Anda di halaman 1dari 16

Analisis Insiden Alat Angkut Material pada Area Hauling dengan Menggunakan

Metode Bowtie di PT. XYZ Periode 2018-2020


Febby Fauzia Deliani1, Mufti Wirawan
1
Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia
Corresponding author: muftiwirawan@ui.ac.id

Abstrak
Skripsi ini menganalisis insiden alat angkut material yang terjadi pada area hauling PT. XYZ periode 2018-2020 dengan
menggunakan metode bowtie. Insiden kemudian dianalisis dengan bowtie untuk mengidentifikasi faktor risiko atau ancaman,
pengendalian, konsekuensi, serta faktor dan kontrol eskalasinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis insiden
yang terjadi dengan metode bowtie agar dapat mengidentifikasi lebih lanjut kegagalan barrier yang menyebabkan insiden.
Penelitian ini berbentuk kualitatif dengan desain case series dan data investigasi insiden sebagai unit analisis. Hasil dari
penelitian menyarankan perusahaan untuk melakukan pengkajian ulang prosedur, standar, serta metode pengendalian
pencegahan dan dokumen HIRA, melakukan workload analysis terhadap pengawas, meningkatkan pengawasan terhadap
faktor manusia serta peningkatan performa teknologi pengendalian.
Kata kunci: Analisis Insiden, Metode Bowtie, Alat Angkut Material, Tambang Batu Bara

Analysis of Material Transportation Vehicle Incidents in Hauling Area of PT. XYZ Using Bowtie
Method from 2018 - 2020

Abstract
This study analyzes material transportation vehicle incidents in the hauling area of PT. XYZ from 2018 to 2020. Incidents
are analyzed with bowtie method to identify risk factors or threat, preventive controls, consequences, escalation factors and
controls. The purpose of this research is to analyze incidents in PT. XYZ using bowtie methods to further identifies which
failures of barrier that allows incident to take place. This research is qualitative study by using incident investigation records
as the unit analysis. The results of this study suggest the company to review procedures, standards, or methods used for
preventive and mitigative controls and their risk identification document, conduct workload analysis on field supervisors,
increase control and monitoring over human factors at work and improve the performance of preventive control’s technology.
Key words: Incident Analysis, Bowtie Method, Haul Truck, Coal Mining

