Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH FISIKA DASAR

SUHU DAN KALOR

Disusun Untuk memenuhi tugas


Mata Pelajaran Fisika Dasar
Guru Pengampu: Ida Nurhidayah, S.PD

Oleh :
Sepuluh Tujuh ( X-7 )

TEKNIK KOMPUTER JARINGAN


MAN 2 MAJALENGKA
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada ALLAH Yang Maha Esa atas anugerah-Nya dan
rahmat-Nya yang telah diberikan kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah tentang FISIKA DASAR (SUHU DAN KALOR) tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Ibu Guru Pengampu Fisika, Ida Nurhidayah S. PD,, selaku pengajar mata
pelajaran Fisika Dasar, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang materi
Suhu Dan Kalor.
Saya mengucapkan banyak terimah kasih kepada Ibu Guru Pengampu, Ida Nurhidayah S.
PD, selaku guru mata pelajaran FISIKA DASAR yang telah memberikan kami tugas ini sehingga
kami dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan kami sesuai dengan mata kuliah yang
saat ini sedang kami pelajari dan kami tekuni saat ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami juga menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu apabila mendapati kesalahan-
kesalahan baik dari segi penulisan, maupun isi, maka kami mohon maaf. Kritik dan saran dari
dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat kami butuhkan agar kami bisa menyempurnakan
makalah ini terlebih juga untuk menambah pengetahuan kami bersama.

Majalengka,11 Februari 2023


Daftar Isi

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah......................................................................................................................1
1.4 Maanfaat................................................................................................................................1
BAB II................................................................................................................................................2
ISI.....................................................................................................................................................2
2.1 Suhu........................................................................................................................................2
2.1.1 Skala Suhu........................................................................................................................4
2.1.2 Alat Ukur Suhu.................................................................................................................5
2.1.3 Rumus Konversi Suhu......................................................................................................6
2.2. PEMUAIAN............................................................................................................................8
2.2.1 Pemuaian zat padat.........................................................................................................8
2.2.2 Pemuaian pada zat cair.................................................................................................11
2.2.3 Pemuaian pada zat gas..................................................................................................11
2.3 KALOR...................................................................................................................................14
2.3.1 Jenis – jenis kalor...........................................................................................................14
2.3.2 Perpindahan Panas........................................................................................................15
2.3.3 Asas Black......................................................................................................................16
BAB III.........................................................................................................................................20
PENUTUP....................................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................20
3.2 Saran....................................................................................................................................20
Daftar Pustaka................................................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suhu dan kalor merupakan salah satu materi dalam mata pelajaran fisika.
Dengan mempelajari suhu dan kalor kita akan mengetahui apa itu suhu dan kalor.
Dalam kehidupan sehari-hari sendiri suhu dan kalor adalah dua hal yangg tidak
dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak kegiatan-
kegiatanyangberkaitan erat dengan suhu dan kalor seperti hal yang sederhana,
mengetahui berapa suhu yang sedang kita rasakan sekarang.
Suhu adalah besaran termodinamika yang menunjuan besarnya energi kinetik
translasi rata-rata.
Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu bendaa tersebut
berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor berbeda dengan suhu. Karena suhu
merupakan ukuran dalam suatuan derajat panas. Kalormerupakan suatu kuantitas
atau jumlah panas baik yag diserap maupun yang dilepaskan oleh suatu benda.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan suhu ?
2. Apa yang dimaksud perpindahan energi ?
3. Apa yang dimaksud dengan pemuaian ?
4. Ada berapa jenis pemuaian ?
5. Apa yang dimaksud dengan kalor?
6. Ada berapa jenis kalor ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui apa itu suhu
2. Untuk mengetahui perpindahan energi
3. Untuk mengetahui apa itu pemuaian
4. Untuk mengetahui berapa jenis pemuaian
5. Untuk mengetahui apa itu kalor
6. Untuk mengetahui ada berapa jenis kalor

1.4 Maanfaat
Manfaat dari mempelajari makalah tentang Suhu dan Kalor adalah kita dapat
mengetahui apa itu suhu, pemuaian, dan kalor.

1
BAB II
ISI

2.1 Suhu

Suhu adalah suatu besaran untuk menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya
suatu benda. Sebagai gambaran tentang suhu adalah saat mandi menggunakan air hangat.
Untuk mendapatkan air hangat tersebut kita mencampur air dingin dengan air panas. Ketika
tangan kita menyentuh air yang dingin, maka kita mengatakan suhu air tersebut dingin.
Ketika tangan kita menyentuh air yang panas maka kita katakan suhu air tersebut panas.
Ukuran derajat panas dan dingin suatu benda tersebut dinyatakan dengan besaran suhu.

(a) Alat Ukur Suhu Adalah Termometer.


Suhu termasuk besaran pokok. Alat untuk untuk mengukur besarnya suhu suatu benda
adalah termometer. Termometer yang umum digunakan adalah termometer zat cair dengan
pengisi pipa kapilernya adalah raksa atau alkohol. Pertimbangan dipilihnya raksa sebagai
pengisi pipa kapiler termometer adalah sebagai berikut:
1. raksa tidak membasahi dinding kaca,
2. raksa merupakan penghantar panas yang baik,
3. kalor jenis raksa rendah akibatnya dengan perubahan panas yang kecil cukup dapat
mengubah suhunya,
4. jangkauan ukur raksa lebar karena titik bekunya -39 ºC dan titik didihnya 357ºC.
Pengukuran suhu yang sangat rendah biasanya menggunakan termometer alkohol.
Alkohol memiliki titik beku yang sangat rendah, yaitu -114ºC. Namun demikian, termometer
alkohol tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu benda yang tinggi sebab titik didihnya
hanya 78ºC.
Pada pembuatan termometer terlebih dahulu ditetapkan titik tetap atas dan titik tetap bawah.
Titik tetap termometer tersebut diukur pada tekanan 1 atmosfer. Di antara kedua titik tetap
tersebut dibuat skala suhu. Penetapan titik tetap bawah adalah suhu ketika es melebur dan
penetapan titik tetap atas adalah suhu saat air mendidih.

Berikut ini adalah penetapan titik tetap pada skala termometer.

2
a. Termometer Celcius
Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 100. Diantara
titik tetap bawah dan titik tetap atas dibagi 100 skala.
b. Termometer Reaumur
Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 80. Di antara
titik tetap bawah dan titik tetap atas dibagi menjadi 80 skala.
c. Termometer Fahrenheit
Titik tetap bawah diberi angka 32 dan titik tetap atas diberi angka 212. Suhu
es yang dicampur dengan garam ditetapkan sebagai 0ºF. Di antara titik tetap bawah
dan titik tetap atas dibagi 180 skala.
d. Termometer Kelvin
Pada termometer Kelvin, titik terbawah diberi angka nol. Titik ini disebut suhu
mutlak, yaitu suhu terkecil yang dimiliki benda ketika energi total partikel benda
tersebut nol. Kelvin menetapkan suhu es melebur dengan angka 273 dan suhu air
mendidih dengan angka 373. Rentang titik tetap bawah dan titik tetap atas termometer
Kelvin dibagi 100 skala.

(b) Perbandingan Skala Termometer

Perbandingan skala antara temometer Celcius, termometer Reaumur, dan termometer


Fahrenheit adalah

C : R : F = 100 : 80 : 180
C : R : F =    5   :   4   :   9
Dengan memperhatikan titik tetap bawah 0ºC = 0ºR = 32ºF, maka hubungan skala C, R, dan
F dapat ditulis sebagai berikut:

Hubungan skala Celcius dan Kelvin


tºK = tºC + 273 K
Kita dapat menentukan sendiri skala suatu termometer. Skala termometer yang kita
buat dapat dikonversikan ke skala termometer yang lain apabila pada saat menentukan titik
tetap kedua termometer berada dalam keadaan yang sama.

