Anda di halaman 1dari 10

‫‪ENAM HAL YANG 

MEMBUAT HATI RUSAK‬‬

‫‪Khutbah Pertama‬‬

‫ِإ ّن ْال َح ْم َد ِهللِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَع ُْو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشر ُْو ِر َأ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيَّئا ِ‬
‫ت‬
‫ي لَهُ‬ ‫ض ّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد َ‬ ‫‪َ،‬أ ْع َمالِنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم ِ‬
‫ك لَهُ‪َ ،‬وَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ‪ .‬اَللَّهُ َّم‬
‫َأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي َ‬
‫ان ِإلَى يَ ْو ِم‬ ‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه وَأصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َس ٍ‬ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َوبَ ِ‬ ‫َ‬
‫‪،‬ال ّديْن‬
‫قال هللا تعالى فى كتابه الكريم‬
‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُم ْوتُ ّن ِإالّ َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن‬‫‪،‬يَاَأيّهَا الّ َذي َْن آ َمنُ ْوا اتّقُوا هللاَ َح ّ‬
‫ث‬ ‫ق ِم ْنهَا َز ْو َجهَا َوبَ ّ‬ ‫اح َد ٍة َو َخلَ َ‬‫س َو ِ‬ ‫يَاَأيّهَا النَاسُ اتّقُ ْوا َربّ ُك ُم الّ ِذي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف ٍ‬
‫ان‬‫ِم ْنهُ َما ِر َجاالً َكثِ ْيرًا َونِ َسا ًء َواتّقُوا هللاَ الَ ِذي تَ َسا َءلُ ْو َن ِب ِه َواَْألرْ َحام َ ِإ ّن هللاَ َك َ‬
‫‪َ ،‬علَ ْي ُك ْم َرقِ ْيبًا‬
‫يَاَأيّهَا الّ ِذي َْن آ َمنُ ْوا اتّقُوا هللاَ َوقُ ْولُ ْوا قَ ْوالً َس ِد ْي ًدا يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُ ْوبَ ُك ْم‬
‫‪َ ،‬و َم ْن ي ُِط ِع هللاَ َو َرس ُْولَهُ فَقَ ْد فَا َز فَ ْو ًزا َع ِظ ْي ًما‬
‫‪َ...‬أ ّما بَ ْع ُد‬

‫‪MA’ASYIRAL MUSLIMIN WA ZUMROTAL MU’MININ‬‬


‫!‪RAHIMAKUMULLAH‬‬
‫‪Tiada kata dan rasa yang layak kita ungkapkan melainkan puji‬‬
‫‪serta syukur kita kepada Allah SWT, atas limpahan nikmat dan‬‬
‫‪karunianya, baik berupa nikmat iman, Kesehatan, kekuatan dan‬‬
‫‪kesempatan hingga kita dapat melangkahkan kaki kita menuju‬‬
salah satu rumah Allah ya’ni Mesjid Al-Muhsinin yang semoga
senantiasa Allah penuhi dengan keberkahan.

Sholawat beriring salam semoga senantiasa tercurah kepada


uswatun hasanah (Suri Teladan kita) rahmatan lil’alamiin
(Rahmat bagi seluruh alam) Ya’ni Nabi Muhammad Saw, semoga
kita semua mendapatkan Syafaat beliau di yaumil Akhir. Amiin Yaa
Robbal 'Alamiin…

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah . . .


Di setiap Jum’at khatib senantiasa mewasiatkan kepada kita
semua agar selalu meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT,
karena mengingatkan dan mewasiatkan Taqwa adalah keharusan
bagi setiap khatib dalam setiap khutbahnya.

Maka dari itu khatib mengingatkan kepada diri khatib pribadi dan
mewasiatkan kepada jamaah sekalian untuk senatiasa
meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan selalu
Mengingat-Nya dan tidak melupakan-Nya, mensyukuri nikmat
yang Allah berikan dan tidak kufur kepada-Nya, mengikuti aturan
Allah dan tidak durhaka kepad-Nya serta melaksanakan segala
perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah . . .


Sesungguhnya ketakwaan seseorang berada di dalam qalbunya,
sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
‫ اَلتَّ ْق َوى هَا هُنَا‬، ‫ اَلتَّ ْق َوى هَا هُنَا‬،‫اَلتَّ ْق َوى هَا هُنَا‬
“Takwa itu di sini! Takwa itu di sini! Takwa itu di sini! (“Seraya
menunjukkan ke arah dada beliau”) (HR. Muslim)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah . . .
Qalbu ibarat generator penggerak setiap tindakan dan perbuatan
seseorang. Bahkan hati merupakan raja dari setiap manusia.
Karena pikiran, ucapan dan perilaku manusia sangat ditentukan
oleh kondisi hatinya. Baik-buruk perbuatannya tergantung pada
bagus atau rusaknya qalbu, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
‫ت فَ َس َد ْال َج َس ُد‬
ْ ‫ َوِإ َذا فَ َس َد‬،ُ‫صلَ َح ْال َج َس ُد ُكلُّه‬ َ ‫ ِإ َذا‬،ً‫َأاَل َوِإ َّن فِي ْال َج َس ِد ُمضْ َغة‬
ْ ‫صلَ َح‬
َ ‫ت‬
ُ‫ َأاَل َو ِه َي ْالقَ ْلب‬،ُ‫ ُكلُّه‬،
“Ketahuilah, bahwasanya pada tubuh seseorang ada segumpal
daging. Jika dia baik, akan baiklah seluruh anggota tubuhnya.
Namun, apabila ia rusak, maka akan rusak pula seluruh anggota
tubuhnya. Ketahuilah, bahwasanya segumpal daging itu adalah
qalbu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Yang dilihat dan dinilai dari seseorang di sisi Allah ‘azza wa jalla
adalah qalbu dan amal perbuatan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
‫ َولَ ِك ْن يَ ْنظُ ُر ِإلَى قُلُوبِ ُك ْم َوَأ ْع َمالِ ُك ْم‬،‫ص َو ِر ُك ْم َوَأ ْم َوالِ ُك ْم‬
ُ ‫ِإ َّن هللاَ اَل يَ ْنظُ ُر ِإلَى‬
“Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk rupa kalian dan tidak
juga harta benda kalian, tetapi Dia melihat hati dan perbuatan
kalian" (H.R. Muslim)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah . . .
Al-Qur’an telah mengajak kepada jalan yang lurus, namun
kebanyak manusia masih enggan mengamalkan ajaran-ajarannya
dengan sepenuh hati. Barangkali hatinya telah mengeras,
sehingga berbagai nasihat yang datang silih berganti, hanya
dianggap angin lalu. Nasihat nyata berupa kematian, juga tidak
membekas dalam hatinya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah . . .
Untuk menjaga agar hati tidak mengeras dan membatu, perlu
kiranya kita mengetahui apa saja yang menjadi penyebabnya?
Imam Hasan al-Bashri memaparkan bahwa setidaknya ada enam
hal yang membuat hati manusia menjadi rusak.
Yang Pertama, Berbuat Dosa Dengan Berharap Kelak Ia Bisa
Bertobat.
Orang seperti ini tahu bahwa dia melakukan dosa namun
menunda taubatnya atau dengan kata lain dia merasa bahwa
masih ada waktu untuk bertaubat, mungkin ia merasa masih
muda, masih sehat ataupun yakin masih memiliki umur yang
panjang. Ia tidak berpikir bahwa Allah bisa mengambil nyawanya
kapan saja. Ia sadar bahwa apa yang dilakukan adalah
kedurhakaan. Ini merupakan sebuah kesombongan karena terlalu
percaya diri bahwa Allah akan memberinya kesempatan untuk
bertobat. Ini juga termasuk sikap meremehkan karena perbuatan
dosa dilakukan bukan karena kebodohan melainkan kesengajaan.
Alih-alih tobat bakal diterima, bisa jadi justru hati makin gelap,
dosa-dosa kian menumpuk, dan kesadaran untuk kembali kepada
Allahpun hilang.

Yang Kedua, Berilmu Tapi Tidak Mau Mengamalkannya.


