Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia
Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia
ASFIKSIA
BAB I
PENDAHULUAN
Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 46 jiwa per 1000 kelahiran hidup.
Adapun Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia 2007 yaitu 248 per 100.000
Menurut WHO, setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi
Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa BBL
(usia dibawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu bayi meninggal. Penyebab
kematian BBL di indonesia adalah BBLR 29%, Asfiksia 27%, trauma lahir,
h.145)
mempengaruhi angka kematian tersebut, yaitu salah satunya asfiksia sebesar 37%
yang merupakan penyebab kedua kematian bayi baru lahir (Depkes.RI, 2008).
1. 000 KH.
Kematian perinatal terbanyak disebabkan oleh asfiksia. Hal ini
sekitar 226 orang dan pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs)
yang ke 5 pada tahun 2015 menjadi 102 orang per tahun. Serta Depkes telah
1.000 kelahiran hidup menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada 2015.
(www.tugaskuliah.info/2010)
Lampung pada Tahun 2012 Angka Kematian Neonatal 27/ 1000 Kelahiran Hidup
20/1.000 kelahiran hidup pada SDKI 2002 menjadi 19/1.000 pada SDKI 2007 dan
SDKI 2012. Padahal kematian neonatal merupakan proporsi yang besar dari
mencatat 5.018 bayi meninggal. Pada tahun 2012, tercatat 1.120 balita meninggal,
Perinatal, 110 kasus kematian neonatal, 159 kasus kematian bayi dan kasus
kematian Balita sebanyak 64 kasus. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
dengan pesan pertama kunci Making Pregnancy Safer (MPS) yaitu setiap
tanda bahaya dan terlambat membawa ibu, bayi dan balita sakit ke fasilitas
kesehatan
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi
mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir,
sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat
asam arang dari tubuhnya. umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,
kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama
asfiksia, hipotermi, perlukaan kelahiran dan lain-lain. Bahwa 50% kematian bayi
terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan, kurang
baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-
kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian. Dua hal
serta gizi wanita dan mutu pelayanan kebidanan yang tinggi di seluruh negeri.
(Sarwono, 2011;h.59)
Mei tahun 2013 diperoleh 192 ibu bersalin. Dari prasurvey yang dilakukan pada
tanggal 22 Mei 2013 terdapat 28 bayi yang mengalami asfiksia pada bulan
Januari-Mei. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan study kasus yang
berjudul : Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia terhadap Bayi
Desi Andriani Amd.Keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung pada tahun 2013?
asfiksia di BPS Desi Andriani. Amd.Keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung
2. Tujuan Khusus
a) Diketahuinya Pengkajian terhadap Bayi Baru Lahir dengan asfiksia di BPS Desi
b) Diketahuinya Identifikasi Masalah pada Bayi Baru Lahir dengan melakukan
diagnosa di BPS Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung .
c) Diketahuinya Antisipasi Masalah Potensial yang terjadi pada Bayi Baru Lahir
dengan asfiksia di BPS Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar
Lampung.
d) Diketahuinya Kebutuhan Tindakan Segera yang diperlukan pada Bayi Baru Lahir
dengan asfiksia di BPS Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar
Lampung.
e) Diketahuinya Rencana Asuhan Komprehensif pada Bayi Baru Lahir dengan
asfiksia di BPS Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung. .
f) Diketahuinya Pelaksanakan Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan
asfiksia di BPS Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung. .
g) Diketahuinya Evaluasi terhadap Asuhan Kebidanan yang telah dilaksanakan
kepada Bayi Baru Lahir dengan asfiksia di BPS Desi Andriani Amd.keb Teluk
D. Ruang Lingkup
1. Sasaran
Sasaran dalam studi kasus kebidanan ini adalah Bayi Baru Lahir dengan asfiksia
2. Tempat
Study kasus ini dilaksanakan di BPS Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara
Bandar Lampung.
3. Waktu
Waktu pelaksanaan studi kasus ini pada tanggal 22 Mei 2013 pukul 12:40 WIB.
Setelah disusunnya karya tulis ilmiah ini dapat di gunakan sebagai keefektifan
Serta kedepan dapat menerapkan dan mengaplikasikan hasil dari studi yang telah
didapat pada lahan kerja. Selain itu diharapkan juga dapat menjadi sumber ilmu
dan bacaan yang dapat memberi informasi terbaru serta menjadi sumber refrensi
yang dapat digunakan sebagai pelengkap dalam pembuatan karya tulis ilmiah
dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan antara teori yang di dapat di
Metode yang digunakan penulis dalam karya tulis ini adalah metode penelitian
yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif
tentang suatu keadaan secara obyektif. Metode ini digunakan untuk memecahkan
2005;h.138).
