Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................. 1


SOP BUDIDAYA TANAMAN BUAH NAGA .......................................................................... 1
I. PRA TANAM ......................................................................................................................... 1
1.1 Pemilihan Lokasi Lahan .......................................................................................................... 1
1.2 Persiapan Pancang ................................................................................................................... 3
1.3 Pengolahan Lahan dan Penentuan Titik Tanam ..................................................................... 5
1.4 Persiapan Sistem Pengairan ................................................................................................... 7
1.5 Persiapan Bibit ....................................................................................................................... 8
II. TANAM ................................................................................................................................. 10
III. PERAWATAN ....................................................................................................................... 11
3.1 Penyulaman ............................................................................................................................ 11
3.2 Penyiraman............................................................................................................................... 12
3.3 Pemupukan............................................................................................................................... 13
3.4 Pemangkasan............................................................................................................................ 14
3.5 Pembungaan dan Penyerbukan Bunga ................................................................................... 15
3.6 Penyinaran Lampu ................................................................................................................. 17
3.7 Pengendalian OPT .................................................................................................................. 18
IV. PANEN ................................................................................................................................... 23
V. PASCA PANEN .................................................................................................................... 24
5.1 Penyortiran ............................................................................................................................. 25
5.2 Perawatan Tanaman Pasca Panen .......................................................................................... 27

1
SOP BUDIDAYA TANAMAN BUAH NAGA
MITRA TANI UNGGUL
Berikut merupakan uraian SOP (Standar Operasional Prosedur) kegiatan budidaya tanaman
buah naga CV. Mitra Tani Unggul. SOP dikategorikan berdasarkan tahapan kegiatan budidaya
tanaman, meliputi kegiatan pra tanam, tanam, perawatan, panen, dan pasca panen.
I. PRA TANAM
1.1 PEMILIHAN LOKASI LAHAN
A. Definisi
Pemilihan lokasi lahan merupakan kegiatan penentuan lahan yang akan digunakan sebagai
lokasi kegiatan budidaya tanaman buah naga dengan mempertimbangkan beberapa kondisi
lahan tersebut.
B. Tujuan
Pemilihan lokasi lahan dilakukan untuk memastikan kondisi lahan yang digunakan dapat
mendukung pertumbuhan tanaman buah naga sehingga didapatkan hasil produksi dengan
kuantitas dan kualitas sesuai dengan harapan.
C. Sasaran
Tersedianya lahan yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman buah naga dengan baik.
Lahan harus memenuhi kriteria sebagai berikut
1. Curah hujan ideal kisaran 720 mm/tahun.
2. Suhu udara ideal antara 26-36°C dan kelembaban udara 70-90%.
3. Rata pH tanah berada pada kisaran 6.5-7.
4. Berada pada ketinggian 0-1500 mdpl.
D. Alat dan Bahan
Data iklim 10 tahun terakhir, pH meter, altimeter.
E. Fungsi
1. Data iklim sebagai sumber informasi curah hujan dan rerata suhu pada lahan budidaya.
2. pH meter sebagai alat pengukuran pH tanah pada lahan budidaya.
3. Altimeter sebagai alat pengukur posisi ketinggian lokasi lahan budidaya.
F. Prosedur pelaksanaan
1. Mengumpulkan data iklim 10 tahun terakhir di wilayah terdekat baik melalui kunjungan
ke stasiun meteorologi ataupun website resmi BMKG.
2. Mengukur pH tanah menggunakan pH meter.
3. Mengukur posisi ketinggian lahan menggunakan altimeter.

2
1.2 PERSIAPAN PANCANG
A. Definisi
Persiapan pancang merupakan upaya penyediaan tegakan yang memiliki peranan penting
sebagai rambatan tanaman buah naga baik pancang berupa beton atau pohon-pohon berkayu
seperti pohon randu dan jaranan.
B. Tujuan
Persiapan pancang dilakukan untuk menyediakan tegakan penopang tubuh dan tempat
rambatan tanaman buah naga.
C. Sasaran
Tersedianya pancang/panjatan yang kuat, kokoh, dan dapat mendukung upaya pengoptimalan
pertumbuhan tanaman buah naga.
D. Alat dan Bahan
1. Tiang beton, pohon randu atau jaranan
2. Hilban
3. Tali rafia/packing
4. Kawat
5. Besi beton
E. Fungsi
1. Tiang beton, pohon randu atau jaranan sebagai rambatan atau penyangga tubuh tanaman
buah naga.
2. Hilban sebagai penahan dan pengarah arah tumbuh cabang batang tanaman buah naga.
3. Tali rafia/packing dan kawat digunakan untuk mengikat sulur tanaman buah naga.
4. Besi beton sebagai alat pembantu dalam meletakkan hilban di ujung atas tiang pancang.
F. Prosedur pelaksanaan
 Apabila pancang yang digunakan merupakan beton, maka prosedur yang harus dilaksanakan
adalah sebagai berikut.
1. Pancang beton yang dibuat berbentuk balok dengan ukuran lebar 10-12 x 10-12 cm dan
tinggi antara 150 s/d 200 cm.
2. Pada ujung atas tiang dipasang besi beton sepanjang 60 cm dan berdiameter 12 mm
membentuk “+” dengan arah mendatar, kemudian keempat ujung besi ditancapkan pada
hilban sebagai penyangga. Apabila menggunakan ban motor, maka diupayakan agar posisi
ban tersebut tidak mengantongi air.
3. Pancang/panjatan ditancapkan ke dalam tanah dengan kedalaman sekitar 40-50 cm.

