Modul 3 Mengembangkan Sistem Transparansi Dan Akuntabilitas Dana Pendidikan
Modul 3 Mengembangkan Sistem Transparansi Dan Akuntabilitas Dana Pendidikan
TRANSPARANSI DAN
AKUNTABILITAS DANA PENDIDIKAN
DI SEKOLAH
Penulis:
Dr. Hj. Evi Syaefini Shaleha, M.Pd
Dr. Een Rohaeni, MT
Santy Kurnia Dewi M.Pd
Tuti Kurniawati M.Pd
1
MENGEMBANGKAN SISTEM
TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
DANA PENDIDIKAN
DI SEKOLAH
Penulis:
Dr. Hj. Evi Syaefini Shaleha, M.Pd
Dr. Een Rohaeni, MT
Santy Kurnia Dewi M.Pd
Tuti Kurniawati M.Pd
2
Kata Pengantar
Kami panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan rahmat-Nya,
maka modul ini dapat diselesaikan.
Indonesia yang terdiri atas wilayah yang sangat luas dengan keragaman dan disparitas
yang sangat tinggi, merupakan laboratorium yang sangat lengkap terkait dengan
“korupsi”, sehingga menjadi tantangan tersendiri untuk mendapatkan solusi mengatasinya
sesuai dengan karakteristik Indonesia. Salah satu solusi yang menjadi ruh perlawanan
terhadap korupsi, adalah melalui Pendidikan antikorupsi.
Saat ini, sebahagian besar Pemerintah Daerah baik Provinsi, Kabupaten, maupun Kota
telah memiliki regulasi sebagai dasar hukum pelaksanaannya. Tantangan yang dihadapi
pun sangat beragam karena setiap daerah memiliki karakteristik tersendiri. Hal ini
menumbuhkan semangat untuk mencari model dan alternatif solusi atas permasalahan
yang dihadapi dalam melaksanakan Pendidikan antikorupsi yang efektif, menyenangkan,
dan berdampak luas.
Semangat tersebut menjadi warna khusus bagi tim penyusun modul tatakelola sekolah
berintegritas di Jawa Barat untuk menghasilkan modul yang khas dalam rangka
menunjang keberhasilan Pendidikan antikorupsi melalui dukungan manajemen sekolah
yang akan membangun ekosistem Pendidikan yang berintegritas.
Harapan kami, para kepala sekolah akan tercerahkan dan mau belajar secara terus
menerus, serta menunjukkan sikap dan perilaku yang dapat diteladani oleh seluruh warga
sekolah. Melalui keteladanan Kepala Sekolah generasi bangsa yang dititipkan di sekolah
akan bisa menjadi generasi yang jauh dari perilaku koruptif, sehingga tidak mau
melakukan korupsi dan akhirnya mampu menjadi pemimpin yang berintegritas dengan
memiliki sikap dan perilaku terpuji.
Semoga modul ini dapat memberikan manfaat dan membantu mereka menjalankan
perannya dengan integritas yang tinggi.
i
Glosarium
3. RKJM; Rencana Kerja Jangka Menengah menurut PP No. 57 tahun 2021 pasal 28
yaitu perencanaan kegiatan pendidikan yang disusun untuk periode waktu 4
(empat) tahun.
4. Rencana Kerja Jangka Pendek menurut PP No. 57 tahun 2021 pasal 28 merupakan
rencana kerja tahunan (RKT) sebagai penjabaran rinci dari rencana kerja jangka
menengah Satuan Pendidikan. Sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam
RKJM, yang akan dilaksanakan melalui berbagai kegiatan tahunan;
5. RKAS; Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah, yaitu Rencana Biaya dan
pendanaan program atau kegiatan untuk satu tahun anggaran baik yang bersifat
strategis ataupun rutin yang diterima dan dikelola langsung oleh sekolah (Dirjen
Dikdasmen, 2019).
6. Audit adalah kegiatan evaluasi terhadap suatu organisasi mulai dari sistem, proses,
hingga produknya. Dalam konteks keuangan, audit adalah proses memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif dan sistematis dalam menetapkan tingkat
kesesuaian antara laporan yang ada dengan kriteria yang telah ditetapkan, yang
ii
selanjutnya akan disampaikan kepada pengguna yang bersangkutan (Mulyadi,
2002)
8. ISO 9001 adalah seri standar internasional untuk Sistem Manajemen Mutu atau
Quality Management System. Versi terkini SMM ISO 9001 yang banyak digunakan
di berbagai bidang usaha dan Lembaga pemerintah termasuk dunia Pendidikan
pada umumnya adalah ISO 9001:2015, yaitu menetapkan persyaratan sistem
manajemen mutu. Dalam konteks ini, Sekolah seyogianya mengedepankan mutu
dalam pengelolaan sekolah, baik input, proses maupun output, memperhatikan
image dan kredibilitas; kepuasan pelanggan; melaksanakan proses terintegrasi;
pengambilan keputusan berbasis data; membangun budaya perbaikan; dan
membangun keterlibatan semua warga sekolah. Dalam perkembangannya, Standar
ISO 21001:2018 adalah system manajemen organisasi Pendidikan yang
disesuaikan dari ISO 9001:2015.
10. Badan publik adalah Lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang
fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang
sebagian atau seluruh dananya bersumber dari APBN dan /atau APBD, atau
organisasi non pemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber
dari APBN dan /atau APBD, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri. Sekolah
berdasarkan kriteria tersebut termasuk ke dalam Badan Publik.
11. PPID; Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi, yaitu pejabat yang
bertanggungjawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan /
atau pelayanan informasi di Badan Publik. Jadi di setiap Sekolah harus ditunjuk
PPID.
12. Gratifikasi; Sebuah pemberian yang diberikan atas diperolehnya suatu bantuan atau
iii
keuntungan.
13. Jabar Masagi; Program yang bertujuan menguatkan fondasi generasi muda di Jawa
Barat dengan nilai-nilai pendidikan karakter khas Jawa Barat
iv
Daftar Isi
Cover
Sub Cover
v
Daftar Tabel
vi
Pendahuluan
Masalah terbesar negeri ini adalah perilaku korupsi yang merajalela di berbagai lapisan
masyarakat. Jika negeri ini diibaratkan sebagai seorang manusia, maka korupsi adalah
penyakit akut yang sedang menjangkiti manusia tersebut yang secara perlahan
melumpuhkan sendi-sendi kehidupan bernegara dan berbangsa. Apabila tidak segera
ditangani, maka bukan tidak mungkin eksistensi Indonesia di masa depan akan
menghilang. Sejarah mencatat, negeri-negeri besar di masa lalu seperti Romawi Kuno
runtuh karena perilaku korupsi pejabat pemerintahannya.
