan butiran-butiran tanah) (Sallata, 2015).
Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara
bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun
generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestrasian sumber daya air harus
ditanamkan pada segenap pengguna air. Saat ini, masalah utama yang dihadapi
oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi
kebutuhan yang harus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang
semakin menurun. Air antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi
ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi semua makhluk
hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu diperlukan
pengelolahan dan perlindungan sumber daya air secara seksama (Herawati, 2015).
Sebagai sumber air minum masyarakat, air harus memenuhi beberapa
aspek yang meliputi kuantitas, kualitas dan kontinuitas. Jika kita tinjau dari segi
kualitas, air bersih yang digunakan harus memenuhi syarat secara fisik, kimia, dan
mikrobiologi. Persyaratan secara fisik meliputi air harus jernih, tidak berwarna,

1
tidak berasa/tawar, tidak berbau, temperatur normal dan tidak mengandung zat
padatan (dinyatakan dengan TS, TSS dan TDS) (Yuliani and Rahdriawan, 2015).
Persyaratan secara kimia meliputi derajat keasaman, kandungan oksigen,
bahan organik (dinyatakan dengan BOD, COD, dan TOC), mineral atau logam,
nutrien/hara, kesadahan dan sebagainya. Adapun Penilaian kualitas perairan
secara biologi dapat menggunakan organisme sebagai indikator. Salah satu
pengukuran yang dapat dilakukan untuk mengetahui baku mutu air adalah melalui
pengukuran kandungan zat padatan TSS (Total Suspended Solid) dan TDS (Total
Dissolve Solid) (Susanto et al., 2015).
Zat padat yang berada dalam air (solid) dapat didefinisikan sebagai materi
yang tersisa (residu) jika contoh air diuapkan dan dikeringkan pada temperature
103-105⁰. Untuk senyawa-senyawa yang mudah menguap pada waktu penguapan
ataupun pada waktu pengeringan pada temperatur tersebut tidak termasuk dalam
definisi diatas. Residu dari penguapan dan pemanasan tersebut dapat berupa
senyawa organik atau anorganik, baik dalam bentuk terlarut ataupun yang
tersuspensi dalam air (Hidayat et al., 2016).
TSS merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang
heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan
dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan. Penetrasi
cahaya matahari ke permukaan dan bagian yang lebih dalam tidak berlangsung
efektif akibat terhalang oleh zat padat tersuspensi, sehingga fotosintesis tidak
berlangsung sempurna. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan
penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan dengan membatasi
penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan (Irawan, 2016).
Total padatan terlarut dikenal juga sebagai total dissolved solid (TDS)
menyatakan jumlah total zat anorganik dan organik terlarut di dalam air. Dasar
pengukuran TDS adalah konduktivitas atau daya hantar larutan. Padatan terlarut
total ( Total dissolved Solid ) adalah bahan bahan terlarut (diameter <10-6 mm)
dan koloid diameter 10-6 mm 10-3 mm yang berupa senyawa-senyawa kimia dan
bahan lain yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,45 μm (Elfidasari
et al., 2017)

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
TSS merupakan singkatan dari (Total Suspended Solids). Zat padat
tersuspensi (TSS) merupakan tempat berlangsungnya reaksi- reaksi kimi yang
heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan
dapat menghalangi kemampuan produksi zat organic di suatu perairan.
Zat padat terlarut (TDS) merupakan konsetrasi jumlah ion kation
(bermuatan positif) dan anion (bermuatan negatif) di dalam air. Sumber utama
untuk TDS dalam perairan adalah limpahan dari pertanian, limbah rumah tangga,
dan industri. Unsur kimia yang paling umum adalah kalsium, fosfat, nitrat,
natrium, kalium dan klorida. TDS adalah singkatan dari Total Dissolve Solid yang
dalam Bahasa Indonesia berarti Jumlah Zat Padat Terlarut. TDS merupakan
indikator dari jumlah partikel atau zat tersebut, baik berupa senyawa organik
maupun non-organik. Pengertian terlarut mengarah kepada partikel padat di dalam
air yang memiliki ukuran di bawah 1 nano-meter. Satuan yang digunakan
biasanya ppm (part per million) atau yang sama dengan miligram per liter (mg/l)
untuk pengukuran konsentrasi massa kimiawi yang menunjukkan berapa banyak
gram dari suatu zat yang ada dalam satu liter dari cairan (Hidayat et al., 2016).

