Impedansi Udang
Impedansi Udang
LILIS SOLECHAH
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Lilis Solechah
NIM G74100045
ABSTRAK
LILIS SOLECHAH. Kajian Spektroskopi Impedansi Listrik Udang Galah
(Macrobracium Rosenbergii) Berformalin. Dibimbing oleh JAJANG JUANSAH
dan MERSI KURNIATI.
Spektroskopi impedansi listrik adalah salah satu teknik yang digunakan
untuk mendeteksi sifat listrik pada bahan biologis. Semua bahan biologis secara
alami memiliki ion-ion yang dapat diidentifikasi sifat listriknya, sehingga banyak
para peneliti yang telah mengembangkan dan mengkaji teknik identifikasi sifat
listrik. Penelitian ini bertujuan mengkaji sifat listrik terhadap udang berformalin
dengan udang tidak berformalin pada frekuensi 1 - 1000 KHz, yang disimpan
selama enam hari dalam udara bebas pada suhu ruangan dan menentukan
pengaruh umur simpan, pengaruh jarak antar elektroda dan pengaruh konsentrasi
formalin terhadap sifat listriknya dengan menganalisis Impedansi, Resistansi,
Induktansi, Faktor Q dan Kapasitansi. Sifat listrik yang dihasilkan menunjukkan
bahwa jarak yang semakin jauh menyebabkan impedansi yang semakin
meningkat. Selanjutnya, meskipun belum ada standar baku yang membedakan
antara udang berformalin dengan tidak berformalin secara konsisten, hasil listrik
ini mampu menunjukkan adanya penurunan mutu udang, kerusakan membran, dan
kerusakan jaringan sel udang setelah kematian sel.
Kata kunci: formalin, frekuensi, jarak, listrik, udang
ABSTRACT
LILIS SOLECHAH. Study of Electric Impedance Spectrocopy in Formaldehyded
Galah Shrimp (Macrobrachium Rosenbergi). Supervised by JAJANG JUANSAH
and MERSI KURNIATI
Electrical impedance spectroscopy (EIS) is one of the techniques used to
detect the electrical properties of biological materials. All biological materials
naturally have ions that can be identified electrical properties, so many researchers
who have developed a technique of identifying and assessing the electrical
properties. This research aims to study the electrical properties of the shrimp with
formaldehyde and without at a frequency of 1 to 1000 KHz, which is stored for
six days in free air at a room temperature and determine the effect of shelf life, the
influence of the distance between the electrodes and the influence of the
concentration of formaldehyde on the electrical properties by analyzing
Impedance, Resistance, Inductance, Capacitance and Q factor. The resulting
electrical properties show that the farther distance causes the impedance increases.
Furthermore, although there is no standard that distinguishes between shrimp
formalin with formalin not consistently, the results of this electricity is able to
demonstrate a decrease in the quality of shrimp, membrane damage, and tissue
damage shrimp after cell death.
Keywords: electric, gap, formaldehide, frequency, shrimp.
KAJIAN SPEKTROSKOPI IMPEDANSI LISTRIK PADA
UDANG GALAH (Macrobracium Rosenbergii) BERFORMALIN
LILIS SOLECHAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Fisika
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
nikmat sehat dan iman serta memberikan Anugerah yang berlimpah sehingga
penulis dapat belajar dan menyelesaikan karya ilmiah skripsi ini.
Termakasih penulis ucapkan kepada ayah, bunda serta keluarga yang
senantiasa mendukung, memberi semangat, dan mendoakan untuk kelancaran,
kemudahan dan kebaikan bagi penulis. Terimakasih juga kepada Bpk. Dr Jajang
Juansah dan Ibu Dr Mersi Kurniati selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing, bersedia meluangkan waktunya untuk mendidik penulis dan karena
ilmu yang bermanfaat dari bapak dan ibu semoga bisa penulis manfaatkan
dikemudian hari. Kepada seluruh Dosen Departemen Fisika dan Tenaga kerja
pendukung yang memberikan layanan terbaik. Serta ucapan termakasih kepada
teman-teman seperjuangan di Fisika, teman-teman Aliffah, teman-teman Rumah
Qur’an dan teman-teman BEM KM IPB 2014 yang selalu memberi senyum
semangat, dukungan serta doa terbaik.
Penulis menyadari masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam
penyusunan proposal ini, harapannya ada yang berkenan memperbaikinya dan
memanfaatkannya untuk kebaikan selanjutnya. Kritik dan saran penulis harapkan
agar bisa memperbaiki kesalahan dan terus berkarya.
