Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN AKHIR

PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN II


TANGGAL 21 OKTOBER S/D 07 NOVEMBER 2020
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI PADA IBU
“S” UMUR 20 TAHUN P1A0 2 JAM POST PARTUM
DI RSUD BADUNG MANGUSADA

Oleh:

Nama :Putu Lispiani Oktaria Dewi


NIM : P07124018002
Kelas/Semester : A/V

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI DIII KEBIDANAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi


Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) atas berkat rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan akhir hasil praktik lapangan ini tepat pada
waktunya yang berjudul “Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui pada
Ibu “S” Umur 20 Tahun P1A0 di RSUD Badung Mangusada”
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Praktik Klinik Kebidanan II. Selama proses menyusun laporan ini, penulis
mendapat banyak bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak yang
berhubungan dengan penyusunan laporan ini. Melalui kesempatan ini,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Ni Nyoman Budiani,S.SiT.,M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Kebidanan Politeknik Kesehatan Denpasar.
2. Ni Luh Putu Sri Erawati, S.Si.T., MPH selaku Kaprodi Jurusan
Kebidanan Politekni Kesehatan Denpasar.
3. Ni Made Dwi Purnamayanti, S.Si.T sebagai pembimbing kelompok
yang telah banyak meluangkan waktu untuk proses bimbingan.
4. Orang tua, teman-teman dan pihak lain yang selalu memberikan
dukungan dan semangat.
Dalam laporan ini penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, diharapkan masukan dari semua
pihak berupa saran yang bersifat membangun demi lebih baiknya laporan
ini.

Denpasar, November 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus 2
D. Manfaat Penulisan Laporan 2
BAB II 3
KAJIAN TEORI 3
A. Konsep Dasar Masa Nifas (Pengertian dan Tahapan Masa Nifas) 3
B. Perubahan Fisiologis dan Psikologis Masa Nifas 4
C. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Ibu Nifas 9
D. Kunjungan Masa Nifas 15
E. Manajemen Laktasi 16
F. Tanda Bahaya Masa Nifas 35
G. Manajemen Kebidanan Pada Ibu Nifas 38
BAB III 43
TINJAUAN KASUS 43
BAB IV 49
PEMBAHASAN 49
BAB V 51
PENUTUP 51
A. Simpulan 51
B. Saran 51
DAFTAR PUSTAKA 52

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta
sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara
normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari . Pada
masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis maupun psikologis
seperti perubahan laktasi/pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem
tubuh dan perubahan psikis lainnya. Karena pada masa ini ibu-ibu
yang baru melahirkan mengalami berbagai kejadian yang sangat
kompleks baik fisiologis maupun psikologis. Dalam hal ini tenaga
kesehatan berperan penting dalam membantu ibu sebagai orang tua
baru. Tenaga kesehatan harus memberikan support kepada ibu serta
keluarga untuk menghadapi kehadiran buah hati yang sangat
membutuhkan perhatian dan kasih sayang sehingga dapat memulai
kehidupan sebagai keluarga baru.
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat - alat  kandungan pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama 6  -  8 minggu. Periode nifas
merupakan masa kritis bagi ibu, diperkirakan bahwa 60% kematian 
ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, yang mana 50% dari
kematian ibu tersebut  terjadi dalam 24 jam pertama setelah
persalinan. Selain itu, masa nifas ini juga merupakan  masa kritis bagi
bayi , sebab dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah 
persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 
hari setelah lahir . Untuk itu perawatan selama masa nifas merupakan
hal yang sangat  penting untuk diperhatikan.
Perawatan masa nifas mencakup berbagai aspek mulai dari
pengaturan dalam mobilisasi, anjuran untuk kebersihan diri ,
pengaturan diet, pengaturan miksi dan defekasi, perawatan payudara

1
yang ditujukan terutama untuk kelancaran pemberian air susu ibu guna
pemenuhan nutrisi bayi, dan lain – lain.

B. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari penyusunan laporan ini yaitu
sebagai berikut.
1. Meningkatkan keterampilan dalam pengumpulan data pada ibu
nifas.
2. Meningkatkan keterampilan dalam melakukan analisis data pada
ibu nifas.
3. Meningkatkan keterampilan dalam merumuskan rencana asuhan
kebidanan.
4. Meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan asuhan
kebidanan fisiologis.
5. Meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan evaluasi asuhan
kebidanan.
6. Meningkatkan keterampilan dalam pendokumentasian asuhan
kebidanan dengan metode SOAP.

C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus


Pengambilan kasus dilakukan di rumah masing-masing.

D. Manfaat Penulisan Laporan


Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dalam penyusunan
laporan ini yaitu sebagai berikut.
1. Mahasiswa terampil dalam pengumpulan data pada ibu nifas.
2. Mahasiswa terampil dalam melakukan analisis data pada ibu nifas.
3. Mahasiswa terampil dalam merumuskan rencana asuhan kebidanan.
4. Mahasiswa terampil dalam melaksanakan asuhan kebidanan
fisiologis.
5. Mahasiswa terampil dalam melaksanakan evaluasi asuhan
kebidanan.
6. Mahasiswa terampil dalam pendokumentasian asuhan kebidanan
dengan metode SOAP.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Konsep Dasar Masa Nifas (Pengertian dan Tahapan Masa Nifas)


1. Pengertian masa nifas
Masa nifas atau postpartum disebut juga puerpurium yang
berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi
dan “Parous” berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari
rahim karena sebab melahirkan atau setelah melahirkan.
Masa nifas (puerpurium) dimulai sejak plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu.
Puerperium (nifas) berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari,
merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan
pada keadaan yang normal. Jadi masa nifas adalah masa yang
dimulai dari plasenta lahir sampai alatalat kandungan kembali
seperti sebelum hamil, dan memerlukan waktu kira-kira 6 minggu.
2. Tahapan masa nifas
Berikut ada tiga tahapan pada masa nifas yaitu :
a. Puerperium Dini Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam dianggap bersih
dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium Intermedial Kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote Puerperium Waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan.

3
B. Perubahan Fisiologis dan Psikologis Masa Nifas
1. Perubahan fisiologis pada masa nifas
Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk
menyesuaikan dengan kondisi postpartum. Organ-organ tubuh ibu
yang mengalami perubahan setelah melahirkan antara lain:
a. Perubahan sistem reproduksi
1) Involusi uterus merupakan suatu proses kembalinya uterus
pada kondisi sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui
dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana
Tinggi Fundus Uterinya (TFU).
2) Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.
Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-
beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap
menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan
warna dan volume karena adanya proses involusi. Lokhea
dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu
keluarnya:
a) Lokhea rubra
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena
terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding
rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
b) Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir,
serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7
postpartum.
c) Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena
mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi
plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke14.
d) Lokhea alba

4
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.
Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu
postpartum.
3) Perubahan Vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan,
serta peregangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada
keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia
menjadi lebih menonjol.
4) Perubahan Perineum Segera setelah melahirkan, perineum
menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan
bayi yang bergerak maju. Pada postpartum hari ke-5,
perinium sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya,
sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum
hamil.
b. Perubahan sistem pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan
mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,
pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan,
kurangnya asupan makan, hemoroid dan kurangnya aktivitas
tubuh.
c. Perubahan sistem perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit
untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab dari
keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher
kandung kemih setelah mengalami kompresi (tekanan) antara
kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.
Kadar hormon estrogen yang besifat menahan air akan

5
mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut
“diuresis”.

d. Perubahan sistem musculoskeletal


Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh
darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan
terjepit, sehingga akan menghentikan perdarahan. Ligamen-
ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu
persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih
kembali. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu
setelah persalinan.
e. Perubahan sistem kardiovaskuler
Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba-tiba. Volume darah
bertambah, sehingga akan menimbulkan dekompensasi kordis
pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan
mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi
sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada
umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima
postpartum.
f. Perubahan tanda-tanda vital
Pada masa nifas tanda-tanda vital yang harus dikaji yaitu sebagai
berikut:
1) Suhu badan
Dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu badan akan naik
sedikit (37,50 – 38◦ C) akibat dari kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila dalam keadaan
normal, suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya pada hari
ketiga suhu badan naik lagi karena ada pembentukan Air Susu
Ibu (ASI). Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi
pada endometrium.
2) Nadi

6
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit.
Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat.
Denyut nadi yang melebihi 100x/ menit, harus waspada
kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan postpartum.

3) Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan
darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada
perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat postpartum
menandakan terjadinya preeklampsi postpartum.
4) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan
suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan
juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus
pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa postpartum
menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
2. Perubahan psikologis pada masa nifas
Perubahan psikologi sebenarnya sudah dialami oleh wanita
sejak hamil. Wanita hamil akan mengalami perubahan psikologis
yang nyata sehingga memerlukan adaptasi. Perubahan mood seperti
sering menangis, lekas marah, dan sering sedih atau cepat berubah
menjadi senang merupakan manifestasi dari emosi yang labil.
Proses adaptasi berbeda-beda antara satu ibu dengan ibu yang lain.
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang
harus dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi
yang baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya
merupakan dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi
setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut:
a. Fase Taking In
Fase taking in berlangsung selama 1-2 hari setelah
melahirkan yang merupakan periode ketergantungan. Periode ini
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah

7
melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada
dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses
persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu
bicara tentang dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang dialami
ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang
tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari.
Hal tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah
gangguan psikologis yang mungkin dialami, seperti mudah
tersinggung, menangis. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi
pasif. Pada fase ini petugas kesehatan harus menggunakan
pendekatan yang empatik agar ibu dapat melewati fase ini dengan
baik.
b. Fase Taking Hold
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari
setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat
bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung dan gampang marah. Kita perlu berhati-hati menjaga
komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan untuk
menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehatan
pada fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk
memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehatan
yang diperlukan ibu nifas. Tugas kita adalah mengajarkan cara
merawat bayi, cara menyusu yang benar, cara merawat luka
jahitan, senam nifas, memberikan pendidikan kesehatan yang
dibutuhkan ibu seperti gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.
c. Fase Letting Go
Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan
peran barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah
melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui
sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya.