2.2 Faktor yang Mempengaruhi TDS dan TSS


1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Total Suspended Solid (TSS)
a. Laju aliran yang sangat deras
Laju aliran dari badan air merupakan faktor utama dalam
konsentrasi TSS. Air mengalir cepat dapat membawa lebih partikel dan
sedimen yang lebih besar berukuran. Hujan lebat dapat mengambil pasir,
lumpur, tanah liat, dan partikel organik (seperti daun, tanah, partikel ban)
dari tanah dan membawanya ke permukaan air. Perubahan laju aliran juga
dapat mempengaruhi TSS, jika kecepatan atau arah air meningkat saat ini,
partikel dari sedimen bawah dapat disuspensi.

3
b. Longsoran
Erosi tanah yang disebabkan oleh gangguan dari permukaan tanah.
Erosi tanah dapat disebabkan oleh Bangunan dan Konstruksi Jalan,
Kebakaran Hutan, Logging, dan Pertambangan. Partikel tanah yang
tererosi dapat dilakukan oleh stormwater ke permukaan air. Hal ini akan
meningkatkan TSS dari badan air.
c. Limpasan perkotaan
Selama acara badai, partikel tanah dan puing-puing dari jalan-jalan
dan kawasan industri, komersial, dan residensial dapat dicuci ke sungai.
Karena jumlah besar trotoar di daerah perkotaan, infiltrasi menurun,
kecepatan meningkat, dan daerah menetap alam telah dihapus. Sedimen
dilakukan melalui saluran badai langsung ke sungai dan sungai.
d. Air limbah
Air buangan dari Tanaman Pengolahan Air Limbah (IPAL) dapat
menambahkan padatan tersuspensi ke sungai. Air limbah dari rumah berisi
sisa makanan, kotoran manusia, dan bahan padat lainnya yang kita
meletakkan saluran air kita. Sebagian besar padatan dikeluarkan dari air di
IPAL sebelum dibuang ke sungai, tetapi pengobatan tidak dapat
menghilangkan segalanya.
e. Membusuknya Tumbuhan dan Hewan
Sebagai tanaman dan hewan pembusukan, partikel organik
tersuspensi dilepaskan dan dapat berkontribusi pada konsentrasi TSS.
f. Bottom-Feeding Fish
Bottom-Feeding Fish (seperti ikan mas) dapat membangkitkan
sedimen karena mereka menghilangkan vegetasi. Sedimen ini dapat
berkontribusi untuk TSS.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Total Dissolve Solid (TDS)
a. Geologi dan Tanah di Daerah Aliran Sungai
Beberapa batuan dan tanah rilis ion sangat mudah ketika air
mengalir atas mereka misalnya, jika air asam mengalir di atas batuan yang

4
mengandung kalsit (CaCO3), seperti serpih kapur, kalsium (Ca2 +) dan
karbonat (CO32-) ion akan larut ke dalam air. Oleh karena itu, TDS akan
meningkat. Namun, beberapa batu, seperti granit yang kaya kuarsa, sangat
tahan terhadap pembubaran, dan tidak larut dengan mudah ketika air
mengalir atas mereka. TDS air pengeringan daerah di mana geologi hanya
terdiri dari granit atau batu tahan lainnya akan rendah (kecuali faktor-
faktor lain yang terlibat).
b. Limpasan perkota
Selama acara badai, polutan seperti garam dari jalan-jalan, pupuk
dari rumput, dan bahan lainnya dapat dicuci ke sungai dan sungai. Karena
jumlah besar trotoar di daerah perkotaan, daerah pengendapan alam telah
dihapus, dan padatan terlarut dilakukan melalui saluran badai ke sungai
dan sungai.
c. Pupuk Limpasan
Pupuk dapat larut dalam stormwater dan dibawa ke permukaan air
selama badai, dan berkontribusi TDS.
d. Air limbah dan Septic Sistem Limbah
Air buangan dari Tanaman Pengolahan Air Limbah (IPAL)
menambahkan padatan terlarut ke sungai. Air limbah dari rumah kami
berisi baik padatan terlarut ditangguhkan dan bahwa kami menempatkan
sia-sia kami. Sebagian besar padatan tersuspensi dikeluarkan dari air di
IPAL sebelum dibuang ke sungai, tapi IPAL hanya menghapus beberapa
TDS.
Komponen penting dari beban TDS dari IPAL meliputi fosfor,
nitrogen, dan bahan organik. Longsoran Erosi tanah yang disebabkan oleh
gangguan dari permukaan tanah. Erosi tanah dapat disebabkan oleh
Bangunan dan Konstruksi Jalan, Kebakaran Hutan, Logging, dan
Pertambangan. Partikel tanah terkikis mungkin berisi komponen larut yang
dapat larut dan dilakukan oleh stormwater ke permukaan air. Hal ini akan
meningkatkan TDS dari badan air.

