1 109003 2tahunan 836
1 109003 2tahunan 836
i
KATA PENGANTAR
i
IKHTISAR EKSEKUTIF
iv
Secara terinci Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Daerah Provinsi
Jambi paragraf Kelima pasal 43, Seksi Seksi Alat Kesehatan dan PKRT
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1. Penyiapan bahan rumusan kebijakan operasional alat kesehatan
dan PKRT meliputi Penilaian Alkes dan PKRT, Produk perbekalan
kesehatan rumah tangga dan produk mandiri, Pembakuan dan
sertifikasi produksi dan didtibusi alkes dan PKRT, Pengawasan
Produk Alkes dan PKRT,
v
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, sasaran Program Kefarmasian
dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya akses kemandirian, dan
sediaan farmasi dan alat kesehatan, dengan tujuan yang akan dicapai
pada tahun 2018 adalah :
1. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas menjadi
86%.
2. Persentase Produk alkes dan PKRT di peredaran yang memenuhi
syarat sebesar 81%.
Dari indikator pencapaian kinerja tahun 2018 tersebut diatas, diperoleh
capaian yaitu sebagai berikut :
vi
Melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Program Kefarmasian dan
Alat Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jambi melalui dana
Dekonsentrasi didukung oleh anggaran DIPA tahun 2018 sebesar Rp.
1.905.782.000,- (Satu miliar sembilan ratus lima juta tujuh ratus delapan
puluh dua ribu rupiah). Realisasi tahun anggaran 2018 sebesar
Rp.1.836.292.610,- (Satu miliar delapan ratus tiga puluh enam juta
enam juta dua ratus sembilan puluh dua ribu enam ratus sepuluh rupiah)
dengan persentase sebesar 96.35%.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR…….…………………………………………………….. i
IKHTISAR EKSEKUTIF………………………………………………..…….. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………. viii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………… ix
DAFTAR GRAFIK……………………………………………………………….. x
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….. xi
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………… 1
A. LATAR BELAKANG……………………………………………………. 1
B. MAKSUD DAN TUJUAN………………………………………………. 1
C. ASPEK STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL BINA
KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN…………………………….. 2
D. STRUKTUR ORGANISASI………………………………………………. 4
E. SISTEMATIKA…………………………………………………………….. 5
BAB II PERENCANAAN KINERJA…………………………………………….. 7
A. RENCANA STRATEGIS…………………………………………………. 7
B. PERJANJIAN KINERJA….………………………………………………. 10
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA………………………………………….. 13
A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI……………………………………. 13
1. PENGUKURAN KINERJA………………………………………….… 13
2. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA…………………………….. 14
B. REALISASI ANGGARAN.………………………………………………. 36
BAB IV PENUTUP………………….…………………………………………….. 40
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
ix
DAFTAR GRAFIK
Halaman
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Program Kefarmasian dan Alkes di Dinas Kesehatan Provinsi Jambi
sesuai dengan Peraturan Gubernur Jambi Nomor 36 tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja
Dinas Kesehatan Provinsi Jambi dibagi menjadi seksi Kefarmasian dan
Seksi Alkes dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang
secara terinci Uraian Tugas dan Fungsi tertuang sebagai berikut :
Seksi Kefarmasian pada paragraf 5 Pasal 40 yang berbunyi seksi
kefarmasian mempunyai ntugas membantu bidang dalam rangka
menyiapkan, merumuskan dan pelaksanaan kebijakan operasional,
bimbingan teknis dan supervisi, koordinasi lintas program dan sektor
serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang pelayanan
kefarmasian. Sedangkan Seksi Alkes dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT) mempunyai tugas membantu bidang dalam rangka
menyiapkan perumusan dan pelaksanaan dan kebijakan operasional,
bimbingan teknis dan supervisi, koordiansi lintas program dan sektor
serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang Alat Kesehatan dan
PKRT.
Rincian dari uraian tugas dan fungsi kedua Seksi tersebut telah
disebutkan pada ikhtisar eksekutif, sehinga meskipun dengan seksi yang
berbeda namun diharapkan cakupan kedua seksi tersebut dalam
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dapat mewakili laporan Kinerja
Akuntabilitas Satker 109003 (07) Dinas Kesehatan Provinsi Jambi.
1
anggaran. Pelaporan kinerja memberikan informasi kinerja yang terukur
atas kinerja yang telah dicapai dan sebagai upaya perbaikan
berkelanjutan untuk meningkatkan kinerja.