8
Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada
fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani peran
barunya. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase
sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri
dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya. Dukungan suami
dan keluarga masih terus diperlukan oleh ibu. Suami dan keluarga
dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah
tangga sehingga ibu tidak telalu terbebani. Ibu memerlukan
istirahat yang cukup, sehingga mendapatkan kondisi fisik yang
bagus untuk dapat merawat bayinya.

C. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Ibu Nifas


Kebutuhan dasar pada ibu nifas yaitu sebagai berikut.
1. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk
keperluan metabolisme. Kebutuhan nutrisi ibu menyusui
meningkat sebesar 25% (meningkat 3x dari kebutuhan biasa). Ini
digunakan untuk memproduksi ASI dan proses kesembuhan
setelah persalinan. Makanan yang dikonsumsi harus sesuai
dengan porsi yang cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas dan
berlemak. Tidak mengandung alkohol, nikotin serta pengawet dan
pewarna. Kandungan gizi yang terdapat dalam makanan yang
dikonsumsi ibu nifas harus mengandung unsur:
a) Sumber energi (karbohidrat)
Bahan makanan yang mengandung sumber energi adalah
beras, jagung, tepung terigu, sagu dan ubi. Sedangkan lemak
dapat diperoleh dari hewani (mentega, keju) dan nabati (kelapa
sawit, minyak sayur, minyak kelapa dan margarine). Makanan
tersebut berfungsi untuk pembakaran tubuh, pembentukan
jaringan baru. Penghematan protein (bila sumber energy
berkurang protein dapat digunakan sebagai cadangan untuk
memenuhi kebutuhan energy).
b) Sumber pembangun (protein)

9
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel
yang rusak/mati. Sumber protein hewani (ikan, udang, kerang,
kepiting, daging ayam, hati,telur, susu dan keju) dan protein
nabati (kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, kedelai,
tahu dan tempe). Sumber protein terlengkap terdapat dalam
susu, telur dan keju. Selain itu juga mengandung zat kapur, zat
besi dan vit.B
c) Sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin dan air)
Berfungsi untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan
pengatur kelancaran metabolism dalam tubuh. Ibu menyusui
minum air putih minimal 3 liter/ hari. Ibu dianjurkan untuk
minum setiap selesai menyusui. Sumber makanan tersebut
terdapat dalam semua jenis sayuran dan buah-buahan segar.
Jenis-jenis mineral yaitu sebagai berikut.
1) Zat kapur
Untuk pembentukan tulang. Sumber: susu, keju, kacang-
kacangan dan sayuran warna hijau.
2) Fosfor
Dibutuhkan untuk pembentukan kerangka dan gigi anak.
Sumber: susu, keju, daging.
3) Zat besi
Zat besi dibutuhkan untuk kenaikan sirkulasi darah dan sel
serta menambah sel darah merah (HB) sehingga daya
angkut oksigen mencukupi kebutuhan. Sumber: kuning telur,
hati, daging, kerang, ikan, kacang-kacangan dan sayuran
hijau.
4) Yodium Untuk mencegah timbulnya kelemahan mental dan
kekerdilan fisik. Sumber: minyak ikan, ikan laut, garam
beryodium.
5) Kalsium Untuk pertumbuhan gigi anak. Sumber: susu dan
keju.
6) Vitamin

10
(a) Vitamin A
Untuk pertumbuhan sel, jaringan, gigi dan tulang,
perkembangan syaraf penglihatan, meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap infeksi. Sumber : kuning telur, hati,
mentega, sayuran hijau, buah yang berwarna kuning
(wortel, tomat, nangka). Vitamin A 200.000 IU.
(b) Vitamin B1 (Thiamin)
Untuk membantu metabolisme karbohidrat, kerja syaraf
dan jantung yang normal,nafsu makan yang baik,
membantu proses pencernaan makanan, meningkatkan
pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mengurangi
kelelahan. Sumber: hati, kuning telur,susu,kacang-
kacangan, tomat,jeruk, nanas, kentang.
(c) Vitamin B2 (Riboflavin)
Untuk pertumbuhan, vitalitas, nafsu makan, pencernaan,
system urat syaraf, jaringan kulit dan mata. Sumber: hati,
kuning telur, susu, keju, kacang-kacangan, sayuran
berwarna hijau.
(d) Vitamin B6 (Pyridoksin)
Untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan gigi
dan gusi. Sumber: gandum, jagung, hati dan daging.
(e) Vitamin B12 (Cyanocobalamin)
Untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan
jaringan syaraf. Sumber: telur, daging, hati, keju, ikan
laut dan kerang laut.
(f) Folic acid
Untuk pertumbuhan dan pembentukan sel darah merah
dan produksi inti sel. Sumber: hati, daging, ikan, jeroan
dan sayuran hijau.
(g) Vitamin C
Untuk pembentukan jaringan ikat, penyembuhan luka,
pertumbuhan tulang, gigi, gusi,daya tahan terhadap

11
infeksi dan memberikan kekuatan pada pembuluh darah.
Sumber: jeruk, tomat, melon, brokoli, jambu biji, mangga,
papaya dan sayuran.
(h) Vitamin D
Untuk pertumbuhan, pembentukan tulang dan gigi,
penyerapan kalsium, fosfor. Sumber: minyak ikan, susu,
margarine, penyinaran kulit pada sinar matahari pagi
sebelum pk. 09.00.
(i) Vitamin K
Untuk mencegah perdarahan agar proses pembekuan
darah normal. Sumber: kuning telur, hati, brokoli,
asparagus dan bayam
2. Kebutuhan ambulasi
Ibu sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur 24-48 jam
postpartum. Keuntungan ambulasi dini:
a. Klien merasa lebih sehat dan lebih kuat
b. Faal usus dan kandung kencing lebih baik
c. Untuk mengajari ibu dalam perawatan bayi sehari-hari
3. Kebutuhan eliminasi (BAB/BAK)
BAK harus sudah dapat
dilakukan secra spontan setiap 3-4 jam. Bila ibu tidak bisa BAK
secara spontan dilakukan tindakan:
a. Merangsang mengalirkan air kran dekat klien
b. Mengkompres air hangat diatas sympisis
Bila upaya tersebut tetap tidak bisa baru dilakukan kateterisasi.
BAB biasanya sudah bisa dilakukan setelah hari ke-3. Bila
belum bisa BAB diberikan suppositoria dan minum air hangat.
perlu diberikan diit secara teratur, minum cairan yang banyak,
makan cukup serat dan olahraga.
4. Kebutuhan kebersihan diri
a. Perawatan payudara

12
Telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas,
tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui
bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentkan dengan
cara:
1) Pembalutan mammae sampai tertekan
2) Pemberian obat esterogen untuk supres LH
b. Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi sejak dari kehamilan terjadi
perubahan pada kelenjar mammae. Bila bayi mulai disusui,
isapan pada puting merupakan rangsangan yang psikis yang
secara reflektoris, mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh
hipofise. Produksi ASI akan lebih banyak. Sebagai efek positif
adalah involusi uteri akan lebih sempurna. Disamping itu, ASI
merupakan makanan utama bagi bayi yang tidak ada
bandingannya. Tanda bayi mendapat cukup ASI:
1) Bayi BAK 6 kali dalam 24 jam
2) Bayi ada BAB
3) Bayi tampak puas
4) Menyusui 10 – 12 kali dalam 24 jam
5) Payudara ibu tampak lonjong dan terasa lembut
6) Bayi bertambah berat badan
7) Ibu merasakan aliran ASI
c. Pemeriksaan Pasca Persalinan
1) Pemeriksaan umum: TD, nadi, keluhan
2) KU, suhu, selera makan, dll
3) Payudara: ASI, puting susu
4) Dinding perut, perineum, kandung kemih
5) Sekret yang keluar, lochea, flour albus
6) Keadaan alat kandungan
d. Kebersihan Diri
1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh/personal hygiene
2) Anjurkan kebersihan daerah genitalia

13
3) Sarankan untuk sering mengganti pembalut
4) Cuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan alat
genitalia.
5) Jika ada luka episiotomi/laserasi, hindari menyentuh daerah
luka, kompres luka tersebut dengan kassa bethadine setiap
pagi dan sore hari untuk pengeringan luka dan menghindari
terjadinya infeksi

5. Kebutuhan istirahat dan tidur


a. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup tidur siang 1-2 jam dan tidur
pada malam hari 7-8 jam.
b. Sarankan kembali pada kegiatan rumah tangga secara
perlahan.
c. Sarankan untuk istirahat siang selagi bayi tidur
d. Kurang istirahat dapat menyebabkan:
1) Kurangnya suplai ASI
2) Memperlambat proses involusi
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat bayi
sendiri.
6. Kebutuhan seksual
a. Secara fisik aman, begitu darah merah berhenti dan ibu dapat
memasukkan satu atau dua jari
b. Tradisi yang menunda hubungan suami istri sampai waktu
tertentu. Hal ini tergantung pasangan
c. Begitu darah merah berhenti, boleh melakukan hubungan
suami istri
d. Untuk kesehatan sebaiknya ibu mengikuti program KB
e. Pada saat permulaan hubungan seksual perhatikan umlah
waktu, penggunaan kontrasepsi (jika menggunakan),
dispareuni, kenikmatan dan kepuasan wanita dan pasangan
serta masih dalam hubungan seksual.