3
 Apabila pancang yang digunakan berupa tanaman hidup, maka prosedur yang harus
dilaksanakan adalah sebagai berikut.
1. Tanaman panjatanyang digunakan memiliki diameter 8-12 cm dengan tinggi 150-200
cm.
2. Bagian bawah batang tanaman diruncingkan dan ditanam ke dalam tanah hingga
kedalaman 25-30 cm.
3. Pelihara cabang sebanyak 3-4 sebagai penahan sulur tanaman buah naga. 1-2 Batang
tanaman pancang dibiarkan tumbuh besar dan berfungsi sebagai penaung tanaman
buah naga ketika hari sangat terik.

4
1.3 PENGOLAHAN LAHAN DAN PENENTUAN TITIK TANAM
A. Definisi
Pengolahan lahan merupakan rangkaian kegiatan mempersiapkan lahan budidaya agar
kondisinya sesuai untuk pertumbuhan tanaman buah naga.
B. Tujuan
Agar kondisi lahan budidaya yang digunakan memenuhi kriteria lahan ideal bagi pertumbuhan
tanaman buah naga.
C. Sasaran
Tersedianya lahan yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman buah naga.
D. Alat dan Bahan
1. Parang/sabit /mesin pemotong rumput
2. Cangkul
3. Linggis
4. Pupuk kandang (sudah terfermentasi EM4/EM9), PGPR, dan Trichoderma
5. Dolomit
6. Cocopeat/abu sekam
E. Fungsi
1. Parang/sabit/mesin pemotong rumput sebagai alat yang digunakan dalam membersihkan
gulma gulma yang ada di lahan budidaya.
2. Cangkul untuk membalik dan memecah bongkahan-bongkahan tanah.
3. Linggis sebagai alat pembuat lubang tanam.
4. Pupuk kandang (yang sudah difermentasi dengan EM4/EM9), PGPR, dan Trichoderma
sebagai media tanam pendukung pertumbuhan tanaman.
5. Dolomit sebagai penetral kemasaman tanah.
6. Cocopeat/abu sekam sebagai media tanam yang dapat mendukung proses pertumbuhan
akar tanaman.
F. Prosedur pelaksanaan
1. Membersihkan gulma yang ada di lahan dengan cara mencabutnya hingga ke pangkal
batang menggunakan parang/sabit/mesin potong rumput.
2. Hasil potongan gulma dikumpulkan dan dapat digunakan sebagai pakan ternak.
3. Tanah di sekitar titik pemasangan tiang diolah dan dibuat 1 lubang untuk tiang serta lubang
tanam sebanyak 4 buah di sekitar tiang tersebut.
a. Membuat lubang untuk memasang tiang dengan jarak antar tiang ± 3 m dan kedalaman
lubang 40 cm, panjang 50 cm, dan lebar 50 cm.

5
b. Membuat lagi lubang kedua berukuran 10 cm x 10 cm dengan kedalaman 25-35 cm
pada bagian tengah dasar lubang pertama. Lubang kedua dibuat menggunakan linggis.
c. Memasang tiang pancang/panjatan pada lubang kedua.
d. Pembuatan lubang tanam diatur dengan jarak antar lubang tanam ± 20 cm.
e. Pada lahan yang datar, perlu dibuat alur atau parit antar baris sedalam 20 cm untuk
mencegah adanya penggenangan pada titik tanam.
f. Membuat media tanam dengan mencampurkan tanah galian lubang dengan pupuk
kandang yang telah terfermentasi dengan campuran cocopeat dan dolomit 0.5%
sebanyak 20-30 kg per lubang tanam.
g. Memasukkan media tanam ke dalam lubang tanam.
h. Menyiram media tanam dan membiarkannya terkena sinar matahari hingga kering.

6
1.4 PERSIAPAN SISTEM PENGAIRAN
A. Definisi
Persiapan sistem pengairan merupakan rangkaian kegiatan pembuatan sistem pengairan yang
diperlukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan air tanaman budidaya.
B. Tujuan
Agar didapatkan sistem pengairan yang sesuai dengan kondisi lahan dan kriteria tanaman
budidaya.
C. Sasaran
Mendapatkan sistem pengairan yang sesuai dengan areal lahan dan kriteria tanaman buah
naga.
D. Alat dan Bahan
1. Sumber air (Artesis, sumur bor atau sumber air tanah lainnya)
2. Pompa
3. Pipa/selang air
4. Cangkul
5. Stop kran
E. Fungsi
1. Sumber air sebagai sumber air yang digunakan dalam kegiatan penyiraman.
2. Pompa untuk menarik dan mengalirkan air dari dalam tanah menuju lokasi penanaman.
3. Pipa/selang air untuk mengalirkan air dari sumber air ke lubang tanam.
4. Cangkul untuk membuat lubang dan menanam pipa-pipa air ke dalam tanah.
5. Stop kran berfungsi dalam mengatur aliran air yang masuk.
F. Prosedur pelaksanaan
1. Dibuat parit dengan kedalaman 40 cm dan lebar 40 cm.
2. Jarak tanaman dengan parit 100-120 cm.
3. Bagian akhir parit ditutup sedikit agar air tidak terlalu menggenang dalam parit.
4. Pipa 3 DIM jalur utama disambungkan dengan pipa 1/2 DIM yang telah dilubangi pada
tiap titik tiang tanaman dan meletakkannya di sepanjang larikan. Cara ini dinilai lebih
efisien dan hemat tenaga dan penggunaan air.
5. Tandon air pada sumber air yang dipompa menggunakan ZEP Pump tandon dapat
digunakan bersamaan dengan kegiatan pemupukan (Pupuk dalam bentuk cair atau telah
dilarutkan).
6. Setiap larikan dipasang stop kran untuk mengatur aliran air yang masuk.

