Anda di halaman 1dari 11

DINAS KESEHATAN LOMBOK BARAT

UPT BLUD PUSKESMAS KEDIRI


Jl.TGH.ABDUL KARIM, KEDIRI Telp. (0370) 6171140

KEPUTUSAN
PEMIMPIN UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
PUSKESMAS KEDIRI
Nomor : 07.11/SK.UPT-BLUD.PKM.KDR/I/2016

TENTANG

PENETAPAN SISTEM PENGELOLAAN RUJUKAN


UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PUSKESMAS KEDIRI
PEMIMPIN UNIT PELAYANAN TEKNIS BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
PUSKESMAS KEDIRI,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemantapan kinerja pada kegiatan/program lingkup


Unit Pelaksana Teknis Badan Layanan Umum Daerah Puskesmas Kediri,
Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat;
b. bahwa untuk peningkatan pelayanan di tingkat puskesmas perlu adanya
penetapan syistem Pengeloaan Rujukan pada Puskesmas Kediri;
c. bahwa untuk melaksanakan maksud tersebut point a dan b, perlu
ditetapkan Keputusan Pimpinan Unit Pelaksana Teknis Badan Layanan
Umum Daerah Puskesmas Kediri;

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 1996, tentang Kesehatan;


1. Undang – Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara);
4. Peraturan Menteri Kesehatan, Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN PEMIMPIN UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN


LAYANAN UMUM DAERAH PUSKESMAS KEDIRI TENTANG
PENETAPAN SISTEM PENGELOLAAN RUJUKAN.

Kesatu : Untuk kelancaran sistem Pengelolaan Rujukan di Unit Pelaksana Teknis Badan
Layanan Umum Daerah Puskesmas Kediri dibuat Pedoman Sistem rujukan
sebagaimana terlampir yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
keputusan ini.
Kedua : Segala biaya yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan keputusan ini akan
dibebankan kepada Anggaran Unit Pelaksana Teknis Badan Layanan Umum
Daerah Puskesmas Kediri apabila memungkinkan.

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari
terdapat kekeliruan dalam penetapannya, maka akan diadakan pembetulan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Kediri
Pada tanggal : 2 Januari 2016
PEMIMPIN UNIT PELAKSANA
TEKNIS BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH PUSKESMAS KEDIRI,

Rosmayadi
1. Prosedur Rujukan Pasien dari Puskesmas ke RS

A. Prosedur Klinis

 Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik


untuk menentukan diagnosis utama dan diagnosis banding.
 Memberikan tindakan stabilisasi sesuai kasus berdasarkan Standar Operasional
Prosedur (SOP).
 Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan dan memastikan bahwa unit
pelayanan tujuan dapat menerima pasien
 Untuk pasien gawat darurat harus didampingi tenaga kesehatan yang kompeten
dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien.
 Pasien (pada point 4) diantar dengan kendaraan ambulans dan diserah terimakan
oleh petugas, agar petugas dan kendaraan pengantar tetap menunggu sampai
pasien di UGD mendapat kepastian pelayanan, apakah akan dirujuk atau
ditangani di fasilitas pelayanan kesehatan setempat.
 Rujukan kasus yang memerlukan standart kompetensi tertentu (sub spesialis)
Pemberi Pelayanan Kesehatan tingkat I (Puskesmas,Dokter Praktek, Bidan
Praktek, Klinik) dapat merujuk langsung ke rumah sakit rujukan yang memiliki
kompetensi tersebut

B. Prosedur Administratif

 Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan medis.


 Membuat rekam medis pasien.
 Menjelaskan/memberikan Informed Consernt (persetujuan/penolakan rujukan).
 Membuat surat rujukan pasien rangkap 3, lembar pertama dikirim ke tempat
rujukan bersama pasien yang bersangkutan. Lembar kedua untuk surat rujukan
balik ke puskesmas, dan yang ke 3 untuk arsip pasien.
 Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien.
 Menyiapkan sarana transportasi.
 Menghubungi rumah sakit yang akan dituju dengan menggunakan sarana
komunikasi dan menjelaskan kondisi pasien.
 Pengiriman dan penyerahan pasien disertai surat rujukan ke tempat rujukan yang
dituju.
C. Prosedur Operasional menerima rujukan balik pasien

1. Prosedur Klinis

 Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh Rumah Sakit


yang terakhir merawat pasien tersebut.
 Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan
memantau kondisi klinis pasien sampai sembuh.

2. Prosedur Administratif

Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di buku
register pasien rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam medis pasien
yang bersangkutan dan memberi tanda tanggal / jam telah ditindaklanjuti.

