Anda di halaman 1dari 5

1.

Perbedaan antara pterigium dan pseudopterigium


a. Pterigium
- Penyebab : proses degeneratif
- Lokasi : selalu pada apertura palpebra
- Usia ; pada usia tua
- Stages : progresif, regresif, stasioner
- Pemeriksaan : tidak dapat dipisahkan menggunakan sonde
b. Pseudopterigium
- Penyebab : proses inflamasi
- Lokasi : dapat terjadi di mana saja, tergantung letak inflamasi
- Usia : dapat terjadi pada semua usia
- Stages : stasioner
- Pemeriksaan : dapat dipisahkan menggunakan sonde

2. Proses Vitamin A dalam Penglihatan


Vitamin A merupakan mikronutrien yang dibutuhkan manusia dan tidak dapat
diproduksi oleh tubuh sehingga membutuhkan sumber dari diet sehari-hari. Vitamin A
terdapat dalam 3 bentuk: retinal, retinol, dan asam retinoid. Retinol dapat dioksidasi
menjadi retinal, dan retinal dapat direduksi kembali menjadi retinol. Retinal dapat
dioksidasi menjadi asam retinoid. Fungsi asam retinoid adalah sebagai growth factor
untuk sel epitel pada jaringan di tubuh manusia (Oruch dan Pryme, 2012).
Bentuk aktif vitamin A hanya terdapat dalam makanan hewani. Pada makanan
nabati, mengandung karotenoid yang merupakan prekursor (provitamin) vitamin A.
Bentuk karotenoid yang tersedia di alam hanya dalam bentuk alfa, beta, dan gama,
serta kriptosantin yang berperan sebagain provitamin A. Beta-karoten merupakan
bentuk provitamin A yang paling aktif.
Karoten dan retinoid dalam proses pencernaan dan absorpsinya membutuhkan
empedu dan enzim pankreas. Vitamin A yang didapat dari diet (sebagian besar dalam
bentuk ester retinil) bersama karotenoid bercampur dengan lipid di dalam lambung.
Di sel mukosa usus halus, ester retinil dihidrolisis menjadi retinol yang lebih mudah
di absorpsi. Karotenoid terutama beta-karoten dipecah menjadi retinol. Retinol
bereaksi dengan asam lemak membentuk ester kemudian diangkut oleh kilomikrom
melalui sistem limfe ke dalam aliran darah menuju hati. Hati merupakan tempat
penyimpanan vitamin A utama dalam tubuh. ketika tubuh memerlukan vitamin A,
vitamin A dimobilasi dari hati dalam bentuk retinol dan diangkut menggunakan
Retinol Binding Protein. Retinol kemudian diangkut melalui membran sel dan
kemudian diikat dengan Cellular Retinol Binding-Protein. Pada sel mata, retinol
berfungsi sebagai retinal dan di dalam sel epitel sebagai asam retinoat.
Vitamin A memiliki fungsi penting dalam proses penglihatan. Di dalam mata,
retinol dioksidasi menjadi retinal. Retinal kemudian mengikt protein opsin dan
membentuk visual merah-ungu atau rodopsin. Rodopsin terletak pada sel khusus di
retina yang disebut rod. Ketika cahaya jatuh pada retina, rodopsin beubah menjadi
visual kuning dan retinal dipisahkan dar opsin. Ketika itu, terjadi rangsangan yang
merambat sepanjang saraf mata ke otak yang menyebabkan terjadinya suatu bayangan
visual. Pada proses ini, sebagian vitamin A dipisahkan dari protein dan diubah
menjadi retinol. Retinol akan diubah kembali retinal kembali dan akan mengikat opsin
lagi kemudian membentuk rodopsin. Jumlah retinol yang tersedia di darah
menentukan kecepatan pembentukan rodopsin yang kemudian berperan sebagai bahan
reseptor di dalam retina.
Selain fungsi penglihatan, vitamin A juga berfungsi dalam proses diferensiasi
sel, fungsi kekebalan, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, pencegahan
penyakit kanker dan penyakit jantung, serta berperan besar dalam sistem imunitas
manusia ( Azrimaidaliza, 2007).

