Anda di halaman 1dari 5

PENERAPAN NILAI KEBHINEKAAN GLOBAL PADA SISWA KELAS

4B DI SD NEGERI PETERONGAN
Amel Putri Sabrina
1401422373 - Rombel H
Mata Kuliah Konsep Dasar IPS SD
Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Negeri Semarang

Abstrak : Perkembangan teknologi membawa dampak positif dan negatif, khususnya bagi para pelajar. Untuk itu
diperlukan pencegahan agar peserta didik tidak terpengaruh hal-hal negatif dari perkembangan teknologi, yaitu
dengan adanya program Profil Pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila merupakan sejumlah karakter dan
kompetensi yang diharapkan bisa diraih, dimiliki, dan diterapkan oleh peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai
luhur Pancasila. Profil Pelajar Pancasila memiliki enam dimensi, di antaranya yaitu Beriman dan Bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia, Berkebhinekaan Global, Mandiri, Bergotong Royong, Bernalar
Kritis, dan Kreatif. Penerapan nilai berkebhinekaan global pada siswa kelas 4B di SD Negeri Peterongan,
Semarang. Contoh penerapannya adalah kerja kelompok dan menyanyikan lagu-lagu daerah. Kerja kelompok
termasuk penerapan nilai berkebhinekaan global karena walaupun para siswa berasal dari suku, ras, agama,
ataupun adat yang berbeda-beda tetapi mereka tetap bisa saling bekerja sama dan menghargai satu sama lain. Lalu
menyanyikan lagu daerah juga termasuk penerapan nilai kebhinekaan global karena itu salah satu cara menjaga
dan melestarikan budaya.

Pada masa ini teknologi makin berkembang pesat. Melalui perkembangan teknologi,
seluruh masyarakat bisa saling terhubung satu sama lain. Bukan hanya antarkota, melainkan
masyarakat antarnegara pun bisa saling terkoneksi. Kemudahan untuk berkomunikasi dengan
orang lain dari seluruh penjuru dunia menimbulkan berbagai dampak, baik positif maupun
negatif. Dampak positif yang dirasakan di antaranya adalah berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi, menambah pengetahuan tentang kebudayaan dari masyarakat lain,
meningkatkan kualitas pendidikan, meningkatkan kreativitas dan inovatif, serta mendorong
masyarakat untuk berpikiran lebih maju. Namun dibalik dampak positif, tentunya ada dampak
negatifnya juga. Di antaranya seperti meningkatnya pola hidup konsumtif, masuknya pengaruh
kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat, lunturnya semangat
gotong royong, saling membantu, dan kepedulian antarsesama, serta penurunan moral
masyarakat.
Berbagai dampak itu sangat dirasakan oleh masyarakat, khususnya para pelajar karena
mereka yang setiap hari berselancar di dunia maya. Maka dari itu, haruslah ada pencegahan
supaya para siswa yang merupakan generasi penerus bangsa tidak terpengaruh oleh hal-hal
negatif dari perkembangan teknologi tersebut. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah
untuk mencegah hal tersebut yaitu dengan adanya program Profil Pelajar Pancasila dalam
kegiatan pendidikan. Profil Pelajar Pancasila memiliki enam dimensi, di antaranya yaitu
Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia, Berkebhinekaan
Global, Mandiri, Bergotong Royong, Bernalar Kritis, dan Kreatif.
Profil Pelajar Pancasila merupakan sejumlah karakter dan kompetensi yang diharapkan
bisa diraih, dimiliki, dan diterapkan oleh peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai luhur
Pancasila. Hal itu yang mendasari penulis melakukan penelitian terhadap penerapan nyata yang
dilakukan oleh peserta didik, khususnya pada nilai Berkebhinekaan Global. Penelitian ini
dilakukan dengan metode observasi di salah satu sekolah dasar negeri yaitu SD Negeri
Peterongan yang beralamat di Jalan Kompol Maksum No. 292, Peterongan, Kecamatan
Semarang Selatan, Kota Semarang, Jawa Tengah. Subjek penelitian ini adalah para siswa SD
Negeri Peterongan kelas 4B. Observasi dilakukan penulis pada hari Rabu tanggal 16 November
2022.
Dari hasil observasi, dapat diketahui bahwa para siswa kelas 4B menerapkan nilai
Berkebhinekaan Global dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Contohnya yaitu dengan
melakukan kerja kelompok pada saat pembelajaran Matematika. Pada hari itu para siswa
diberikan latihan soal matematika oleh guru kelas lalu mereka mengerjakan secara
berkelompok. Ketika ada teman yang kesusahan menjawab soal, teman yang lain ikut
membantunya. Hal itu termasuk kedalam penerapan nilai berkebhinekaan global karena
walaupun mereka berasal dari suku, ras, agama, ataupun adat yang berbeda-beda tetapi mereka
tetap bisa saling bekerja sama dan menghargai satu sama lain.

