Anda di halaman 1dari 55

MENGEMBANGKAN SISTEM

TRANSPARANSI DAN
AKUNTABILITAS DANA PENDIDIKAN
DI SEKOLAH

Penulis:
Dr. Hj. Evi Syaefini Shaleha, M.Pd
Dr. Een Rohaeni, MT
Santy Kurnia Dewi M.Pd
Tuti Kurniawati M.Pd

Edisi Revisi 1.0

1
MENGEMBANGKAN SISTEM
TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
DANA PENDIDIKAN
DI SEKOLAH

Penulis:
Dr. Hj. Evi Syaefini Shaleha, M.Pd
Dr. Een Rohaeni, MT
Santy Kurnia Dewi M.Pd
Tuti Kurniawati M.Pd

Desain dan Layout:


Rudi Haryadi, S.T., M.Pd.
Riki Syamsul Fahrudin, S.Pd., M.M.

2
Kata Pengantar

Kami panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan rahmat-Nya,
maka modul ini dapat diselesaikan.

Indonesia yang terdiri atas wilayah yang sangat luas dengan keragaman dan disparitas
yang sangat tinggi, merupakan laboratorium yang sangat lengkap terkait dengan
“korupsi”, sehingga menjadi tantangan tersendiri untuk mendapatkan solusi mengatasinya
sesuai dengan karakteristik Indonesia. Salah satu solusi yang menjadi ruh perlawanan
terhadap korupsi, adalah melalui Pendidikan antikorupsi.

Saat ini, sebahagian besar Pemerintah Daerah baik Provinsi, Kabupaten, maupun Kota
telah memiliki regulasi sebagai dasar hukum pelaksanaannya. Tantangan yang dihadapi
pun sangat beragam karena setiap daerah memiliki karakteristik tersendiri. Hal ini
menumbuhkan semangat untuk mencari model dan alternatif solusi atas permasalahan
yang dihadapi dalam melaksanakan Pendidikan antikorupsi yang efektif, menyenangkan,
dan berdampak luas.

Semangat tersebut menjadi warna khusus bagi tim penyusun modul tatakelola sekolah
berintegritas di Jawa Barat untuk menghasilkan modul yang khas dalam rangka
menunjang keberhasilan Pendidikan antikorupsi melalui dukungan manajemen sekolah
yang akan membangun ekosistem Pendidikan yang berintegritas.

Harapan kami, para kepala sekolah akan tercerahkan dan mau belajar secara terus
menerus, serta menunjukkan sikap dan perilaku yang dapat diteladani oleh seluruh warga
sekolah. Melalui keteladanan Kepala Sekolah generasi bangsa yang dititipkan di sekolah
akan bisa menjadi generasi yang jauh dari perilaku koruptif, sehingga tidak mau
melakukan korupsi dan akhirnya mampu menjadi pemimpin yang berintegritas dengan
memiliki sikap dan perilaku terpuji.

Semoga modul ini dapat memberikan manfaat dan membantu mereka menjalankan
perannya dengan integritas yang tinggi.

Bandung, Juni 2022

Tim Penyusun Modul

i
Glosarium

1. Integritas menurut kamus kompetensi perilaku KPK adalah bertindak secara


konsisten antara apa yang dikatakan dengan tingkah lakunya sesuai nilai nilai yang
dianut (nilai-nilai dapat berasal dari nilai kode etik di tempat dia bekerja, nilai
masyarakat, atau nilai moral pribadi) (ACLC KPK)

2. Good Governance; Kepemerintahan yang baik. Penyelenggaraan tugas


pemerintahan dengan menerapkan sejumlah prinsip. Dalam konteks praktik
pengelolaan Pendidikan ada sejumlah karakteristik yang melekat: transparansi,
partisipasi, dan akuntabel: Memberi ruang kepada masyarakat untuk berperan
optimal dan sinergi dengan Lembaga Pendidikan; Bersih dan bebas dari Korupsi
serta berorientasi pada kepentingan public/stakeholders Pendidikan (Effendi, 2009)

3. RKJM; Rencana Kerja Jangka Menengah menurut PP No. 57 tahun 2021 pasal 28
yaitu perencanaan kegiatan pendidikan yang disusun untuk periode waktu 4
(empat) tahun.

Dalam penyusunannya harus melibatkan seluruh komponen Sekolah dan komite


Sekolah, dengan memanfaatkan platform rapor pendidikan Kementrian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi sebagai kebijakan Merdeka Belajar episode ke-
19. Rapor Pendidikan menampilkan data kualitas satuan Pendidikan atau daerah
yang didapat dari berbagai asesmen atau survei nasional.

4. Rencana Kerja Jangka Pendek menurut PP No. 57 tahun 2021 pasal 28 merupakan
rencana kerja tahunan (RKT) sebagai penjabaran rinci dari rencana kerja jangka
menengah Satuan Pendidikan. Sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam
RKJM, yang akan dilaksanakan melalui berbagai kegiatan tahunan;

5. RKAS; Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah, yaitu Rencana Biaya dan
pendanaan program atau kegiatan untuk satu tahun anggaran baik yang bersifat
strategis ataupun rutin yang diterima dan dikelola langsung oleh sekolah (Dirjen
Dikdasmen, 2019).

6. Audit adalah kegiatan evaluasi terhadap suatu organisasi mulai dari sistem, proses,
hingga produknya. Dalam konteks keuangan, audit adalah proses memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif dan sistematis dalam menetapkan tingkat
kesesuaian antara laporan yang ada dengan kriteria yang telah ditetapkan, yang

ii
selanjutnya akan disampaikan kepada pengguna yang bersangkutan (Mulyadi,
2002)

7. SMM ISO 9001; Sistem Manajemen Mutu berbasis ISO 9001.

8. ISO 9001 adalah seri standar internasional untuk Sistem Manajemen Mutu atau
Quality Management System. Versi terkini SMM ISO 9001 yang banyak digunakan
di berbagai bidang usaha dan Lembaga pemerintah termasuk dunia Pendidikan
pada umumnya adalah ISO 9001:2015, yaitu menetapkan persyaratan sistem
manajemen mutu. Dalam konteks ini, Sekolah seyogianya mengedepankan mutu
dalam pengelolaan sekolah, baik input, proses maupun output, memperhatikan
image dan kredibilitas; kepuasan pelanggan; melaksanakan proses terintegrasi;
pengambilan keputusan berbasis data; membangun budaya perbaikan; dan
membangun keterlibatan semua warga sekolah. Dalam perkembangannya, Standar
ISO 21001:2018 adalah system manajemen organisasi Pendidikan yang
disesuaikan dari ISO 9001:2015.

9. Informasi Publik berdasarkan Undang-undang No 14 Tahun 2008 tentang


Keterbukaan Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola,
dikirim, dan/ atau diterima oleh suatu Badan Publik yang berkaitan dengan
penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan atau penyelenggara dan
penyelenggaraan Badan Publik lainnya sesuai dengan Undang undang tentang
Keterbukaan Informasi Publik serta informasi lain yang berkaitan dengan
kepentingan publik.

10. Badan publik adalah Lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang
fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang
sebagian atau seluruh dananya bersumber dari APBN dan /atau APBD, atau
organisasi non pemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber
dari APBN dan /atau APBD, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri. Sekolah
berdasarkan kriteria tersebut termasuk ke dalam Badan Publik.

11. PPID; Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi, yaitu pejabat yang
bertanggungjawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan /
atau pelayanan informasi di Badan Publik. Jadi di setiap Sekolah harus ditunjuk
PPID.

12. Gratifikasi; Sebuah pemberian yang diberikan atas diperolehnya suatu bantuan atau

iii
keuntungan.

13. Jabar Masagi; Program yang bertujuan menguatkan fondasi generasi muda di Jawa
Barat dengan nilai-nilai pendidikan karakter khas Jawa Barat

14. Tindakan Preventif; tindakan pencegahan terhadap timbulnya suatu masalah

15. Religius; Berpedoman terhadap nilai-nilai agama.

iv
Daftar Isi
Cover
Sub Cover

Kata Pengantar ..................................................................................................... i


Glosarium ............................................................................................................ ii
Daftar Isi .............................................................................................................. v
Daftar Tabel ............................................................. Error! Bookmark not defined.i
Pendahuluan ....................................................................................................... 1
Mengembangkan Sistem Transparansi dan Akuntabilitas Dunia Pendidikan 4
A. Tujuan Pembelajaran...................................................................................... 4
B. Kompetensi Dasar .......................................................................................... 4
C. Materi dan Aktifitas Pembelajaran................................................................. 6
Materi 1: Regulasi Tata Kelola Dunia Pendidikan .................................................. 6
Lembar Kerja 3-1 .................................................................................................. 9
Materi 2: Tata Kelola Dana Pendidikan dan Kebijakan Implementasinya ............ 10
Lembar Kerja 3-2 ................................................................................................ 16
Materi 3: Evaluasi RKJM dan RKT Serta Strategi Pelaksanan Program.............. 17
Lembar Kerja 3-3 ................................................................................................ 21
Materi 4: Pelaporan dan Pengawasan Dana Pendidikan ..................................... 24
Lembar Kerja 3-4 ................................................................................................ 30
Materi 5: Pelaksanaan Audit dalam Pengelolaan Keuangan Sekolah ................. 31
Lembar Kerja 3-5 ................................................................................................ 37
D. Penguatan ..................................................................................................... 38
E. Rangkuman ................................................................................................... 44
F. Evaluasi ......................................................................................................... 45
Daftar Pustaka

v
Daftar Tabel

Tabel 1 Analisis Kasus

Tabel 2 Sekolah Berintegritas

vi
Pendahuluan

Masalah terbesar negeri ini adalah perilaku korupsi yang merajalela di berbagai lapisan
masyarakat. Jika negeri ini diibaratkan sebagai seorang manusia, maka korupsi adalah
penyakit akut yang sedang menjangkiti manusia tersebut yang secara perlahan
melumpuhkan sendi-sendi kehidupan bernegara dan berbangsa. Apabila tidak segera
ditangani, maka bukan tidak mungkin eksistensi Indonesia di masa depan akan
menghilang. Sejarah mencatat, negeri-negeri besar di masa lalu seperti Romawi Kuno
runtuh karena perilaku korupsi pejabat pemerintahannya.

Indeks Persepsi Korupsi (IPK) merupakan indikator korupsi di suatu negara yang
dilakukan oleh Transparency International sejak tahun 1995. Sistem penilaiannya
menggunakan survei pandangan publik suatu negara terhadap kinerja pemerintah dalam
pemberantasan korupsi di negaranya. Indeks ini dikeluarkan secara rutin setiap tahunnya
dengan nilai skor 0-100, dimana tingkt pemberantasan korupsi di suatu negara akan
semakin membaik jika mendekati angka 100. Transparency Internatioanl Indonesia pada
tanggal 25 Januari 2022 mengeluarkan IPK dan posisi Indonesia di peringkat 96 dari 180
negara, dengan memperoleh skor 38, dimana nilai tersebut meningkat satu poin dari
tahun lalu.

Pemerintah menyadari bahwa negeri ini sedang dalam keadaan darurat dan krisis
mentalitas. Perilaku korupsi yang dilakukan oleh segelintir orang atau oknum memang
sangat menghambat upaya-upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan setiap
warganya dan memajukan negaranya. Berbagai upaya telah dilakukan untuk dapat
menghilangkan praktik korupsi di negeri ini. Namun, yang terjadi justru korupsi semakin
menjadi-jadi. Begitu banyak pejabat pemerintah yang seharusnya mengabdikan dirinya
untuk melayani rakyat, justru tertangkap tangan sedang mencurangi rakyat dengan
melakukan tindak pidana korupsi. Sekalipun pemerintah telah membentuk lembaga
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), perilaku korupsi terus saja ada.

Korupsi seakan-akan sudah menjadi budaya di negeri ini. Tindakan kuratif atau represif
untuk masalah korupsi justru tidak memecahkan masalah sampai ke akarnya. Diperlukan
upaya khusus untuk menangani masalah korupsi yang sudah mengakar di tengah
masyarakat Indonesia. Tindakan preventif dan persuasif dinilai dapat menjadi solusi
jangka panjang dalam menangani masalah korupsi di negeri ini. Korupsi yang sudah
menjadi budaya, harus dihilangkan dengan menanamkan budaya yang baru. Maka,
dalam hal ini peran satuan pendidikan sangat vital dan strategis sebagai sarana
menanamkan budaya kepada peserta didik yang akan menjadi penerus estafet negeri ini.
1
Dalam upayanya ini pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk melaksanakan
Pendidikan Antikorupsi (PAK) yang bertujuan untuk membentuk generasi bangsa yang
memiliki integritas untuk mencegah terjadinya korupsi melalui penerapan sembilan nilai-
nilai integritas yaitu yang jujur, peduli, mandiri, disiplin, kerja keras, berani, tanggung
jawab, dan adil, serta mampu beradaptasi dengan lingkungan, berwawasan luas dan
berbudi pekerti luhur.