3. Interpretasi pemeriksaan placido

Uji plasido (untuk melihat kelengkungan kornea) dipakai papan plasido


dengan gambaran lingkaran konsentris putih hitam yang menghadap sumber cahaya
atau jendela, sedang pasien membelakangi cahaya. Papan plasido merupakan papan
yang mempunyai gambaran garis melingkar konsentris dengan lobang kecil pada
bagian sentralnya. Melalui lubang tengah plasidoksop dilihat gambaran bayangan
plasido pada kornea. Normal bayangan plasido pada kornea berupa lingkaran
konsentris dan bila:

- Lingkaran konsetris berarti permukaan kornea licin dan regular


- Lingkaran lonjong berarti ada astigmatisme kornea
- Garis lingkaran tidak beraturan berarti astigmatisme irregular akibat adanya infiltrate
ataupun parut kornea
- Kurang tegas mungkin akibat edema kornea keruh

Intrepretasi :
Normal : licin, mengkilat, konsentris dan continue
Abnormal :
- Lingkaran continue tetapi ada bagian yang kabur, bergerigi  edema kornea
- Lingkaran tidak continue : defek epitel kornea  ulkus,erosi, fistula kornea.
- Lingkaran mengkilat continue , konsentris tetapi berkelok-kelok  sikatrik
- Lingkaran mengkilat, continue, oval, tidak konsentris  astigmatisme

4. Tes Fluorosens
Kertas fluorosein dibasahi menggunakan garam fisiologis kemudian diletakkan pada
sakus konjungtiva inferior. Pasien menutup mata selama 20 detik, kemudian kertas
diangkat. Lakukan irigasi pada konjungtiva dengan garam fisiologis. Kemudian
permukaan kornea dilihat, apabila terlihat warna hijau dengan sinar biru, berarti ada
kerusakan pada epitel kornea (misal pada keratitis superfisial epitelial, tukak kornea,
dan erosi kornea). Defek kornea akan terlihat berwarna kehijauan dan disebut uji
fluorosein positif (Ilyas dan Yulianti, 2015).

5. Perbedaan lekoma, nebula, dan makula


Sikatrik pada kornea dapat menimbulkan masalah pada penglihatan, dimulai dari
kabur sampai dengan kebutaan. Bentuk sikatrik kornea dibagi menjadi bentuk ringan
(nebula), sedang (makula), dan berat (leukoma). Nebula memiliki bentuk halus pada
kornea dan sulit dilihat sehingga membutuhkan alat penunjang seperti slit lamp.
Makula merupakan kekeruhan pada kornea dengan batas yang tegas dan dapat dilihat
menggunakan senter, sedangkan leukoma merupakan kekeruhan pada kornea yang
berwarna putih dan dapat dilihat jelas menggunakan mata biasa (Erry, 2012).

6. DD penyakit mata
- Mata tenang visus turun perlahan: Katarak, glaukoma, retinopati, gangguan refraksi
- Mata tenang visus turun mendadak: neuritis optik, ablasio retina, oklusi arteri dan
vena sentral
- Mata merah visus turun mendaak: keratitis, keratokonjungtivitis, ulkus kornea,
uveitis, iridosiklitis, glaukoma akut, endoftalmitis, panoftalmitis
- Mata merah visus normal: pterigium, pinguekula, hematoma subkonjungtiva,
skleritis-episkleritis, konjungtivitis, dry eyes, trakoma, defisiensi vitamin A.
- Kelainan pada kelopak mata: blefaritis, hordeolim, kalazion, trikiasis, entropion,
ektropion, lagoftalmus, xantelasma, ptosis, pesudoptosis, trauma kelopak mata.

7. Perbedaan Endoftalmitis dan Panoftalmitis


Endoftalmitis: peradangan berat dalam bola mata akibat infeksi, trauma pasca bedah,
atau karena endogen. Infeksi berbentuk radang supuratif dan menyebabkan abses
dalam badan vitreus. Peradangan akibat bakteri akan memberikan keluhan nyeri berat,
kelopak mata merah dan bengkak, kelopak mata sulit dibuka, kornea keruh, bilik mata
depan keruh dan dapat disertain hipopion.
Panoftalmitis: peradangan seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsil. Infeksi
dapat melalui perdarahan darah (endogen) atau perforasi bola mata (eksogen), dan
akibat tukak kornea perforasi. Infeksi ini memberikan keluhan penurunan visus, nyeri,
mata menonjol, edema kelopak, konjungtiva kemotik, kekeruhan kornea, hipopion.
Daftar Pustaka

Azrimaidaliza. 2007. Vitamin A, Imunitas dan Kaitannya dengan Penyakit Infeksi.


Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 1(2).
Erry. 2012. Distribusi dan Karakteristik Sikatrik kornea di Indonesia, RISKESDAS
2007. Media Litbang Kesehatan. Vol. 22 (1).
Ilyas, S., Yulianti, A.R. 2015. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.:Jakarta.
Oruch, R., Pryme, I. F. 2012. The Biological Significance of Vitamin A in humans: A
review of Nutritional aspects and clinical consideration. ScienceJet. Vol. 4
(19).

Anda mungkin juga menyukai