Indeks Persepsi Korupsi (IPK) merupakan indikator korupsi di suatu negara yang
dilakukan oleh Transparency International sejak tahun 1995. Sistem penilaiannya
menggunakan survei pandangan publik suatu negara terhadap kinerja pemerintah dalam
pemberantasan korupsi di negaranya. Indeks ini dikeluarkan secara rutin setiap tahunnya
dengan nilai skor 0-100, dimana tingkt pemberantasan korupsi di suatu negara akan
semakin membaik jika mendekati angka 100. Transparency Internatioanl Indonesia pada
tanggal 25 Januari 2022 mengeluarkan IPK dan posisi Indonesia di peringkat 96 dari 180
negara, dengan memperoleh skor 38, dimana nilai tersebut meningkat satu poin dari
tahun lalu.
Pemerintah menyadari bahwa negeri ini sedang dalam keadaan darurat dan krisis
mentalitas. Perilaku korupsi yang dilakukan oleh segelintir orang atau oknum memang
sangat menghambat upaya-upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan setiap
warganya dan memajukan negaranya. Berbagai upaya telah dilakukan untuk dapat
menghilangkan praktik korupsi di negeri ini. Namun, yang terjadi justru korupsi semakin
menjadi-jadi. Begitu banyak pejabat pemerintah yang seharusnya mengabdikan dirinya
untuk melayani rakyat, justru tertangkap tangan sedang mencurangi rakyat dengan
melakukan tindak pidana korupsi. Sekalipun pemerintah telah membentuk lembaga
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), perilaku korupsi terus saja ada.
Korupsi seakan-akan sudah menjadi budaya di negeri ini. Tindakan kuratif atau represif
untuk masalah korupsi justru tidak memecahkan masalah sampai ke akarnya. Diperlukan
upaya khusus untuk menangani masalah korupsi yang sudah mengakar di tengah
masyarakat Indonesia. Tindakan preventif dan persuasif dinilai dapat menjadi solusi
jangka panjang dalam menangani masalah korupsi di negeri ini. Korupsi yang sudah
menjadi budaya, harus dihilangkan dengan menanamkan budaya yang baru. Maka,
dalam hal ini peran satuan pendidikan sangat vital dan strategis sebagai sarana
menanamkan budaya kepada peserta didik yang akan menjadi penerus estafet negeri ini.
1
Dalam upayanya ini pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk melaksanakan
Pendidikan Antikorupsi (PAK) yang bertujuan untuk membentuk generasi bangsa yang
memiliki integritas untuk mencegah terjadinya korupsi melalui penerapan sembilan nilai-
nilai integritas yaitu yang jujur, peduli, mandiri, disiplin, kerja keras, berani, tanggung
jawab, dan adil, serta mampu beradaptasi dengan lingkungan, berwawasan luas dan
berbudi pekerti luhur.
Merujuk pada Peraturan Gubernur No. 60 tahun 2019, Pendidikan Antikorupsi merupakan
bagian dari implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sebagai proses
penguatan sikap anti korupsi dalam diri peserta didik. PPK dilaksanakan dengan
menerapkan Prinsip Profil Pelajar Pancasila yang meliputi (1) Beriman, bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, (2) Berkebinekaan global, (3)
Bergotong royong, (4) Mandiri, (5) Bernalar kritis, (6) Kreatif.
Pendidikan Antikorupsi sebagai sebuah bagian dari alat untuk mencapai tujuan, perlu
dilaksanakan dengan rencana dan strategi yang tepat sehingga bisa efektif, efisien, dan
tepat sasaran. Tripusat pendidikan yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Sekolah sebagai salah satu dari bagian tripusat pendidikan memiliki peran
yang sangat besar dalam mensukseskan Pendidikan Antikorupsi. Pendidikan Antikorupsi
terbaik di sekolah adalah dengan moral action yaitu dengan memberikan contoh melalui
tindakan-tindakan atau keteladanan dari Kepala Sekolah, guru-guru dan warga sekolah.
Keteladanan yang diberikan oleh Kepala Sekolah, guru-guru dan warga sekolah akan
menjadi stimulus bagi peserta didik untuk lebih menghayati dan menerapkan nilai nilai
antikorupsi dalam Pendidikan Antikorupsi.
Di sisi lain sekolah sebagai lembaga juga harus mampu menjadi lingkungan yang
kondusif dalam pelaksanaan Pendidikan Antikorupsi. Hal ini didasari dari banyaknya
temuan yang justru menunjukan sekolah sebagai salah satu sarang perilaku korupsi. Oleh
sebab itu, pemerintah melaksanakan program Sekolah Berintegritas. Sekolah
Berintegritas merupakan suatu model pendekatan untuk mendorong terciptanya satuan
pendidikan (sekolah) yang berintegritas dengan menerapkan prinsip-prinsip sesuai tata
kelola yang baik (good governance) yaitu akuntabel, transparansi dan partisipatif
sebagai unsur utamanya serta penegakan aturan; sehingga dapat menekan potensi
2
tindak pidana korupsi di sekolah serta mendukung lingkungan pembelajaran yang
kondusif dalam rangka proses internalisasi nilai-nilai antikorupsi kepada peserta didik dan
warga sekolah dengan dukungan semua pemangku kepentingan (stakeholder) terkait.
3
3. Mengembangkan Sistem Transparansi dan Akuntabilitas Dana
Pendidikan
A. Tujuan Pembelajaran
Melalui studi materi, studi kasus dan diskusi dalam aktivitas pembelajaran,
peserta diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut :
B. Kompetensi Dasar
4
4. Mengkaji pembelanjaan dana pendidikan di sekolah setiap tahun
sebagai bahan perencanaan (RKT & RKAS) tahun berikutnya;
5
C. Materi dan Aktifitas Pembelajaran
Selama ini, banyak keluhan yang muncul baik dari orangtua maupun dari Dewan Guru
di Sekolah yang merasa tidak ikut dilibatkan dan atau tidak memperoleh informasi
yang cukup, dalam pengelolaan keuangan sekolah. Mereka beranggapan bahwa
Kepala Sekolah tidak melaksanakan transparansi dalam pengelolaan keuangan
Sekolah. Sementara, dari sisi Kepala Sekolah memiliki sudut pandang yang berbeda
tentang makna transparansi. Menurut sejumlah Kepala Sekolah dengan melibatkan
manajemen Sekolah yang dipilih oleh seluruh guru, dianggap sudah cukup mewakili
kepentingan seluruh guru dalam pengelolaan keuangan sekolah, mulai dari menyusun
perencanaan empat tahunan (RKJM), perencanaan tahunan (RKT), penyusunan
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) sebagai penjabaran dari RKT,
pelaksanaan RKAS, dan pengawasan pengendalian sampai dengan pelaporan.
6
prinsip kepemerintahan yang baik sebagai prinsip Good Governance
7
Kesetaraan. Pada pasal 25 dinyatakan bahwa Dana BOS digunakan untuk
membiayai operasional penyelenggaraan pendidikan satuan pendidikan sesuai
dengan komponen penggunaan dana BOS.