Dalam kelompok tersebut, peserta didik tidak hanya bekerja sama untuk menyelesaikan
tugas, tetapi juga saling bercengkrama dan bercanda bersama. Itu membuktikan bahwa mereka
akrab satu sama lain dan tidak memilih-milih dalam berteman.
Selain kerja kelompok, penerapan nilai berkebhinekaan global juga dilakukan dengan
cara mengadakan games di mana beberapa siswa ditunjuk maju untuk mengerjakan soal. Lalu
apabila mereka salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan, siswa diharuskan menyanyikan
salah satu lagu daerah yang mereka ketahui.

Pada saat itu, salah satu siswa yang ditunjuk maju tidak tepat dalam mengerjakan soal
yang diberikan oleh guru. Ia pun menyanyikan lagu “Gundhul-Gundhul Pacul” yang berasal
dari daerah Jawa Tengah. Hal itu termasuk bentuk penerapan nilai Berkebhinekaan Global
karena dengan menyanyikan lagu-lagu daerah, itu berarti bahwa para siswa ikut melestarikan
dan mempertahankan budayanya sendiri.

Selain menggunakan metode observasi, penulis juga melakukan penelitian dengan


metode wawancara. Subjek yang diwawancarai adalah guru kelas 4B dengan nama Ibu Nur
Eva Try Agustina, S. Pd. Menurut Ibu Eva, Profil Pelajar Pancasila khususnya nilai
Berkebhinekaan Global merupakan wujud dari rasa semangat dalam mempertahankan dan
mengembangkan budaya, baik budaya sendiri maupun budaya lain sehingga menumbuhkan
rasa saling menghargai satu sama lain. Ciri-ciri dari pelajar yang berdimensi Berkebhinekaan
Global di antaranya adalah memiliki sifat sopan santun, menghargai teman dan gurunya, tidak
memilih-milih teman, dan juga menghargai perbedaan.
Ciri-ciri yang disebutkan di atas sudah sesuai dengan keadaan nyata yang terjadi di
dalam kelas 4B yang diampu oleh Bu Eva. Para siswa saling menghargai, menghormati guru,
dan tidak membeda-bedakan antarteman. Mereka saling membantu dan bekerja sama untuk
mengerjakan penugasan yang diberikan guru. Saat jam istirahat, para siswa juga asik bermain
dan pergi ke kantin bersama-sama.