Pendahuluan Teknik Tambang (KTT), terungkap bahwa


Data yang diambil dari lama situs Kementerian
kecelakaan tambang banyak terjadi di
Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM)
perusahaan kontraktor dimana persentasenya
menunjukan tren kecelakaan kerja pada sektor
mengalami kenaikan dari 46% di tahun 2018
pertambangan barubara mengalami penurunan
menjadi 85% di tahun 2019. Dari pertemuan
dari 157 kecelakaan di tahun 2019 menjadi 145
yang sama, ditemukan bahwa kecelakaan kerja
kecelakaan pada tahun berikutnya. Kemudian,
pada sektor pertambangan mineral didominasi
sampai bulan Maret tahun 2021, terdapat 18
oleh kecelakaan pada area tambang permukaan
kecelakaan tambang dengan 3 kematian yang
selama dua tahun berturut turut. Sedangkan dari
tercatat oleh KESDM (Direktorat Teknik
sumber kecelakaannya, 18% kecelakaan
Lingkungan Mineral dan Batubara, 2020).
tambang berasal dari lantai kerja, 16% alat
Melalui pertemuan Evaluasi Kinerja Kepala
angkut orang, 13% dari perkakas kerja dan 11% atau kejadian yang tidak diinginkan (undesired
dari alat angkut material. (Raharjo, 2019). Lalu event), barrier - barrier yang mencegahnya dan
untuk tahun berikutnya, kecelakaan tambang di faktor yang mempengaruhi kegagalan barrier
domasi oleh material overburden yang disusul tersebut. Kemudian bowtie juga
oleh alat angkat material. merepresentasikan tindakan pengendalian
Pada penelitian yang dilakukan di Amerika (mitigasi) yang dilakukan agar mengurangi
Serikat, ditemukan kecelakaan yang disebabkan besaran konsekuensi yang merugikan manusia,
oleh alat angkut menjadi kontributor terbesar lingkungan, properti dan bisnis. Hal ini yang
selama dua tahun berturut turut (Orr, Bellanca mendasari kenapa metode bowtie banyak
and Hrica, 2020). Di Indonesia sendiri, pada dilakukan pada sektor yang rentan dengan
periode 2010–2014, 25% kecelakaan terjadi di kecelakaan besar (major accidents event) seperti
area hauling road dan menjadi kontributor utama industri migas dan pertambangan (CCPS, 2018).
kecelakaan di pertambangan batubara. Secara keseluruhan, insiden yang melibatkan
Kecelakaan yang melibatkan truk pengangkut unit alat angkut material merupakan
batubara dapat mengakibatkan kematian penyumbang terbesar kecelakaan pada seluruh
operator dan menyebabkan kerugian finansial site milik owner. Sedangkan untuk PT. XYZ,
bagi perusahaan karena biaya untuk tercatat sebanyak 50% kecelakaan melibatkan
memperbaiki peralatan serta mengganggu alat angkut material di tahun 2018 dan 30%
proses produksi (Sudiyanto and Susilowati, kecelakaan di tahun berikutnya.
2018). Performa manusia juga merupakan isu Kecenderungan terjadinya insiden yang
yang kritis mengingat aktivitas di hauling melibatkan unit alat angkut material secara
banyak melibatkan manusia sebagai operator berulang pada PT. XYZ menimbulkan
alat angkut (Randolph, 1996). Dalam studi pertanyaan apakah pengendalian yang dilakukan
investigasi terhadap kecelakaan hauling trucks perusahaan belum efektif. Hal ini mengacu pada
dari 2010-2014 pada open-pit di Kalimantan kerangka Swiss Cheese Model yang
ditemukan bahwa ada beberapa faktor yang menjelaskan bahwa kecelakaan terjadi karena
berkontribusi yaitu kurangnya jarak pandang, sistem pertahanan/pengendalian (barrier) dalam
kondisi jalan, perilaku operator, kondisi organisasi belum optimal. Oleh karena itu, perlu
operasional dan kondisi cuaca (Sudiyanto and dilakukan analisis data insiden lebih lanjut di
Susilowati, 2018). PT. XYZ periode 2018- 2020.
Bowtie adalah suatu metode analisis yang secara
komprehensif dan sistematis dapat Tinjauan Teoritis
menggambarkan proses terjadinya kecelakaan Swiss Cheese Model of Accident
Pendekatan James Reason terhadap model Metode analisis dengan menggunakan diagram
penyebab kecelakaan didasari pada asumsi bowtie pertama kali ditampilkan pada kuliah
bahwa terdapat berbagai elemen dalam setiap hazard analysis di Universitas Queensland,
organisasi yang harus bekerja sama secara Australia pada tahun 1979. Meskipun begitu,
harmonis guna menciptakan proses operasi yang kapan dan dimana teori ini dikembangkan masih
efisien dan aman. Elemen elemen tersebut menjadi misteri. Perusahaan minyak raksasa
kemudian akan membentuk productive system dunia Shell Group adalah perusahaan besar
(Wiegmann and Shappell, 2003). Reason pertama yang mengaplikasikan metode bowtie
mengemukakan bahwa kecelakaan dapat terjadi ke dalam praktik bisnisnya pada tahun 1990-an.
karena adanya kegagalan atau kerusakan pada Metode ini telah banyak digunakan oleh industri