7
1.5 PERSIAPAN BIBIT
A. Definisi
Persiapan bibit merupakan rangkaian kegiatan penyediakan bibit buah naga yang sehat,
berasal dari varietas unggul, dan telah tersertifikasi dalam jumlah dan waktu yang tepat.
B. Tujuan
Menyediakan bibit varietas unggul yang sehat dan bukan merupakan hasil GMO serta tidak
mengandung polutan atau bahan sintetis lainnya (hormon, pestisida, dan pupuk anorganik).
C. Sasaran
Mendapatkan bibit yang sehat, memiliki produktivitas yang tinggi, mampu menghasilkan buah
dengan kualitas unggul, serta memenuhi kriteria bibit tanaman buah naga organik.
D. Alat dan Bahan
1. Batang tanaman buah naga yang sehat dan telah menghasilkan buah naga minimal 3x
2. Gunting pangkas
3. Polibag/bedengan
4. Media tanam (tanah top soil dan pupuk organik)
5. Tempat yang teduh
E. Fungsi
1. Batang dan cabang tanaman buah naga sebagai bahan stek pembuatan bibit tanaman buah
naga.
2. Gunting pangkas digunakan untuk memangkas batang/cabang tanaman buah naga.
3. Polibag/bedengan digunakan untuk sebagai wadah/tempat media pembibitan.
4. Media tanam (tanah top soil dan pupuk organik) sebagai tempat tumbuh bibit tanaman
buah naga
5. Tempat yang teduh untuk mengering-anginkan cabang yang telah dipotong selama 5-7 hari
lalu ditancapkan dipolibag/bedengan yang telah disiapkan.
F. Prosedur Pelaksanaan
1. Pangkas cabang/sulur yang telah pernah berbuah minimal 3-4 x.
2. Bagian yang 80% digunakan sebagai bibit.
3. Sulur dipotong-potong sepanjang 40-60 cm.
4. Bagian yang akan ditanam dibentuk runcing, caranya pada sepanjang 2-4 cm semua sisi
batang dipotong miring kearah batang pokok (pada bagian pangkal).
5. Stek dikering-anginkan agar getah mengering antara 5 sampai 7 hari.

8
A. Sistem bedengan/Polibag
1. Menyiapkan polibag dengan ukuran 20-25 cm atau bedengan dengan ukuran tinggi 15
cm, lebar 100 cm, dan panjang sesuai kondisi lahan.
2. Pada lahan dengan jenis tanah liat atau liat berlempung, bedengan ditambahkan tanah,
abu sekam, dan pupuk kandang yang sudah difermentasi dengan perbandingan 1:1:1
serta ditambahkan dolomit 0,5%.
3. Media tanam pada permukaan bedengan diaduk merata sedalam 10 cm.
4. Disiram hingga air dapat mencapai bagian dalam media tanam.
5. Media dibiarkan selama semalam.
6. Stek ditanam dengan jarak 5-10 cm dengan posisi tegak sambil dilakukan
pembumbunan.
7. Saat musim kering, dilakukan penyiraman tiap 2-3 hari sekali pada pagi atau sore haro.
8. Setelah 2-3 minggu tunas akan mulai tumbuh.
9. Pilih satu tunas yang terlihat sehat dan besar dan terletak pada atau dekat dengan ujung
stek batang.
10. Apabila muncul tunas kembali, segera lakukan pemangkasan tunas hingga bibit siap
ditanam.
B. Sistem Tanam Langsung
Stek yang telah dikeringanginkan selama 5-7 hari langsung ditanam pada lubang tanam
yang telah dibuat di lahan budidaya.

9
II. TANAM
A. Definisi
Penanaman merupakan rangkaian kegiatan menempatkan bibit tanaman ke lahan budidaya
yang telah dipersiapkan.
B. Tujuan
Untuk memenuhi kondisi lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan tanaman budidaya,
sehingga didapatkan hasil produksi tinggi baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
C. Sasaran
Tanaman budidaya dapat tumbuh dan memberikan hasil produksi yang maksimal.
D. Alat dan Bahan
1. Bibit tanaman buah naga
2. Fungisida organik
3. Gunting
4. Tali rafia/tali packing
E. Fungsi
1. Bibit tanaman buah naga sebagai bahan yang digunakan dalam kegiatan penanaman.
2. Fungisida organik untuk mencegah terjadinya pembusukan pangkal batang stek.
3. Tali rafia/tali packing untuk mengikat bibit pada tiang panjatan.
4. Gunting untuk memotong tali rafia.
F. Prosedur Pelaksanaan
1. Siapkan 4 batang stek untuk setiap tiang pancang/panjatan.
2. Tanam bibit sedalam 5-7 cm bila panjang stek 40-60 cm pada tiap-tiap lubang tanam.
3. Jarak stek dengan pangkal sekitar 20 cm dengan ujung stek merapat ke tiang pancang.
4. Stek diikat tidak terlalu erat pada tiang pancang/panjatan dengan ikatan tali wangsul.
5. Lakukan penyiraman pada bibit yang sudah ditanam.

