Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

SUHU DAN KALOR


Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Konsep Dasar IPA
Dosen pengampu: Ibu Dewi Nilam Tyas, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :
Kelompok 9
Amel Putri Sabrina (1401422373/03)
Hendriek Farhan Saputra (1401422383/12)
Zahrotun Siti Nur Kholimah (1401422385/14)
Sarnita (1401422392/21)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat
rahmat dan hidayah-Nya, kami bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul
"Suhu dan Kalor".

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Konsep Dasar IPA
SD. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang konsep suhu dan
kalor.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dewi Nilam Tyas,
S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu yang telah membantu memberikan arahan dan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini, serta teman-teman yang sudah
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam


penulisan, atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah
ini, kami mohon maaf. Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari
pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan
berikutnya.

Semarang, 21 November 2022

Kelompok 9

2
Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................................................ 2


Daftar Isi.................................................................................................................. 3
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 5
1.3. Tujuan ..................................................................................................... 5
BAB II ..................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6
2.1. Suhu ........................................................................................................ 6
2.2. Pemuaian .............................................................................................. 11
2.3. Kalor .................................................................................................. 17
2.4. Asas Black ............................................................................................. 25
BAB III ................................................................................................................. 27
PENUTUP ............................................................................................................. 27
3.1. Kesimpulan ........................................................................................... 27
3.2. Saran ...................................................................................................... 28
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 29
Lampiran Praktikum Perpindahan Kalor .............................................................. 30

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kita menyadari bahwa setiap benda pada umumnya dapat mengalami
perubahan, baik itu sifatnya maupun wujudnya. Misalnya perubahan wujud yang
terjadi pada air, dimana air dapat berubah wujud menjadi es (membeku) atau
berubah wujud menjadi uap (menguap). Tentu saja perubahan itu tidak serta merta
terjadi, tetapi ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan perubahan wujudnya.
Penyebab perubahan wujud pada air umumnya disebabkan oleh panas atau dingin
(meskipun panas atau dingin bukanlah satu-satunya penyebab air berubah wujud).
Berbicara mengenai panas atau dingin, maka sesungguhnya kita berbicara
keberadaan sebuah besaran yang dapat mengkuantitaskan keadaan panas dan dingin
suatu benda, yaitu suhu.

Suhu merupakan ukuran atau derajat panas atau dinginnya suatu benda atau
sistem. Suhu didefinisikan sebagai suatu besaran fisika yang dimiliki bersama
antara dua benda atau lebih yang berada dalam kesetimbangan termal. Suatu benda
yang dalam keadaan panas dikatakan memiliki suhu yang tinggi, dan sebaliknya,
suatu benda yang dalam keadaan dingin dikatakan memiliki suhu yang rendah.
Perubahan suhu benda, baik menjadi lebih panas atau menjadi lebih dingin biasanya
diikuti dengan perubahan bentuk atau wujudnya. Misalnya, perubahan wujud air
menjadi es batu atau uap air karena pengaruh panas atau dingin.

Kalor adalah salah satu bentuk energi yang bisa berpindah dari benda
dengan suhu yang lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah jika keduanya
dipertemukan atau bersentuhan. Kalor bersifat cenderung menyamakan suhu kedua
benda jika saling bertemu atau bersentuhan. Jika suhu suatu benda itu tinggi maka
kalor yang dikandungnya pun sangat besar. Sebaliknya, jika suhu suatu benda
rendah maka kalornya pun sedikit.

4
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian suhu, jenis skala suhu, dan cara mengkonversi suhu?
2. Bagaimana kegunaan termometer dan macam-macam termometer?
3. Bagaimana konsep pemuaian?
4. Bagaimana pengertian kalor, jenis-jenis kalor, dan perpindahan kalor?
5. Bagaimana konsep asas Black?
6. Bagaimana pengaruh kalor terhadap wujud benda?

1.3. Tujuan
1. Memahami pengertian suhu, jenis skala suhu, dan cara mengkonversi suhu.
2. Mengetahui dan memahami kegunaan termometer dan macam-macam
termometer.
3. Memahami konsep dari pemuaian.
4. Mengetahui dan memahami pengertian kalor, jenis-jenis kalor, dan
perpindahan kalor.
5. Mengetahui dan memahami konsep asas Black.
6. Mengetahui dan memahami pengaruh kalor terhadap wujud benda.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Suhu
Suhu merupakan ukuran atau derajat panas atau dinginnya suatu benda atau
sistem. Suhu didefinisikan sebagai suatu besaran fisika yang dimiliki bersama
antara dua benda atau lebih yang berada dalam kesetimbangan termal. Suatu benda
yang dalam keadaan panas dikatakan memiliki suhu yang tinggi, dan sebaliknya,
suatu benda yang dalam keadaan dingin dikatakan memiliki suhu yang rendah.
Perubahan suhu benda, baik menjadi lebih panas atau menjadi lebih dingin biasanya
diikuti dengan perubahan bentuk atau wujudnya. Misalnya, perubahan wujud air
menjadi es batu atau uap air karena pengaruh panas atau dingin.

