Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

STRATEGI DASAR PEMBINAAN GURU DAN IMPLIKASINYA


TERHADAP KUALITAS MENGAJAR DI JENJANG

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

MUH. AMIR MA’RUF (180101010103)

INDRAWAN

KIKI MUTHAHAROH

NOVA TRIYANI (18010101096)

WA ODE AGUSTINA RAHMAN (18010101097)

VATIA NINGSIH S. TOBOS (18010101098)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan Taufik dan hidayah-
Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya –
shalawat dan salam selalu kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu
A’alaihi Wa Sallam beserta keluarga, sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman. Dalam
kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak
Samsuri,S.Ag,S.pd,M.pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Etika Profesi Guru yang telah
memberikan pengetahuan, arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
tugas ini dengan baik dan tepat pada waktunya dengan judul “STRATEGI DASAR
PEMBINAAN GURU DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KUALITAS MENGAJAR
DIJENJANG SMP/MTS”. Serta dalam penyempurnaan makalah ini, penulis menyadari bahwa
dalam tulisan ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi penulisan maupun isi dari
makalah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dan
membangun demi kesempurnaan makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya bagi para
pembaca umumnya.

Kendari, September 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

            Para guru di Indonesia menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang
terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan negara dan juga untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia seutuhnya, yaitu
beriman, bertakwa, dan berahlak mulia, serta menguasai ipteks dalam mewujudkan masyarakat
yang berkualitas.Bahwasanya standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat. Selanjutnya pada pasal 1 ayat 2 disebutkan profesional adalah
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu
atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Jadi guru profesional adalah guru yang
mempunyai keahlian, ketrampilan, dan kompeten terhadap mata pelajaran yang diampunya.

            Maka dari itu, perlunya seorang pendidik yang profesional untuk membentuk karakter
siswa yang baik mengikuti zaman era globalisasi di masa sekarang dan yang akan datang. Dalam
makalah ini akan kami bahas hal mengembangkan profesionalisme guru agar proses pendidkan
yang dilakukan berjalan secara efektif dan menghasilkan anak didik yang baik.

B.     Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan guru profesional?

2. Bagaimanakah pengembangan profesionalisasi guru?

3. Bagaimana cara Mengembangkan Profesionalisme Guru?

C.     Tujuan Penulisan

            Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah:

1.  Menjelaskan makna guru profesional.

2.  Mengetahui pengembangan profesionalisasi guru.

3.  Mengetahui cara mengembangkan profesionalisme guru.


BAB II

PEMBAHASAN

A.     Pengertian profesi

            Secara harfiah kata profesi berasal dari kata profession (Inggris) yang berasal dari bahasa
latin profesus yang berarti “Mampu atau dalam suatu bentuk pekerjaan”(Sanusi, 1987: 18).
Sedangkan menurut Vollmer dan Mill yang dikutip Peter Jarvis (1983:21) pengertian profesi
adalah suatu pekerjaan yang didasarkan atas studi intelektual dan latihan yang khusus, tujuanya
untuk menyediakan pelayanan keterampilan atau advice terhadap yang lain dengan bayaran atau
upah tertentu (a profession may perhaps be defined as an occupation based upon specialized
intellectual study and training, the purpose of wich is to supply skilled service or advice to other
for a definite fee or salary).[1]

            Dari beberapa uraian diatas, proesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjan atau jabatan
yang menuntut keahlian khusus dalam bidang pekerjaannya, yang didapat melalui pendidikan
dan latihan tertentu, menurut persyaratan khusus, memiliki tanggungjawab dan kode etik
tertentu.

B.     Guru Sebagai Tenaga Profesional

            Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memiliki standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU Nomor 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang
hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan
yang dilakukan oleh mereka karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Sedangkan guru
adalah seseorang yang menggeluti dunia pendidikan (mendidik dan mengajar).

            Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, guru profesional adalah
guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan
pengajaran. Kompetensi di sini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional, baik
yang bersifat pribadi, sosial, dan akademis. Dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang
memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu
melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.

            Profesionalisme berasal dari bahasa inggris Profesionalism yang secara leksikal berarti


sifat profesional. Menurut Jasin Anwar profesionalisme dapat diartikan sebagai komitmen para
anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus
mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan
profesinya itu.
            Profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau kemampuan para anggota
penyandang suatu profesi untuk standar ideal dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan
oleh profesinya itu. Profesionalisasi mengandung makna dua dimensi utama , yaitu peningkatan
status dan peningkatan kemampuanpraktis.[2]

1.      Profesionalime Tenaga pendidik

            Jabatan tenaga pendidik bukan hanya menuntut kemampuan spisialisasi tenaga pendidik,
dalam arti menguasai pengetahuan akademik dan kemahiran profesional yang relevan dengan
bidang tugasnya sebagai Pendidik, tetapi juga tingkat kedewasaan dan tanggung jawab serta
kemandirian yang tinggi dalam mengambil keputusan. Kemampuan-kemampuan itu membuat
tenaga pendidik memiliki nilai lebih dan kewibawaan yang tinggi terhadap peserta didik yang
diajarnya. Motif utama menjadi tenaga pendidik bukan imbalan gaji atau kebendaan, tetapi
adalah panggilan (calling) untuk mengabdi kepada Tuhan, masyarakat dan kemanusian.
Kesetiakawanan tenaga pendidik dapat berwujud organisasi tenaga pendidik, baik itu dalam
bentuk asosiasi (persatuan) maupun serikat sekerja, sebagai wahana kerja sama untuk dapat
saling membantu dan berusaha meningkatkan kemampuan profesionalismenya serta
memperjuangkan kesejahteraan anggotanya.[3]

2.      Pengembangan Profesionalisme Tenaga Pendidik

            Menurut Sudarwan pengembangan profesional tenaga pendidik dimaksudkan untuk


memenuhi tiga kebutuhan, pertama, kebutuhan sosial untuk meningkatkan kemampuan sistem
pendidikan yang efisien dan manusiawi, serta melakukan adaptasi untuk menyusun kebutuhan-
kebutuhan sosial. Kedua, kebutuhan untuk menemukan cara-cara untuk membant staf pendidikan
dalam rangka mengembangkan pribadinya secara luas. Dengan demikian tenaga pendidik dapat
mengembangkan potensi sosial dan potensi akademik generasi muda dalam interaksinya dengan
alam lingkungannya. Ketiga, kebutuhan untuk mengembangkan dan mendorong keinginan
tenaga pendidik untuk menikmati dan mendorong keinginan pribadinya, seperti halnya dia
membantu peserta didiknya.[4]

            Pembinaan tenaga pendidik oleh Perguruan Tinggi mencakup hal-hal sebagai berikut:

a.       Memperdalam dan memperluas kemampuan dalam ilmu (kognitif) Secara konvensional,


upaya tersebut (sasaran vartikel) berupa:

1)      Pendidikan Pascasarjana

2)      Pendidikan jangka pendek

b.      Meningkatkan kemampuan psikomotorik dan Afektif

1)      Kemampuan menuangkan produk berfikir atau karya kedalam tulisan ilmiah


2)      Kemampuan menjelaskan tulisan ilmiah secara lisan dalam perkuliahan, dan forum ilmiah/
profesional

3)      Kemampuan dalam menyampaikan pendapat dalam forum ilmiah

4)      Kemampuan mengerjakan pekerjaan dalam ruang lingkup bidang ilmu yang ditekuninya

5)      Pemahaman dan kebiasaan menerapkan etika akademik

6)      Naluri keingintahuan, menghargai waktu, inovatif, kecintaan terhadap bidang ilmu dan
profesi, keteladanan.[5]

C.     Pengembangan Guru Sebagai Profesi

            Soedijarta berpendapat bahwa guru sebagai jabatan profesional memerlukan pendidikan
lanjutan dan latihan khusus (advanced education and special training). Oleh karena itu, guru
sebagai jabatan profesional, seperti dokter dan lawyer, memerlukan pendidikan pascasarjana.
Namun, pascasarjana bagi jabatan profesional bukanlah program akademik, tetapi program
profesional yang mengutamakan praktik.

            Pemerintah melalui presiden sudah mencanangkan guru sebagai profesi pada tanggal 2
Desember 2004. Pengembangan guru sebagai profesi dapat dikembangkan melalui berikut ini.

1.      Sistem pendidikan;

2.      Sistem penjaminan mutu;

3.       Sistem manajemen;

4.       Sistem remunerasi;

5.       Sistem pendukung profesi guru.

            Dengan pengembangan guru sebagai profesi tersebut diharapkan mampu:

a)    Membentuk, membangun, dan mengelola guru yang memiliki harkat dan martabat yang
tinggi di tengah masyarakat;

b)   Meningkatkan kehidupan guru yang sejahtera;

c)    Meningkatkan mutu pembelajaran yang mampu mendukung terwujudnya lulusan yang


kompeten dan terstandar dalam kerangka pencapaian visi, misi dan tujuan pendidikan nasional
pada masa mendatang;

d)   Mengharapkan akan mendorong terwujudnya guru yang cerdas, berbudaya, bermartabat,


sejahtera, canggih, elok, unggul, dan profesional;
e)    Mengharapkan guru masa depan semakin konsisten dalam mengedepankan nilai-nilai
budaya mutu, keterbukaan, demokratis, dan menjunjung akuntabilitas dalam melaksanakan tugas
dan fungsi dalam kehidupan sehari-hari.

D.     Tujuan dan Fungsi Pengembangan Guru Profesional

1.       Tujuan Pengembangan Profesional Guru

            Tujuan pengembangan profesional guru dimaksudkan untuk memenuhi tiga kebutuhan:

a)      Kebutuhan sosial untuk meningkatkan kemampuan sistem pendidikan yang efisien dan
manusiawi, serta melakukan adaptasi untuk penyusunan kebutuhan sosial. Kebutuhan ini terkait
langsung dengan kepedulian kemasyarakatan guru di tempat mereka berdomisili.

b)      Kebutuhan untuk menemukan cara-cara untuk membantu staf pendidikan dalam rangka
mengembangkan pribadinya secara luas. Dengan demikian, guru dapat mengembangkan potensi
sosial dan potensi akademik generasi muda dalam interaksinya dengan alam lingkungannya.
Kebutuhan ini terkait dengan spirit dan moral guru di sekolah tempat mereka bekerja.

c)      Kebutuhan untuk mengembangkan dan mendorong keinginan guru untuk menikmati dan
mendorong kehidupan pribadinya, seperti halnya dia membantu siswanya dalam
mengembangkan keinginan dan keyakinan untuk memenuhi tuntutan pribadi yang sesuai dengan
potensi dasarnya. Kebutuhan ini mungkin yang paling penting adalah sebagai proses seleksi
untuk menentukan mutu guru-guru yang akan disertakan dalam berbagai kegiatan pelatihan dan
penjenjangan jabatan.

2.       Fungsi Pengembangan Profesional Guru

Bruce Joyce (1990) menulis bahwa program komprehensif pengembangan profesional


hendaknya melalui tiga fungsi berikut ini.

a)      Sebagai acuan sistem untuk melaksanakan kegiatan pelatihan dalam jabatan (in-service
training) yang cocok bagi guru;

b)       Sebagai bekal bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas program-programnya;

c)      Menciptakan suasana atau kondisi yang memungkinkan guru untuk sebisa mungkin
mengembangkan potensinya secara optimal.

            Untuk memenuhi fungsi tersebut, menurut Bruce Joyce, adanya model komprehensif bagi
pengembangan profesional guru benar-benar dirasakan mendesak. Untuk itu, Bruce Joyce
menawarkan tiga model parsial pengembangan profesional, yaitu: pelatihan dalam jabatan,
menjejaki kemungkinan adanya keterlibatan pemerintah untuk member pengkuan yang sama
terhadap pekerjaan profesional dan anggota-anggota komunitasnya, dan mencoba memanfaatkan
potensi program-program pengembangan profesional dan program-program perbaikan sekolah
sebagai proses yang berkelanjutan.