Pengertian “tidak mengamalkan ilmu” adalah: mendiamkannya
hanya sebagai koleksi pengetahuan dalam kepala, atau si pemilik
ilmu berbuat yang bertentangan dengan ilmu yang dimiliki, hanya
untuk berdebat hanya untuk membodohi dan merendahkan
orang lain. Kondisi ini bisa menyebabkan rusaknya hati.
Ilmu itu mesti diiringi dengan amalan, dan amalan-amalan itu
merupakan buah dari ilmu. Maka ilmu tanpa amalan seperti
pohon yang tidak berbuah tidak ada faedah padanya. Dan
sesungguhnya ilmu itu diturunkan untuk tujuan diamalkan.
Ibnu ‘Abbad r.a pernah mengatakan, “Barangsiapa yang berusaha
mengamalkan ilmu yang telah diketahuinya, maka Alloh akan
menunjukkan mereka pada apa yang belum mereka ketahui.”
Semakin ilmu kita amalkan, akan semakin banyak manfaatnya dan
semakin kuat pula kita memahami ilmu tersebut. Karena boleh
jadi ilmu yang masih sedikit yang kita miliki tersebut, justru akan
semakin lengkap manakala kita mengamalkannya. Kita akan
semakin mengerti sisi-sisi mana saja yang masih belum kita
ketahui pada ilmu tersebut. Ilmu akan membuat kita mengerti
hidup ini. Dan, beramal dengan ilmu akan membuat kita sampai
pada hakikat dan tujuan hidup ini.
Yang Ketiga, Tidak Ikhlas dalam Beramal.
Setelah ilmu diamalkan, urusan belum sepenuhnya selesai. Sebab,
manusia masih dihinggapi hawa nafsu dari arah mana saja. Ia
mungkin saja berbuat banyak kebaikan, namun sia-sia saja karena
tidak ada ketulusan ataupun rasa ikhlas dalam hatinya. Ia beramal
namun mengharapkan pujian dari orang lain dan iapun bangga
terhadap apa yang dikerjakannya.
Imam al-Ghazali pernah mengatakan, “Semua orang akan celaka
kecuali orang-orang berilmu, orang-orang berilmu juga akan
celaka kecuali mereka yang mengamalkan ilmunya, mereka yang
mengamalkan ilmunya juga celaka kecuali mereka yang ikhlas
dalam beramal, dan mereka yang ikhlas juga terancam bahaya
yang besar.” (Ihya 'Ulumuddin: hal-521)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah . . .
Yang Keempat, Tidak Bersyukur Terhadap Rezki yang Allah SWT
Berikan.
Karunia dan syukur merupakan pasangan yang tak bisa
dipisahkan. Orang yang tak mau bersyukur adalah orang yang
tidak memahami hakikat rezeki. Jenis anugerah Allah mungkin ia
batasi hanya kepada ukuran-ukuran yang bersifat material belaka,
misalnya jumlah uang, rumah, kendaraan, jenis makanan, dan
lain-lain.
Padahal, rezeki telah diterima setiap saat, Mulai dari helaan
napas, waktu luang, kesehatan, hingga berbagai kecukupan
kebutuhan lainnya seperti makanan, tempat tinggal, dan pakaian.
Hanya mereka yang sanggup merenungkannya yang akan jauh
dari kufur nikmat alias tidak bersyukur.
‫لَِئن َش َكرْ تُ ْم َأَل ِزي َدنَّ ُك ْم ۖ َولَِئن َكفَرْ تُ ْم ِإ َّن َع َذابِى لَ َش ِدي ٌد‬
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (Q.S. Ibrahim: 7)
Perusak hati yang kelima adalah Tidak Ridha Dengan Ketentuan
Allah.
Pada level ini, orang bukan hanya tidak mau mengucap syukur
atas rezki dari Allah tapi mereka juga tidak sabar terhadap ujian
Allah SWT. Kerap mengeluh, merasa kurang, bahkan tidak puas
dengan ketetapan Allah SWT. Betapa banyak orang dengan harta
berlimpah namun malah lalai dengan tanggung jawab
kehambaannya: boros, sombong, berfoya-foya, kikir, tenggelam
dalam kesibukan duniawi dan lupa dengan kehidupan akhirat.
ُ‫ض َو ٰلَ ِك ْن يُنَ ِّز ُل بِقَ َد ٍر َما يَ َشا ُء ۚ ِإنَّه‬
ِ ْ‫ق لِ ِعبَا ِد ِه لَبَ َغ ْوا فِي اَأْلر‬
َ ‫َولَ ْو بَ َسطَ هَّللا ُ ال ِّر ْز‬
‫صي ٌر‬ ِ َ‫بِ ِعبَا ِد ِه َخبِي ٌر ب‬
“Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-
Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi
Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran.
Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-
Nya lagi Maha Melihat." (QS. Asy-Syura: 27).