14
7. Kebutuhan latihan atau senam nifas
Latihan yang paling penting untuk dilakukan dalam beberapa
minggu pertama setelah melahirkan adalah beristirahat dan
mengenal bayinya. Relaksasi dan tidur adalah hal yang sangat
penting. Semua wanita akan sembuh dari persalinannya dengan
waktu yang berbeda-beda, ingatkan ibu agar bersikap ramah
terhadap dirinya sendiri. Banyak diantara senam post partum
sebenarnya adalah sama dengan senam antenatal. Hal yang
penting bagi ibu adalah agar senam tersebut hendaknya dilakukan
secara perlahan kemudian semakin lama semakin sering/kuat.
Latihan pasca persalinan dikenal sebagai senam nifas
sesungguhnya lebih sekedar mengencangkan kembali otot-otot
yang kendur dan membuang lemak tubuh yang tidak perlu,
banyak lagi manfaat yang didapat dari senam ini sehingga bidan
perlu memberikan penjelasan dan petunjuk senam nifas kepada
ibu pasca persalinan dan keluarganya. Kondisi yang kendor
setelah melahirkan harus segera dipulihkan, karena selain bayi
yang dilahirkan membutuhkan kasih sayang dari seorang ibunya,
juga suami yang kita cintai. Untuk itulah pemulihan kondisi harus
dilakukan seawal mungkin sesuai kondisi. Mobilisasi dan gerakan-
gerakan sederhana sudah dapat dimulai selagi ibu masih berada
di klinik atau Rumah Sakit, supaya involusi berjalan dengan baik
dan otot-otot mendapatkan tonus, elastisitas dan fungsinya
kembali seperti semula.

D. Kunjungan Masa Nifas


Pelayanan masa nifas setelah melahirkan dengan melakukan
kunjungan rumah yaitu sebagai berikut:
1. KF 1: masa enam jam sampai tiga hari setelah persalinan,
pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan tanda-tanda
vital, pemantauan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan
yang keluar melalui vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran

15
ASI eksklusif 6 bulan, pemberian 2 kapsul vitamin A, minum tablet
penambah darah setiap hari, dan pelayanan KB pascasalin.
2. KF 2: hari keempat sampai hari ke-28 setelah persalinan,
pemeriksaan yang dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemantauan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang
keluar melalui vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI
eksklusif 6 bulan, minum tablet penambah darah setiap hari, dan
pelayanan KB pascasalin.
3. KF 3: hari ke-29 sampai hari ke-42 setelah melahirkan,
pemeriksaan yang dilakukan sama dengan saat melakukan
kunjungan KF2.

E. Manajemen Laktasi
1. Anatomi dan fisiologi payudara
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di
bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah
memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai
sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200
gram, saat hamil 600 gr dan saat menyusui 800 gram. Pada
payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu:
a. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
b. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
c. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak
payudara.
Berikut penjelasan mengenai bagian-bagian payudara.
a. Korpus
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Alveoli
Merupakan kantong penghasil ASI yang berjumlah jutaan.
Hormon prolaktin mempengaruhi sel alveoli untuk
menghasilkan ASI. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner,
jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.

16
Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa
lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap
payudara. ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil
(duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung
membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
b. Areola
Areola merupakan daerah berwarna gelap yang mengelilingi
puting susu. Areola terdiri dari kelenjar-kelenjar kecil yang
disebut sebagai kelenjar Montgomery, yang menghasilkan
cairan berminyak untuk menjaga kesehatan kulit di sekitar
areola. Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang
besar melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan
bermuara ke luar. Duktus laktiferus Merupakan saluran kecil
yang berfungsi menyalurkan ASI dari alveoli ke sinus laktiferus.
Sinus laktiferus disebut juga sebagai ampula. Merupakan
saluran ASI yang melebar dan membentuk kantung di sekitar
aerola, yang berfungsi untuk menyimpan ASI.Di dalam dinding
alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila
berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
c. Papilla
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/
datar, panjang dan terbenam (inverted).
Jaringan lemak di sekeliling alveoli dan duktus laktiferus
menentukan besar kecilnya ukuran payudara. Ukuran payudara
yang besar atau kecil memiliki alveoli dan sinus laktiferusyang
sama, sehingga dapat menghasilkan ASI yang sama
banyaknya. Di sekeliling alveoli juga terdapat otot polos yang
akan berkontraksi dan memeras keluar ASI. Keberadaan
hormon oksitosin menyebabkan otot tersebut berkontraksi.
2. Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu
produksi ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin). Secara

17
alamiah akibat pengaruh hormon maka akan terjadi perubahan
secara bertahap sesuai umur dan kondisi menurut (Wiji & Mulyani,
2013) terdiri dari proses:
a. Mammogenesis, yaitu pembentukan kelenjar payudara.
Pembentukan kelenjar payudara dimulai dari sebelum pubertas,
masa siklus menstruasi dan masa kehamilan. Pada masa
kehamilan akan mengalami peningkatan yang jelas dari
duktulus yang baru, percabangan dan lobulus yang dipengaruhi
oleh hormon placenta dan korpus luteum. Hormon yang ikut
membantu mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin,
laktogen placenta, korionik gonadotropin, insulin, kortisol,
hormon tiroid, hormon paratiroid dan hormon pertumbuhan.
Pada usia tiga bulan kehamilan prolaktin dari adenohipofise
(hipofise anterior) mulai merangsang kelenjar air susu untuk
menghasilkan air susu yang disebut kolostrum. Pada masa ini
estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran
kolostrum masih terhambat, tetapi jumlah prolaktin meningkat
ketika aktifitasnya dalam pembuatan kolostrum yang ditekan.
Setelah melahirkan estrogen dan progesteron akan menurun
dan prolaktin akan meningkat, oksitosin (hipofise posterior)
meningkat bila ada rangsangan hisap, sel miopitelium buah
dada berkontraksi.
b. Galaktogenesis, yaitu proses pembentukan atau produksi ASI
Pada seorang ibu menyusui dikenal 2 refleks yang
masingmasing berperan sebagai pembentukan dan
pengeluaran air susu yaitu refleks oksitosin atau let down
refleks dan reflek prolaktin.
c. Galaktopoesis, yaitu proses mempertahankan produksi ASI
Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan
mengatur kadar oksitosin dan prolaktin dalam darah. Hormon-
hormon ini berfungsi untuk pengeluaran dan pemeliharaan
penyediaan air susu selama menyusui. Proses pemberian ASI

18
memerlukan pembuatan dan pengeluaran air susu dari alveoli
ke sistem duktus. Bila susu tidak dikeluarkan mengakibatkan
berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang menyebabkan
terlambatnya proses menyusui. Kekuatan isapan kurang
disebabkan oleh berkurangnya rangsangan menyusu oleh bayi,
frekuensi isapan yang kurang dari singkatnya waktu menyusui
berarti pelepasan prolaktin dari hipofise berkurang, sehingga
pembuatan air susu berkurang, karena diperlukan kadar
prolaktin yang cukup untuk mempertahankan pengeluaan air
susu mulai sejak minggu pertama kelahiran. Komponen
penghambat pengeluaran prolaktin yang belum jelas bahannya
menyebabkan terhambatnya pengeluaran prolaktin, beberapa
bahan seperti dopamin, serotonin, katekolamin, dihubungkan
ada kaitannya dengan pengeluaran prolaktin. Oksitosin
berfungsi pada sel-sel moepitelium pada alveoli kelenjar
mamae. Hormon ini berperan untuk memacu kontraksi otot
polos yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran
sehingga ASI dipompa keluar. Semakin sering menyusi,
pengosongan alveolus dan saluran semakin baik sehingga
kemungkinan terjadinya bendungan susu semakin kecil dan
menyusui akan semakin lancar. Jadi peranan oksitosin dan
prolaktin mutlak diperlukan dalam laktasi.
d. Reflek laktasi dimasa laktasi, terdapat dua mekanisme refleks
pada ibu yaitu refleks prolaktin dan refleks oksitosin yang
berperan dalam produksi ASI dan involusi uterus (khususnya
pada masa nifas). Berikut penelasan kedua reflex yang
berperan dalam produksi ASI dan involusi uterus:
1) Refleks Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan
untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas
dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan
progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat

19
lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum
maka estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan
bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara,
karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai
reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke
hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan
menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin
dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu
sekresiprolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin akan
merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin.
Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan
menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai
penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun
pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang
tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada
minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin
akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau
pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting
susu
2) Refleks Aliran (Let Down Reflek/oksitosin)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh
hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi
dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang
kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon
ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi.
Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat,
keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan
selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke
mulut bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan let down
adalah: melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium

20
bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor-faktor yang
menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan
bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas.
Pada bayi, terdapat 3 jenis refleks yaitu sebagai berikut.
1) Refleks mencari putting susu (Rooting reflex)
Mulut bayi akan mendekat ke arah dimana terjadi sentuhan
pada pipinya. Bayi akan membuka mulutnya apabila bibirnya
disentuh dan berusaha untuk menghisap benda yang
disentuhkan tersebut.
2) Refleks menghisap (Sucking reflex)
Rangsangan putting susu pada langit-langit bayi
menyebabkan refleks menghisap yang dilakukan oleh bayi.
Isapan ini akan menimbulkan areola dan putting susu ibu
tertekan, lidah dan langit-langit bayi sehingga sinus laktiferus
dibawah areola dan ASI terpancar keluar.
3) Refleks menelan (Swallowing reflex)
Kumpulan ASI di dalam mulut bayi menekan otot-otot di
daerah mulut dan faring untuk mengaktifkan refleks menelan
dan mendorong ASI ke dalam lambung bayi.
3. Air Susu Ibu (ASI)
a. Pengertian ASI
ASI merupakan hasil sekresi kedua belah kelenjar
payudara ibu berupa susu terbaik bernutrisi dan berenergi
tinggi yang mudah dicerna dan mengandung komposisi nutrisi
yang seimbang dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi
yang tersedia setiap saat, siap disajikan dalam dalam kondisi
apapun. ASI eksklusif merupakan pemberian ASI (Air Susu
Ibu) sedini mungkin setelah melahirkan, diberikan tanpa jadwal
dan tidak memberikan air putih ataupun makanan lainnya,
sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai
dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI
sampai bayi berumur dua tahun.