Bogor, Maret 2015
Lilis Solechah
NRP: G74100045
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil Pengamatan 29
2 Foto Dokumentasi 38
3 Alat dan Bahan 39
4 Diagram alur penelitian 40
PENDAHULUAN
Udang mempunyai kadar air sebesar 70% dan nutrisi, sehingga menjadi
media yang sangat cocok untuk tumbuh kembang mikroba pembusuk terutama
dalam suhu ruangan.1 Keberadaan mikroba dalam udang dapat mengkibatkan
kerusakan dan penurunan mutu udang. Kerusakan visual yang tampak diantaranya
mata udang yang terlihat suram dan tenggelam, daging udang bau, berlendir, dan
lembek serta kulit mudah lepas, pucat, berwarna merah kecoklatan dan kendur.2
Udang yang dikemas dengan baik akan memberikan waktu simpan yang lebih
lama. Beberapa cara pengemasan yang dilakukan antara lain pengawetan,
pengeringan, dan fermentasi. Teknologi pengawetan bahan makanan sangat
bermanfaat namun ada juga yang merugikan. Salah satu teknik pengawetan yang
merugikan adalah penggunaan formalin.
Formaldehida yang lebih dikenal dengan nama formalin ini adalah salah
satu zat tambahan makanan yang dilarang. Bahan tersebut merupakan zat yang
digunakan untuk mengawetkan mayat. Formalin memiliki efek jangka panjang
terhadap tubuh manusia. Formalin dapat bereaksi cepat dengan lapisan lendir
saluran pencernaan dan saluran pernafasan. Di dalam tubuh cepat teroksidasi
membentuk asam format terutama di hati dan sel darah merah. Pemakaian pada
makanan dapat mengakibatkan keracunan pada tubuh manusia, yaitu rasa sakit
perut yang akut disertai muntah-muntah, timbulnya depresi susunan syaraf atau
kegagalan peredaran darah.3 Namun, sebagian orang masih menggunakan
formalin sebagai pengawet udang karena harganya yang relatif murah. 3
Sebagai konsumen, tentunya sulit membedakan udang yang berformalin dan
yang tidak. Oleh karena itu, perlu dikaji suatu metode atau teknologi yang dapat
mendeteksi secara dini hal tersebut. Berbagai metode kimia telah banyak
dikembangkan untuk medeteksi formalin dalam bahan. Namun kebanyakan
metode tersebut memiliki kekurangan diantaranya biayanya yang mahal dan
merusak bahan uji.
Penentuan adanya formalin atau tidak menggunakan sifat-sifat fisika
terutama listrik sangat jarang dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan
untuk menentukan karakterisasi listrik yang mampu mendeteksi kandungan
formalin dalam Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii). Teknik ini dipilih
karena relatif murah dan tidak merusak bahan.
Latar Belakang
Hal yang mendasari penelitian ini adalah mengamati dan mengkaji
karakteristik impedansi listrik dalam mendeteksi kandungan formalin pada udang
galah. Dewasa ini pendeteksian kandungan formalin pada bahan terfokus dengan
metode kimiawi, padahal metode listrik memliki potensi untuk melihat kaitan
formalin dengan listrik pada suatu bahan biologis. Selain itu, metode listrik efektif
dan efisien karena tidak perlu menghabiskan biaya yang terlalu mahal dan waktu
yang lama.
Perumusan Masalah
a. Apakah dengan informasi parameter listrik mampu membedakan udang yang
berformalin dengan yang tidak?
2
TINJAUAN PUSTAKA
Udang
copepoda, polichaeta dan udang kecil (rebon). Udang galah juga bersifat kanibal
jika tidak ada makanan yang tersedia. Tubuh udang galah dan struktur
morfologinya secara jelas dapat dilihat pada Gambar 1.
V = IR................................................................................................. (1)
Keterangan:
V = Tegangan (volt); I = Kuat arus (A); R = Hambatan (O)
Sama seperti bahan biologi, udang galah memiliki sejumlah ion dalam
tubuhnya, sehingga terjadi perpindahan ion dan aktivitas listrik. Oleh karena itu,
sifat listrik udang dapat diamati. Saat dialirkan listrik dari luar, sel-sel dan ion-ion
akan meneruskannya sehingga aktivitas listrik dapat diamati. Berkaitan dengan
sifat sel, cairan intraseluler dan ekstraseluler yang dibatasi oleh suatu membran,
terdapat aktivitas ion yang masuk ataupun keluar sel. Aktivitas ini yang
menyebabkan adanya mobilisasi ion.
4
Gambar 2. Morfologi sel membran pada frekuensi rendah (A) dan Frekuensi
tinggi (B).6
Adanya mobilisasi ion yang berbeda juga karena adanya polarisasi sekitar
elektroda menyebabkan terjadinya polarisasi, dan juga terjadi elektrolisis parsial,
sehingga muncul impedansi kapasitif parasit saat kontak elektroda dengan sampel.