2
1. Belum lengkapnya kualifikasi dan kurangnya tenaga untuk
melaksanakan kegiatan teknis dan administratif. Di tingkat provinsi
(Dinkes Provinsi Jambi), jumlah dan kualifikasi tenaga teknis
kefarmasian sangat kurang. Pada tahun 2018 pada seksi Kefarmasian
terdapat 1 (satu) orang magister kesehatan, 1 (satu) orang magister
Kefarmasian, 4 (empat) orang tenaga Apoteker, sarjana farmasi 2
orang, Sarjana Kesehatan Masyarakat 3 (tiga) orang, Sekolah
Menengah Umum 1 (satu) orang dan pada seksi Alat Kesehatan &
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) terdapat 1 (satu) orang
magister kesehatan, 1 (satu) orang sarjana hukum dan 3 (tiga) orang
diploma III farmasi untuk menjalankan kegiatan baik sumber dana
APBD maupun APBN. Sementara di tingkat kab/kota sumber daya
kefarmasian juga masih menjadi kendala dalam pelaksanaan program
kefarmasian dan Alat Kesehatan, akibatnya kegiatan kefarmasian
dilaksanakan oleh tenaga non kefarmasian.
2. Penentuan persentase indikator kinerja program masih mengacu
kepada program pusat Kemenkes Direktorat Jendaral Kefarmasian
dan Alkes, belum ada program dan kegiatan yang berdasarkan
kebutuhan dan ketersediaan sumber daya.
3. Masih rendahnya komitmen dan kerjasama dalam membangun sinergis
lintas program lain , sehingga program kefarmasian seperti berjalan
sendiri tanpa dukungan program lain.
4. Adanya beberapa kegiatan yang tidak sesuai dengan perencanaan
sehingga menyebabkan silpa (Pengembalian dana ke Negara) yang
mengakibatkan tidak maksimalnya realisasi keuangan pada
sebagian pelaksanaan kegiatan
5. Belum terselenggaranya manajemen data dan informasi hasil
pelaksanaaan kegiatan pencapaian indikator kinerja yang
terintegrasi sehingga hasilnya belum dapat dimanfaatkan
dengan maksimal.
3
D. STRUKTUR ORGANISASI
Sesuai dengan Peraturan Gubernur Jambi Nomor 36 tahun 2016
tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata
Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Jambi dengan Untuk menjalankan Tugas
Pokok dan Fungsi Organisasi yang telah terpisah antara Seksi Kefarmasian
dan Seksi Alat Kesehatan & Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
Dinas Kesehatan Provinsi Jambi di pimpin oleh seorang Kepala Seksi di
bantu oleh Penanggungjawab kegiatan. Disamping itu untuk pengelolaan
Obat Publik pengelolaannya di berikan kepada Penanggungjawab Instalasi
Farmasi. Selengkapnya Struktur Organisasi Seksi Kefarmasian dan Seksi Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) sebagai
berikut :
KEPALA SEKSI
KEFARMASIAN
Abdul Somad, SPd.MKes
SEKRETARIAT
Sri Hati Sembiring
Rahmi
Gambar 1. Struktur Organisasi Seksi Kefarmasian Dinkes Prov Jambi Tahun 2018
4
2. Struktur Organisasi Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
Gambar 2. Struktur Organisasi Seksi Alkes dan PKRT Dinkes Prov. Jambi tahun 2018
E. SISTEMATIKA
Sistematika laporan kinerja Seksi Kefarmasian dan Perbekalan Kesehatan
Tahun 2018 sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan
penekanan kepada aspek strategis organisasi serta
permasalahan utama yang sedang dihadapi organisasi.
Bab II Perencanaan Kinerja
Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja
tahun yang bersangkutan.
Bab III Akuntabilitas Kinerja
A. Capaian Kinerja Organisasi
5
Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk
setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi
sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk
setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut
dilakukan analisis capaian kinerja.
B. Realisasi Anggaran
Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang
digunakan dan yang telah digunakan untuk mewujudkan
kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian
Kinerja.
Bab IV Penutup
Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja
organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan
dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.