Untuk mengetahui dengan pasti suhu suatu benda, kita memerlukan alat
pengukur yang disebut termometer. Pembuatan termometer pertama kali dipelopori
oleh Galileo Galilei (1564-1642) pada tahun 1595. Alat tersebut disebut dengan
termoskop yang berupa labu kosong yang dilengkapi pipa panjang dengan ujung
pipa terbuka. Termometer saat ini yang sering digunakan terbuat dari bahan cair
seperti raksa dan alkohol. Prinsip yang digunakan adalah pemuaian zat cair ketika
terjadi peningkatan suhu benda. Jika suhu naik, maka zat cair memuai, sehingga
permukaan zat cair naik. Jika suhu turun, maka zat cair menyusut, sehingga
permukaannya turun.

Ada beberapa macam termometer, yaitu :

a) Termometer Laboratorium

6
Termometer laboratorium dapat dijumpai di laboratorium. Alat ini
biasanya digunakan untuk mengukur suhu air dingin atau air yang sedang
dipanaskan. Termometer laboratorium menggunakan raksa atau alkohol
sebagai penunjuk suhu. Raksa dimasukkan kedalam pipa yang sangat kecil
(pipa kapiler). Kemudian pipa dibungkus dengan kaca yang tipis. Tujuannya
agar panas dapat diserap dengan cepat oleh termometer. Suhu pada
termometer laboratorium biasanya 00 C sampai 1000 C. suhu 00 C
menyatakan suhu es yang sedang mencair, sedangkan suhu 1000 C
menyatakan suhu air sedang membeku.

b) Termometer Ruang

Termometer ruang dipasang pada tembok rumah atau kantor.


Termometer ini mengukur suhu udara pada suatu saat/waktu. Skala
termometer ruang adalah -500 C sampai 500 C.

c) Termometer Klinis

7
Termometer Klinis disebut juga termometer demam. Termometer
ini biasanya digunakan oleh dokter untuk mengukur suhu badan. Pada
keadaan sehat suhu tubuh kita sekitar 300 C namun pada keadaan demam
suhu tubuh kita melebihi suhu tersebut. Suhu tubuh kita pada saat demam
dapat melebihi 400 C. Skala suhu pada termometer klinis hanya 350 C
sampai 430 C. Hal ini sesuai dengan keadaan suhu tubuh kita. Suhu tubuh
kita tidak mungkin dibawah 350 C dan melebihi 450 C. Termometer klinis
biasanya dijepit pada ketiak, tapi ada pula yang nempel didahi, dan ditempel
dimulut. Ketika termometer dijepit suhu tubuh kita membuat raksa naik di
pipa kapiler. Raksa akan berhenti bila suhu raksa sudah sama dengan suhu
tubuh kita dan kita tinggal membaca berapa suhu yang ditunjukkan oleh
raksa.

d) Termometer Six-Bellani

Termometer Six-bellani disebut juga termometer maximum


minimum. Termometer ini dapat mencatat suhu tertinggi dan terendah pada
jangka waktu tertentu.

Penetapan Skala Suhu

Untuk dapat mengkuantitatifkan hasil pengukuran suhu dengan


menggunakan termometer maka diperlukan angka-angka dan skala-skala
tertentu. Penetapan skala yang terpenting adalah penetapan titik tetap bawah

8
dan titik tetap atas sebagai titik acuan pembuatan skala-skala dalam
termometer. Untuk penetapan titik tetap bawah sebuah termometer pada
umumnya dipilih titik beku air murni pada tekanan normal, yaitu suhu
campuran antara es dan air murni pada tekanan normal. Sedangkan
penetapan titik tetap atas sebuah termometer umumnya dipilih titik didih air
murni, yaitu suhu ketika air murni mendidih pada tekanan normal.

Terdapat empat macam skala termometer yang biasa digunakan,


yaitu Celcius (C), Reamur (R), Fahrenheit (F), dan Kelvin (K). Titik tetap
bawah untuk skala Celcius dan Reamur ditetapkan pada skala 0°C dan 0°R,
sedangkan untuk Fahrenheit ditetapkan pada skala 32°F. Ketiga skala titik
tetap bawah untuk masing-masing skala termometer ini diambil dari titik
beku air murni (titik lebur es murni) pada tekanan normal. Adapun titik tetap
atas ketiga skala ini berbeda-beda, dimana untuk Celcius ditetapkan pada
100°C, untuk Reamur ditetapkan pada 80°R, dan untuk Fahrenheit
ditetapkan pada 212°F. Ketiga skala titik tetap atas untuk masing-masing
skala termometer ini diambil dari titik didih air murni pada tekanan normal.
Pada skala Kelvin, titik tetap bawah ketiga skala termometer ini bersesuaian
dengan skala 273 K dan titik tetap atasnya bersesuaian dengan 373 K.

Untuk menyatakan satu nilai suhu pada skala termometer tertentu ke


skala termometer yang lain dapat dilakukan konversi skala suhu. Jadi, suhu
suatu benda dalam Celcius dapat dikonversi (diubah) ke dalam skala lainnya
yaitu Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin. Untuk mengonversi (mengubah)
suhu dari satu skala ke skala lain, dapat menggunakan rumus atau formula
tertentu yang sudah ditetapkan.

9
Dari gambar di atas dapat diambil perbandingan antara skala Celcius
: Fahrenheit : Kelvin : Reamur adalah 100 : 180 : 100: 80, sehingga
perbandingannya 5 : 9 : 5 : 4.