3. Prosedur Pengelolaan pasien di ambulan

 Pasien yang dirujuk didampingi oleh petugas kesehatan yang mampu


mengawasi dan antisipasi kegawatdaruratan.
 Di dalam ambulan tersedia sarana prasarana life saving ( sesuai kondisi
pasien ).
 Adanya komunikasi antar petugas yang ada di ambulan dengan rumah
sakit perujuk.
 Pengoperasian mobil ambulan sesuai aturan lalu lintas.
 Perkembangan dan tindakan yang diberikan terhadap pasien di dalam
ambulance dicatat dalam catatan perkembangan pasien/surat rujukan.

4. Prosedur sistem informasi rujukan dari Puskesmas ke Rumah Sakit

a. Surat Rujukan

Tersedia informasi tentang kerjasama dengan fasilitas rujukan lain.


Informasi kegiatan rujukan pasien dibuat oleh petugas kesehatan
pengirim dan dicatat dalam surat rujukan pasien yang dikirimkan ke
dokter tujuan rujukan, yang berisikan antara lain: no rujukan, nama
puskesmas/dokter keluarga, nama kabupaten/kota, nama pasien yang
dirujuk, status jaminan kesehatanyang dimiliki pasien baik pemerintah
maupun swasta, diagnosa, tindakan dan obat yang telah diberikan,
termasuk pemeriksaan penunjang diagnostik,kemajuan pengobatan, nama
dan tandatangan dokter/bidan yang memberikan pelayanan serta
keterangan tambahan yang dianggap perlu dan penting.

b. BalasanRujukan

Informasi balasan rujukan dibuat oleh dokter yang telah merawat pasien
rujukan tulisan balasan rujukan harus jelas dan dapat dibaca oleh petugas
kesehatan di Puskesmas. Surat balasan rujukan yang dikirimkan kepada
pengirim pasien rujukan, memuat : nomor surat, tanggal, status jaminan
kesehatan yang dimiliki, tujuan rujukan penerima, nama dan identitas
pasien, hasil diagnosa setelah dirawat, kondisi pasien saat keluar dari
perawatan dan tindak lanjut yang diperlukan. (format surat balasan
rujukan terlampir).

c. Rujukan Spesimen

Informasi rujukan spesimen dibuat oleh pihak pengirim dengan mengisi


surat rujukan spesimen, yang berisikan antara lain : nomor surat, tanggal,
status jaminan kesehatan yang dimiliki, tujuan rujukan penerima,
jenis/bahan/asal spesimen, nomor spesimen yang dikirim, tanggal
pengambilan spesimen, jenis pemeriksaan yang diminta, nama dan
identitas pasien, serta diagnosis klinis. (Lihat format R/2, Surat Rujukan
Spesimen). Informasi balasan hasil pemeriksaan bahan / spesimen yang
dirujuk dibuat oleh pihak laboratorium penerima dan segera disampaikan
pada pihak pengirim dengan menggunakan format yang berlaku di
laboratorium yang bersangkutan.

5. Prosedur Rujukan Gawat Darurat untuk Kasus KIA

Rujukan pada kasus KIA sangatlah sensitif karena menyangkut dua nyawa,
dimana pasien datang berdua dan haruslah kembali minimal 2 orang atau lebih
tidak boleh kurang. Sehingga kecepatan rujukan sangat penting, terutama untuk
kasus-kasus gawat darurat. Pada awal kehamilan tenaga medis yang melakukan
ANC baik bidan maupun dokter umum di puskesmas harus memberikan edukasi
apakah ibu termasuk dalam kategori beresiko seperti memiliki :
 Hiperemesis Gravidarum
 Hipertensi Dalam Kehamilan
o Pre-eklamsi
 Gejala dan Penyakit lain yang memerlukan manajemen khusus
o Sesak
o Riwayat Diabetes Melitus
o Memiliki Resiko HIV
o Demam Tinggi
o dll
 Pertumbuhan janin terhambat (PJT) : tinggi fundus tidak sesuai usia
kehamilan.
 Kelainan kehamilan (hubungan yang abnormal antara janin dan panggul)
o Gemelli.
o Kelainan letak, posisi.
o DKP (Disproporsi Kepala Panggul).
Apabila terdapat ibu hamil dengan kasus tersebut maka wajib bagi puskesmas
untuk mengedukasi ibu agar melakukan persalinan di Rumah Sakit PONEK
terdekat dari lokasi tinggal, tidak di puskesmas, hal ini perlu dilakukan agar
penanganan kegawatan dapat segera diberikan

Namun untuk kasus – kasus gawat darurat seperti :