6
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. RENCANA STRATEGIS
Kebijakan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dinas
Kesehatan Provinsi Jambi didasarkan kepada 2 Kebijakan yaitu Kebijakan
Kementerian Kesehatan (perpanjangan tangan pemerintah pusat) seperti
yang tertuang di dalam Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019
dan melaksanakaan kebijakan Gubernur Provinsi Jambi (sebagai daerah
otonom) melalui Dinas Kesehatan provinsi yang tertuang dalam Kebijakan
RPJMD 2016-2020 dan dijabarkan dalam Renstra Dinas Kesehatan Provinsi
Jambi 2016-2020. Antara kedua kebijakan dan program tersebut saling
berhubungan dan mendukung satu sama lain. Penyusunan Renstra Dinas
Kesehatan Provinsi Jambi salah satunya bersumber dari kebijakan yang
tertuang dalam Renstra Kemenkes, sehingga program dan kegiatan yang
ada mendukung pencapaian program kementerian kesehatan termasuk di
dalamnya Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Program kefarmasian
dan Alat kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi Jambi sesuai dengan
Tupoksi dilaksanakan oleh Seksi Kefarmasian dan Seksi Alat Kesehatan
dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang berada di bawah
Bidang Sumber Daya Kesehatan.
Berdasarkan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jambi
2018 indikator sasaran yang ingin dicapai adalah persentase ketersediaan
obat dan vaksin sebesar 86% di tahun 2018. Untuk mencapai sasaran
tersebut, maka dilakukan kegiatan yang meliputi peningkatan
ketersediaan obat esensial generik di sarana pelayanan kesehatan dasar,
peningkatan mutu dan keamanan alat kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), peningkatan penggunaan obat
rasional melalui pelayanan kefarmasian yang berkualitas, peningkatan
produksi mutu sarana produksi dan distribusi kefarmasian, Dalam upaya
peningkatan program tersebut diperlukan dukungan manajemen dalam
pelaksanaan tugas teknis pada program kefarmasian dan alat kesehatan.
7
Untuk menghadapi tantangan tersebut, telah dicanangkan Strategi
Kemandirian, Aksesibilitas dan Mutu Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan,
dimana ada 3 tujuan yang ingin dicapai, namun untuk Seksi Farmasi dan
Perbekalan Kesehatan baru bisa mencapai dua tujuan meliputi :
1. Terwujudnya peningkatan ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas.
Strategi yang disusun untuk mencapai tujuan ini adalah:
a. Menyusun regulasi perusahaan farmasi memproduksi bahan baku
obat dan obat tradisional dan menggunakannya dalam produksi
obat dan obat tradisional dalam negeri, serta bentuk insentif bagi
percepatan kemandirian nasional.
b. Membangun sistem informasi dan jaringan informasi terintegrasi
di bidang kefarmasian dan alat kesehatan.
c. Menjadikan tenaga kefarmasian sebagai tenaga kesehatan
strategis.
d. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat
rasional melalui penguatan manajerial, regulasi, edukasi serta
sistem monev.
2. Terjaminnya produk alat kesehatan & PKRT yang memenuhi syarat di
peredaran.
Strategi yang disusun untuk mencapai tujuan ini adalah:
a. Menyusun regulasi penguatan kelembagaan dan sistem
pengawasan pre dan post market alat kesehatan serta PKRT
b. Menyusun regulasi penguatan penggunaan dan pembinaan
industri alat kesehatan dalam negeri
c. Membangun sistem informasi dan jaringan informasi terintegrasi
di bidang kefarmasian dan alat kesehatan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan melaksanakan Program Kefarmasian dan
Alat Kesehatan. Sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah
8
meningkatnya akses dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT).
Target
Indikator Kinerja
2015 2016 2017 2018 2019
Persentase ketersediaan obat dan vaksin di 77% 80% 83% 86% 90%
Puskesmas
Persentase produk alat kesehatan dan 75% 77% 79% 81% 83%
PKRT di peredaran yang memenuhi syarat
Tabel 2
Cara Perhitungan Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan
Persentase Jumlah kumulatif item obat indikator yang tersedia di (n) puskesmas x 100%
ketersediaan obat dan
Jumlah (n) Puskesmas yang Melapor x jumlah total item obat indikator
vaksin di Puskesmas
Persentase produk Jumlah sampel alkes dan PKRT yang diuji dan memenuhi syarat x 100%
alat kesehatan dan
PKRT di peredaran Jumlah sampel alkes dan PKRT yang di uji
yang memenuhi
syarat
9
Untuk mencapai sasaran tersebut, maka kegiatan yang akan dilakukan
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3
Sasaran Kegiatan pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kegiatan Sasaran
B. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian Kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan
penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada
pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan
program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui
perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan
kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja
yang terukur berdasarkan tugas, fungsi, dan wewenang serta
sumber daya yang tersedia.