Merujuk pada Peraturan Gubernur No. 60 tahun 2019, Pendidikan Antikorupsi merupakan
bagian dari implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sebagai proses
penguatan sikap anti korupsi dalam diri peserta didik. PPK dilaksanakan dengan
menerapkan Prinsip Profil Pelajar Pancasila yang meliputi (1) Beriman, bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, (2) Berkebinekaan global, (3)
Bergotong royong, (4) Mandiri, (5) Bernalar kritis, (6) Kreatif.

Pendidikan Antikorupsi diimplementasikan melalui manajemen berbasis sekolah, melalui


kegiatan Intrakurikuler, Kokurikuler, dan Ekstrakurikuler secara kreatif dan terpadu.
Penyelenggaraan Pendidikan Antikorupsi diselenggarakan dengan mengoptimalkan fungsi
kemitraan tripusat pendidikan yang meliputi sekolah, keluarga, dan masyarakat

Pendidikan Antikorupsi sebagai sebuah bagian dari alat untuk mencapai tujuan, perlu
dilaksanakan dengan rencana dan strategi yang tepat sehingga bisa efektif, efisien, dan
tepat sasaran. Tripusat pendidikan yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Sekolah sebagai salah satu dari bagian tripusat pendidikan memiliki peran
yang sangat besar dalam mensukseskan Pendidikan Antikorupsi. Pendidikan Antikorupsi
terbaik di sekolah adalah dengan moral action yaitu dengan memberikan contoh melalui
tindakan-tindakan atau keteladanan dari Kepala Sekolah, guru-guru dan warga sekolah.
Keteladanan yang diberikan oleh Kepala Sekolah, guru-guru dan warga sekolah akan
menjadi stimulus bagi peserta didik untuk lebih menghayati dan menerapkan nilai nilai
antikorupsi dalam Pendidikan Antikorupsi.

Di sisi lain sekolah sebagai lembaga juga harus mampu menjadi lingkungan yang
kondusif dalam pelaksanaan Pendidikan Antikorupsi. Hal ini didasari dari banyaknya
temuan yang justru menunjukan sekolah sebagai salah satu sarang perilaku korupsi. Oleh
sebab itu, pemerintah melaksanakan program Sekolah Berintegritas. Sekolah
Berintegritas merupakan suatu model pendekatan untuk mendorong terciptanya satuan
pendidikan (sekolah) yang berintegritas dengan menerapkan prinsip-prinsip sesuai tata
kelola yang baik (good governance) yaitu akuntabel, transparansi dan partisipatif
sebagai unsur utamanya serta penegakan aturan; sehingga dapat menekan potensi
2
tindak pidana korupsi di sekolah serta mendukung lingkungan pembelajaran yang
kondusif dalam rangka proses internalisasi nilai-nilai antikorupsi kepada peserta didik dan
warga sekolah dengan dukungan semua pemangku kepentingan (stakeholder) terkait.

Pelaksanaan Sekolah Berintegritas harus secara konsekuen dijalankan dengan sepenuh


hati oleh seluruh warga sekolah. Sekolah harus berani menutup pintu rapat-rapat agar
tidak ada celah sedikitpun bagi pelaku praktik korupsi. Semua ini akan bisa diwujudkan
dengan tata kelola yang baik dan jelas. Sebagai Kepala sekolah harus menjadi teladan
dalam melaksanakan tata Kelola yang baik dan benar dalam memimpin satuan
Pendidikan. Begitu pentingnya hal tersebut, maka modul ini akan membahas tentang
“Tata Kelola Sekolah Berintegritas”

3
3. Mengembangkan Sistem Transparansi dan Akuntabilitas Dana
Pendidikan

A. Tujuan Pembelajaran

Melalui studi materi, studi kasus dan diskusi dalam aktivitas pembelajaran,
peserta diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi, memahami dan menerapkan regulasi yang berlaku


tentang tata kelola dana pendidikan di sekolah;

2. Mengidentifikasi, memahami, dan menjabarkan dengan rinci ruang lingkup


tata kelola dana Pendidikan di sekolah termasuk membentuk Tim
Pengelola Keuangan Sekolah; serta menetapkan kebijakan
implementasinya;

3. Melaksanakan analisis RKJM dan RKT untuk mengevaluasi program


pendidikan tahun berjalan, dan menyusun strategi pelaksanaan Program
dan Belanja dalam pelaksanaan Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan RKAS
tahun yang akan datang;

4. Memahami tata cara penyusunan laporan pengelolaan keuangan


(Triwulanan; Semesteran; Tahunan);

5. Memahami tata cara mempersiapkan dan melaksanakan Audit baik internal


maupun eksternal dalam pengelolaan Keuangan Sekolah;

B. Kompetensi Dasar

“Mengembangkan Sistem Transparansi, Akuntabilitas, dan Pengawasan


dalam Pengelolaan Dana Pendidikan di Sekolah dan mengaktualisasikan
nilai nilai Integritas”, dengan subkompetensi sebagai berikut :

1. Mengimplementasikan Regulasi tentang tata kelola dana pendidikan;

2. Mengevaluasi kinerja personil pengelola keuangan sekolah;

3. Meningkatkan kompetensi Tim Pengelola keuangan sekolah (GTK


dan Komite Sekolah);

4
4. Mengkaji pembelanjaan dana pendidikan di sekolah setiap tahun
sebagai bahan perencanaan (RKT & RKAS) tahun berikutnya;

5. Mengevaluasi utilitas aset sekolah, untuk evaluasi efektivitas


pengadaan tahun sebelumnya dan rencana pengadaan tahun
berikutnya;

6. Menganalisa kebutuhan alokasi penggunaan dana pendidikan


berdasarkan target kinerja dalam RKJM dan RKT;

7. Mengkoordinasikan pelaksanaan audit (internal dan eksternal)


keuangan sekolah;

8. Mengkoordinasikan penyusunan laporan keuangan sekolah.

5
C. Materi dan Aktifitas Pembelajaran

Materi 1: Regulasi Tata Kelola Dana Pendidikan

1.1. Regulasi Tata Kelola Dana Pendidikan

Transparansi dan Akuntabilitas Dana Pendidikan dan Pengawasan dana Pendidikan


merupakan bagian dari indikator Sekolah Berintegritas yang dikeluarkan oleh
Direktorat Dikyanmas KPK pada sembilan inisiatif antikorupsi yang tertuang
dalam”Pedoman Tata kelola Sekolah Berintegritas”Tahun 2017. Menurut pedoman ini,
Sekolah Berintegritas merupakan suatu model pendekatan untuk mendorong
terciptanya Satuan Pendidikan yang berintegritas dengan menerapkan prinsip- prinsip
tata kelola yang baik (good governance) yaitu akuntabel, transparansi, dan partisipatif
sebagai unsur utamanya, serta penegakkan aturan; sehingga dapat menekan potensi
tindak pidana korupsi di sekolah, serta mendukung lingkungan pembelajaran yang
kondusif dalam rangka proses internalisasi nilai-nilai antikorupsi kepada peserta didik
dan warga sekolah dengan dukungan semua pemangku kepentingan (stakeholders)
terkait.

Selama ini, banyak keluhan yang muncul baik dari orangtua maupun dari Dewan Guru
di Sekolah yang merasa tidak ikut dilibatkan dan atau tidak memperoleh informasi
yang cukup, dalam pengelolaan keuangan sekolah. Mereka beranggapan bahwa
Kepala Sekolah tidak melaksanakan transparansi dalam pengelolaan keuangan
Sekolah. Sementara, dari sisi Kepala Sekolah memiliki sudut pandang yang berbeda
tentang makna transparansi. Menurut sejumlah Kepala Sekolah dengan melibatkan
manajemen Sekolah yang dipilih oleh seluruh guru, dianggap sudah cukup mewakili
kepentingan seluruh guru dalam pengelolaan keuangan sekolah, mulai dari menyusun
perencanaan empat tahunan (RKJM), perencanaan tahunan (RKT), penyusunan
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) sebagai penjabaran dari RKT,
pelaksanaan RKAS, dan pengawasan pengendalian sampai dengan pelaporan.

Ketidaktransparanan pengelolaan keuangan sekolah akan menjadi hambatan bagi


kemajuan Sekolah. Sekolah diharapkan menjadi organisasi yang sehat (healthy
organization) yaitu Sekolah yang memiliki ekosistem pendidikan yang mendukung
berjalannya Sekolah dengan prinsip ‘Good Governance’ . Oleh karena itu, perlu
dilakukan upaya yang sungguh-sungguh dan secara terus menerus oleh Kepala
Sekolah bersama seluruh warga sekolah agar pengelolaan Sekolah, termasuk di
dalamnya pengelolaan keuangan sekolah dilaksanakan dengan menerapkan ketiga

6
prinsip kepemerintahan yang baik sebagai prinsip Good Governance

Untuk menyamakan persepsi dan meningkatkan literasi Kepala Sekolah dalam


pengelolaan dana Pendidikan dan pengawasan dana Pendidikan di sekolah yang
menjadi tanggungjawabnya, dalam modul ini disajikan materi transparansi dan
akuntabilitas dalam pengelolaan dan pengawasan dana pendidikan sekaligus
aktualisasi nilai integritas dalam setiap tahapan tata kelola keuangan di Sekolah.
Adapun ruang lingkup materi pembelajaran, terdiri atas :

a. Regulasi tata Kelola Dana Pendidikan di sekolah

b. Tata kelola Dana Pendidikan dan kebijakan implementasinya

c. Pelaporan dan pengawasan Dana Pendidikan

Untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif, diharapkan peserta sebagai


pembelajar sepanjang hayat, akan mempelajari materi dengan cermat, dan
melaksanakan lembar kerja kegiatan dan lembar tugas yang ada dalam modul ini,
serta berdiskusi sesuai dengan petunjuk pelaksanaannya. Yang tidak kalah
pentingnya adalah para peserta diharapkan mampu menjaga komitmen diri sebagai
pembelajar, untuk meluruskan niat, agar materi ini menjadi tambahan ilmu yang
bermanfaat serta menjaga integritas diri untuk tidak menyerahkan pengerjaan
tugasnya kepada orang lain. Dengan melaksanakannya secara jujur dan berkomitmen
tinggi maka kompetensi antikorupsi yang menjadi sasaran pembelajaran akan tercapai
dengan baik, dan pembelajar mampu mengaktualisasikan nilai nilai integritas. Ini akan
menjadi modal awal untuk menjadikan Sekolahnya menjadi Sekolah Berintegritas,
karena pemimpin Sekolah nya telah menunjukkan sikap keteladan dan menjadi”Role
Model”yang berintegritas bagi warga sekolah.

Regulasi dalam tatakelola pemerintahan menjadi pedoman dalam pelaksanaan


program dan kegiatan. Apabila terjadi penyimpangan dari regulasi maka berdampak
terhadap para pelaksana dan bisa menjadi kasus hukum di kemudian hari. Regulasi
yang menjadi pedoman senantiasa bersifat dinamis, sesuai dengan sumber dana /
keuangan yang dikelola sekolah. Seringkali pedoman tersebut berubah setiap tahun.
Sebagai contoh, untuk pengelolaan Dana BOS Reguler maka regulasi yang menjadi
acuan saat ini adalah Permendikbudristek Nomor 2 Tahun 2022, tentang Petunjuk
Teknis Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Anak
Usia Dini, Bantuan Operasional Sekolah dan Bantuan Penyelenggaraan Pendidikan

7
Kesetaraan. Pada pasal 25 dinyatakan bahwa Dana BOS digunakan untuk
membiayai operasional penyelenggaraan pendidikan satuan pendidikan sesuai
dengan komponen penggunaan dana BOS.

Selain regulasi yang bersifat spesifik sebagaimana sumber penerimaan keuangan


sekolah di atas, terdapat sejumlah regulasi yang harus difahami oleh Kepala Sekolah
dan anggota manajemen sekolah lainnya, antara lain yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan yang bersifat umum, seperti Undang-undang, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Daerah, maupun Peraturan Menteri terkait (Kemenkeu,
Kemendagri, Kemendikbud, Bappenas), Peraturan Gubernur dan Keputusan Gubernur
serta Keputusan Kepala Dinas Pendidikan.