 Perdarahan pada kehamilan dini
o Abortus imminen
o Abortus inkompletus dan missed abortion
o Mola hidatidosa
o Kehamilan Ektopik
o Abortus kompletus
 Perdarahan Pada Trimester 3
 Perdarahan Ante Partum
o Abrupsio Plasenta
 Perdarahan Post Partum
o Atonia Uteri
o Retensi Plasenta
o Ruptur Perineum Derajat Iii –Iv Atau Robekan Serviks
 Hipertensi (PEB atau Eklampsia)
 Penyulit Pada Persalinan
o Tali Pusat Menumbung
o Fetal Distress
o Distosia Bahu
o Presentasi Majemuk
 Penyakit Lain Yang Mengancam Keselamatan Ibu Bersalin
o Sesak ( Asma Serangan ).
o Krisis Tiroid.
o Demam Tinggi/Ketuban Pecah8 Jam.
 Persalinan Pre-Term <37 Minggu
 Partus Macet/Kemajuan Persalinan Tidak Normal
o Grafik Partograf Menunjukan Persalinan Mendekati Garis
Bertindak.
o Persalinan Per Vaginam melalui Induksi Atau Stimulasi.
o Persalinan Pervaginam Dengan Tindakan.
Pada kasus-kasus gawat darurat tersebut puskesmas atau bidan dapat segera
merujuk ke Rumah Sakit PONEK terdekat untuk segera dilakukan tindakan,
tanpa perlu menelepon, dan Rumah Sakit PONEK wajib melakukan tindakan
pada pasien itu. Pertimbangan untuk memilih Rumah Sakit PONEK adalah
 Jarak yang dekat.
 Kompetensi serta kelengkapan peralatan rumah sakit.
 Jaminan kesehatan yang dapat digunakan, apabila RS PONEK tujuan
bekerja sama dengan BPJS maka lebih baik.

6. Prosedur Administratif rujukan KIA pada ibu yang diprediksi bermasalah

 Puskesmas atau bidan melaporkan daftar ibu-ibu gawat darurat ke


sudinkes melalui laporan K1-K4.
 Dinas Kesehatan menyerahkan data ibu-ibu kelompok A ke RS PONEK
24 jam untuk persiapan pelayanan medis sesuai pedoman pelayanan
klinis (PPK) atau clinical guidelines yang dikembangkan oleh tim klinik.
 Dilakukan perencanaan persalinan di RS PONEK oleh tim rujukan.
Pertemuan perencanaan minimal dilakukan sebulan sekali, sekaligus
sebagai monitoring.
 Dilakukan koordinasi dengan Dokter Spesialis yang memimpin rapat-
rapat teknis medik di RS untuk menyiapkan tindakan kepada ibu-ibu
yang akan masuk ke RS.
 Pada hari yang ditentukan ibu-ibu yang bermasalah diantar sehingga ibu-
ibu ini dapat sampai di rumahsakit dan mendapat pelayanan.
Dimasyarakat perlu ada tim pengantar. Tim pengantar ini sebaiknya
didanai oleh masyarakat. Bidan desa akan mengantar sampai ke
rumahsakit dan melakukan serah terima.
 Setelah mendapat pelayanan persalinan di rumahsakit, ibu dan bayi yang
selamat akan kembali ke rumah dengan pengantaran dari rumahsakit atau
dijemput kembali oleh masyarakat.
Dengan demikian Ibu-ibu yang termasuk ke dalam kelompok bermasalah perlu
mendapat rujukan terencana, karena merupakan kasus yang telah diprediksi
dapat menimbulkan.
 Komplikasi apabila ditangani di fasilitas kesehatan primer atau oleh
bidan.
 Ibu-ibu yang bermasalah dapat pula bersalin dengan normal, apabila
ternyata tidak terjadi komplikasi yang telah diprediksi sebelumnya

7. Prosedur administratif Rujukan KIA pada ibu dengan kondisi Gawat


Darurat

 Puskesmas/bidan menerima ibu hamil yang akan bersalin.


 Apabila ternyata ada penyulit pada persalinan, maka bidan/dokter
penolong pertama harus memutuskan secara cepat dan tepat untuk
melakukan rujukan setelah dilakukan stabilisasi.
 Pasien / ibu bersalin yang telah didiagnosis memiliki komplikasi pada
persalinan segera dipersiapkan untuk dirujuk ke rumah sakit PONEK.
 Bidan menelpon atau SMS ke RS PONEK 24 jam sembari merujuk
pasien.

