Anda di halaman 1dari 176

IMPLEMENTASI WIRAUSAHA LOKAL DAN KONTRIBUSINYA

TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS


PESANTREN
(Studi Kasus Pondok Pesantren Riyadul Muta’alimin-Sumedang)

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu syarat memperoleh gelar sarjana strata satu
Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Institut Agama Islam Latifah
Mubarokiyah Pondok Pesantren Suryalaya

Oleh:
SAFARI
NIM : 1965002

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH


INSTITUT AGAMA ISLAM LATIFAH MUBAROKIYAH
PONDOK PESANTREN SURYALAYA TASIKMALAYA
2023 M. / 1444 H.
IMPLEMENTASI WIRAUSAHA LOKAL DAN KONTRIBUSINYA
TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS
PESANTREN
(Studi Kasus Pondok Pesantren Riyadul Muta’alimin-Sumedang)

SKRIPSI

Oleh :
SAFARI
NIM : 1965002

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH


INSTITUT AGAMA ISLAM LATIFAH MUBAROKIYAH
PONDOK PESANTREN SURYALAYA TASIKMALAYA
2023 M. / 1444 H.

2
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
IMPLEMENTASI WIRAUSAHA LOKAL DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP
PEMBANGUNAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS PESANTREN
(Studi Kasus Pondok Pesantren Riyadul Muta’alimin-Sumedang)

Skripsi

Oleh:
SAFARI
1965002
(Program Studi Ekonomi Syariah)

disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Jamaludin, M.Ag. Cecep Moch. Ramli Al-Fauzi


NIDN. 2006077201 NIDN 2102128401
Mengetahui
Dekan Fakultas Syariah Ketua Prodi Ekonomi Syariah

Dr. H. Jamaludin, M.Ag. Hj. Solihah Sari Rahayu, S.Ag., M.H.


NIDN. 2006077201 NIDN. 2102037002

iii
LEMBAR SK PENELITIAN

iv
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Safari
NIM : 1965002
Prodi : Ilmu Tasawuf
Fakultas : Dakwah

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Implementasi Wirausaha Lokal Dan


Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Berbasis Pesantren (studi
kasus pondok pesantren riyadul muta’alimin-sumedang)” adalah merupakan hasil
karya sendiri, tidak berisi materi yang di publikasikan atau ditulis oleh orang lain,
kecuali bagian bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan mengikuti kaidah
atau tata cara dan etika penulisan karya ilmiah yang lazim.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar benarnya dan penuh
tanggung jawab.

Tasikmalaya, 20 Agustus 2023


Yang menyatakan,

SAFARI
1965002

v
PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah dan terimakasih kepada Allah SWT,


yang telah memberikan segala kenikmatan, kemudahan dan kelancaran dalam
menyelesaikan skripsi ini, penulis persembahkan karya kecil ini kepada:
1. Kedua Orang tua tercinta, ayah dan ibu yang senantiasa mendoakan dengan
iklas, menasehati dan membimbing dengan penuh kasih sayang, memberikan
dukungan baik moral ataupun material, terimakasih tak terhingga sampai saat
ini selalu memberi semangat
2. Kedua Kakaku, Nurwendah dan Tatang Heryana yang selalu memberikan
dukungan untuk segera menyelesaikan skripsi ini;
3. Seluruh keluarga besar yang senantiasa memberikan dukungan dan mendoakan
4. Sahabat-sahabatku yang senantiasa menghibur dan menemaniku
5. Orang Terkasih yang selalu memberikan support serta menyemangati dan
mendengarkan keluh kesah ku mengenai Skripsi ini;
6. Teman seperjuangan di fakultas Syariah khususnyaProdi ekonomi syariah,
teman terbaik yang selalu menyemangati dan mengingatkan kapan pun dan
dimana pun

vi
MOTTO

“KUDU PERIH HEULA LAMUN HAYANG


PERAH”

“Bersakit-sakit Dahulu Bersenang -senang Kemudian

vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul Implementasi
Wirausaha Lokal Dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat
Berbasis Pesantren (Studi Kasus Pondok Pesantren Riyadul Muta’alimin-Sumedang).
Skripsi ini disusun dalam rangka pemenuhan persyaratan akademik guna memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi dari Fakuktas Syariah, Institut Agama Islam Latifah
Mubarokiyah.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih Kepada Yang terhormat :
1. KH. A Shohibul wafa Tajul Arifin, selaku Mursyid TQN dan Sesepuh Pondok
Pesantren Suryalaya.
2. Bapak Dr. H. Asep Salahudin, MA. Selaku Rektor Institut Agama Islam
Latifah Mubarokiyah Suryalaya Tasikmalaya.
3. Bapak Dr. H. Jamaludin, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Dakwah Institut
Agama Islam Latifah Mubarokiyah Suryalaya Tasikmalaya. Sekaligus
Pembimbing pertana yang telah membantu dalam penulisan ini.
4. Ibu Hj. Solihah Sari Rahayu, S.Ag., M.H selaku Ketua Prodi Ekonomi Syariah
5. Bapak Cecep Moch. Ramli Al-Fauzi, M. Ag. Selaku Pembimbing kedua yang
telah membantu serta mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Segenap Dosen Fakultas Syariah Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah
Suryalaya Tasikmalaya yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada
penulis.
7. Seluruh Pengurus dan Pimpinan Pondok pesantren Riyadul Muta’alimin yang
telah memberikan izin dan membantu dalam penelitian.
8. Responden Atau pengurus dan pengabdian yang sudah meluangkan
waktunya.

i
9. Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun
tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah
SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dalam
penyelesaian skripsi ini, Aamiin. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis umumnya bagi pembaca. Wassalamu'alaikum Wr.
Wb.