Sehingga dapat ditentukan rumus-rumus konversinya yaitu :

Contoh Soal

1) Suhu ruangan pabrik sari roti adalah 63℃, berapakah suhu ruangan pabrik
jika di konversi ke skala Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin ?

Jawab :

• R = (4/5).C = 0,8.63 = 50,4°R

• F = (9/5).C + 32 = 1,8.63+32 = 145,4℉

10
• K = C + 273 = 63 + 273 = 336°K

2) Suhu oven kue sandy adalah 45°R, berapakah suhu oven kue sandy jika di
konversi ke skala Celcius, Fahrenheit, dan Kelvin ?

Jawab :

• C = (5/4).R = 1,25.45 = 56,25°C

• F = (9/4).R + 32 = 2,25.45 + 32 = 153,5°F

• K = (5/4).R + 273 = 1,25.45 + 273 = 329,25°K

3) Suhu sebuah filamen lampu listrik yang sedang menyala adalah 2.925 K.
Berapakah suhu filamen lampu tersebut dalam skala Celcius?

Jawab:

Dengan menggunakan rumus konversi Kelvin ke Celcius diperoleh:

C = K - 273 = 2.925 – 273 = 2.652

Jadi, suhu filamen lampu listrik yang sedang menyala tersebut adalah
2.652oC.

2.2. Pemuaian
Pernahkah Anda memperhatikan kaca jendela sebuah rumah yang tiba-tiba
retak ketika terkena cahaya matahari? Pernahkah Anda memperhatikan rel kereta
api yang merenggang (ada celah kecil) diantara sambungan rel kereta api ketika
pagi hari, tetapi ketika siang hari celah tersebut nampak merapat? Atau pernahkah
Anda mengalami kesulitan membuka tutup botol ketika tutup tersebut dalam
keadaan dingin? Fenomena-fenomena tersebut menunjukkan kepada kita bahwa
pada dasarnya setiap benda atau zat, baik itu zat padat, zat cair, ataupun gas akan
memuai (mengalami pertambahan panjang, luas, atau volume) ketika dipanaskan,
dan sebaliknya, ketika benda atau zat tersebut didinginkan akan menyusut
(mengalami pengurangan panjang, luas, atau volume). Akan tetapi, pemuaian atau
penyusutan ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik zat atau benda itu sendiri.

11
Artinya, untuk masing-masing zat yang berbeda, perilaku pemuaiannya pun akan
berbeda. Karakteristik pemuaian pada suatu zat atau benda berbeda-beda, baik itu
untuk zat padat, zat cair, dan gas.

Macam-Macam Pemuaian

a) Pemuaian Zat Padat

Peregangan padat adalah jenis peregangan yang terjadi pada suatu benda,
seperti kusen jendela, rel kereta api, dan kabel listrik. Kusen jendela pada siang hari
terlihat melengkung, hal ini terjadi karena benda mengalami pemuaian. Peregangan
tubuh terjadi di seluruh bagian tubuh. Pemuaian benda padat dibagi menjadi tiga,
yaitu pemuaian jangka panjang, pemuaian luas, dan pemuaian volume.

1. Pemuaian Panjang
Pemuaian panjang adalah bertambahnya ukuran panjang suatu
benda karena menerima kalor. Pada pemuaian ini, nilai lebar dan tebal
sangat kecil dibandingkan dengan nilai panjang benda tersebut.
Akibatnya, lebar dan tebal dianggap tidak ada.
Pemuaian panjang suatu benda dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu panjang awal benda, koefisien muai panjang, dan besar perubahan
suhu. Koefisien muai panjang suatu benda sendiri, dipengaruhi oleh
jenis atau bahan benda tersebut. Pemuaian panjang itu biasa terjadi pada
rel kereta api dan panjang kabel listrik yang terpapar panas pada siang
hari.

Rumus pemuaian panjang

Keterangan:

ΔL = Perubahan Panjang

L0 = Panjang awal

12
α = Konstanta pemuaian panjang

ΔT = Perubahan Temperatur

2. Pemuaian Luas
Selain panjang, luas suatu benda juga dapat mengalami pemuaian,
Pemuaian luas adalah pertambahan ukuran luas suatu benda karena
menerima kalor. Pemuaian luas terjadi pada benda yang mempunyai
ukuran panjang dan lebar, sedangkan tebalnya sangat kecil dan
dianggap tidak ada. Digambarkan dengan model matematika dan
keterangan sebagai berikut.
Rumus pemuaian luas

Keterangan:

ΔA = Perubahan Luas

A0 = Luas awal

β = 2α = Konstanta pemuaian luas

ΔT = Perubahan Temperatur

3. Pemuaian Volume
Pemuaian volume adalah pertambahan ukuran volume suatu benda
karena menerima kalor. Pemuaian volume terjadi benda yang
mempunyai ukuran panjang, lebar, dan tebal.
Volume merupakan bentuk lain dari panjang tiga dimensi, sehingga
untuk menentukan koefisien muai volume, sama dengan tiga kali
koefisien muai panjang.

13
Pemuaian volume ini dapat terjadi pada plat kendaraan, pintu rumah,
maupun beton di jalan raya. Berikut ini model matematika dan
penjelasannya.