10
III. PERAWATAN
3.1 PENYULAMAN
A. Definisi
Penyulaman merupakan rangkaian kegiatan mengganti tanaman yang busuk, mati, atau tidak
tumbuh.
B. Tujuan
Agar jumlah tanaman pada lahan tetap sesuai dengan rencana sehingga hasil produksi optimal.
C. Sasaran
Didapatkan hasil produksi yang optimal.
D. Alat dan Bahan
1. Bibit tanaman buah naga
2. Perangsang akar
3. Fungisida organik
E. Fungsi
1. Bibit tanaman buah naga digunakan untuk mengganti bibit yang mati, busuk pangkal
batang, atau tidak tumbuh.
2. Perangsang akar digunakan untuk mempercepat proses pertumbuhan akar sehingga dapat
segera beradaptasi dengan kondisi lahan.
3. Fungisida organik digunakan untuk mencegah terjadinya pembusukan pangkal batang
stek.
F. Prosedur Pelaksanaan
1. Penyulaman dilakukan 2-4 minggu setelah tanam.
2. Bibot yang mengalami busuk pada pangkal batang, mati, atau tidak tumbuh dicabut dan
disingkirkan dari lahan budidaya.
3. Lubang tanam ditaburi dengan perangsang akar dan fungisida organik.
4. Bibit tanaman ditanam dengan perlakuan seperti pada proses penanaman.

11
3.2 PENYIRAMAN
A. Definisi
Penyiraman merupakan rangkaian kegiatan pemenuhan kebutuhan air tanaman budidaya
sesuai dengan fase pertumbuhan dan kondisi lahan budidaya.
B. Tujuan
Untuk menyediakan air yang cukup dalam rangka memenuhi kebutuhan bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
C. Sasaran
Memenuhi kebutuhan air tanaman budidaya.
D. Alat dan Bahan
1. Sistem irigasi tetes
E. Fungsi
1. Sistem irigasi tetes sebagai sistem pemenuhan kebutuhan air tanaman budidaya.
F. Prosedur Pelaksanaan
1. Kegiatan penyiraman dilakukan sejak 5 HST sesuai kondisi lahan.
2. Penyiraman dilakukan hingga kapastitas lapang, tanah basah namun tidak tergenang.
3. Pada masa vegetatif, penyiraman dilakukan seminggu sekali hingga umur 6 bulan atau
menyesuaikan kondisi lahan.
4. Bila kondisi tanah kering, frekuensi penyiraman dilakukan 4-7 hari sekali.
5. Penyiraman dilakukan pada pagi hari pukul 06.00 atau sore hari pukul 17.00.
6. Setiap lubang pancang disiram air sebanyak 2,5 liter.
7. Bila air melimpah, air dialirkan melalui parit dikanan-kiri tanaman.
8. Pengairan dikurangi saat bunga dan buah baru saja tumbuh dan ditambah kembali saat
bunga berdiameter 3 cm.
9. Pengairan dihentikan bila sudah memasuki musim hujan.
10. Pengairan dihentikan saat buah sudah seukuran kepalan tangan meskipun masih berwarna
hijau dengan sedikit kemerahan pada kulitnya.

12
3.3 PEMUPUKAN
A. Definisi
Pemupukan merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara
yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya.
B. Tujuan
1. Memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan tanaman untuk mencapai produksi optimal.
2. Mempertahankan kesuburan tanah.
C. Sasaran
Kebutuhan unsur hara bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat terpenuhi, sehingga
didapatkan hasil produksi yang optimal.
D. Alat dan Bahan
1. Cangkul
2. Ember
3. Campuran pupuk organik (terfermentasi) dengan PGPR, EM9, dan SP
E. Fungsi
1. Cangkul digunakan untuk membuat lubang dan menutup lubang pemupukan di sekeliling
tanaman.
2. Ember sebagai wadah pupuk.
3. Pupuk organik untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman sehingga dapat mendukung
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
F. Prosedur Pelaksanaan
1. Pupuk organik diberikan disekeliling tanaman.
2. Setiap tiga bulan sekali diberikan campuran pupuk kandang, bila perlu ditambahkan dolomit,
dengan komposisi 25-50 kg pupuk kandang dan 300 gr dolomit per pancang (empat tanaman)
atau bisa juga ditentukan dari banyaknya sulur.
3. Kegiatan pemupukan selalu disertai pengairan dan banyaknya harus sesuai dengan dosis yang
dianjurkan.

13
3.4 PEMANGKASAN
A. Definisi
Pemangkasan merupakan rangkaian kegiatan membuang batang/cabang tanaman buah naga yang
tidak produktif sehingga fotosintat dapat terfokus ke cabang-cabang produktif.
B. Tujuan
Memaksimalkan penggunaan fotosintat dalam upaya meningkatkan hasil produksi.
C. Sasaran
Mendapatkan hasil produksi yang optimal.
D. Alat dan Bahan
1. Gunting pangkas.
2. Larutan fungisida organik.
E. Fungsi
1. Gunting pangkas digunakan untuk memotong batang dan cabang.
2. Larutan fungisida organik digunakan untuk mencegah pembusukan.
F. Prosedur Pelaksanaan
1. Pemangkasan untuk membentuk batang pokok.
▪ Pilih tunas yang terletak di ujung, tunas yang lain dipangkas pada pangkalnya.
▪ Bila tunas tumbuh kembali pada bagian bawah, harus dipangkas secepatnya.
▪ Jika tunas yang teratas telah mencapai ujung pancang, maka segera dipangkas ujungnya ±2
cm dari ujung pancang.
2. Pemangkasan untuk membentuk cabang produksi.
▪ Semua tunas yang tumbuh di sekitar bekas pangkasan pucuk batang pokok dipelihara, tetapi
sulur yang tumbuh tidak boleh menyentuh tanah. Bila tunas produksi tersebut mengecil atau
mencapai tanah, maka sulur tersebut dipangkas.
▪ Apabila tumbuh tunas susulan pada cabang produksi, segera dibuang agar pada fase
generatif pembuanga dapat tumbuh merata.