21
ASI juga mengandung beberapa mikronutrien yang dapat
membantu memperkuat daya tahan tubuh bayi. Selain itu
pemberian ASI minimal 6 bulan juga dapat menghindarkan bayi
dari obesitas atau kelebihan berat badan karena ASI membantu
menstabilkan pertumbuhan lemak bayi.
b. Manfaat ASI
Di banding dengan yang lain ASI memiliki beberapa
keunggulan yaitu:
1) Mengandung semua zat gizi dalam susunan dan jumlah
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi
2) Tidak memberatkan fungsi saluran pencernaan dan ginjal
3) Mengandung berbagai zat antibodi sehingga mencegah
terjadi infeksi.
4) Tidak mengandung laktoglobulin yang dapat menyebabkan
alergi.
5) Ekonomis dan praktis. Tersedia setiap waktu pada suhu
yang ideal dan dalam keadaan segar serta bebas dari
kuman.
Selain beberapa keunggulan yang ada dalam ASI bidan
perlu juga memahami beberapa manfaat ASI agar dapat
mengkomunikasikan manfaat tersebut kepada ibu, keluarga,
profesi kesehatan lain dan tokoh –tokoh masyarakat.
a) Manfaat bagi Ibu
(1) Aspek Kontrasepsi
Hisapan bayi pada putting susu merangsang hipofise
anterior untuk mengeluarkan prolaktin sehingga
menekan produksi estrogen akibatnya ovulasi tidak
terjadi. Pemberian ASI saja selama 6 bulan secara
efisien akan membrikan efek kontrasepsi sebanyak 98%.
(2) Aspek Kesehatan
Hisapan bayi pada putting susu akan merangsang
hipofise posterior mengeluarkan oksitosin.Oksitosin

22
inilah yang membantu involusi uterus sehingga tidak
terjadi perdarahan. Selain itu dengan menyusui akan
mengurangi resiko kanker payudara dan kanker ovarium
25%.
(3) Aspek penurunan berat badan
Ibu yang menyusui lebih mudah kembali ke berat badan
semula karena cadangan lemak yang da digunakan
dalam produksi ASI.
(4) Aspek psikologis
Dengan menyusui ibu akan merasa bangga dan
diperlukan.
b) Manfaat bagi bayi
(1) Mengandung antibody
(2) Membantu bayi dalam memulai awal kehidupannya
dengan baik.
(3) Mengandung komposisi yang tepat.
(4) Mengurangi kejadian karies dentis
(5) Memberi rasa aman dan nyaman pada bayi karena
adanya ikatan batin ibu dan bayi
(6) Terhindar dari alergi.
(7) Meningkatkan kecerdasan.
(8) Membantu perkembangan rahang dan merangsang
pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi
pada payudara.
c) Manfaat bagi keluarga
(1) Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli dan bayi yang diberi ASI relative
jarang sakit sehingga menghemat pengeluaran untuk
berobat.
(2) Aspek psikologi

23
Dengan menyusui kelahiran lebih jarang (kaitkan dengan
efek kontrasepsi) sehingga hubungan keluarga lebih
baik.
(3) Aspek kemudahan
Menyusui praktis dapat diberikan kapan saja dan dimana
saja. Tidak perlu menyiapkan air masak dan merebus
botol susu.
c. Kandungan gizi dalam ASI
Adapun beberapa kandungan gizi yang terdapat di dalam
ASI adalah sebagai berikut:
1) Karbohidrat
Laktosa (gula susu) merupakan bentuk utama karbohidarat
dalam ASI dimana keberadaannya secara proporsional lebih
besar jumlahnya dari pada susu sapi. Laktosa membantu
mempermudah bermetabolisme menjadi dua gula biasa
(galaktoda dan glukosa) dan menyerap kalsium yang
diperlukan bagi pertumbuhan otak yang cepat yang terjadi
pada masa bayi.
2) Protein
Protein utama dalam ASI adalah air dadih. Mudah dicerna,
air dadih menjadi kerak lembut dimana bahan-bahan gizi
siap diserap ke dalam aliran darah bayi. Sebaliknya, kasein
merupakan protein utama dalam susu sapi. Ketika susu sapi
atau susu formula dari sapi diberikan kepada bayi, kasein
membentuk kerak karet yang tiak mudah dicerna, kadang-
kadang memberikan kontribusi terjadinya konstipasi.
Beberapa komponen protein dalam ASI memainkan peranan
penting dalam melindungi bayi dari penykit dan infeksi.
3) Lemak
Lemak mengandung separuh dari kalori ASI. Salah satu dari
lemak tersebut, kolestrol diperlukan bagi perkembangan
normal sytem saraf bayi, yang meliputi otak. Kolestrol

24
meningkatkan pertumbuhan lapisan khusus pada syaraf
selama berkembang dan menjadi sempurna. Asam lemak
yang cukup kaya keberadaanya dalam ASI, juga
memberikan kontribusi bagi pertumbuhan otak dan syaraf
yang sehat. Asam lemak poly tak jenuh, seperti
decosahexanoic acid (DHA), pada ASI membantu
perkembangan penglihatan.
4) Vitamin
a) Vitamin A
ASI mengandung betakaroten dan vitamin A yang cukup
tinggi. Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A
juga berfungsi mendukung pembelahan sel, kekebalan
tubuh dan pertumbuhan. Inilah alasan bahwa bayi yang
mendapat ASI mempunayi tumbuh kembang dan daya
tahan tubuh yang baik.

b) Vitamin D
ASI hanya sedikit mengandung vitamin D. Sehingga
dengan pemberian ASI eksklusif ditambah dengan
membiarkan bayi terpapar sinar matahari pagi, hal ini
mencegah bayi dari penyakit tulang karena kekurangan
vitamin D.
c) Vitamin E
Salah satu keuntungan ASI adalah mengandung vitamin
E yang cukup tinggi, terutama pada kolostrum dan ASI
transisi awal. Fungsi penting vitamin E dalam tubuh
digunakan untuk ketahanan dinding sel darah merah.
d) Vitamin K
Vitamin K yang terkandung dalam ASI jumlahnya sangat
sedikit sehingga perlu tambahan vitamin K yang

25
biasanya diberikan dalam bentuk suntikan. Vitamin K ini
berfungsi sebagai faktor pembekuan darah.
e) Vitamin yang larut dalam air
Hampir semua vitamin yang larut dalam air terdapat
dalam ASI. Diantaranya adalah vitamin B, vitamin C dan
asam folat. Kadar vitamin B1 dan B2 dalam ASI cukup
tinggi, tetapi kandungan vitamin B6 dan B12 serta asam
folat dalam ASI rendah, terutama pada ibu yang kurang
gizi. Sehingga ibu yang menyusui perlu tambahan
vitamin ini.
5) Mineral
Kandungan mineral dalam ASI memiliki kualitas yang lebih
baik dan mudah diserap dibandingkan dengan mineral yang
terdapat dalam susu sapi. Mineral utama yang terdapat
dalam susu sapi adalah kalsium yang berguna bagi
pertumbuhan jaringan otot rangka, tranmisi jaringan saraf
dan pembekuan darah. Walaupun kadar kalsium pada ASI
lebih rendah daripada susu sapi, namun penyerapannya
lebih besar. Kandungan mineral yang cukup tinggi terdapat
dalam ASI dibandingkan susu sapi dan susu formula adalah
selenium, yang berperan untuk mempercepat pertumbuhan
anak.
6) Air
Air merupaka bahan pokok terbesar dari ASI (sekitar 87%).
Air membantu bayi memelihara suhu tubuh mereka. Bahkan
pada iklim yang sangat panas, ASI mengandung semua air
yang dibutuhkan bayi.
7) Kartinin
Kartinin dalam ASI sangat tinggi. Kartinin berfungsi
membantu proses pembentukan energi yang diperlukan
untuk mempertahankan metabolisme tubuh.
d. Jenis-jenis ASI berdasarkan produksi ASI