Rumus pemuaian volume

Keterangan :

ΔV = Perubahan Volume

V0 = Volume awal

γ = 3α = Konstanta pemuaian Volume

ΔT = Perubahan Temperatur

b) Pemuaian Zat Cair


Sebagaimana halnya zat padat yang memuai ketika dipanaskan, zat
cair pun akan memuai ketika dipanaskan. Oleh karena zat cair memiliki
bentuk yang tidak tetap (mengikuti bentuk wadahnya), maka pemuaian yang
terjadi pada zat cair adalah pemuaian volume. Pemuaian pada zat
cair ini dapat diteliti dengan menggunakan alat yang dinamakan
dilatometer, yaitu sebuah labu gelas yang mempunyai pipa kecil berskala,
dan hasil pengukurannya memenuhi persamaan pemuaian volume seperti
pada zat padat yang secara matematis dinyatakan sebagai berikut.

14
Anomali Air

Pada umumnya hampir setiap zat cair akan memuai bila dipanaskan,
dan akan menyusut bila didinginkan. Tetapi tidak demikian halnya dengan
air. Pada suhu 0 °C hingga 4 °C, air menunjukkan perilaku yang berbeda,
dimana bila dipanaskan maka volumenya akan menyusut (berkurang) dan
bila didinginkan maka volumenya akan mengembang (memuai). Hal yang
bertentangan dengan sifat pemuaian ini dinamakan anomali air. Jadi, bila
air dipanaskan dari mulai suhu 0 °C hingga 4 °C volumenya akan berkurang,
dan pada suhu lebih dari 4 °C volumenya akan bertambah.

c) Pemuaian Gas
Sebagaimana halnya dengan zat padat dan zat cair, gas ketika
dipanaskan akan memuai. Pada gas, pemuaian yang terjadi adalah pemuaian
volume. Untuk mengetahui pemuaian pada gas, digunakan alat yang
dinamakan dilatometer, yang berupa sebuah labu kosong yang digunakan
secara terbalik dan ujung pipanya dimasukkan kedalam air.
Udara dalam dilatometer suhunya dinaikkan dengan cara memegang
bola dilatometer dengan tangan. Karena suhu tangan lebih tinggi daripada
suhu udara dalam bola kaca, maka suhu udara dalam bola kaca akan
meningkat. Kenaikan suhu udara tersebut menyebabkan pemuaian gas di
dalam tabung, sehingga dari ujung pipa dilatometer yang tercelup akan
keluar gelembung-gelembung udara, dan ini menunjukkan bahwa udara di
dalam dilatometer memuai dan mendesak air hingga keluar dari pipa.
Pemuaian pada gas merupakan pemuaian volume, seperti halnya pemuaian
pada zat cair, sehingga secara matematis dinyatakan sebagai berikut.

15
Pemanfaatan sifat pemuaian pada gas adalah dalam penggunaan
termometer gas, yaitu dengan memanfaatkan perubahan volume gas pada
tekanan tetap. Pemuaian pada gas memenuhi tiga hukum fisika yaitu hukum
Boyle, hukum Charles atau hukum Gay-Lussac, dan hukum tekanan.

a. Hukum Boyle
Hukum Boyle menyatakan bahwa tekanan suatu massa tertentu
gas pada suhu tetap berbanding terbalik dengan volumenya.
Secara matematis hukum Boyle dinyatakan sebagai berikut.

b. Hukum Charles atau Gay-Lussac


Hukum Charless atau hukum Gay-Lussac menyatakan bahwa
pada tekanan tetap, volume gas sebanding dengan suhunya.
Secara matematis hukum Charles atau hukum Gay-Lussac ini
dinyatakan sebagai berikut.

c. Hukum Tekanan
Hukum Tekanan menyatakan bahwa pada volume tetap
tekanan suatu massa gas tertentu sebanding dengan suhunya.
Secara matematis hukum tekanan dapat dinyatakan sebagai
berikut.

𝒑 𝒑𝟏 𝒑𝟐
= 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑, =
𝒕 𝑻𝟏 𝑻𝟐

16
2.3. Kalor
Kalor adalah salah satu bentuk energi yang bisa berpindah dari benda
dengan suhu yang lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah jika keduanya
dipertemukan atau bersentuhan. Dua benda yang memiliki suhu yang berbeda
ketika dipertemukan maka akan muncul kalor yang mengalir atau berpindah.
Misalnya saat Grameds mencampurkan air dingin dengan air panas, kemudian akan
menghasilkan air hangat.

Menurut SI atau MKS, satuan kalor adalah joule (J) sedangkan menurut
CGS satuan kalor adalah erg dan untuk beberapa jenis makanan menggunakan
satuan kalori. Dapat dihitung bahwa satu kalori adalah jumlah energi panas yang
diperlukan untuk menaikan suhu 1 gram air hangat sampai naik menjadi 1 derajat
celcius (◦C). Jadi dapat dikatakan satu kalori = 4,184 J atau biasa dibulatkan
menjadi 4,2 J.

Kalor secara alami akan berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda
yang bersuhu lebih rendah, sehingga bersifat cenderung menyamakan suhu kedua
benda jika saling bertemu atau bersentuhan. Jika suhu suatu benda itu tinggi maka
kalor yang dikandungnya pun sangat besar. Sebaliknya, jika suhu suatu benda
rendah maka kalornya pun sedikit. Jadi, dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya
kalor yang ada pada benda atau zat menyesuaikan dengan 3 faktor, yakni massa zat,
jenis zat (kalor jenis), dan perubahan suhu.