ii
Abstrak
Pesantren adalah suatu tempat Pendidikan tertua di indonesia yang mempelajari ajaran-
ajaran Islam yang didukung dengan fasilitas asrama sebagai tempat tinggal santri
dengan sifat permanen. Pesantren memiliki ciri khas dengan sistem pengajaran yang
intensif, di mana santri tinggal bersama di lingkungan pesantren dan terlibat dalam
kegiatan pembelajaran serta ibadah secara intensif. Pendidikan di pesantren tidak hanya
berfokus pada aspek akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter, etika, dan nilai-
nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Pesantren dapat memberikan pendidikan dan
pelatihan keagamaan dan keilmuan kepada santri yang dapat meningkatkan kualitas
dan kemampuan mereka. Selain itu, masih ada kendala dalam hal pengembangan dan
pemasaran produk wirausaha lokal yang dapat menjadi hambatan dalam meningkatkan
kontribusinya terhadap pembangunan ekonomi pesantren dan masyarakat. wirausaha
lokal sendiri memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia khusus nya
didaerah bardirinya pondok karena dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi lokal
dan menciptakan lapangan kerja. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi dan
Kontribusi wirausaha Lokal terhadap pembangunan ekonomi masyarakat berbasis
pesantren di Pondok Pesantren Riyadul Muta’alimin. Maka dalam penelitian ini,
menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Implementasi Wirausaha dilakukan
dengan beberapa aspek yaitu strategi, metode dan evaluasi untuk mencapai
implementasi wirausaha yang lebih baik, mplementasi wirausaha yang sukses
membutuhkan perencanaan strategis yang matang, penerapan metode yang efektif, dan
evaluasi terus-menerus. Strategi membimbing langkah-langkah bisnis, metode
membantu dalam menjalankan operasional, sementara evaluasi memastikan kesesuaian
dan pertumbuhan berkelanjutan. Dengan memahami dan menerapkan aspek-aspek ini,
wirausahawan dapat meningkatkan peluang kesuksesan dalam mengelola bisnis
mereka.

Kata Kunci : Implementasi, Kontribusi, Wirausaha, Pesantren, Pembangunan

iii
Abstract
Islamic boarding schools are the oldest educational institutions in Indonesia
that study Islamic teachings, supported by dormitory facilities as permanent residences
for students. Islamic boarding schools are characterized by an intensive teaching
system, where students live together in the pesantren environment and are involved in
intensive learning and worship activities. Education in Islamic boarding schools does
not only focus on academic aspects, but also on the formation of Islamic character,
ethics and values in everyday life. Islamic boarding schools can provide religious and
scientific education and training to students who can improve their quality and
abilities. In addition, there are still obstacles in terms of developing and marketing
local entrepreneurial products which can become obstacles in increasing their
contribution to the economic development of Islamic boarding schools and the
community. Local entrepreneurs themselves have an important role in the Indonesian
economy, especially in areas where cottages are built, because they can drive local
economic growth and create jobs. To find out how the implementation and contribution
of local entrepreneurs to the development of Islamic boarding schools-based
communities at the Riyadul Muta'alimin Islamic Boarding School. So in this study,
using descriptive qualitative research. Entrepreneurial implementation is carried out
with several aspects, namely strategies, methods and evaluation to achieve better
entrepreneurial implementation. Successful entrepreneurial implementation requires
careful strategic planning, application of effective methods, and continuous evaluation.
Strategy guides business steps, methods assist in running operations, while evaluation
ensures suitability and sustainable growth. By understanding and applying these
aspects, entrepreneurs can increase the chances of success in managing their business.

Keywords: Implementation, contribution, entrepreneurship, Islamic boarding


schools, development

iv
DAFTAR ISI

Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
Abstrak .................................................................................................................... iii
Abstract ................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................ v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... vii
BAB 1 ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................................... 4
D. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 5
E. Tinjauan Pustaka....................................................................................... 10
F. Langkah-Langkah Penilitian ......................................................................... 12
BAB II .................................................................................................................... 20
PEMBAHASAN UMUM TOPIK PENELITIAN .................................................... 20
A. PRESPEKTIF TEORITIS ......................................................................... 20
1. Implementasi Wirausaha ....................................................................... 20
2. Kontribusi wirausaha............................................................................. 26
b. Komponen Kontribusi ........................................................................... 27
B. Definisi, Peran, Manfaat, Strategi, Faktor Pendorong Dan Penghambat
Wirausaha ........................................................................................................... 35
1. Definisi Wirausaha ................................................................................ 35
2. Definisi Dan Karakteristik Pesantren ..................................................... 45
C. KAJIAN TEORITIK DALAM PRESPEKTIF ISLAM ............................. 48
1. Implementasi wirausaha yang terdiri dari strategi, metode, dan evaluasi: 48

v
2. Kontribusi usaha yang meliputi: ide(pemikiran), material, dan tenaga
menurut islam. ................................................................................................ 50
3. Wirausaha Dalam Pandangan Islam ....................................................... 52
4. Dalil-Dalil Dan Hukum Wirausaha ........................................................ 55
BAB III................................................................................................................... 58
GAMBARAN UMUM MENGENAI PONDOK PESANTREN RIYADUL
MUTA’ALIMIN ..................................................................................................... 58
A. Profil Lokasi Penelitian ............................................................................. 58
1. Sejarah Pondok Pesantren Riyadul Muta’alimin .................................... 58
2. Visi dan Misi ......................................................................................... 59
3. Profil Pondok Pesantren Riyadul Muta’alimin ....................................... 59
4. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Riyadul Muta’alimin ............... 60
5. Kegiatan Pondok Pesantren Riyadul Muta’alimin .................................. 61
BAB IV .................................................................................................................. 62
PAPARAN DATA DAN HASIL TEMUAN........................................................... 62
D. Model Implementasi dan Kontribusi Wirausaha Lokal Terhadap
Pembangunan Ekonomi Masyarakat melalui Unit-Unit Usaha Pesantren pada
Pondok Pesantren Riyadul Muta’alimin .............................................................. 80
BAB V.................................................................................................................. 143
PENUTUP ............................................................................................................ 143
A. Kesimpulan............................................................................................. 143
B. SARAN .................................................................................................. 145
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 146

vi
DAFTAR TABEL
Table 1.1................................................................................................................ 9

Table 2.1................................................................................................................ 29

Table 3.1................................................................................................................ 60

Table 3.2................................................................................................................ 61

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 .......................................................................................................... 156
Lampiran 2 .......................................................................................................... 159

vii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesantren adalah suatu tempat Pendidikan tertua di indonesia yang
mempelajari ajaran-ajaran Islam yang didukung dengan fasilitas asrama
sebagai tempat tinggal santri dengan sifat permanen. Pesantren memiliki ciri
khas dengan sistem pengajaran yang intensif, di mana santri tinggal bersama di
lingkungan pesantren dan terlibat dalam kegiatan pembelajaran serta ibadah
secara intensif. Pendidikan di pesantren tidak hanya berfokus pada aspek
akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter, etika, dan nilai-nilai Islam
dalam kehidupan sehari-hari.1
Pesantren dapat memberikan pendidikan dan pelatihan keagamaan dan
keilmuan kepada santri yang dapat meningkatkan kualitas dan kemampuan
mereka. Bahkan dalam sejarah pesantren berdiri berawal dari sejarah
perdagangan kemudian merambah kedalam sektor Pendidikan dan dakwah
islam kemudian berakhir pada kekuasaan. Kekekuasaan dibentuk menjadi alat
untuk mengamankan dan mengembangkan sektor ekonomi dan Pendidikan.
Pesantren dalam jangka panjang, ini dapat membantu meningkatkan
produktivitas dan keterampilan, sehingga berpotensi meningkatkan
kesejahteraan ekonomi di daerah sekitar. Memiliki karakteristik lingkungan
yang mempromosikan kemandirian dan kemampuan mandiri. Hal ini dapat
merangsang penguatan usaha mikro, sehingga pesantren bisa menjadi pusat
penggerak perekonomian lokal.2
Sebagian besar pesantren dipimpin oleh seorang kiyai atau ustadz yang
dihormati dan dianggap sebagai pemimpin spiritual oleh komunitas setempat.