5
e. Membusuk Tumbuhan dan Hewan
Sebagai tanaman dan hewan pembusukan, partikel organik terlarut
dilepaskan dan dapat berkontribusi pada konsentrasi TDS (Rahadi et al.,
2020).

2.3 Nilai Ambang Batas


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Peryaratan
Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua,
dan Pemandian Umum, Standar baku mutu kesehatan lingkungan untuk parameter
fisik zat padat terlarut (TDS) adalah sebesar 1000 mg/l. Dimana, Air untuk
Keperluan Higiene Sanitasi tersebut digunakan untuk pemeliharaan kebersihan
perorangan seperti mandi dan sikat gigi, serta untuk keperluan cuci bahan pangan,
peralatan makan, dan pakaian. Selain itu Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
dapat digunakan sebagai air baku air minum.

2.4 Dampak Kesehatan


Dampak kesehatan jika kita mengkonsumsi atau menggunakan air dengan
kadar TSS dan TDS melebihi Nilai Ambang Batas untuk jangka waktu yang lama
dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh terutama pada lambung, ginjal
yang berupa penyakit batu ginjal, kemudian masalah pada pencernaan, dan
gangguan pada usus.

2.5 Cara Menurunkan Kadar TSS dan TDS


a. Koagulasi (Coagulation)
Pada proses koagulasi, terjadi proses destabilisasi partikel koloid
yang terkandung dalam sumber air baku (raw water) bertujuan untuk
memisahkan air dengan pengotor yang terlarut didalamnya. Proses
destabilisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti penambahan

6
bahan kimia koagulan (coagulant), secara fisik dengan pengadukan cepat
(rapid mixing), atau menggunakan batang pengaduk secara mekanik.
b. Flokulasi (Flocculation)
Proses flokulasi bertujuan membentuk dan memperbesar floc
(gumpalan pengotor) pada air baku (raw water) yang pengotornya sudah
terkoagulasi, biasanya dilakukan pengadukan lambat (slow mixing) dan
ditambahkan bahan kimia flokulan (flocculant) untuk meningkatkan
efisiensi penggumpalan.
c. Pengendapan (Sedimentation)
Pada prinsipnya, proses pengendapan (sedimentation) berdasarkan
berat jenis tiap pengotor partikel koloid. Pada proses ini terjadi
pengendapan partikel-partikel koloid yang sudah didestabilisasi oleh
koagulant dan terjadi proses flokulasi, dimana partikel koloid yang lebih
besar berat jenisnya daripada air akan mengendap dibawah permukaan.
Saat ini untuk proses koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi dapat dibuat
tergabung dalam satu sistem terintegrasi.
d. Penyaringan (filtration)
Proses penyaringan merupakan proses utama dalam instalasi
pengolahan air. Proses ini bisa menggunakan media pasir (sand filter),
karbon aktif (activated carbon), dan teknologi membran (membrane
process) seperti Microfiltration (MF), Ultrafiltration (UF), Nanofiltration
(NF) atau Reverse Osmosis (RO).
e. Desinfektan (Disinfectant)
Fungsi dari proses disinfeksi adalah mematikan bakteri atau virus
yang masih terdapat didalam air. Proses ini dapat menggunakan senyawa
kimia seperti penambahan chlor, proses ozonisasi, pemancaran sinar UV,
ataupun dengan pemanasan (Hak et al., 2018).