Kalor kemudian bisa menaikan atau menurunkan suhu, jadi semakin besar
kenaikan suhu, kalor yang diterima pun semakin banyak. Sebaliknya, kenaikan
suhu yang kecil akan membuat kalor yang diterima juga sedikit. Itu artinya,
hubungan kalor (Q) akan berbanding lurus atau sebanding dengan kenaikan suhu
(∆ T), jika massa (m) dan kalor jenis zat ( c) suatu benda itu tetap.

Rumus Kalor

1. Rumus Perpindahan Kalor

17
Q = m.c.ΔT

Keterangan:
Q = banyaknya kalor yang diterima atau dilepas oleh suatu zat benda
tertentu (J)
m = massa benda yang menerima atau melepas kalor (kg)
c = kalor jenis zat (J/kg⁰C)
ΔT = perubahan suhu (⁰C)
2. Rumus Kalor Jenis
c = Q / m.ΔT

Keterangan:
c = kalor jenis zat (J/kg⁰C)
Q = banyaknya kalor yang dilepas atau diterima oleh suatu benda (Joule)
m = massa benda yang menerima atau melepas kalor (kg)
ΔT = perubahan suhu (⁰C)
3. Rumus Kapasitas Kalor
C = Q / ΔT

Keterangan:
C = kapasitas kalor (J/K)
Q = banyaknya kalor (J)
ΔT = perubahan suhu (K)
4. Rumus Menentukan Kapasitas Kalor Itu Sendiri
C = m.c

Keterangan:
C = kapasitas kalor (J/K)
M = massa benda yang menerima atau melepas kalor (kg)
c = kalor jenis zat (J/kg.K)
5. Rumus Kalor Lebur dan Uap

18
- Kalor lebur
Q=mxL
- Kalor uap
Q=mxU

Keterangan :

L = Kalor lebur zat (Joule/kilogram)

U = Kalor uap zat (Joule/kilogram)

Jenis-jenis Kalor

1. Kalor Pembentukan (∆Hf)


Kalor pembentukan kata adalah kalor yang menghasilkan atau
dibutuhkan untuk membuat 1 mol senyawa dalam unsur- unsurnya, seperti
berupa gas yang ditulis dengan rumus molekulnya. Contoh kalor
pembentukan adalah C12, O2, Br2, H2.
2. Kalor Penguraian (∆Hd)
Kalor penguraian adalah bentuk kalor yang dihasilkan atau
dibutuhkan untuk mengurai 1 mol senyawa menjadi unsur- unsur yang lain.
3. Kalor Pembakaran (∆Hc)
Kalor pembakaran adalah kalor yang didapat atau diperlukan untuk
membakar 1 mol zat, yakni unsur atau senyawanya.
4. Kalor Netralisasi (∆Hn)
Kalor netralisasi adalah jenis kalor yang didapatkan atau dibutuhkan
untuk membentuk 1 mol H20 dari reaksi antara asam dan basa. Kalor ini
termasuk dalam reaksi eksoterm karena adanya reaksi kenaikan suhu.
5. Kalor Pelarutan (∆Hs)
Kalor pelarutan adalah jenis kalor yang didapatkan atau dibutuhkan
untuk melarutkan 1 mol zat yang awalnya padat menjadi larutan.

Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor

19
Kalor juga bisa mengalir pada dua benda yang memiliki partikel zat
yang berbeda sekalipun dan pula perusahan suhu yang berbeda. Contohnya
saat minyak dan air dipanaskan dengan suhu yang sama maka akan
menghasilkan suhu minyak yang mengalami perubahan lebih besar
dibandingkan perubahan suhu air. Hal itu bisa terjadi karena adanya kalor
jenis yang berbeda antara benda yang disatukan atau dipertemukan.

Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikan


suhu dari 1 kg massa menjadi 1 ◦C. Satuan kalor jenis adalah kalori/gram
◦celcius atau dalam sistem internasional ditetapkan menggunakan satuan
Joule/kg ◦celcius. Setiap zat benda memiliki kalor jenis yang masing-
masing memiliki perbedaan. Sedangkan Kapasitas kalor adalah jumlah
kalor yang dibutuhkan atau diserap untuk menaikan suhu zat benda tertentu
menjadi 1 ◦C.

Pengaruh Kalor Terhadap Benda

a. Pengaruh kalor terhadap suhu benda


Kalor merupakan energi yang diterima atau dilepaskan suatu benda.
Kalor yang diterima suatu benda bisa berasal dari matahari, api, atau benda
lain. Kalor yang diterima oleh benda dapat mengubah suhu benda. Ketika
kalor diberikan kepada air, maka suhu air bertambah. Makin banyak kalor
yang diberikan makin banyak pula perubahan pada suhu air. Bila kalor terus
diberikan, lama kelamaan air akan mendidih. Ketika air sudah mendidih
suhu air tidak akan bertambah melainkan tetap. Dapat disimpulkan bahwa
kalor mengubah suhu benda. Benda yang melepaskan kalor seperti air panas
dalam gelas. Air panas yang kita letakkan diatas meja akan melepaskan
kalor keudara titik karena air panas melepaskan kalor, maka suhu air panas
makin lama makin turun. Air panas berubah menjadi air dingin. Hal ini
menunjukkan bahwa kalor merubah suhu benda.
b. Pengaruh kalor terhadap wujud benda
Sebagai energi, kalor dapat berpindah dari satu tempat ke tempat
lainnya, dari satu keadaan ke keadaan lainnya. Kita tentu masih ingat bahwa