Untuk menghilangkan hal ini bisa digunakan metode quadipolar atau pengaturan
jarak pisah yang teratur antara kedua elektroda.5
Formalin
mendenaturasi protein dan asam nukleat melalui proses alkilasi antara gugus NH2
dan OH dari protein dan asam nukleat dengan gugus hidroksimetil dari
formaldehid.9 Ikatan antara formaldehid dan protein, di antaranya membentuk
ikatan metilol dan suatu ikatan silang (crosslinks) yang sulit dipecah.10 Formalin
pada konsentrasi rendah (4%) dapat mengeraskan jaringan, sedangkan pada
konsentrasi tinggi (40%), selain akan mengeraskan jaringan, juga dapat
mengendapkan protein.8 Pengerasan jaringan pada bahan makanan menyebabkan
sulit dicerna dan diserap.11 Bahan makanan yang sulit dicerna, akan mengganggu
penyediaan kebutuhan protein dan asam amino tubuh. Kegagalan absorpsi
(malabsorpsi) zat gizi menjadi salah satu penyebab kekurangan gizi sekunder.12
Selain itu, protein bahan makanan yang tidak dapat dicerna akan menjadi bahan
asing (antigen) bagi tubuh, sehingga menimbulkan respon imun.13
Setiap bahan akan memiliki sifat kelistrikan. Bahan tersebut dapat termasuk
dalam konduktor, isolator, semikonduktor atau superkonduktor. Bahan organik
pada umumnya bersifat konduktor karena memiliki kadar air yang cukup tinggi.14
Bahan konduktor memiliki sifat kelistrikan seperti pada umumnya terdapat
kapasitansi, induktansi, impedansi dan resistansi.
Faktor Q
Faktor Q atau “figure of merit” merupakan sebuah ukuran yang diberikan
pada sebuah komponen atau rangkaian lengkap. Faktor Q itu sendiri didefinisikan
sebagai
Q = 2π ( ) ............................................... (2)
Kapasitansi
Kapasitansi adalah sifat dari bahan yang ditandai dengan untuk menyimpan
muatan listrik. Kapasitansi dalam suatu bahan biologis dapat diibaratkan sebagai
membran yang memisahkan jaringan dalam sel dengan jaringan luar sel.6
Membran tidak dapat ditembus oleh listrik pada frekuensi rendah, sehingga
6
Resistansi
Resistansi atau hambatan didefinisikan sebagai rasio sumber tegangan V
dengan kuat arus I.17 Satuan resistansi adalah Ohm. Semakin besar hambatan
suatu bahan akan menyebabkan arus kecil yang melalui bahan tersebut. Gambaran
hambatan dalam kawat, listrik yang diberikan mengalirkan elektron yang akan
berinteraksi dengan atom pada kawat. Atom pada kawat inilah yang merupakan
hambatan bagi elektron sehingga semakin banyak atom pada kawat maka arus
yang mengalir semakin kecil.
Induktansi
Induktansi adalah rasio ikatan fluks terhadap arus yang dilingkari oleh fluks
itu, arus I mengalir di dalam N lilitan menghasilkan fluks total sebesar Ф dan
ikatan fluks sebanyak N Ф dengan asumsi fluks mengelilingi kumparan lilitan.16
.......................................................................................................... (4)
Keterangan:
L = Induktansi (Henry/H)
N = Jumlah lilitan
Ф = Fluks (Tesla)
Konduktansi
Konduktansi (G) didefinisikan sebagai kebalikan dari resistansi/hambatan
R, yaitu G=1/R. Satan konduktansi adalah mho (ohm-1) yang juga disebut siemens
(S).17
Impedansi
Jika suatu kapasitor dirangkai dengan resistor dan induktor pada rangkaian
arus bolak-balik, maka hambatan total rangkaian itu dikenal dengan impedansi.
Secara formulasi hukum Ohm untuk impedansi didapatkan dengan perbandingan
tegangan total dengan arus total dalam rangkaian.14 Seperti persamaan berikut:
....................................................................................................... (5)
Keterangan:
Z = Impedansi (Ω); ΔV = Beda potensial (V); I = Arus Listrik (A)
Impedansi adalah hambatan pengganti dari hambatan total karena pengaruh
resistor R, induktor XL, kapasitor Xc, dalam rangkaian arus bolak-balik.18
7
menghilangkan hal ini bisa digunakan metode quadipolar atau pengaturan jarak
pisah yang teratur antara kedua elektroda. Syaratnya sampel homogen impedansi
untuk satuan panjang.5
Metode lainnnya untuk mengetahui karakteristik atau sifat listrik dari suatu
jaringan biologi adalah dengan mengamati sifat listrik dari membran sel pada
jaringan biologis tersebut. Hal ini diterapkan pada analisis daging sapi untuk
mengukur kualitas daging sapi.32 Dalam penelitiannya daging sapi yang disimpan
selama penyimpanan tertentu diukur sifat dielektriknya dengan cara yang
sederhana. Melihat pada faktor kualitas pada membran tersebut menunjukkan nilai
Q (faktor kualitas bahan) yang semakin menurun. Menurunnya nilai Q berarti
fungsi membran semakin menurun karena kerusakan pada membran, sehingga
tidak mampu menjadi pembatas antara ECF (ekstraseluler) dengan ICF
(intraseluler). Terjadilah pencampuran antara ECF dan ICF.