7
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
3.1.1.1 Alat Konvensional
a. Labu ukur 250 ml
b. Pipet tetes
c. Pompa vakum
d. Cawan Porselen
e. Beaker Gelas
f. Batang Pengaduk
g. Corong Gelas
h. Alat Water Quality Testing GPS

3.1.1.2 Alat Modern


a. Multiparameter

Gambar 3.1 Alat Mutltiparameter

3.1.2 Bahan
a. Aquabides
b. Sampel berbagai jenis air

8
3.1 Prosedur Kerja
3.1.1 Cara Kerja
3.1.1.1 Zat Padat Tersuspensi/TSS (Konvensional)
1. Panaskan kertas saring dan cawan penguapan dalam oven dengan suhu
105°C selama 1 jam. Dinginkan dalam desikator selama 15 menit dan
kemudian timbang dengan tepat. Pemanasan biasanya cukup 1 jam.
Namun pemanasan perlu diulang hingga mendapatkan panas yang konstan
kehilangan berat sesudah pemanasan ulang kurang dari 0,5 mg.
2. Sampel yang sudah dikocok merata, sebanyak 100 ml dipindahkan dengan
menggunakan pipet atau labu ukur, kedalam alat penyaringan corong
Buchner yang sudah ada kertas saring di dalamnya. Kemudian saring
dengan sistem vacuum.
3. Kertas saring diambil dari alat penyaring dan letakkan di cawan dengan
hati-hati, filter beserta cawan Gooch dimasukkan ke dalam oven untuk
dipanaskan pada suhu 105°C, selama 1 jam. Dinginkan dalam desikator
dan kemudian timbang dengan cepat. Ulangi pemanasan dan penimbangan
sampai beratnya konstan atau berkurang berat sesudah pemanasan dan
ulang, kurang dari 0,5 mg. Biasanya pemanasan 1 sampai 2 jam sudah
cukup.

Perhitungan
( a−b ) x 100
mg/l Zat tersuspensi (TSS) =
c
Keterangan :
a = berat filter dan residu sesudah pemanasan 105°C (mg)
b = berat kering (sudah dipanasi 105°C (mg)
c = Volume contoh uji (ml sampel)

9
3.1.1.2 Zat Padat Terlarut (Konvensional)
1. Sampel yang lolos dari filter kertas, dituangkan dalam cawan penguapan
(cawan sudah dipanaskan dan ditimbang berat awalnya).
2. Cawan yang berisi sampel tersebut, diuapkan dan dikeringkan dalam oven
pada suhu 105°C sampai semua air telah menguap. Ulangi pemanasan
dalam oven dan penimbangan sampai diperoleh berar yang konstan atau
berkurang berat < 0,5 mg.

Perhitungan
( a−b ) x 100
mg/l Zat terlarut (TDS) =
c
Keterangan :
a = berat filter dan residu sesudah pemanasan 105°C (mg)
b = berat kering (sudah dipanasi 105°C (mg)
c = Volume contoh uji (ml sampel)

2.1.1.3 Cara Kerja (Modern)

Tekan tombol power satu kali untuk menghidupkan alat multiparameter

Siapkan sampel air yang akan di ukur parameternya di gelas ukuran


150- 200 ml

Tentukan parameter pengukuran pada display alat multiparameter


dengan menekan tombol MODE

Bilas probe menggunakan air bersih terlebih dahulu

10
Masukkan probes ke dalam air/sampel/larutan yang akan diukur
hitung per 10 detik sembari diaduk perlahan dan tunggu hingga
pembacaan stabil

Untuk melanjutkan pengukuran parameter lain, tekan tombol mode

Setelah melakukan pengukuran seluruh parameter pada alat


multiparameter,matikan alat dengan menekan tombol power satu kali.

Gambar 3.2 Cara Kerja (Modern)

3.1.2 Cara Mengganti Baterai

Putar bagian leher alat pisahkan probe nya

Buka penutup baterai

Masukkan baterai dengan benar

Tutup kembali dan pasang kembali probe


Gambar 3.3 Cara Mengganti Baterai

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengukuran
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran TDS Secara Konvensional

Pengukuran Hasil Nilai Ambang Keterangan


Pengukuran Batas
TDS 2.800 mg/L 1000 mg/l Tidak Memenuhi
Konvensional

4.1.1 Pengukuran TDS Konvensional


Tabel 4.2 Pengukuran TDS Konvensional

Keterangan : Rumus :
a : 26,3694 g = 26.369,4 mg ( a−b ) x 100
b : 25,5270 g = 25.527 mg c

c : 30 ml
( 26.369,4 mg−25.527 mg ) x 100
30 ml
Hasil : 2.800 mg/l

Gambar 4.1 Hasil Pengukuran Kertas saat Berat Kosong

12
Gambar 4.2 Hasil Pengukuran Cawan saat Berat Kosong

Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Kertas saat Berat Setelah Masuk Residu