3
Keterangan:
Xa = titik tetap atas termometer X
Xb = titik tetap bawah termometer X
Tx = suhu pada termometer X
Ya = titik tetap atas termometer Y
Yb = titik tetap bawah termometer Y
Ty = suhu pada termometer Y
Misalnya, kita akan menentukan skala termometer X dan Y. Termometer X dengan
titik tetap bawah Xb dan titik tetap atas Xa. Termometer Y dengan titik tetap bawah Yb dan
titik tetap atas Ya. Titik tetap bawah dan titik tetap atas kedua termometer di atas adalah suhu
saat es melebur dan suhu saat air mendidih pada tekanan 1 atmosfer.Dengan membandingkan
perubahan suhu dan interval kedua titik tetap masing-masing termometer, diperoleh
hubungan sebagai berikut.
2.1.1 Skala Suhu
1. Satuan atau Skala Celsius (ºC)
Skala Celcius merupakan skala suhu yang didesain dengan titik beku air adalah 0ºC
dan titik didih air pada 100ºC pada tekanan atmosfer standari. Skala ini diperkenalkan oleh
Anders Celsius pada tahun 1742. Meski angka-angka yang ditunjukan oleh skala celsius
sudah lumayan tepat, namun secara lebih spesifik masih ada beberapa ketidaktepatan
sehingga tidak bisa dijadikan sebagai standar formal atau satuan internasional. Definisi
baku dari 1 derajat celsius adalah 1/273,16 dari perbedaan antara triple point air dan nol
absolut, berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa satu derajat celsius
mempresentasikan perbedaan suhu yang sama dengan satu kelvin.

2. Satuan atau Skala Fahrenheit (ºF)


Skala Fahrenheit ialah salah satu skala suhu yang didesain dengan titik beku air
adalah 32ºF dan titik didih air adalah 212ºF. Dengan demikian perbedaan titik lebur dan

4
titik didih pada skala ini adalah 180 derajat. Skala ini diperkenalkan oleh ilmuwan Jerman
yang bernama Gabriel Fahrenheit pada tahun 1724.

3. Satuan atau Skala Reaumur (ºR)

Skala Reaumur yaitu sebuah skala suhu yang didesain dengan titik beku air adalah 0ºR dan
titik didihnya 80ºR, artinya terdapat perbedaan sebesar 80º antara titik beku dan titik didih.
Skala ini diperkenalkan oleh Rene Antoine Ferchault de Reaumur pada tahun 1731.

4. Satuan atau Skala Kelvin (ºR)

Skala Kelvin yakni suatu skala suhu yang didesain dengan titik beku air adalah
273ºK dan titik didihnya adalah 373ºK. Jadi perbedaan antara titik beku dan titik didihnya
adalah 100 derajat. Sampai saat ini Kelvin merupakan Satuan Internasional untuk suhu
karena dinilai paling akurat. Ilmuwan yang memperkenalkannya adalah William Thomson
atau yang juga disebut Lord Kelvin.

2.1.2 Alat Ukur Suhu


1. Termometer dengan Bahan Zat Cair
a. Termometer Laboratrium
Alat yang satu ini digunakan dalam mengukur suhu air dingin atau suhu air
yang berlangsung dipanaskan. Termometer laboraturium memakai air raksa atau
alkohol untuk petunjuk suhu.
b. Termometer Ruang
Termometer ruang terpasang pada dinding rumah atau kantor. Terometer
ruang dapat mengukur suhu dalam keadaan suatu saat. Skala pada termometer ini
yaitu dari -50 °C sampai 50 °C.
c. Termometer Klinis
Termometer klinis atau sering disebut juga termometer demam. Banyak para
dokter yang menggunakan jenis termometer ini dalam mengukur suhu badan pasien.
Pada keadaan sehat, suhu badan manusia 37 °C. Tetapi jika badan demam suhu akan
naik melewati angka tersebut, atau dapat mencapai angka 40 °C. Skala termometer
klinis ini hanya 35 °C sampai 43 °C. Karena disesuaikan pada suhu badan manusia,
suhu badan manusia tidak mungkin di bawah 35 °C dan tidak melebihi 43 °C.
d. Termometer Six-Bellani

Termometer Six-Bellani atau sering disebut juga termometer maksimum-


minimum. Termometer jenis ini bisa mencatat suhu tertinggi dan suhu terendah pada
jangka waktu tertentu. Termometer ini memiliki 2 cairan, yakni alkohol dan raksa
pada satu termometer.