interaksi antar elemen yang terlibat dalam industri besar selama bertahun tahun, khususnya
proses produksi. Dalam teorinya, Reason pada sektor minyak dan gas. Meskipun pada
menganologikan elemen elemen tersebut awalnya metode bowtie berfokus untuk
sebagai balok balok keju sedangkan kegagalan menganalisis risiko yang menyebabkan
digambarkan sebagai lubang-lubang pada tiap kecelakaan besar atau kecelakaan utama (Major
layernya (sistem). Oleh sebab itulah teori ini Accident Events), kini metode ini pun di
dinamakan sebagai Swiss Cheese Model implementasikan untuk berbagai jenis risiko
(Reason, 2000). seperti risiko bekerja di ketinggian,
Lubang dalam barrier tersebut muncul pengoperasian kendaraan, bekerja di atas air dll.
disebabkan oleh dua jenis kegagalan, yaitu Diagram bowtie dibangun dari teori kecelakaan
active failures dan latent failures. Active failures kerja Swiss Cheese Model yang
adalah unsafe acts atau kesalahan oleh pekerja mengilustrasikan bagaimana threat dapat
yang kontak langsung dengan sistem. mempengaruhi hazard yang kemudian
Sedangkan, latent failures merupakan kegagalan menyebabkan kecelakaan dan konsekuensi yang
yang tidak terlihat atau dormant pada suatu tidak diinginkan. Manajemen risiko yang efektif
sistem sampai mereka berkombinasi dengan membutuhkan pemahaman yang menyeluruh
active failures, menciptakan peluang terjadinya tentang bagaimana sebuah kecelakaan dapat
kecelakaan (Reason, 2000). Latent failures terjadi dan upaya pengendalian (barrier) yang
umumnya berupa kegagalan dalam sistem berlaku dan perannya dalam mencegah dan
manajemen kesehatan dan keselamatan (Reason, memitigasi risiko.
1990) Mengidentifikasi barrier adalah inti dari metode
bowtie. Dibutuhkan apa yang mungkin tampak
Metode Investigasi Insiden: Analisis Bowtie seperti kumpulan besar safety measures yang
tidak saling terhubung lalu dikaitkan dengan alat angkut material. Adapun pernyataan yang
skenario risiko tertentu dalam sistem barrier dipilih adalah ‘Unit Menabrak Sesuatu’. Unit
yang dapat dikelola. Hal ini sangat berguna yang dimaksud adalah unit double vessel yang
untuk memungkinkan lebih banyak analisis berkontribusi sebesar 90% insiden di
terfokus dan terperinci pada setiap bagian safety perusahaan.
dalam suatu organisasi. Selain itu, bowtie juga
Threat
melahirkan istilah escalation factor yang
Dalam pemilihan threat, peneliti mengacu pada
mengidentifikasi penyebab ketidakefektifan
CCPS dalam prosesnya, yaitu:
barrier (seperti dalam konsep Reason). (CGE,
1. Threat harus secara independen dapat
2015)
menyebabkan kejadian utama.
2. Threat bukan merupakan suatu
Metode Penelitian
kegagalan barrier.
Penelitian ini menggunakan pendekatan
Dengan menggunakan prinsip tersebut, peneliti
kualitatif dengan desain studi case series. Unit
menganalisis sembilan laporan penyelesaian
analisis dari penelitian adalah data investigasi
insiden, wawancara dengan tim HSE, laporan
insiden dan pelaporannya di PT. XYZ. Data
investigasi insiden untuk menentukan threat dari
kemudian dianalisis dengan menggunakan
insiden unit menabrak sesuatu. Adapun threat
metode bowtie. Data primer yang digunakan
yang berhasil di identifikasi adalah sebagai
bersumber dari wawancara dengan tim HSE dan
berikut:
observasi lapangan. Sedangkan data sekunder
yang merupakan unit analisis utama bersumber Tabel 1 Threat untuk Kejadian Unit Menabrak
Sesuatu
dari data pencatatan insiden dan investigasinya.
No. Threat No. Threat
Hasil Penelitian Operator Kerusakan
Dalam pengoperasian alat angkit material, ada
1. mengalami 5. unit
berbagai kondisi yang memiliki potensi
microsleep
berbahaya yang dapat digunakan bergantung
Kondisi Unfit
pada skenario mana yang ingin dijelaskan. Pada
2. Lingkungan 6. Operator
penelitian ini, peneliti hanya memilih satu
Berbahaya
pernyataan yang merupakan mayoritas yaitu
Manuver Overspeed
insiden dengan bentuk kontak 3. 7.
Kendaraan
tertabrak/menabrak/tergilas/melindas yang
menyumbang sebesar 42% atau 9 dari 21 insiden
Warga/hewan Area Kerja karena itu, peneliti mengambil jenis
4. masuk ke hauling 8. Berbahaya konsekuensi lain dengan mengacu pada standar
road risk assessment perusahaan. (Gambar 2)
Setelah dianalisis ditemukan bahwa threat
warga/hewan masuk hauling road, operator
microsleep, maneuver kendaraan dan area
kerja berbahaya memiliki persentase yang
paling besar. Namun, peneliti hanya tidak
menggunakan threat maneuver kendaraan
dalam mengidentifikasi barrier barrier nya. Hal
ini dikarenakan berdasarkan observasi dan data Gambar 2 Diagram Bowtie Threat dan Konsekuensi