Gambar 4.4 Hasil Pengukuran Cawan saat Berat Setelah Masuk Residu

13
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran TDS Secara Modern

Pengukuran Hasil Nilai Ambang Keterangan


Pengukuran Batas
Sampel Air Sumur 64,4 mg/l 1000 mg/l Memenuhi
Sampel Air Cucian 96 mg/l 1000 mg/l Memenuhi

4.1.3 Pengukuran TDS Modern


Tabel 4.4 Pengukuran TDS Modern

Sampel Air Sumur Sampel Air Sisa Cucian


Pengukuran 1 : 64,4 Pengukuran 1 : 95,4
Pengukuran 2 : 64,4 Pengukuran 2 : 96,2
Pengukuran 3 : 64,4 Pengukuran 3 : 96,4

Rata-rata : 64,4 mg/l Rata-rata : 96 mg/l

Gambar 4.5 Hasil Pengukuran ke-1 TDS Sampel Air Sumur

Gambar 4.6 Hasil Pengukuran ke-2 TDS Sampel Air Sumur

14
Gambar 4.7 Hasil Pengukuran ke-3 TDS Sampel Air Sumur

Gambar 4.8 Hasil Pengukuran ke-1 TDS Sampel Air Cucian

Gambar 4.9 Hasil Pengukuran ke-2 TDS Sampel Air Cucian

Gambar 4.10 Hasil Pengukuran ke-3 TDS Sampel Air Cucian

15
4.2 Pembahasan
Pengukuran TDS dan TSS menggunakan dua cara yaitu cara konvensional
dan juga cara modern. Konvensional dapat dikatakan sebagai perhitungan secara
manual atau cara yang lebih rumit, sedangkan pengukuran secara modern
dilakukan dengan menggunakan alat yang bernama multiparameter dengan hasil
yang lebih cepat dan lebih akurat untuk pengukuran TDS dan TSS pada air.
Sistem konvensional adalah sistem yang masih menggunakan perangkat
manual dalam sistemnya. Komponen utama dalam sistem tersebut adalah
manusia. Manusia yang bertindak sebagai pengguna, operator dan penyedia
service dari sistem tersebut. Dalam hal ini sistem konvensional lebih banyak
melakukan pemrosesan data manual. 
Pada pengukuran TDS dan TSS dengan cara modern ini dilakukan dengan
menggunakan kedua sampel, yaitu sampel air sumur dan juga sampel air sisa
cucian. Pada pengukuran modern dilakukan pengukuran sebanyak 3 kali pada
setiap sampelnya dengan durasi waktu 10 detik pada setiap pengukuran.
Kemudian hasil tersebut dihitung nilai rata-rata nya dan dibandingkan dengan
Nilai Baku Mutu.
Pengukuran TDS dan TSS menggunakan cara konvensional menggunakan
sampel air kolam di taman belakang FKM UNSRI. Pengukuran TDS
menggunakan cawan, sehingga untuk nilai A yang digunakan adalah berat cawan
setelah masuk residu, dan nilai B yang digunakan adalah berat kosong atau berat
awal cawan, dan nilai C adalah sampel sebanyak 30 ml. Sebaliknya, pada
pengukuran TSS menggunakankertas filter, sehingga untuk nilai A yang
digunakan adalah berat kertas filter setelah masuk residu, dan nilai B yang
digunakan adalah berat kosong atau berat awal kertas filter, dan nilai C adalah
sampel sebanyak 30 ml.
Dikarenakan hasil pengukuran pada berat kosong dan berat setelah masuk
residu dalam bentuk gram (g), maka sebaiknya diubah terlebih dahulu ke satuan
milligram (mg), dikarenakan satuan pengukuran TDS dan TSS dinyatakan dalam
bentu milligram per liter (mg/l). Sedangkan untuk pengukuran modern hanya
menghitung nilai rata-rata dari ketiga pengukurannya.

