Jurnal Hitungan Kapang
Jurnal Hitungan Kapang
ABSTRAK
Kapang merupakan jenis fungi multiseluler yang mempunyai filamen dan pertumbuhannya
pada media mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas.
Pertumbuhan awal dari kapang pada umumnya berwarna putih, tetapi jika spora telah
tumbuh, kapang akan terbentuk berbagai macam yang berdasar pada jenis kapang.
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari dan mengklasifikasikan kapang dengan metode
hitungan kapang. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah beaker glass, autoclave,
gelas ukur, tabung reaksi, cawan petri dan pipet tetes. Bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah kacang kedelai, adapun reagensia yang digunakan pada praktikum ini
adalah KH2PO4, asam tartarat, aquadest, Potato Detroxe Agar, dan NaOH. Prosedur kerja
dari praktikum ini adalah disiapkan alat dan bahan, dibuat larutan BPB yang terdiri dari
campuran KH2PO4 dan NaOH, diambil sampel kacang kedelai sebanyak 10 g dan
dimasukkan kedalam 90 ml larutan BPB yang steril, kemudian dihomogenkan selama
kurang lebih 2 menit pengenceran, diambil 1 ml larutan dari pengenceran 1x10 -2 sampai
2x10-4 dan diletakkan ke masing-masing cawan petri pada masing-masing pengenceran,
kemudian ditambahkan 10-15 ml PDA yang telah dicampur dengan asam tartarat ke
masing-masing cawan yang kemudian diinkubasi selama 4-5 hari, dan dihitung jumlah
koloni yang ada di cawan petri kemudian dihitung total koloni kapang dengan
menggunakan rumus Angka Lempeng Total. Hasil yang didapat pengenceran 1x10-2 yaitu
12 koloni dan pengenceran 2x10 -2 yaitu 15, pengenceran 1x10-3 yaitu 1, pengenceran 2x10 -
3
yaitu 13, pengenceran 1x10-4 yaitu 21, pengenceran 2x10-4 yaitu 18, pengenceran 1x10-5
yaitu 3 dan pengenceran 2x10 -5 yaitu 7. Kesimpulannya yaitu pengenceran dimulai dari 10 -2
sampai 10-5 yang mana dilakukan perlakuan duplo pada setiap cawan pengenceran,
berikut jumlah koloni dari masing-masing cawan: cawan I 10 -2 adalah 12 koloni, cawan II
10-2 adalah 15 koloni, cawan I 10 -3 adalah 1 koloni, cawan II 10 -3 adalah 13 koloni, cawan I
10-4 adalah 21 koloni, cawan II 10 -4 adalah 18 koloni, cawan I 10 -5 adalah 3 koloni, dan
cawan II 10-5 adalah 7 koloni. Dimana setelah dilakukan perhitungan koloni dengan
menggunakan syarat 10-150 yang dapat dihitung didapat jumlah koloni (n) sebesar
37,26x101 cfu/ml.
PENDAHULUAN
Definisi kapang yaitu fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan
pertumbuhannya pada media mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut
seperti kapas. Pertumbuhan awal dari kapang pada umumnya berwarna putih, tetapi jika
spora telah tumbuh akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang. Secara
alami kapang berperan sebagai dekomposer untuk mendegradasi selulosa, hemiselulosa
1
dan lignin. Isolasi kapang menggunakan media PDA yang dilakukan dengan metode Pikoli
et al yang dimodifikasi. Perhitungan koloni kapang dilakukan pada cawan petri. Jika jumlah
koloni kapang sangat banyak dan memenuhi hampir seluruh dinding cawan petri maka
diberi tanda terlalu banyak untuk dihitung. Namun jika masih sedikit maka dapat dihitumg
berapa banyak jumlah koloni kapang yang terdapat pada cawan petri tersebut. Jika
terbentuk lingkaran kecil yang individu maka dinilai satu dan jika ditemukan lingkaran
besar maka dihitung satu juga (Negara, dkk., 2016).
Kapang dapat diartikan sebagai fungi yang tumbuh cepat dan bereproduksi
secara aseksual. Miselium fungsi ini dapat tumbuh sebagai saprobe atau parasit pada
berbagai jenis substrat. Kapang dapat mengalami serangkaian tahapan reproduktif yang
berbeda. Fungi tak sempurna bereproduksi secara aseksual dengan menghasilkan spora.
Kapang yang tumbuh pada kedelai ini akan menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks
menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Contoh dari kapang
misalnya Rhizopus oligosporus yang termasuk dalam Zygomycota yang sering
dimanfaatkan dalam pembuatan tempe dari proses fermentasi kacang kedelai
(Campbell, dkk., 2003).