Perjanjian Kinerja Pengelola Dana Dekonsentrasi Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan
Tahun 2018 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
10
11
Gambar 3. Perjanjian Kinerja Pengelola Dana Dekonsentrasi
Tahun Anggaran 2018
12
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
Tabel 4.
Capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2018
13
Grafik 1.
Target, Realisasi dan Capaian indikator Kinerja Program Kefarmasian dan
Alat Kesehatan Tahun 2018
14
pada indikator ini disebabkan Instalasi farmasi Kota Sungai Penuh yang
tidak mencapai target disebabkan kegagalan dalam pengadaan atau
pengadaan tidak sesuai dengan peruntukan terhadap FKTP tingkat satu,
akibatnya banyak terjadi kekosongan obat di Puskesmas. ini merupakan
salah satu masalah atau hambatan yang seharusnya dapat dicegah oleh
penanggung jawab program melalui monitoring serta sosialisasi yang
terus menerus kepada petugas Kabupaten/Kota untuk mengetahui sejauh
mana pencapaian dari indikator ketersediaan obat dan vaksin di
wilayahnya. Untuk itu Seksi Kefarmasian sebagai perpanjangan tangan
dari Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
berharap buku yang telah disosialisasikan yaitu “Petunjuk Teknis
Pemantauan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat Bina Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2015-2019” dapat diimplementasikan
oleh Kab/Kota sebagai pedoman dalam melaksanakan pengumpulan,
perhitungan dan pelaporan data indikator kinerja.
Tabel 5
Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Ketersediaan Obat
dan Vaksin di Puskesmas Tahun 2018
15
Gambar. 4
Dokumentasi Kegiatan Pertemuan Implementasi e-Logistik di Instalasi Farmasi
Provinsi/Kab/Kota Tahun 2018
16
Tabel 6. Progres Penerapan Sistem E-Logistik di Provinsi Jambi
PENERAPAN E-LOGSTIK
NO KABUPATEN/KOTA TAHUN 2017 TAHUN 2018
TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN
1 KOTA JAMBI 20% 80% 30% 80%
2 KABUPATEN MUARO JAMBI 20% 80% 30% 80%
3 KABUPATEN BATANGHARI 20% 80% 30% 80%
4 KABUPATEN SAROLANGUN 20% 80% 30% 80%
5 KABUPATEN MERANGIN 20% 80% 30% 80%
6 KABUPATEN TEBO 20% 80% 30% 80%
7 KABUPATEN BUNGO 20% 100% 30% 100%
8 KABUPATEN TANJAB BARAT 20% 100% 30% 100%
9 KABUPATEN TANJAB TIMUR 20% 80% 30% 80%
10 KABUPATEN KERINCI 20% 80% 30% 80%
11 KOTA SUNGAI PENUH 20% 0% 30% 60%
12 PROVINSI JAMBI 20% 80% 30% 100%
KETERSEDIAAN PROVINSI 20% 17% 30% 25%
17
Logistik, namun penanggung jawab program terus berusaha mendorong agar
kabupaten kota dapat terus memaksimalkan penerapan sistem E-Logistik
dengan komitmen dan kerjasama yang baik.
Grafik 2.
Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin Puskesmas di 11
Kabupaten/Kota Tahun 2018
Dari hasil grafik di atas diketahui bahwa persentase ketersediaan obat dan
vaksin tertinggi pada tahun 2018 yaitu kabupaten Tanjung Jabung Barat
sebesar 98%, dan yang terendah adalah Kota Sungai Penuh sebesar 34%.
Seperti yang sudah disampaikan di atas, rendahnya capaian indicator
ketersediaan provinsi salah satunya karena rendahnya capaian Kota Sungai
Penuh yang mengalami kegagalan pengadaan serta peruntukkan tidak sesuai
untuKTP tingkat I, diharapkan pada tahun berikutnya semua kabupaten kota
sudah mencapai target.
Permasalahan:
18
Pelaksanaan kegiatan pengumpulan data indikator persentase ketersediaan
obat dan vaksin di Puskesmas tahun 2018 menghadapi beberapa permasalahan
sebagai berikut:
a. Laporan yang dikirimkan oleh Kabupaten/Kota setiap bulannya tidak
lengkap dan tidak tepat waktu seperti yang telah dituangkan di dalam buku
Petunjuk Teknis Pemantauan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat
Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2015-2019 yang
sudah disosialisasikan kepada seluruh Kabupaten/Kota.
b. Belum terintegrasinya pengadaan obat di Kab/Kota, perencanaan tidak
melibatkan instalasi farmasi.
c. Seringnya mutasi tenaga kefarmasian yang bertugas di Instalasi Farmasi.
d. Kurangnya koordinasi antara Puskesmas, Kabupaten/Kota dan Provinsi.