METODE
Preparasi Sampel
Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan maka dalam
pelaksanaannya mengikuti tahapan-tahapan kegiatan yang telah dirancang yaitu :
1. Menyiapkan udang segar yang siap konsumsi.
2. Persiapkan alat dan bahannya.
3. Formalin dan udang ditimbang
4. Perendaman udang selama 2 jam dengan formalin
5. Pengukuran spektroskopi impedansi untuk mengetahui perbedaan
karakteristik udang segar dan udang berformalin.
Udang Galah segar diperoleh dari BBPBAT Sukabumi sebanyak 25 ekor
udang yang berukuran sedang dan siap konsumsi dilakukan beberapa
karakteristik, udang segar tanpa pemberian formalin diukur untuk mengetahui
sifat listrik yang terkandung dalam udang segar. Beberapa tahap menuju proses
pengukuran listrik, udang segar akan mengalami proses penimbangan,
pemotongan dengan jarak yang sudah ditentukan dan penimbangan ulang hingga
akhirnya udang diukur menggunakan LCR Meter.
Udang yang akan diukur harus dalam keadaan kering, dengan kata lain
udang perlu ditiriskan terlebih dahulu sebelum dan sesudah perendaman dengan
cairan formalin. Hal tersebut ditujukan, agar saat proses pengukuran
menghasilkan data sifat listrik dari udangnya saja tanpa ada air atau cairan lain
yang turut terukur.
Selanjutnya adalah udang yang telah diberi formalin dengan kadar 1,2,3,4
dan 5 (dalam %). Tahapan perlakuan pada udang berformalin sama seperti
perlakuan pada udang segar melalui proses penimbangan, pemotongan dan
pengukuran. Untuk lebih jelas proses penimbangan dan pengukuran dapat dilihat
di gambar 4.
elektroda yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk melihat karakter listrik
terutama impedansi pada jarak elektroda yang divariasikan. Beberapa tahap
menuju proses pengukuran, diantatanya proses penimbangan, pemotongan sesuai
dengan panjang yang sudah ditentukan dan akhirnya pengukuran menggunakan
alat LCR Meter. Panjang udang ditentukan dengan memotong tubuh udang bagian
perut dan ekor, dan mengukur panjang menggunakan penggaris sejauh 4cm, 3cm,
2cm, 1cm. Potongan udang dengan jarak yang sudah ditentukan tersebut bertujuan
untuk menentukan jarak antar elektroda saat pengukuran sifat listrik. Elektroda
dikontakkan pada sisi kanan dan sisi kiri udang yang telah dipotong sehingga
panjang udang tersebut menjadi jarak antar elektroda, seperti pada Gambar 4.
Komputer
Bahan
Bahan yang digunakan adalah udang Galah segar yang diperoleh dari Balai
Besar Perairan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, aquades, air dan
formalin.
Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cutter/ pisau, LCR
meter (3532-50 LCR HITESTER, Hioki, Tokyo, Japan), cawan, elektroda platina,
sumber listrik, box continer, selang, aerator, 1 unit komputer, program Microsoft
Excel, dan program LCR Studio. Alat dan bahan tersedia dalam bentuk gambar
pada Lampiran 3 halaman 39.
12
Data yang diperoleh dari alat LCR Meter (Hioki, Japan) berupa data
frekuensi dan nilai seluruh parameter listrik yang harus dikonversi dalam bentuk
angka di Excel. Program dalam excel yang dibuat khusus untuk mengkonversi
data dari LCR Meter ke dalam bentuk angka di Excel. Kemudian seluruh data
diolah menjadi grafik yang selanjutnya dianalisis keteraturan dan kaitannya.
3500
(a)
3300
3100
2900
0 1 2 3 4 5
56
Frekuensi Sedang = 100 KHz
54
Impedansi (104 ohm)
52
50
(b) 48
46
44
42
0 1 2 3 4 5
1,4
1,35 Frekuensi Tinggi = 1000 KHz
1,3
Impedansi (104 ohm)
1,25
1,2
(c) 1,15
1,1
1,05
1
0 1 2 3 4 5
Jarak (cm)
Gambar 5. Grafik Impedansi pada udang segar tidak berformalin (a) Frekuensi
Rendah, (b) Frekuensi Sedang dan (c) Frekuensi Tinggi.
Berikut penjelasan secara visualisasi sifat listrik impedansi pada udang segar
tak berformalin melalui grafik pada Gambar 6.