2. Termometer dengan Bahan Zat Padat


a. Termometer Bimetal
Termometer Bimetal memakai logam dalam mengukur suhu dengan prinsip
logam yang akan memuai jika dipanaskan dan menyusut jika sedang didinginkan.
b. Termometer Hambatan

5
Terometer hambatan yaitu termometer yang tepat dipakai untuk industri dalam
mengukur suhu lebih dari 100°C. Termometer jenis ini diproduksi berdasarkan pada
perubahan hambatan logam.
c. Termometer Termokopel
Termometer temokopel ialah jenis sensor suhu yang dipakai dalam mengukur
atau mendeteksi suhu melewati dua jenis logam konduktor yang berbeda dengan
digabungkan pada ujungnya sehingga dapat menimbukan efek “Termo – electric”.
Termokopel yaitu salah satu jenis sensor suhu yang sangat populer dan sering dipakai
untuk rangkaian dan macam – macam elektronika yang berhubungan pada suhu.

3. Termometer dengan Bahan Gas


Termometer gas merupakan salah satu jenis termometer yang prosesnya pada
pemuaian gas apabila terjadi perubahan pada suhu. Gas Hidrogen dan gas Helium adalah
gas yang sering dipakai pada bahan termometer ini.

4. Termometer Optis
a. Pirometer
Intensitas radiasi yang dipancarkan pada benda yang sangat panas dalam termometer
pirometer berfungsi sebagai menunjukkan perubahan suhu. Sifat pada termometrik ini
dimanfaatkan dalam mengukur suhu yang ada pada pirometer.
b. Termometer Inframerah
Termometer Inframerah fungsinya dalam mengetahui suhu benda dengan
menyinarkan inframerah kepada benda tersebut.

2.1.3 Rumus Konversi Suhu


1. Rumus Konversi Suhu Skala Celsius

2. Rumus Konversi Suhu Skala Fahrenheit

6
3. Rumus konversi suhu skala Skala Reamur

4. Rumus Konversi Suhu Skala Kelvin

2.2. PEMUAIAN

Pemuaian adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena pengaruh perubahan suhu
atau bertambahnya ukuran suatu benda karena menerima kalor.Pemuaian terjadi pada 3
zat yaitu pemuaian pada zat padat, pada zat cair, dan pada zat gas. Pemuaian pada zat
padat ada 3 jenis yaitu pemuaian panjang (untuk satu demensi), pemuaian luas (dua
dimensi) dan pemuaian volume (untuk tiga dimensi). Sedangkan pada zat cair dan zat gas
hanya terjadi pemuaian volume saja, khusus pada zat gas biasanya diambil nilai koofisien
muai volumenya sama dengan 1/273.

7
2.2.1 Pemuaian zat padat
a. Pemuaian panjang
Pemuaian panjang atau pemuaian linier adalah bertambahnya ukuran panjang
suatu benda karena menerima kalor Pada pemuaian panjang nilai lebar dan tebal
sangat kecil dibandingkan dengan nilai panjang benda tersebut. Sehingga lebar dan
tebal dianggap tidak ada. Contoh benda yang hanya mengalami pemuaian panjang
saja adalah kawat kecil yang panjang sekali. Pemuaian panjang suatu benda
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu panjang awal benda, koefisien muai panjang
dan besar perubahan suhu. Koefisien muai panjang suatu benda sendiri dipengaruhi
oleh jenis benda atau jenis bahan. Secara matematis persamaan yang digunakan
untuk menentukan pertambahan panjang benda setelah dipanaskan pada suhu
tertentu adalah:

Rumus :
∆L = αL0∆T ……………….. Pers. (1)
∆L = L – L0
L – L0 = αL0∆T
L = αL0∆T + L0
L = L0 + α L0∆T
L = L0 (1 + α ∆T) ….…… Pers.
(2)
∆L = L0 α ∆T

Dengan:
L0  = panjang benda mula-mula (m)
L  = panjang setelah dipanaskan (m)
T0  = suhu awal
T = suhu setelah dipanaskan
a  = koefisien muai panjang zat (m/oC)
∆T = Perubahan Suhu (oC)

(a) Ilustrasi Pemuaian Panjang. (b) Koefisien Muai Panjang.

b. Pemuaian luas
Pemuaian luas adalah pertambahan ukuran luas suatu benda karena menerima
kalor.  Pemuaian luas terjadi pada benda yang mempunyai ukuran panjang dan

8
lebar, sedangkan tebalnya sangat kecil dan dianggap tidak ada. Contoh benda yang
mempunyai pemuaian luas adalah lempeng besi yang lebar sekali dan tipis. Seperti
halnya pada pemuian luas faktor yang mempengaruhi pemuaian luas adalah luas
awal, koefisien muai luas, dan perubahan suhu. Karena sebenarnya pemuaian luas
itu merupakan pemuian panjang yang ditinjau dari dua dimensi maka koefisien muai
luas besarnya sama dengan 2 kali koefisien muai panjang.