ِ ُ‫ص ِّم َن ٱَأْل ْم ٰ َو ِل َوٱَأْلنف‬


ِ ‫س َوٱلثَّ َم ٰ َر‬
ۗ‫ت‬ ِ ‫ف َو ْٱلج‬
ٍ ۢ ‫ُوع َونَ ْق‬ ِ ‫َولَنَ ْبلُ َونَّ ُكم بِ َش ْى ۢ ٍء ِّم َن ْٱل َخ ْو‬
‫ين‬
َ ‫ص ٰـبِ ِر‬ َّ ‫َوبَ ِّش ِر ٱل‬
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-
buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar”. (QS Al-Baqarah: 155).
Adakalanya ujian itu dengan musibah dan adakalanya dengan
nikmat, agar Allah dapat melihat siapakah yang bersyukur dan
siapakah yang ingkar, siapakah yang bersabar serta siapakah yang
berputus asa.
Allah berfirman di dalam Hadits Qudsi:
‫ ولم‬،‫ ولم يشكر لنعمائى‬،‫ من لم يصبر على بالئى‬،‫إنني اناهللا ال اله اال انا‬
‫ وليطلب ربا سواي‬،‫ فليخرج من تحت سمائى‬،‫يرضى بقضائى‬
“Sesungguhnya Aku ini Allah, tiada Tuhan selain Aku. Barangsiapa
yang tidak bersabar atas cobaan-Ku, tidak bersyukur atas segala
nikmat-Ku serta tidak rela terhadap keputusan-Ku, maka
hendaklah ia keluar dari kolong langit dan carilah Tuhan selain
Aku”.
Yang Keenam, Mengubur Orang Mati Namun Tidak Mengambil
Pelajaran Darinya. Peristiwa kematian adalah nasihat yang paling
jelas. Ketika ada orang meninggal, kita disajikan fakta bahwa
kehidupan dunia ini adalah bersifat fana. Kematian adalah momen
perpisahan kita dengan seluruh kekayaan, jabatan, status sosial,
dan popularitas yang pernah dimiliki. Selanjutnya, orang mati
akan berhadapan dengan semua pertanggungjawaban atas apa
yang ia perbuat selama hidup di dunia.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
‫ َوِإ ْن لَ ْم يَ ْن َج ِم ْنهُ فَ َما‬،ُ‫ فَِإ ْن نَ َجا ِم ْنهُ فَ َما بَ ْع َدهُ َأ ْي َسر ِم ْنه‬،‫اآلخ َر ِة‬ ِ َ‫ِإ َّن ْالقَ ْب َر َأ َّو ُل َمن‬
ِ ‫از ِل‬
ُ‫بَ ْع َدهُ َأ َش ُّد ِم ْنه‬
“Sungguh liang kubur merupakan awal perjalanan akhirat. Jika
seseorang selamat dari (siksaan)-nya maka perjalanan
selanjutnya akan lebih mudah. Namun jika ia tidak selamat dari
(siksaan)-nya maka (siksaan) selanjutnya akan lebih kejam.” (HR
Tirmidzi).
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah . . .
Semoga Allah ‘azza wa jalla menjaga qalbu kita dan
menghindarkan kita dari hal-hal yang dapat merusak dan
mengeraskan hati.
،‫ َونَفَ َعنِي َوِإيَّا ُك ْم بِ َمافِ ْي ِه ِم ْن آيَ ِة َو ِذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬،‫آن ْال َع ِظي ِْم‬ ِ ْ‫ك هللا لِي َولَ ُك ْم فِى ْالقُر‬ َ ‫بَا َر‬
‫ َوتَقَبَّ َل هللاُ ِمنَّا َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوتَهُ ِإنَّهُ هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ال َعلِ ْي ُم‬،

KHUTBAH KEDUA
‫ق‬َ َ ‫ َو َج َع َل الضِّ يا‬،‫ب ْال ُم ْسلِ ِمي َْن وال ُمْؤ ِمنِي َْن‬ ِ ‫ال َح ْم ُد هللِ الَّ ِذيْ َأ ْن َز َل ال َّس ِك ْينَةَ َعلَى قُلُ ْو‬
‫ َوَأ ْشهَ ُد‬،‫ق ْال ُمبِي ُْن‬ ُّ ‫ك ْال َح‬
ُ ِ‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل هللاُ ْال َمل‬،‫ب ْال ُمنَافِقِي َْن َو ْال َكافِ ِري َْن‬ِ ‫َعلَى قُلُ ْو‬
‫ار ْك َعلَى‬ ِ َ‫صلِّ َو َسلِّ ْم َو ب‬ َ ‫ اَللَّهُ َّم‬،‫ق ْال َو ْع ِد اَأل ِمي ِْن‬ ُ ‫َأ َّن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ الصَّا ِد‬
َ ‫ث َرحْ َمةً لِ ْل َعالَ ِمي َْن َو َعلَى آلِ ِه َو‬
‫صحْ بِ ِه َوالتَّابِ ِعي َْن اَل َح ْو َل َواَل قُ َّوةَ ِإاَّل‬ ِ ‫ُم َح َّم ٍد ال َم ْبع ُْو‬
‫بِاهللِ ْال َعلِ ِّي ْال َع ِظي ِْم‬،
Pada kesempatan sholat jumat yang berbahagia ini, marilah kita
bersama-sama meraba diri dan hati kita masing-masing, sudahkan
keduanya kita tata sedemikian rupa hingga menambah nilai ketakwaan
kita kepada-Nya. Hati ini harus selalu kita jaga, jangan sampai rusak
terkena penyakit yang merusak jiwa dan keimanan kita berupa maksiat
yang terus kita lakukan. Karena kemaksiatan kecil yang terus dibiarkan
dan dilakukan akan membuat hati menjadi hitam kelam dan keras. Dan
bila terasa diri ini banyak dosa segeralah minta ampunan kepada-Nya.
Atau bersegeralah melaksanakan hal-ha yang disukai-Nya sebagai
tebusan atas kesalahan-kesalahan kita, agar kita menjadi suci kembali.
Semoga Allah memberikan kesucian dalam jiwa raga dan hati kita untuk
terus melakukan ketaatan kepadanya.