investigasi insiden, ditemukan bahwa frekuensi Analisis Failure Insiden Menurut Bowtie dan
warga/hewan masuk ke area hauling sangatlah Swiss Cheese Model
tinggi sehingga memiliki risiko yang besar. Peneliti membagi kategori status barrier
(Gambar 1) menurut swiss cheese model dan metode bowtie.

Lingkungan
Untuk swiss cheese model, peneliti membagi
Kerja berbahaya
7%
Operator
kegagalan perusahaan menjadi active failures
Area Kerja Microsleep
Overspeed
Berbahaya 22%
7%
dan latent failures. Sedangkan untuk metode
22%

bowtie, peneliti membaginya menjadi tiga


Manuver Warga/Hewan
kendaraan
14%
Unfit
Operator
masuk hauling
road
kategori yaitu :
7% 14% Kerusaka
n Unit
7%
1. Tidak ada barrier
Untuk menjelaskan situasi dimana
barrier tersebut tidak ada atau belum ada
Gambar 1 Persentase Keterlibatan Threat dalam
Insiden saat waktu terjadinya insiden (walaupun
per tahun 2021) sudah ada.
Konsekuensi
Berdasarkan laporan insiden, seluruk bentuk 2. Tidak diantisipasi
dampak yang ditimbulkan dari insiden unit Untuk menjelaskan situasi dimana
menabrak adalah kerusakan properti perusahaan barrier ada, namun kegagalan pada
atau property damage. Namun, meskipun barrier tersebut tidak diantisipasi
begitu, kejadian menabrak tidak hanya dapat 3. Barrier Kurang Optimal
menyebabkan kerugian dalam bentuk property Untuk menjelaskan situasi dimana
damage, tetapi juga dalam bentuk lainnya. Oleh barrier ada, escalation factor sudah
teridentifikasi, namun kontrolnya tidak insiden, bowtie berfokus kepada pertanyaan
sesuai saran ataupun masih kenapa barrier yang seharusnya mencegah
menyebabkan insiden. Berdasarkan insiden gagal. Pada metode yang lain
tinjauan data di lapangan, berikut adalah kebanyakan analisis insiden akan mencari tahu
kegagalan terhadap setiap insiden kenapa insiden terjadi.
dengan kontak menabrak/menyisir di Berdasarkan analisis terhadap 8 kronologi
PT. XYZ dikaji dengan menggunakan insiden yang terjadi pada PT. XYZ, ditemukan
metode bowtie: (Gambar 3)

Gambar 3 Diagram Bowtie Sisi Kanan

bahwa insiden terjadi karena multiple barrier


Pembahasan
James Reason mengungkapkan bahwa insiden failure. Hal ini sejalan dengan konsep dari
terjadi karena ada kegagalan pada barrier yang bowtie yang menghipotesiskan bahwa untuk
diterapkan oleh perusahaan. Dengan konsep threat berubah menjadi top event, pasti ada
yang sama, maka insiden dapat dicegah dengan beberapa barrier yang gagal. Tidak hanya itu,
menempatkan barrier barrier sehingga risiko Swiss Cheese Model-nya Reason pun
tidak menyebabkan kecelakaan. Kegagalan mengasumsikan bahwa kecelakaan/insiden
barrier yang diungkapkan Reason dapat terjadi akibat ada kegagalan masal sehingga
disebabkan oleh active failure maupun latent accident pathway pun terbentuk.
failure. Peneliti menemukan ada 25 total kegagalan
Analisis bowtie dikembangkan dari konsep barrier pencegahan insiden untuk delapan
Swiss Cheese Model, dimana dalam analisis kronologi insiden. Failure kemudian
Gambar 4 Diagram Bowtie Sisi Kir
Tabel 2 Analisis Failure Insiden
Tanggal Failure Status Barrier
Threat
Insiden Preventive Barrier Escalation Factor Escalation Control Swiss Cheese Bowtie

Operator berbohong tentang jam tidur Active Failures


Monitoring Jam Barrier kurang
Operator microsleep DTD
9 Feb Tidur Latent failures (tidak mengantisipasi Optimal
SOP Monitoring jam tidur
2020 operator berbohong)
Penerangan Area Tidak ada penerangan di kontur kritis Tidak ada
Area Kerja Berbahaya Latent failures (Design tempat kerja)
Hauling (kecuali jembatan dan rest area) barrier

Operator berbohong tentang jam tidur Active Failures


Monitoring Jam Barrier kurang
DTD
Tidur Latent failures (tidak mengantisipasi Optimal
SOP Monitoring jam tidur
operator berbohong)
Latent failures (tidak seluruh operator Barrier kurang
Fatigue Test Test berupa sampling -
ketahuan fatigue) optimal
Operator tidak menggunakan rest area Rest area KM 16 Barrier kurang
Operator microsleep Rest Area Active Failures
7 Juni yang ada dan kupingan Optimal

2020 Violations operator terhadap safety


Tidak
Fatigue Alarm devices. Kurang inspeksi random - Active Failures
diatisipasi
pengawas
Reminder fatigue di
Barrier kurang
Speak Up Ketidakjujuran operator P5M dan radio Active Failures
Optimal

Kondisi Lingkungan Cuci saat periodik Latent failures (Prosedur jadwal Barrier kurang
Lampu Kabut Lampu kabut kotor/tertutup
Berbahaya maintenance pencucian) Optimal
Latent failures (Desain kerja tidak Tidak
Manuver Kendaraan Sistem Remunisi Insetif ritase ke-6 -
mendukung) diantisipasi