1
Muhammad Anwar Fathoni and Ade Nur Rohim, “Peran Pesantren Dalam Pemberdayaan Ekonomi
Umat Di Indonesia,” Proceeding of Conference on Islamic Management, Accounting, and Economics,
vol. 2, 2019: 135.
2
Ilham Bustomi, Khotibul Umam, and Syari, “Wirausaha Lantabur Kota Cirebon,” Al-Mustashfa:
Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi Islam, vol 2, no. 1, 2017: 80.

1
Dalam lingkungan pesantren, para santri juga diajarkan untuk menjadi
pemimpin dan berkembang menjadi sosok yang dapat memimpin dalam
berbagai bidang, termasuk ekonomi. Menurut Ayumardi Azra mensinyalir
bahwa “kemampuan pesantren menempatkan dan menyesuaikan dirinya pada
situasi dan kondisi perubahan tersebut yang menjadikan lembaga ini tetap
survive dari waktu ke waktu.3 Kemampuan ini tentu saja bukan tanpa sebab,
melainkan karena adanya kepemimpinan kiyai yang sangat kuat di dalam
kelembagaan pesantren. Dengan adanya hal tersebut menjadikan pesantren
sebagai tempat yang cocok untuk berwirausaha pesantren mengacu pada upaya
pendayagunaan potensi ekonomi di lingkungan pesantren untuk meningkatkan
kemandirian finansial dan membiayai kegiatan pendidikan serta dakwah.
Maka dari itu, Pesantren dapat memainkan peran penting dalam
menggerakkan ekonomi lokal, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan
memperkuat hubungan antara pesantren dan masyarakat sekitar. Namun, untuk
dapat memanfaatkan potensi ini secara maksimal, diperlukan kerjasama yang
erat antara pesantren, masyarakat, dan pemerintah daerah.
Pondok Pesantren memiliki potensi besar dan strategis dalam upaya
pengembangan ekonomi melalui wirausaha, baik pengembangan ekonomi
untuk pesantren itu sendiri, masyarakat sekitar masyarakat maupun secara luas
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini dapat dilihat dari beberapa
hal yang melatar belakanginya sebagai lembaga pendidikan agama Islam yang
memegang kendali paling penting dalam tatanan masyarakat dan hubungan
dalam kehidupan manusia.
Salah satu Pondok Pesantren yang telah melakukan pengembangan
ekonomi pesantren melalui wiarusaha untuk menciptakan kemandirian santri
dan Pondok Pesantren serta membantu mengembangkan ekonomi masyarakat
adalah Pondok Pesantren Riyadul Muta’limin.

3
Abu Choir, Manajemen Entrepeneurship Pesantren, (Indramayu: Penerbit Adab, 2020), hal.3.

2
Pondok Pesantren Riyadul Muta’alimin merupakan pesantren dibawah
naungan Yayasan yang didirikan oleh KH. Muhammad Isro. Pesantren itu
sendiri di pimpin oleh KH. Tatang Heriyana Lc. Dan telah berdiri sejak tahun
2000 Pesantren Riyadul Muta’alimin adalah salah satu lembaga pendidikan
Islam modern yang berada di daerah kampung ciwalur desa banjarsari
kecamatan jatinunggal kabupaten sumedang. Pesantren ini juga berdiri dibawah
naungan Yayasan yang baru berdiri sejak tahun 2006. Yang diketuai oleh KH.
Muhammad Isro sekaligus pendiri pesantrennya.
Adapun permasalahan yang muncul adalah masih sedikitnya
pengembangan wirausaha lokal di pesantren serta kurangnya dukungan dan
pemahaman mengenai Implementasi dan kontribusi wirausaha lokal dalam
pesantren dan masyarakat. Selain itu, masih ada kendala dalam hal
pengembangan dan pemasaran produk wirausaha lokal yang dapat menjadi
hambatan dalam meningkatkan kontribusinya terhadap pembangunan ekonomi
pesantren dan masyarakat. wirausaha lokal sendiri memiliki peran penting
dalam perekonomian Indonesia khusus nya didaerah bardirinya pondok karena
dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi lokal dan menciptakan lapangan
kerja. Namun, pengembangan wirausaha lokal di Pondok Pesantren masih
menghadapi banyak tantangan, seperti kurangnya modal, kurangnya akses ke
pasar, dan regulasi yang belum mendukung. Adapaun unit usaha yang ada di
pesantren Riyadul Muta’limin adalah Koperasi Pesantren, Pabrik gula semut,
depot air isi ulang, Pabrik Penggilingan padi, dan perikanan.
Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi dan
rekomendasi yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk Implementasi
wirausaha lokal berbasis pesantren dan kontribusinya terhadap pembangunan
ekonomi masyarakat. Agar suatu Pondok Pesantren siap mengahadapi
tantangan dalam berwirausaha pada masa yang akan dating sehingga bisa
memberikan efek yang baik bagi masyarakat sekitar.

3
Berdasarkan penjelasan diatas peneliti tertarik utuk mengangkat judul
“Implementasi Wirausaha Lokal Dan Kontribusinya Terhadap
Pembangunan Ekonomi Masyarakat Berbasis Pesantren (Studi kasus
Pondok Pesantren Riyadul Muta’alimin-Sumedang)” sesuai dengan
fenomena yang tejadi dalam wirausaha berbasis pesantren.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Implementasi Wirausaha lokal terhadap pembangunan ekonomi
berbasis pesantren?
2. Bagaimana Kontribusi wirausaha lokal terhadap pembangunan ekonomi
masyarakat berbasis pesantren?
3. Bagaimana Implementasi dan Kontribusi Wirausaha lokal terhadap
pembangunan ekonomi di Pesantren Riyadul Muta’aimin?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Beberapa tujuan dari penilitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk Mengetahui Implementasi Wirausaha Lokal di Pondok
Pesantren
b. Untuk mengetahui kontribusi wirausaha lokal di Pondok Pesantren
c. Mengatahui Implementasi dan Kontribusi Wirausaha lokal terhadap
pembangunan ekonomi di Pesantren Riyadul Muta’aimin
2. Manfaat Penelitian
Hasil dari Penilitian ini diharapkan memiliki beberapa manfaat yaitu
sebagai sebagai berikut :
a. Manfaat penelitian
1) Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi mengenai
lapangan kerja di pesantren khususnya bagi masyarakat pesantren
2) Penilitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan masukan
bagi lembaga terkait, dalam upaya pengembangan usaha dalam
pesantren kontribusi dan dan penerapannya.