20
energi bersifat kekal; energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dimusnahkan, tetapi energi dapat berubah bentuk atau berpindah dari satu
keadaan ke keadaan lainnya. Pada dasarnya setiap benda atau zat dapat
berubah dari satu wujud (padat, cair, dan gas) ke wujud lain dan perubahan
ini terjadi karena adanya peranan kalor.

Pada proses mencair (melebur), menguap, dan menyublim, zat


membutuhkan sejumlah kalor, yang artinya ada perpindahan kalor dari
lingkungan kepada zat dan kalor itu sendiri digunakan untuk merubah
wujud dari padat menjadi cair, atau dari cair menjadi gas, atau dari padat
menjadi gas. Pada proses membeku, mengembun, dan mendeposit, zat
melepaskan sejumlah kalor, yang artinya ada perpindahan kalor dari zat
kepada lingkungan pada saat terjadinya perubahan wujud.

1. Mencair

Mencair adalah bentuk perubahan wujud yang terjadi pada benda


padat menjadi benda cair. Agar dapat terjadi perubahan wujud mencair
maka memerlukan panas atau kalor yang mempengaruhi zat benda
tersebut. Perubahan wujud ini juga biasa kita kenal dengan istilah
meleleh

2. Membeku

21
Membeku adalah bentuk perubahan wujud yang terjadi pada benda
cair menjadi benda padat. Perubahan wujud membeku bisa dibilang
kebalikan dari mencair. Itu artinya proses perubahan wujud dengan
membeku akan melepaskan panas pada suhu yang dingin, berkebalikan
dari mencair.

3. Menguap

Menguap adalah bentuk perubahan wujud yang terjadi pada benda


cair menjadi zat gas. Menguap adalah perubahan wujud yang
memerlukan kalor atau pemanasan. Perubahan tersebut tidak hanya
terjadi pada zat cair saja, namun juga bisa terjadi di dalam tubuh
manusia.

4. Mengembun

Mengembun adalah bentuk perubahan wujud yang terjadi pada


benda gas menjadi benda cair. Pengembunan terjadi pada gas di udara
yang dingin atau suhu rendah menjadi butiran-butiran air. Perubahan
wujud ini termasuk dalam proses yang melepaskan kalor karena
membutuhkan suhu yang rendah.

5. Menyublim

Menyublim adalah bentuk perubahan wujud yang terjadi pada benda


padat menjadi material gas. Proses perubahan wujud dengan menyublim
membutuhkan kalor atau energi panas agar benda padat tersebut bisa
berubah menjadi molekul gas di udara.

6. Mengkristal

Mengkristal adalah bentuk perubahan wujud yang terjadi pada


material gas menjadi material yang lebih padat. Proses perubahan wujud
ini terjadi karena adanya pelepasan energi panas atau kalor pada suhu
yang lebih rendah dari benda.

22
Perpindahan Kalor

Kalor dapat berpindah karena adanya perbedaan suhu. Kalor pada suatu
benda dapat berpindah dari suatu benda yang suhunya tinggi ke benda lain yang
suhunya rendah. Fenomena perpindahan kalor ini dapat dengan mudah dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pada saat memasak, api yang mengenai
bagian dasar panci akan menyebar ke seluruh bagian permukaan panci dan bahan
makanan yang ada di dalamnya. Contoh lainnya yaitu kalor (panas) matahari yang
sampai ke permukaan bumi. Berbicara mengenai perpindahan kalor, maka kita
mengenal setidaknya ada tiga cara terjadinya perpindahan kalor, yaitu melalui cara
konduksi, cara konveksi, dan cara radiasi.

1. Konduksi
Konduksi, atau disebut juga hantaran, merupakan salah satu cara
perpindahan kalor melalui suatu perantara zat tanpa disertai perpindahan
bagian-bagian dari zat itu. Misalnya, ketika kita memanaskan logam
pada salah satu ujungnya, maka lambat laun ujung lainnya akan menjadi
panas karena adanya perpindahan kalor melalui logam tersebut.
Contohnya, apabila seseorang memasak dengan menggunakan panci,
maka api dari kompor akan memanaskan bagian dasar panci terlebih
dahulu sebelum kemudian seluruh permukaan badan panci menjadi
panas. Kemampuan zat atau benda dalam menghantarkan kalor juga
berbeda-beda. Oleh karena itu, kemampuan benda-benda di alam dalam
menghantarkan kalor dibedakan kedalam dua kelompok: konduktor dan
isolator.
Konduktor adalah kelompok benda-benda yang mudah
menghantarkan kalor. Contoh konduktor adalah tembaga, besi,
aluminium, dan sejenisnya. Sedangkan isolator adalah kelompok benda-
benda yang sukar menghantarkan kalor. Contoh isolator adalah kayu,
karet, plastik, dan sejenisnya. Secara umum, bahan-bahan yang terbuat
dari logam umumnya merupakan konduktor kalor, sedangkan bahan-
bahan yang terbuat dari non logam umumnya merupakan isolator kalor