14
3.5 PEMBUNGAAN DAN PENYERBUKAN BUNGA
A. Definisi
Penyerbukan bunga merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membantu terjadinya
penyerbukan pada bunga tanaman budidaya.
B. Tujuan
Agar persentase pembentukan buah dapat maksimal.
C. Sasaran
Didapatkan hasil produksi yang maksimal.
D. Alat dan Bahan
1. POC dengan kandungan P dan K tinggi yang berasal dari pupuk organik (campuran EM9,
kotoran kambing, abu sekam, cocopeat, Tricho sp, PGPR, dan Asam amino)
2. POC bawang merah bawang putih
3. Mangkok plastik
4. Kuas kecil
5. Tangki sprayer
6. Plastik
E. Fungsi
1. POC untuk merangsang terjadinya proses pembungaan.
2. POC bawang merah bawang putih untuk meningkatkan kualitas buah.
3. Mangkok plastik digunakan untuk menampung sementara serbuk sari.
4. Kuas kecil digunakan untuk menempelkan serbuk sari ke kepala putik.
5. Tangki sprayer digunakan untuk menyemprotkan pupuk organik cair (perangsang bunga).
6. Plastik untuk menyungkup putik bunga yang telah diserbuki saat musim hujan.
F. Prosedur Pelaksanaan
1. Syarat yang harus dipenuhi dalam proses pembungaan
▪ Cabang produksi terbentuk dengan baik dengan panjang minimal 70 cm, tetapi tidak sampai
menyentuh tanah (minimal 30 cm diatas permukaan tanah).
▪ Untuk naga merah super hybrid tidak perlu dipangkas karena setiap sulur yang menjuntai
pasti tua dan siap berbunga.
2. Pengaplikasian POC dilakukan setiap 4-7 hari sekali.
3. Cara menyerbukan bunga secara manual
1. Ambil serbuk sari dengan cara menggoyang-goyangkan benang sari secara perlahan
dengan kuas, tadahkan mangkuk plastik kearah jatuhnya serbuk sari.

15
2. Oleskan serbuk sari ke kepala putik, lakukan dengan hati-hati agar kepala putik tidak
patah.
3. Agar hasilnya maksimal, lakukan penyerbukan secara manual saat polen matang biasanya
antara jam 22.00 s/d 02.00.
4. Apabila kegiatan polinasi dilakukan saat musim hujan, dilakukan penyungkupan pada
putik bunga yang telah diserbuki.
4. Lakukan seleksi buah muda dengan membuang buah berukuran kecil berwarna merah (akibat
kegagalan dalam proses penyerbukan).

16
3.6 PENYINARAN LAMPU
A. Definisi
Penyinaran merupakan kegiatan pengaplikasian lampu di lahan di pertanian sebagai
pengganti cahaya matahari saat malam hari untuk merangsang pembungaan dan
pembuahan di luar musim (Bulan Mei-Oktober).
B. Tujuan
Merangsang proses pembentukan bunga pada tanaman buah naga ketika berada di luar
musim panen.
C. Sasaran
Banyak bunga yang tumbuh pada tanaman budidaya, sehingga buah hasil polinasi bunga
akan meningkat bahkan ketika di luar musim panen buah naga.
D. Alat dan Bahan
1. Lampu warm white (kuning) 12-15 watt
2. Kabel SR
3. Vitting gantung
4. Selotip listrik
5. MCB
6. Seng galvalum anti karat
E. Fungsi
1. Lampu warm white (kuning) 12-15 watt sebagai sumber cahaya pengganti matahari.
2. Kabel SR
3. Vitting gantung
4. Selotip listrik
5. MCB
6. Seng galvalum anti karat
F. Prosedur Pelaksanaan
1. Memasang kabel di setiap larikan.
2. Memasang lampu di pasang di sela-sela tanaman sejajar dengan arah larikan.
3. Pasang vitting gantung dan bohlam lampu di setiap ____.
4. Pasang seng galvalum sebagai pelindung bohlam lampu dari hujan dan memfokuskam
cahaya ke tanaman buah naga di bawahnya.
5. Tutup semua sambungan kabel menggunakan selotip listrik.
6. Pasang MCB sebagai penutup sambungan kabel agar apabila terjadi konslet, maka
lampu yang ada di lahan tidak padam semua.