Kerusakan pada produk olahan pangan dapat disebabkan oleh kerusakan fisik,
mekanis, kimia dan mikrobiologis. Kerusakan secara mikrobiologis merupakan kerusakan
yang sangat merugikan karena dapat menimbulkan penyakit bagi kesehatan manusia
karena dapat memproduksi racun dan merupakan salah satu penyebabnya yaitu kapang.
Kapang dalam pertumbuhannya dapat memproduksi zat kimia yang bersifat racun yang
dapat disebut mitoksin (Teurupun, dkk., 2013).
Mikroorganisme membutuhkan nutrisi sebagai sumber energi dan kondisi
lingkungan tertentu untuk tumbuh atau berkembang biak. Sehingga media kultur yang
digunakan untuk membudidaya mikroorganisme harus mempunyai pasokan nutrisi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan kapang. PDA ( Potato Dextrose Agar)
adalah media umum yang digunakan untuk menumbuhkan jamur di laboratorium, media ini
merupakan media dasar yang terdiri dari dekstrosa ekstrak kentang dan agar-agar
(Ravimannan, dkk ,2014 ).
Kapang merupakan mikroorganisme anggota kingdom fungi yang membntuk hifa.
Kapang bukan merupakan kelompok taksonomi yang resmi sehingga anggota-anggota
dari kapang tersebar ke dalam Glomeromycota, Ascomycota, dan Basidiomycota . Kapang
dapat melakuka reproduksinya dengan menggunakan spora yang sporanya terdiri dari dua
jenis yaitu spora seksual dan spora aseksual. Spora aseksual dihasilkan lebih cepat dalam
jumlah yang banyak disbanding spora seksual. Kapang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan yang dapat menyerang aluran pernapasan manusia (Ilmi, 2012).
Ada berbagai macam media digunakan untuk mengisolasi berbagai kelompok
jamur yang dipengaruhi oleh pertumbuhan vegetatif dan morfologi koloni, pigmentasi dan
sporulasi yang bergantung pada komposisi medium kultur, pH, suhu, cahaya, air, dan
udara disekitarnya. Para ahli mikologi telah mengkaji konsep yang cocok untuk
mengkarakterisasi spesies jamur termasuk kedalam morfologi apa. Kentang dekstrosa
agar (PDA) adalah salah satu media kultur yang paling umum digunakan karena formulasi
sederhana dan kemampuannya untuk mendukung pertumbuhan dan reproduksi miselia
dari berbagai jamur (Albert, dkk., 2012).
Koloni dapat tumbuh dengan cepat pada media salah satunya yaitu pada media
PDA dengan menutup seluruh agar dalam cawan petri selama 4-7 hari. Koloni semula
berwarna putih jemudian menjadi abu-abu dan dapat mencapai tinggi 4-5 mm. Hifa
vegetatif berwarna hialin, bercabang, dan septa terbentuk pada biakan yang sudah tua
2
yaitu pada tempat struktur reproduksi yang terbentuk. Sporangium utamanya membentuk
cabang-cabang lateral yang membengkok dan masing-masing membawa vesikula terminal
yang seluruh permukaannya terbentuk merosporangia (Blackburn, 2006).
Pada beberapa jenis kapang tertentu, ada yang menghasilkan zat racun atau
toksin seperti pada jamur Aspergillus flavus yang dapat menghasilkan aflatoksin yang
dapat menjadi racun bagi tubuh. Angka lempeng total pada kapang dapat digunakan untuk
menghitung jumlah koloni yang terdapat pada kacang kedelai. Pertumbuhan kapang atau
khamir pada bahan mananan dapat mengurangi kualitas dari kacang kedelai. Khamir
adalah kelompok fungi uniseluler yang bersifat mikroskopik. Ada beberapa dari genus
khamir yang dapat membentuk miselium dengan percabangan. Pertumbuhan khamir
awalnya akan berwarna putih tetapi jika spora yang timbul akan terbentuk berbagai warna
yang tergantung dari kapangnya (Dewi, 2016).
METODE PRAKTIKUM
Prosedur Praktikum
Pembuatan pereaksi
Larutan Butterfield’s phosphate buffered
Larutan stok:
KH2PO4 3,4 g
Aquades 500 ml
Atur pH 7.2 dengan 1 N NaOH. Tepatkan volume larutan tersebut hingga 1 L
dengan penambahan aquades. Sterilisasi dengan suhu 121 oC selama 5 menit setelah
mencapai suhu tersebut. Simpan dalam refrigerator.
Larutan kerja:
3
Teknik pengenceran
a) Bahan sebanyak 10 g diambil kemudian masukkan ke dalam plastic
polypropylene dan tambahnkan 90 ml larutan Butterfield‘s Phosphate
Buffered.
b) Homogenkan selama 2 menit.
c) Ambil 1 ml sampel dan ditambahn 9 ml larutan BPB dalam tabung reaksi
untuk pengenceran 1x10-3 dan dihomogenkan.
d) Siapkan pengenceran selanjutnya dengan mengambil 1 ml contoh
darinpengenceran 1x10-3 ke dalam 9 ml larutan BPB dan dihomogenkan.