4
3) Membantu dalam pengelolaan sistem usaha di pesantren dan
Lembaga lainya dengan basis pesantren.
b. Manfaat Teoritis
1) Kontribusi dan penerapan terhadap pengembangan teori ekonomi
Islam.
2) Memberi pemahaman mengenai Kontribusi dan Implementasi
terhadap pengembangan teori wirausaha Lokal
3) Memberi pemahaman kontribusi terhadap pengembangan model
bisnis berbasis pesantren diimplementasikan sebagai alternatif dalam
pengembangan ekonomi masyarakat di daerah-daerah dengan latar
belakang pesantren yang kuat.
D. Kerangka Pemikiran
1. Implementasi Wirausaha Lokal terhadap pembangunan ekonomi
masyarakat berbasis pesantren
Implementasi adalah tahap dalam proses pengembangan suatu
proyek atau program di mana rencana dan desain yang telah dibuat
direalisasikan menjadi suatu produk atau layanan yang siap digunakan.
Browne dan Wildavsky (1984) mendefinisikan implementasi sebagai "Suatu
proses yang terdiri dari tindakan yang diambil oleh pelaksana program
dalam melaksanakan suatu kebijakan atau program yang telah disahkan
oleh pemerintah atau badan legislatif." Dalam konteks ini, implementasi
dipahami sebagai suatu proses yang melibatkan interaksi antara pelaksana
program dengan kebijakan atau program yang telah ditetapkan.4
Wirausaha adalah individu atau kelompok orang yang menciptakan,
mengembangkan, dan mengelola usaha atau bisnis dengan mengambil
risiko untuk mencapai tujuan tertentu. Wirausaha adalah orang yang

4
umi dkk fotroa, Urgensi Modal Sosial Dalam Pembentukan Karakter Wirausaha,(Yogyakarta: K-
Media, 2022) hal.30-31.

5
memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi peluang bisnis,
merencanakan dan melaksanakan strategi bisnis, serta mengelola sumber
daya yang tersedia untuk mencapai keberhasilan.
Kewirausahaan adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu
atau kelompok untuk memulai, mengembangkan, dan menjalankan bisnis
atau usaha dengan tujuan menghasilkan keuntungan atau memberikan nilai
tambah bagi masyarakat. Kewirausahaan melibatkan berbagai aspek,
seperti kreativitas, inovasi, risiko, dan ketekunan dalam menghadapi
tantangan.5
Seorang wirausaha perlu memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasi peluang bisnis, mengembangkan ide-ide inovatif,
membuat perencanaan bisnis yang efektif, mengelola sumber daya dengan
baik, dan membangun jaringan dan hubungan yang kuat dengan pelanggan,
mitra bisnis, dan pihak-pihak terkait lainnya. Kewirausahaan memiliki
peran penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara, karena bisnis
yang sukses dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat, serta memperkaya kegiatan ekonomi. Oleh
karena itu, banyak pemerintah dan lembaga yang mendorong
pengembangan kewirausahaan melalui program-program pendidikan,
pelatihan, dan pendanaan untuk membantu wirausahawan dalam
mengembangkan bisnis mereka.6
Wirausaha pesantren dapat diartikan sebagai pengusaha yang
mengembangkan dan menjual produk atau jasa yang berasal dari potensi
lokal pesantren, seperti budaya, alam, atau kearifan lokal. Pondok Pesantren
yang memanfaatkan potensi sumber daya manusia dengan menggali bakat
para santrinya selain itu pesantren entrepreneur adalah Pondok Pesantren

5
Sayu Ketut Sutrisna Dewi, Konsep Dan Pengembangan Kewirausahaan Di Indonesia (yogyakarta:
Deepublish, 2017),hal 6-12.
6
A Wahyudi, Bisnis Dan Kewirausahaan, 1st ed. (Pekalongan: Penerbit NEM, 2019) hal. 72-73.

6
yang didalamnya diberikan juga pendidikan yang berkaitan dengan
entrepreneurship atau dunia wirausaha.sehingga anak didik atau Para Santri
yang belajar di pesantren memiliki kemampuam berwirausaha yang bisa
menjadi bekal dikemudian hari.7
Implementasi wirausaha lokal pesantren merujuk pada penerapan
program kewirausahaan di Pondok Pesantren dengan tujuan untuk
menciptakan santri yang memiliki keterampilan wirausaha dan
berkontribusi pada perekonomian lokal. 8 Program ini bertujuan untuk
mengembangkan kualitas dan kuantitas pesantren serta memberikan
pelatihan dan strategi pendidikan kewirausahaan yang efektif.
Implementasi kewirausahaan di Pondok Pesantren juga dapat membantu
revitalisasi institusi pesantren dan menjadi wahana pengembangan
kewirausahaan muda.
2. Kontribusi Wirausaha Lokal Terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat
Berbasis Pesantren
Definisi kontribusi adalah sumbangan atau bantuan yang diberikan
oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang telah
ditetapkan sebelumnya. Kontribusi dapat berupa uang, benda, waktu, atau
tenaga yang diberikan untuk membantu suatu kegiatan atau proyek. 10
Namun, kontribusi tidak hanya terbatas pada bantuan uang atau materi saja,
tetapi juga dapat berupa keikutsertaan atau kepedulian individu atau
kelompok terhadap suatu kegiatan.9
Kontribusi wirausaha lokal dapat didefinisikan sebagai peran yang
dimainkan oleh wirausaha dalam memajukan perekonomian lokal dan

7
Paiman Nahrodi, “Manajemen ‘Kewirausahaan ’ Pesantren,” Jurnal Al-Qaidah (Jurnal Studi Islam)
vol. 1, no. 1, 2018: 1–19.
8
Maria Satya Rani and Monika Teguh, “Analisis Implementasi Kewirausahan Sosial Dalam Program
Klinik Sungai Universitas Ciputra,” Nonformal Education vol, 02, no. 02, 2016: 59–66.
9
Nirsetyo Wahdi, Ratna Wijayanti, and Danang Danang, “Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Surat
Teguran, Surat Paksa, Dan Penyitaan Dan Kontribusinya Terhadap Penerimaan Pajak Di Kpp Pratama
Semarang Tengah Satu,” Jurnal Dinamika Sosial Budaya vol. 20, no. 2, 2019: 107.