Usul Pemecahan Masalah:
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas
antara lain sebagai berikut :
a. Melakukan peningkatan kapasitas SDM dalam pengelolaan obat di Instalasi
Farmasi Provinsi dan Kabupaten/Kota.
b. Melakukan pembinaan terhadap SDM pengelola obat secara
berkesinambungan.
c. Perlu dibangun koordinasi yang baik untuk perencanaan, pengadaan antara
bagian perencanaan dan Instalasi Farmasi.
d. Pelaporan data ketersediaan obat dan vaksin dari unit pelayanan ke instansi
penanggung jawab kesehatan di daerah (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dan Provinsi) sesuai format dan tepat waktu.
19
PKRT dilaksanakan di Kab/Kota. Seluruh sampel diuji di laboratorium
yang terakreditasi atau yang ditunjuk. Total sampel yang diuji dan
telah diperoleh hasil uji pada tahun 2018 adalah 31 sampel terdiri
dari :
1. 15 Sampel Alkes yang di uji, 14 sampel memenuhi syarat (93.33%)
dan 1 sampel tidak memenuhi syarat (6.67%).
2. 16 Sampel PKRT yang di uji, 16 sampel memenuhi syarat (100%).
Pengambilan sampel alat kesehatan dilakukan berdasarkan Pedoman
Teknis Pelaksanaan Sampling dan Pengujian Alat Kesehatan. Kriteria
sampel alat kesehatan dan PKRT yang diuji sebagai berikut:
Kriteria umum:
a. Ketersediaan laboratorium uji dan metode pengujiannya.
b. Kajian resiko dari sampel yang akan diambil.
c. Ketersediaan standar yang digunakan dalam metode analisis.
d. Produk yang banyak dipakai oleh masyarakat luas.
e. Produk yang banyak beredar dan memiliki dampak yang cukup luas
pada masyarakat.
f. Produk yang berdasarkan data tahun sebelumnya yang tidak
memenuhi syarat (TMS).
Kriteria khusus:
a. Produk alat kesehatan kelas satu.
b. Produk alat kesehatan steril.
c. Produk PKRT.
d. Produk yang diduga tercemar dan dapat menimbulkan dampak
yang tidak diinginkan.
20
Gambar 5.
Dokumentasi KegiatanSampling Alkes Dan PKRT Tahun 2018
Tabel 7.
21
Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Produk Alat
Kesehatan dan PKRT di Peredaran yang Memenuhi Syarat Tahun 2018
Grafik 3.
Target dan Realisasi Indikator Produk Alkes dan PKRT di Peredaran yang
memenuhi Syarat Tahun 2016 - 2018
22
Permasalahan:
Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian
indikator kinerja kegiatan persentase produk alat kesehatan dan PKRT di
peredaran yang memenuhi syarat, yaitu:
a. Terbatasnya petugas untuk pelaksanaan kegiatan sampling ini.
b. Beberapa dari Alkes atau PKRT yang beredar tidak ada atau tidak jelas
nomor batchnya
c. Sulitnya mencari sampel dengan nomor batch yang sama sesuai jumlah
sampel yang disyaratkan oleh laboratorium
d. Lamanya waktu pengujian sampel di laboratorium.
e. Terbatasnya sarana penyalur alat kesehatan yang ada di wilayah Provinsi
Jambi.
f. Masih kurangnya lab uji produk Alkes dan PKRT yang sudah
terakreditasi.
23
INDIKATOR KINERJA LAINNYA SEBAGAI INDIKATOR PENDUKUNG
PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALKES
Analisis Capaian kinerja dari indikator pen dukung program kefarmasian dan
Alat kesehatan sebagai berikut :
1. Persentase Pelayanan kefarmasian di Puskesmas sesuai dengan
standar
Kondisi yang ingin dicapai:
Indikator persentase pelayanan kefarmasian di Puskesmas sesuai dengan
standar meningkat setiap tahun. Peningkatan target pertahun dengan
memperhitungkan adanya peningkatan sarana Puskesmas dan sumber
daya manusia kefarmasian yang dapat mendukung tercapainya indikator.