16
Pengukuran TDS dan TSS menggunakan sampel air kolam pada taman
belakang FKM UNSRI, maka air tersebut masuk ke dalam Air Kelas 3,
merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan/atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Hasil Pengukuran TDS dengan cara konvensional didapatkan hasil
perhitungan sebesar 2.800 mg/L. Jika dibandingkan dengan PERMENKES No. 32
Tahun 2017 untuk TDS yaitu 1000 mg/L. Maka, dapat disimpulkan bahwa kadar
TDS pada sampel air taman belakang FKM UNSRI tidak memenuhi Nilai
Ambang Batas yang berlaku.
Dampak kesehatan jika kita mengkonsumsi atau menggunakan air dengan
kadar TSS dan TDS melebihi Nilai Ambang Batas untuk jangka waktu yang lama
dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh terutama pada lambung, ginjal
yang berupa penyakit batu ginjal, kemudian masalah pada pencernaan, dan
gangguan pada usus.
Ada beberapa faktor-faktor yang Mempengaruhi Total Dissolve Solid
(TDS) memiliki kadar yang tinggi, berikut adalah contohnya :
a. Geologi dan Tanah di Daerah Aliran Sungai
Beberapa batuan dan tanah rilis ion sangat mudah ketika air
mengalir atas mereka misalnya, jika air asam mengalir di atas batuan yang
mengandung kalsit (CaCO3), seperti serpih kapur, kalsium (Ca2 +) dan
karbonat (CO32-) ion akan larut ke dalam air. Oleh karena itu, TDS akan
meningkat
b. Air limbah dan Septic Sistem Limbah
Air buangan dari Tanaman Pengolahan Air Limbah (IPAL)
menambahkan padatan terlarut ke sungai. Air limbah dari rumah kami
berisi baik padatan terlarut ditangguhkan dan bahwa kami menempatkan
sia-sia kami. Sebagian besar padatan tersuspensi dikeluarkan dari air di
IPAL sebelum dibuang ke sungai, tapi IPAL hanya menghapus beberapa
TDS.

17
c. Membusuk Tumbuhan dan Hewan
Sebagai tanaman dan hewan pembusukan, partikel organik terlarut
dilepaskan dan dapat berkontribusi pada konsentrasi TDS.
Pengukuran TDS dan TSS dengan cara modern menggunakan alat
multiparameter pada sampel air sumur didapatkan hasil pengukuran pertama
sebesar 64,4 Pengukuran kedua 64,4 dan Pengukuran ketiga sebesar 64,4.
Kemudian dihitung nilai rata-rata dari ketiga pengukuran tersebut dan didapatkan
hasil sebesar 64,4 mg/l.
Jika dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 adalah sebesar 1000 mg/l.
Maka, dapat disimpulkan bahwa kadar TDS dan TSS pada sampel air sumur
masih memenuhi Nilai Ambang Batas yang berlaku.
Pengukuran TDS dan TSS dengan cara modern menggunakan alat
multiparameter pada sampel air sumur didapatkan hasil pengukuran pertama
sebesar 95,4 Pengukuran kedua 96,2 dan Pengukuran ketiga sebesar 96,4.
Kemudian dihitung nilai rata-rata dari ketiga pengukuran tersebut dan didapatkan
hasil sebesar 96 mg/l.
Jika dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku
Mutu Kesehatan Lingkungan dan Peryaratan Kesehatan Air untuk Keperluan
Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum, Standar
baku mutu kesehatan lingkungan untuk parameter fisik zat padat terlarut (TDS)
adalah sebesar 1000 mg/l. Maka, dapat disimpulkan bahwa kadar TDS dan TSS
pada sampel air sisa cucian masih memenuhi Nilai Ambang Batas yang berlaku