26
Jika dilihat dari waktu produksi ASI nya, dibedakan menjadi 3
yaitu sebagai berikut:
1) Kolostrum
Merupakan ASI yang dihasilkan pada hari pertama
sampai hari ketiga setelah bayi lahir. Kolostrum adalah susu
pertama yang dihasilkan oleh payudara ibu berbentuk cairan
berwarna kekuningan atau sirup bening yang mengandung
protein lebih tinggi dan sedikit lemak daripada susu matang.
Kolostrum adalah cairan yang lumayan kental berwarna
kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan dengan ASI
mature, bentuknya lumayan kasar karena menyimpan
butiran lemak dan sel-sel epitel, dengan khasiat:
a) Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran
pencerna siap untuk menerima makanan.
b) Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama
globulin sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh
terhadap infeksi.
c) Mengandung zat antibody yang dapat melindungi tubuh
bayi dari berbagai macam penyakit infeksi untuk jangka
waktu sampai dengan 6 bulan.
Jika di bandingkan dengan ASI mature, kolostrum
memiliki kandungan zat-zat sebagai berikut:
a) Kolostrum mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih
banyak dibandingkan ASI mature.
b) Kolostrum lebih banyak mengandung antibody daripada
ASI mature yang dapat memberikan perlindungan bagi
bayi hingga usia 6 bulan pertama.
c) Kolostrum lebih banyak mengandung immunoglobulin A
(igA), laktoferin dan sel-sel darah putih, yang semuanya
sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi.
d) Kolostrum lebih banyak mengandung protein
dibandingkan ASI mature. Selain itu, protein utama pada

27
ASI mature adalah kasein, sedangkan protein utama
pada kolostrum adalah globulin sehingga dapat
memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.
e) Kolostrum lebih banyak mengandung vitamin dan
mineral dibanding ASI mature.
2) Air susu masa peralihan (masa transisi)
Merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari keempat
sampai hari kesepuluh. Pada masa ini, susu transisi
mengandung lemak dan kalori yang lebih rendah daripada
kolostrum.
3) ASI mature
Asi mature merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari
kesepuluh sampai seterusnya. ASI mature merupakan nutrisi
bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan
byi sampai usia 6 bulan. ASI ini berwarna putih kebiru-biruan
(seperti susu krim) dan mengandung lebih banyak kalori
daripada susu kolostrum ataupun transisi.
e. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI
Ada beberapa hal yang mempengaruhi produksi ASI yaitu
sebagai berikut.
1) Makanan
Produksi ASI dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi
ibu menyusui. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan
gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan
berjalan dengan lancar.
2) Ketenangan jiwa dan pikiran
Untuk menghasilkan ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan
dan pikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang
tertekan, sedih dan tegang akan menurunkan volume ASI.
3) Penggunaan alat kontrasepsi
Agar tidak mengurangi produksi ASI penggunaan alat
kontrasepsi pada ibu menyusui perlu diperhatikan. Contoh

28
alat kontrasepsi yang bisa digunakan adalah IUD, kondom,
pil khusus menyusui ataupun suntik hormonal 3 bulanan.
4) Perawatan payudara
Hormon prolaktin dan oksitosin dihasilkan oleh hipofise
dengan cara merangsang payudara melalui perawatan
payudara.
5) Anatomi payudara
Jumlah lobus pada payudara juga mempengaruhi produksi
ASI. Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomi
papilla mammae atau puting susu ibu. Faktor fisiologi ASI
terbentuk oleh karena pengaruh hormon prolaktin yang
menentukan produksi dan mempertahankan sekresi air susu.
6) Pola istirahat
Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran
ASI. Apabila kondisi ibu kurang istirahat, terlalu lelah maka
ASI juga berkurang. h. Faktor isapan anak atau frekuensi
penyusuan Semakin sering bayi disusui oleh ibu melalui
payudara, maka produksi dan pengeluaran ASI akan
semakin banyak. Frekuensi pemeberian ASI pada bayi
prematur dan cukup bulan berbeda. Dari hasil studi
mengatakan bahwa produksi ASI bayi prematur akan
maksimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari
selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan ASI
dilakukan karena bayi prematur belum bisa menyusu
langsung pada ibu. Sedangkan pada bayi yang cukup bulan
frekuensi pemberian ASI 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu
pertama setelah melahirkan berkaitan dengan produksi ASI
yang cukup. Sehingga direkomendasikan penyusuan paling
sedikit 8 kali pe hari pada periode awal setelah melahirkan.
Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan
stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
7) Berat bayi lahir

29
Bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr) mempunyai
kemampuan menghisap ASI yang lebih baik dibanding Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR). Kekuatan menghisap ASI
meliputi frekuensi dan lama pemberian ASI yang lebih
rendah pada bayi premature dibanding pada bayi berat lahir
normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin
dan oksitosin dalam menghasilkan ASI.
8) Umur kehamilan
Saat melahirkan Umur kehamilan dan berat lahir
mempengaruhi produksi ASI. Bayi yang lahir premature
(umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan
tidak mampu menghisap putting ibu.secara efektif sehingga
produksi ASI lebih sedikit daripada bayi yang lahir cukup
bulan. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi
premature dapat disebabkan berat badan yang rendah dan
belum sempurnanya fungsi organ.

9) Konsumsi rokok dan alkohol


Merokok menyebabkan tergganggunya hormon prolaktin dan
oksitosin sehingga dapat mengurangi volume ASI yang akan
diproduksi. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin
dimana adrenalin akan menghambat pelepasam oksitosin.
Minuman beralkohol dosis rendah dapat menjadikan ibu
merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran
ASI, namun etanol yang terdapat dalam alkohol dapat
menghambat produksi oksitosin.
f. Perbedaan ASI dengan susu formula
Susu formula adalah susu yang dibuat dari susu sapi atau
susu buatan yang diubah komposisinya hingga dapat dipakai
sebagai pengganti ASI. Alasan dipakainya susu sapi sebagai
bahan dasar mungkin oleh banyaknya susu yang dapat
dihasilkan oleh peternak. Susu sapi (susu formula) dan ASI

30
mengandung dua macam protein utama, yaitu whey dan kasein
(casein). Whey adalah protein halus, lembut, dan mudah
dicerna. Kasein adalah protein yang bentuknya kasar,
bergumpal, dan sukar dicerna oleh usus bayi. Protein susu
yang utama adalah whey, sedangkan susu sapi yang utama
adalah casein, ASI mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan
susu sapi mengandung lactoglobulin dan bovine serum albumin
yang sering menyebabkan alergi. Susu sapi tidak mengandung
taurin, taurin adalah protein otak, susunan saraf juga penting
untuk pertumbuhan retina, mengandung kalsium, sedikit
mengandung zat besi, mengandung natrium, kalium, fosfor dan
chlor dan susu formula tidak terdapat sel darah putih, zat
pembunuh bakteri anti bodi, mengandung enzim, hormon dan
juga tidak mengandung factor pertumbuhan (Referensi
kesehatan, 2010).
Kebanyakan susu formula berbasis susu sapi yang
mengandung protein jauh lebih banyak dari protein manusia.
Kita tahu bahwa hewan cenderung lebih cepat pertumbuhannya
dibandingkan dengan manusia. Tidak heran sebuah penelitian
menyebutkan bahwa bayi yang mendapat ASI tidak segemuk
bayi yang mendapat susu formula. Pertumbuhannya lebih
bagus dan jarang sakit. Tidak sedikit bayi diare akibat susu
formula karena gula susu sapi (laktosa) pada beberapa bayi.
Susu formula di pasaran kini banyak mengandung tambahan
nutrisi berupa asam lemak seperti AA dan DHA yang dipercaya
dapat mencerdaskan anak. Namun, bayi tidak memiliki
kemampuan untuk mencerna semua zat gizi tersebut.
Pada bayi produksi enzim belum sempurna untuk dapat
mencerna lemak, sedangkan dalam ASI sudah disiapkan enzim
lipase yang membantu mencerna lemak, dan enzim ini tidak
terdapat pada susu formula atau susu hewan. Lemak yang ada
pada ASI dapat dicerna maksimal oleh tubuh bayi dari pada

31
lemak yang ada pada susu formula, sehingga tinja bayi susu
formula lebih banyak mengandung makanan yang tidak dapat
dicerna oleh tubuhnya.
Kemudian, di dalam ASI terkandung asam lemak esensial
yang tidak didapat di dalam susu sapi atau susu formula. Asam
lemak esensial ini dibutuhkan untuk pertumbuhan otak dan
mata bayi, serta kesehatan pembuluh darah. Di dalam ASI juga
terkandung vitamin C, sehingga bayi ASI tidak perlu mendapat
suplemen vitamin C. Vitamin C biasanya diberikan untuk bayi-
bayi yang diberi susu formula. Zat Besi sangat dibutuhkan oleh
tubuh manusia sehingga tidak terserang anemia (kekurangan
darh akibat defisinesi zat besi).
Saat dilahirkan bayi mempunyai persediaan cukup zat
besi, tetapi itu kembali kepada ibunya, apakah saat hamil dia
mempunyai persediaan zat besi yang cukup. Semua jenis susu
mengandung sedikit zat besi sekitar 100ml, atau 0.5-0.7mg/i,
namun perbedaannya zat besi yang ada pada ASI dapat
dicerna maksimal sampai 50% oleh bayi, berbeda dengan zat
besi yang ada pada susu hewan yang hanya 10% saja. Pada
tahun pertama kehidupannya, bayi sangat rentan terhadap
penyakit, sehingga memerlukan perlindungan ekstra dari
ibunya. ASI mengandung sel-sel darah putih dan sejumlah
faktor anti-infektif yang membantu melindungi bayi dari infeksi.
ASI juga mengandung antibodi terhadap berbagai infeksi yang
pernah dialami ibu sebelumnya.
g. Upaya memperbanyak ASI
Cara yang terbaik untuk menjamin pengeluaran ASI
adalah dengan mengusahakan agar setiap kali menyusui
payudara benar –benar telah menjadi kosong. Karena dengan
pengosongan payudara akan merangsang kelenjar payudara
untuk memproduksi ASI. Selama menyusui ekslusif ibu harus
mendapat 700 kalori pada 0-4 bulan pertama, 500 kalori pada 6