7
komunitas di sekitarnya. Kontribusi ini dapat berupa memberikan lapangan
pekerjaan, mendukung kemajuan ekonomi lokal, mendukung komunitas di
sekitar, memberikan inovasi dan keberagaman, serta meningkatkan sumber
daya manusia agar dapat menjadi wirausaha.
3. Pembangunan Ekonomi masyarakat berbasis pesantren
Pesantren merupakan Lembaga Pendidikan islam yang berakar dari
pemikiran budaya masyarakat. Istilah pesantren berasal dari kata “Santri”
yang mendapat kata awalan “Pe” dan kata terakhiran “an” yang berarti
tempat para santri menuntut ilmu. Menurut Johns berasal dari bahasa tamil
“sastri” bermakna guru ngaji, dan “shastri” dalam bahasa India
mempunyai arti orang yang mempunyai kitab suci agama Hindu. Ini pula
merupakan pendapat CC. Berg seperti dikutip oleh Zamakhsyari Dhofier.10
Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pesantren
merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam Indonesia di mana proses
belajar dan mengajar tentang agama Islam antara kyai dan santri
berlangsung dan asrama (pondok) sebagai tempat tinggalnya. Kemudian
ajaran-ajaran yang bersumber dari kitab kuning menjadi pedoman
hidupnya. Sehingga menjadikan karakter santri-santriyah nya menjadi
manusia yang lebih baik.
Pembangunan ekonomi masyarakat berbasis pesantren adalah upaya
untuk mengembangkan ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan potensi
pesantren sebagai pusat pendidikan dan pengembangan masyarakat.
Pemberdayaan ekonomi umat berbasis pesantren dapat dilakukan dengan
cara yang efektif dan dibutuhkan untuk mengurangi kemiskinan. Pesantren
juga memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan dan memberdayakan
masyarakat dalam segala bidang termasuk dalam bidang ekonomi. Konsep

10
Abuddin Nata, Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia, 1st ed. (Jakarta: Prenada Media, 2019)
hal. 117.qq

8
dasar dari pembangunan ekonomi masyarakat adalah pengembangan
masyarakat (community development) yang menggaris bawahi sejumlah
istilah yang digunakan sejak lama seperti community resource development,
rural areas development.
Konsep Diagram

Table 1.1

Implementasi kewirausahaan
lokal pesantren (X1)

Pembangunan Ekonomi
Masyarakat pesantren & non-
pesantren(Y)

Kontribusi kewirausahaan
lokal pesantren (X2)

Dari diagram diatas dapat dijelaskan kewirausahaan yang dilakukan


oleh Pondok Pesantren dapat membangun adanya ekonomi bagi masyarakat
pesantren khusus nya dan umumnya bagi masyarakat yang ada disekitar
pesantren. Dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dan juga
kebutuhan rumah tangga masyarakat yang hingga bisa terjalin untuk
memajukan perekonomian masyarakat. Dengan implementasi yang
dilakukan dalam wirausaha lokal yang ada dapat membangun adanya
perekonomian masyarakat. Serta dapat berkontribusi dengan baik didalam
membangun perekonomian pesantren maupun masyarakat yang tinggal
disekitar pesantren.

9
E. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan suatu penelitian perlu adanya kajian kjian penelitian
terdahulu untuk bisa mambandingkan dan memberikan gamabran untuk
penilitan kedepannya. Beberapa kajian pustaka yang telah peniliti dapatkan.
1. Penelitian Annisa, Cantika, 20211, Implementasi Gerakan Wirausaha
Dalam Peningkatan Kemandirian Santri Pada Pondok Pesantren Nurul
Hakim Kediri Lombok Barat. Menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif dengan Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara
mendalam, observasi partisipatif, dan dokumentasi. Untuk memperoleh
keabsahan data digunakan Langkah-langkah ketekunan, triangulasi dan
sumber data dan diskusi teman sejawat. Teknik analisis data dilakukan
dengan cara pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, verifikasi
penarikan kesimpulan.
Perbedaan penelitian ini adalah
• subjek yang di bahas dalam penelitian sebelumnya adalah
mengenai Gerakan wirausaha untuk kemandirian santri. Subjek
dalam penelitian ini yaitu implementasi dan kontribusi wirausaha
lokal dalam basis pesantren untuk kesejahteraan masyarakat
pesantren dan non-pesantren.
2. Sri Haryanti, 2022 Pengembangan Kewirausahaan Di Pesantren: Antara
Urgensi Dan Potensi (Telaah Atas Hasil Penelitian Tentang Kewirausahaan
Pada Tiga Pesantren: Pesantren Ainurrafiq Kuningan, Pesantren Walindo
Pekalongan, dan Pesantren Miftahul Ulum Madura). Penelitian ini
menunkan metode deskriptif kualitatif dengan menganalisis isi dari tiga
sumber tertulis yang sudah ditentukan. Analisis ini, selanjutnya dilakukan
dengan penalaran deduktif untuk mendapatkan kesimpulan. Perbedaan
penelitian yaitu

10
• Penelitian dilakukan di 3 pondok berbeda. Sedangkan
penelitian ini berfokus pada satu Pondok Pesantren
• Menggunakan analisis isi dan perbandingan. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif data dan triagulasi.
3. Sholihatun Khasanah,2019 Pemberdayaan Santri Dalam Berwirausaha Di
Pondok Pesantren Nurul Hidayah Desa Bandung, Kecamatan Kebumen,
Kabupaten Kebumen. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
wawancara mendalam, dan dokumentasi. Perbedan penelitin ini adalah
• Penelitian dilakukan dipondok Nurul Hidayah. Penelitian ini
dilakukan dipondok Riyadul Muta’alimin-Sumedang.
• Unit usaha dipesantren yaitu peternakan dan pertanian.
Pesantren yang diteliti ini memiliki unit koperasi, pengolahan
gula semut, pabrik beras dan depot air.
4. Muslim, 2019; Pengembangan Ekonomi Pesantren Melalui Gerakan
Wirausaha (Studi Kasus Pada Pondok Pesantren Riyadul Muta’alimin-
sumedang Pacet Mojokerto Jawa Timur). Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan
data mengunakan: Wawancara mendalam, observasi partisipatif,
dokumentasi. Untuk memperoleh keabsahan data digunakan langkah-
langkah ketekunan, triangulasi sumber data dan diskusi teman sejawat.
Teknik analisis data dilakukan dengan cara pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data, verifikasi penarikan kesimpulan. Perbedaan penelitian
ini adalah
• Tempat penelitian berada di pesantren Pondok Pesantren
Riyadul Muta’alimin-sumedang Pacet Mojokerto Jawa Timur.
Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Riyadul
Muta’alimin-Sumedang.