17
3.7 PENGENDALIAN OPT
A. Definisi
Pengendalian OPT merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengendalikan
populasi Organisme Pengganggu Tanaman agar tetap dibawah ambang batas ekonomi,
sehingga tidak menimbulkan adanya kerugian ekonomi.
B. Tujuan
Untuk menghindari kerugian ekonomi berupa kehilangan hasil (kuantitas) dan penurunan mutu
(kualitas) produk.
C. Sasaran
Mendapatkan tanaman yang sehat dengan hasil produksi yang baik dari segi kuantitas maupun
kualitas.
D. Alat dan Bahan
1. Pestisida organik
2. Alat aplikator pestisida (hand sprayer)
3. Ember/timba
4. Pengaduk
5. Takaran (skala cc, ml, dan liter)
6. Bensin
7. Alkohol 70%
8. Pisau
9. APD (sarung tangan, masker, kaca mata, topi, sepatu boot, baju lengan panjang)
10. Perangkap lalat
E. Fungsi
1. Pestisida organik untuk mengendalikan OPT (menurunkan populasi dan intensitas
serangan OPT).
2. Alat aplikator pestisida organik untuk mengaplikasikan pestisida organik pada tanaman
dapat berupa knapsack atau handsprayer.
3. Ember untuk mencampur pestisida organik dan air.
4. Pengaduk untuk mengaduk pestisida organik dan air.
5. Takaran (gelas ukur) untuk menakar pestisida organik dan air (skala cc/ml, dan liter).
6. Bensin untuk membakar sisa-sisa/bagian tanaman yang terserang OPT.
7. Alkohol 70% untuk mensterilisasi alat-alat pertanian (pisau, gunting pangkas, gergaji).
8. Pisau untuk memotong bagian tanaman yang terserang OPT.
9. APD sebagai alat perlindungan diri ketika mengaplikasikan pestisida organik.

18
10. Perangkap lalat sebagai alat mengendalikan populasi lalat buah.
F. Waktu
1. Pengendalian OPT dilaksanakan setiap waktu, disesuaikan dengan kondisi serangan OPT
dan fase/stadia tanaman terutama pada stadia kritis.
2. Keputusan tindakan pengendalian dilakukan berdasarkan pengamatan terutama apabila
OPT dipandang perlu untuk dikendalikan.
G. Prosedur Pelaksanaan
1. Lakukan pembersihan lahan dan pengendalian gulma agar tidak mengganggu pertumbuhan
tanaman.
2. Mengaplikasikan kapur pertanian di sekitar pangkal tanaman buah naga.
3. Lakukan pengamatan OPT secara berkala (seminggu sekali).
4. Kenali dan identifikasi gejala serangan, jenis OPT, dan musuh alaminya. Untuk mengenali
hama atau penyebab penyakit (bila tersedia) gunakan alat bantu berupa contoh hama atau
gejala dari penyakit. Apabila ragu konsultasi dengan petugas Pengamat Hama dan Penyakit
(PHP)/POPT/Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit/Balai Perlindungan Tanaman
Pangan dan Hortikultura (BPTPH).
5. Perkirakan OPT yang perlu diwaspadai dan dikendalikan.
6. Adapun hama dan penyakit yang umumnya ditemukan pada tanaman buah naga adalah
sebagai berikut.
Penyakit
a. Busuk pangkal batang
Penyakit ini disebabkan oleh kelembaban tanah yang berlebihan sehingga muncul
jamur penyebab penyakit ini, yaitu Sclerotium rolfsii Sacc.
Gejala
Pada awal penanaman tanaman mengalami pembusukan pada pangkal batang,
berwarna kecoklatan, dan terdapat bulu putih. Sering terjadi pada bibit stek yang tidak
bertangkai atau bentuk potongan maupun stek yang belum berakar.
Pengendalian
1. Mengurangi kelembaban lahan pertanian dengan mengatur drainase, jarak tanam,
pemangkasan dan sanitasi lingkungan/kebun.
2. Menghindari terjadinya pelukaan akar maupun pangkal batang.
3. Kemasaman tanah diupayakan lebih dari 6,5 dengan pemberian dolomit.
4. Membongkar tanaman (termasuk akarnya) yang terserang berat, kemudian
membakarnya.

19
5. Memotong/membuang bagian tanaman yang sakit.
6. Menggunakan agen antagonis cendawan Trichoderma spp., Gliocladium spp., dan
EM4/EM9 yang dicampur dengan pupuk kandang/kompos.
7. Aplikasikan fungisida organik.
b. Busuk bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Pseudomonas sp.
Gejala
Tanaman tampak layu, kusam, dan terdapat lendir putih kekuningan di batang yang
berwarna cokelat atau batang pokok.
Pengendalian yang dianjurkan adalah
1. Pengaturan drainase terutama pada saat memasuki musim hujan.
2. Sanitasi gulma di areal pertanaman untuk mengurangi kelembaban.
3. Sterilisasi lahan dengan Plant Catalys (Boster) dosis ringan.
4. Aplikasi bakterisida organik (terdaftar dan dianjurkan) saat ditemukan gejala
serangan.
5. Pangkas yang terkena antraknosa, dibakar kemudian dikubur agar tidak menjalar.
c. Fusarium
Penyakit ini disebabkan oleh Fusarium oxysporium Schl.
Gejala
Cabang tanaman berkerut, layu, dan berwarna busuk cokelat.
Pengendalian dapat dilakukan dengan
1. Pengaturan drainase terutama pada musim hujan.
2. Sanitasi gulma di areal pertanaman untuk mengurangi kelembaban.
3. Tidak menanam bibit yang terinfeksi.
Hama
a. Tungau (Tetranychus sp.)
Gejala
Menyerang kulit cabang sehingga jaringan klorofil pada permukaan kulit cabang
berubah warna menjadi coklat.
Pengendalian
1. Melakukan sanitasi dengan menghilangkan gulma yang menjadi inang tungau
(terutama golongan dikotil).
2. Aplikasi akarisida organik pawa awal peningkatan populasi.