Dalam penerapan atau penumbuhan karakter berkebhinekaan global ini tentunya tidak
selalu berjalan sesuai rencana dan harapan. Terdapat faktor-faktor yang bisa mempengaruhi
penumbuhan karakter berkebhinekaan global pada siswa. Faktor-faktor yang bisa mendukung
penerapan karakter berkebhinekaan global contohnya seperti, diadakannya upacara bendera
setiap hari Senin, menghargai perbedaan, menerapkan toleransi, bergaul dengan siapa saja,
melakukan kegiatan literasi, dan menyanyikan lagu nasional. Sementara untuk faktor yang bisa
menghambat di antaranya, kurangnya perhatian dari guru, kurangnya kesadaran siswa
mengikuti kegiatan upacara, serta tidak adanya dukungan dari orang tua.
Bukan hanya sekolah yang harus menanamkan nilai-nilai kebhinekaan global pada
siswa, tetapi peran orangtua dan masyarakat juga sangat diperlukan. Tanpa adanya dukungan
dari orang tua dan masyarakat sekitar, penanaman karakter berkebhinekaan global tidak akan
berjalan dengan semestinya. Seorang siswa bisa memiliki karakter tersebut jika dilakukan
pembiasaan dan penerapan secara terus-menerus. Sehingga akhirnya karakter berkebhinekaan
global bisa tertanam dalam diri para pelajar Indonesia.
Penerapan nilai berkebhinekaan global di lingkungan keluarga dan masyarakat
contohnya yaitu saling menghormati antar tetangga, membantu tetangga yang kesulitan,
mengikuti kegiatan di masyarakat, menonton pagelaran budaya, menerapkan sikap toleransi
antarsesama, mempelajari dan melestarikan budaya, serta bergaul dengan siapa saja tanpa
memandang perbedaan ras, suku, agama, dan sebagainya di lingkungan masyarakat.
Sementara sebagai seorang pendidik, terdapat beberapa kesulitan yang dialami Ibu Eva
dalam menerapkan nilai kebhinekaan global kepada para siswa kelas 4B di sekolah. Seperti
contohnya, masih ada siswa yang suka mengelak atau susah ketika dinasehati. Terkadang ada
siswa yang menolak ketika disuruh mengerjakan sesuatu. Misalnya saat ditunjuk maju ke
depan, ada beberapa anak yang tidak mau maju dan harus dibujuk terlebih dahulu. Ada juga
siswa yang tidak mau berkelompok dengan teman satu barisannya. Namun setelah dibujuk,
akhirnya mereka tetap bisa berkelompok dan mulai mengerjakan tugasnya secara bersama-
sama dengan baik.
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa
penanaman karakter berkebhinekaan global sangat diperlukan untuk para pelajar khususnya
siswa SD. Karena para pelajar merupakan generasi penerus yang akan menentukan nasib
bangsa ini di masa yang akan datang. Oleh karena itu, nilai kebhinekaan global haruslah
diterapkan pada para siswa. Contoh penerapan nyata yang dilakukan siswa kelas 4B di SD
Negeri Peterongan adalah saling menghargai sesama teman, saling bekerja sama, membantu
teman yang kesusahan, tidak memilih-milih teman berdasarkan perbedaan ras, suku, ataupun
agama, menghormati guru, ikut menjaga dan melestarikan budaya, dan menerapkan sikap
toleransi. Terdapat faktor-faktor yang mendukung dan menghambat penerapan nilai
Berkebhinekaan Global ini pada para siswa. Faktor pendukung contohnya seperti diadakannya
upacara bendera setiap hari Senin, saling menghargai perbedaan, adanya kegiatan literasi, dan
menyanyikan lagu-lagu nasional. Sementara faktor penghambat contohnya seperti, kurangnya
perhatian dari bapak/ibu guru, kurangnya kesadaran siswa mengikuti kegiatan upacara, dan
tidak adanya dukungan dari orang tua. Lalu kesulitan yang dihadapi Bu Eva sebagai guru kelas
4B dalam menerapkan nilai kebhinekaan global pada siswa yaitu masih ada beberapa peserta
didik yang susah atau suka mengelak (ngeyel) ketika dinasehati.
Tentunya masih banyak kesulitan lain yang dialami seorang pendidik ketika melakukan
penerapan nilai berkebhinekaan global di kelas. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi
para pendidik untuk mewujudkan generasi penerus bangsa yang berkarakter dan berdimensi
Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai