Anda di halaman 1dari 8

KRONOLOGI INDIKASI

PENYALAHGUNAAN WEWENANG DAN


JABATAN OLEH PEJABAT KEPALA
KEJAKSAAN NEGERI KEPULAUAN
YAPEN
Laporan tentang perilaku penyalahgunaan wewenang oleh
penegak hukum Kejaksaan RI yang dirasakan dapat mengganggu
pembangunan/investasi di daerah

Kejaksaan Republik Indonesia adalah salah satu tonggak penegak hukum


Indonesia. Tanpa kejaksaan, perangkat pemenuhan keadilan menjadi kurang
adanya. Namun, pada kenyataannya di lapangan masih terdapat indikasi
penyalahgunaan wewenang oleh penegak hukum kejaksaan Republik Indonesia.

Indikasi yang terdapat di lapangan adalah Kepala Kejaksaan Negeri


Kepulauan Yapen, Hendy Marulitua. Sesuai dengan Surat yang dibuat oleh
Spontanitas Peduli Demokrasi Kabupaten Kepulauan Yapen Tahun 2022 dengan
Nomor Surat 22/SPD-YPN/EKS/II/2023 terdapat beberapa rincian perkara yang
diminta untuk dicek perkembangan proses kasusnya terkait dugaan tindak pidana
korupsi yang merupakan wewenang dari Kejaksaan pulau Yapen antara lain sebagai
berikut:

Adapun Rincian Perkara :


No Nama Kasus Keterangan
1 Ir. Ahmad Setiawan 1. Pelayanan Air Bersih Direktur
2. Pekerjaan Jembatan di Ujung
PDAM Serui
Kampung Yapan Mantembu
Dekat Jemaat Diaspora,
Jabatan Saat ini
2 Yohanis Raubaba, 1. Bahan Bakar Minyak ( BBM ) Ketua DPRD
2. Dana Operasional Pimpinan
S.Sos Kab.Kep.Yapen
Dewan

Jabatan Saat ini


3 Ir. Edy Noka 1. Rumah Es berlokasih di Asisten
Distrik Pom,
Mudumi, I Pemerintahan,
2. Anggaran Makan Minum
Anggota Dewan
3. Kasus BBM
Jabatan Saat ini
Sehubungan dengan adanya peningkatan pemberantaran korupsi di daerah
untuk menciptakan wilayah pemerintahan yang bersih, maka ketiga kasus diatas
menjadi sorotan publik terutama masyarakat kepulauan Yapen, dimana ketiga kasus
ini sudah sejak lama ditangani oleh Kejaksaan Negeri Kepulauan Yapen namun
belum diketahui perkembangannya. Padahal, Berdasarkan Peraturan Jaksa Agung
nomor : PER-036/A/JA/09/2011 Tentang SOP Penanganan Perkara Tindak Pidana
Korupsi, di mana penuntut umum setelah menerima berkas perkara dari
penyidik, paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal
diterimanya berkas tersebut, wajib melimpahkan berkas perkara tersebut kepada
Pengadilan Negeri ( Pasal 52 ayat 1 UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ). Jika dilihat pada kenyataannya, Kejaksaan
Negeri Kepulauan Yapen telah melewati jangka waktu pemeriksaan tersebut.

Terdapat Indikasi Penyalahgunaan wewenang dalam hal ini adalah


pengamanan pemeriksaan perkara yang ditangani oleh Kejaksaan Negeri
Kepulauan Yapen, yang diindikasikan dari beberapa bukti seperti:

Berikut ini adalah salinan


gambar percakapan melalui media
sosial whatsapp dari seorang aparatur
sipil negara yang bertugas pada
Kejaksaan Negeri Kepulauan Yapen.
Pada gambar disamping telah
disebutkan mengenai indikasi Kepala
Kejaksaan Negeri (Kajari) Kepulauan
Yapen melakukan penyelewengan
wewenang dengan meminta Hibah
uang tunai dengan media proposal
kepada Pemerintah daerah melalui
rekening pribadi, dan juga indikasi
memeras direktur PDAM untuk menyerahkan uang agar perkara indikasi tindak
pidana korupsi yang ditangani oleh Kejaksaan Negeri Yapen bisa diamankan.
Selain itu, terdapat beberapa bukti lain berupa surat yang dikeluarkan oleh
Kejaksaan Negeri Kepulauan Yapen.

Dalam surat yang dikeluarkan oleh Kejaksaan Negeri Kepulauan Yapen dan
ditandatangani oleh pejabat pengganti, tertera bahwa pihak Kejaksaan Negeri
Kepulauan Yapen meminta dana kepada Pemerintah Daerah Kepulauan Yapen
untuk mendanai kedatangan dari Kepala Kejaksaan Tinggi Papua. Jika dinalar
kembali, Kunjungan ini termasuk dalam Perjalanan Dinas dan dalam peraturan
internal sendiri sudah diatur mengenai Uang Perjalanan Dinas yang disiapkan
anggarannya. Hal ini menjadi tanda Tanya mengapa Kejaksaan Negeri Kepulauan
Yapen meminta dana untuk mendanai kedatangan Kepala Kejaksaan Tinggi Papua,
padahal ini merupakan Perjalanan Dinas yang telah mendapat akomodasinya
sendiri. Terdapat indikasi penyalahgunaan wewenang dan penyimpangan
penggunaan uang negara oleh Kepala Kejaksaan Negeri Kepulauan Yapen. Selain
itu, dengan dikeluarkannya surat ini terdapat indikasi adanya unsur politik
kedekatan antara Kejaksaan Negeri Kepulauan Yapen dengan Pemerintah Daerah
setempat. Jika dinalar kembali, hal ini menjadi salah satu alat bukti petunjuk bahwa
terjadi penyalagunaan wewenang dan kekuasaan oleh Kepala Kejaksaan Negeri
Kepulauan Yapen. Selain dari bukti percakapan di media sosial, juga pada bukti
surat permintaan dana yang ditujukan kepada Pemerintah Daerah sedangkan hal itu
merupakan kunjungan kinerja yang telah mempunyai alokasi dana tersendiri.
Kemana alokasi dana yang diberikan oleh pemerintah daerah tersebut.

Sebelumnya, Komunitas Transparansi Pengguna Anggaran Papua Baru


telah membuat Laporan pengaduan dengan Nomor surat 11/KTP-EKS/IV/2023
kepada Jaksa Agung Republik Indonesia terkait laporan bahwa belum ada
perkembangan pemeriksaan perkara yang ditangani oleh Kejaksaan Negeri
Kepulauan Yapen. Komunitas berpendapat bahwa terjadi indikasi penyalahgunaan
wewenang yang dibuktikan dari hasil investigasi dan cross check informasi dimana
Badan Pengawasan Keuangan Papua (BPKP) telah mengeluarkan audit
penghitungan kerugian Keuangan Negara per tanggal 14 April 2023 dengan nomor
surat PE.03.03/SR-113/PW26/5/2023 (Hasil audit akan dilampirkan dibelakang)
dimana terdapat indikasi penyimpangan oleh DPRD Kepulauan Yapen sehingga
mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp.1.806.027.597.00 (satu milliar delapan
ratus enam juta dua puluh tujuh ribu lima ratus Sembilan puluh tujuh rupiah).
Namun hingga sekarang, pihak Kejaksaan Negeri Kepulauan Yapen belum
menetapkan tersangka dalam dugaan perkara penanganan tindak pidana korupsi ini,
yang mana telah melewati batas waktu menurut hukum yang berlaku. Terdapat
indikasi bahwa Kepala Kejaksaan Negeri Yapen menerima suap dari pihak DPRD
untuk mengulur/menutup pengusutan penanganan perkara ini, dibuktikan dengan
belum terdapatnya perkembangan dari kasus ini.
Masyarakat Kepulauan Yapen turut cemas dan khawatir mengenai
penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan yang dilakukan oleh Kepala Kejaksaan
Negeri Kepulauan Yapen karena terkait dengan dana pembangunan daerah,
dibuktikan dengan aksi demo yang dilakukan oleh masyarakat demi meminta
kejelasan dari Kejaksaan Negeri Kepulauan Yapen selaku instansi penegak hukum.
Oleh karenanya, kami memohon dengan sangat kepada Jaksa Agung
Republik Indonesia agar ini menjadi perhatian karena kejaksaan merupakan instansi
penegakan hukum. Jangan sampai, penegak hukum malah melakukan
penyelewengan dan menodai rasa keadilan itu sendiri. Selain beberapa kasus yang
disebutkan diatas perlu diusut perkembangannya, juga diharapkan dilakukannya
mutasi secara periodik khususnya kepada Kepala Kejaksaan Negeri Kepulauan
Yapen untuk menghindari adanya penyelewengan kewenangan dan kekuasaan,
sehingga apa yang menjadi tujuan hukum itu sendiri dapat tercapai.

Jakarta, 25 Mei 2023

Lampiran:

Hasil audit BPKP Papua terkait penghitungan kerugian keuangan negara atas kasus
dugaan tindak pidana korupsi penyediaan Bahan Logistik Kantor dan Penyediaan
bahan Makan dan Minuman DPRD Kepulauan Yapen Tahun 2020

Anda mungkin juga menyukai