8
Lembar Kerja 1-1

LK-01:

Mari kita diskusikan mengenai regulasi ini, dengan menjawab sejumlah pertanyaan
dan mengkaji beberapa hal sebagai berikut :

- Coba identifikasi dan tuliskan Regulasi yang saat ini digunakan dalam
Pengelolaan Keuangan Sekolah Tahun Anggaran 2021 dan 2022;

- Perhatikan Sumber dana Keuangan Sekolah yang dikelola Sekolah Negeri


Khusus untuk Sekolah di Jawa Barat.

Aktivitas diskusi ini dilaksanakan melalui LK 01 sebagai bagian dari aktivitas


pembelajaran.

9
Materi 2: Tata Kelola Dana Pendidikan dan Kebijakan Implementasinya

2.1. Ruang lingkup tatakelola dana pendidikan di sekolah :

Dana Pendidikan di sekolah dalam materi ini adalah keuangan sekolah. Su mbe r-
s umb e r k eua nga n se ko la h khususnya Sekolah Negeri, yang dikelola
Pemerintah Daerah, pada umumnya terdiri atas :

a. APBN untuk Dana BOS Reguler;

b. APBD Provinsi untuk BOPD bagi Sekolah Negeri, dan BPMU untuk Sekolah
Swasta;

c. APBN, berupa BOS Kinerja, dan atau Dana Alokasi Khusus bagi pendanaan
program kegiatan peningkatan mutu Pendidikan di sejumlah Sekolah tertentu
yang tidak berlaku untuk semua Sekolah;

d. Masyarakat melalui Komite Sekolah, untuk sejumlah Sekolah Negeri yang


sampai saat ini masih melakukan musyawarah dan menerima bantuan
orangtua untuk pendanaan pendidikan di sekolah; serta

e. Lainnya, seperti dari CSR Perusahaan, Lembaga lainnya, dan atau bantuan
perorangan, dikategorikan sebagai penerimaan yang sah dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang- undangan.

Tatakelola keuangan sekolah menjadi satu dari sejumlah aspek dalam pengelolaan
sekolah yang menjadi aspek penting dan harus mendapat perhatian khusus Kepala
Sekolah. Bagi Kepala Sekolah yang menjadi penanggungjawab Manajemen
Berbasis Sekolah dalam pengelolaan sekolahnya, kemampuan melaksanakan
adaptasi terhadap perubahan yang terjadi menjadi satu tuntutan utama yang harus
terus ditingkatkan. Penerapan ‘good governance’ dalam konteks pengelolaan
Pendidikan, menurut Effendi (2009) menunjukkan adanya sejumlah karakteristik
yang melekat dalam praktik good governance, yaitu : pertama, tatakelola yang baik
harus memberi ruang kepada pihak di luar pemerintah yaitu masyarakat untuk
berperan optimal sehingga memungkinkan adanya sinergi diantara mereka :
pelanggan/stakeholder lembaga pendidikan; kedua, dalam praktik tatakelola yang
baik terkandung nilai nilai yang membuat keduanya dapat lebih efektif bekerja,
dengan nilai efisiensi, keadilan, dan dayatanggap.; ketiga, praktik tatakelola yang
baik adalah yang bersih dan bebas dari korupsi serta berorientasi pada kepentingan

10
publik, dalam hal ini kepentingan pelanggan pendidikan.

Penerapan tatakelola yang baik (good governance) dalam pengelolaan keuangan


sekolah menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan program Sekolah. Kepala Sekolah
dituntut memahami regulasi yang bersifat sangat dinamis, sehingga mampu
mengikuti perubahan yang terjadi dalam kebijakan keuangan Pemerintah, karena
sumber keuangan Sekolah Negeri terbesar adalah dari Pemerintah dan Pemerintah
Daerah, yang menuntut adanya kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku dalam
pengelolaan dan pertanggungjawabannya. Ruang lingkup tatakelola keuangan
sekolah, meliputi :

a. Perencanaan

Perencanaan kegiatan Sekolah dan penganggarannya, dilaksanakan melalui


penyusunan RKJM (Rencana Kerja Jangka Menengah) empat tahunan; RKT
(Rencana Kerja Tahunan); dan RKAS (Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah);

Perencanaan Berbasis Data (PBD) merupakan perencanaan yang dilakukan


satuan pendidikan, didasarkan pada data rapor Pendidikan sebagai bagian
dari Merdeka belajar Episode -19. Rapor Pendidikan diluncurkan untuk
menyusun rencana perbaikan secara lebih tepat dan berbasis data.

b. Pengorganisasian

Membentuk Tim Pengelola Keuangan Sekolah; Menyusun SOP sebagai


pedoman pelaksanaan kinerja Tim; dan rencana pengadaan dan
pengalokasian Anggaran; serta Membentuk tim verifikasi pengadaan barang

c. Pelaksanaan Anggaran Sekolah

Realisasi RKAS sesuai dengan regulasi dan SOP sebagai kebijakan


implementasi; danmelaksanakan penatausahaan melalui pembukuan sesuai
standar akuntansi pemerintah;

d. Pelaporan, pemantauan dan pengawasan pelaksanaan Anggaran

Kegiatan ini dilaksanakan melalui penyusunan Laporan pertanggungjawaban


(LPJ) keuangan; pendampingan kepada Tim Pengelola Keuangan melalui
pelaksanaan audit internal; mempersiapkan pelaksanaan audit eksternal

11
dengan sinkronisasi LPJ sesuai regulasi yang berlaku, dan melaksanakan
rekomendasi auditor eksternal untuk perbaikan kinerja pengelolaan keuangan
sekolah ke depannya;

e. Penyampaian informasi dan sosialisasi pelaksanaan program dan kegiatan


sekolah.

Tahapan ini dilaksanakan untuk menjamin terlaksananya transparansi dan


akuntabilitas pelaksanaan program dan kegiatan sekolah kepada stakeholders
Pendidikan. Di dalamnya termasuk proses tatakelola Pendidikan dan hasil yang
dicapai, dengan memperhatikan ketentuan perundangan yang berlaku.

2.2. Pembentukan Tim Pengelola Keuangan (TPK) dan Penyusunan Pedoman Kinerja
TPK

Keberadaan Tim Pengelola Keuangan di sekolah yang membantu Kepala Sekolah


dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya selama ini telah dilaksanakan.
Khususnya untuk pengelolaan dana BOS regular, ada ketentuan tentang keharusan
membentuk Tim BOS, dalam pelaksanaannya. Namun, belum ada penelitian yang
dipublikasikan tentang apakah keberadaan Tim BOS di Sekolah penerima dana
BOS telah sesuai atau tidak dengan Juknis dari Kemendikbud, atau hanya sekedar
ada, tetapi tidak bekerja sesuai dengan yang seharusnya.

Sementara, untuk pengelolaan keuangan yang bersumber selain dana BOS,


keberadaan Tim bervariasi antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Ada yang
dibentuk secara formal/tertulis melalui Keputusan Kepala Sekolah. Namun tidak
sedikit juga Kepala Sekolah yang menunjuk seseorang untuk membantunya tanpa
ada penunjukkan formal, dan bersifat tertutup. Artinya tim itu bekerja sesuai arahan
kepala sekolah, dengan kurang adanya keterbukaan kepada warga sekolah
lainnya.

Sebagai penanggungjawab di sekolah baik manajerial, administratif, maupun teknis


penyelenggaraan pendidikan melalui konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS),
sejatinya Kepala Sekolah melaksanakan tugasnya dengan menerapkan prinsip
akuntabilitas, transparansi, dan partisipastif. Implementasi MBS antara lain melalui
pengambilan keputusan dengan menggunakan pendekatan kolegial. MacNeill dan
Sargent, dalam Sinclair dkk (1992 :79) menyatakan bahwa pendekatan kolegial
adalah pendekatan di mana para anggota organisasi memiliki hak untuk

12
berpartisipasi dalam penetapan keputusan yang akan mempengaruhi mereka
dalam pelaksanaan keputusan, dengan menekankan sejumlah hal sebagai berikut :
(1) Menghargai keragaman pendapat dan mengakui pentingnya dialog konstruktif;
(2) Lebih mendahulukan alasan manusiawi (’human reason’) daripada otoritas; (3)
Berbasiskan keyakinan dalam organisasi yang demokratis dan egaliter; (4)
Berkomitmen terhadap kolaborasi berdasarkan konsensus, integritas personal, dan
tanggung jawab terhadap diri sendiri dan organisasi;

Salah satu indikator dari implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dengan
pendekatan kolegial dalam pengambilan keputusan di sekolah adalah adanya
Kelompok Kerja atau Tim Kerja dalam melaksanakan manajemen di Sekolah.
Dalam upaya peningkatan mutu penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah, Kepala
Sekolah diharapkan mampu menerapkan pendekatan Total Quality Management
(TQM) . Lori Jo Oswald (1996) menyatakan bahwa Aplikasi TQM dalam dunia
pendidikan ditandai dengan berkembangnya ‘workteams’ pada level sekolah dan
distrik.

Pernyataan Lori Jo Oswald tersebut, menggambarkan bagaimana TQM diterapkan


di sekolah, melalui karakteristik sebagai berikut :

a. Menciptakan budaya kerjasama dalam kelompok (workteams);

b. Manajer organisasi memperlakukan staf bukan sebagai bawahan, tetapi


sebagai partner yang diberdayakan;

c. Meningkatnya hasil kerja akhir karena model kinerja kolaboratif;

d. Mengurangi tingkat kompetisi diantara individu-individu dan meningkatkan


enerji yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik)

e. Kepemimpinan dalam lembaga pendidikan harus menyatu dengan ‘staf


pengajar’, dan memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas secara sungguh-
sungguh

f. Staf pengajar adalah penentu kualitas terdepan. Mereka perlu dorongan dan
dukungan dari para pemimpin, serta diberikan kemudahan yang memungkinkan
tugas peningkatan kualitas dapat dilaksanakan tanpa banyak hambatan.

g. Pemimpin lembaga pendidikan harus memahami konsep TQM, mengetahui


masalah-masalah nyata dalam lembaga yang dipimpinnya, dengan melakukan

13
identifikasi kebutuhan riil dari ‘customer’ nya; menyusun rencana dan sasaran
yang ingin dicapai; dan menetapkan prosedur dan proses yang harus diikuti oleh
setiap orang, baik oleh staf pengajar, peserta didik, maupun tenaga
kependidikan lainnya yang berperan dalam pelaksanaan rencana dan
pencapaian sasaran yang telah ditetapkan.;

i. Berdasarkan konsep MBS dan TQM yang telah diuraikan di atas, maka Kepala
Sekolah dalam menjalankan tugas administratif maupun tugas teknis
operasionalnya dibantu oleh sejumlah”workteams”. Hal ini dimaksudkan agar
penyelenggaraan Pendidikan yang berorientasi mutu di Sekolah, melalui
peningkatan efektivitas pencapaian target dan sasaran yang telah ditetapkan
dalam Rencana Kerja Sekolah, baik RKJM maupun RKT yang dijabarkan dalam
RKAS, dapat terlaksana dengan baik.

Tim Keuangan Sekolah dibentuk oleh Keputusan Kepala Sekolah, dengan


berpedoman pada ketentuan yang berlaku, dengan menetapkan rincian tugas dari
masing masing Tim. Mengapa harus dilengkapi dengan rincian tugas? Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan kejelasan tentang siapa berbuat apa, dan kapan
harus dilaksanakan dengan memperoleh hasil sesuai dengan target yang
ditetapkan. Dengan demikian, setiap anggota Tim akan mengetahui dengan jelas
apa tugasnya dan bagaimana mempertanggung jawabkannya.