8
Lembar Kerja 1-1
LK-01:
Mari kita diskusikan mengenai regulasi ini, dengan menjawab sejumlah pertanyaan
dan mengkaji beberapa hal sebagai berikut :
- Coba identifikasi dan tuliskan Regulasi yang saat ini digunakan dalam
Pengelolaan Keuangan Sekolah Tahun Anggaran 2021 dan 2022;
9
Materi 2: Tata Kelola Dana Pendidikan dan Kebijakan Implementasinya
Dana Pendidikan di sekolah dalam materi ini adalah keuangan sekolah. Su mbe r-
s umb e r k eua nga n se ko la h khususnya Sekolah Negeri, yang dikelola
Pemerintah Daerah, pada umumnya terdiri atas :
b. APBD Provinsi untuk BOPD bagi Sekolah Negeri, dan BPMU untuk Sekolah
Swasta;
c. APBN, berupa BOS Kinerja, dan atau Dana Alokasi Khusus bagi pendanaan
program kegiatan peningkatan mutu Pendidikan di sejumlah Sekolah tertentu
yang tidak berlaku untuk semua Sekolah;
e. Lainnya, seperti dari CSR Perusahaan, Lembaga lainnya, dan atau bantuan
perorangan, dikategorikan sebagai penerimaan yang sah dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang- undangan.
Tatakelola keuangan sekolah menjadi satu dari sejumlah aspek dalam pengelolaan
sekolah yang menjadi aspek penting dan harus mendapat perhatian khusus Kepala
Sekolah. Bagi Kepala Sekolah yang menjadi penanggungjawab Manajemen
Berbasis Sekolah dalam pengelolaan sekolahnya, kemampuan melaksanakan
adaptasi terhadap perubahan yang terjadi menjadi satu tuntutan utama yang harus
terus ditingkatkan. Penerapan ‘good governance’ dalam konteks pengelolaan
Pendidikan, menurut Effendi (2009) menunjukkan adanya sejumlah karakteristik
yang melekat dalam praktik good governance, yaitu : pertama, tatakelola yang baik
harus memberi ruang kepada pihak di luar pemerintah yaitu masyarakat untuk
berperan optimal sehingga memungkinkan adanya sinergi diantara mereka :
pelanggan/stakeholder lembaga pendidikan; kedua, dalam praktik tatakelola yang
baik terkandung nilai nilai yang membuat keduanya dapat lebih efektif bekerja,
dengan nilai efisiensi, keadilan, dan dayatanggap.; ketiga, praktik tatakelola yang
baik adalah yang bersih dan bebas dari korupsi serta berorientasi pada kepentingan
10
publik, dalam hal ini kepentingan pelanggan pendidikan.
a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
11
dengan sinkronisasi LPJ sesuai regulasi yang berlaku, dan melaksanakan
rekomendasi auditor eksternal untuk perbaikan kinerja pengelolaan keuangan
sekolah ke depannya;
2.2. Pembentukan Tim Pengelola Keuangan (TPK) dan Penyusunan Pedoman Kinerja
TPK
12
berpartisipasi dalam penetapan keputusan yang akan mempengaruhi mereka
dalam pelaksanaan keputusan, dengan menekankan sejumlah hal sebagai berikut :
(1) Menghargai keragaman pendapat dan mengakui pentingnya dialog konstruktif;
(2) Lebih mendahulukan alasan manusiawi (’human reason’) daripada otoritas; (3)
Berbasiskan keyakinan dalam organisasi yang demokratis dan egaliter; (4)
Berkomitmen terhadap kolaborasi berdasarkan konsensus, integritas personal, dan
tanggung jawab terhadap diri sendiri dan organisasi;
Salah satu indikator dari implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dengan
pendekatan kolegial dalam pengambilan keputusan di sekolah adalah adanya
Kelompok Kerja atau Tim Kerja dalam melaksanakan manajemen di Sekolah.
Dalam upaya peningkatan mutu penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah, Kepala
Sekolah diharapkan mampu menerapkan pendekatan Total Quality Management
(TQM) . Lori Jo Oswald (1996) menyatakan bahwa Aplikasi TQM dalam dunia
pendidikan ditandai dengan berkembangnya ‘workteams’ pada level sekolah dan
distrik.
f. Staf pengajar adalah penentu kualitas terdepan. Mereka perlu dorongan dan
dukungan dari para pemimpin, serta diberikan kemudahan yang memungkinkan
tugas peningkatan kualitas dapat dilaksanakan tanpa banyak hambatan.
13
identifikasi kebutuhan riil dari ‘customer’ nya; menyusun rencana dan sasaran
yang ingin dicapai; dan menetapkan prosedur dan proses yang harus diikuti oleh
setiap orang, baik oleh staf pengajar, peserta didik, maupun tenaga
kependidikan lainnya yang berperan dalam pelaksanaan rencana dan
pencapaian sasaran yang telah ditetapkan.;
i. Berdasarkan konsep MBS dan TQM yang telah diuraikan di atas, maka Kepala
Sekolah dalam menjalankan tugas administratif maupun tugas teknis
operasionalnya dibantu oleh sejumlah”workteams”. Hal ini dimaksudkan agar
penyelenggaraan Pendidikan yang berorientasi mutu di Sekolah, melalui
peningkatan efektivitas pencapaian target dan sasaran yang telah ditetapkan
dalam Rencana Kerja Sekolah, baik RKJM maupun RKT yang dijabarkan dalam
RKAS, dapat terlaksana dengan baik.
a. Dalam pengelolaan dana BOS Reguler kepala sekolah membentuk Tim BOS
Sekolah
b. Tim BOS Sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
3) Anggota
14
1) 1 (satu) orang dari unsur guru;
Untuk Tim Pengelolaan Keuangan di luar Tim BOS Sekolah, dapat dibentuk dengan
tidak ada pembatasan atau keseragaman mengenai jumlah orang dalam Tim.
Semuanya akan ditentukan oleh Sekolah sesuai kebutuhan dan kondisi Sekolah,
termasuk ketersediaan SDM yang akan ditunjuk dan atau dipilih menjadi Tim
Keuangan Sekolah.
Petunjuk pelaksanaan sebagai penjabaran dari rincian tugas Tim yang dituangkan
dalam Keputusan Kepala Sekolah, merupakan pedoman pelaksanaan kinerja Tim.
Bentuk petunjuk pelaksanaan dapat mengadopsi model Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang biasa diberlakukan pada Perangkat Daerah di Lingkungan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Dalam SOP tergambarkan : 1) adanya instruksi
tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan aktivitas
organisasi; 2) bagaimana dan kapan harus dilakukan; 3) di mana dan oleh siapa
dilakukan.