Tidak
Rambu Kecepatan Tidak sesuai dengan kontur Kaji Ulang Latent failures (design area kerja)
diantisipasi
6 Des Overspeed
2020 Tidak ada
SAM Tidak terpasang SAM Latent failures
barrier
Latent failures (Assessment lubang
Barrier Kurang
Area Kerja Berbahaya Road Maintenance Ada jalan berlubang Assessment Rutin bagi LV tidak masalah, bagi DT
Optimal
bermasalah)
Latent failures (Inspeksi awal shift tidak Barrier kurang
Area Kerja Berbahaya Road Maintenance Tanah CPP licin Road Maintenance
dilakukan) Optimal
Tidak menyalakan lampu hazard saat Barrier kurang
Kerusakan Unit Prosedur BD unit Active Failures
4 Mei unit error (belum BD) Optimal
2019 Operator terburu buru mengejar Tidak
- Active Failures
Prosedur ishoma diantisipasi
Manuver Kendaraan
Pengoperasian Unit Tidak
Workhours - Latent failures
diantisipasi
Active Failures Tidak
Sosialisasi Warga Warga tidak mengindahkan sosialisasi -
diantisipasi
16 Nov Warga/Hewan masuk Tidak ada isolasi lokasi komunitas dan Latent failures (pengendalian kurang) Tidak ada
Isolasi Lokasi
2019 hauling road hauling road di titik tersebut barrier
Tidak ada rambu peringatan ataupun Latent failures Tidak ada
Rambu dan Hazcom
reduce speed (pengendalian kurang) barrier
3 Mei Prosedur Operator tidak memastikan bahwa Active Failures Barrier kurang
Area Kerja Berbahaya
2018 Pengoperasian Unit brake sudah sempurna Optimal
Ada kemiringan pada area parkir Latent failures (Pengawasan kurang) Barrier kurang
Road Maintenance
gantungan yang tidak terdeteksi Optimal
Tidak
Unfit Operator Prosedur SIMPER MCU Rutin tidak terintegrasi SIMPER Latent failures
diantisipasi
11 Juli Pengawas tidak memantau jam istirahat Latent failures Tidak
2018 tengah shift diantisipasi
Operator Microsleep Monitoring jam tidur
Operator tidak mengambil istirahat Active Failures
tengah shift
Belum ada DMS/intervensi tekonologi Latent failures Tidak ada
DMS
Warga/Hewan Masuk per tahun 2018 barrier
13 Nov ke Hauling road Tidak ada hazcom hati hati perlintasan Latent failures Tidak ada
Hazcom
2018 hewan barrier
dikagetorikan menjadi latent failures dan active merupakan sudah menjadi sebuah barrier yang
failures, sesuai dengan konsep swiss cheese kuat.
model. Dari tabel 1.1 ditemukan bahwa 59%
kegagalan barrier disebabkan oleh latent Analisis Insiden Berdasarkan Metode
conditions atau aspek aspek organisasional dari Investigasinya
sebuah pengendalian, misalnya ketiadaan Hingga tahun 2019, perusahaan mengadopsi
prosedur, supervisi, desain kerja yang buruk dll. konsep CLC (Comprehensive List of Cause)
Sesuai dengan konsep swiss cheese model, maka dengan metode analisa why tree. Analisis why
pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan tree dapat digunakan pada semua tingkat
harus berfokus untuk menutup ‘lubang’ yang peristiwa, namun banyaknya digunakan untuk
disebabkan oleh kondisi ini. Salah satu latent peristiwa yang kompleks. Investigasi dilakukan
conditions yang ditemukan peneliti adalah dengan menggali
adanya ketidaksesuain antara dokumen siapa/apa/kapan/dimana/bagaimana insiden
identifikasi risiko (HIRA) dengan pengendalian terjadi dengan menginterview pekerja yang
yang diterapkan. Contohnya adalah pada risiko berkaitan dengan insiden (umumnya: korban,
overspeed, perusahaan per tahun 2020 telah saksi mata, pengawas), lalu melakukan riset
menerapkan DMS sebagai salah satu barrier. untuk mengumpulkan bukti tidak langsung.
Namun, pada dokumen HIRA dengan tanggal Bukti bukti tersebut kemudian akan dianalisis
revisi 23 Maret 2021, tidak ada DMS dalam sebagai dasar penentuan key factors. Tahap
pengendalian overspeed. akhir adalah mengidentifikasi semua faktor
Menurut Reason, sangat jarang untuk tindakan faktor penting dengan menggunakan daftar
tidak aman (unsafe act/active failures) saja sebab sebab komprehensif.
dapat menyebabkan kecelakaan. Kalaupun ada, Metode investigasi yang dilakukan oleh
hampir selalu ada riwayat kausal sistemik. perusahaan cenderung tidak melihat mengapa
Latent conditions memiliki dua sifat penting: insiden kerap terjadi, pengendalian apa yang
pertama, efeknya biasanya lebih tahan lama kurang sehingga insiden tersebut terjadi?
daripada yang diciptakan oleh active failures Analisis dengan metode why tree cenderung
dan, kedua, mereka ada di dalam sistem sebelum berhenti pada mencegah active failures terjadi