Keberadaan Tim Pengelola Keuangan Sekolah, yang dilengkapi dengan petunjuk


pelaksanaan serta ditetapkan melalui Keputusan Kepala Sekolah, merupakan
upaya untuk melaksanakan transparansi dan akuntabilitas, serta bersih dari korupsi
dalam pengelolaan keuangan sekolah. Dalam Permendikbud No. 6 Tahun 2021,
Pasal 20 dinyatakan bahwa :

a. Dalam pengelolaan dana BOS Reguler kepala sekolah membentuk Tim BOS
Sekolah

b. Tim BOS Sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

1) Kepala Sekolah sebagai penanggungjawab;

2) Bendahara sekolah; dan

3) Anggota

c. Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c terdiri atas :

14
1) 1 (satu) orang dari unsur guru;

2) 1 (satu) orang dari unsur komite sekolah;

3) 1 (satu) orang dari unsur orangtua/wali peserta didik di luar Komite


Sekolah, yang dipilih oleh Kepala Sekolah dan Komite Sekolah dengan
mempertimbangan kredibilitas dan tidak memiliki konflik kepentingan

Untuk Tim Pengelolaan Keuangan di luar Tim BOS Sekolah, dapat dibentuk dengan
tidak ada pembatasan atau keseragaman mengenai jumlah orang dalam Tim.
Semuanya akan ditentukan oleh Sekolah sesuai kebutuhan dan kondisi Sekolah,
termasuk ketersediaan SDM yang akan ditunjuk dan atau dipilih menjadi Tim
Keuangan Sekolah.

Petunjuk pelaksanaan sebagai penjabaran dari rincian tugas Tim yang dituangkan
dalam Keputusan Kepala Sekolah, merupakan pedoman pelaksanaan kinerja Tim.
Bentuk petunjuk pelaksanaan dapat mengadopsi model Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang biasa diberlakukan pada Perangkat Daerah di Lingkungan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Dalam SOP tergambarkan : 1) adanya instruksi
tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan aktivitas
organisasi; 2) bagaimana dan kapan harus dilakukan; 3) di mana dan oleh siapa
dilakukan.

Di Sekolah dapat dikembangkan sejumlah mekanisme, prosedur, dan ketentuan


yang mengatur secara rinci sebagai penjabaran dari Rincian tugas yang dituangkan
dalam Keputusan Kepala Sekolah tentang penugasan sebagai Tim Pengelola
Keuangan Sekolah, Dengan adanya pedoman yang jelas dalam melaksanakan
tugas, maka anggota Tim akan saling mengingatkan, dan saling bekerjasama untuk
tercapainya target dan sasaran kinerja Tim sebagai output Tim.

15
Lembar Kerja 2-2

LK 02 : Jawablah pertanyaan dan berikan penjelasannya

1. Apakah di sekolah saudara telah terbentuk Tim Pengelola Keuangan Sekolah

2. Sebutkan susunan Tim, masa tugas, serta petunjuk pelaksanaan tugas Tim
Pengelola Keuangan sekolah.

3. Sebutkan kelebihan dan kekurangan dari Tim Pengelola Keuangan Sekolah yang
ada, setelah saudara mempelajari materi di atas

16
Materi 3: Evaluasi RKJM dan RKT serta Strategi Pelaksanaan Program
3.1 Evaluasi RKJM, RKT dan Strategi pelaksanaan program dan belanja dalam
pelaksanaan Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Rencana Kegiatan
Anggaran Sekolah (RKAS);

Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah (RKAS) adalah Rencana biaya dan


pendanaan program atau kegiatan untuk 1 (satu) tahun anggaran, baik yang
bersifat strategis ataupun rutin (Dirjen Dikdasmen, 2019). RKAS merupakan
penjabaran dari Rencana Kerja Tahunan (RKT), yang dituangkan dalam
format penerimaan dan pengeluaran atau belanja. RKT adalah dokumen
perencanaan berupa rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan
yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) yang
akan dilaksanakan melalui berbagai kegiatan tahunan.

RKAS tidak bisa dilepaskan dari RKJM empat tahunan sebagai dokumen
perencanaan strategis, dan RKT sebagai penjabaran dari RKJM. RKJM
disusun melalui analisis mendalam, baik melalui analisis SWOT maupun
analisis konteks berdasarkan kondisi yang ada dan kondisi ideal empat tahun
ke depan. Dengan demikian Tujuan, Sasaran, dan Program yang ditetapkan
dalam RKJM telah mempertimbangkan berbagai komponen dan kunci
keberhasilannya.

Untuk menjamin keberhasilan pencapaian visi dan misi Sekolah melalui


Sasaran dan Program dalam RKJM, sebagai rencana pengembangan
sekolah dalam kurun waktu empat tahun, maka pelaksanaannya dibagi
menjadi empat RKT, yang kemudian dituangkan menjadi RKAS. Maka
terdapat benang merah antara RKJM dengan RKAS. Penyusunan RKAS
tidak boleh keluar dari RKJM.

Selanjutnya, akan terjadi dinamika pelaksanaan RKJM melalui RKT / RKAS,


disesuaikan dengan ketersediaan sumber dana serta besarannya, serta
kondisi yang terjadi dalam pelaksanaan program setiap tahun serta
kemungkinan adanya perubahan kebijakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
evaluasi dan Reviu RKJM dan RKT pada saat penyusunan RKAS.

17
Agar penyusunan dan pelaksanaan RKAS memenuhi prinsip
kepemerintahan yang baik, maka harus dilakukan dengan strategi yang
tepat, serta melibatkan stakeholders Pendidikan di Sekolah.

Rahmania Utari, M.Pd (2020) mengungkapkan terdapat 15 (lima belas)


langkah dalam Penyusunan RKAS sebagai bagian dari Pengembangan
Rencana Pengembangan Sekolah melalui RKJM, meliputi :

1. Melakukan analisis lingkungan operasional sekolah

2. Melakukan analisis Pendidikan di sekolah saat ini

3. Melakukan analisis Pendidikan sekolah satu tahun ke depan (kondisi


ideal yang diharapkan)

4. Menentukan kesenjangan antara situasi sekolah saat ini dan yang


diharapkan satu tahun ke depan

5. Merumuskan tujuan sekolah selama satu tahun ke depan(sasaran atau


tujuan situasional satu tahun)

6. Mengidentifikasi fungsi fungsi atau urusan urusan sekolah untuk dikaji


tingkat kesiapannya

7. Melakukan analisis SWOT

8. Merumuskandan mengidentifikasi alternatif Langkah Langkah


Pemecahan Persoalan

9. Menyusun Rencana Program

10. Menentukan tonggak tonggak kunci keberhasilan output apa dan kapan
dicapai (milestone)

11. Menyusun Rencana biaya (besaran dana, alokasi, sumber dana)

12. Menyusun rencana pelaksanaan program

13. Menyusun rencana pemantauan dan evaluasi

18
14. Membuat jadwal pelaksanaan program

15. Menentukan penanggungjawab program/kegiatan

Penyusunan RKAS dengan kelima belas Langkah tersebut, menjadi


gambaran kompleksitas proses penyusuan RKAS yang harus menjadi
perhatian manajemen Sekolah. Penyusunan RKAS tidak sekedar memenuhi
formalitas dalam memenuhi ketentuan. Seringkali Sekolah terjebak dengan
kondisi keterbatasan waktu, sehingga tidak sempat mereviu RKAS tahun
anggaran sebelumnya serta tidak dikaitkan dengan posisinya dalam RKJM.
Penyusunan terkesan tergesa gesa sehingga seringkali ”copy paste” pada
RKAS tahun sebelumnya. Kepala Sekolah beserta seluruh warga sekolah
seyogianya memiliki mindset yang tepat, bahwa betapa pentingnya proses
penyusunan RKAS dalam konteks pencapaian tujuan melalui
penyelenggaraan Pendidikan di sekolah.

Kalau dicermati dari kelima belas langkah di atas, seyogianya dilengkapi


dengan langkah Reviu RKJM dan RKT. Kepala Sekolah Bersama
Manajemen Sekolah mencermati RKJM yang telah ditetapkan, untuk melihat
RKAS yang akan disusun, berada dalam posisi tahun ke berapa dari RKJM.

Yang harus menjadi perhatian adalah apakah tujuan, sasaran, dan program
yang telah ditetapkan ada yang tidak sesuai atau kurang relevan lagi dengan
kondisi tahun depan di mana RKAS dilaksanakan. Kemampuan memprediksi
kondisi tahun berikutnya berdasarkan analisis tahun sebelumnya dan tahun
berjalan menjadi kunci keberhasilan untuk menemukenali persoalan yang
mungkin terjadi berkenaan dengan adanya perubahan kondisi dan
perubahan kebijakan, seperti misalnya adanya pandemi covid 19 yang
ternyata berdampak sangat besar terhadap penyelenggaraan kegiatan
termasuk kegiatan utama yakni pembelajaran di sekolah. Kondisi tersebut
mempengaruhi pelaksanaan perencanaan yang telah ditetapkan. Hasil
analisis kondisi eksisting karena adanya perubahan kebijakan menghadapi

19
kondisi ‘forcemajeur’ (bencana non alam berupa pandemo covid 19) dan
prediksi kondisi tahun yang akan datang, akan menjadi data penting dalam
penyusunan RKAS.

Perubahan kondisi dan perubahan kebijakan akibat dari bencana non alam
seperti Pandemi Covid 19 akan memunculkan dinamika yang cepat berubah.
Tentu, hal ini perlu mendapat perhatian Kepala Sekolah dan warga sekolah
untuk mencermati perubahan yang sedang terjadi, dan perubahan yang
mungkin akan terjadi pada tahun berikutnya Ketika RKAS telah ditetapkan.
Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi kebijakan yang akan diberlakukan
sehingga penentuan program prioritas akan ditetapkan dengan harapan tidak
mengalami perubahan yang mendasar karena sudah berdasarkan prediksi
berbasis data dan analisisnya.

20
Lembar Kerja 2-3

LK 03 :

Mari kita diskusikan contoh kasus berikut berkenaan dengan Reviu RKJM dan
RKT dalam penyusunan RKAS.

Saudara saat ini menjadi Kepala SMAN X di Kabupaten Y, yang akan


Menyusun RKAS Tahun 2023. Apa Langkah dan kegiatan yang harus
dilakukan Saudara mulai Bulan Juni- Juli 2022? Sebagai bahan referensi,
silahkan cermati data sebagai berikut :

- Sekolah memiliki RKJM Tahun 2020-2023 yang telah ditetapkan pada


tanggal 15 Juni 2020;

- RKAS 2023 adalah Tahun keempat atau tahun terakhir dari RKJM Sekolah
yang telah ditetapkan;

- Pembelajaran mulai Tahun 2020 s.d. 2021 dilaksanakan dengan Daring


karena adanya Pandemi Covid 19. Perkembangan kebijakan yang
berkaitan dengan Pandemi 19 berada pada Pemerintah dan Sekolah harus
mengikuti kebijakan yang berlaku;

- Dilakukan realokasi belanja pada RKAS Tahun Anggaran 2020 dan


perubahan alokasi belanja pada Tahun Anggaran 2021/2022 karena tidak
adanya pembelajaran tatap muka (PTM) pada Tahun ajaran 2020-2021.
Prediksi adanya kebijakan PTM terbatas pada tahun ajaran 2021-2022 dan
Tahun ajaran 2022-2023 harus mengantisipasi kebutuhan belanja yang
akan mendukung pembelajaran daring sekaligus pembelajaran tatap muka
(Blended learning);

- Munculnya daftar kebutuhan sarpras untuk mendukung pembelajaran daring


dan pembelajaran tatap muka pada tahun ajaran 2021-2022;

- Sumber dana utama Sekolah pada Tahun Anggaran 2020 dan T.A. 2021
dari APBN melalui BOS Reguler dan APBD melalui BOPD yang sudah ada
Juknis penggunaannya;

21
- Sumbangan dari orangtua peserta didik tidak bisa diharapkan sebagaimana
beberapa tahun anggaran sebelumnya mengingat dampak pandemic Covid
19 terhadap penghasilan orangtua peserta didik;

Tim Keuangan Sekolah dalam Menyusun RKAS untuk tahun berikutnya perlu
strategi yang tepat dalam menentukan program prioritas dan kegiatan yang
akan dilaksanakan, termasuk menentukan alokasi belanja dalam melaksanakan
kegiatan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan beberapa hal
sebagai berikut :

1) Reviu terhadap RKAS tahun sebelumnya dan tahun berjalan, dalam hal
konstruksi pelaksanaan program melalui Belanja barang jasa serta Aset
yang diperoleh dari Belanja tersebut. Mengapa hal ini penting dilakukan,
agar anggaran yang ada dengan segala keterbatasannya dapat
dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kepentingan penyelenggaraan
sekolah secara produktif, memenuhi prinsip efektivitas dan efisiensi, serta
dengan mengoptimalkan kebermanfaatannya. Misalnya secara sederhana
dilakukan evaluasi terhadap belanja barang pada tahun anggaran
sebelumnya. Terdapat belanja barang berupa ATK, yang telah
dilaksanakan pada tahun ajaran sebelumnya dan tahun anggaran berjalan,
ternyata hanya terpakai sejumlah 20 % dari ketersediaan barang karena
adanya perubahan pembelajaran menjadi pembelajaran daring. Maka di
RKAS tahun berikutnya tidak perlu lagi mengalokasikan belanja barang
ATK, karena masih terdapat barang persediaan yang diperkirakan cukup
untuk digunakan dalam pelaksanaan kegiatan satu tahun anggaran;