15
Lembar Kerja 2-2
2. Sebutkan susunan Tim, masa tugas, serta petunjuk pelaksanaan tugas Tim
Pengelola Keuangan sekolah.
3. Sebutkan kelebihan dan kekurangan dari Tim Pengelola Keuangan Sekolah yang
ada, setelah saudara mempelajari materi di atas
16
Materi 3: Evaluasi RKJM dan RKT serta Strategi Pelaksanaan Program
3.1 Evaluasi RKJM, RKT dan Strategi pelaksanaan program dan belanja dalam
pelaksanaan Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Rencana Kegiatan
Anggaran Sekolah (RKAS);
RKAS tidak bisa dilepaskan dari RKJM empat tahunan sebagai dokumen
perencanaan strategis, dan RKT sebagai penjabaran dari RKJM. RKJM
disusun melalui analisis mendalam, baik melalui analisis SWOT maupun
analisis konteks berdasarkan kondisi yang ada dan kondisi ideal empat tahun
ke depan. Dengan demikian Tujuan, Sasaran, dan Program yang ditetapkan
dalam RKJM telah mempertimbangkan berbagai komponen dan kunci
keberhasilannya.
17
Agar penyusunan dan pelaksanaan RKAS memenuhi prinsip
kepemerintahan yang baik, maka harus dilakukan dengan strategi yang
tepat, serta melibatkan stakeholders Pendidikan di Sekolah.
10. Menentukan tonggak tonggak kunci keberhasilan output apa dan kapan
dicapai (milestone)
18
14. Membuat jadwal pelaksanaan program
Yang harus menjadi perhatian adalah apakah tujuan, sasaran, dan program
yang telah ditetapkan ada yang tidak sesuai atau kurang relevan lagi dengan
kondisi tahun depan di mana RKAS dilaksanakan. Kemampuan memprediksi
kondisi tahun berikutnya berdasarkan analisis tahun sebelumnya dan tahun
berjalan menjadi kunci keberhasilan untuk menemukenali persoalan yang
mungkin terjadi berkenaan dengan adanya perubahan kondisi dan
perubahan kebijakan, seperti misalnya adanya pandemi covid 19 yang
ternyata berdampak sangat besar terhadap penyelenggaraan kegiatan
termasuk kegiatan utama yakni pembelajaran di sekolah. Kondisi tersebut
mempengaruhi pelaksanaan perencanaan yang telah ditetapkan. Hasil
analisis kondisi eksisting karena adanya perubahan kebijakan menghadapi
19
kondisi ‘forcemajeur’ (bencana non alam berupa pandemo covid 19) dan
prediksi kondisi tahun yang akan datang, akan menjadi data penting dalam
penyusunan RKAS.
Perubahan kondisi dan perubahan kebijakan akibat dari bencana non alam
seperti Pandemi Covid 19 akan memunculkan dinamika yang cepat berubah.
Tentu, hal ini perlu mendapat perhatian Kepala Sekolah dan warga sekolah
untuk mencermati perubahan yang sedang terjadi, dan perubahan yang
mungkin akan terjadi pada tahun berikutnya Ketika RKAS telah ditetapkan.
Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi kebijakan yang akan diberlakukan
sehingga penentuan program prioritas akan ditetapkan dengan harapan tidak
mengalami perubahan yang mendasar karena sudah berdasarkan prediksi
berbasis data dan analisisnya.
20
Lembar Kerja 2-3
LK 03 :
Mari kita diskusikan contoh kasus berikut berkenaan dengan Reviu RKJM dan
RKT dalam penyusunan RKAS.
- RKAS 2023 adalah Tahun keempat atau tahun terakhir dari RKJM Sekolah
yang telah ditetapkan;
- Sumber dana utama Sekolah pada Tahun Anggaran 2020 dan T.A. 2021
dari APBN melalui BOS Reguler dan APBD melalui BOPD yang sudah ada
Juknis penggunaannya;
21
- Sumbangan dari orangtua peserta didik tidak bisa diharapkan sebagaimana
beberapa tahun anggaran sebelumnya mengingat dampak pandemic Covid
19 terhadap penghasilan orangtua peserta didik;
Tim Keuangan Sekolah dalam Menyusun RKAS untuk tahun berikutnya perlu
strategi yang tepat dalam menentukan program prioritas dan kegiatan yang
akan dilaksanakan, termasuk menentukan alokasi belanja dalam melaksanakan
kegiatan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan beberapa hal
sebagai berikut :
1) Reviu terhadap RKAS tahun sebelumnya dan tahun berjalan, dalam hal
konstruksi pelaksanaan program melalui Belanja barang jasa serta Aset
yang diperoleh dari Belanja tersebut. Mengapa hal ini penting dilakukan,
agar anggaran yang ada dengan segala keterbatasannya dapat
dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kepentingan penyelenggaraan
sekolah secara produktif, memenuhi prinsip efektivitas dan efisiensi, serta
dengan mengoptimalkan kebermanfaatannya. Misalnya secara sederhana
dilakukan evaluasi terhadap belanja barang pada tahun anggaran
sebelumnya. Terdapat belanja barang berupa ATK, yang telah
dilaksanakan pada tahun ajaran sebelumnya dan tahun anggaran berjalan,
ternyata hanya terpakai sejumlah 20 % dari ketersediaan barang karena
adanya perubahan pembelajaran menjadi pembelajaran daring. Maka di
RKAS tahun berikutnya tidak perlu lagi mengalokasikan belanja barang
ATK, karena masih terdapat barang persediaan yang diperkirakan cukup
untuk digunakan dalam pelaksanaan kegiatan satu tahun anggaran;
22
pada tahun anggaran dan tahun pelajaran yang akan datang;
23
Materi 4: Pelaporan dan Pengawasan Dana Pendidikan
Dalam Bab I, pasal 1 angka 81, 82, dan 83 dijelaskan tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah, dan Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah, sebagai berikut :
(a) tepat waktu : laporan keuangan disusun dan disajikan tepat waktu agar dapat
24
digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial politik serta untuk
menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut;
(b) memadai, yakni penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia sesuai peraturan perundangan, mencakup
dimuatnya pengungkapan informatif yang memadai atas hal hal material;
(c) jelas, informasi yang disajikan harus jelas dan dapat dipahami sehingga tidak
menimbulkan kesalahpahaman;
(f) mudah diakses. Informasi laporan keuangan harus mudah diakses oleh
semua pihak.
(a) Kondisi keuangan, yaitu suatu tampilan atau keadaan secara utuh atas
keuangan organisasi selama periode/ kurun waktu tertentu;
25
Keuangan Daerah.