E.      Strategi Pengembangan Profesi Guru

            Menurut kamus umum Bahasa Indonesia strategi ialah siasat untuk mencapai sesuatu
maksud atau tujuan. Dalam mengembangkan profesi guru dapat dilakukan melalui berbagai
strategi baik dalam bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) maupun bukan diklat (Danim,
2011:9) antara lain;

1.      Pendidikan dan pelatihan

a)      In-house training (IHT). Pelatihan dalam bentuk IHT adalah pelatihan yang dilaksanakan
secara internal dikelompok kerja guru, sekolah, atau tempat lain yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan pelatihan. Strategi pembinaan melalui IHT dilakukan berdasarkan pemikiran
bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karier guru tidak harus
dilakukan secara eksternal, tetapi dapat dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi yang
belum dimiliki oleh guru lain. Dengan srategi ini diharapkan dapat menghemat waktu dan biaya.

b)      Program magang. Program magang adalah pelatihan yang dilaksanakan didunia kerja atau
industri yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional guru. Program
magang ini diperuntukan bagi guru dan dapat dilakukan selama periode tertentu, misalnya,
magang disekolah tertentu untuk belajara menejemen kelas atau menejemen sekolah efektif.
Program magang dipilih sebagai alternatif pembinaan dengan alasan bahwa keterampilan tertentu
yang memerlukan pengalaman nyata.

c)      Kemitraan sekolah. Pelatihan melalui kemitraan sekolah dapat dilaksanakan antara sekolah
negeri dan swasta. Jadi pelaksanaannya dapat dilakukan di sekolah atau di tempat mitra sekolah.
Pembinaan lewat mitra sekolah diperlukan dengan alasan bahwa beberapa keunikan atau
kelebihan yang dimiliki mitra, misalnya, dibidang menejemen sekolah atau kelas.

d)      Belajar jarak jauh. Pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat dilaksanakan tanpa
menghadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu, melainkan dengan
sistem pelatihan melalui internet dan sejenisnya. Pembinaan lewat belajar jarak jauh dilakukan
dengan pertimbangan bahwa tidak semua guru terutama di daerah terpencil.

e)      Pelatihan berjenjang dan khusus. Pelatihan jenis ini dilaksanakan di lembaga-lembaga


pelatihan yang diberi wewenang, dimana program disusun secara berjenjang mulai dari jenjang
dasar, menengah, lanjut, dan tinggi. Jenjang pelatihan disusun berdasarkan tingkat kesulitan dan
jenis kompetensi. Pelatihan khusus (spesialisasi) disediakan berdasarkan kebutuhan khusus atau
disebabkan adanya perkembangan baru dalam keilmuan tertentu.

f)        Kursus singkat di perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya. kursus singkat
dimaksud untuk melatih meningkatkan kemampuan guru dalam beberapa kemampuan
melakukan penelitian tindakan kelas, menyusun karya ilmiah, merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi pembelajaran.

g)      Pembinaan internal oleh sekolah. Pembinaan internal ini dilaksanakan oleh kepala sekolah
dan guru-guru yang memiliki kewenangan membina, melalui rapat dinas, rotasi tugas mengajar,
pemberian tugas-tugas internal tambahan, dan diskusi dengan teman sejawat

h)      Pendidikan lanjut. Pembinaan profesi guru melalui pendidikan lanjut juga merupakan
alternatif bagi peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru. Pengikutsertaan guru dalam
pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dengan memberikan tugas belajar baik dalam maupun
luar negeri bagi guru yang berprestasi. Pelaksanaan pendidikan lanjut ini akan menghasilkan
guru-guru pembina yang dapat membantu guru-guru lain dalam upaya pengembangan profesi.[6]

2.      Non-pendidikan dan pelatihan

a)      Diskusi masalah pendidikan. Diskusi ini diselenggarakan secara berkala dengan topik
diskusi sesuai dengan masalah yang dialami  di sekolah.

b)      Seminar. Pengikutsertaan guru dalam kegiatan seminar dan pembinaan publikasi ilmiah
juga dapat menjadi model pembinaan berkelanjutanbagi peningkatan keprofesian guru. Kegiatan
ini memberikan peluang kepada guru untuk berinteraksi secara ilmiah dengan kolega
seprofesinya berkaitan dengan hal-hal terkini dalam hal upaya peningkatan kualitas pendidikan.