2) Melakukan evaluasi terhadap Aset secara menyeluruh baik terhadap


perolehan dari hasil Belanja pada tahun sebelumnya, maupun pada RKAS
tahun berjalan, serta meneliti kembali utilitas aset yang ada. Mengenai
utilitas asset ini penting dilakukan, agar dapat terhindar dari kemubaziran
asset, karena tidak dimanfaatkan dengan baik. Sekolah biasanya memiliki
asset dari perolehan berbagai sumber : a) Pembelian Sekolah dalam
RKAS; b) Penerimaan dari Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun
Pemda; c) Penerimaan hibah dari masyarakat melalui Komite Sekolah; d)
Penerimaan hibah dari CSR, Lembaga, dan atau perorangan; Hasil
evaluasi utilitas asset akan memberikan gambaran yang akurat tentang
asset apa saja yang dibutuhkan untuk melaksanakan program prioritas

22
pada tahun anggaran dan tahun pelajaran yang akan datang;

3) Penertiban dan Pencatatan Aset sesuai peraturan perundangan


adalah salah satu kewajiban Sekolah Negeri, karena Laporan
Keuangan termasuk di dalamnya nilai Aset yang dimilki Sekolah.
Sekolah sebagaian besar kurang memperhatikan tatakelola Aset
Sekolah, padahal ia akan menjadi bagian tidak terpisahkan dari
neraca keuangan sekolah yang dituangkan dalam laporan keuangan.

4) Penggunaan APBN dan APBD oleh Sekolah menjadi rasional tentang


keharusan memperbaiki tatakelola Aset. Tatakelola Aset sesuai
peraturan perundangundangan termasuk di dalamnya penghapusan
asset yang sudah tidak ada nilai kebermanfaatannya;

5) Langkah analisis konteks dalam menentukan program prioritas untuk


dilaksanakan dalam RKT dan dijabarkan dalam RKAS menjadi suatu
keniscayaan yang harus dilakukan oleh Sekolah. Melalui analisis
konteks akan diketahui pula kebutuhan anggaran untuk
melaksanakannya. Dengan demikian, Tim akan mampu menentukan
alokasi belanja pada tahun anggaran berikutnya dengan
memperhatikan prioritas program hasil analisis yang komprehensif.

23
Materi 4: Pelaporan dan Pengawasan Dana Pendidikan

4.1 Penyusunan Laporan Keuangan Sekolah;

Tatakelola keuangan Sekolah adalah rangkaian aktivitas dalam mengatur keuangan


sekolah, mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan,
pertanggung jawaban, dan pelaporan (Depdiknas, 2000). Pelaporan dan
pembukuan merupakan dua komponen yang tidak terpisahkan satu dengan yang
lainnya. Istilah pembukuan saat ini, dalam Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun
2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, tidak ditemukan. Untuk
menggambarkan aktivitas pencatatan, pengumpulan bukti pengeluaran dan aktivitas
lainnya yang biasanya tercakup dalam pembukuan, menggunakan istilah Akuntansi.

Dalam Bab I, pasal 1 angka 81, 82, dan 83 dijelaskan tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah, dan Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah, sebagai berikut :

(1) Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang


diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah;

(2) Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah adalah prinsip, dasar, konvensi,


aturan dan praktik laporan keuangan Pemerintah Daerah untuk memenuhi
kebutuhan pengguna laporan keuangan dalam rangka meningkatkan
keterbandingan laporan keuangan terhadap anggaran, antar periode maupun
antar entitas;

(3) Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) adalah rangkaian sistematik


dari prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan
fungsi akuntansi sejak transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di
lingkungan organisasi Pemerintahan Daerah.

Penyusunan laporan keuangan Sekolah juga harus memenuhi prinsip transparansi


dalam pengelolaan keuangan. Menurut Mardiasmo (2009), prinsip transparansi
keuangan meliputi dua hal, yaitu informativeness dan disclosure. Informativeness
atau Informatif adalah pemberian arus informasi, berita, penjelasan mekanisme,
prosedur, data, dan fakta, kepada stakeholders yang membutuhkan informasi
secara jelas dan akurat. Indikator dari informatif adalah :

(a) tepat waktu : laporan keuangan disusun dan disajikan tepat waktu agar dapat

24
digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial politik serta untuk
menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut;

(b) memadai, yakni penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia sesuai peraturan perundangan, mencakup
dimuatnya pengungkapan informatif yang memadai atas hal hal material;

(c) jelas, informasi yang disajikan harus jelas dan dapat dipahami sehingga tidak
menimbulkan kesalahpahaman;

(d) akurat, informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak


menyesatkan bagi pengguna yang menerima dan memanfaatkan informasi
tersebut. Akurat juga berarti informasi harus mencerminkan maksudnya;

(e) dapat diperbandingkan : Laporan keuangan hendaknya dapat


diperbandingkan antar periode waktu dan dengan instansi yang sejenis. Daya
banding berarti bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk
membandingkan kinerja organisasi dengan organisasi lain yang sejenis; dan

(f) mudah diakses. Informasi laporan keuangan harus mudah diakses oleh
semua pihak.

Disclosure atau pengungkapan adalah pengungkapan kepada masyarakat atau


stakeholders atas aktifitas dan kinerja finansial, dengan indikator nya meliputi :

(a) Kondisi keuangan, yaitu suatu tampilan atau keadaan secara utuh atas
keuangan organisasi selama periode/ kurun waktu tertentu;

(b) Susunan pengurus, menggambarkan unit kerja dalam organisasi yang


menunjukkan adanya pembagian kerja serta bagaimana fungsi fungsi dalam
organisasi yang berbeda beda diintegrasikan dan dikoordinasikan;

(c) bentuk perencanaan dan hasil dari kegiatan, menunjukkan serangkaian


tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Apa hubungannya antara Laporan keuangan sekolah dengan penjelasan di atas?


Sekolah saat ini merupakan entitas lembaga yang menjadi bagian dari Dinas
Pendidikan sebagai salah satu Organisasi Pemerintah Daerah. Anggaran yang
dikelola Sekolah yang bersumber dari APBD yang ada dalam tanggungjawab Dinas
Pendidikan, yang dalam pengelolaan anggarannya mengacu pada PP Pengelolaan

25
Keuangan Daerah.

Untuk penerimaan Sekolah dari APBN dan APBD Provinsi maka pengelolaan,
pertanggungjawaban dan pelaporannya sesuai peraturan perundangan yang
berlaku. Oleh karena itu, Kepala Sekolah diharapkan mampu memahami regulasi
yang berlaku, sehingga mampu memahami dan memberikan arahan sesuai dengan
ketentuan. Kepala Sekolah akan memahami dengan benar setiap regulasi yang
berkenaan dengan pengelolaan keuangan di sekolah. Ketika laporan keuangan
yang diminta untuk BOS Reguler yang bersumber dari APBN berbeda baik format
maupun substansi nya dengan laporan keuangan yang bersumber dari APBD
Provinsi, maka tidak perlu diperdebatkan. Hal ini terjadi karena mengacu pada
ketentuan yang berbeda sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh pihak yang
mengeluarkan dana nya.

Penyajian laporan keuangan SKPD sebagaimana tertuang dalam PP 12/2019, Bab


VII, Bagian kedua, Pelaporan Keuangan Daerah Pasal 189 ayat (2) dinyatakan
bahwa disusun dan disajikan oleh Kepala SKPD paling sedikit meliputi : (a) laporan
realisasi anggaran; (b) neraca; (c) laporan operasional; (d) laporan perubahan
ekuitas; (e) catatan atas laporan keuangan.

Mengingat Sekolah berada di bawah otoritas Dinas Pendidikan sebagai SKPD di


lingkungan Pemerintah Daerah, dalam hal ini Pemprov Jawa Barat. Maka Sekolah
berkewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan nya kepada Dinas
Pendidikan, sebagai bahan laporan keuangan Dinas Pendidikan. Seperti apa
laporan yang diminta tentu akan ditentukan oleh Dinas Pendidikan sesuai dengan
anggaran yang dikelola serta ketentuan pengelolaan yang ditetapkan melalui
petunjuk teknis penggunaan dan pengelolaan dana. Misalnya untuk pelaporan
keuangan Bantuan Operasional Pendidikan Daerah (BOPD) Tahun 2021,
dilaporkan sesuai Juknis penggunaan Dana BOPD yang ditetapkan melalui aplikasi
pelaporan dengan periode pelaporan yang sudah ditentukan.

Untuk pelaporan Dana BOS Reguler yang bersumber dari APBN, ketentuannya
diatur dalam Permendikbud Nomor 6 Tahun 2021 tentang Petunjuk Teknis
Pengelolaan Dana BOS Reguler. Dalam Bab VI Bagian Kedua pasal 19 ayat (1)
huruf d, dan Ayat (2), Kepala Sekolah berkewajiban membuat laporan penggunaan
dana BOS Reguler yang diverifikasi dan divalidasi oleh Kepala Dinas Pendidikan.
Selanjutnya dalam Bagian ketiganya, Pasal 25 ayat (1); Ayat (2) dan Ayat (3)
dinyatakan bahwa :

26
(1) Kepala Sekolah menyampaikan perencanaan Dana BOS Reguler
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf a dan laporan
penggunaan Dana BOS Reguler sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1)
huruf d melalui sistem aplikasi pengelolaan Dana BOS pada Kementerian;

(2) Dalam hal Kepala Sekolah tidak dapat menyampaikan perencanaan dan
laporan penggunaan Dana BOS Reguler melalui sistem aplikasi pengelolaan
Dana BOS pada Kementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
penyampaian dilakukan secara manual

(3) Penyampaian laporan penggunaan Dana BOS Reguler sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Penyampaian pelaporan tahap I paling lambat bulan September tahun


anggaran berjalan;

b. Penyampaian pelaporan tahap II paling lambat bulan Desember tahun


anggaran berjalan, dan

c. Penyampaian pelaporan tahap III paling lambat bulan April tahun anggaran
berikutnya.

Sementara dalam Lampiran I Permendikbud No 6 Tahun 2021, Huruf B dinyatakan


bahwa Tata Cara Pelaporan meliputi empat hal, sebagai berikut :

(1) Sekolah harus menyusun pembukuan secara lengkap disertai dengan bukti
pendukungnya, dengan susunan nya sebagai berikut:

a. RKAS;

b. buku Kas Umum;

c. buku pembantu kas;

d. buku pembantu bank;

e. buku pembantu pajak;

f. dokumen lain yang diperlukan.

(2) Sekolah harus Menyusun laporan secara lengkap, dengan ketentuan sebagai

27
berikut :

a. melakukan rekapitulasi realisasi penggunaan dana BOS reguler


berdasarkan standar pengembangan sekolah dan komponen
pembiayaan Dana BOS ;

b. realisasi penggunaan dana yang dilaporkan merupakan seluruh


penggunaan Dana BOS Reguler yang diterima sekolah pada tahun
berkenaan;

c. laporan dibuat tiap tahap dan ditandatangani oleh Bendahara, Kepala


Sekolah, dan Komite Sekolah serta disimpan di Sekolah;

d. sekolah yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah menyampaikan


laporan realisasi penggunaan Dana BOS Reguler kepada Pemerintah
Daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;

e. Diberikan contoh format laporan rekapitulasi realisasi penggunaan Dana


BOS Reguler, untuk memudahkan Sekolah menyusun laporan dan
mempublikasikannya.

(3) Sekolah harus mempublikasikan semua pelaporan baik penerimaan dan


penggunaan Dana BOS Reguler kepada masyarakat secara terbuka.
Dokumen yang harus dipublikasikan yaitu rekapitulasi Dana BOS Reguler
berdasarkan komponen pembiayaan. Publikasi laporan dilakukan pada papan
informasi Sekolah atau tempat lainnya yang mudah diakses oleh masyarakat.