Untuk penerimaan Sekolah dari APBN dan APBD Provinsi maka pengelolaan,
pertanggungjawaban dan pelaporannya sesuai peraturan perundangan yang
berlaku. Oleh karena itu, Kepala Sekolah diharapkan mampu memahami regulasi
yang berlaku, sehingga mampu memahami dan memberikan arahan sesuai dengan
ketentuan. Kepala Sekolah akan memahami dengan benar setiap regulasi yang
berkenaan dengan pengelolaan keuangan di sekolah. Ketika laporan keuangan
yang diminta untuk BOS Reguler yang bersumber dari APBN berbeda baik format
maupun substansi nya dengan laporan keuangan yang bersumber dari APBD
Provinsi, maka tidak perlu diperdebatkan. Hal ini terjadi karena mengacu pada
ketentuan yang berbeda sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh pihak yang
mengeluarkan dana nya.
Untuk pelaporan Dana BOS Reguler yang bersumber dari APBN, ketentuannya
diatur dalam Permendikbud Nomor 6 Tahun 2021 tentang Petunjuk Teknis
Pengelolaan Dana BOS Reguler. Dalam Bab VI Bagian Kedua pasal 19 ayat (1)
huruf d, dan Ayat (2), Kepala Sekolah berkewajiban membuat laporan penggunaan
dana BOS Reguler yang diverifikasi dan divalidasi oleh Kepala Dinas Pendidikan.
Selanjutnya dalam Bagian ketiganya, Pasal 25 ayat (1); Ayat (2) dan Ayat (3)
dinyatakan bahwa :
26
(1) Kepala Sekolah menyampaikan perencanaan Dana BOS Reguler
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf a dan laporan
penggunaan Dana BOS Reguler sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1)
huruf d melalui sistem aplikasi pengelolaan Dana BOS pada Kementerian;
(2) Dalam hal Kepala Sekolah tidak dapat menyampaikan perencanaan dan
laporan penggunaan Dana BOS Reguler melalui sistem aplikasi pengelolaan
Dana BOS pada Kementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
penyampaian dilakukan secara manual
c. Penyampaian pelaporan tahap III paling lambat bulan April tahun anggaran
berikutnya.
(1) Sekolah harus menyusun pembukuan secara lengkap disertai dengan bukti
pendukungnya, dengan susunan nya sebagai berikut:
a. RKAS;
(2) Sekolah harus Menyusun laporan secara lengkap, dengan ketentuan sebagai
27
berikut :
(4) Pajak terkait penggunaan Dana BOS Reguler di sekolah mengikuti ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai pajak nasional dan pajak daerah
Untuk laporan pengelolaan Dana BOPD yang bersumber dari APBD Prov. Jawa
Barat, diatur juga dalam Petunjuk teknis tersendiri disesuaikan dengan Sistem
Akuntansi Pemerintah Daerah yang diberlakukan bagi Perangkat Daerah, dalam hal
ini Dinas Pendidikan.
28
Sementara, untuk laporan atas penggunaan dana Pendidikan di luar Dana BOS
Reguler dan Dana BOPD yang dikelola Sekolah disesuaikan dengan ketentuan
yang berlaku dan atau disepakati Bersama, sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Untuk lebih memberikan pemahaman dan pengalaman belajar dalam hal pelaporan
keuangan sekolah, peserta diminta untuk menyelesaikan LK 05 di bawah ini.
Jangan ragu untuk menyampaikan kendala dan usul perbaikan kebijakan agar
pelaporan keuangan ke depannya lebih mudah dilaksanakan tetapi memenuhi
ketentuan yang berlaku.
29
Lembar Kerja 2-4
LK 04
1) Selama ini Saudara telah melaksanakan kegiatan pelaporan keuangan Sekolah
sesuai dengan petunjuk teknis yang berlaku yang diterbitkan oleh institusi yang
memberikan bantuan kepada Sekolah. Berikanlah gambaran mengenai pelaporan
keuangan yang telah dilaksanakan oleh Sekolah Saudara pada Tahun Anggaran
2020, serta pelaporan keuangan sekolah yang harus dilaksanakan pada tahun
2021;
2) Kendala apa yang selama ini dirasakan dan menjadi kesulitan Sekolah dalam
menyusun laporan keuangan;
3) Sebutkan usulan/rekomendasi Saudara untuk perbaikan kebijakan dalam
penyusunan laporan Sekolah
30
Materi 5 : Pelaksanaan Audit dalam Pengelolaan Keuangan Sekolah
5.1. Pelaksanaan Audit (Internal dan Eksternal) dalam pengelolaan Keuangan Sekolah
Audit merupakan istilah yang sering didengar ketika Aparat Pengawasan Internal
Pemerintahan (APIP) yang bertugas di Inspektorat, maupun Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) dalam melaksanakan tugasnya. Audit ini sering disebut audit
eksternal, karena dilaksanakan oleh Lembaga di luar organisasi, dalam hal ini
Sekolah dan Dinas Pendidikan (Perangkat Daerah yang menjadi organisasi induk
Sekolah).
Dalam pengertian luas, audit adalah kegiatan evaluasi terhadap suatu organisasi,
mulai dari sistem, proses, hingga produknya (Gramedia.com/literasi/audit/amp; Feb
2021, diunduh tanggal 25 Juni 2021). Pelaksanaan audit biasanya dilakukan oleh
pihak auditor yang kompeten, bersifat objektif, dan tidak memihak. Tujuan audit
secara umum untuk memverifikasi data yang dievaluasi oleh auditor, apakah telah
berjalan sesuai standar, regulasi, dan praktik yang berlaku. Sedangkan menurut
Sawyer (dalam Tysara, 2021) tujuan audit adalah mempersepsikan dan mengenali
proposisi di hadapan mereka untuk diperiksa, memperoleh bukti, mengevaluasi hal
yang sama, dan merumuskan opini berdasarkan penilaian mereka yang
dikomunikasikan melalui laporan audit. Sedangkan pengertian Audit menurut
sejumlah ahli dijelaskan sebagai berikut :
3) Sawyer (2005), audit adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif
yang dilakukan auditor terhadap pelaksanaan dan pengawasan yang berbeda
beda dalam suatu organisasi
31
Mencermati pengertian audit dan tujuan audit sebagaimana dijelaskan di atas, dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
3) Tujuan audit untuk mempersepsikan dan mengenali proposisi (hal yang benar
atau salah) yang ada dalam suatu organisasi, untuk diperiksa dengan
memverifikasi data, memperoleh bukti, dan mengevaluasi apakah telah
berjalan sesuai standar, regulasi, dan praktik yang berlaku dan merumuskan
opini berdasarkan penilaian auditor yang dikomunikasikan melalui laporan
audit.