1) Wawancara
anamnesa dilakukan dengan cara wawancara kepada keluarga atau orang lain
Pengkajian yang dapat dipandang sebagai bagian tahap pengkajian pada proses
keperawatan atau tahap pengkajian atau pemeriksaan klinis dari system pelayanan
(Prihardjo,2006;h.2)
2) Studi Dokumentasi
Adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan maupun yang tidak
diterbitkan, yang ada dibawah tanggung jawab instansi resmi, misalnya laporan,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI MEDIS
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala
melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu
sampai dengan 42 minggu dengan berat badan antara 2500 gram sampai 4000
gram nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah, 2010; hal. 2)
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37- 42 minggu
9. Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
10. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna
15. Reflek rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan
17. Reflek moro ( gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik
19. Genitalia
a. Pada laki- laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada sokrotum
b. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang ,
1. Tahap I :
Terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama kelahiran.Pada tahap ini
di gunakan system scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi
dan ibu
2. Tahap II :
Disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian selama
(Dewi,2010; h.1- 3)
1. Menilai bayi dengan cepat( dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi diatas
perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali
2. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kotak
3. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira- kira 3 cm dari pusat bayi, melakukan
urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan memasang klem 2 cm dari
4. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
5. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan
kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan
6. Memberikan bayi kepada ibunya dan mengajurkan ibu utuk memeluk bayinya dan
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang
mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir,
sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan
dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2010; h.421)
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan
dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau sesudah
1. Faktor Ibu
a. Preeklamsia dan eklamsia.
b. Perdarahan abnormal (plasenta prervia atau plasenta).
c. Partus lama atau partus macet.
d. Demam selama persalinan.
e. Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV).
f. Kehamilan post matur.
g. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Faktor Bayi
a. Bayi Prematur (Sebelum 37 minggu kehamilan).
b. Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ektraksi vakum,
forsef).
c. Kelainan kongenital.
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta
janin.
a) Gangguan aliran pada tali pusat (lilitan tali pusat, simpul tali pusat, tekanan pada
b) Penurunan tekanan darah dapat mendadak (perdarahan pada plasenta previa dan
solusio plasenta)
eklampsia)
d) Gangguan pertukaran nutrisi/O2 (solusio plasenta) (Manuaba, 2010; h.421)
d. Diagnosis
c. Frekuensi denyut menurun <100 kali permenit, apalagi disertai irama yang tidak
teratur.
d. Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin, karena
terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus meningkat dan sfingter ani
terbuka.
terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus meningkat dan sfingter ani
3) Pernapasan
mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat kepala masih dijalan
lahir, atau bila paru tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini akan
diikuti oleh henti napas komplet. Kejadian ini disebut apnue primer
( drew.2009;h.9)
kualitas sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan
tahun) akan mengakibatkan rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini
dikarenakan pada usia tersebut ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak
dan alat-alat reproduksi ibu belum siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan di
usia tua (diatas 35 tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan
Umur muda (< 20 tahun) beresiko karena ibu belum siap secara medis (organ
terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan umur tua (> 35 tahun), secara fisik ibu
(Purnamaningrum, 2010).
5) Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang telah dilakukan ibu. Paritas 2-3 merupakan
paritas paling aman di tinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas
pasca persalinan lebih tinggi. Paritas yang rendah (paritas satu), ketidak siapan ibu
mampuan ibu hamil dalam menangani komplikasi yang terjadi dalam kehamilan,
Menurut tinjauan teori beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran
darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin berkurang
yang dapat menyebabkan terjadi asfiksia pada bayi baru lahir yaitu partus lama
atau partus macet dan persalinan sulit, seperti letak sungsang, bayi kembar,
Pada multigravida tahapannya sama namun waktunya lebih cepat untuk setiap
perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang yang muncul
Pada asfiksia sedang, tanda gejala yang muncul adalah sebagai berikut:
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah sebagai berikut:
(Dewi.2010; h.102)
Penilaian awal dilakukan pada setiap BBL untuk menentukan apakah tindakan
resusitasi harus segera dimulai. Segera setelah lahir, dilakukan penilaian pada
semua bayi dengan cara petugas bertanya pada dirinya sendiri dan harus
Bila semua jawaban “Ya”, berarti bayi baik dan tidak memerlukan tindakan
resusitasi. Pada bayi ini segera dilakukan asuhan pada bayi normal. Bila salah satu
atau lebih jawaban “Tidak”, bayi memerlukan tindakan resusitasi. Segera dimulai
Aspek yang sangat penting dari resusitasi BBL adalah menilai bayi, menentukan
tindakan lanjut. Rangkaian tindakan ini merupakan suatu siklus. Misalnya pada
bayi. Atas dasar penilaian ini anda akan melakukan langkah berikutnya. Apabila
penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa
adalah menilai denyut jantung bayi. Segera setelah memulai suatu tindakan anda
harus menilai dampaknya pada bayi dan membuat kesimpulan untuk tahap
berikutnya.
Nilai APGAR pada umumnya dilaksanakan pada 1 menit dan 5 menit setelah bayi
lahir, akan tetapi penilaian bayi harus dimulai segera setelah bayi lahir. Apabila
bayi, maka penilaian ini harus dilakukan segera. Intervensi yang harus dilakukan
pengambilan keputusan pada awal resusitasi, tetapi dapat menolong dalam upaya
penilaian keadaan bayi dan penilaian efektivitas upaya resusitasi. Jadi nilai
APGAR perlu dinilai dalam 1 menit dan 5 menit. Apabila nilai apgar <7 penilaian
tambahan masih diperlukan, yaitu tiap 5 menit sampai 20 menit atau sampai 2 kali
penilaian menunjukkan nilai 8 atau lebih. Penilaian pada bayi yang terkait dengan
1). Pernapasan
auskultasi jika perlu. Kali adanya pola pernapasan abnormal, seperti pergerakan
adekuat (lambat dan tidak teratur), atau tidak ada sama sekali.
