Anda di halaman 1dari 7

ENAM HAL YANG 

MEMBUAT HATI RUSAK

Khutbah Pertama

ِ ‫ِإ ّن ْال َح ْم َد ِهللِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَع ُْو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشر ُْو ِر َأ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيَّئا‬
‫ت‬
ُ‫ي لَه‬ َ ‫ض ّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد‬ ِ ‫َأ ْع َمالِنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم‬،
‫ اَللَّهُ َّم‬.ُ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬،ُ‫ك لَه‬
َ ‫َأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي‬
‫ان ِإلَى يَ ْو ِم‬ ٍ ‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه وَأصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َس‬ ِ َ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َوب‬ َ
‫ال ّديْن‬،
‫قال هللا تعالى فى كتابه الكريم‬
‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُم ْوتُ ّن ِإالّ َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن‬
ّ ‫يَاَأيّهَا الّ َذي َْن آ َمنُ ْوا اتّقُوا هللاَ َح‬،
‫يَاَأيّهَا الّ ِذي َْن آ َمنُ ْوا اتّقُوا هللاَ َوقُ ْولُ ْوا قَ ْوالً َس ِد ْي ًدا يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُ ْوبَ ُك ْم‬
‫ َو َم ْن ي ُِط ِع هللاَ َو َرس ُْولَهُ فَقَ ْد فَا َز فَ ْو ًزا َع ِظ ْي ًما‬،
‫َأ ّما بَ ْع ُد‬...
MA’ASYIRAL MUSLIMIN WA ZUMROTAL MU’MININ
RAHIMAKUMULLAH!
Tiada kata dan rasa yang layak kita ungkapkan melainkan puji
serta syukur kita kepada Allah SWT, atas limpahan nikmat dan
karunianya, baik berupa nikmat iman, Kesehatan, kekuatan dan
kesempatan hingga kita dapat melangkahkan kaki kita menuju
salah satu rumah Allah ya’ni Mesjid Al-Muhsinin yang semoga
senantiasa Allah penuhi dengan keberkahan.
Sholawat beriring salam semoga senantiasa tercurah kepada
uswatun hasanah (Suri Teladan kita) rahmatan lil’alamiin
(Rahmat bagi seluruh alam) Ya’ni Nabi Muhammad Saw, semoga
kita semua mendapatkan Syafaat beliau di yaumil Akhir. Aamiin
Yaa Robbal 'Alamiin…
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah . . .
Khatib mengingatkan kepada diri khatib pribadi dan mewasiatkan kepada
jamaah sekalian untuk senatiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada
Allah SWT dengan selalu Mengingat-Nya dan tidak melupakan-Nya,
mensyukuri nikmat yang Allah berikan dan tidak kufur kepada-Nya,
mengikuti syariat Allah dan tidak durhaka kepad-Nya serta melaksanakan
segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah . . .


Sesungguhnya ketakwaan seseorang berada di dalam
qalbunya, sebagaimana sabda Rasulullah Saw
‫ اَلتَّ ْق َوى هَا هُنَا‬، ‫ اَلتَّ ْق َوى هَا هُنَا‬،‫اَلتَّ ْق َوى هَا هُنَا‬
“Takwa itu di sini! Takwa itu di sini! Takwa itu di sini! (“Seraya
menunjukkan ke arah dada beliau”) (HR. Muslim)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah . . .
Qalbu atau hati ibarat raja dari setiap diri manusia. Karena
pikiran, ucapan dan perilaku manusia sangat ditentukan oleh
kondisi hatinya. Baik-buruk perbuatannya tergantung pada baik
atau rusaknya qalbu, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
‫ت فَ َس َد ْال َج َس ُد‬
ْ ‫ َوِإ َذا فَ َس َد‬،ُ‫صلَ َح ْال َج َس ُد ُكلُّه‬ َ ‫ ِإ َذا‬،ً‫َأاَل َوِإ َّن فِي ْال َج َس ِد ُمضْ َغة‬
ْ ‫صلَ َح‬
َ ‫ت‬
ُ‫ َأاَل َو ِه َي ْالقَ ْلب‬،ُ‫ ُكلُّه‬،
“Ketahuilah, bahwasanya pada tubuh seseorang ada segumpal
daging. Jika dia baik, akan baiklah seluruh anggota tubuhnya.
Namun, apabila ia rusak, maka akan rusak pula seluruh anggota
tubuhnya. Ketahuilah, bahwasanya segumpal daging itu adalah
qalbu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah . . .
Al-Qur’an telah mengajak kepada jalan yang lurus, namun
kebanyak manusia masih enggan mengamalkan ajaran yang
terkandung di dalamnya. Barangkali hatinya telah mengeras,
sehingga berbagai kebenaran ataupun nasihat yang datang, hanya
dianggap angin lalu. Nasihat nyata berupa kematianpun, juga
tidak membekas dalam hatinya.
Imam Hasan al-Bashri memaparkan bahwa setidaknya ada
enam hal yang membuat hati manusia menjadi rusak.
Yang Pertama, Berbuat Dosa dan Menunda Taubat kepada Allah.
Orang seperti ini tahu bahwa dia melakukan dosa namun
menunda taubatnya atau dengan kata lain dia merasa bahwa
masih ada waktu untuk bertaubat, mungkin ia merasa masih
muda, masih sehat ataupun yakin masih memiliki umur yang
panjang. Ia tidak berpikir bahwa Allah bisa mengambil nyawanya
kapan saja.

Yang Kedua, Berilmu Tapi Tidak Mengamalkannya.


Pengertian “tidak mengamalkan ilmu” adalah:
mendiamkannya hanya sebagai koleksi pengetahuan dalam
kepala, hanya untuk kebanggaan dengan ilmu yang dimiliki,
hanya untuk berdebat hanya untuk membodohi dan
merendahkan orang lain. Kondisi ini bisa menyebabkan
rusaknya hati.

Yang Ketiga, Tidak Ikhlas dalam Beramal.