14
40
35 4 cm
Impedansi (106 ohm)
1 cm
30
2 cm
25 3 cm
20
15
10
9 14 19 24 29
Frekuensi (102 Hz)
20
18 4 cm
Resistansi Rs (106 ohm)
16 1 cm
14
2 cm
12
10 3 cm
8
6
4
2
1 1,5 2 2,5 3 3,5
3
Frekuensi (10 Hz)
51
Induktansi (102 H)
4 cm
41 1 cm
2 cm
31
3 cm
21
11
1
9 14 19 24 29 34 39
Frekuensi (102 Hz)
Impedansi Z
Pada frekuensi 1-5 KHz pada saat ini hampir tidak dapat menembus sel
membran. Praktis arus hanya melalui bagian ekstraseluler dari jaringan tersebut,
sehinga cocok digunakan secara selektif untuk menghitung volume air
ekstraseluler. Sedangkan frekuensi tinggi berkisar di atas 100 KHz dapat
dimanfaatkan untuk mendeteksi komponen di bagian dalam sel (intraseluler).6
Gambar 9 dan Gambar 10 menunjukkan pola hubungan impedansi dengan
udang berformalin dan tak berformalin selama 6 hari. Gambar 9 dan Gambar 10
menunjukkan pola grafik yang terus menurun seiring penambahan frekuensi. Pada
hari pertama tidak terlalu terlihat perbedaannya dengan hari kedua, dengan kata
lain dianggap sama. Kemudian impedansi pada hari ke tiga dan empat yang terus
turun nilainya, namun hari ke - 6 lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan hari
yang ke 5. Penurunan impedansi diduga disebabkan oleh makin besarnya
konsentrasi dari hasil metabolisme ion terlarut pada ikan, dan akan meningkat
selama proses kemunduran mutu atau pembusukan ikan.26 Komponen ikan dan
udang mirip, sehingga kemunduran mutu, metabolisme ion, dan pembusukkan
mempengaruhi pola grafik pada udang.
17
47
22
17
9 12 15 18 21 24 27 30
Frekuensi (102 Hz)
hari 1
40 hari 2
(106
35 hari 3
Impedansi
hari 4
30
hari 5
25 hari 6
20
15
9 14 19 24 29
Frekuensi (102 Hz)
6,5
Impedansi (106 ohm)
6
5%
5,5 0%
5 1%
(a)
2%
4,5
3%
4
4%
0 1 2 3 4 5 6
Waktu (hari)
6,1
Impedansi (105 ohm)
6
5,9
5,8 0%
5,7 1%
5,6
5,5 2%
(b)
5,4 3%
5,3
4%
5,2
5,1 5%
0 1 2 3 4 5 6
Waktu (hari)
14
Impedansi (103 ohm)
13,8
13,6 0%
13,4
1%
13,2
2%
(c) 13
12,8 3%
12,6 4%
12,4 5%
0 1 2 3 4 5 6
Waktu (hari)
Gambar 11. Impedansi terhadap umur simpan (hari) pada (a)Frekuensi rendah,
(b)Frekuensi sedang dan (c)Fekuensi tinggi
Terdapat perbedaan yang signifikan antara impedansi pada frekuensi rendah
dengan frekuensi sedang dan tingi. Pola grafik pada frekuensi rendah cenderung
turun seiring pertambahan umur simpan (hari) sedangkan pada fekuensi sedang
19
dan tinggi cenderung meningkat (Gambar 11). Pada frekuensi sangat rendah,
listrik tidak mampu menembus membran4 sehingga yang terukur adalah hambatan
yang terdapat pada bagian luar membran. Penurunan impedansi pada bagian luar
sel membran ini mungkin disebabkan karena cairan yang semakin berkurang
akibat proses oksidasi oleh lingkungan dalam suhu kamar. Hal ini dikuatkan juga
dengan hasil pengamatan secara manual, terlihat tekstur kulit dan daging udang
yang semakin kering selama penambahan umur simpan. Data hasil pengamatan
secara manual dapat dilihat pada Lampiran 1 Tabel 1.
Namun umur simpan pada daging yang membusuk menyebabkan sel-sel
tersebut rusak sehingga menyebabkan fungsi membran berkurang, untuk
memisahkan dan mengisolasi ekstraseluler dari intraseluler (Gambar 11). Selain
itu faktor pertumbuhan bakteri juga mempengaruhi nilai karakteristik impedansi,
khususnya jumlah vektor konduktansi dan kapasitansi.35
Peningkatan impedansi diduga juga dipengaruhi oleh pembentukkan beberapa
jenis ion selama proses pembusukkan udang. Proses perubahan fase kemunduran
mutu ikan dari fase prerigor ke fase rigor mortis terdapat peningkatan ion Ca2+
yang sangat signifikan.18 Selain itu jugaada hal yang mempengaruhi impedansi
yaitu proses oksidasi yang juga dihasilkan degradasi berupa ion dan Cu.34
Selanjutnya peningakatan impedansi diduga karena semakin meningkatnya
bakteri yang tumbuh dalam daging udang selama penyimpanan. Hal ini
dibuktikan dengan tumbuhnya belatung di daging udang setelah beberapa hari
penyimpanan, kecenderungan dalam waktu 4 hari daging udang sudah ditumbuhi
oleh belatung. Impedansi mampu digunakan untuk memprediksi jumlah bakteri
yang terkandu dalam bahan dengan melihat hubungan linier antara keduanya,
dengan semakin banyak jumlah bakteri maka nilai impedansinya semakin kecil.4
Kapasitansi Cs
Penelitian tentang deteksi umur simpan pada daging sapi menggunakan
spektroskopi impedansi yang sudah dilakukan oleh Jean Louis Dames dkk (2007)
menunjukkan kriteria yang mirip dengan hasil penelitian pada udang ini.