11
• Subjek penelitian mengenai pengembangan usaha kemndirian
pesantren. Subjek penelitian ini yaitu wirausaha Lokal baik
dari pesantren maupun Kerjasama dengan masyarakat sekitar
pesantren.
5. Sufyan, 2018 Peran Strategi Pesantren Dalam Meningkatkan
Perekonomian Masyarakat. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian empiris (field research). Metode
pengumpulan data peneliti gunakan adalah dengan wawancara, observasi
dan dokumentasi. Metode analisis data yang peneliti gunakan adalah
analisis deskriptif. Perbedaan penelitian ini adalah
• Tempat penetian yang dilakukan di Pondok Pesantren
Hidayatullah Cilondok. Penelitian ini dilakukan di Pondok
Pesantren Riyadul Muta’alimin-Sumedang.
F. Langkah-Langkah Penilitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi yang menjadi obyek penelitian adalah Pondok Pesantren
Riyadul Muta’alimin Sumedang Jawa Barat. Pondok Pesantren Riyadul
Muta’alimin adalah lembaga pendidikan yang terletak di Kecamatan
Jatinunggal Jawa Barat, sebagai lembaga pendidikan yang menjadi
kepercayaan masyarakat setempat dan masyarakat sekitar untuk menitipkan
putra putri mereka dalam menimba ilmu pengetahuan.
2. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Kualitatif
Untuk mengetahui bagaimana Implementasi dan Kontribusi
wirausaha Lokal terhadap pembangunan ekonomi masyarakat berbasis
pesantren di Pondok Pesantren Riyadul Muta’alimin. Maka dalam
penelitian ini, menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Artinya data
yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut
berasal dari hasil naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi,

12
catatan memo, dokumen resmi. Sehingga yang menjadi tujuan dari
penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik dibalik
fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas.
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan
fenomenologis. Pendekatan fenomenologis secara konseptual adalah
sebuah studi penampakan dalam obyek, peristiwa, atau kondisi dalam
persepsi individu. Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui
implementasi dan kontribusi wirausaha Lokal terhadap pembangunan
11
ekonomi masyarakat. Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui
implementasi dan kontribusi wirausaha Lokal terhadap pembangunan
ekonomi masyarakat bebasis pesantren, pada Pondok Pesantren Riyadul
Muta’alimin-sumedang.
3. Jenis Dan Sumber Data
Data merupakan hal yang akurat untuk mengungkap suatu
permasalahan data juga sangat diperlukan untuk menjawab masalah
penelitian. Cara untuk memperolehnya, maka dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu: Pertama, data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan
peneliti (dari petugas-petugasnya) atau sumber pertama.12
a. Data primer
Data Primer Data yang dikumpulkan langsung dari informan
(obyek) melalui wawancara langsung, yang telah memberikan informasi
tentang dirinya dan pengetahuannya. Orang-orang yang masuk dalam
kategori ini adalah mereka yang mengetahui tentang pelaksanaan
Implementasi dan kontribusi wirausaha Lokal terhadap pemabangunan
ekonomi masyarakat berbasis pesantren. Dalam penelitian ini sumber

11
Yoki Yusanto, “Ragam Pendekatan Penelitian Kualitatif,” Journal of scientific communication (jsc)
1, no. 1 2020.7.
12
Muhammad Taufiq Azhari et al., Metode Penelitian Kuantitatif, 1 ed. (Jambi: PT. Sonpedia
Publishing Indonesia, 2023) h.4.

13
informasi lapangan diperoleh dari observasi dan wawacara dengan
Kyai, Ustadz maupun Ustadzah staf-staf Pondok Pesantren dan santri-
santri dan masyarakat di Pondok Pesantren Riyadul Muta’alimin-
sumedang.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh peneliti dengan bantuan bermacam-macam
tulisan (literature) dan bahan-bahan dokumen. Literatur dan dokumen
dapat memberikan banyak informasi tentang bagaimana implementasi
dan kontribusi wirausaha Lokal terhadap pemabngunan ekonomi
masyarakat berbasis pesantren pada Pondok Pesantren Riyadul
Muta’alimin-sumedang.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk menentukan data yang akan dipergunakan, maka dibutuhkan
teknik pengumpulan data agar bukti-bukti dan fakta-fakta yang diperoleh
berfungsi sebagai data objektif. Adapaun metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini ada tiga yakni:
a. Observasi
Peneliti menggunakan observasi partisipatif ialah peneliti
terlibat dengan aktifitas keseharian orang yang sedang diteliti atau yang
dijadikan sumber data penelitian. 13 Dengan melalukan pengamatan,
peneliti ikut serta mengerjakan apa yang sedang dilakukan oleh sumber
data, dan ikut merasakan suka dan dukanya. Melalui teknik observasi
ini peneliti akan mendapatkan data yang lebih lengkap padat, dan
mendalam.
Pada fase awal penelitian, peneliti secara umum akan
mengumpulkan data atau informasi semaksimal mungkin. Kemudian

13
Aminah Oktavia Cahaya Ningrum dan Bambang Sumardjoko, “Analisis Pengamen Jalanan Di Kota
Surakarta (Studi kasus Pengamen Jalanan di Kota Surakarta)” (Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2015) diakses.

14
selanjutnya peneliti melakukan obervasi yang fokus guna
menyempitkan data atau informasi. Dalam observasi ini, peneliti terlibat
dengan kegiatan sehari hari orang yang sedang diamati atau yang
digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan tujuan untuk
memperoleh data yang lengkap dan akurat.
Adapun hal hal yang peneliti observasi dilapangan adalah
sebagai berikut:
• Lokasi perekonomian yang dilakukan di Riyadul Muta’alimin-
sumedang antara lain rumah olah gula semut, koperasi depot (isi
ulang gallon).
• Kegiatan-kegiatan yang diintruksikan pimpinan kepada masing
masing bidang atau divisi terkait pengembangan ekonomi.
• Kegiatan keseharian yang dilakukan santri terkait pengembangan
ekonomi pesantren.
Dari observasi ini peneliti mendapatkan data tentang kondisi unit
usaha, kegiatan santri dalam unit usaha, kegiatan santri di Pondok
Pesantren Riyadul Muta’alimin-sumedang dalam kontek Implementasi
dan kontribusi wirausaha, seperti sholat Dhuha, zikir dan lainnya.
Selanjutnya pada fase akhir setelah dilakukan analisis dan
observasi, maka diadakan penyempitan lagi dengan melakukan
observasi selektif dengan mengemukakan kategori. Semua hasil
pengamatan dicatat sebagai rekaman pengamatan lapangan dan
selanjutnya dilakukan refleksi.
b. Wawancara
Wawancara adalah alat penting dalam repertoar peneliti
kualitatif manapun. Namun bagaimana dan mengapa proses wawancara
tidak selalu mudah dipahami. Peran pewawancara dalam proses
penelitian, perlu mempertimbangkan beberapa masalah filosofis kunci