23
2. Konveksi
Konveksi merupakan salah satu cara perpindahan kalor melalui
suatu zat disertai oleh perpindahan zat tersebut. Perpindahan kalor
secara konveksi hanya terjadi pada zat cair dan gas (fluida). Perpindahan
kalor secara konveksi dinamakan juga aliran panas, karena bagian
bagian zat itu terus mengalir selama pemanasan. Misalnya, perpindahan
kalor melalui air yang dipanaskan. Ketika air dipanaskan, maka bagian
air yang panas akan berkurang massa jenisnya, sehingga akan naik ke
permukaan. Tempat air panas tersebut akan digantikan oleh air dingin
yang juga akan mengalami hal serupa dengan air panas sebelumnya.
Proses seperti ini terus berulang hingga akhirnya seluruh bagian air
menjadi panas.
Perpindahan panas secara konveksi juga terjadi pada udara,
sehingga terjadi apa yang dinamakan angin darat dan angin laut. Angin
laut terjadi pada siang hari. Air lebih lambat menyerap panas dari tanah,
sehingga pada siang hari udara di atas lautan lebih dingin daripada udara
di atas daratan. Akibatnya massa jenis udara di atas daratan lebih kecil.
Oleh karenanya, udara di atas daratan akan naik dan tempatnya
digantikan oleh udara di atas lautan, sehingga terjadi aliran angin dari
laut ke darat yang dinamakan angin laut. Angin darat terjadi pada malam
hari. Udara di atas daratan lebih cepat dingin dibandingkan udara di atas
lautan, sehingga udara di atas lautan akan naik dan tempatnya diisi oleh
udara di atas daratan, dan terjadi aliran angin dari darat ke laut yang
dinamakan angin darat.
3. Radiasi
Radiasi atau pancaran merupakan cara perpindahan kalor tanpa
perpindahan zat perantara. Misalnya pancaran sinar matahari. Panas dari
matahari dapat sampai ke bumi, walaupun jarak antara bumi dan
matahari sangat jauh dan diantara bumi dan matahari terdapat ruang
hampa.

24
Sifat pancaran dari berbagai permukaan benda juga berbeda-beda.
Beberapa jenis benda tercatat ada yang mudah menyerap dan
memancarkan radiasi kalor dan beberapa jenis benda lainnya ada yang
tidak mudah menyerap dan memancarkan radiasi kalor. Berdasarkan
sejumlah penyelidikan diketahui bahwa benda hitam lebih mudah
menyerap dan memancarkan kalor dibandingkan dengan benda selain
hitam. Oleh karena itu, apabila pada siang hari yang terik kita
menggunakan pakaian berwarna hitam, maka kita akan merasakan panas
yang lebih dibandingkan apabila kita menggunakan pakaian yang
berwarna selain hitam.

2.4. Asas Black


Asas Black dikemukakan oleh Joseph Black, di mana asas ini
merupakan suatu prinsip dalam termodinamika yang berbunyi: “pada
pencampuran dua zat, banyaknya kalor yang dilepas oleh zat yang suhunya
lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima oleh zat yang
suhunya lebih rendah.” Pada asas Black berlaku:

• Jika dua buah benda dengan suhu yang berbeda dicampurkan, maka
benda yang lebih panas akan memberi kalor pada benda yang lebih
dingin hingga suhu keduanya sama.
• Jumlah kalor yang diserap oleh benda dingin sama dengan jumlah kalor
yang dilepas oleh benda panas.
• Benda yang didinginkan akan melepas kalor yang sama besar dengan
kalor yang diserap bila benda tersebut dipanaskan.
Secara matematis, asas Black dapat dituliskan sebagai:
Qlepas=Qterima
m1c1(T1 - Ta) = m2c2(Ta - T2)
Keterangan:

m1 = massa benda 1 yang suhunya lebih tinggi

m2 = massa benda 2 yang suhunya lebih rendah

25
c1 = kalor jenis benda 1

c2 = kalor jenis benda 2

Ta = temperatur akhir pencampuran kedua benda

T1 = temperatur benda 1

T2 = temperatur benda 2

26
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Suhu merupakan ukuran atau derajat panas/dinginnya suatu benda atau
sistem. Terdapat empat macam skala suhu yang biasa digunakan, yaitu
Celcius (C), Reamur (R), Fahrenheit (F), dan Kelvin (K). Untuk
menyatakan satu nilai suhu pada skala termometer tertentu ke skala
termometer yang lain dapat dilakukan konversi skala suhu. Jadi, suhu suatu
benda dalam Celcius dapat dikonversi (diubah) ke dalam skala lainnya yaitu
Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin dengan menggunakan rumus tertentu.
2. Termometer digunakan untuk mengetahui suhu suatu benda. Termometer
yang sering digunakan terbuat dari bahan cair seperti raksa dan alkohol.
Prinsip yang digunakan adalah pemuaian zat cair ketika terjadi peningkatan
suhu benda. Ada beberapa macam termometer, yaitu termometer
laboratorium, termometer ruang, termometer klinis, dan termometer Six-
Bellani.
3. Pemuaian adalah pertambahan volume suatu benda yang terjadi karena
kenaikan suhu suatu zat. Ketika suatu zat dipanaskan, volumenya selalu
bertambah dan sebaliknya
4. Kalor adalah salah satu bentuk energi yang bisa berpindah dari benda
dengan suhu yang lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah jika
keduanya dipertemukan atau bersentuhan. Jenis-jenis kalor di antaranya :
kalor pembentukan, penguraian, pembakaran, netralisasi, dan kalor
pelarutan. Sementara perpindahan kalor ada konduksi, konveksi, dan
radiasi.
5. Asas Black merupakan suatu prinsip dalam termodinamika yang berbunyi:
“pada pencampuran dua zat, banyaknya kalor yang dilepas oleh zat yang
suhunya lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima oleh zat
yang suhunya lebih rendah.”