32
bulan berikutnya dan pada tahun kedua adalah 400 kalori.
Berikut ini adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
memperbanyak produksi ASI yaitu sebagai berikut :
1) Pada minggu –minggu pertama harus lebih sering menyusui
untuk merangsang produksi ASI.
2) Motivasi untuk pemberian ASI sedini mungkin yaitu 30 menit
segera setelah bayi lahir.
3) Membina ikatan batin antara ibu dan bayi dengan cara
membiarkan bayi bersama ibunya segera setelah bayi
dilahirkan.
4) Bidan mengajari cara perawatan payudara.
5) Berikan bayi kedua payudara pada setiap kali menyusui.
6) Biarkan bayi menghisap lama pada tiap payudara.
7) Jangan terburu-buru memberi susu formula sebagai
tambahan.
8) Ibu dianjurkan untuk minum banyak baik berupa susu
maupun air putih (8-10 gelas/hari)/1 lt susu perhari untuk
meningkatkan kualitas ASI.
9) Makanan ibu sehari-hari harus cukup dan berkualitas untuk
menunjang pertumbuhan bayi dan menjaga kesehatannya.
10) Ibu harus banyak istirahat dan banyak tidur.
11) Bila jumlah ASI masih tidak cukup dapat dicoba untuk
diberikan tablet Moloco B12 untuk menambah produksi ASI
atau obat-obat lain sesuai petunjuk dokter. Pucuk daun katuk
dan sayuran asin membuat air susu lebih banyak keluar.
12) Menghindari makanan yang menimbulkan kembung (ubi,
singkong, kol, sawi dan daun bawang), makanan yang
merangsang (cabe, merica, jahe, kopi, alcohol), makanan
yang mengandung banyak gula dan lemak.
h. Cara merawat payudara
Perawatan payudara adalah suatu cara yang dilakukan
untuk merawat payudara agar air susu keluar dengan lancar.

33
Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi
darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu, sehingga
pengeluaran ASI lancar. Perawatan payudara dilakukan sedini
mungkin, bahkan tidak menutup kemungkinan perawatan
payudara sebelum hamil sudah mulai dilakukan. Sebelum
menyentuh puting susu, pastikan tangan ibu selalu bersih dan
cuci tangan sebelum menyusui. Kebersihan payudara paling
tidak dilakukan minimal satu kali dalam sehari, dan tidak
diperkenankan mengoleskan krim, minyak, alkohol ataupun
sabun pada puting susunya.
Manfaat dari perawatan payudara adalah menjaga
kebersihan payudara, terutama kebesihan putting susu agar
terhindar dari infeksi, melunakkan serta memperbaiki bentuk
putting susu sehingga bayi dapat menyusu dengan baik,
merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi asi
lancer, mengetahui secara dini kelainan putting susu dan
melakukan usaha-usaha untuk mengatasinya persiapan psikis
ibu menyusui.
Berikut cara melakukan perawatan payudara yang benar
yaitu:
1) Persiapan alat
Alat yang dibutuhkan:
(a) Handuk
(b) Kapas
(c) Minyak kelapa / baby oil
(d) Waslap
(e) Baskom (masing-masing berisi: air hangat dan dingin)
2) Prosedur pelaksanaan:
(a) Buka pakaian ibu
(b) Letakkan handuk diatas pangkuan ibu dan tutuplah
payudara dengan handuk.
(c) Buka handuk pada daerah payudara.

34
(d) Kompres putting susu dengan menggunakan kapas
minyak selama 3-5 menit.
(e) Bersihkan dan tariklah putting susu keluar terutama
untuk putting susu yang datar.
(f) Ketuk-ketuk sekeliling putting susu dengan ujung-ujung
jari.
(g) Kedua telapak tangan dibasahi dengan minyak kelapa
(h) Kedua telapak tangan diletakkankan diantara kedua
payudara.
(i) Pengurutan dimulai kearah atas, samping, telapak
tangan kiri kearah sisi kiri, telapak tangan kanan kearah
sisi kanan. Pengurutun diteruskan samping,selanjutnya
melintang, telapak tangan mengurut kedepan kemudian
dilepas dari kedua payudara.
(j) Telapak tangan kanan kiri menopang payudara kiri,
kemudian jari-jari tangan kanan sisi kelingking
mengurut payudara kearah putting susu. Telapak
tangan kanan menopang payudara dan tangan lainnya
menggengam dan mengurut payudara dari arah
pangkal ke arah putting susu.
(k) Payudara disiram dengan air hangat dan dingan secara
bergantian kira-kira 5 menit (air hangat dahulu).
(l) Keringkan dengan handuk.
(m) Pakailah BH khusus untuk ibu menyusui (BH yang
menyangga payudara).

F. Tanda Bahaya Masa Nifas


Tanda bahaya yang bisa ditemui pada masa nifas yaitu sebagai
berikut.
1. Perdarahan postpartum
Dengan tanda dan gejala secara umum sebagai berikut.
Perdarahan yang membutuhkan lebih dari satu pembalut dalam
waktu satu atau dua jam, sejumlah besar perdarahan berwarna

35
merah terang tiap saat setelah minggu pertama pascapersalinan.
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml
dalam masa 24 jam setelah anak lahir. Menurut waktu terjadinya
dibagi atas dua bagian yaitu: Perdarahan Postpartum Primer
(early postpartum hemorrhage) yang terjadi dalam 24 jam setelah
anak lahir dan perdarahan postpartum sekunder (late postpartum
hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam, biasanya antara hari ke-
5 sampai ke-15 postpartum.
2. Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering
dari perdarahan pasca persalinan. Robekan dapat terjadi
bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan pasca persalinan
dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh
robekan serviks atau vagina. Setelah persalinan harus selalu
dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum.
3. Ruptur uterus
Ruptur spontan uterus jarang terjadi, faktor resiko yang bisa
menyebabkan antara lain grande multipara, malpresentasi, riwayat
operasi uterus sebelumnya, dan persalinan dengan induksi
oxytosin. Rupture uterus sering terjadi akibat jaringan parut
section secarea sebelumnya.
4. Tonus atau tone dimished uterus atau atonia uteri
Tonus atau tone dimished uterus atau atonia uteri adalah
suatu keadaan dimana uterus tidak berkontraksi atau berkontraksi
lemah yang dapat disebabkan oleh overdistensi uterus atau
hipotonia uterus. Overdistensi uterus merupakan faktor risiko
utama untuk terjadinya atonia uteri, dapat disebabkan oleh
kehamilan multifetal, makrosomia janin, polihidramnion atau
kelainan janin (misalnya hidrosefalus berat). Sementara hipotonia
uterus dapat terjadi karena disebabkan oleh persalinan lama atau
tenaga melahirkan yang kuat dan cepat, terutama disebabkan
karena induksi persalinan.

36
5. Sub involusi uterus (Pengecilan uterus yang terganggu)
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi
rahim dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin,
menjadi 40-60 mg pada 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini
kurang baik atau terganggu di sebut sub involusi (Mochtar, 2002).
Faktor penyebab sub involusi, antara lain: sisa plasenta dalam
uterus, endometritis, adanya mioma uteri. Pada keadaan sub
involusi, pemeriksaan bimanual di temukan uterus lebih besar dan
lebih lembek dari seharusnya, fundus masih tinggi, lochea banyak
dan berbau, dan tidak jarang terdapat pula perdarahan.
6. Lochea berbau busuk
Lokhea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina
dalam masa nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari
pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi dan berbau anyir
(cairan ini berasal dari bekas melekatnya atau implantasi
placenta). Apabila pengeluaran lochea lebih lama dari pada yang
disebutkan di atas kemungkinan dapat disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut.
a) Tertinggalnya placenta atau selaput janin karena kontraksi
uterus yang kurang baik.
b) Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lochea rubra
lebih banyak karena kontraksi uterus dengan cepat.
c) Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik
sehingga lebih lama mengeluarkan lochea dan lochea berbau
anyir atau amis.
d) Bila lochea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri perut
bagian bawah kemungkinan analisa diagnosisnya adalah
metritis. Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang
merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Bila
pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi
abses pelvik, peritonitis, syok septik
7. Peritonitis

37
Peritonitis menyerang pada daerah pelvis (pelvio peritonitis).
Gejala klinik antara lain: demam, nyeri perut bawah, keadaan
umum baik. Sedangkan peritonitis umum gejalanya: suhu
meningkat, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri,
terdapat abses pada cavum douglas, defense musculair (perut
tegang dan nyeri), fasies hypocratica. Peritonitis umum dapat
menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian karena infeksi.
8. Parametritis (sellulitis pelvica)
Gejala klinik parametritis adalah: nyeri saat dilakukan periksa
dalam, demam tinggi menetap, nadi cepat, perut nyeri, sebelah
atau kedua bagian bawah terjadi pembentukkan infiltrat yang
dapat teraba selama periksa dalam. Infiltrat terkadang menjadi
abses.
9. Tromboflebitis
Radang pada vena terdiri dari tromboflebitis pelvica dan
tromboflebitis femoralis. Tromboflebitis pelvica yang sering
mengalami peradangan adalah pada vena ovarika, terjadi karena
penyebaran melalui aliran darah dari luka bekas plasenta di
daerah fundus uteri. Sedangkan tromboflebitis femoralis dapat
merupakan tromboflebitis vena safena magna atau peradangan
vena femoralis sendiri, atau merupakan penjalaran tromboflebitis
vena uterin, dan akibat parametritis. Tromboflebitis vena femoralis
disebabkan aliran darah lambat pada lipat paha karena tertekan
ligamentum inguinal dan kadar fibrinogen meningkat pada masa
nifas.
10. Preeklampsia-eklampsia
Preeklampsia dan eklampsia tidak hanya terjadi pada masa
kehamilan, namun pada beberapa kasus preeklampsi/eklampsi
dapat berlanjut hingga pada masa postpartum. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa 67% kasus pre-eklampsia terjadi
selama masa kehamilan atau sebelum kelahiran. Selebihnya, 33%
kasus terjadi setelah proses persalinan dan 79% di antaranya

38
terjadi 48 jam setelah melahirkan. Risiko terjadi preeklampsia
masih cukup tinggi selama hingga 28 hari setelah persalinan.
Secara klinis biasanya diawali dengan hipertensi. Preeklampsi
pasca persalinan (postpartum preeclampsia) biasanya ditandai
dengan gejala hampir sama dengan pre-eklampsia pada masa
hamil. Di antaranya, tekanan darah meningkat (hipertensi), pusing
dan kejang, penglihatan terganggu (pandangan menjadi kabur),
sakit perut, pembengkakan terutama pada kaki, merasa cepat
lelah, serta nyeri otot atau persendian.