15
yang berkaitan dengan wawancara. Oleh sebab itu, wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur.
Setelah wawancara yang dilakukan peneliti dengan informan
dianggap cukup, maka peneliti membuat rangkuman yang sistimatis
terhadap hasil wawancara. Dari berbagai sumber data, perlu dicatat
mana data yang dianggap penting, yang tidak penting, data yang sama
satu sama lainnya dikonstruksikan sehingga menghasilkan pola tertentu.
Data yang masih meragukan ditanyakan kembali kepada sumber agar
memperoleh ketuntasan dan kepastian." meragukan ditanyakan kembali
kepada sumber agar memperoleh ketuntasan dan kepastian ".
c. Dokumentasi
Proses penelitian dokumentasi adalah teknik utama. Dengan ini
publik eksternal diberikan kesempatan untuk mengikuti langkah demi
langkah penyelidikan dan untuk mengevaluasi proses penelitian dan
hasil yang berasal dari itu. Dengan teknik ini, akan dapat diambil dari
dinamika unik yang diperoleh dalam setiap studi kualitatif antara
masalah, pertanyaan penelitian dan rencana metodologis. Adapun
dokumen yang dikumpulkan peneliti meliputi catatan, transkrip,
struktur, foto-foto, buku AD ART pesantren, dan lain lain.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam ini dimulai setelah semua data telah
dikumpulkan dan berlangsung selama pengumpulan data dan
sesudahnya. Peneliti memproses data saat mereka diterima dan
membuat penilaian yang berkaitan dengan aspek-aspek dari fenomena
yang dikejar. Misalnya, ketika dia melakukan lebih banyak wawancara,
dia harus mengingat beberapa hal yang dikatakan dalam wawancara
sebelumnya. menganalisis serta mensintesis informasi sambil
wawancara kepada informan. Namun, setelah semua data telah

16
dikumpulkan, dia akan secara sistematis menganalisis data untuk
memahami apa yang dikatakan peserta atau apa yang diamati.
Oleh karena itu salah satu fitur utama dari analisis ini adalah
bahwa pengumpulan dan analisis data dilakukan secara bersamaan dan
setelah pengumpulan selesai.
Pada tahap pertama memasuki lapangan dengan grand tour and
mini tour question, dengan analisis datanya dengan analisis domain.
Tahap kedua adalah menentukan fokus, teknik pengumpulan datanya
dengan mini tour question, dengan analisis datanya taksonomi. Pada
tahap ketiga yaitu slection, pertanyaan yang digunakan adalah
pertanyaan struktural, dengan analisis datanya komponensial,
dilanjutkan dengan analisis tema budaya. Apa yang dimaksud dengan
analisis domain, taksonomi, komponensial, dan tema budaya dapat
dicermati bagian bahasan analisis data. Mile and Huberman (1986)
menjelaskan tentang proses analisis data secara interaktif yang dimulai
dari:
a. Reduksi data (data reduction).
Reduksi data berarti meringkas, memilih hal-hal yang paling
pokok, berfokus pada hal-hal penting, mencari pola dan topiknya.
Dengan demikian, data yang direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas dan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan
data lebih lanjut dan mencarinya, jika perlu.
b. Penyajian data (data display),
Setelah data direduksi, maka Langkah direduksi, maka
langkah selanjutnya adalah mendisplaykan (menyajikan) data.
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan yang telah difahami tersebut, dalam penyajian data
selain dengan dengan teks naratif, juga dapat berupa grafik, mattrik,

17
network (jejaring kerja), dan chat. Dari hasil penyajian data itulah
untuk kemudian peneliti dapat menarik suatu kesimpulan sehingga
data yang dikumpulkan (diteliti) bermakna.
c. Verifikasi dan penarikan kesimpulan (verification and conclusion
Drawing).
Langkah verifikasi dan penarikan kesimpulan ini bertujuan
untuk validasi data yang telah diperoleh dari lapangan agar bisa
ditarik dari kesimpulan hasil penelitian.
6. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menentukan keabsahan temuan dalam penelitian ini,
digunakan metode sebagai berikut:
a. Peningkatan Ketekunan
Kegiatan peningkatan ketekunan yang dilakukan oleh peneliti
adalah dengan membaca literature terkait, membaca kembali hasil
penelitian atau dokumentasi-dekumentasi terkait dengan temuan
dilapangan mengenai kewirausahaan di Pondok Pesantren Riyadul
Muta’alimin-sumedang Jawa Barat.
b. Triangulasi
Beberapa macam triangulasi data menurut Denzin dalam yaitu:
triangulasi metode, triangulasi penyidikan Triangulasi Sumber.14
Dari beberapa macam teknik triangulasi tersebut, yang digunakan
peneliti adalah triangulasi sumber, Triangulasi ini membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui sumber yang berbeda dalam metode kualitatif. Dalam hal ini,
untuk menguji kredibilitas data tentang pengembangan ekonomi melalui
wirausaha di Pondok Pesantren Riyadul Muta’alimin-sumedang Jawa

14
Agrippina Fleta Eddi Wiyanto, “Analisis Pencahayaan Alami Dan Buatan Pada Ruang Kantor
Terhadap Kenyamanan Visual Pengguna,” Jurnal Patra 3, no. 1 (Mei, 2021): 33–42.

18
Barat. Data dari sumber tersebut, kemudian dikategorisasikan,
dideskripsikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana
spesifik dari sumber tersebut sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.
c. Diskusi Teman Sejawat
Yaitu mengekspos hasil sementara atau hasil akhir dari
penelitian pengembangan ekonomi melalui wirausaha di Pondok
Pesantren Riyadul Muta’alimin-sumedang Jawa Barat, yang diperoleh
dalam bentuk diskusi analitik dengan pihak selain peneliti, sebagai
masukan untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Dalam hal ini,
diskusi hasil penelitian dilakukan dengan rekan-rekan mahasiswa.