(4) Pajak terkait penggunaan Dana BOS Reguler di sekolah mengikuti ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai pajak nasional dan pajak daerah

Berdasarkan ketentuan tersebut, Sekolah memiliki kepastian tentang apa yang


harus dilaporkan, siapa yang bertanggungjawab, siapa yang menyusun laporan,
dan siapa saja yang terlibat dalam pelaporan keuangan khususnya penggunaan
dana BOS Reguler.

Untuk laporan pengelolaan Dana BOPD yang bersumber dari APBD Prov. Jawa
Barat, diatur juga dalam Petunjuk teknis tersendiri disesuaikan dengan Sistem
Akuntansi Pemerintah Daerah yang diberlakukan bagi Perangkat Daerah, dalam hal
ini Dinas Pendidikan.

28
Sementara, untuk laporan atas penggunaan dana Pendidikan di luar Dana BOS
Reguler dan Dana BOPD yang dikelola Sekolah disesuaikan dengan ketentuan
yang berlaku dan atau disepakati Bersama, sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Untuk lebih memberikan pemahaman dan pengalaman belajar dalam hal pelaporan
keuangan sekolah, peserta diminta untuk menyelesaikan LK 05 di bawah ini.
Jangan ragu untuk menyampaikan kendala dan usul perbaikan kebijakan agar
pelaporan keuangan ke depannya lebih mudah dilaksanakan tetapi memenuhi
ketentuan yang berlaku.

29
Lembar Kerja 2-4

LK 04
1) Selama ini Saudara telah melaksanakan kegiatan pelaporan keuangan Sekolah
sesuai dengan petunjuk teknis yang berlaku yang diterbitkan oleh institusi yang
memberikan bantuan kepada Sekolah. Berikanlah gambaran mengenai pelaporan
keuangan yang telah dilaksanakan oleh Sekolah Saudara pada Tahun Anggaran
2020, serta pelaporan keuangan sekolah yang harus dilaksanakan pada tahun
2021;
2) Kendala apa yang selama ini dirasakan dan menjadi kesulitan Sekolah dalam
menyusun laporan keuangan;
3) Sebutkan usulan/rekomendasi Saudara untuk perbaikan kebijakan dalam
penyusunan laporan Sekolah

30
Materi 5 : Pelaksanaan Audit dalam Pengelolaan Keuangan Sekolah

5.1. Pelaksanaan Audit (Internal dan Eksternal) dalam pengelolaan Keuangan Sekolah

Audit merupakan istilah yang sering didengar ketika Aparat Pengawasan Internal
Pemerintahan (APIP) yang bertugas di Inspektorat, maupun Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) dalam melaksanakan tugasnya. Audit ini sering disebut audit
eksternal, karena dilaksanakan oleh Lembaga di luar organisasi, dalam hal ini
Sekolah dan Dinas Pendidikan (Perangkat Daerah yang menjadi organisasi induk
Sekolah).

Dalam pengertian luas, audit adalah kegiatan evaluasi terhadap suatu organisasi,
mulai dari sistem, proses, hingga produknya (Gramedia.com/literasi/audit/amp; Feb
2021, diunduh tanggal 25 Juni 2021). Pelaksanaan audit biasanya dilakukan oleh
pihak auditor yang kompeten, bersifat objektif, dan tidak memihak. Tujuan audit
secara umum untuk memverifikasi data yang dievaluasi oleh auditor, apakah telah
berjalan sesuai standar, regulasi, dan praktik yang berlaku. Sedangkan menurut
Sawyer (dalam Tysara, 2021) tujuan audit adalah mempersepsikan dan mengenali
proposisi di hadapan mereka untuk diperiksa, memperoleh bukti, mengevaluasi hal
yang sama, dan merumuskan opini berdasarkan penilaian mereka yang
dikomunikasikan melalui laporan audit. Sedangkan pengertian Audit menurut
sejumlah ahli dijelaskan sebagai berikut :

1) Soekrisno Agoes (2004). Audit merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh


pihak independen secara kritis dan sistematis terhadap laporan keuangan,
catatan keuangan, serta bukti pendukungnya yang disusun oleh anggota
manajemen perusahaan dalam rangka memberikan pendapat atas kelayakan
suatu laporan keuangan;

2) Mulyadi (2002). Audit adalah proses memperoleh dan mengevaluasi bukti


secara objektif dan sistematis dalam menetapkan tingkat kesesuaian antara
laporan yang ada dengan kriteria yang telah ditetapkan, yang selanjutnya
akan disampaikan hasilnya kepada pengguna yang bersangkutan;

3) Sawyer (2005), audit adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif
yang dilakukan auditor terhadap pelaksanaan dan pengawasan yang berbeda
beda dalam suatu organisasi

31
Mencermati pengertian audit dan tujuan audit sebagaimana dijelaskan di atas, dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1) Audit merupakan kegiatan evaluasi terhadap suatu organisasi, mulai dari


sistem, proses, dan produknya. Termasuk di dalamnya secara spesifik
sebagai pemeriksaan terhadap laporan keuangan, catatan keuangan, serta
bukti pendukung atas laporan keuangan tersebut;

2) Audit dilaksanakan secara obyektif, kritis dan sistematis berdasarkan bukti


pendukung yang akurat dengan berpedoman pada kriteria yang telah
ditetapkan.

3) Tujuan audit untuk mempersepsikan dan mengenali proposisi (hal yang benar
atau salah) yang ada dalam suatu organisasi, untuk diperiksa dengan
memverifikasi data, memperoleh bukti, dan mengevaluasi apakah telah
berjalan sesuai standar, regulasi, dan praktik yang berlaku dan merumuskan
opini berdasarkan penilaian auditor yang dikomunikasikan melalui laporan
audit.

4) Pelaksanaan audit dilakukan oleh auditor yang kompeten, bersifat obyektif,


dan tidak memihak, dalam rangka memberikan pendapat atas kelayakan
suatu laporan keuangan;

Sekolah adalah Lembaga Pendidikan yang memiliki entitas keuangan tersendiri dan
menjadi bagian tidak terpisahkan dari Dinas Pendidikan, dalam hal ini di lingkungan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Sekolah memiliki kewajiban menyusun laporan
pengelolaan keuangan Sekolah yang bersumber dari APBN, APBD Provinsi, dan
Lembaga lainnya yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Sementara ini di lingkungan Sekolah, istilah audit sudah dikenal terutama oleh
teman teman di SMK yang lebih dulu menerapkan Manajemen Mutu berbasis ISO
9001, melalui program sertifikasi untuk penyelenggaraan manajemen di Sekolah.

Mengapa SMK menjadi yang pertama menerapkan konsep SMM ISO 9001 di
lingkungan Pendidikan menengah? Karena SMK menjadi bagian dari pendidikan
menengah yang memiliki tujuan khusus dengan pembelajaran berbasis kompetensi
keahlian, yang akan menjadi bekal bagi lulusannya. Dalam penyelenggaraan proses
pembelajaran, SMK memiliki kemitraan dengan industri, dunia usaha, dan kemitraan
lainnya (IDUKA), serta memiliki produk hasil pembelajaran siswa melalui

32
penyelenggaraan”Teaching Factory”, sebagai implementasi kemitraan dengan
IDUKA. Jadi, SMK memberikan pelayanan bukan hanya kepada siswa tetapi juga
kepada masyarakat secara umum termasuk IDUKA.

ISO 9001 adalah seri standar internasional untuk Sistem Manajemen Mutu atau
Quality Management Sistem (SMM/QMS). Standar ini memberikan pedoman bagi
perusahaan / organisasi yang ingin memastikan bahwa produk dan layanan mereka
secara konsisten memenuhi persyaratan pelanggan, dan kualitasnya selalu
ditingkatkan. Dalam konsep SMM ISO 9001 :2015 yang banyak digunakan di
lingkungan persekolahan, menetapkan persyaratan sistem manajemen mutu. Dalam
SMM ini, organisasi sekolah seyogianya memperhatikan image dan kredibilitas;
kepuasan pelanggan; melaksanakan proses yang terintegrasi; pengambilan
keputusan berbasis data; membangun budaya perbaikan; dan membangun
keterlibatan pekerja. Dasar dari Standar Manajemen Mutu antara lain : Prinsip
Manajemen Mutu; Pendekatan proses; Siklus P-D-C-A; dan Pemikiran berbasis
resiko. Pendekatan”Plan-Do-Check-dan Act”dalam konteks SMM 9001 :2015 sangat
relevan dengan bahasan ini.

1) Dalam tahapan”PLAN”, Sekolah menetapkan tujuan dari sistem dan proses;


sumber daya yang dibutuhkan untuk memberikan hasil sesuai dengan
persyaratan pelanggan/customer dan kebijakan sekolah; serta
mengidentifikasi dan mengatasi resiko dan peluang;

2) Dalam tahapan”DO”Sekolah melaksanakan semua yang telah direncanakan


dalam tahapan”Plan”

3) Dalam tahapan”CHECK’ Sekolah memonitor dan mengaudit, yaitu proses


memantau dan mengukur produk/jasa berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan, mencakup kebijakan, tujuan, persyaratan dan kegiatan yang telah
direncanakan sebelumnya, serta melaporkan hasilnya. Dalam tahap ini
dikenal istilah audit. Audit dilaksanakan secara internal.

4) Dalam tahapan”ACT”, Sekolah mengambil tindakan berdasarkan hasil


monitoring dan audit sebagai langkah tindak lanjut, dengan tujuan
meningkatkan kinerja untuk yang belum memenuhi kriteria.

Bila mencermati bagaimana SMM ISO 9001 :2015 bekerja dan menjadi instrumen
penjaminan mutu di Sekolah, maka pendekatan ini akan sangat bermanfaat bila

33
diterapkan pada seluruh satuan Pendidikan Menengah dalam hal ini SMA, SMK dan
SLB.

Kegiatan audit keuangan sekolah yang dilaksanakan secara internal oleh Sekolah,
merupakan kebijakan yang sangat tepat, dalam rangka meningkatkan kinerja Tim
Keuangan. Selain itu, kegiatan audit internal akan meningkatkan kepercayaan diri
dalam menghadapi kegiatan Audit eksternal yang dilaksanakan oleh Lembaga yang
berwenang berkenaan dengan pengelolaan keuangan sekolah : Dinas Pendidikan;
Inspektorat Pemprov Jawa Barat; Inspektorat Jenderal Kemendikbud; BPKP, dan
BPK.

Tujuan audit internal menurut Tysara (2021) lebih mengarah pada keberadaannya
dalam sebuah organisasi, sebagai pendukung dan instrumen untuk mendisiplinkan,
mengevaluasi, meningkatkan efektifitas, pengendalian dalam tatakelola organisasi.
Berdasarkan penuturan para ahli, tujuan audit internal dapat dirinci sebagai berikut:

1) memberi kepastian antara hubungan peraturan dan prosedur dalam sebuah


manajemen;

2) memberikan penilaian dan pengawasan atas efektivitas untuk mengendalikan


manajemen secara internal;

3) memastikan aset organisasi dijaga dengan penuh tanggungjawab;

4) memberikan saran untuk memperbaiki sistem operasional organisasi, agar


lebih efektif dan efisien;

5) memberi penilaian atas mutu dan kualitas kerja dalam sebuah manajemen
tertentu;

6) memastikan kepastian atas pengolahan data dalam sebuah perusahaan atau


organisasi tertentu, yang dapat dipertanggungjawabkan.

Audit internal di Sekolah dilaksanakan oleh Tim Audit yang dibentuk oleh Kepala
Sekolah. Penunjukkan personal Tim Audit dilaksanakan bersama Komite Sekolah
serta konsultasi dengan Pengawas Sekolah. Untuk menjaga obyektivitas dan
independensi Tim Audit, sebaiknya dipilih dari unsur manajemen sekolah, guru, dan
anggota komite sekolah yang bukan Tim Keuangan Sekolah, dengan memenuhi
persyaratan yang memadai sebagai auditor, antara lain : (1) memiliki integritas;(2)

34
memiliki kompetensi akuntansi dan memahami SAP; (3) tidak bersinggungan
dengan conflict of interest; (4) memiliki kepedulian terhadap kemajuan sekolah.
Dalam audit laporan keuangan, Tim berfokus pada kesesuaian antara laporan
dengan standar akuntansi pemerintah yang berlaku, dengan menyimpulkan tingkat
kewajaran berdasarkan bukti bukti yang menjadi pendukung laporan keuangan.