Menggambarkan kapasitansi sebagai membran yang membatasi intraseluler
dengan ekstraseluler, resistif paralel diibaratkan ekstraseluer dan resistif seri
diibaratkan intraseluler. Saat arus listrik melewati jaringan biologis akan
dipengaruhi oleh tingkat frekuensi, menurut pendapat dari J.L Damez et al.
Selanjutnya sifat listrik yang ditinjau dari seluruh sampel udang tak
berformalin dan berformalin dengan variasi konsentrasi formalin menunjukkan
nilai kapasitansi yang cenderung menurun selama variasi umur simpan. Grafik
yang menggambarkan kondisi tersebut tertuang pada Gambar 12.
20
5E-12
4,8E-12
0%
4,6E-12
Kapasitansi (farad)
1%
4,4E-12
2%
(a) 4,2E-12
3%
4E-12 4%
3,8E-12 5%
0 1 2 3 4 5 6 7
Waktu (hari)
3,33E-12
3,23E-12
Kapasitansi (farad)
0%
3,13E-12
1%
3,03E-12
2%
(b) 2,93E-12
3%
2,83E-12
4%
2,73E-12
5%
2,63E-12
0 2 4 6 8
waktu (hari)
2,5E-11
2,4E-11 0%
Kapasitansi (farad)
2,3E-11 1%
2,2E-11 2%
(c) 2,1E-11 3%
2E-11
4%
1,9E-11
5%
1,8E-11
0 2 4 6 8
waktu (hari)
Gambar 12. Perubahan kapasitansi terhadap umur pernyimpanan udang untuk
sampel berformalin dan tidak berformalin pada (a) Frekuensi rendah
1 KHz, (b) Frekuensi sedang 100 KHz dan (c) Frekuensi tinggi 1
MHz.
Kapasistansi diibaratkan sebagai membran pada suatu sel. Membran
memiliki peran yang sangat penting pada suatu sel, yaitu untuk memisahkan
instraseluler dengan ekstraseululer.36 Pada Gambar 12 menunjukkan
kecenderungan penurunan nilai kapasitansi pada setiap penambahan hari untuk
yang berformalin maupun yang tak berformalin. Penurunan kapasitansi dalam
21
proses umur simpan daging udang terjadi karena adanya proses lisis dan
kemunduran mutu udang. Artinya sifat listrik ini menunjukkan informasi bahwa
membran mengalami kerusakan sehingga kemampuannya untuk memisahkan
komponen pengisi intraseluler dan ekstraseluler semakin menurun.36 Dengan kata
lain dengan adanya kebocoran atau kerusakan membran dapat menyebabkan
bagian yang berada pada intraseluler bercampur dengan bagian yang ada pada
ekstraseluler, sehingga sel tidak terisolasi lagi dan berakibat lebih jauh lagi pada
arus yang lewat semakin besar atau berefek pada nilai impedansi yang menurun.
Beberapa faktor yang menyebabkan rusaknya jaringan biologis pada udang
terutama pada membran adalah adanya proses lisis, oksidasi yang diakibatkan
karena terpapar udara secara bebas dan aktivitas mikroba yang tumbuh baik pada
bahan yang mengandung protein tinggi (seperti udang). Informasi ini diperkuat
dengan hasil data pada Gambar 11.
Faktor Q
Faktor Q menunjukkan kualitas udang yang cenderung menurun setiap
penambahan hari setelah kematian sel. Hal ini juga diakibatkan karena adanya
oksidasi lapisan membran fosfolipid dan terjadi lisis setelah kematian membran.