Sekolah adalah Lembaga Pendidikan yang memiliki entitas keuangan tersendiri dan
menjadi bagian tidak terpisahkan dari Dinas Pendidikan, dalam hal ini di lingkungan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Sekolah memiliki kewajiban menyusun laporan
pengelolaan keuangan Sekolah yang bersumber dari APBN, APBD Provinsi, dan
Lembaga lainnya yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Sementara ini di lingkungan Sekolah, istilah audit sudah dikenal terutama oleh
teman teman di SMK yang lebih dulu menerapkan Manajemen Mutu berbasis ISO
9001, melalui program sertifikasi untuk penyelenggaraan manajemen di Sekolah.
Mengapa SMK menjadi yang pertama menerapkan konsep SMM ISO 9001 di
lingkungan Pendidikan menengah? Karena SMK menjadi bagian dari pendidikan
menengah yang memiliki tujuan khusus dengan pembelajaran berbasis kompetensi
keahlian, yang akan menjadi bekal bagi lulusannya. Dalam penyelenggaraan proses
pembelajaran, SMK memiliki kemitraan dengan industri, dunia usaha, dan kemitraan
lainnya (IDUKA), serta memiliki produk hasil pembelajaran siswa melalui
32
penyelenggaraan”Teaching Factory”, sebagai implementasi kemitraan dengan
IDUKA. Jadi, SMK memberikan pelayanan bukan hanya kepada siswa tetapi juga
kepada masyarakat secara umum termasuk IDUKA.
ISO 9001 adalah seri standar internasional untuk Sistem Manajemen Mutu atau
Quality Management Sistem (SMM/QMS). Standar ini memberikan pedoman bagi
perusahaan / organisasi yang ingin memastikan bahwa produk dan layanan mereka
secara konsisten memenuhi persyaratan pelanggan, dan kualitasnya selalu
ditingkatkan. Dalam konsep SMM ISO 9001 :2015 yang banyak digunakan di
lingkungan persekolahan, menetapkan persyaratan sistem manajemen mutu. Dalam
SMM ini, organisasi sekolah seyogianya memperhatikan image dan kredibilitas;
kepuasan pelanggan; melaksanakan proses yang terintegrasi; pengambilan
keputusan berbasis data; membangun budaya perbaikan; dan membangun
keterlibatan pekerja. Dasar dari Standar Manajemen Mutu antara lain : Prinsip
Manajemen Mutu; Pendekatan proses; Siklus P-D-C-A; dan Pemikiran berbasis
resiko. Pendekatan”Plan-Do-Check-dan Act”dalam konteks SMM 9001 :2015 sangat
relevan dengan bahasan ini.
Bila mencermati bagaimana SMM ISO 9001 :2015 bekerja dan menjadi instrumen
penjaminan mutu di Sekolah, maka pendekatan ini akan sangat bermanfaat bila
33
diterapkan pada seluruh satuan Pendidikan Menengah dalam hal ini SMA, SMK dan
SLB.
Kegiatan audit keuangan sekolah yang dilaksanakan secara internal oleh Sekolah,
merupakan kebijakan yang sangat tepat, dalam rangka meningkatkan kinerja Tim
Keuangan. Selain itu, kegiatan audit internal akan meningkatkan kepercayaan diri
dalam menghadapi kegiatan Audit eksternal yang dilaksanakan oleh Lembaga yang
berwenang berkenaan dengan pengelolaan keuangan sekolah : Dinas Pendidikan;
Inspektorat Pemprov Jawa Barat; Inspektorat Jenderal Kemendikbud; BPKP, dan
BPK.
Tujuan audit internal menurut Tysara (2021) lebih mengarah pada keberadaannya
dalam sebuah organisasi, sebagai pendukung dan instrumen untuk mendisiplinkan,
mengevaluasi, meningkatkan efektifitas, pengendalian dalam tatakelola organisasi.
Berdasarkan penuturan para ahli, tujuan audit internal dapat dirinci sebagai berikut:
5) memberi penilaian atas mutu dan kualitas kerja dalam sebuah manajemen
tertentu;
Audit internal di Sekolah dilaksanakan oleh Tim Audit yang dibentuk oleh Kepala
Sekolah. Penunjukkan personal Tim Audit dilaksanakan bersama Komite Sekolah
serta konsultasi dengan Pengawas Sekolah. Untuk menjaga obyektivitas dan
independensi Tim Audit, sebaiknya dipilih dari unsur manajemen sekolah, guru, dan
anggota komite sekolah yang bukan Tim Keuangan Sekolah, dengan memenuhi
persyaratan yang memadai sebagai auditor, antara lain : (1) memiliki integritas;(2)
34
memiliki kompetensi akuntansi dan memahami SAP; (3) tidak bersinggungan
dengan conflict of interest; (4) memiliki kepedulian terhadap kemajuan sekolah.
Dalam audit laporan keuangan, Tim berfokus pada kesesuaian antara laporan
dengan standar akuntansi pemerintah yang berlaku, dengan menyimpulkan tingkat
kewajaran berdasarkan bukti bukti yang menjadi pendukung laporan keuangan.
Dalam melaksanakan audit Tim juga akan menentukan tingkat kepatuhan pengelola
terhadap peraturan, prosedur, atau regulasi internal yang ditetapkan. Tidak kalah
pentingnya, Tim harus mempelajari rekomendasi tindak lanjut yang harus dilakukan
Sekolah berdasarkan hasil audit eksternal yang dilaksanakan oleh APIP dan atau
BPK tahun anggaran sebelumnya. Dengan demikian, akan diketahui lebih dini bila
ada penyimpangan baik administratif maupun dugaan fraud, yang dilakukan oleh
pengelola. Dari audit internal dapat ditemukenali kinerja Tim Pengelola Keuangan,
dengan berpedoman pada kriteria yang telah ditetapkan. Selanjutnya Kepala
Sekolah dapat mengambil tindakan yang tepat dan kesalahan segera diperbaiki.
Apabila kesalahan disebabkan oleh personal, maka yang harus bertanggungjawab
dan mendapatkan pembinaan adalah anggota Tim secara personal. Apabila yang
berbuat kesalahan Tim secara kelembagaan maka akan menjadi evaluasi
terhadap”SOP”yang menjadi pedoman Tim dalam melaksanakan tugasnya.
35
manajemen Sekolah dengan Komite Sekolah, dalam upaya melaksanakan
kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan serta memperhatikan
karakteristik Sekolah beserta lingkungan sosial budaya Sekolah. Setiap Sekolah
memiliki karakteristik yang bisa jadi berbeda dengan sekolah lainnya. Pola
komunikasi dan model interaksi yang dibangun pun akan berbeda karena
karakteristik warga sekolah/stakeholders Sekolah.
36
Lembar Kerja 5-1 :
LK 05 :
Setelah mempelajari materi yang berkaitan dengan audit internal dan sosialisasi
pengelolaan keuangan sekolah, kerjakan Latihan berikut ini:
37
D. Penguatan
Sembilan nilai antikorupsi tersebut akan menjadi karakter dalam kepribadian yang
menyatu dalam sikap dan langkah tindak sebagai seorang Kepala Sekolah. Implementasi
nilai antikorupsi dalam pelaksanaan tugas kepala sekolah akan menjadi semangat dan
keteladanan bagi semua warga sekolah.