Rumus :
∆A = A - A0
β = 2α 
A = A0 (1+ 2α∆T)
A = A0 (1+ β ∆T)
∆A = A0 β ∆T

Dengan :
A = luas benda setelah dipanaskan (m2)
A0  = luas benda mula-mula (m2)
β = 2α= koefisien muai luas (/oC)
∆T = perubahan suhu (oC)
∆A = pertubahan luas ( m2 )

(a) Ilustrasi Pemuaian Luas.

c. Pemuaian volume
Pemuaian volume adalah pertambahan ukuran volume suatu benda karena
menerima kalor. Pemuaian volume terjadi benda yang mempunyai ukuran panjang,
lebar dan tebal. Contoh benda yang mempunyai pemuaian volume adalah kubus, air
dan udara. Volume merupakan bentuk lain dari panjang dalam 3 dimensi karena itu
untuk menentukan koefisien muai volume sama dengan 3 kali koefisien muai
panjang.Persamaan yang digunakan untuk menentukan pertambahan volume dan
volume akhir suatu benda adalah:
Rumus :
V  = Vo + ∆V
V  = Vo + Vo γ  ∆T
V  = Vo ( 1+ γ   ∆T )
∆V = Vo γ 
∆T

Keterangan :
                        ∆V = pertambahan volume ( m3 )

9
                        Vo = volume mula-mula ( m3 )
                        V = volume setelah suhu naik ( m3 )
γ = koefisien muai volume ( / 0C )
                       ∆T = Perubahan suhu ( 0C )
γ  = 3a
γ  = 3/2 β

(a) Ilustrasi Pemuaian Volume. (b) Koefisien Muai Volume

2.2.2 Pemuaian pada zat cair

Pemuaian pada zat cair tidak melibatkan muai panjang ataupun muai luas, tetapi
hanya dikenal sebagai muai ruang atau muai volume saja. Semakin tinggi suhu yang
diberikan pada zat cair, maka semakin besar muai volumenya. Pemuaian zat cair
untuk masing-masing jenis zat cair berbeda-beda, akibatnya walaupun mula-mula
volume zat cair sama tetapi setelah dipanaskan volumenya menjadi berbeda-beda.
Pemuaian volume zat cair terkait dengan pemuaian tekanan karena peningkatan
suhu. Titik pertemuaan antara wujud cair, padat, dan gas disebut dengan triple point.

10
Khusus untuk air, pada kenaikan suhu dari 0oC sampai 4oC volumenya tidak
bertambah akan tetapi justru menyusut. Pengecualian ini disebut dengan anomali air.
Oleh karena itu, pada suhu 4oC air memiliki volume terendah. Pada suhu 4oC air
menempati posisi terkecil sehingga pada suhu itu air memiliki massa jenis terbesar.
Jadi air bila suhunya dinaikan dari 0– 4oC akan menyusut, dan bila suhunya dinaikan
dari 4oC ke atas akan memuai. Hubunga antara volume dan suhu pada air
digambarkan pada grafik berikut:

2.2.3 Pemuaian pada zat gas

Gas adalah zat yang paling mudah memuai. Perubahan suhu yang tidak
terlampau besar sudah cukup mengubah volum gas secara signifikan. Misalkan kita
mempunyai gas ideal. Persamaan yang mengaikan tekanan, suhu, dan volum untuk
gas ideal adalah V = nRT/P, dengan V adalah volum (m3), T adalah suhu (K), P
adalah tekanan (Pa), n adalah jumlah mol zat (mol), dan R adalah konstanta gas
umum (J/mol K)
Jika kita panaskan gas pada tekanan konstan (P = P 0) dari suhu T0 sampai suhu T
maka:
Rumus :
V0 = nRT0/P0
V = nRT/P0
ΔV = nRT/P0  -  nRT0/P0
     = nR (T-T0)/P0
    = nR ΔT/ P0   
ΔV = (V0/T0 )DT   
Dengan :
V0 : Volume mula- mula (L)
V : Volume setelah suhu naik (L)
ΔV : Perubahan volume (L)