Membran yang terisolasi akan semakin berkurang isolasinya selama penambahan
umur simpan udang karena adanya oksidasi lapisan membran fosfolipid dan lisis
setelah kematian sel. Hal ini dikuatkan dengan perilaku faktor Q yang ditunjukkan
grafik faktor Q terhadap penambahan hari pada Gambar 14. Nilai Q cenderung
menurun untuk beberapa sampel udang yang berformalin dengan variasi
konsentrasi dan udang yang tidak diberi formalin setelah kematian sel. Kematian
sel ini menyebabkan ion Na+, K+ dan Cl- terus menerus lepas sehingga timbul
kerusakan pada sel terutama pecahnya dekomposisi protein.25
Keteraturan data terlihat jelas pada frekuensi sedang dan fekuensi tinggi,
sedangkan pada frekuensi rendah terlihat kurang teratur. Pada frekuensi rendah
arus listrik hanya melewati sekitar sel-sel tanpa bisa menembusnya karena sel
terisolasi oleh suatu membran yang memisahkan antara intraseluler dan
ekstraseluler. Perbedaan konsentrasi formalin menyebabkan data yang tidak
berbeda jauh dan semakin besar konsentrasi formalin pun tidak mempengaruhi
22
2,45
2,35
2,25 0%
Faktor Qualitas
2,15 1%
2,05 2%
1,95
3%
1,85
4%
1,75
5%
1,65
-1,5 0,5 2,5 4,5 6,5
waktu (hari)
Gambar 14. Grafik Faktor kualitas Q terhadap umur simpan seluruh sampel udang
pada frekuensi rendah (1 KHz)
Ditinjau secara detail Gambar 15
4,5
4 hari 1
Faktor Kualitas (Q)
hari 2
3,5
hari 3
3
hari 4
2,5 hari 5
2 hari 6
1,5
9 14 19 24 29
Frekuensi (102 Hz)
Gambar 15. Grafik Faktor kualitas terhadap fekuensi pada udang berformalin
(konsentrasi 2%)
23
Simpulan
Saran
Saran untuk selanjutnya adalah mengkaji lebih dalam pola dan karakteristik
listrik dari formalin, karakteristik formalin terhadap suatu bahan biologis, dan
karakteristik listrik bahan berformalin dengan selang konsetrasi yang lebih jauh
untuk melihat perbedaannya. Selanjutnya mengkaji listrik udang yang disimpan
dalam wadah tertutup dengan suhu rendah. Hal itu dilakukan untuk mengurangi
faktor luar (seperti udara bebas, cuaca dan suhu) yang akan mempengaruhi sifat
listriknya.
24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
28
Lampiran 1 Hasil Pengamatan 29
Tabel 1. Data proses pembusukan udang segar dan udang berformalin dengan variasi konsentrasi selama 6 hari
Tabel 2. Data impedansi udang segar tak berformalin dengan variasi jarak pada frekuensi rendah,
frekuensi sedang dan frekuensi tinggi.
Frekuensi
Jarak (cm)
Rendah Sedang Tinggi
1 29226000 421530 10421
2 36703000 521360 11530
3 37205000 531090 12845
4 38612000 547530 13646
Tabel 3. Data impedansi udang segar tak berformalin dengan variasi jarak.
Tabel 4. Data resistansi udang segar tak berformalin dengan variasi jarak.
Resistansi secara seri pada jarak Resistansi secara seri pada jarak
Frekuensi Frekuensi
1 cm 2cm 3cm 4cm 1 cm 2cm 3cm 4cm
1000 14441000 18949000 19781000 20064000 43287,61 159240 172300 180150 179480
1072,267 13189000 16744000 18173000 17780000 46415,89 141160 147880 185560 184500
1149,757 12361000 16022000 15937000 16914000 49770,24 155150 171010 189460 187640
1232,847 10904000 14410000 15367000 15179000 53366,99 176850 137700 168880 164670
1321,941 10038000 13286000 13861000 14081000 57223,68 163960 178270 191430 197520
1417,474 9060800 12076000 12900000 12692000 61359,07 164430 178930 197290 201900
1519,911 8232700 11121000 12162000 11595000 65793,32 169370 187480 199060 201200
1629,751 7462000 10197000 10783000 10555000 70548,02 165700 183820 202320 210280
1747,528 6656400 8962200 9813700 9554700 75646,33 166600 189870 204140 205900
1873,817 5832300 8508600 9018200 8595800 81113,08 165480 190170 204080 206100
2009,233 5513100 7684600 8206500 7865700 86974,9 162630 186370 206290 206750
2154,435 4901100 7072800 7531400 7208400 93260,33 162820 216310 138430 207120
2310,13 4436900 6503800 6741000 6548200 100000 158590 183810 198620 199830
2477,076 4128700 5803000 6065700 5977300 107226,7 160460 207420 177430 194400
2656,088 3651800 5367200 5660400 5361100 114975,7 163530 164840 220520 188340
2848,036 3177400 4819500 5075800 4874600 123284,7 144380 190120 190110 192290
3053,856 3656500 5109700 2686100 782230 132194,1 127050 167800 195070 183480
3274,549 3057400 3254300 3215800 8906400 141747,4 134450 165550 186480 187490
3511,192 1433400 1158500 4162200 1941100 151991,1 137240 158460 175920 167630
