Anda di halaman 1dari 2

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF

KRONIS
No. : SOP/UKP/BIH/
Dokumen 000
SOP No. Revisi :
HJ. OMBAH
Tgl. Terbit : 02 Januari 2019 HANIPAH, SKM
Halaman : 1/2

KLINIK PRATAMA
BINA INSANI
HUSADA

1. Pengertian Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah penyakit paru


kronik dikarakteristikkan dengan hambatan aliran udara yang
persisten progresif dan berhubungan dengan peningkatan
respons inflamasi kronis di paru terhadap partikel dan gas
berbahaya.
2. Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga klinis Klinik dalam
penatalaksanaan PPOK.

3. Kebijakan SK Kepala Klinik Nomor

4. Referensi 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004


tentang Praktik Kedokteran.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik
Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama.
5. Prosedur 1. Petugas Medis / dokter mempersilahkan pasien masuk
ruang periksa.
2. Petugas Medis / dokter menanyakan nama dan alamat
sesuai dengan yang tertera di buku rekam medis dan kertas
resep.
3. Petugas Medis / dokter melakukan allo/auto anamnesis :
a. Menanyakan Keluhan Utama dan Riwayat Penyakit
Sekarang : Sesak napas, kadang-kadang disertai mengi,
batuk kering atau dengan dahak yang produktif, rasa
berat di dada.
b. Faktor Risiko : Pajanan partikel seperti asap rokok, debu
kerja, polusi udara, infeksi paru.
4. Petugas Medis / dokter melakukan pemeriksaan fisik:
a. Pemeriksaan tanda vital : respirasi meningkat
b. Inspeksi : Penggunaan otot bantu napas barrel chest ,
Hal. 1|2
Pursed - lips breathing.
c. Perkusi : Hiperinflasi menyebabkan hati letak rendah dan
mudah di palpasi.
d. Auskultasi : wheezing, ronkhi, ekspirasi memanjang
5. Petugas Medis / dokter menegakkan diagnosis berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik.
6. Petugas Medis / dokter memberikan penjelasan pada
pasien mengenai keadaan pasien.
7. Petugas Medis / dokter memberikan tatalaksana berupa :
a. Konseling dan Edukasi : Pengurangan pajanan faktor
risiko, berhenti merokok.
b. Farmakologis :
1) Pemberian bronkodilator (aminophillin atau salbutamol)
2) Pemberian mukolitik (ambroxol) atau expektoran
(OBH)
3) Pemberian antibiotik bila perlu.
4) Kortikosteroid : 30 mg/hari diberikan maksimal selama
2 minggu. Pemberian selama 2 minggu tidak perlu
tapering off.
8. Petugas Medis / dokter menulis pada rekam medis, resep
obat dan buku register pasien.
9. Petugas Medis / dokter menyerahkan resep kepada pasien.
6. Bagan Alir (bila diperlukan)

7. Hal-hal yang Petugas Medis / dokter dapat merujuk pasien ke RS bila


Perlu pasien memerlukan penanganan lebih lanjut, atau keluhan
diperhatikan tidak berkurang setelah tatalaksana.
8. Unit Terkait Unit Pelayanan Umum

9. Dokumen Rekam Medis, Resep Obat, Buku Register Pasien


Terkait
10. Rekaman
Historis No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai
Perubahan Diberlakukan

Hal. 2|2

Anda mungkin juga menyukai