kejadian buruk dan dapat dideteksi dan namun tidak secara komprehensif melihat latent
diperbaiki sebelum menyebabkan kerusakan. conditions dari insiden tersebut. Selain itu,
Dengan demikian, mereka merepresentasikan berdasarkan dokumen presentasi sosialisasi
sasaran sesuai untuk manajemen sistem bekerja selamat, metode CLC diakui
keselamatan/risiko. Manajemen risiko yang baik tidak melakukan penekanan terhadap factor
management, kurang komprehensif, dan output Rekomendasi dari kelelahan sebagai penyebab
management risikonya adalah reactive. dasar akan bertujuan bagaimana mencegah
Dengan menggunakan metode bowtie, pekerja tidak lelah? Sedangkan dengan melihat
perusahaan mengindentifikasi escalation factor kelelahan sebagai penyebab langsung,
atau faktor yang mempengaruhi keberhasilan perusahaan akan mendapatkan penyebab lain
dari barrier yang diterapkan. Sedangkan metode yang bersifat laten, misalnya sistem pembayaran
why tree tidak melihat secara spesifik apa yang dan roster kerja. Manajemen risikonya
menyebabkan pengendalian tersebut gagal kemudian akan berfokus bagaimana sistem
karena acuan dari model investigasinya adalah pembayaran dan rooster kerja yang baik
untuk mencari penyebab langsung dan penyebab sehingga tidak menyebabkan
dasar. kelelahan/microsleep. Sasaran dari manajemen
Pada metode bowtie, hal yang jatuh pada risiko nya pun akan menyentuh aspek
kategori penyebab dasar (underlying organisasional, bukan aspek human-nya.
causes/root cause) justru bisa menjadi penyebab
Perubahan Manajemen Keselamatan
langsung. Implikasinya adalah metode bowtie
Per Maret 2020, perusahaan telah melakukan
‘mundur’ selangkah sehingga analisis pun lebih
perubahan pola investigasi kecelakaan mereka
dalam. Misalnya, pada salah satu insiden,
dari why tree analysis menjadi analisis dengan
kondisi mengantuk/kelelahan adalah penyebab
pendekatan Indepentdent Protection Layer
dasar sehingga analisis berhenti sampai situ saja
System (IPLS) yang kemudian diadaptasi
karena asumsi nya mereka sudah mencapai root
menjadi Sistem Bekerja Selamat.
cause. Sedangkan, pada metode bowtie,
Sistem ini ditarik dari konsep Swiss Cheese
mengantuk/kelelahan jatuh sebagai penyebab
Model-nya James Reason dimana perusahaan
langsung (direct cause). Hal ini menunjukan
menetapkan pengendalian yang dikelompokan
bahwa dari perspektif bowtie,
pada lima layer (atau barrier) sebagai pola
mengantuk/kelelahan akan dianalisis sekali lagi
pencegahan insidennya. Dalam konsep
untuk menentukan apa penyebab kelelahan
investigasi insiden, sasaran tindakan perbaikan
tersebut. Sehingga rekomendasi perbaikan yang
(corrective actions) akan didasari dari temuan di
dilakukan akan jauh lebih dalam dan tepat
setiap layer. Dengan sistem yang baru ini,
sasaran.
perusahaan mengelola keselamatan kerja dan
Dengan analisis yang setingkat lebih dalam,
pencegahan insiden dari sudut pandang lima
sasaran dari rekomendasi perbaikannya pun
barrier yaitu; Organizational Roles and
akan cenderung melihat dari helicopter view dan
Responsibilities, Plan Readiness, Work
tidak hanya berfokus pada active failures.
Readiness and Monitoring, Preventive konsep bowtie adalah top event—yang dalam
Defense, Contact Defense penelitian ini adalah kejadian unit menabrak
Efektivitas dari penggunaan sistem management sesuatu. Kegagalan fungsi barrier tersebut,
terbaru ini belum dapat dilihat. Hal ini dalam bowtie dapat dijelaskan sebagai faktor
dikarenakan per tahun 2020, perusahaan eskalasi atau faktor yang mempengaruhi
mengalami pengurangan manhours sebagai efektivitas barrier.
dampak dari pandemi COVID-19. Sehingga Berdasarkan tinjauan data insiden, peneliti
penurunan insiden pada tahun 2020, tidak bisa menggunakan 9 kronologi insiden double vessel
serta merta disebut sebagai keberhasilan dari dengan kontak menabrak dan menyisir sebagai
penerapan sistem tersebut, melainkan dapat juga sumber data. Dari kronologi yang dianalisis
dipengaruhi oleh penurunan angka unit yang dengan menggunakan bowtie ditemukan bahwa
bergerak dan panjang shift operator. threat yang paling sering muncul pada berbagai
Namun, dari sudut pandang teoritis, sistem insiden tersebut adalah; Operator mengalami
manajemen yang terbaru ini dapat menjadi microsleep (22%); Warga/hewan masuk ke
sarana perusahaan mengidentifikasi hauling road (14%); Area kerja berbahaya