11
P0 : Tekanan (atm)
T : Suhu setelah dipanaskan
T0 : Suhu mula-mula
N : Mol
R : konstan selalu 8,31 (J/mol K)

a. Pemuaian gas saat Isobarik


Proses isotbarik adalah proses perubahan yang dialami gas pada tekanan
sustem selalu dipertahankan tetap atau ΔP = 0. Pemuaian gas pada suhu tetap berlaku
hukum Boyle yang menyatakan bahwa gas di dalam ruang tertutup yang suhunya
dijaga tetap, maka hasil kali tekanan dan volume gas adalah tetap.Pada garis P – V
proses isobarik dapat digambarkan seperti ini.
Rumus :
W = P (∆V)
W = P (V2 - V1 )

Dengan :P = tekanan (atm)


V1 = Volume awal (L)
V2 = Volume akhir (L)
W = Usaha (joule)

(a) Proses perubahan gas pada tekanan sistem tetap

b. Pemuaian gas saat Isotermal / Isotermis

Pemuaian gas pada tekanan tetap berlaku hukum Gay Lussac yaitu gas di dalam
ruang tertutup dengan tekanan dijaga tetap maka volume gas sebanding dengan suhu
mutlak gas. Dalam bentuk persamaan dapat dituliskan sebagai berikut:
Rumus : P1 V1= P2 V2

Dengan : P = Tekanan (atm)


V = Volume (L)

12
Proses perubahan gas pada temperatur sistem tetap
c. Pemuaian gas saat isokhorik
Proses Isokhorik adalah proses perubahan yang dialami oleh gas dimana gas tidak
mengalam perubahan volume tetap atau ΔV= 0. Oleh karena itu, usaha yang
dilakukan gas pada proses isokhorik adalah nol.
Rumus : W = P(V2 - V1) = 0
Dimana :W = usaha (joule)
P = tekanan (atm)
V1 = Volume mula- mula (L)
V2 = Volume akhir (L)

Proses perubahan gas pada temepratur sistem tidak tetap

2.3 KALOR

Kalor merupakan panas yang bisa berpindah dari benda yang memiliki


kelebihan kalor menuju benda yang kekurangan kalor. Kalor biasanya dinyatakan
dalam suhu. Dalam satuan internasional, kalor dinyatakan dengan Joule. Satuan
lainnya dinyatakan dengan kalori. Nah, kamu juga perlu tahu pernyataan ini:
 1 kalori didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan untuk
memanaskan sebanyak 1 kg air sebesar 1⁰C.
 1 kalori = 4.2 joule dan 1 joule = 0.24 kalori

2.3.1 Jenis – jenis kalor :


1. Kalor Jenis
RG Squad sudah pernah mendengar istilah kalor jenis, kan? Kalor jenis
adalah banyaknya kalor yang diserap atau diperlukan oleh 1 gram zat untuk

13
menaikkan suhu sebesar 1⁰C. Kalor jenis juga diartikan sebagai kemampuan suatu
benda untuk melepas atau menerima kalor. Masing-masing benda mempunyai
kalor jenis yang berbeda-beda, lho. Satuan kalor jenis ialah J/kg⁰C.

c = Q / m.ΔT
Keterangan:
c = kalor jenis zat (J/kg⁰C)
Q = banyaknya kalor yang dilepas atau diterima oleh suatu benda (Joule)
m = massa benda yang menerima atau melepas kalor (kg)
ΔT = perubahan suhu (⁰C)

2. Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor adalah jumlah kalor yang diserap oleh benda bermassa tertentu
untuk menaikkan suhu sebesar 1⁰C. Satuan kapasitas kalor dalam sistem
international ialah J/K. Perpindahan kalor juga bisa dihitung besarannya, lho. RG
Squad bisa menggunakan rumus di bawah ini.