G. Manajemen Kebidanan Pada Ibu Nifas


Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir
logis sistematis dalam memberi asuhan kebidanan, agar
menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi
asuhan. Oleh karena itu, manajemen kebidanan merupakan alur fikir
bagi seorang bidan dalam memberikan arah atau menjadi kerangka
pikir dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya.
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan
suatu keputusan yang berfokus pada klien.
Salah satu komponen dalam standar asuhan kebidanan adalah
melakukan pendokumentasian terhadap asuhan yang telah diberikan
oleh bidan, harus dicatat secara benar, singkat, jelas, logis dan
sistematis sesuai dengan standar pendokumentasian. Dokumentasi
sangat penting artinya baik bagi pemberi asuhan maupun penerima
pelayanan asuhan kebidanan, dan dapat digunakan sebagai data
otentik bahwa asuhan telah dilaksanakan. Dokumentasi asuhan
kebidanan juga merupakan bentuk pertanggungjawaban dalam
asuhan kebidanan, sebagai bagian dari responsibility (tanggung
jawab) dan accountability sesuai dengan legal aspect dalam
pelayanan kebidanan.

39
Bidan sebagai tenaga kesehatan yang profesional yang
memberikan asuhan kepada klien memiliki kewajiban dalam
memberikan asuhan untuk menyelamatkan ibu dan anak dengan
menghargai martabat ibu dan anak (welbeing mother and child).
Asuhan kebidanan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan
oleh bidan kepada individu ibu atau anak. Asuhan kebidanan
merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang diarahkan untuk
mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga
yang sehat dan sejahtera. Untuk melaksanakan asuhan kebidanan
tersebut menggunakan metode, pendekatan dan kerangka pikir
(framework) yang disebut manajemen kebidanan. Metode dan
pendekatan digunakan untuk mendalami permasalahan yang dialami
oleh klien, dan kemudian merumuskan permasalahan tersebut serta
akhirnya mengambil langkah pemecahannya. Manajemen kebidanan
membantu proses berpikir bidan dalam melaksanakan asuhan dan
pelayanan kebidanann. Maka dari itu Bidan melakukan pengkajian
dengan pendekatan 7 langkah Varney dan pendokumentasiannya
dengan metode SOAP.
Pendokumentasian kebidanan dengan menggunakan 7 langkah
varney, yang meliputi langkah I pengumpuan data dasar, langkah II
interpretasi data dasar, langkah III mengidentifikasi diagnosa atau
masalah potensial, langkah IV identifikasi kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera, langkah V merencanakan asuhan
yang menyeluruh, langkah VI melaksanakan perencanaan, dan
langkah VII evaluasi. Berikut penjelasan mengenai 7 langkah
Varney:
1. Langkah I: Pengumpulan data dasar Dilakukan pengkajian
dengan pengumpulan semua data yang diperlukan untuk
megevaluasi keadaan klien secara lengkap. Mengumpulkan
semua informasi yang akurat dari sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien.

40
2. Langkah II: Interpretasi data dasar Dilakukan identifikasi yang
benar terhadap diagnosa atau masalah klien atau kebutuhan
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Kata “masalah dan diagnose” keduanya digunakan
karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti
diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan
dalam rencana asuhan kebidanan terhadap klien. Masalah bisa
menyertai diagnose. Kebutuhan adalah suatu bentuk asuhan yang
harus diberikan kepada klien, baik klien tahu ataupun tidak tahu.
3. Langkah III: mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan
pencegahan. Penting untuk melakukan asuhan yang aman.
4. Langkah IV: Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsultaikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi
klien.
5. Langkah V: Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Merencanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yg menyeluruh
meliputi apa yang sudah diidentifikasi dari klien dan dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya.
6. Langkah VI: Melaksanakan perencanaan Melaksanakan rencana
asuhan pada langkah ke lima secara efisien dan aman. Jika bidan
tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab
untuk mengarahkan pelaksanaanya.
7. Langkah VII: Evaluasi Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan

41
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan didalam masalah
dan diagnosa.
Pendokumentasian dengan metode SOAP:
a. Data Subjektif
Data subjektif berhubungan dengan masalah dari sudut pandang
klien. Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang
dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan
berhubungan langsung dengan diagnosis. Pada klien yang
menderita tuna wicara, dibagian data dibagian data dibelakang
huruf “S”, diberi tanda huruf “O” atau”X”. Tanda ini akan
menjelaskan bahwa klien adalah penederita tuna wicara. Data
subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan
disusun.
b. Data Objektif
Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang
jujur, hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan
laboratorium. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau
orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data
penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis klien dan
fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
c. Analisis
Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil analisis dan
intrepretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena
keadaan klien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan
akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data
objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat
dinamis. Di dalam analisis menuntut bidan untuk sering
melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka
mengikuti perkembangan klien. Analisis yang tepat dan akurat
mengikuti perkembangan data klien akan menjamin cepat
diketahuinya perubahan pada klien, dapat terus diikuti dan diambil
keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data adalah melakukan

42
intrepretasi data yang telah dikumpulkan, mencakup diagnosis,
masalah kebidanan, dan kebutuhan.
d. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan
antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif;
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.
Tujuan penatalaksanaan untuk mengusahakan tercapainya
kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan
kesejahteraanya.

BAB III

TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI PADA IBU
“S” UMUR 20 TAHUN P1A0 2 JAM POST PARTUM
DI RSUD BADUNG MANGUSADA

A. DATA SUBYEKTIF ( tanggal 11-10-2020 pukul 03.30 Wita )


1. Identitas Ibu Suami

43
Nama : Ibu “S” Bp. “S”
Umur : 20 tahun 28 tahun
Agama : Islam Islam
Suku Bangsa : Indonesia Indonesia
Pendidikan : SD SMP
Pekerjaan : Pedagang Bengkel
Alamat Rumah : Br. Senguan Buduk, Mengwi, Badung
No.Telp : 085236xxxxxx
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas-mulas.
3. Riwayat pesalinan ini
Ibu melahirkan anak pertamanya pukul 01.00 WITA di RSUD
Badung Mangusada. Ibu melahirkan secara spontan ditolong oleh
bidan. Ibu melahirkan anak laki-laki dengan BB 3200 gram, PB 50
cm. Tidak ada komplikasi yang terjadi selama kala I, II, III, dan IV.
4. Riwayat kebidanan yang lalu
Kehamilan pertama
5. Riwayat Menstruasi dan KB
Belum pernah menggunakan KB , ibu berencana menggunakan KB
suntik setelah persalinan ini.

6. Riwayat pernikahan
Ibu menikah secara sah sebanyak 1 kali, ibu menikah sudah 6 tahun
yang lalu. Hubungan ibu dengan keluarga harmonis, hubungan ibu
dengan suami : harmonis
7. Data Biologis, psikologis, social, spiritual
a. Ibu tidak ada keluhan dalam bernafas
b. Nutrisi
Ibu makan 3 kali/hari, porsi sedang, jenis nasi, sayur, ayam dan
tahu, dan tidak ada maknan pantangan.

44
Ibu minum 8 gelas/hari
c. Eliminasi
Ibu BAK 5-6 kali/hari dengan warna kuning jernih, BAB 1 kali/hari
dengan warna kecoklatan, tidak ada keluhan saat BAB/BAK
d. Istirahat
Ibu istirahat selama 7-8 jam/hari, tidak ada keluhan,
Kondisi saat ini : ibu masih bisa beristirahat setelah persalinan,
kondisi fisik ibu masih baik.
e. Mobilisasi
Saat ini ibu sudah bisa miring kiri/kanan.
f. Kebersihan diri
Ibu mandi 2 kali/hari, menggosok gigi 2 kali/hari, keramas 3
kali/minggu, dan mengganti pakaian dalam 2 kali/hari.
g. Rasa nyeri
Ibu merasakan nyeri pada simfisis dengan skala nyeri 2.
h. Kondisi psikologis
Saat ini ibu merasa sangat senang, ibu masih memerlukan
bantuan, ibu dalam fase taking in.
i. Rencana
Ibu berencana menyusui bayinya secara eksklusif, dalam
mengasuh bayinya dibantu oleh suami dan mertua, dan ibu
berencanamenggunakan KB suntik 3 bulan setelah melahirkan,
rencana mulai pemakaian 1 bulan lagi.
j. Pengetahuan ibu
Ibu belum mengetahui tanda bahaya masa nifas, ibu belum
mengetahui cara menyusui yang benar, dan ibu belum
mengetahui senam nifas.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum :
KU : baik, Kesadaran : composmetis