c)      Workshop. Kegiatan ini dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi
pembelajaran, peningkatan kompetensi maupun pengembangan karirnya. Workshop dapat
dilakukan misalnya dalam kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulum, pengembangan silabus,
penulisan rencana pembelajaran

d)      Penelitian. Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas,
penelitian eksperimen, ataupun jenis lain dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran.

e)      Penulisan buku/bahan ajar. Bahan ajar yang ditulis oleh guru dapat berbentuk diktat, buku
pelajaran, ataupun buku dalam bidang pendidikan.

f)        Pembuatan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dibuat oleh guru dapat
berbentuk alat peraga, alat praktikum sederhana, maupun bahan ajar elektronik atau
pembelajaran.

g)      Pembuatan karya teknologi/karya seni. Karya teknologi/seni yang dibuat guru dapat berupa
karya yang bermanfaat untuk masyarakat atau kegiatan pendidikan serta karya seni yang
memiliki nilai estetika yang diakui oleh masyarakat. 
F.      Pengembangan Profesi Guru di Pedesaan

Di Amerika Serikat, program pengembangan sekolah di pedesaan dan daerah-daerah pinggiran


disponsori oleh pemerintahan federal. Program ini dimaksudkan untuk melibatkan anggota
masyarakat dan staf sekolah, serta mengoptimalkan fungsi pengembangan staf untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Tujuan utama program pengembangan profesi guru di
pedesaan atau daerah pinggiran adalah meningkatkan kualitas proses pembuatan keputusan
pendidikan dengan cara sebagai berikut.

1)      Mengurangi keterasingan;

2)      Mengembangkan kemanjuran sistem sosial;

3)      Memperluas hubungan guru dengan masyarakat;

4)      Melakukan tindakan-tindakan terintegrasi;

5)      Menciptakan kebutuhan-kebutuhan lokal yang sesuai dengan fokus dan tindakan.

            Program pengembangan sekolah di pedesaan dan di daerah-daerah pinggiran merupakan sebuah
percobaan yang berakar demokrasi untuk memapankan kondisi kesamaan atau keseimbangan di antara
pendidikan profesional dan anggota-anggota masyarakat. Tujuannya adalah membangun aktivitas-
aktivitas pengembangan staf melalui pembuatan keputusan kolaboratif dan penilaian kebutuhan lokal.
[7]
BAB III

PENUTUP

A.                 Kesimpulan

1.      Guru sebagai suatu profesi di Indonesia baru dalam taraf sedang tumbuh (emerging
proffesion) yang tingkat kematangannya belum sampai pada yang telah dicapai oleh profesi-
profesi lainnya sehingga guru dikatakan sebagai profesi yang setengah-setengah atau semi
profesional. Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus
dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
kemampuan maksimal.

2.      Pengembangan guru sebagai profesi dapat dikembangkan melalui: (1) sistem pendidikan;
(2) sistem penjaminan mutu; (3) sistem manajemen; (4) sistem remunerasi; dan (5) sistem
pendukung profesi guru.

3.      Tujuan pengembangan profesional guru dimaksudkan untuk memenuhi tiga kebutuhan: (1)
kebutuhan sosial untuk meningkatkan kemampuan sistem pendidikan yang efisien dan
manusiawi; (2) kebutuhan untuk menemukan cara-cara untuk membantu staf pendidikan dalam
rangka mengembangkan pribadinya secara luas; (3) kebutuhan untuk mengembangkan dan
mendorong keinginan guru.

4.      Dalam mengembangkan profesi guru dapat dilakukan melalui berbagai strategi baik dalam
bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) maupun bukan pelatihan (diklat).

5.      Pengembangan profesi guru di pedesaan diharapkan dapat membangun aktivitas-aktivitas


pengembangan staf melalui pembuatan keputusan kolaboratif dan penilaian kebutuhan lokal.

B.                 Saran

            Penulis banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan untuk penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya

Anda mungkin juga menyukai