Salah satu tugas penting Kepala Sekolah yang membutuhkan karakter antikorupsi antara
lain dalam melaksanakan pelayan publik yang transparan, partisipatif, dan akuntabel.
Indikator seorang Kepala Sekolah telah melaksanakan pelayanan publik dengan baik,
ditunjukkan melalui komunikasi efektif dalam menyampaikan program dan kegiatan
sekolah, serta sosialisasi mengenai pengelolaan sekolah : Hasil belajar siswa; Kegiatan
ekstra kurikuler; pengelolaan keuangan sekolah, serta informasi penting lainnya yang
bermakna bagi siswa, orangtua, serta stakeholders Pendidikan.
Pelayanan pengaduan masyarakat sebagai bagian dari pelayanan publik, lebih lanjut
diuraikan dalam materi penanganan pengaduan masyarakat sebagai bagian lain dari
Modul Tatakelola Sekolah Berintegritas ini.
Untuk penguatan dari apa yang telah dipelajari, mari kita cermati, pahami, dan diskusikan
sejumlah kasus korupsi yang terjadi di sekolah dan telah berproses di kejaksaan dan di
pengadilan. Hal ini perlu menjadi cermin agar tidak terjadi di sekolah yang menjadi
tanggungjawab saudara.
Studi Kasus :
1.1. “Guru hingga staf SMK Negeri 53 Kecipratan Duit Korupsi Dana BOS dari Kepsek,
Endingnya Begini”(Kamis, 3 Juni 2021; Agung Sandy Lesmana] Fakhri Fuadi
Muflih; Suara.com)
38
Kepala Seksi Intelijen Kejari Jakarta Barat Edwin Beslar mengatakan uang tersebut
berkaitan dengan korupsi Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Biaya
Operasional Pendidikan (BOP) di SMKN 53 Jakarta Barat, senilai Rp. 7, 8 Miliar
dari dana tahun anggaran 2018.
Uang yang dikembalikan berasal dari para guru, staf, hingga tenaga KKI SMKN 53.
Mereka turut menerima uang hasil korupsi itu dari W mantan Kepala Sekolah
SMKN 53 yang sudah menjadi tersangka.”Uang sejumlah Rp.206.825.000 yang
diterima dari para guru, tenaga KKI dan staf SMKN 53 Cengkareng”ujar Edwin saat
dikonfirmasi Suara.com, Kamis (3/6/2021) Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Barat
Dwi Agus mengatakan para guru dan staf itu tidak mengetahui kalau uang yang
diterima adalah hasil korupsi. Mereka diberitahu uang tersebut adalah insentif atas
pekerjaan mereka. Pengembalian dilakukan dalam waktu dua hari, yakni Kamis 27
Mei dan Rabu 31 Mei 2021.
“Jadi rekan guru, rekan-rekan KKI dan staf tidak mengetahui dari mana sumbernya,
karena saudara W berinisiatif sendiri menambahkan insentif bagi rekan rekan guru,
KKI, dan tenaga staf,”jelasnya. Kendati demikian, Dwi menyebut para guru dan staf
yang menerima uang tersebut tidak akan dipidana. Sebab mereka tidak mengetahui
asal sumber uang tersebut.”Mereka sebagai penerima tidak tahu asal sumber
dananya mereka berfikir itu legal ternyata berasal dari sumber yang tidak legal
makanya mereka kemarin inisiatif mengembalikan,”tuturnya. Dengan pengembalian
uang ini, Kejari disebutnya semakin yakin ada penyalahgunaan uang dana BOS
yang dilakukan para tersangka
“Terbukti teman teman guru secara inisiatif mengembalikan dana yang tidak berasal
dari sumber yang legal. Itu yang bisa saya Tarik benang merahnya. Berasal dari
SPJ Fiktif,”pungkasnya. (diunduh, pada tanggal 08 Juni 2021 dari https
://www.suara.com/news/2021/06/03/184951/guru-hingga-staf-smkn-53- kecipratan-
duit-korupsi-dana-bos-dari-kepsek-endingnya-begini)
1.2. Kejari Jakbar Bidik Calon Tersangka Baru Kasus Dana BOS dan BOP SMKN 53
Cengkareng (Jum’at, 4 Juni 2021; Agung Sandy Lesmana ] Yaumal Asri Hutasuhut;
Suara.com)
39
tersangka baru dalam perkara kasus dugaan korupsi dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) dan Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) tahun anggaran 2018,
di SMK Negeri 53 Jakarta Barat. Dalam perkara korupsi senilai Rp.7, 8 Miliar ini,
setidaknya dua orang telah ditetapkan sebagai tersangka, yakni mantan Kepala
Sekolah SMK Negeri 53 Jakarta Barat berinisial W dan seorang staf Suku Dinas
(Sudin) Pendidikan Jakarta Barat berinisial MF.
“Kan ini masih dalam proses, tidak menutup kemungkinan ada pihak pihak lain
yang dapat dimintai pertanggungjawaban (tersangka baru) dalam kasus ini,”kata
Kepala Seksi Intelijen Kejari Jakarta Barat Edwin Beslar saat dihubungi Suara.com,
Jum’at (4/6/2021)
Lebih lanjutn, kata Edwin terkait penahanan kedua tersangka akan segera
dilakukan dalam waktu dekat ini. Sebelumnya diketahui, sejak ditetapkan sebagai
tersangka keduanya belum ditahan.
“Proses penyidikan masih berlangsung dan saat ini masih melengkapi alat bukti
yang telah ada sehingga penahanan tinggal soal waktu saja,”jelasnya. Sebelumnya,
Kejari Jakarta Barat menggeledah kantor Suku Dinas (Sudin) Pendidikan Jakarta
Barat Wilayah I pada Senin (24/5/2021) lalu.
Hal itu terkait dugaan korupsi penyalahgunaan dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) dan Biaya Operasional Pendidikan (BOP) di SMKN 53 Jakarta Barat, senilai
Rp. 7, 8 Miliar dari dana Tahun Anggaran 2018.
Setidaknya tiga koper berisi dokumen dan satu buah Central Processing Unit (CPU)
diangkut. Penggeladahan dilakukan sekitar empat jam, dari siang hingga sore hari.
40
barang. (diunduh, pada tanggal 08 Juni 2021).