Setelah ilmu diamalkan, urusan belum sepenuhnya selesai.
Sebab, manusia masih dihinggapi hawa nafsu dari arah mana saja.
Ia mungkin saja berbuat banyak kebaikan, namun sia-sia saja
karena tidak ada ketulusan ataupun rasa ikhlas dalam hatinya. Ia
beramal namun mengharapkan pujian dari orang lain dan iapun
bangga terhadap apa yang dikerjakannya.
Imam al-Ghazali pernah mengatakan, “Semua orang akan
celaka kecuali orang-orang berilmu, orang-orang berilmu juga
akan celaka kecuali mereka yang mengamalkan ilmunya, mereka
yang mengamalkan ilmunya juga akan celaka kecuali mereka
yang ikhlas dalam beramal, dan mereka yang ikhlas juga
terancam bahaya yang besar.” (Ihya 'Ulumuddin: hal-521)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah . . .
Yang Keempat, Tidak Bersyukur Terhadap Rezki yang Allah SWT
Berikan.
Orang yang tak mau bersyukur adalah orang yang tidak
memahami hakikat rezeki. Anugerah Allah mungkin ia batasi
hanya kepada ukuran-ukuran yang bersifat kebendaan, misalnya
keuntungan yang banyak, uang yang berlimpah, rumah yang
megah, kendaraan yang mewah, dan lain sebaginya.
Padahal, rezeki telah dinikmatinya setiap saat, Mulai dari
helaan napas, waktu luang, kesehatan, dan lain sebagainya yang
tidak akan mungkin dapat terhitung.
‫لَِئن َش َكرْ تُ ْم َأَل ِزي َدنَّ ُك ْم ۖ َولَِئن َكفَرْ تُ ْم ِإ َّن َع َذابِى لَ َش ِدي ٌد‬
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (Q.S. Ibrahim: 7)
Perusak hati yang kelima adalah Tidak Ridha Dengan Ketentuan
Allah.
Pada tingkatan ini, orang bukan hanya tidak mau mengucap
syukur atas rezki dari Allah, tapi mereka juga tidak sabar terhadap
ujian dari Allah SWT. Kerap mengeluh, merasa kurang, bahkan
tidak puas dengan ketetapan Allah SWT.
Adakalanya ujian itu berupa musibah dan adakalanya berupa
kenikmatan, Allah dapat melihat siapakah yang bersyukur dan
siapakah yang kufur, siapakah yang bersabar serta siapakah yang
berputus asa.
Yang Keenam, Mengubur Orang Mati Namun Tidak Mengambil
Pelajaran Darinya.
Peristiwa kematian adalah nasihat yang paling jelas. Ketika
ada orang meninggal, kita diperlihatkan bahwa kehidupan dunia
ini adalah fana. Kematian adalah momen perpisahan seseorang
dengan seluruh kekayaan, jabatan, status sosial, dan popularitas
yang pernah dimilikinya. Selanjutnya, orang mati akan
berhadapan dengan semua pertanggungjawaban atas apa yang ia
perbuat selama hidup di dunia.
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
‫ َوِإ ْن لَ ْم يَ ْن َج ِم ْنهُ فَ َما‬،ُ‫ فَِإ ْن نَ َجا ِم ْنهُ فَ َما بَ ْع َدهُ َأ ْي َسر ِم ْنه‬،‫اآلخ َر ِة‬ ِ َ‫ِإ َّن ْالقَ ْب َر َأ َّو ُل َمن‬
ِ ‫از ِل‬
ُ‫بَ ْع َدهُ َأ َش ُّد ِم ْنه‬
“Sungguh liang kubur merupakan awal perjalanan akhirat. Jika
seseorang selamat dari (siksaan)-nya maka perjalanan
selanjutnya akan lebih mudah. Namun jika ia tidak selamat dari
(siksaan)-nya maka (siksaan) selanjutnya akan lebih kejam.” (HR
Tirmidzi).
،‫ َونَفَ َعنِي َوِإيَّا ُك ْم بِ َمافِ ْي ِه ِم ْن آيَ ِة َو ِذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬،‫آن ْال َع ِظي ِْم‬ ِ ْ‫ك هللا لِي َولَ ُك ْم فِى ْالقُر‬ َ ‫بَا َر‬
‫ َوتَقَبَّ َل هللاُ ِمنَّا َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوتَهُ ِإنَّهُ هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ال َعلِ ْي ُم‬،
KHUTBAH KEDUA
‫ق‬َ َ ‫ َو َج َع َل الضِّ يا‬،‫ب ْال ُم ْسلِ ِمي َْن وال ُمْؤ ِمنِي َْن‬ ِ ‫ال َح ْم ُد هللِ الَّ ِذيْ َأ ْن َز َل ال َّس ِك ْينَةَ َعلَى قُلُ ْو‬
‫ َوَأ ْشهَ ُد‬،‫ق ْال ُمبِي ُْن‬ ُّ ‫ك ْال َح‬
ُ ِ‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل هللاُ ْال َمل‬،‫ب ْال ُمنَافِقِي َْن َو ْال َكافِ ِري َْن‬ِ ‫َعلَى قُلُ ْو‬
‫ار ْك َعلَى‬ ِ َ‫صلِّ َو َسلِّ ْم َو ب‬ َ ‫ اَللَّهُ َّم‬،‫ق ْال َو ْع ِد اَأل ِمي ِْن‬ ُ ‫َأ َّن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ الصَّا ِد‬
َ ‫ث َرحْ َمةً لِ ْل َعالَ ِمي َْن َو َعلَى آلِ ِه َو‬
‫صحْ بِ ِه َوالتَّابِ ِعي َْن اَل َح ْو َل َواَل قُ َّوةَ ِإاَّل‬ ِ ‫ُم َح َّم ٍد ال َم ْبع ُْو‬
‫بِاهللِ ْال َعلِ ِّي ْال َع ِظي ِْم‬،
Pada kesempatan jumat yang berkah ini, marilah kita bersama-sama
meraba hati kita masing-masing, sudahkan kita tata sedemikian rupa
hingga menambah nilai ketakwaan kita kepada-Nya.
Hati ini harus selalu kita jaga, jangan sampai rusak terkena penyakit
yang berupa maksiat yang terus kita lakukan. Karena kemaksiatan kecil
yang terus dibiarkan dan dilakukan akan membuat hati menjadi hitam
kelam dan keras. Dan bila terasa diri ini banyak dosa segeralah minta
ampunan kepada-Nya. Atau bersegeralah melaksanakan hal-hal yang
diridhoi-Nya sebagai tebusan atas kesalahan-kesalahan yang telah kita
lakukan.
Semoga Allah memberikan kekuatan dan kesucian dalam hati kita
untuk terus melakukan ketaatan kepada-Nya.