20
b. Kutu Putih/Mealybug
Gejala
Menyerang tanaman sehingga permukaan kulit cabang berselaput kehitaman atau
tampak kotor.
Pengendalian
Dengan menyemprotkan insektisida organik. Penyemprotan dilakukan 7 hari sekali
dengan memperhatikan jumlah tanaman yang terserang, umumnya hanya 2 kali
pengulangan. Penyemprotan dilakukan terutama di sela-sela tanaman yang ternaungi
cabang lainnya.
c. Kutu Batok (Aspidiotus sp.)
Gejala
Menyebabkan tanaman berubah warna dari hijau menjadi kuning akibat cairan
tanaman diisap.
Pengendalian
Menggunakan insektisida organik 7 hari sekali. Dengan melihat keadaan tanaman yang
terserang, penyemprotan umumnya dilakukan 2 kali pada seluruh permukaan cabang
secara merata.
d. Kutu Sisik (Pseudococcus sp.)
Gejala
Sering dijumpai pada percabangan tanaman. Di tempat ini pula sering terdapat semut
dan permukaan cabang menjadi kusam.
Pengendalian
Tanaman yang terserang disemprot dengan insektisida organik 10 cc/liter air 7 hari
sekali. Penyemprotan dilakukan 2 kali secara merata pada bagian dalam dan disela-
sela sulur tanaman.
e. Bekicot
Gejala
Tunas tanaman menjadi rusak karena digerogoti. Bahkan, terkadang tunas membusuk.
Pengendalian
Dengan cara sanitasi kebun. Kebersihan kebun harus diperhatikan, terutama
keberadaan gulma harus disingkirkan, karena gulma menjadi sarang hama untuk
berkembang biak. Atau bekicot diambil pada malam hari/dikumpulkan dengan tangan
lalu diberikan pada ikan/unggas.

21
f. Semut
Gejala
Bermunculan pada saat tanaman mulai muncul kuntum bunga mengakibatkan kulit
buah menjadi berbintik kasar berwarna coklat. Jika serangan parah maka pentil buah
akan menjadi kerdil dan mudah rontok.
Pengendalian
Dilakukan dengan penyemprotan pupuk Plant Catalys 1-2 x seminggu.
g. Burung
Gejala
Biasanya menyerang buah yang telah berwarna merah dan terletak di bagian atas.
Serangan hama ini tidak menimbulkan kerusakan yang parah, sehingga dapat
diabaikan.
Pengendalian
Dilakukan dengan memasang perangkap pada lahan usaha. Atau dengan membungkus
dengan plastik sejak buah mulai memerah
h. Tikus
Gejala
Apabila dilingkungan usaha tidak ada padi, umumnya tikus menyerang kebun buah
naga. Serangan tikus biasanya pada malam hari. Bunga, buah dan batang buah naga
yang diserang akan rusak.
Pengendalian
Melakukan pengendalian manual dengan minyak wangi diteteskan dalam kapas
diselipkan di batang/tiang pancang.
i. Lalat Buah
Hama ini dapat menyebabkan adanya kerusakan pada buah ditandai dengan adanya
pembusukan yang berpusat pada bekas-bekas tusukan lalat buah.
Pengendalian
Memasang perangkap lalat buah di beberapa cabang tanaman buah naga. Perangkap
lalat buah terbuat dari botol mineral bekas yang alasnya dibuka dan dinding botol
bagian dalamnya dibaluri lem perangkap lalat.

22
IV. PANEN
A. Definisi
Pemanenan merupakan rangkaian kegiatan memetik buah dari tanaman budidaya yang telah
memenuhi kriteria masak optimal.
B. Tujuan
Untuk mendapatkan buah dengan tingkat kematangan sesuai permintaan pasar dengan mutu
buah yang baik sesuai standar pasar yang dituju.
C. Sasaran
Panen dapat dilakukan tepat waktu dan tepat cara.
D. Alat dan Bahan
1. Gunting pangkas
2. Keranjang panen
E. Fungsi
1. Gunting pangkas digunakan untuk memisahkan buah dari sulur tanaman buah naga.
2. Keranjang panen digunakan untuk meletakkan buah hasil panen.
F. Prosedur pelaksanaan
1. Pemilihan buah siap petik
Buah naga yang masak dapat dilihat dari kulit buah yang mulai berwarna merah keunguan
mengkilap (30-38 hari setelah bunga mekar), (warna kulit buah telah mulai merah sekitar
70% s/d 80%, untuk buah yang akan diekspor, atau 90-100 % untuk pasar lokal).
2. Cara pemetikan
Pemetikan dilakukan dengan memotong tangkai buah tanpa memutus sulur/tempat buah
melekat. Masukkan ke keranjang yang bahan dari plastik halus agar buah tidak lecet dan
taruh dengan hati-hati dan tidak boleh jatuh/terbentur, posisi pangkal buah dibawah dan
posisi tumpukan berbentuk zig-zag.