Pada tahun ini fokus peningkatan mutu pelayanan kefarmasian untuk
mendukung Program Nasional adalah Kegiatan Gerakan Masyarakat
Cerdas Menggunakan Obat (GeMa CerMAT) yang telah ditetapkan melalui
SK Menkes No. HK.02.02/Menkes/427/2015 pada tanggal 13 November
2015. Sehingga Program Pelayanan Kefarmasian Dinas Kesehatan Provinsi
Jambi melalui dana Dekonsentrasi TA 2018 mengadakan pertemuan
Pembekalan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GEMA
CERMAT) pada Pemegang Kebijakan di Kab/Kota.
24
Gambar. 6.
Dokumentasi Kegiatan Pertemuan Pembekalan Gerakan Masyarakat Cerdas
Menggunakan Obat (GEMA CERMAT) pada Pemegang Kebijakan di
Kab/Kota Tahun 2018
25
Kegiatan Sosialisasi Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GEMA
CERMAT) Tahun 2018 ini sudah terlaksana dengan mengundang kader,
masyarakat, lintas sektor, OPD dilingkungan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Sedangkan untuk kegiatan Evaluasi Gema Cermat dengan Target 3 Kab/Kota
juga telah terlaksana, dengan mengetahui bahwa hasil kegiatan sosialisasi yang
dilaksanakan sudah sampai ke Tingkat pendidikan dan juga instansi pemerintah
lainnya, dengan capaian indikator sebagai berikut :
a. Indikator cakupan wilayah yang telah melaksanakan kegiatan GeMa
CerMat (Kab/Kota) sebesar 82% artinya 9 Kab/Kota sudah melaksanakan
dari target 11 Kab/Kota.
b. Indikator cakupan tenaga kesehatan yang telah mengikuti pembekalan
sebagai AoC GeMa CerMat ( jumlah Apoteker di wilayah kab/kota)
sebesar 24% artinya 134 orang Apoteker sudah mengikuti pembekalan
Gema Cermat dari Target 556 Orang.
c. Indikator cakupan masyarakat (non kesehatan) yang telah mengikuti
edukasi GeMa CerMat (jumlah kader puskesmas th 2017) sebesar 100%
lebih dari target 14.457 orang.
26
Gambar. 6.
Dokumentasi Kegiatan Pertemuan pembekalan tenaga kesehatan di Kab/Kota
tentang perizinan Apotek dan Toko Obat serta Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Tahun 2018
27
Tabel. 8
Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Puskesmas yang
melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Tahun 2018
Grafik.4
Target dan Realisasi Indikator Persentase Puskesmas Yang
Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar
Tahun 2016 - 2018
28
honorer, NS) serta 273 orang Tenaga Teknis Kefarmasian (S1 Farmasi, D3
farmasi, SMF). Jumlah tenaga Farmasi yang bekerja di Puskesmas paling
banyak berada di Kota Jambi sebanyak 72 orang tenaga farmasi dan paling
sedkit berada di Kota Sungai Penuh sebanyak 14 orang tenaga farmasinya.
Untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar di puskesmas
khususnya puskesmas perawatan, maka dibutuhkan setidaknya 74 orang
apoteker untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian seperti PIO, Konseling
maupun Home Care. Berdasarkan data ketenagaan Farmasi tahun 2018 dapat
dilihat bahwa :
1) Dari 202 Puskesmas baru terpenuhi 61 orang apoteker atau 30.19%
dengan catatan penyebarannya yang tidak merata.
2) Meskipun puskesmas memiliki apoteker, namun dalam pelaksanaan
pelayanan kefarmasian sesuai standar masih belum berjalan optimal.
3) Perlu supervise terus menerus Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota
untuk meningkatkan pengetahuan apoteker yang ada di Puskesmas.
29
Tabel 9.
JUMLAH TENAGA FARMASI DI PUSKESMAS KAB/KOTA TAHUN 2018
1 Kerinci 5 16 21 8 36
2 Sungai Penuh 4 6 10 6 21
3 Merangin 11 16 25 6 33
4 Sarolangun 13 2 15 6 15
5 Bt. Hari 8 9 17 2 15
6 M.Jambi 6 15 21 11 15
7 Tanjabbar 5 11 16 6 21
8 Tanjabtim 8 9 17 1 14
9 Bungo 6 13 19 3 18
10 Tebo 9 10 19 4 21
11 Kota Jambi 3 17 20 8 64
Jumlah 78 124 202 61 273
30
Grafik 5.