“Diduga Korupsi Dana Komite, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Posos Ditahan”
(Kompas.com-28/04/2021, 05 :30 WIB, Penulis : Kontributor Poso, Mansur] Editor
://regional.kompas.com/read/2021/04/28/053000078/diduga-korupsi-dana- komite-kepala-
sekolah-sma-negeri-1-poso-ditahan
“Seorang Kepala Sekolah di Malang Jadi Tersangka Dugaan Korupsi Dana Bantuan
Pembangunan Halaman all (Kompas.com25/05/2021,19:52 WIB)
“Kami telah menetapkan tersangka inisial DL dengan jabatan sebagai kepala sekolah
SMKN 10,”kata Kepala Seksi Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Kota Malang, Dino
Kriesmiardi di kantornya, Selasa (25/5/2021)
41
Bukti dianggap cukup
Dino mengatakan, penetapan tersangka itu seiring dengan diterbitkannya Surat Perintah
Penyidikan nomor 1014/M.5.11/FD.1/05/2021 tertanggal 17 Mei 2021.”Telah kami
temukan bukti permulaan yang cukup untuk kami naikkan ke tahap penyidikan,”katanya.
Selain penggunaan dana yang berasal dari BA BUN, Kejaksaan Negeri juga mendalami
dugaan korupsi terkait pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Biaya
Penunjang Operasional Penyelenggaraan Pendidikan (BOPP) tahun 2019-2020 dan
penarikan seragam siswa.
“Kemudian tahap penyidikan saat ini, kami sudah melakukan pemeriksaan sebanyak tiga
saksi dari unsur internal SMKN 10, terdiri dari Wakasapras dan dua guru
honorer,”jelasnya.
Dana bantuan dari BA BUN tersebut senilai Rp. 1,9 Miliar. Dana itu dikucurkan untuk
pembangunan gedung dua lantai. Sementara kerugian negara akibat dugaan korupsi
pada pembangunan Gedung tersebut diperkirakan mencapai Rp.400 juta. Dugaan
korupsi itu dilakukan dengan cara menyalahi teknis perencanaan pembangunan. Pihak
Sekolah tidak melibatkan ahli pada proses pembangunan itu. Pihak Sekolah malah
memanfaatkan nama guru-guru di internal sekolah untuk proses perencanaan. Namun,
guru guru yang Namanya tercantum itu tidak dilibatkan dalam proses pembangunan.
“Untuk dana BA BUN ini sebenarnya dalam juknis aturannya jelas, melibatkan ahli untuk
perencanaan dari arsitek sipil atau ahli bangunan termasuk pengawasannya. Namun
pihak sekolah ini, menggunakan guru guru di internal mereka sendiri. Akhirnya, kualitas
pekerjaan tersebut, tidak sesuai dengan spesifikasi,”jelasnya. “Guru guru ini hanya
semacam pesona nongrata, artinya ada jabatannya namun tidak pernah dilibatkan dalam
proyek pengerjaan itu. Semuanya diatur oleh Kepala Sekolah dan tangan kanan kepala
sekolah itu sendiri,”katanya
Pihak Kejaksaan Negeri sudah turun ke lapangan untuk mengaudit bangunan yang tidak
sesuai spesifikasi tersebut. Untuk melakukan audit, pihak kejaksaan menggandeng
InstitutTeknologi Nasional (ITN) yang ada di Kota Malang. “Kami sudah berkoordinasi dan
sudah turun ke lapangan Bersama tim ahli dari Institut Teknologi Nasional terkait
perhitungan volume dari pembangunan Gedung yang bersumber dari dana BA BUN
tersebut,”katanya.
42
https://regional.kompas.com/read/2021/05/25/195259078/seorang-kepala- sekolah-di-
malang-jadi-tersangka-dugaan-korupsi-dana-bantuan?page=all
ANALISIS KASUS :
Dari tiga kronologis kasus korupsi di atas, lakukan identifikasi atas beberapa aspek, dan
berikan tanggapan dalam kolom yang tersedia, dengan menggunakan matrik sebagai
berikut :
Tabel 1
Analisis Kasus
TANGGAPAN
NO. ASPEK YANG KASUS 1 KASUS 2 KASUS 3 SAUDARA SECARA
DIANALISIS KOMPREHENSIF
1. Jenis pelanggaran apa
dari nilai
Integritas/ delik tipikor
yang ada dalam kasus
tersebut
2. Siapa saja para pihak
yang
terlibat dalam kasus tsb
3. Apa yang menjadi
penyebab terjadinya
kasus tsb
4. Dampak dari terjadinya
kasus
bagi individu KS maupun
bagi Lembaga (Sekolah)
5. Apakah solusi yang dapat
dilakukan untuk
mencegah
kasus korupsi tersebut
terjadi di Sekolah
6. Siapa sajakah para pihak
yang
dapat terlibat dalam
menjalankan solusi
tersebut
Berdasarkan tiga kasus korupsi di atas, terlihat bahwa peluang Kepala Sekolah untuk
menghindarkan diri dari perbuatan koruptif sangat jelas, yaitu melalui penguatan
integritas serta kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dalam
pengelolaan keuangan Sekolah pada setiap tahapan dari mulai perencanaan,
pelaksanaan: penentuan prioritas belanja, pengadaan barang jasa ; pembukuan dan
43
pelaporan serta pengawasan. Selain itu, transparansi dan penguatan kinerja Tim
dalam pengelolaan keuangan yang akuntabel akan menyelamatkan Kepala Sekolah
dari sikap permisif terhadap perilaku koruptif serta godaan untuk berbuat korupsi
dalam dirinya, guru, dan staf serta lingkungan sekitarnya.
E. Rangkuman
44
pengelolaan Dapodik, pelaksanaan pembelajaran (blended learning antara luring
dan daring); pengembangan budaya antikorupsi; pengelolaan, dan pembinaan
kepatuhan terhadap kode etik GTK; serta pengelolaan pengaduan masyarakat.
F. Evaluasi
Dalam tahap evaluasi, Saudara diingatkan untuk melihat Kembali output dari
aktivitas pembelajaran yang telah dilaksanakan selama pembelajaran materi ini.
Apabila ada yang belum terselesaikan, maka Saudara bisa menyelesaikannya.
Diharapkan dari aktivitas pembelajaran dalam materi pokok ini, akan menjadi bahan
untuk dipraktikkan di Sekolah dalam kurun waktu 1-2 minggu berikutnya, sebagai
tindak lanjut dari pembelajaran materi ini. Selanjutnya Kepala Sekolah bisa
mengumpulkan dokumen sebagai evidence yang akan diajukan dalam proses
sertifikasi sebagai Kepala Sekolah Berintegritas.
Tabel 2
Sekolah Berintegritas
TA 2021/2022
45
(TPK)
Keuangan
46
SOSIALISASI / Di Sekolah Masing Masing
INFORMASI Untuk Tahun 2021
TTG
Keputusan Kepala Sekolah
PENGELOLAA
Tentang Penugasan Tim
N KEUANGAN
PPID di Sekolah, Dengan
SEKOLAH
Lampiran Rincian Tugas
Dan Timelines nya
Penyebaran Informasi
pengelolaan keuangan di
Sekolah masing masing
47