ِ ‫يَا اَيُّهَا النَّاسُ ُأ ْو‬


‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِسي بِتَ ْق َوى هللاِ َوطَا َعتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِح ُْو َن‬
‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‬ َ ‫ين آ َمنُوا‬ َ ‫ون َعلَى النَّبِ ِّي يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬
َ ُّ‫صل‬
َ ُ‫ِإ َّن هَّللا َ َو َماَل ِئ َكتَهُ ي‬
‫ْت َعلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬
‫آل‬ ‫صلَّي َ‬
‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫اَللَّهُ َّم َ‬
‫ت َعلَى‬ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْك َ‬
‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫ِإ ْب َرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إنَّ َ‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪َ ،‬وبَ ِ‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ ‫آل ِإ ْب َرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إنَّ َ‬
‫‪ِ،‬إ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬
‫ت اَألحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَأل ْم َوا ِ‬
‫ت‬ ‫ت َوالمْؤ ِمنِي َْن َوالمْؤ ِمنَا ِ‬ ‫اللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمي َْن َوالم ْسلِ َما ِ‬
‫اض َي ال َحا َجات‬ ‫ت يَا قَ ِ‬ ‫ك َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال َّد َع َوا ِ‬ ‫‪ِ،‬إنَّ َ‬
‫رِّف قُلُوبَنَا فِي‬
‫ص ْ‬ ‫ب َ‬ ‫رِّف ْالقُلُو ِ‬‫ص َ‬ ‫ك َويَا ُم َ‬ ‫ِّت قُلُوبَنَا َعلَى ِدينِ َ‬ ‫ب ثَب ْ‬‫ب ْالقُلُو ِ‬ ‫اَللَّهُ َّم يَا ُمقَلِّ َ‬
‫‪،‬طَا َعتِ َ‬
‫ك‬
‫ك ِم ْن ِع ْل ٍم الَ يَ ْنفَ ُع َو ِم ْن قَ ْل ٍ‬
‫ب الَ يَ ْخ َش ُع َو ِم ْن نَ ْف ٍ‬
‫س الَ تَ ْشبَ ُع َو ِم ْن‬ ‫اللَّهُ َّم ِإنِّى َأ ُعو ُذ بِ َ‬
‫‪َ ،‬د ْع َو ٍة الَ يُ ْستَ َجابُ لَهَا‬
‫اب النَّ ِ‬
‫ار‬ ‫‪،‬ربَّنَا اَتِنَا فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َو فِى اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َو ِقنَا َع َذ َ‬ ‫َ‬
‫ان َوِإ ْيتَا ِء ِذى القُربَى َويَ ْنهَى َع ِن الفَ ْخ َشا ِء‬ ‫عباد هللا‪ِ ،‬إ َّن هللاَ يَأ ُم ُر بِال َع ْد ِل َواِإْل حْ َس ِ‬
‫َوال ُم ْن َك ِر َوالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُكم لَ َعلَّ ُكم تَ َذ َّكر ُْو َن‪ ,‬فَ ْاذ ُكر ُْوا هللاَ ال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكر ُْوهُ َعلَى‬
‫ْط ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ َأكبَ ُر‬
‫‪،‬نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َوا ْسَألُ ْوهُ ِم ْن فَضْ لِ ِه يُع ِ‬
‫َأقِ ْي ُم ْوا ال َّ‬
‫صاَل َة‬

Anda mungkin juga menyukai