SDM Kefarmasian yang Bekerja di Puskesmas Tahun 2018
31
a. Melakukan advokasi kepada stakeholder terkait seperti Pemerintah Daerah
tingkat Kabupaten/Kota terkait kebutuhan apoteker di puskesmas agar
tercapai pelayanan kesehatan yang optimal.
b. Meningkatkan kualitas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang
sudah ada di Puskesmas, melalui pelatihan mengenai cara Pelayanan
Kefarmasian sesuai standar.
c. Melakukan advokasi kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota agar lebih
aktif dalam melakukan pembinaan dan pemantauan pelaporan secara
berjenjang dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan puskesmas. Oleh
karena itu, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus lebih aktif dalam
melakukan pembinaan dan pemantauan pelaporan dari puskesmas serta
mendukung pelaksanaan pelayanan kefarmasian di puskesmas wilayahnya.
Sistem pelaporan diharapkan dapat dilakukan secara elektronik.
32
Tabel 10
Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Penggunaan
Obat Rasional di Puskesmas Tahun 2018
33
Grafik 6.
Persentase Puskesmas dengan Capaian POR Minimal 60%
Tahun 2018
34
a. Terbatasnya dukungan dari Pemerintah Daerah dalam
penganggaran program yang terkait dengan peningkatan POR,
sehingga Dinkes Provinsi maupun Kabupaten/Kota belum dapat
menindaklanjuti program peningkatan POR dan pemberdayaan
masyarakat di tingkat daerah secara optimal.
b. Kurangnya koordinasi baik di tingkat pusat maupun daerah
sehingga pelaksanaan Promosi Penggunaan Obat Rasional dan
Pemberdayaan Masyarakat belum optimal.
c. Terbatasnya sebaran media promosi kepada masyarakat
sehingga sasaran masyarakat yang menerima informasi tentang
Penggunaan Obar Rasional masih terbatas.
d. Kurangnya koordinasi dengan lintas sektor dan unit kerja lain
yang terkait dalam pelaksanaan program POR sehingga program
POR belum terintegrasi dengan program di unit kerja yang lain.
e. Masih kurangnya kesadaran Tenaga Kesehatan (Penulis Resep)
tentang penulisan resep secara rasional.
Usul Pemecahan Masalah:
Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami dalam
pencapaian indikator kinerja kegiatan persentase penggunaan obat
rasional di puskesmas sebagai berikut:
a. Perlu dorongan kepada Dinas Kesehatan untuk melakukan
advokasi secara intensif kepada Pemerintah Daerah agar adapat
mendukung penganggaran program yang terkait dengan
peningkatan POR dan pemberdayaan masyarakat di tingkat
daerah.
b. Perlu dilakukan koordinasi baik di tingkat Pusat maupun daerah
secara kontiniu agar pelaksanaan Promosi Penggunaan Obat
Rasional dan Pemberdayaan Masyarakat dapat optimal.
c. Perlu peningkatan sebaran media promosi kepada wilayah yang
lebih luas sehingga sasaran masyarakat yang menerima
informasi tentang Penggunaan Obat Rasional dapat ditingkatkan.
35
d. Perlu dilakukan koordinasi dengan lintas sektor dan unit kerja
lain yang terkait dengan program POR sehingga program POR
dapat terintegrasi dengan program di unit kerja yang lain.
B. REALISASI ANGGARAN
Rincian Kegiatan, keluaran, jumlah dana, dan realisasi anggaran tahun 2018
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dari Dana Dekonsentrasi TA 2018.
Tabel 11
Rincian Kegiatan, Keluaran, Jumalah Dana dan Realisasi Tahun Anggaran 2018
REALISASI
KEUANGAN
NO PROGRAM/KEGIATAN SUB KEGIATAN KELUARAN DANA (Rp)
KEUANGAN
%
(Rp)
PROGRAM
KEFARMASIAN DAN
ALAT KESEHATAN
Tenaga
Melaksanakan kefarmasian
Pembekalan tenaga yang mampu
kesehatan di dalam 81,762,0 78,804,
1 96.38%
Kabupaten/Kota tentang melaksanakan 00 700
perizinan Apotek dan pelayanan
Toko Obat serta kefarmasian
Pelayanan Kefarmasian sesuai standar.