Dalam melaksanakan audit Tim juga akan menentukan tingkat kepatuhan pengelola
terhadap peraturan, prosedur, atau regulasi internal yang ditetapkan. Tidak kalah
pentingnya, Tim harus mempelajari rekomendasi tindak lanjut yang harus dilakukan
Sekolah berdasarkan hasil audit eksternal yang dilaksanakan oleh APIP dan atau
BPK tahun anggaran sebelumnya. Dengan demikian, akan diketahui lebih dini bila
ada penyimpangan baik administratif maupun dugaan fraud, yang dilakukan oleh
pengelola. Dari audit internal dapat ditemukenali kinerja Tim Pengelola Keuangan,
dengan berpedoman pada kriteria yang telah ditetapkan. Selanjutnya Kepala
Sekolah dapat mengambil tindakan yang tepat dan kesalahan segera diperbaiki.
Apabila kesalahan disebabkan oleh personal, maka yang harus bertanggungjawab
dan mendapatkan pembinaan adalah anggota Tim secara personal. Apabila yang
berbuat kesalahan Tim secara kelembagaan maka akan menjadi evaluasi
terhadap”SOP”yang menjadi pedoman Tim dalam melaksanakan tugasnya.

Melalui pelaksanaan audit internal, organisasi memiliki instrumen yang berfungsi


menjaga anggota organisasi melaksanakan tugas yang diamanahkan kepadanya
dengan disiplin mematuhi pedoman yang telah disepakati pada awal tahun
anggaran dan awal tahun ajaran. Pelaksanaan audit internal menunjukkan
komitmen Kepala Sekolah Bersama Komite Sekolah untuk melaksanakan
pengelolaan keuangan secara transparan, partisipatif, dan akuntabel. Manajemen
Sekolah dan Pengurus Komite Sekolah memanfaatkan hasil audit internal untuk
melakukan tindak lanjut, melalui perbaikan secara berkelanjutan untuk
meningkatkan kinerja pengelolaan keuangan lebih baik, sekaligus meningkatkan
pengawasan dan pengendalian internal Sekolah oleh Manajemen Sekolah Bersama
pengurus Komite Sekolah.

Mengingat informasi mengenai laporan keuangan, termasuk dalam ketentuan yang


wajib disampaikan oleh sekolah secara berkala, perlu dilakukan strategi yang
ditetapkan Sekolah dalam menyampaikan informasi terkait laporan keuangan, yang
mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami.
Penetapan strategi oleh Sekolah, dilaksanakan berdasarkan musyawarah antara

35
manajemen Sekolah dengan Komite Sekolah, dalam upaya melaksanakan
kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan serta memperhatikan
karakteristik Sekolah beserta lingkungan sosial budaya Sekolah. Setiap Sekolah
memiliki karakteristik yang bisa jadi berbeda dengan sekolah lainnya. Pola
komunikasi dan model interaksi yang dibangun pun akan berbeda karena
karakteristik warga sekolah/stakeholders Sekolah.

Sosialisasi dan penyediaan informasi pengelolaan keuangan sekolah merupakan


pelaksanaan kewajiban sekolah dalam kepatuhan terhadap ketentuan perundangan
mengenai keterbukaan informasi publik. Yang tidak kalah pentingnya adalah
sosialisasi tentang pengelolaan keuangan sekolah kepada warga sekolah secara
internal, yakni semua guru dan tenaga kependidikan di sekolah sehingga mereka
memahami mengapa RKAS disusun dan dilaksanakan seperti itu. Hal ini perlu
dilakukan untuk menguatkan akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan
keuangan sekolah, dan menghindari terjadinya prasangka yang tidak benar dari
warga sekolah.

36
Lembar Kerja 5-1 :
LK 05 :

Setelah mempelajari materi yang berkaitan dengan audit internal dan sosialisasi
pengelolaan keuangan sekolah, kerjakan Latihan berikut ini:

1. Susunlah strategi penyelenggaraan audit internal di Sekolah Saudara untuk laporan


keuangan tahun anggaran 2022. Jelaskan setiap tahapan beserta timelines nya;

2. Jelaskan gagasan saudara yang inovatif untuk strategi sosialisasi pengelolaan


keuangan sekolah kepada stakeholders internal sekolah, sehingga warga sekolah
percaya dan meyakini bahwa transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
di sekolahnya terlaksana dan dapat dibanggakan.

37
D. Penguatan

Kompetensi antikorupsi yang harus dimiliki Kepala Sekolah adalah ”BERJUMPA DI


KERTAS” : Berani - Jujur – Mandiri – Peduli – Adil- Disiplin – Kerja keras –
Tanggungjawab- Sederhana.

Sembilan nilai antikorupsi tersebut akan menjadi karakter dalam kepribadian yang
menyatu dalam sikap dan langkah tindak sebagai seorang Kepala Sekolah. Implementasi
nilai antikorupsi dalam pelaksanaan tugas kepala sekolah akan menjadi semangat dan
keteladanan bagi semua warga sekolah.

Salah satu tugas penting Kepala Sekolah yang membutuhkan karakter antikorupsi antara
lain dalam melaksanakan pelayan publik yang transparan, partisipatif, dan akuntabel.
Indikator seorang Kepala Sekolah telah melaksanakan pelayanan publik dengan baik,
ditunjukkan melalui komunikasi efektif dalam menyampaikan program dan kegiatan
sekolah, serta sosialisasi mengenai pengelolaan sekolah : Hasil belajar siswa; Kegiatan
ekstra kurikuler; pengelolaan keuangan sekolah, serta informasi penting lainnya yang
bermakna bagi siswa, orangtua, serta stakeholders Pendidikan.

Pelayanan pengaduan masyarakat sebagai bagian dari pelayanan publik, lebih lanjut
diuraikan dalam materi penanganan pengaduan masyarakat sebagai bagian lain dari
Modul Tatakelola Sekolah Berintegritas ini.

Untuk penguatan dari apa yang telah dipelajari, mari kita cermati, pahami, dan diskusikan
sejumlah kasus korupsi yang terjadi di sekolah dan telah berproses di kejaksaan dan di
pengadilan. Hal ini perlu menjadi cermin agar tidak terjadi di sekolah yang menjadi
tanggungjawab saudara.

Studi Kasus :

1. Kasus Kepala SMKN 53 Jakarta Barat

1.1. “Guru hingga staf SMK Negeri 53 Kecipratan Duit Korupsi Dana BOS dari Kepsek,
Endingnya Begini”(Kamis, 3 Juni 2021; Agung Sandy Lesmana] Fakhri Fuadi
Muflih; Suara.com)

Sejumlah guru di SMKN 53 mengembalikan uang ratusan juta kepada Kejaksaan


Negeri Jakarta Barat. Mereka baru mengetahui ternyata uang yang diterima adalah
hasil korupsi.

38
Kepala Seksi Intelijen Kejari Jakarta Barat Edwin Beslar mengatakan uang tersebut
berkaitan dengan korupsi Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Biaya
Operasional Pendidikan (BOP) di SMKN 53 Jakarta Barat, senilai Rp. 7, 8 Miliar
dari dana tahun anggaran 2018.

Uang yang dikembalikan berasal dari para guru, staf, hingga tenaga KKI SMKN 53.
Mereka turut menerima uang hasil korupsi itu dari W mantan Kepala Sekolah
SMKN 53 yang sudah menjadi tersangka.”Uang sejumlah Rp.206.825.000 yang
diterima dari para guru, tenaga KKI dan staf SMKN 53 Cengkareng”ujar Edwin saat
dikonfirmasi Suara.com, Kamis (3/6/2021) Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Barat
Dwi Agus mengatakan para guru dan staf itu tidak mengetahui kalau uang yang
diterima adalah hasil korupsi. Mereka diberitahu uang tersebut adalah insentif atas
pekerjaan mereka. Pengembalian dilakukan dalam waktu dua hari, yakni Kamis 27
Mei dan Rabu 31 Mei 2021.

“Jadi rekan guru, rekan-rekan KKI dan staf tidak mengetahui dari mana sumbernya,
karena saudara W berinisiatif sendiri menambahkan insentif bagi rekan rekan guru,
KKI, dan tenaga staf,”jelasnya. Kendati demikian, Dwi menyebut para guru dan staf
yang menerima uang tersebut tidak akan dipidana. Sebab mereka tidak mengetahui
asal sumber uang tersebut.”Mereka sebagai penerima tidak tahu asal sumber
dananya mereka berfikir itu legal ternyata berasal dari sumber yang tidak legal
makanya mereka kemarin inisiatif mengembalikan,”tuturnya. Dengan pengembalian
uang ini, Kejari disebutnya semakin yakin ada penyalahgunaan uang dana BOS
yang dilakukan para tersangka

“Terbukti teman teman guru secara inisiatif mengembalikan dana yang tidak berasal
dari sumber yang legal. Itu yang bisa saya Tarik benang merahnya. Berasal dari
SPJ Fiktif,”pungkasnya. (diunduh, pada tanggal 08 Juni 2021 dari https
://www.suara.com/news/2021/06/03/184951/guru-hingga-staf-smkn-53- kecipratan-
duit-korupsi-dana-bos-dari-kepsek-endingnya-begini)

1.2. Kejari Jakbar Bidik Calon Tersangka Baru Kasus Dana BOS dan BOP SMKN 53
Cengkareng (Jum’at, 4 Juni 2021; Agung Sandy Lesmana ] Yaumal Asri Hutasuhut;
Suara.com)

Kejaksaan Negeri Jakarta Barat membuka peluang untuk menetapkan calon

39
tersangka baru dalam perkara kasus dugaan korupsi dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) dan Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) tahun anggaran 2018,
di SMK Negeri 53 Jakarta Barat. Dalam perkara korupsi senilai Rp.7, 8 Miliar ini,
setidaknya dua orang telah ditetapkan sebagai tersangka, yakni mantan Kepala
Sekolah SMK Negeri 53 Jakarta Barat berinisial W dan seorang staf Suku Dinas
(Sudin) Pendidikan Jakarta Barat berinisial MF.

“Kan ini masih dalam proses, tidak menutup kemungkinan ada pihak pihak lain
yang dapat dimintai pertanggungjawaban (tersangka baru) dalam kasus ini,”kata
Kepala Seksi Intelijen Kejari Jakarta Barat Edwin Beslar saat dihubungi Suara.com,
Jum’at (4/6/2021)

Lebih lanjutn, kata Edwin terkait penahanan kedua tersangka akan segera
dilakukan dalam waktu dekat ini. Sebelumnya diketahui, sejak ditetapkan sebagai
tersangka keduanya belum ditahan.

“Proses penyidikan masih berlangsung dan saat ini masih melengkapi alat bukti
yang telah ada sehingga penahanan tinggal soal waktu saja,”jelasnya. Sebelumnya,
Kejari Jakarta Barat menggeledah kantor Suku Dinas (Sudin) Pendidikan Jakarta
Barat Wilayah I pada Senin (24/5/2021) lalu.

Hal itu terkait dugaan korupsi penyalahgunaan dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) dan Biaya Operasional Pendidikan (BOP) di SMKN 53 Jakarta Barat, senilai
Rp. 7, 8 Miliar dari dana Tahun Anggaran 2018.

Setidaknya tiga koper berisi dokumen dan satu buah Central Processing Unit (CPU)
diangkut. Penggeladahan dilakukan sekitar empat jam, dari siang hingga sore hari.

“Penggeladahan hari ini berkaitan dengan penyidikan kami terkait penyalahgunaan


dana BOP 2018. Kami geledah mengenai dokumen dokumen dan perangkat yang
digunakan saat kegiatan tersebut dilakukan,”kata Kasie Pidana KHusus Kejari
Jakarta Barat, Reopan Saragih di Kantor Sudin Pendidikan Jakarta Barat I, Senin
(24/5/2021) lalu. Kejaksaan Negeri Jakarta Barat menetapkan mantan Kepala
Sekolah SMK Negeri 53 Jakarta Barat berinisial W sebagai tersangka kasus dugaan
korupsi dana BOS dan BOP senilai Rp. 7, 8 Miliar dari anggaran 2018 pada Selasa
(27/4/2021). Selain W turut ditetapkan pula Staf Sudin Jakarta Barat I berinisial
MF sebagai tersangka. Modus pada perkara ini, kedua tersangka melakukan
manipulasi SPJ dan menggunakan rekanan fiktif dalam pengadaan sejumlah

40
barang. (diunduh, pada tanggal 08 Juni 2021).

dari https ://www.suara.com/news/2021/06/04/181630/kejari-jakbar-bidik-calon-


tersangka-baru-kasus-dana-bos-dan-bop-smkn-53-cengkareng?page=2

2. Kasus Kepala SMA Negeri Poso Sulawesi Tengah

“Diduga Korupsi Dana Komite, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Posos Ditahan”
(Kompas.com-28/04/2021, 05 :30 WIB, Penulis : Kontributor Poso, Mansur] Editor

: Dony Aprian) Pihak Kejaksaan Negeri (Kejari) Poso, Sulawesi Tengah,

(Diunduh pada tanggal 8 Juni 2021 dari https

://regional.kompas.com/read/2021/04/28/053000078/diduga-korupsi-dana- komite-kepala-
sekolah-sma-negeri-1-poso-ditahan

3. Kasus Kepala Sekolah di Malang, Jawa Timur

“Seorang Kepala Sekolah di Malang Jadi Tersangka Dugaan Korupsi Dana Bantuan
Pembangunan Halaman all (Kompas.com25/05/2021,19:52 WIB)

Penulis : Kontributor Malang, Andri Hartik |Editor: Pythag Kurniati

Kejaksaan Negeri Kota Malang menetapkan seorang Kepala Sekolah Menengah


Kejuruan Negeri ( SMKN) 10 Kota Malang sebagai tersangka. Kepala sekolah berinisial
DL (54) tersebut diduga terlibat kasus korupsi dana bantuan renovasi bangunan yang
berasal dari Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN) tahun 2019.