3764,936 2570300 3586800 2264100 3647700 162975,1 128240 158230 174440 158570
4037,017 1948600 2850200 702970 3425400 174752,8 121340 140910 154110 149220
4328,761 1298500 2407100 1538100 2402400 187381,7 113270 141400 148680 145520
4641,589 1452700 2197200 1102100 1791500 200923,3 108450 129560 133380 133150
4977,024 1280200 2184500 18599 2005900 215443,5 95762 119800 125050 128470
5336,699 1161300 2423700 4361900 1582700 231013 89586 117430 124300 114740
5722,368 897080 3495900 2555700 107830 247707,6 85640 102140 107710 110640
6135,907 1280200 527860 2900100 326350 265608,8 79681 97859 105230 101130
6579,332 183800 2237800 1688600 260240 284803,6 72127 85718 91882 91265
7054,802 1074400 1280400 695200 1450300 305385,6 66658 76419 83656 83109
7564,633 756700 1570300 892990 706350 327454,9 58861 71574 77985 77184
8111,308 668970 947870 992590 1000400 351119,2 53713 65039 68597 69349
8697,49 496640 1720900 555660 1524500 376493,6 48989 58918 62121 62882
9326,033 342580 770390 509770 770690 403701,7 43731 53758 56575 56278
10000 174860 576650 701110 630940 432876,1 39033 48338 50100 50580
10722,67 418720 924010 575990 24627 464158,9 34591 42543 45507 45971
11497,57 92652 286420 153000 13844 497702,4 30844 38017 39943 39948
12328,47 2838500 610840 1336800 714250 533669,9 27065 33283 35059 35301
13219,41 388670 419930 178270 784480 572236,8 23820 28911 30716 31095
14174,74 214830 358460 171550 210210 613590,7 21013 25464 26885 27356
15199,11 6570,7 20098 105660 189460 657933,2 18408 22677 23807 24392
16297,51 62460 30385 224800 114610 705480,2 16242 19964 21051 21304
17475,28 110690 151020 20605 57589 756463,3 14283 17520 18584 18785
18738,17 46323 785310 149910 63130 811130,8 12588 15435 16366 16545
20092,33 104070 184220 65352 69620 869749 11016 13504 14389 14592
21544,35 125430 137840 30227 78973 932603,3 9759,7 11897 12575 12777
23101,3 179220 247420 145390 93099 1000000 8476 10385 11081 11241
24770,76 30426 504350 360260 52717
26560,88 37929 284090 21210 264320
28480,36 148640 257140 92632 118410
30538,56 114960 92418 136490 94626
32745,49 100940 46983 1556300 138000
35111,92 164080 146610 180770 167920
37649,36 230020 145960 344140 435880
40370,17 155400 174600 170170 208190
Tabel 6. Data impedansi pada udang tak berformalin dengan variasi hari lama penyimpanan
Tabel 7. Data impedansi Z dengan penyimpanan bervariasi pada udang berformalin (konsentrasi
1 %)
Tabel 8. Data Impedansi Z pada variasi hari dalam frekuensi rendah (1 KHz), sedang (100 KHz) dan
tinggi (1 MHz)
Tabel 9. Data kapasitansi seluruh udang pada frekuensi rendah, sedang dan tinggi
Tabel 10. Data faktor kualitas pada seluruh sampel di fekuensi rendah (1KHz)
Tabel 11. Data Faktor Kualitas Q terhadap penambahan frekuensi pada udang berformalin konsentrasi
2%
a. Pengukuran jarak pada udang tak berformalin b. Penambahan formalin dengan jarak tetap
Penimbangan
Udang yang
diperoleh dari
BPBBAT
Pengukuran
Pengukuran
variasi konsetrasi
variasi jarak
formalin
elektroda
Ekstrak ke
Excel
Data mentah
Pengolahan data
Ekstrak ke
Grafik Excel
Pengolahan data
Analisis Grafik
data
41
RIWAYAT HIDUP
Lilis Solechah, dilahirkan di Kuningan pada tanggal 11 Oktober 1992
dari pasangan Sriyono dan Siti Rumiyatun. Penulis adalah anak ke dua dari
empat bersaudara. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari TK Manba’ul
Huda (1996-1998), SDN 1 Sidaraja (1998-2004), SMPN 1 Ciawigebang
(2004-2007), SMAN 1 Ciawigebang (2007-2010) dan masuk IPB melalui
jalur USMI.
Kegiatan penulis di luar akademik adalah aktif mengikuti organisasi
dan beberapa pelatihan untuk menambah softskill. Organisasi yang pernah
dijalani sejak SD hingga SMA yaitu Pramuka, PMR dan lembaga sosial di
desa. Penulis pernah mengikuti beberapa perlombaan lintas alam yang
diselenggarakan oleh Kecamatan, Kabupaten dan Wilayah Tiga Cirebon.
Mulai memasuki perkuliahan di IPB penulis aktif menjadi anggota Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) tingkat fakultas dan kampus.
Penulis juga aktif menjadi pengajar bimbel dan private mata perlajar
Matematika dan IPA di lembaga Spectrum selama dua tahun dan mandiri
selama 1,5 tahun. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Fisika di
Diploma selama dua semester.