Dalam surat yang dikeluarkan oleh Kejaksaan Negeri Kepulauan Yapen dan
ditandatangani oleh pejabat pengganti, tertera bahwa pihak Kejaksaan Negeri
Kepulauan Yapen meminta dana kepada Pemerintah Daerah Kepulauan Yapen
untuk mendanai kedatangan dari Kepala Kejaksaan Tinggi Papua. Jika dinalar
kembali, Kunjungan ini termasuk dalam Perjalanan Dinas dan dalam peraturan
internal sendiri sudah diatur mengenai Uang Perjalanan Dinas yang disiapkan
anggarannya. Hal ini menjadi tanda Tanya mengapa Kejaksaan Negeri Kepulauan
Yapen meminta dana untuk mendanai kedatangan Kepala Kejaksaan Tinggi Papua,
padahal ini merupakan Perjalanan Dinas yang telah mendapat akomodasinya
sendiri. Terdapat indikasi penyalahgunaan wewenang dan penyimpangan
penggunaan uang negara oleh Kepala Kejaksaan Negeri Kepulauan Yapen. Selain
itu, dengan dikeluarkannya surat ini terdapat indikasi adanya unsur politik
kedekatan antara Kejaksaan Negeri Kepulauan Yapen dengan Pemerintah Daerah
setempat. Jika dinalar kembali, hal ini menjadi salah satu alat bukti petunjuk bahwa
terjadi penyalagunaan wewenang dan kekuasaan oleh Kepala Kejaksaan Negeri
Kepulauan Yapen. Selain dari bukti percakapan di media sosial, juga pada bukti
surat permintaan dana yang ditujukan kepada Pemerintah Daerah sedangkan hal itu
merupakan kunjungan kinerja yang telah mempunyai alokasi dana tersendiri.
Kemana alokasi dana yang diberikan oleh pemerintah daerah tersebut.
Lampiran:
Hasil audit BPKP Papua terkait penghitungan kerugian keuangan negara atas kasus
dugaan tindak pidana korupsi penyediaan Bahan Logistik Kantor dan Penyediaan
bahan Makan dan Minuman DPRD Kepulauan Yapen Tahun 2020