permasalahan di tingkat organisasional atau jika (22%).
dirunut dengan swiss cheese model adalah latent Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan
conditions. Hal ini dapat dibuktikan dari salah tim HSE yang menyatakan bahwa microsleep
satu temuan di kasus overspeed (yang dikaji masih menjadi masalah yang sering berujung
dengan metode terbaru) yang mengidentifikasi pada insiden, overspeed dan kerusakan unit.
sistem insentif untuk ritase ke-6 yang cenderung Namun berdasarkan tinjauan data, ditemukan
mendasari perilaku tidak aman operator, salah bahwa kejadian dengan overspeed dan
satunya adalah overspeed. kerusakan unit sebagai salah satu faktor
penyebabnya hanya hanya terjadi satu kali.
Analisis Insiden dengan Metode Bowtie Peneliti memilih warga/hewan masuk ke
Sepanjang tahun 2018 hingga 2020, terdapat 9 hauling road dibandingkan threat Manuver
kejadian unit menabrak sesuatu di PT. XYZ. Kendaraan (14%) dikarenakan pengakuan dari
Perusahaan telah menerapkan berbagai macam salah satu operator di wawancara insiden,
barrier/pengendalian untuk mencegah kejadian dimana ia menyebutkan kalau warga sering
serupa terulang kembali. Namun, seperti yang sekali masuk ke hauling road. Kemudian, pada
dikemukakan oleh James Reason, bahwa dokumen HIRA, risiko interaksi dengan warga
pengendalian atau barrier tidak dapat 100% yang masuk ke hauling road bernilai significant.
mengentikan terjadinya kecelakaan atau dalam Sedangkan, risiko operator terburu-buru adalah
high. Selain itu, berdasarkan pengamatan ‘bersahabat’ dengan budget. Oleh karena itu,
lapangan, peneliti menyimpulkan kalau setiap prioritas risiko yang perlu dikendalikan di PT.
harinya warga terus terusan masuk ke hauling XYZ harus disesuaikan dengan risk mapping
road. based on peak activity dari pengoperasian di
Jika dianalisis berdasarkan metode bowtie, hauling road (Djunaidi, 2021). Tujuannya
ditemukan bahwa 44% insiden terjadi karena adalah agar perusahaan dapat memetakan apa
barrier yang diterapkan masih belum cukup saja risiko yang paling sering muncul
tebal sehingga masih banyak faktor faktor yang (probability tinggi) meskipun dampak atau
dapat membuat barrier tersebut ineffective (atau konsekuensinya rendah (sehingga nilai
dalam bowtie disebut escalation factor) tidak risikonya rendah). Risiko risiko ini lah yang
dikendalikan. Ini menunjukan bahwa perlu menjadi perhatian, tidak hanya risiko yang
manajemen risiko yang dilakukan oleh nilainya high atau significant saja (seperti
perusahaan belum mampu menganalisis insiden prioritas risiko pada PT. XYZ).
yang muncul karena adanya failure pada sistem
Efektifitas Barrier
pencegahan insidennya. Metode investigasi
Merujuk pada tabel 5.10 ditemukan 32%
sebelumnya, cenderung mengidentifikasi
kegagalan barrier pencegahan insiden tidak
penyebab langsung (mengapa insiden terjadi)
diantisipasi oleh perusahaan sehingga mereka
atau active failures dan kurang mampu
tidak menerapkan pengendalian terhadapnya.
mengidentifikasi latent conditions.
Sedangkan 24% terjadi karena ketiadaan barrier
Dalam penerapan pengendaliannya, prioritas
dan 42% disebabkan barrier yang kurang
risiko dari ketiga threat ini perlu
optimal (belum bisa mencegah ‘lubang’
mempertimbangkan asas AHARP atau as high
meskipun sudah ada barrier).
as reasonably practicable, tidak hanya konsep
Efektifitas barrier dapat dilihat dari apakah ada
as low as reasonably possible (ALARP) saja.
insiden dari risiko atau threat tersebut. Dengan
Konsep AHARP menekankan bahwa prioritas
menggunakan pola pikir Swiss Cheese Model
pengendalian risiko yang dilakukan perusahaan
dan Bowtie, jika ada insiden meskipun barrier
tidak serta merta melihat nilai risiko yang high
telah ditempatkan, maka dapat disimpulkan
atau significant saja. Melainkan juga melihat
kalau barrier tersebut kurang efektif. Dari
pada tingkat probability risiko tersebut,
analisis failure insiden, ditemukan ada beberapa
meskipun nilai konsekuensinya kecil karena
barrier yang perlu dikaji ulang untuk dapat
dapat menimbulkan masalah yang besar (karena
mengidentifikasi faktor eskalasi dan kontrolnya,
sering terjadi). Selain itu, pengendalian risiko
yaitu: (Tabel 3)
dengan asas AHARP ini dinilai lebih
Tabel 3 Efektifitas Barrier berdasarkan Analisis Area Kerja Road
Failure 3.
No. Threat Barrier Keterangan Berbahaya Maintenance