18
BAB V
KESIMPULAN

1. TSS merupakan singkatan dari (Total Suspended Solids). Zat padat


tersuspensi (TSS) merupakan tempat berlangsungnya reaksi- reaksi kimi
yang heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang
paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organic di
suatu perairan. TDS adalah singkatan dari Total Dissolve Solid yang dalam
Bahasa Indonesia berarti Jumlah Zat Padat Terlarut. TDS merupakan
indikator dari jumlah partikel atau zat tersebut, baik berupa senyawa
organik maupun non-organik.
2. Pengukuran TDS dan TSS menggunakan dua cara yaitu cara konvensional
dan juga cara modern. Konvensional dapat dikatakan sebagai perhitungan
secara manual atau cara yang lebih rumit, sedangkan pengukuran secara
modern dilakukan dengan menggunakan alat yang bernama
multiparameter dengan hasil yang lebih cepat dan lebih akurat untuk
pengukuran TDS dan TSS pada air.
3. Pengukuran TDS dan TSS dengan cara modern menggunakan alat
multiparameter pada sampel air sumur didapatkan hasil pengukuran
pertama sebesar 64,4 Pengukuran kedua 64,4 dan Pengukuran ketiga
sebesar 64,4. Kemudian dihitung nilai rata-rata dari ketiga pengukuran
tersebut dan didapatkan hasil sebesar 64,4 mg/l. Jika dibandingkan dengan
Nilai Ambang Batas menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 adalah sebesar 1000 mg/l. Maka, dapat
disimpulkan bahwa kadar TDS dan TSS pada sampel air sumur masih
memenuhi Nilai Ambang Batas yang berlaku.
4. Pengukuran TDS dan TSS dengan cara modern menggunakan alat
multiparameter pada sampel air sumur didapatkan hasil pengukuran
pertama sebesar 95,4 Pengukuran kedua 96,2 dan Pengukuran ketiga
sebesar 96,4. Kemudian dihitung nilai rata-rata dari ketiga pengukuran
tersebut dan didapatkan hasil sebesar 96 mg/l. Jika dibandingkan dengan

19
Nilai Ambang Batas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2017 adalah sebesar 1000 mg/l. Maka, dapat
disimpulkan bahwa kadar TDS dan TSS pada sampel air sisa cucian masih
memenuhi Nilai Ambang Batas yang berlaku.
5. Hasil Pengukuran TDS dengan cara konvensional didapatkan hasil
perhitungan sebesar 2.800 mg/L. Jika dibandingkan dengan PERMENKES
No. 32 Tahun 2017 yaitu 1000 mg/L. Maka, dapat disimpulkan bahwa
kadar TDS pada sampel air taman belakang FKM UNSRI tidak memenuhi
Nilai Ambang Batas yang berlaku.

20
DAFTAR PUSTAKA

Elfidasari, Dewi, Noriko, Nita, Effendi, Yunus & Puspitasari, Riris Lindiawati
2017. Kualitas air Situ Lebak Wangi Bogor berdasarkan analisa fisika,
kimia dan biologi. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi, 3,
104-112.

Hak, Ahsanul, Kurniasih, Yeti & Hatimah, Husnul 2018. Efektivitas Penggunaan
Biji Kelor (Moringa Oleífera, Lam) Sebagai Koagulan Untuk Menurunkan
Kadar TDS dan TSS Dalam Limbah Laundry. Hydrogen: Jurnal
Kependidikan Kimia, 6, 100-113.

Herawati, Netty 2015. Pengaruh Penambahan Tawas dan Kapur Terhadap


Kecepatan Pengendapan Air Rawa. Berkala Teknik, 5, 884-889.

Hidayat, Diky, Suprianto, R & Dewi, Putri Sari 2016. Penentuan kandungan zat
padat (total dissolve solid dan total suspended solid) di perairan Teluk
Lampung. Analit: Analytical and Environmental Chemistry, 1.

Hidayati, Deny 2017. Memudarnya nilai kearifan lokal masyarakat dalam


pengelolaan sumber daya air. Jurnal Kependudukan Indonesia, 11, 39-48.

Irawan, Susan Nadya, Mahyudin, Idiannor, Razie, Fakhrur & Susilawati,


Susilawati 2016. Kajian Penanggulangan Air Asam Tambang Pada Salah
Satu Perusahaan Pemegang Ijin Usaha Pertambangan Di Desa Lemo,
Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah. EnviroScienteae, 12, 50-59.

Rahadi, Bambang, Haji, Alexander Tunggul Sutan & Ariyanto, Andry Pratama
2020. Prediksi TDS, TSS, dan Kedalaman Waduk Selorejo menggunakan
Aerial Image Processing. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 7,
65-71.

Sallata, M Kudeng 2015. Konservasi dan pengelolaan sumber daya air


berdasarkan keberadaannya sebagai sumber daya alam. Buletin Eboni, 12,
75-86.

Susanto, Byna, Krisdianto, Krisdianto & Satria, Hasrul 2018. Kajian kualitas air
sungai yang melewati Kecamatan Gambut dan Aluh Aluh Kalimantan
Selatan. Bioscientiae, 6.

Yuliani, Yani & Rahdriawan, Mardwi 2015. Kinerja Pelayanan Air Bersih
Masyarakat Di Kelurahan Tugurejo Kota Semarang. Jurnal
Pengembangan Kota, 3, 11-25.

12

Anda mungkin juga menyukai