8. Prosedur Rujukan Khusus untuk Pasien dengan kondisi sakit menetap

Pasien yang termasuk dalam kategori ini adalah pasien dengan kondisi sakit
menetap sehingga dikhawatirkan mobilisasi terlalu banyak dapat memperburuk
kondisinya tersebut. Contoh kondisi pasien yang masuk didalam kategori ini
adalah :
 Pasien dengan penyakit kanker yang memerlukan kemoterapi rutin.
 Pasien dengan cacat tubuh menetap.
 Pasien gagal ginjal kronis yang membutuhkan cuci darah rutin.
 Pasien lain dengan kondisi sakit menetap.

9. Prosedur Administratif
 Mencatat di buku register hasil pemeriksaan untuk arsip sebagai pasien
dengan kondisi tetap.
 Pasien dapat dirujuk tanpa perlu datang ke puskesmas.

10. Prosedur rujukan horizontal (Puskesmas ke Puskesmas)

Rujukan horizontal dilakukan pada kondisi tertentu dimana puskesmas tidak


memiliki kelengkapan yang seharusnya ada didalam puskesmas seperti, reagen
guna tes mantoux, pemeriksaan rontgen thorax, pemeriksaan EKG pada saat
kertas EKG habis maupun rusak, pemeriksaan laboratorium darah pada saat
reagen habis, dll. Biaya untuk puskesmas rujukan akan diambil dari kapitasi
puskesmas yang merujuk.

11. Prosedur Merujuk Spesimen

 Pemeriksaan Spesimen dan Penunjang Diagnostik lainnya dapat dirujuk


apabila pemeriksaannya memerlukan peralatan medik/teknik
pemeriksaan laboratorium dan penunjang diagnostik yang lebih lengkap.
Spesimen dapat dikirim dan diperiksa tanpa disertai pasien yang
bersangkutan.
 Rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan
spesimen tersebut harus mengirimkan laporan hasil pemeriksaan
spesimen yang telah diperiksanya.Prosedur standar pengiriman rujukan
spesimen dan Penunjang Diagnostik lainnya.

12. Prosedur Klinis

 Menyiapkan pasien/spesimen untuk pemeriksaan lanjutan.


 Untuk spesimen, perlu dikemas sesuai dengan kondisi bahan yang akan
dikirim dengan memperhatikan aspek sterilitas, kontaminasi penularan
penyakit, keselamatan pasien dan orang lain serta kelayakan untuk jenis
pemeriksaan yang diinginkan.
 Memastikan bahwa pasien/spesimen yang dikirim tersebut sudah sesuai
dengan kondisi yang diinginkan dan identitas yang jelas (dilengkapi jam
pengambilan).

13. Prosedur Administratif


 Mengisi format dan surat rujukan spesimen/penunjang diagnostik lainnya
secara cermat dan jelas termasuk nomor surat dan jaminan kesehatan
baik pemerintah maupun swasta, informasi jenis spesimen/penunjang
diagnostik lainnya pemeriksaan yang diinginkan, identitas pasien dan
diagnosa sementara serta identitas pengirim.
 Mencacat informasi yang diperlukan di buku register yang telah
ditentukan masing-masing intansinya.
 Mengirim surat rujukan spesimen/penunjang diagnostik lainya ke alamat
tujuan dan lembar kedua disimpan sebagai arsip.

14. Prosedur Menerima Rujukan Spesimen

Prosedur standar menerima rujukan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya


 Prosedur Klinis

o Menerima dan memeriksa spesimen/penunjang diagnostik lainnya


sesuai dengan kondisi pasien/bahan yang diterima dengan
memperhatikan aspek : sterilisasi, kontaminasi penularan
penyakit, keselamatan pasien, orang lain dan kelayakan untuk
pemeriksaan.
o Memastikan bahwa spesimen yang diterima tersebut layak untuk
diperiksa sesuai dengan permintaan yang diinginkan.
o Mengerjakan pemeriksaan laboratoris atau patologis dan
penunjang diagnostik lainnya dengan mutu standar dan sesuai
dengan jenis dan cara pemeriksaan yang diminta oleh pengirim.

 Prosedur Administratif

o Meneliti isi surat rujukan spesimen dan penunjang diagnostik


lainnya yang diterima secara cermat dan jelas termasuk nomor
surat dan jaminan kesehatan baik pemerintah maupun swasta,
informasi pemeriksaan yang diinginkan, identitas pasien dan
diagnosa sementara serta identitas pengiriman.
o apabila specimen yang diterima tidak layak, maka spesimen
tersebut dikembalikan.
o Mencacat informasi yang diperlukan di buku register / arsip yang
telah ditentukan masing-masing instansinya.
o Memastikan kerahasiaan pasien terjamin.
o Mengirimkan hasil pemeriksaan tersebut secara tertulis dengan
format standar masing-masing sarana kepada pimpinan institusi
pengirim.

Anda mungkin juga menyukai