Modusnya adalah dengan melaksanakan pembangunan dengan teknis dan spesifikasi


yang tidak semestinya.

“Kami telah menetapkan tersangka inisial DL dengan jabatan sebagai kepala sekolah
SMKN 10,”kata Kepala Seksi Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Kota Malang, Dino
Kriesmiardi di kantornya, Selasa (25/5/2021)

41
Bukti dianggap cukup

Dino mengatakan, penetapan tersangka itu seiring dengan diterbitkannya Surat Perintah
Penyidikan nomor 1014/M.5.11/FD.1/05/2021 tertanggal 17 Mei 2021.”Telah kami
temukan bukti permulaan yang cukup untuk kami naikkan ke tahap penyidikan,”katanya.

Selain penggunaan dana yang berasal dari BA BUN, Kejaksaan Negeri juga mendalami
dugaan korupsi terkait pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Biaya
Penunjang Operasional Penyelenggaraan Pendidikan (BOPP) tahun 2019-2020 dan
penarikan seragam siswa.

“Kemudian tahap penyidikan saat ini, kami sudah melakukan pemeriksaan sebanyak tiga
saksi dari unsur internal SMKN 10, terdiri dari Wakasapras dan dua guru
honorer,”jelasnya.

Dana bantuan dari BA BUN tersebut senilai Rp. 1,9 Miliar. Dana itu dikucurkan untuk
pembangunan gedung dua lantai. Sementara kerugian negara akibat dugaan korupsi
pada pembangunan Gedung tersebut diperkirakan mencapai Rp.400 juta. Dugaan
korupsi itu dilakukan dengan cara menyalahi teknis perencanaan pembangunan. Pihak
Sekolah tidak melibatkan ahli pada proses pembangunan itu. Pihak Sekolah malah
memanfaatkan nama guru-guru di internal sekolah untuk proses perencanaan. Namun,
guru guru yang Namanya tercantum itu tidak dilibatkan dalam proses pembangunan.

“Untuk dana BA BUN ini sebenarnya dalam juknis aturannya jelas, melibatkan ahli untuk
perencanaan dari arsitek sipil atau ahli bangunan termasuk pengawasannya. Namun
pihak sekolah ini, menggunakan guru guru di internal mereka sendiri. Akhirnya, kualitas
pekerjaan tersebut, tidak sesuai dengan spesifikasi,”jelasnya. “Guru guru ini hanya
semacam pesona nongrata, artinya ada jabatannya namun tidak pernah dilibatkan dalam
proyek pengerjaan itu. Semuanya diatur oleh Kepala Sekolah dan tangan kanan kepala
sekolah itu sendiri,”katanya

Pihak Kejaksaan Negeri sudah turun ke lapangan untuk mengaudit bangunan yang tidak
sesuai spesifikasi tersebut. Untuk melakukan audit, pihak kejaksaan menggandeng
InstitutTeknologi Nasional (ITN) yang ada di Kota Malang. “Kami sudah berkoordinasi dan
sudah turun ke lapangan Bersama tim ahli dari Institut Teknologi Nasional terkait
perhitungan volume dari pembangunan Gedung yang bersumber dari dana BA BUN
tersebut,”katanya.

Diunduh pada tanggal 8 Juni 2021 dari:

42
https://regional.kompas.com/read/2021/05/25/195259078/seorang-kepala- sekolah-di-
malang-jadi-tersangka-dugaan-korupsi-dana-bantuan?page=all

ANALISIS KASUS :

Dari tiga kronologis kasus korupsi di atas, lakukan identifikasi atas beberapa aspek, dan
berikan tanggapan dalam kolom yang tersedia, dengan menggunakan matrik sebagai
berikut :

Tabel 1

Analisis Kasus
TANGGAPAN
NO. ASPEK YANG KASUS 1 KASUS 2 KASUS 3 SAUDARA SECARA
DIANALISIS KOMPREHENSIF
1. Jenis pelanggaran apa
dari nilai
Integritas/ delik tipikor
yang ada dalam kasus
tersebut
2. Siapa saja para pihak
yang
terlibat dalam kasus tsb
3. Apa yang menjadi
penyebab terjadinya
kasus tsb
4. Dampak dari terjadinya
kasus
bagi individu KS maupun
bagi Lembaga (Sekolah)
5. Apakah solusi yang dapat
dilakukan untuk
mencegah
kasus korupsi tersebut
terjadi di Sekolah
6. Siapa sajakah para pihak
yang
dapat terlibat dalam
menjalankan solusi
tersebut
Berdasarkan tiga kasus korupsi di atas, terlihat bahwa peluang Kepala Sekolah untuk
menghindarkan diri dari perbuatan koruptif sangat jelas, yaitu melalui penguatan
integritas serta kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dalam
pengelolaan keuangan Sekolah pada setiap tahapan dari mulai perencanaan,
pelaksanaan: penentuan prioritas belanja, pengadaan barang jasa ; pembukuan dan

43
pelaporan serta pengawasan. Selain itu, transparansi dan penguatan kinerja Tim
dalam pengelolaan keuangan yang akuntabel akan menyelamatkan Kepala Sekolah
dari sikap permisif terhadap perilaku koruptif serta godaan untuk berbuat korupsi
dalam dirinya, guru, dan staf serta lingkungan sekitarnya.

E. Rangkuman

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 06 Tahun 2021


menyatakan bahwa ada lima prinsip pengelolaan dana BOS untuk Tahun 2001,
yaitu fleksibilitas; efektivitas; efisiensi; akuntabilitas dan transparansi. Kelima
prinsip tersebut, sejatinya berlaku juga untuk pengelolaan keuangan yang diterima
Sekolah, bersumber dari manapun. Apakah dari APBN, APBD Provinsi,
Masyarakat, atau Lembaga lainnya yang sah menurut perundang-undangan.
Pengelolaan Keuangan Sekolah yang transparan dan akuntabel merupakan
bagian dari upaya yang dilaksanakan oleh Kepala Sekolah sebagai penanggung
jawab di Sekolah, untuk melaksanakan prinsip pengelolaan keuangan yang
diterima Sekolah, dalam rangka mewujudkan Sekolah Berintegritas, yakni Sekolah
yang menerapkan prinsip kepemerintahan yang baik (Good Governance) dengan
akuntabel, partisipasi, dan partisipasi sebagai unsur utama ; penegakan aturan,
dan menekan potensi tindak pidana korupsi di Sekolah.

Selain itu, Pengelolaan Keuangan yang transparan dan akuntabel merupakan


bukti dari komitmen Kepala Sekolah bersama semua warga Sekolah dalam
melaksanakan amanahnya sesuai dengan sumpah yang dibacakan pada saat
pengangkatan sebagai PNS maupun pada saat diangkat dalam jabatan, bahwa
PNS akan bekerja dengan melaksanakan nilai nilai integritas.

Sistem Transparansi, Akuntabilitas, dan Pengawasan Dana Pendidikan di Sekolah


harus dibangun dan dikembangkan oleh Sekolah, meliputi setiap tahapan
pengelolaan dari mulai perencanaan sampai dengan pelaksanaan dan
pengawasan. Sistem di Sekolah dibangun bersama oleh Kepala Sekolah dengan
seluruh unsur stakeholders Sekolah secara bertahap, konsisten, dan
berkelanjutan. Pembangunan sistem akan bersifat dinamis, disesuaikan dengan
karakteristik, kondisi sekolah, dan perkembangan regulasi dalam pengelolaan
keuangan di Sekolah. Namun demikian, pengelolaan keuangan sekolah sebagai
salah satu subsistem dalam penyelenggaraan Pendidikan di sekolah, tentu tidak
bisa dilepaskan dari subsistem lainnya, seperti : penyelenggaraan PPDB;

44
pengelolaan Dapodik, pelaksanaan pembelajaran (blended learning antara luring
dan daring); pengembangan budaya antikorupsi; pengelolaan, dan pembinaan
kepatuhan terhadap kode etik GTK; serta pengelolaan pengaduan masyarakat.

Kunci keberhasilan pembangunan dan pelaksanaan sistem transparansi,


akuntabilitas, dan pengawasan dana Pendidikan di Sekolah adalah Kerjasama Tim,
implementasi nilai integritas dengan keteladanan dari Kepala Sekolah, serta
komunikasi efektif antara Kepala Sekolah dabn warga sekolah dengan stakeholders
Pendidikan, baik internal sekolah maupun eksternal dengan public secara umum.

F. Evaluasi

Dalam tahap evaluasi, Saudara diingatkan untuk melihat Kembali output dari
aktivitas pembelajaran yang telah dilaksanakan selama pembelajaran materi ini.
Apabila ada yang belum terselesaikan, maka Saudara bisa menyelesaikannya.
Diharapkan dari aktivitas pembelajaran dalam materi pokok ini, akan menjadi bahan
untuk dipraktikkan di Sekolah dalam kurun waktu 1-2 minggu berikutnya, sebagai
tindak lanjut dari pembelajaran materi ini. Selanjutnya Kepala Sekolah bisa
mengumpulkan dokumen sebagai evidence yang akan diajukan dalam proses
sertifikasi sebagai Kepala Sekolah Berintegritas.

Tabel 2

Sekolah Berintegritas

No. No TEMA OUTPUT ( DOKUMEN, LENGKAP/


LK DATA, DLL) BELUM
Urut
LENGKAP *)

1 01 REGULASI DAN Daftar Regulasi yang


SUMBER DANA berlaku dalam
KEUANGAN Pengelolaan Keuangan
SEKOLAH Sekolah dan Data Sumber
Dana Keuangan Sekolah

TA 2021/2022

2 02 TIM PENGELOLAAN Sk tpk eksisting, dan


KEUANGAN analisisnya terhadap tpk
SEKOLAH

45
(TPK)

3 03 REVIU RKJM DAN Dokumen berisi langkah


RKT PERSIAPAN penyusunan rkas tahun
MENYUSUN RKAS 2022, berdasarkan
contoh kasus di sman x
2022
kabupaten y

4 04 PENENTUAN Strategi penentuan


PROGRAM prioritas dan alokasi
PRIORITAS DAN belanja di sekolah masing
ALOKASI masing untuk rkas tahun
2022
BELANJA DALAM
RKAS

5 05 PELAPORAN Gambaran Pelaporan


KEUANGAN Keuangan Tahun 2020 Di
SEKOLAH TAHUN Sekolah Masing Masing
2020 & 2021 dan Rencana penyusunan
laporan keuangan untuk
t.a. 2021

Kendala Dlm Penyusunan


Laporan Keuangan Dan
Rekomendasi Untuk
Perbaikan Kebijakan
Dalam Pelaporan

Keuangan

6 06 AUDIT DAN Strategi Penyelenggaraan


Audit Internal

46
SOSIALISASI / Di Sekolah Masing Masing
INFORMASI Untuk Tahun 2021
TTG
Keputusan Kepala Sekolah
PENGELOLAA
Tentang Penugasan Tim
N KEUANGAN
PPID di Sekolah, Dengan
SEKOLAH
Lampiran Rincian Tugas
Dan Timelines nya

Strategi Inovatif dalam


Sosialisasi dan

Penyebaran Informasi
pengelolaan keuangan di
Sekolah masing masing

47

Anda mungkin juga menyukai