23
V. PASCA PANEN
5.1 PEMBERSIHAN
A. Definisi
Pembersihan adalah kegiatan memisahkan buah naga dari kotoran dan bagian-bagian tanaman
yang dinilai mengganggu.
B. Tujuan
Membuang kotoran, jumbai buah yang kering, dan pangkal buah yan terlalu besar.
C. Sasaran
Mendapatkan buah yang dapat terjamin kebersihannya.
D. Alat dan Bahan
1. Sikat halus
2. Gunting pangkas
E. Fungsi
1. Sikat untuk memisahkan buah dari debu dan kotoran lainnya.
2. Gunting pangkas untuk memrapikan pangkal buah.
F. Prosedur Pelaksanaan
1. Teliti tiap-tiap buah hasil panen, apabila pangkal buah dinilai terlalu besar, potong dan
rapikan menggunakan gunting pangkas.
2. Bersihkan buah dari debu dan kotoran menggunakan sikat halus, apabila dinilai sulit untuk
dibersihkan, tambahkan air untuk mempermudahnya.

24
5.2 PENYORTIRAN
A. Definisi
Penyortiran merupakan kegiatan menyeleksi dan memisahkan buah berdasarkan ukuran dan
kondisi buah.
B. Tujuan
Untuk mempermudah penentuan harga buah berdasarkan kondisinya.
C. Sasaran
Buah sudah dipisahkan antara yang rusak dengan yang utuh dan dikelompokkan berdasarkan
diameter (Grading).
D. Alat dan Bahan
1. Keranjang buah
2. Brix meter
E. Fungsi
1. Keranjang buah digunakan untuk tempat buah sesuai dengan ukuran lingkar buah.
2. Brix meter untuk mengukur kadar gula pada buah.
F. Prosedur pelaksanaan
1. Buah dipisahkan antara yang rusak, busuk atau cacat dan utuh/mulus.
2. Buah yang utuh dipisahkan berdasarkan ukuran berat sesuai bobot buah yaitu:
▪ Golongan A dengan ukuran bobot buah > 300 gram.
▪ Golongan Krel dengan ukuran bobot buah < 300 gram.
▪ Golongan BS dengan kondisi buah bores/retak/cacat.
3. Buah yang sudah disortir dimasukkan dalam kardus/keranjang yang sudah disiapkan.
4. Buah yang kulitnya cacat digunakan sebagai bahan dasar masakan olahan buah naga seperti
keripik, dodol, gelato, dll.
5. Buah yang bagus dibawa ke packing house.
TARGET
Target merupakan acuan utama untuk menyusun SOP sesuai pasar yang dituju. Pada saat ini target
yang dituju melalui penerapan SOP yaitu buah berwarna merah cerah dan dalam kondisi segar
serta terbagi kedalam kelompok tersebut:
Kelas Kriteria Persentase
A Bobot > 300 gram 85%
Krel Bobot < 300 gram 5%
BS Bores/retak 10%

25
STANDAR MUTU BUAH NAGA
Standar mutu buah naga yang dijadikan acuan untuk menghasilkan mutu buah naga yang baik
adalah seperti Tabel berikut:
Grade
No. Kriteria
A Krel BS
1 Diameter (cm) 8-12 <8
2 Bobot (Kg) > 0,3 < 0,3
3 Kadar Gula/Brix (%) 15-20 15-20 15-20
4 Kondisi Buah sehat/segar/m ulus sehat/segar/m ulus bores/retak

26
5.3 PERAWATAN PASCA PANEN
A. Definisi
Perawatan tanaman pasca panen merupakan rangkaian kegiatan perawatan terhadap tanaman
budidaya setelah dilakukan pemanenan sampai masa panen berikutnya.
B. Tujuan
Agar produktifitas tanaman terjaga dan kualitas buah juga terjaga sesuai target yang diinginkan.
C. Sasaran
1. Kondisi tanaman tetap sehat
2. Masa panen normal/tidak telat dan panjang
D. Alat dan Bahan
1. Gunting dahan
2. Pupuk organik
3. Sabit/mesin pemotong rumput
4. Hand sprayer
E. Fungsi
1. Gunting dahan untuk memangkas sulur liar/yang sudah tidak produktif.
2. Pupuk organik berfungsi agar kebutuhan unsur hara tanaman terpenuhi sehingga tanaman tetap
sehat dan kemunculan bunga tidak telat.
3. Sabit/mesin pemotong rumput untuk membersihkan gulma disekitar tanaman buah naga.
4. Hand sprayer untuk aplikasi pupuk cair
F. Prosedur Pelaksanaan
1. Pangkas sulur yang sudah tidak bisa produksi lagi 1-2 bulan sekali, dengan ciri sebagai berikut.
a. Sulur yang sudah ketutup sulur atasnya dan sudah tidak terkena sinar matahari.
b. Warna sulur kerak/tua, gepeng, dan layu.
2. Pengaplikasian pupuk kandang yang sudah difermentasi 3-4 bulan sekali.
3. Pupuk NPK Plus Mikro 1,5 – 2 bulan sekali dengan dosis 1 sendok makan per pohon (4 sendok
makan per tiang).
4. Penyemprotan pupuk organik cair (vegetatif) 1x seminggu.
5. Pembersihan gulma/rumput dengan langsung dicabut dengan tangan/pakai sabit bila dekat
dengan tanaman, bila jauh bisa dengan mesin pemotong rumput, dilakukan sebulan sekali.
6. Memasuki awal musim hujan, penyemprotan ganti dengan pupuk organik cair (perangsang
bunga), supaya masa panen bisa lebih awal.

27

Anda mungkin juga menyukai