ِ ‫اَيُّهَا النَّاسُ ُأ ْو‬


‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِسي بِتَ ْق َوى هللاِ َوطَا َعتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِح ُْو َن فَيَا‬
‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‬ َ ‫ين آ َمنُوا‬ َ ‫ون َعلَى النَّبِ ِّي يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬
َ ُّ‫صل‬
َ ُ‫ِإ َّن هَّللا َ َو َماَل ِئ َكتَهُ ي‬
‫ْت َعلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬
‫آل‬ ‫صلَّي َ‬
‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫اَللَّهُ َّم َ‬
‫ت َعلَى‬ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْك َ‬ ‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪َ ،‬وبَ ِ‬‫ِإ ْب َرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إنَّ َ‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ ‫آل ِإ ْب َرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إنَّ َ‬
‫‪ِ،‬إ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬
‫ت‬‫ت اَألحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَأل ْم َوا ِ‬ ‫ت َوالمْؤ ِمنِي َْن َوالمْؤ ِمنَا ِ‬ ‫اللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمي َْن َوالم ْسلِ َما ِ‬
‫اض َي ال َحا َجات‬ ‫ت يَا قَ ِ‬ ‫ك َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال َّد َع َوا ِ‬ ‫‪ِ،‬إنَّ َ‬
‫رِّف قُلُوبَنَا ِفي‬‫ص ْ‬ ‫ب َ‬ ‫رِّف ْالقُلُو ِ‬ ‫ص َ‬ ‫ك َويَا ُم َ‬ ‫ِّت قُلُوبَنَا َعلَى ِدينِ َ‬ ‫ب ثَب ْ‬ ‫ب ْالقُلُو ِ‬‫اَللَّهُ َّم يَا ُمقَلِّ َ‬
‫‪،‬طَا َعتِ َ‬
‫ك‬
‫اب النَّ ِ‬
‫ار‬ ‫‪،‬ربَّنَا اَتِنَا فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َو فِى اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َو قِنَا َع َذ َ‬ ‫َ‬
‫ان َوِإ ْيتَا ِء ِذى القُربَى َويَ ْنهَى َع ِن الفَ ْخ َشا ِء‬ ‫عباد هللا‪ِ ،‬إ َّن هللاَ يَأ ُم ُر بِال َع ْد ِل َواِإْل حْ َس ِ‬
‫َوال ُم ْن َك ِر َوالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُكم لَ َعلَّ ُكم تَ َذ َّكر ُْو َن‪ ,‬فَ ْاذ ُكر ُْوا هللاَ ال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكر ُْوهُ َعلَى‬
‫ْط ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ َأكبَ ُر‬ ‫‪،‬نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َوا ْسَألُ ْوهُ ِم ْن فَضْ لِ ِه يُع ِ‬
‫َأقِ ْي ُم ْوا ال َّ‬
‫صاَل َة‬

Anda mungkin juga menyukai