Dengan menggunakan pipet steril, ambil 1 ml homogenat diatas dan
masukkan ke dalam 9 ml larutan BPB untuk mendapatkan pengenceran
1x10-3, kemudian dihomogenkan.
e) Siapkan pengenceran selanjutnya 1x10 -4 dengan mengambil 1 ml contoh dari
pengenceran kedua kedalam 9 ml larutan BPB dan dihomogenkan.
f) Pada setiap pengenceran diletakkan pada vortex agar pengocokan merata.
g) Selanjutnya lakukan hal yang sama untuk pengenceran kedua 2x10 -2 sampai
2x10-5.
Pembuatan media
a) Pipet 1 ml dari pengenceran 1x10-2 sampai 2x10-4 diatas, masukkan
kedalam cawan petri steril.
b) Tambahkan 12ml-15ml PDA kedalam masing-masing cawan yang sudah
berisi contoh. Supaya contoh dari media PDA tercampur sempurna,
lakukan pemutaran cawan kedepan, kebelakang, ke kiri ke kanan
(pemutaran membentuk angka 8).
c) Inkubasi cawan-cawan tersebut dalam posisi terbalik. Masukkan kedalam
inkubator pada suhu 25oC-30oC untuk kapang 5-7 hari.
∑C
N=
[(1xn1)+(0,1xn2)x(d)]
Dengan:
N = jumlah koloni produk, dinyatakan dalam koloni per ml atau koloni per g
∑C = adalah jumlah koloni pada semua cawan yang dihitung (10-150)
n1 = adaalah jumlah cawan pada pengenceran pertama yang dihitumg.
n2 = adalah jumlah cawan pada pengenceran kedua yang dihitung
d = adalah pengenceran pertama yang dihitung
4
Disiapkan alat dan bahan
Dibuat larutan BPB yang terdiri dari campuran KH 2PO4 dan NaOH
Dihitung jumlah koloni yang ada di cawan petri kemudian dihitung total
koloni kapang dengan menggunakan rumus Angka Lempeng Total
PENGAMATAN
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari dan mengklasifikasikan kapang
dengan metode hitungan kapang.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
37,26x101 CFU/Ml
Total koloni 12 1 21 3 15 13 18 7
6
Perhitungan Angka Lempeng Total
∑C
N=
[(1xN1)+(0,1xN2)+….x(d)]
Keterangan:
N = jumlah koloni produk, dinyatakan dalam koloni per ml atau koloni per g
∑C = adalah jumlah koloni pada semua cawan yang dihitung (10-150)
n1 = adaalah jumlah cawan pada pengenceran pertama yang dihitung.
n2 = adalah jumlah cawan pada pengenceran kedua yang dihitung
d = adalah pengenceran pertama yang dihitung
C1P2 = cawan pertama pada pengenceran kedua
C1P4 = cawan pertama pada pengenceran keempat
C2P2 = cawan kedua pada pengenceran kedua
C2P3 = cawan kedua pada pengenceran ketiga
C2P4 = cawan kedua pada pengenceran keempat
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang berjudul metode kapang diperoleh jumlah koloni
dari masing-masing pengenceran, dimana pengenceran dimulai dari 10 -2 sampai 10-5 yang
mana dilakukan perlakuan duplo pada setiap cawan pengenceran, berikut jumlah koloni
dari masing-masing cawan: cawan I 10 -2 adalah 12 koloni, cawan II 10 -2 adalah 15 koloni,
cawan I 10-3 adalah 1 koloni, cawan II 10 -3 adalah 13 koloni, cawan I 10 -4 adalah 21 koloni,
cawan II 10-4 adalah 18 koloni, cawan I 10 -5 adalah 3 koloni, dan cawan II 10 -5 adalah 7
koloni. Dimana setelah dilakukan perhitungan koloni dengan menggunakan syarat 10-150
yang dapat dihitung didapat jumlah koloni (n) sebesar 37,26x10 1 cfu/ ml.
DAFTAR PUSTAKA
Albert, S., B. Pandya, dan A. Padhiar. 2012. Evaluation of Colony Characteristics and
Enzymatic Activity of Some Fungi for Potential Use in Co-Culture for Bio Pulping.
Asian Journal of Biology Life Science. 1:(2) 83-89.
7
Campbell, N. A, dan J. B. Reece. 2003. Biology Fifth Edition. Erlangga, Jakarta.
Dewi, M. M. 2016. Uji Angka Kapang/ Khamir (AKK) dan Angka Lempeng Total (ALT)
Pada Jamu Gendong Temulawak Di Pasar Tarumanegara Magelang. [Skripsi]:
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.