Monitoring
Jam Tidur Kesimpulan
Perlu Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa
koordinasi insiden banyak terjadi karena pengendalian yang
dengan owner dilakukan belum optimal (42%). Berdasarkan
untuk analisis Bowtie, faktor risiki yang paling
beberapa
Operator dominan adalah operator microsleep (22%),
1. Fatigue Test kebijakan
Microsleep warga/hewan masuk ke hauling road (14%),
seperti metode
area kerja berbahaya (22%). Preventive barrier
fatigue test
yang telah diterapkan oleh perusahaan adalah
(agar tidak
hanya road maintenance, DMS (Driving Management

sampling) System), fatigue test and dll. Faktor eskalasi


Rest Area yang ada adalah permukaan jalan tidak rata
Speak Up (bumpy roads), jalan berlubang yang tidak
Perlu teridentifikasi, tanah CPP yang licin, dll.
koordinasi Kontrol eskalasi atau escalation control yang
dengan owner telah dilakukan perusahaan adalah assessment
untuk rutin, monitoring beats, dll. Mitigation control
melakukan
PT. XYZ yaitu: APD, tanggul dan emergency
Isolasi pengendalian
Warga response tea, dll. Faktor eskalasi dari
Lokasi isolasi titik
atau pengendalian mitigasi tanggul adalah tanggul
yang tidak
hewan kurang tinggi dengan kontrol eskalasinya
2. dilalui oleh
masuk assessment rutin yang diikuti oleh perbaikan
pemilik jalan
hauling
(perusahaan berkala.
road
kayu)
Rambu dan Saran
Hazcom
Terdapat beberapa langkah-langkah yang dapat

peringatan dilakukan oleh PT XYZ untuk meningkatkan


area rawan upaya pencegahan insiden pada alat angkut
warga material di area hauling, seperti melakukan kaji
ulang prosedur; melakukan workload analysis
terhadap pengawas guna meningkatkan kualitas 2021).
pengawasan aktivitas; meningkatkan Orr, T., Bellanca, J. and Hrica, J. (2020) ‘Why
pengawasan/antisipasi terhadap faktor manusia do haul truck fatal accidents keep occurring ?’,
dalam pekerjaan terutama pada faktor risiko in 2020 SME Annual Conference and Expo.
microsleep dan maneuver kendaraan; Phoenix, AZ, United States.
melakukan kaji ulang dokumen manajemen Raharjo, S. (2019) Evaluasi Kinerja
risiko (HIRA), prosedur dan standar secara Keselamatan Pertambangan Mineral dan
sesuai dengan perkembangan pengendalian Batubara Tahun 2019.
yang di implementasikan; serta meningkatkan Randolph, R. F. (1996) ‘SAFETY ANALYSIS
performa teknologi pengendalian agar dapat OF SURFACE HAULAGE ACCIDENTS’, US
secara optimal melakukan fungsinya. Department of Energy, Pittsburgh and Spokane
Research Centers.
Daftar Pustaka Reason, J. (1990) Human Error. First. New
CCPS (2018) Bow ties in risk management : A
York: Cambridge University Press.
Concept Book for Process Safety. First. London,
Reason, J. (2000) ‘Human error : models and
UK: American Institute of Chemical Engineers
management’, 320(March), pp. 4–6.
and John Wiley & Sons, Inc.
Sudiyanto, J. and Susilowati, I. H. (2018)
CGE (2015) Bowtie Methodology Manual.
‘Causes of Fatal Accidents Involving Coal
Direktorat Teknik Lingkungan Mineral dan
Hauling Trucks at a Coal Mining Company in
Batubara (2020) Tingkat Kekerapan dan
Indonesia’, in ICOSH 2017, pp. 59–70. doi:
Keparahan Kecelakaan, Modi Dashboard.
10.18502/kls.v4i5.2539.
Available at:
Wiegmann, D. and Shappell, S. (2003) A Human
https://modi.minerba.esdm.go.id/pimpinan/kece
Error Approach to Aviation Accident Analysis.
lakaanTambang?t=2020 (Accessed: 23 March

Anda mungkin juga menyukai