45
TD : 120/70 mmHg HR : 76 x/menit, RR : 20
x/menit, Suhu : 36,5 OC
2. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah : ☐Oedema☐Pucat ✔☐Normal
b. Mata
Konjungtiva : ✔☐Merah Muda☐Pucat☐Merah
Sklera : ✔☐Putih☐Ikterus
c. Mulut
Bibir : ☐Pucat ✔☐Merah Muda☐kebiruan
d. Leher
Kelenjar Limfe : ✔☐Normal ☐Ada Pembesaran
Kelenjar Tiroid : ✔☐Normal ☐Ada Pembesaran
Vena Jugularis : ✔☐Normal ☐Ada Pelebaran
e. Payudara
Bentuk : ✔☐Simetris☐Tidak Simetris
Puting : ✔☐Menonjol☐Datar☐Masuk
Lecet pada puting susu :✔☐Tidak Ada☐Ada
Pengeluaran : ☐Tidak Ada ✔☐Colostrum ☐ASI
Kebersihan : ✔☐Baik☐Cukup☐Kurang
Bengkak : ✔☐Tidak Ada☐Ada
f. Dada
Bentuk : ✔☐Simetris☐Asimetris
Retraksi : ☐Ada ✔☐Tidak Ada

g. Perut
1) Inspeksi
Bekas luka operasi : ☐Ada ✔☐Tidak ada
Kandung kemih : ☐penuh ✔☐ tidak penuh
2) Palpasi
Tinggi fundus uteri : 3 jari dibawah pusat
Kontraksi Uterus : ✔☐ada☐tidak ada
Nyeri tekan : ☐ada ✔☐tidak ada

46
h. Ekstremitas bawah

Tungkai           :  ✔☐Simetris                ☐Asimetris

Oedema : ☐Ada ✔☐Tidak Ada

Varises : ☐Ada ✔ ☐Tidak Ada

Tanda Homan : ☐Ada ✔ ☐Tidak Ada

3. Pemeriksaan Khusus

a. Penilaian Bonding Score


1) Melihat : 4
2) Meraba : 4
3) Menyapa atau suara : 4
b. Inspeksi Genitalia
Kebersihan : ✔☐Baik☐Cukup☐Kurang
Pengeluaran lokhea : ✔☐Rubra ☐Sanguinolenta ☐Serosa
☐Alba☐ Perdarahan aktif ☐ Nanah
Hematoma : ☐Ada ✔☐Tidak Ada
Jahitan perineum :✔ ☐ Ada, Keadaan jahitan :
✔☐utuh☐terlepas; ☐Tidak Ada
Penyembuhan luka perineum : ✔☐Redness ☐Edema ☐
Ecchymosis ☐ Discharge ☐ Approximation
Tanda infeksi : ☐Ada ✔☐Tidak Ada

c. Inspeksi anus
Kondisi Anus                 ✔☐Normal               ☐Hemoroid

C. Analisa
Diagnosa : Ibu “S” 20 tahun P1A0 2 jam postpartum
Masalah :
1. Ibu belum mengetahui tanda bahaya masa nifas.
2. Ibu belummengetahui cara menyusui yang benar.
3. Ibu belum mengetahui senam nifas.

47
D. Penatalaksanaan

Hari/Tgl Penatalaksanaan Nama terang


Jam dan paraf
Minggu, 11 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan
Oktober 2020 kepada ibu dan suami, ibu dan suami
03.30 wita paham dengan penjelasan yang
diberikan. (Lispiani)
2. Memberikan asuhan kepada ibu terkait
dengan mulas yang dirasakan pada
bagian perut yang disebabkan karena
masih terjadi kontraksi uterus, ibu paham.
3. Memberikan KIE kepada ibu mengenai
tanda bahaya masa nifas yaitu kontraksi
uterus yang lemah ditandai dengan
kontraksi uterus yang lembek yang dapat
berakibat pada perdarahan. Infeksi pada
payudara ditandai dengan pembengkakan
pada payudara, puting susu lecet, panas,
kemerahan disekitar payudara, dan keluar
darah di sekitar puting susu. Infeksi pada
luka perineum yang ditandai dengan
daerah luka kemerahan, bengkak, nyeri,
dan keluar cairan atau nanah yang
berbau, ibu paham dengan penjelasan
yang diberikan.
4. Mengajarkan ibu cara menyusui yang
benar yaitu posisi, perlekatan, lama
menyusui, serta mengoleskan ASI pada
puting sebelum dan sesudah menyusui,
ibu paham dan mampu

48
mempraktikkannya.
5. Memberikan KIE kepada ibu mengenai
menyusui secara on demand, ibu paham
dan bersedia melakukannya.
6. Menganjurkan ibu untuk menyendawakan
bayinya tiap tiga kali selesai menyusu
untuk mencegah gumoh dan perut
kembung pada bayi, ibu paham dan
bersedia melakukannya.
7. Memberikan KIE kepada ibu mengenai
senam nifas yang bermanfaat untuk
membantu melancarkan produksi ASI
serta mempercepat proses involusi dan
pemulihan ibu sehingga dapat
mengurangi rasa mulas pada perut, ibu
paham dengan penjelasan yang
diberikan.
8. Mengingatkan ibu untuk mengkonsumsi
makanan yang sehat dan seimbang
seperti makan nasi, proteinnya bisa
didapat dari daging, tempe, ikan, tahu,
sayur-sayuran hijau, buah-buahan,
kacang-kacangan, dan susu, ibu paham
dan bersedia melakukannya.

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan


antara teori dan kasus pada ibu “S”. Dalam melakukan asuhan kebidanan
pada ibu “S” dilakukan dengan menggunakan metode soap yaitu dari data
subjektif, objektif, analisis dan penatalaksanaan.

49
Asuhan kebidanan pada ibu nifas dan menyusui fisiologis ibu “S”
umur 20 tahun P1A0 2 jam post partum di RSUD Badung Mangusada
pada tanggal 11 Oktober 2020, sesuai dengan Manajemen Asuhan
Kebidanan pada Ibu Nifas dan Menyusui Fisiologis. Pengkajian berisi data
subjektif, data objektif, analisa dan penatalaksanaan serta evaluasi. Dari
hasil anamnesa, ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas mulas.
Bimbing ibu untuk melakukan massase perut saat merasa mulas seperti
yang sudah diajarkan saat selesai persalinan.
Ibu belum mengetahui tanda bahaya masa nifas, cara menyusui
yang benar dan ibu belum mengetahui senam nifas. Menginformasikan
kepada ibu mengenai tanda bahaya masa nifas yaitu kontraksi uterus
yang lemah ditandai dengan kontraksi uterus yang lembek yang dapat
berakibat pada perdarahan. Infeksi pada payudara ditandai dengan
pembengkakan pada payudara, puting susu lecet, panas, kemerahan
disekitar payudara, dan keluar darah di sekitar puting susu. Infeksi pada
luka perineum yang ditandai dengan daerah luka kemerahan, bengkak,
nyeri, dan keluar cairan atau nanah yang berbau. Bimbing ibu cara
menyusui yang benar yaitu dari posisi, perlekatan, lama menyusui, serta
mengoleskan ASI pada puting sebelum dan sesudah menyusui. Kemudian
memberikan KIE mengenai senam nifas yaitu latihan gerak yang
dilakukan secepat mungkin setelah melahirkan, supaya otot-otot yang
mengalami peregangan selama kehamilan dan persalinan dapat kembali
pada posisi normal seperti semula. Manfaat dari senam nifas adalah untuk
mengembalikan kondisi kesehatan, untuk mempercepat penyembuhan
mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan memperbaiki regangan
pada otot-otot setelah kehamilan, terutama pada bagian otot-otot bagian
punggung, dasar panggul dan perut.

50
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Dari kasus, ibu “S” dengan keluhan perut masih terasa
mulas-mulas. Kemudian ibu dibimbing untuk melakukan massase
pada perut pada saat mulas-mulas. Dari pengkajian data yang
dilakukan ibu belum mengetahui tanda bahaya masa nifas, cara
menyusui yang benar dan belum mengetahui senam nifas.

51
Kemudian ibu diberikan KIE mengenai tanda bahaya dan senam
nifas. Ibu dibimbing cara menyusui yang benar yaitu dari posisi,
perlekatan, lama menyusui, serta mengoleskan ASI pada puting
sebelum dan sesudah menyusui.

B. Saran
1. Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan mengembangkan materi
yang telah diberikan baik dalam perkuliahan maupun praktik, dan
juga menambah referensi-referensi agar bisa dijadikan evaluasi
dalam asuhan kebidanan nifas dan menyusui sesuai dengan
standar asuhan.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu menerapkan ilmu yang
didapat selama perkuliahan sehingga dapat melakukan asuhan
kebidanan nifas dan menyusui sesuai dengna ilmu yang didapat
dan sesuai dengan standar asuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Cholifah Saniyati, Setyowati Heni, dan Mareta Reni. 2014. ‘Akupresur


Pada Ibu kan Menyusui Meningkatkan Kecukupan Asupan ASI Bayi di

52
Kecamatan Mungkid Tahun 2014’. Jurnal Keperawatan Maternitas.
3(2): 111-117.
Handayani Sih Rini & Mulyati Triwik Sri. 2017. Dokumentasi Kebidanan.
Jakarta: BPPSDMK.
Lestari, Dwi. 2015. BAB II Tinjauan Pustaka. Purwokerto: Universitas
Muhammadyah Purwokerto.
Manuaba, Ida Bagus Gede dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta :
ECG
Wahyuningsih Puji Heni. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.
Jakarta: BPPSDMK.

53

Anda mungkin juga menyukai