Q = m.c.ΔT

Keterangan :
Q   : banyaknya kalor yang diterima atau dilepas oleh suatu benda (J)
m   : massa benda yang menerima atau melepas kalor (kg)
c    : kalor jenis zat (J/kg⁰C)
ΔT : perubahan suhu (⁰C)

Selain itu, ada rumus lain untuk menentukan kapasitas kalor itu sendiri, yaitu :

C = m. c
Keterangan :
C = kapasitas kalor (J/K)
m = massa benda yang menerima atau melepas kalor (kg)
c = kalor jenis zat (J/kg.K)
Untuk lebih mempermudah lagi, kita akan berikan nilai tetapan dari kalor
jenis masing-masing zat yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai dari kalor jenis beberapa zat adalah sebagai berikut:

2.3.2 Perpindahan Panas


Perpindahan panas dapat dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan medium
perantaranya. Tiga jenis perpindahan panas tersebut adalah konduksi, konveksi,
dan radiasi.

14
a. Konduksi
Konduksi berarti energi panas bergerak tanpa disertai pergerakan permanen
medium yang menjadi penghantar panas. Contoh konduksi adalah rambatan panas
pada material logam seperti besi, kawat, dan alumunium. Pada level molekuler,
konduksi terjadi karena adanya tubrukan antara molekul berkecapatan lebih tinggi
dengan molekul berkecepatan lebih rendah. Hal ini menghasilkan
peningkatan energi kinetik molekular yang selanjutnya meningkatkan suhu.
b. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi seiring dengan perpindahan
zat perantara atau medum. Contoh dari konveksi adalah pendinginan ruangan
dengan AC dan pemanasan air. Pada level molekular, peningkatan suhu akan
berpengaruh pada peningkatan volume dan juga kerapatan medium. Medium yang
lebih renggang akan bergerak ke bawah, dan medium yang rapat bergerak ke atas.
Medium yang lebih renggang adalah medium yang bersuhu lebih rendah,
sebaliknya medium lebih rapat berarti suhu lebih tinggi. Pergerakan antar medium
inilah yang mengakibatkan perpindahan panas.
c. Radiasi
Radiasi adalah penghantaran energi panas tanpa dibutuhkan penghantar. Panas
ditransmisikan dengan emisi gelombang elektromagnetik. Pada level molekular,
radiasi panas terjadi karena pergerakan acak momentum dan atom akibat radiasi
elektromagnetik. Setiap benda akan mengeluarkan radiasi termal, bergantung dari
panas yang dimiliki. Semakin panas objek tersebut makan semakin besar
radiasinya. Salah satu contoh radiasi panas adalah perpindahan energi panas dari
matahari ke bumi dan benda-benda antariksa lainnya.
Ketiga jenis perpindahan panas tersebut dapat terjadi sekaligus pada suatu
proses pemanasan. Contohnya adalah proses memanaskan panci berisi air di atas
kompor seperti pada gambar berikut. Rambatan panas api dari kompor ke panci
adalah proses radiasi, kemudian air yang panas di bagian bawah panci akan
bergerak ke atas bertukar posisi dengan air di bagian atas menghasilkan transfer
panas melalui konveksi, dan panas yang terdapat di pemegang panci yang terbuat
dari logam dapat dihantarkan ke tangan melalui proses konduksi.

15
2.3.3 Asas Black
Asas Black adalah prinsip yang berada
dalam ilmu termodimakia telah
dikemukakan oleh seorang ilmuan Fisika
Joseph Black. Asas ini menjabarkan
beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

Jika dua buah benda yang berbeda


yang dalam suhunya dicampurkan, benda yang panas akan memberi sebuah kalor
pada benda yang dingin sehingga suhu tersebut akhirnya sama.
Jumlah kalor yang diserap benda dingin akan sama pada jumlah kalor yang
dilepas dari benda panas. Benda yang didinginkan akan melepaskan kalor yang
sama besar dengan kalor yang diserap jika dipanaskan.

Bunyi Asas Black, yaitu:

“Pada pencampuran dua zat, banyaknya jumlah kalor yang dilepas zat yang
suhunya lebih tinggi sama dengan banyaknya jumlah kalor yang diterima oleh zat
yang suhunya ialah lebih rendah”

Secara matematis, Asas Black dinyatakan sebagai berikut.