27
6. Pada beberapa jenis zat benda jika diberikan kalor dalam satuan tertentu,
maka zat benda tersebut akan mengalami perubahan. Misalnya es yang
dipanaskan atau diberi kalor maka akan terjadi perubahan wujud dari yang
semula padat menjadi cair atau bentuk gas.

3.2. Saran
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah yang telah kami buat ini. Maka dari
itu kami mohon saran dan kritiknya agar kami dapat membuat makalah lebih
baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua, dan dapat
menambah wawasan mengenai materi Suhu dan Kalor.

28
Daftar Pustaka

Abdillah. (2022). Rumus C R F K Konversi Suhu Dari Semua Skala. Retrieved


from rumusrumus.com: https://rumusrumus.com/rumus-c-r-f-k/
Ambara, I. M. (2016). Konversi Suhu.
BBM 6 : SUHU DAN KALOR. (n.d.). Suhu dan Kalor.
Fisika. (2020). Retrieved from fisika.co.id:
https://www.fisika.co.id/2020/11/pemuaian.html?m=1
Nilawanti, L. (2022). Retrieved from Gramedia:
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-kalor/amp/
Nusantara, P. Z. (2020). Retrieved from Zenius:
https://www.zenius.net/prologmateri/fisika/a/1077/asas-black
Sasmita, P. R. (2015). Modul Fisik. Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor.

29
Lampiran Praktikum Perpindahan Kalor

1. Tujuan percobaan :
Menjelaskan bagaimana konsep perpindahan kalor
2. Dasar Teori :
Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda
yang menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya.
Kalor berbeda dengan suhu, karena suhu adalah ukuran dalam satuan derajat
panas. Kalor merupakan suatu kuantitas atau jumlah panas baik yang
diserap maupun dilepaskan. Jika suatu benda menerima/melepaskan kalor
maka suhu benda itu akan naik/turun atau wujud benda berubah.
Perpindahan kalor adalah suatu proses perpindahan energi panas
suatu zat dari satu zat ke zat lain. Kalor dapat berpindah melalui suatu zat
perantara maupun tanpa zat perantara.
Berdasarkan daya hantar kalor, benda dibedakan menjadi dua, yaitu
:
1) Konduktor merupakan zat yang memiliki daya hantar kalor baik. Contoh
besi, baja, tembaga, aluminium, dan lain-lain.
2) Isolator merupakan zat yang memiliki daya hantar kalor kurang baik.
Contoh kayu, plastik, kertas, kaca, air, dan lain-lain.
3. Alat dan Bahan :

1. Air
2. Gelas plastik
3. Korek api
4. Lilin
4. Langkah Percobaan
a) Siapkan 2 gelas,satu gelas tanpa air gelas ke dua dengan air
b) Menyalakan lilin
c) Meletakkan gelas plastik tepat diatas lilin yang telah di nyalakan
d) Mengamati apa yang terjadi pada gelas plastik dan mencatat hasilnya
5. Hasil dan Pembahasan

30
Saat gelas plastik kosong diletakkan di atas lilin yang menyala yang
terjadi yaitu gelas tersebut meleleh, hal ini disebabkan kalor tidak dapat
berpindah ke zat lain.Panas yang diberikan akan langsung melelehkanya
jika suhunya melebihi ambang titik leleh plastik.
Pada saat gelas plastik diisi dengan air dan kemudian di letakkan di
atas lilin yang telah dinyalakan, yang terjadi yaitu gelas yang terisi air tidak
meleleh, hal tersebut di karenakan kalor yang seharusnya melelehkan
plastik dihantarkan ke air, kalor ini dimanfaatkan untuk memanaskan air.
Karena kalor jenis air tinggi, waktu yang dibutuhkan untuk memanskan
sampai suhu yang mampu melelehkan plastik cukup lama, akibatnya gelas
plastik lebih tahan lama tanpa meleleh.
6. Kesimpulan
Gelas plastik tidak meleleh ini dikarenakan oleh kalor yang
seharusnya melelehkan gelas tersebut di hantarkan ke air sehingga gelas
tersebut tidak meleleh.
Kalor dihantarkan oleh permukaan gelas ke air, dan kalor ini
dimanfaatkan untuk memanaskan air. Karena kalor jenis air tinggi, waktu
yang dibutuhkan untuk memanskan sampai suhu yang mampu melelehkan
plastik cukup lama, akibatnya gelas plastik lebih tahan lama tanpa meleleh.

31

Anda mungkin juga menyukai