Klasifikasikan menjadi >100 atau <100 kali permenit. Angka ini merupakan
titik batas yang mengindikasikan ada atau tidaknya hipoksia yang signifikan.
Catatan : bayi dengan frekuensi jantung <60, khususnya bayi tanpa frekuensi
mungkin tidak mampu mencukupi perfusi arteri koroner, sampai pada akhirnya
3). Warna
Kaji bibir dan lidah bayi yang dapat berwarna biru atau merah muda.
Sianosis perifer (akrosianosis) merupakan hal yang normal pada beberapa jam
pertama bahkan hari. Bayi yang pucat mungkin mengalami syok atau anemia
berat. Tentukan apakah bayi bewarna merah mudah, biru atau pucat.
Ketiga observasi ini dikenal sebagai komponen skor APGAR. Dua
(David,dkk.2009; h.30-32)
a. Pemantauan Janin
Sesaat setelah bayi lahir bidan melakukan penilaia sekilas untuk kesejahteraan
bayi secara umum. Aspek yang dinilai adalah warna kulit dan tangis bayi, jika
warna kulit adalah kemerahan dan bayi dapat menangis spontan, maka ini sudah
penilaian bayi baru lahir adalah dengan cara sederhana yang disebut dengan
Penilaian cara ini digunakan terutama untuk tingkat pelayanan kesehatan dasar
karena hanya menilai dua parameter yang penting, namun cukup mewakili
indikator kesejahteraan bayi baru lahir. Sesaat setelah bayi lahir bidan memantau
2 tanda vital bayi sesuai dengan SIGTUNA score, yaitu upaya bayi untuk bernafas
dan frekuensi jantung (dihitung selama 6 detik, hasil dikalikan 10 sama dengan
1) Nilai bayi sesaat setelah lahir (menit pertama) dengan kriteria penilaian seperti
pada tabel.
2) Jumlahkan score yang didapat.
Segera setelah bayi lahir, bidan mengobservasi keadaan bayi dengan berpatokan
Aspek Skor
pengamatan
bayi baru
lahir
0 1 2
2. Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat misalnya
meja, dipan atau diatas lantai beralas tikar. Sebaiknya dekat pemancar panas dan
Keterangan:
kepala bayi.
c. Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60 watt atau lampu petromak.
Keterangan:
a. Kain yang digunakan sebaiknya bersih, kering, hangat dan dapat menyerap cairan
misalnya handuk, kain flannel, dll. Kalau tidak ada gunakan kain panjang atau
sarung.
b. Kain ke-3 untuk ganjal bahu. Ganjal bahu bisa dibuat dari kain (kaos, selendang,
handuk kecil), digulung setinggi 3 cm dan bisa disesuaikan untuk mengatur posisi
5) Reservoir O2
Keterangan:
a) Alat pengisap lendir Dee Lee adalah alat untuk menghisap lender khusus untuk
BBL.
b) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup merupakan alat yang sangat penting
c) Tabung atau balon serta sungkup dan alat penghisap lender De Lee dalam
Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan BBL yang basah oleh air
ketuban segera setelah lahir. Bagi bidan yang sudah biasa dan terlatih meletakkan
bayi baru lahir diatas perut ibu, sebelum persalinan akan menyediakan sehelai
kain diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi. Hal ini dapat juga digunakan pada
bayi asfiksia. Bila tali pusat sangat pendek, bayi dapat diletakkan didekat
perineum ibu sampai tali pusat telah diklem dan dipotong, kemudian jika perlu
Fungsi kain ke-2 adalah untuk menyelimuti BBL agar tetap kering dan hangat.
Singkirkan kain ke-1 yang basah sesudah dipakai mengeringkan bayi. Kain ke-2
ini diletakkan diatas tempat resusitasi, digelar menutupi tempat yang rata.
Fungsi kain ke-3 adalah untuk ganjal bahu bayi agar memudahkan dalam
bawah kain ke-2 yang menutupi tempat resusitasi untuk mengganjal bahu.
Kotak alat resusitasi yang berisi alat pengisap lender Dee Lee dan alat resusitasi
tabung atau balon dan sungkup diletakkan dekat tempat resusitasi, maksudnya
resusitasi BBL.
1. Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek, masker, penutup kepala,
2. Lepaskan perhiasan, cincin dan jam tangan sebelum mencuci tangan.
3. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran alkohol dan
gliseril.
Tahap awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Langkah awal tersebut meliputi:
a) Letakkan bayi diatas kain yang ada diatas perut ibu
b) Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka, potong tali pusat
c) Pindahkan bayi keatas kain di tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih,
2. Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan pengganjal bahu, sehingga
2. Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, TIDAK pada waktu
memasukan.
3. Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 5 cm kedalam mulut
atau lebih dari 3 cm dalam hidung), hal itu dapat menyebabkan denyut jantung
tekanan
2. Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk atau menyentil telapak kaki bayi atau
dengan menggosok punggung, dada, perut dan tungkai bayi dengan telapak
tangan.
1. Ganti kain yang telah basah dengan kain kering dibawahnya
2. Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada, agar
Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, tidak bernafas atau megap-
megap. Bila bayi bernafas normal, lakukan asuhan pasca resusitasi. Tapi bila bayi
udara ke dalam paru-paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru
membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan menguji apakah jalan
Saat melakukan tiupan atau pompaan perhatikan apakah dada bayi mengembang.
a. Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor.
c. Periksa cairan atau lendir dimulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan
penghisapan.
d. Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air (ulangan), bila dada
1. Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan dengan balon dan
sungkup sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air sampai bayi
2. Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau pemompaan, setelah 30
Jika bayi mulai bernafas spontan atau menangis, hentikan ventilasi bertahap:
Jika bernafas >40 per menit dan tidak ada retraksi berat:
d. Katakana pada ibu bahwa bayinya kemungkinan besar akan membaik.
d) Ventilasi setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang nafas.
2. Hentikan ventilasi setiap 30 detik, lakukan penilaian bayi apakah bernafas, tidak
a. Jika bayi sudah mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan
b. Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30
e) Siapkan rujukan jika bayi belum bernafas spontan sesudah 2 menit resusitasi
perawatan instensif selama 2 jam pertam. Penting sekali pada tahap ini dilakukan
2. Kejang
3. Mengantuk atau tidak sadar
5. Merintih
c) Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya
5. Menjaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan, buka selimut bayi sebagian-
sebagian.
Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan pasca lahir
lebih lanjut. Asuhan pasca lahir dapat dilakukan dengan cara kunjungan
5. Melihat dan meraba lengan dan tungkai, gerakan dan menghitung jumlah jari
6. Melihat alat kelamin dan menentukan jenis kelamin, adakah kelainan
8. Memastikan adakah buang air besar dan buang air kecil
1. Pengertian
kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis
dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik
perawat dan bidan pada tahun 1970-an. Proses ini memperkenalkan sebuah
metode pengorganisasian pemikiran dan tindakan dengan urutan yang logis dan
dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ke-tujuh langkah tersebut membentuk suau
kerangka lenkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi
setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih detail dan
ini bias berubah sesuai dengan kebutuhan klien. (Saminem, 2010; h. 39)
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat dan
a. Identitas
Identitas bayi didapat dari anamnesa yang dilakukan oleh bidan terhadap orang
tua bayi untuk memperoleh informasi tentang identitas bayi baru lahir, seperti
umur bayi, jam kelahiran bayi, jenis kelamin bayi dan anak keberapa.
1) Data ini penting untuk diketahui oleh bidan sebagai data acuan untuk
memprediksi apakah terdapat penyulit pada kehamilan saat bayi masih dalam
kandungan.
2) Kesehatan janin dikaji untuk mengetahui kondisi janin saat ini
3) Keluhan trismester 1, 2 dan 3 dikaji untuk mengetahui keluhan yang pernah
4) Frekuensi ANC selama kehamilan trismester 1, 2 dan 3 dikaji untuk mengetahui
seberapa sering orang tua bayi pernah memeriksakan diri saat hamil
5) Pola nutrisi dikaji untuk mengetahui asupan nutrisi pada orang tua bayi
6) Perilaku kesehatan dikaji untuk mengetahui apakah orang tua bayi pernah
1) Data ini penting untuk diketahui oleh bidan sebagai data acuan untuk
3) Ditolong oleh dikaji untuk mengetahui siapakah yang menolong kelahiran bayi
4) Jenis persalinan dikaji untuk mengetahui bagaimana cara bayi dilahirkan
5) Lama persalinan dikaji untuk mengetahui seberapa lama proses persalinan
8) BB dikaji untuk mengetahui berapakah berat badan bayi, PB dikaji untuk
mengetahui berapakah panjang badan bayi dan nilai apgar digunakan untuk
9) Jenis kelamin dikaji untuk mengetahui apa jenis kelamin bayi
10) Cacat bawaan dikaji untuk mengetahui apakah bayi lahir dalam keadaan cacat
atau tidak
11) Masa gestasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak
12) Resusitasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi telah dilakukan tindakan
Nutrisi dikaji untuk mengetahui apa saja yang diberikan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien. Nutrisi yang diberikan pada bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) juga akan berbeda, sebab kapsitas lambung BBLR sangat
kecil sehingga minum harus sering diberikan tiap jam. Perhatikan juga apakah
selama pemberian minum bayi menjadi cepat lelah, menjadi biru atau perut
b. Pola eliminasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi telah BAK dan BAB. Pada
bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) kita mengkaji pola eliminasi, sebab
pada bayi BBLR kebutuhan nutrisi yang diberikan berbeda dengan bayi yang
berat badannya normal, oleh sebab itu akan berpengaruh juga pada frekuensi BAB
c. Pola istirahat dikaji untuk mengetahui apakah kebutuhan istirahat bayi telah
terpenuhi atau tidak. Bayi yang mengalami berat badan lahir rendah (BBLR)
memiliki pola tidur yang lebih banyak dari bayi normal, sebab nutrisi yang
dikonsumsi sangat cukup dan memiliki frekuensi yang ditetapkan setiap jam,
sehingga bayi lebih sering tertidur nyenyak dengan nutrisi yang cukup.
d. Personal hygine dikaji untuk mengetahui bagaimana kebersihan pada diri bayi.
Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) personal hygine juga perlu
dikaji sebab kebersihan pada bayi sangat diutamakan untuk pencegahan infeksi.
C. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda- tanda vital,
meliputi
a. Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi).
a) Kepala :
bentuk simetris atau tidak, UUB dan UUK datar atau tidak, keadaan rambut
b) Wajah
terdapat odema atau tidak, kebersihan muka simetris atau tidak dan warna
c) Mata
merah muda atau pucat, sklera putih atau tidak, adakah bulu mata atau tidak,
d) Hidung
e) Mulut
f) Telinga
g) Leher
h) Dada
bentuk dada, pengembangan rongga dada, suara jantung, suara paru-paru
i) Ketiak
j) Perut
bentuk simetris atau tidak, adakah bising usus, keadaan tali pusat,
k) Punggung
l) Anus
m) Genetalia
adakah labia mayor dan labia minor, adakah klitoris dan orifisium uretra
n) Ekstermitas
o) Neuro
p) Eliminasi
berdasarkan interpretasi yang benar atas data- data yang telah dikumpulkan. Data
masalah yang spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun masalah, keduanya harus
ditangani. Meskipun masalah tidak dapat dartiakn sebagai diagnosis, tetapi tetap
membutuhkan penanganan.
III)
yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau
diagnosis tersebut tidak terjadi. Langhkah ini bersifat antisipasi yang rasional/
logis.
penanganan segera bersama anggota tim kaesehatn lain dengan kondisi klien.
Jadi, manajemen tidak hanya berlangsung seama asuhan primer periodic atau
kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut dalam dampingan
atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat
dilengkapi rencana asuhan yang menyuluruh tidak hanya meliputi segala hal yang
sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait, tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut. Pedoman antisipasi
ini mencakup perkiraan tentang hal yang akan terjadi berikutnya: apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah bidan perlu merujuk klien bila ada
e. Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman (langkakh VI)
Pada langkah keenam, rencana asuhan menyuluuh dilakua denangn efisien dan
aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya walua bidan tidak
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang
diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan banuan apkah benar-
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
a. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki
dokter
b. Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan.
1) Episiotomi
c. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu
(ASI) eksklusif
d. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum
b. Kewenangan:
a) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan
hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru
lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat
b) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
c) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan rujukan
e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah
kewenangan:
keluarga berencana
b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom Selain kewenangan normal
a) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan
b) Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu
c) Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan
d) Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak,
e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak
sekolah
f) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
lainnya
h) Pencegahan penyalah gunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini,
dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah
Selain itu, khusus di daerah (Kecamatan atau Kelurahan/Desa) yang belum ada
kesehatan di luar kewenangan normal, dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR TERHADAP BAYI Ny.M
ANDRIANI Amd.keb
1. PENGKAJIAN
Tempat : BPS Desi Andriani Amd.Keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung
Nim : 2010.637
Istri Suami
ukul :12.40 Wib dengan penilain bayi merintih,warna kulit kebiruan dan tonus otot
lemah
ersalinan : Spontan
Penolong : Bidan
Kala II : 45 menit
Kala III : 10 menit
Kala IV : 2 Jam
c) Komplikasi ibu
Hipertensi : Tidak ada
Partus lama : Ya
Penggunaan obat : Tidak ada
Infeksi : Tidak ada
KPD : Tidak ada
Perdarahan : Tiadak ada
d) Komplikasi janin
Premature : Tidak ada
Malposisi : Tidak ada
Gawat janin : Ya
Ketuban campur meconium : Ya
Lilitan tali pusat : Tidak ada
Keadaan bayi baru lahir : Tonus otot lemah, warna kulit kebiruan,
bernafas megap – megap
c. Kulit
Warna :Kemerahan
Turgor : Elastis
a. Kepala
c. Mata
Sklera : Putih
e. Mulut
f. Telinga
g. Dada
h. Abdomen
i. Punggung
k. Genetalia
Laki-laki
Gerakan : Aktif
3. Antopometri
b. PB : 50cm
c. LK : 35cm
d. LD : 36 cm
e. Lila : 11 cm
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Pada Bayi segera setelah lahir
pada
By. Ny. M Dengan Asfiksia Di BPS Desi Andriani Amd.Keb. Ditemukan hasil
sebagai berikut:
A.PENGKAJIAN DATA
1. Pada pengkajian dilakukan untuk pengumpulan data dasar tentang keadaan
pasien. Pada studi kasus ini penulis melakukan pengkajian terhadap bayi baru
lahir yaitu By.Ny.M Umur 0 Hari Dengan Asfiksia, dengan hasil sebagai berikut:
1. Umur ibu
Umur muda (< 20 tahun) beresiko karena ibu belum siap secara medis (organ
kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan umur tua (> 35 tahun), secara fisik
Pada kasus asfiksia terhadap By. Ny.M, umur Ny.M adalah 36 tahun
c. Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan toeri dan tinjauan kasus, karena pada
tinjauan teori factor resiko terjadinya asfiksia adalah ibu dengan usia kurang dari
20 tahun dan lebih dari 35 tahun, sedangkan umur Ny.M adalah 36 tahun
Menurut tinjauan teori beberapa keadaan yang dapat menyebabkan asfiksia yaitu
kehamilan postmatur atau lahir sesudah 42 minggu kehamilan dan bayi premature
atau lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu (JNPK-KR, 2008, hal: 144)
Pada hasil tinjauan kasus usia kehamilan Ny.M pada saat melahirkan adalah 37
minggu 6 hari.
c. Pembahasan
Terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, dimana usia
kehamilan ibu masih dalam batas normal dan bukan merupakan penyebab bayi
Menurut tinjauan teori beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran
darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin berkurang,
sehingga dapat menyebabkan asfiksia, yaitu Infeksi berat seperti malaria, sifilis,
Riwayat kesehatan sekarang, NY.M tidak sedang menderita penyakit menular atau
penyakit keturunan
c. Pembahasan
Antara tinjauan teori dan tinjauan kasus terjadi kesenjangan, karena pada tinjauan
kasus Ny.M tidak menderita infeksi yang menjadi salah satu factor pemicu
terjadinya asfiksia pada bayi, kemungkinan asfiksia yang terjadi pada bayi
diakibatkan oleh ketuban bercampur mekonium dan sedikit serta partus lama.
c. Pembahasan
Antara tinjauan teori dan tinjauan kasus terjadi kesenjangan karena pada Ny. M
Menurut tinjauan teori penyebab asfiksia adalah salah satunya keadaan ibu yang
Menurut tinjauan kasus pada Ny. M tidak mengalami preeklamsia dan eklamsia.
c. Pembahasan
Antara tinjauan teori dan tinjauan kasus terjadi kesenjangan karena pada Ny.M
Menurut tinjauan teori beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran
darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin berkurang
yang dapat menyebabkan terjadi asfiksia pada bayi baru lahir yaitu partus lama
atau partus macet dan persalinan sulit, seperti letak sungsang, bayi kembar,
distosia bahu, ekstraksi vacuum dan vorcep (JNPK-KR, 2008, hal : 144)
c. Pembahasan
Terjadi kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, karena menurut
asuhan persalinan normal partus lama merupakan salah satu factor penyebab
terjadinya asfiksia pada bayi dan pada kasus Ny.M terjadi partus lama dimana
lama persalinannya yaitu 13 jam 20 menit pada kala I dan kala II, sehingga terjadi
lahir.
7. Paritas
Ny.M mengatakan ini kehamilan keempat, pernah melahirkan dua kali dan pernah
c. Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus terjadi kesenjangan, dimana pada tinjauan
kasus jumlah paritas ibu bukan merupakan salah satu factor penyebab bahaya
kematian janin yaitu tidak lebih dari 4, kemungkinan asfiksia yang terjadi pada
janin disebabkan oleh ketuban bercampur mekonium dan sedikit serta partus
lama.
Menurut tinjauan teori faktor yang dapat menimbulkan asfiksia yaitu gangguan
aliran pada tali pusat seperti lilitan tali pusat, simpul tali pusat dan tekanan pada
c. Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus terjadi kesenjangan, dimana By.Ny.M tidak
9. Ketuban
Menurut tinjauan teori salah satu faktor penyebab asfiksia adalah air ketuban
c. pembahasan
Jadi pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terjadi kesenjangan karena air
ketuban ibu bercampur mekonium dan sedikit yang merupakan factor penyebab
atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data- data yang telah
Data subjektif : informasi tentang identitas bayi baru lahir, seperti umur bayi, jam
Data objektif : keadaan yang lebih pasti dilihat dari pasien yang dikaji.
Pada kasus By.Ny.M didapatkan diagnose kebidanan “Bayi Baru Lahir Cukup
Data subjektif : bayi lahir pada tanggal 22 Mei 2013 pukul 12:40wib, usia
Data objektif : warna kulit kebiruan, tonus otot lemah dan usaha bernafas megap-
megap.
c) Pembahasan
Jadi pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan, karena
pada tinjauan kasus diagnose didapatkan dari data subjektif dan data objektif
sesuai dengan teori yang disampaikan oleh (JNPK KR, 2008)., dimana untuk
2. Masalah
lahir yang mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah
lahir
( Dewi.2010; h.102)
Pada kasus dikatakan masalah pada bayi yaitu bayi bernafas yaitu megap-megap.
c. Pembahasan
Jadi pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan, karena
pada kasus salah satu masalah yang ada pada bayi adalah bernafas megap-megap,
sama seperti yang ada pada teori yang disampaikan oleh (Dewi.2010;h.102) yaitu
terdapat masalah pada bayi baru lahir dengan asfiksia adalah pernafasan
3. Kebutuhan
Menurut teori pada kasus asfiksia dilakukan tindakan resusitasi yang dimulai
Dalam kasus asfiksia pada bayi baru lahir terhadap By.Ny.M diperlukan tindakan
c. Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tersebut tidak ditemukan kesenjangan,
karena kebutuhan yang diperlukan oleh bayi sesuai dengan teori pada yang ada
atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila
Pada By.Ny.M dengan asfiksia yang mungkin terjadi jika tidak tertangani adalah
henti nafas.
c) Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tersebut tidak didapatkan kesenjangan,
dimana pada kasusnya Awalnya hanya sedikit nafas. Sedikit napas ini
kepala masih dijalan lahir, atau bila paru tidak mengembang karena suatu hal,
aktivitas singkat ini akan diikuti oleh henti napas komplet. Kejadian ini disebut
berdasarkan interpretasi yang benar atas data- data yang telah dikumpulkan. Data
masalah yang spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun masalah, keduanya harus
ditangani. Meskipun masalah tidak dapat diartikan sebagai diagnosis, tetapi tetap
membutuhkan penanganan.
b. Menurut Tinjauan Kasus
Pada kasus tersebut ditemukan indikasi untuk melakukan tindakan segera berupa
tindakan resusitasi dengan alasan terdapat potensi terjadinya apnea jika asfiksia
c. Pembahasan
Jadi tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, karena
mengantisipasi masalah potensial yang mungkin terjadi pada bayi berupa henti
nafas.
manajemen untuk masalah atau diagnosis yang telah diidentikasi atau antispasi
atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat
dilengkapi rencana asuhan yang menyuluruh tidak hanya meliputi segala hal yang
sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait, tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut. Pedoman antisipasi
ini mencakup perkiraan tentang hal yang akan terjadi berikutnya: apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah bidan perlu merujuk klien bila ada
perawatan instensif selama 2 jam pertam. Penting sekali pada tahap ini dilakukan
c) Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya
Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan pasca lahir
lebih lanjut. Asuhan pasca lahir dapat dilakukan dengan cara kunjungan
untuk mengetahui kondisi lebih lanjut dalam 24 jam pertama kesehatan bayi
perawatan instensif selama 2 jam pertam. Penting sekali pada tahap ini dilakukan
c. Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya
Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan pasca lahir
lebih lanjut. Asuhan pasca lahir dapat dilakukan dengan cara kunjungan
c. Pembahasan
Jadi pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan, karena
sesuai dengan teori asuhan persalinan normal, rencana yang diberikan dimulai dari
F. Pelaksanaan
Pada langkah keenam, rencana asuhan menyuluruh dilakukan dengan efisien dan
aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya walau bidan tidak
a) Menjaga bayi tetap hangat dengan segera meletakkan bayi diatas perut ibu, lalu
kepala. Lalu melakukan pemotongan tali pusat dengan klem pertama yang
berjarak 3 cm dari pusat dan klem kedua berjarak 2 cm dari klem pertama,
kemudian memotong dengan gunting tali pusat dan segera mengikat dengan
b) Membaringkan bayi terlentang dengan kepala dekat dengan penolong, lalu
mengganjal bahu dengan kain yang dilipat setebal 2-3 cm, lalu memposisikan
c) Dengan menggunakan pengisap lendir Slem seher, melakukan pengisapan lendir
yang dimulai dari bagian mulut sedalam 5 cm dan dilanjutkan dengan bagian
hidung sedalam 3 cm, lalu menghisap lendir sambil menarik slem seher kearah
luar.
d) Mengeringkan bayi mulai dari bagian muka, kepala lalu bagian tubuh yang
e) Mengganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang telah
bagian kepala dan membuka bagian dada agar pemantauan pernafasan bayi dapat
dilanjutkan. Lalu mengatur kembali posisi bayi dengan sedikit ekstensi, agar jalan
tidak bernafas.
g) Menilai adanya tanda-tanda bahaya pada bayi, seperti warna kulit kebiruan, bayi
lemah, adanya retraksi dinding dada, nafas <40 kali permenit atau >60 kali
permenit, nadi <120 kali permenit atau >160 kali permenit, bayi kuning.
h) Melihat apakah terjadi perdarahan pada tali pusat atau tidak dan merawatan tali
pusat dengan yang baik, yaitu dengan selalu menjaga agar tali pusat tetap bersih,
kering dan tidak lembab serta tidak membubuhi apapun pada tali pusat.
i) Melakukan pencegahan hipotermi, dengan meletakkan bayi pada suhu >25 0C,
tidak memandikkan bayi <6-24 jam setelah lahir, memakaikan bedong dengan
j) Menyuntikan Vit-K1 dengan dosis 1 mg, di 1/3 paha kiri bagian luar bayi secara
k) Memberikan salep mata gentamycin pada kedua mata bayi, dari arah dalam
l) Melakukan pemeriksaan antropometri, dengan mengukur BB, TB, LL, LK, LD
n) Melakukan pemantauan kondisi bayi 24 jam/ 1 hari pasca tindakan resusitasi,
3. Pembahasan
Jadi terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, dimana pada
yang dilakukan telah berhasil hanya dengan langkah awal resusitasi yaitu
G. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang
diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apkah benar-
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaanya.