Jika terdapat dua materi dengan suhu berbeda dicampurkan menjadi satu,
asas black dapat digunakan untuk mengetahui suhu akhir campuran.
Penerapannya secara matematis adalah sebagai berikut.

Keterangan :
m1 = Massa materi bersuhu lebih tinggi
c1 = Kalor jenis materi bersuhu lebih tinggi
T1 = Suhu materi bersuhu lebih tinggi
m2 = Massa materi bersuhu lebih rendah
c2 = Kalor jenis materi bersuhu lebih rendah
T2 = Suhu materi bersuhu lebih rendah
Tm = Suhu akhir campuran
Nama-nama kalor laten, antara lain adalah sebagai berikut:
 Pada saat melebur disebut kalor lebur
 Pada saat menguap disebut kalor uap
 Pada saat menyublim disebut kalor sublim
 Pada saat membeku disebut kalor beku
 Pada saat mengembun disebut kalor embun

16
Dari masing-masing nama kalor laten terdapat kesamaan dari masing-masing nama
kalor laten tersebut yang dilakukan oleh para ilmuwan sebagai berikut:

Kalor uap = Kalor embun


Kalor lebur = Kalor beku

Dari rumus menghitung kalor total yang telah dituliskan diatas untuk mencari nilai
dari kalor dalam wujud es sampai menjadi uap jenuh digambarkan sebagai berikut:

CONTOH SOAL :
1. Sebuah kalorimeter dengan kapasitas 80 J/ºC mula-mula diisi dengan 200 g air
dengan suhu 100ºC. Kemudian ke dalam kalorimeter di masukkan sebuah logam yang
bermassa100 g dengan suhu 40ºC. Setelah tercapai kesetimbangan termal diperoleh
suhu akhir campuran 60ºC. Berapakah kalor jenis logam tersebut? (kalor jenis air = 1
kal/g ºC).
Diketahui:   Ck = 80 J/ºC = 19,2 kal/ºC
                 m(a) = 200 g
                 T(a) = T(k) = 100ºC
                 m(l) = 100 g
                  T(l) = 400ºC
               C(a) = 1 kal/g ºC
                      T = 60ºC
Ditanya: Cl = ...?
Jawab

17
Jadi, kalor jenis logam sebesar 4,384 kal/g ºC.

2. Jika teh sebanyak 200 cm3 didalam suhu 95oC lalu dituangkan ke dalam cangkir
gelas sebanyak 150 g pada suhu 25oC, berapakah suhu akhir (T) dari campuran ketika
dicapai kesetimbangan, dengan menganggap tidak ada sebuah kalor yang mengalir ke
sekelilingnya? (kalor jenis cangkir gelas yaitu 840 J/kgoC)

Penyelesaian:

Diketahui:
teh sebagian besar adalah air, maka kalor jenisnya yaitu kalor jenis air.

 cteh = cair = 4.200 J/kgoC


 Vteh = 200 cm3 = 200 × 10-6 m3
 mteh = ρteh × Vteh
 mteh = ρair × Vteh
 mteh = (1,0 × 103 kg/m3)(200 × 10-6 m3)
 mteh = 200 × 10-3 kg = 0,2 kg
 mgls = 150 g = 0,15 kg
 cgls = 840 J/kgoC
 Tteh = 95oC
 Tgls = 25oC

Ditanyakan: T akhir (Tc) = …?

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa suhu merupakan besaran
yang menyatakan derajad panas suatu benda. Benda yang panas memiliki suhu yang tinggi,
sedangkan suhu yang dingin memiliki suhu yang rendah. dalam SI suhu memiliki satuan
celcius, kelvin, reamur, farenheit.
Kalor adalah energi panas yang berpindah dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke
benda yang beruhu lebih rendah. Sebagai bentuk energi, dalam SI kalor memiliki satuan joule
(J).

19
Pemuaian adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena pengaruh perubahan suhu
atau bertambahnya ukuran suatu benda karena menerima kalor.Pemuaian terjadi pada 3 zat
yaitu pemuaian pada zat padat, pada zat cair, dan pada zat gas.

3.2 Saran

Kami sebagai penyusun makalah, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, kami sebagai penyusun makalah ini
akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran tentang pembahasan makalah diatas.

20

Anda mungkin juga menyukai