Melaksanakan Edukasi Sosialisasi Tenaga
Gerakan Masyarakat Melaksanakan kesehatan dan
cerdas menggunakan obat Edukasi Gerakan kader
(Gema Cermat) di Masyarakat cerdas kesehatan
Kab/Kota menggunakan obat yang
(Gema Cermat) di memperoleh 214,330,0 208,687,
2 97.37%
Kab/Kota pengetahuan 00 000
mengenai
penggunaan
obat rasional
Evaluasi Tenaga
Melaksanakan kesehatan dan
Edukasi Gerakan kader
Masyarakat cerdas kesehatan
menggunakan obat yang 46,906,0 46,888,
99.34%
(Gema Cermat) di memperoleh 00 900
Kab/Kota pengetahuan
mengenai
penggunaan
obat rasional
36
Dinas
Kesehatan
Provinsi dan
Mengimplementasikan E- Kab/Kota
Logistik di Instalasi yang 90,628,0 90,612,
3
Farmasi melaksanakan 00 200 99.89
Provinsi/Kab/Kota program tata
kelola obat
publik dan
perbekkes
Dinas
Melaksanakan Kesehatan
pendampingan Provinsi dan
Implementasi E-Monev Kab/Kota
Katalog dalam yang 163,181,0 159,804,
4 97.93%
mendukung perencanaan melaksanakan 00 300
kebutuhan obat (RKO) program tata
dan SIPNAP untuk unit kelola obat
layanan publik dan
perbekkes
Dinas
Kesehatan
Melaksanakan monitoring Provinsi dan
ketersediaan obat, vaksin Kab/Kota
dan hasil capaian program yang 55,083,0 50,540,
5 91.75%
pelayanan kefarmasian di melaksanakan 00 300
fasyankes. program tata
kelola obat
publik dan
perbekkes
Biaya operasional Dinas
Instalasi Farmasi Kesehatan
Membiayai Provinsi Provinsi dan
pendistribusian dan Kab/Kota
pengemasan kembali obat yang 68,800,0 68,594,
6 99.70%
dan perbekalan kesehatan melaksanakan 00 600
di Instalasi Farmasi program tata
kelola obat
publik dan
perbekkes
37
Sarana
Peningkatan kemampuan Produksi dan
SDM dalam melakukan Distribusi
monitoring perizinan sediaan 109,564,0 107,708,
8 sarana produksi dan farmasi dan 98.31%
00 500
distribusi kefarmasian pengamanan
pangan yang
dibina.
Sarana
Produksi dan
Monitoring perizinan Distribusi
sarana produksi dan sediaan 22,970,0 22,614,
9 98.45%
distribusi kefarmasian farmasi dan 00 500
pengamanan
pangan yang
dibina.
Layanan
perencanaan,
Melaksanakan rapat konsolidasi
koordinasi nasional dan evaluasi
108,316,0 104,507,
10 program kefarmasian dan terhadap 96.48%
00 000
alat kesehatan manajemen
dan
pelaksanaan
tugas
Layanan
perencanaan,
Melaksanakan reviu Dana konsolidasi
Alokasi Khusus (DAK) dan evaluasi
Sub Bidang pelayanan terhadap 140,885,0 134,195,
11 95.25%
kefarmasian dan reviu manajemen 00 300
pemutakhiran data dan
kefarmasian dan Alkes. pelaksanaan
tugas
Layanan
perencanaan,
Memberikan dukungan konsolidasi
administrasi kegiatan dan evaluasi
258,358,0 243,961,
12 dekonsentrasi program terhadap 94.43%
00 804
kefarmasian dan alat manajemen
kesehatan dan
pelaksanaan
tugas
Tenaga
kesehatan dan
Melaksanakan workshop masyarakat di
peningkatan penggunaan Prov/Kab/Kota
alat kesehatan dalam yang terpapar
84,595,0 79,195,
13 negeri dalam tentang 93.62%
00 000
implementasi instruksi penggunaan
Presiden Alat
Kesehatan dan
PKRT yang
tepat guna.
38
Produk dan
sarana
produksi dan
Melaksanakan sampling distribusi alat 73,139,0 64,204,
14 87.78%
produk alkes dan PKRT kesehatan 00 706
serta PKRT
yang di Uji
Produk dan
sarana
produksi dan
distribusi alat 32,176,0 28,579,
15 Melaksanakan Inspeksi 88.82%
kesehatan 00 000
sarana produksi Alkes dan
PKRT dan Sarana serta PKRT
Penyalur Alat Kesehatan yang di Uji
Produk dan
Meningkatkan sarana
kemampuan SDM dalam produksi dan
82,045,0 77,780,
16 melakukan Inspeksi distribusi alat 94.80%
00 000
sarana, Surveilance kesehatan
produk dan pengendalian serta PKRT
perizinan sarana yang di Uji
39
BAB IV
PENUTUP
41