a. Bayi telah diselimuti dengan kain dan tali pusat telah dipotong
b. Kepala bayi telah diatur dalam posisi sedikit ekstensi dan jalan nafas telah
terbuka
c. Pengisapan lendir telah dilakukan dengan slem seher dimulai dari mulut dan
d. Bayi telah dikeringkan dari sisa-sisa darah dan lendir serta bayi telah dirangsang
taktil.
e. Kepala bayi telah diatur kembali dalam posisi sedikit ekstensi.
f. Bayi telah bernafas normal, Bayi dalam kondisi baik, warna kulit kemerahan,
tonus otot baik, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada perdarahan talipusat
TB: 50 cm
LD: 36 cm
LK: 35 cm
LL: 11 cm
Kepala berbentuk simetris, UUB datar, UUK datar, rambut terdapat sisa-sisa
darah dan lendir, tidak ada caput succedenum dan cephal hematome
Hidung bentuk simetris, terdapat lubang hidung, tidak terdapat pernafasan cuping
Dada simetris, terdapat pengembangan rongga dada, bunyi jantung lup-dup dan
Perut simetris, terdapat bising usus, tidak ada perdarahan tali pusat, tidak terdapat
benjolan
Terdapat fleksibilitas tulang punggung serta tidak ada tonjolan tulang punggung
Pergerakan kaki dan tangan lemah, jari-jari tangan dan kaki lengkap.
T : 36,80 C
3. Pembahasan
Pada evaluasi kasus asfiksia pada By.Ny.M tidak terdapat kesenjangan antara
tinjauan teori dan tinjauan kasus, karena pada teori yang disampaikan oleh
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir yaitu By.Ny.M
Umur 0 Hari dengan Asfiksia di BPS Desi Andriani.Amd, Keb Teluk Betung
Utara Bandar Lampung Tahun 2013”. Maka penulis dapat menyimpulkan kasus
pervaginam, lahir pada tanggal 22 mei 2013, pukul 12:40 wib, warna kulit
2. Didapatkan diagnosa dari hasil pengkajian terhadap By.Ny.M yaitu “Bayi baru
lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan segera setelah lahir, dengan asfiksia”,
masalah yang muncul pada kasus ini yaitu bayi baru lahir pervaginam dengan
warna kulit kebiruan, tonus otot lemah, dan usaha bernafas megap-megap
3. Didapatkan diagnosa potensial yang mungkin terjadi apabila masalah pada
4. Telah dilaksanakan antisipasi sebagaimana dijelaskan dalam teori yaitu langkah
5. Didapatkan rencana asuhan kebidanan yang diberikan pada By.Ny.M dengan
asfiksia yaitu tindakan langkah awal resusitasi, dan asuhan pasca resusitasi.
6. Tindakan asuhan kebidanan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
dibuat yaitu dengan tindakan resusitasi, namun hanya sampai pada langkah awal
7. Hasil evaluasi terhadap By.Ny.M yaitu bayi telah menangis kuat, warna kulit
B. SARAN
dapat menerapkan dan mengaplikasikan hasil dari studi yang telah didapat pada
lahan kerja. Selain itu diharapkan juga dapat menjadi sumber ilmu dan bacaan
yang dapat memberi informasi terbaru serta menjadi sumber refrensi yang dapat
digunakan sebagai pelengkap dalam pembuatan karya tulis ilmiah pada semester
akhir berikutnya.
dapat digunakan sebagai bahan perbandingan antara teori yang di dapat di bangku
pada kasus Asfiksia dan Dengan adanya karya tulis ilmiah ini diharapkan di BPS
dalam menangani bayi baru lahir dengan asfiksia, sehingga AKB dapat
diturunkan.
DAFTAR PUSTAKA
Drew, David dan Philip Jevon, Maregaret Raby; alih bahasa,Dian Ramadhani. 2008.
editor edisi bahasa Indonesia, Sari Isnaeni. – Jakarta : EGC
Dewi, Vivian Nanny lia.2011.AsuhanNeonates
BayidanAnakBalita.Jakarta :SalembaMedika
Notoatmodjo Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
KR, JNPK.2008. Asuhanpersalinan normal. Jakarta :TIM
Soepardan,Suryani.2009.Konsepkebidanan.Jakarta : EGC
Saminem.2010. Dokumentasi Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Sulistyawati Ari dan Esti Nugraheni. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Jakarta: Salemba Medika
Prawirohardjo, sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT bina Pustaka
Rukiyah, Ai yeyeh, LiaYulianti. 2010. Asuhan Neonates BayidanBalita.
Jakarta :Salembamedika
Manuaba, Ida Bagus Gede.2010.ilmu kebidananpenyakitkandungandan KB.Jakarta :
EGC
Sulistyawati,Ari.EstiNugraha .2010.
AsuhanKebidananpadaIbuBersalin.Jakarta :SalembaMedika
Prawirohardjo, Sarwono.2011. IlmuKebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmukebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmubedahkebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka
http://www.Hukum Kewenangan Bidan.com
http://yulianasept. Blogspot.com/2012/10/proposal-asfiksia,html