19
BAB II
PEMBAHASAN UMUM TOPIK PENELITIAN
A. PRESPEKTIF TEORITIS
1. Implementasi Wirausaha
a. Definisi Implementasi
Implementasi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
yaitu pelaksanaan/penerapan. Sedangkan pengertian umum adalah suatu
tindakan atau pelaksana rencana yang telah disusun secara cermat dan
rinci (matang). Dalam kamus Webster yang dikutip oleh Solichin
Abudul Wahab ialah Konsep Implementasi berasal dari Bahasa inggris
yaitu to implement. Dimana dalam kamus Webster “ to implement”
(mengimplementasikan) berarti “to provide means for carrying outo ” (
menyediakan sarana untuk melaksanakan); dan ‘’ to give pratical effect
to ’’ ( menimbulkan dampak dan akibat terhadap sesuatu).15
Dalam konteks ini Implementasi Wirausaha dilakukan dengan
beberapa aspek yaitu strategi, metode dan evaluasi untuk mencapai
implementasi wirausaha yang lebih baik, Aspek-aspek tersebut biasa
diterapkan pada unit unit usaha Langkah penting dalam mengubah
konsep menjadi realitas yang bermanfaat dan dapat diamati. Proses ini
melibatkan berbagai elemen dan tantangan, dan keberhasilannya sering
bergantung pada perencanaan yang cermat, manajemen yang efisien,
dan dukungan yang tepat.
b. Tahapan Implementasi wirausaha
Implementasi dalam bidang wirausaha melibatkan langkah-langkah
konkret untuk menerapkan rencana bisnis Anda dan mengubah ide

15
Gretha Anggresu, Femmy Tulusan, and Very Londa, “Implementasi Kebijakan Penataan Pedagang
Kaki Lima Di Kota Jayapura Provinsi Papua,” Jurnal Administrasi Publik 5, no. 77, 2019: 2.

20
menjadi operasi nyata. Berikut adalah beberapa metode implementasi
yang umum digunakan dalam bidang wirausaha:
1) Strategi
Menurut KBBI Strategi adalah rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Menurut
Dharmmesta Strategi adalah serangkaian rencana yang perlu
dilakukan dalam operasional usahanya untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.16
Perencanaan yang baik akan memberikan panduan jelas untuk
langkah-langkah yang harus diambil selama implementasi.
Strategi wirausaha adalah rencana atau pendekatan yang
dirancang oleh seorang wirausaha atau pengusaha untuk mencapai
tujuan bisnisnya. Strategi ini melibatkan serangkaian langkah-
langkah yang diambil untuk mengidentifikasi, mengembangkan, dan
mengimplementasikan peluang bisnis dengan tujuan meraih
keuntungan, pertumbuhan, dan keberhasilan jangka panjang.
Strategi wirausaha melibatkan pengambilan keputusan yang cermat
tentang berbagai aspek bisnis, termasuk produk atau layanan, pasar,
pemasaran, operasional, dan keuangan.
Adapun pengertian mengenai implementasi strategi adalah
tahapan manajemen strategis yang terdiri dari kemampuan
manajerial, administratif, dan persuasif dalam sebuah tindakan,
seperti pengembangan program, anggaran, dan prosedur. 17 Berarti,
implementasi strategi Wirausaha adalah proses yang menempatkan
rencana strategis ke dalam tindakan-tindakan yang bertujuan untuk
memperkuat bisnis. Dalam implementasi strategi bisnis terdapat

16
Andi Asari, dkk, Kewirausahaan, 1 ed. (Padang: Global Eksekutif Teknologi, 2023), hal. 113.
17
Suryadharma, ENTREPRENEURSHIP (Pengantar Kewirausahaan), 1st ed. (Ponorogo: Uwais
Inspirasi Indonesia, 2022).

21
rencana strategis yang berupa dokumen tertulis yang berisikan
langkah-langkah dan proses rinci untuk mencapai tujuan
perusahaan. Di dalamnya juga termasuk feedback dan report yang
berguna sebagai bahan evaluasi bahwa rencana tersebut telah
berjalan dan mencapai target.18
Dalam menyusun rencana bisnis pimpinan puncak
perusahaan sebagai ahli strategi akan meletakkan usaha baru yang
akan dijalankan tersebut di dalam susunan portofolio usaha yang
disesuaikan dengan visi, misi dan tujuan yang ingin dicapai
perusahaan dalam jangka panjang.
Komponen-komponen rencana bisnis yang harus dibuat oleh
perusahaan/pengusaha antara lain meliputi:
a) Pengembangan visi, misi, tujuan dan strategi dari usaha baru
tersebut.
b) Mengembangkan manajemen perusahaan yang menyangkut
kegiatan penetapan direksi perusahaan, para manajer utama
perusahaan.
c) Mengembangkan lingkungan internal yang mencakup
pengembangan struktur organisasi, pengembangan budaya
perusahaan, dan sumber daya utama organisasi/resources.
d) Mengembangkan proyeksi kinerja perusahaan yang mencakup
antara lain perhitungan titik impas (BEP), perkiraan penjualan,
harga pokok produksi dan penjualan, mengembangkan berbagai
laporan keuangan seperti laba rugi, neraca, arus kas, menetapkan
perkiraan pengembalian investasi (payback period).19
2) Metode

18
Ibid.,114.
19
Ibid.,117.

22
Menurut KBBI Metode adalah Kaedah atau jalan pikiran yang
diatur sedemikian rupa untuk mencapai suatu tujuan (dalam
penyelidikan ilmiah, pelaksanaan suatu rencana, dsb) atau cara
untuk memperoleh sesuatu. Sedangkan metode yaitu sebagaimana
yang diungkapkan Muhammad ‘Athiyah al-Abrasyi adalah sebagai
jalan yang dilalui untuk memperoleh pemahaman pada peserta
didik.20
Dalam konteks wirausaha, metode dapat diartikan sebagai
prosedur kerja yang membantu mencapai target secara maksimal.
Metode yang dilaksanakan harus tepat dan fokus dengan
mempertimbangkan tujuan usaha yang ingin dicapai, anggaran
keuangan, waktu produksi, dan sumber daya manusia agar usaha
dapat berjalan secara efisien. Penggunaan metode manajemen yang
tepat dapat membuat proses produksi berjalan dengan efisien.
Penentuan metode dilakukan berdasarkan kebutuhan bisnis. Selain
itu, mencari pasar khusus yang belum tergarap dan peka terhadap
tren terbaru juga dapat dianggap sebagai metode dalam mencapai
kesuksesan.
Berikut adalah beberapa metode dalam wirausaha yang dapat
ditemukan:
• Metode Pembelajaran Kewirausahaan meliputi pengembangan
jiwa kewirausahaan dan dimensi kewirausahaan.
• Faktor 6M dalam Wirausaha mencakup enam faktor penting
dalam menjalankan usaha, yaitu Money (Uang), Market (Pasar),

20
Abdul Mujib, Ilmu pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2008), hal 165-166.

23
Method (Metode), Material (Bahan baku), Man (Sumber Daya
Manusia), dan Machine (Mesin).21
• Metode Produksi, berkaitan dengan proses produksi barang atau
jasa yang dilakukan oleh wirausahawan.
• Metode Pemasaran, melibatkan strategi dan teknik yang
digunakan untuk memasarkan produk atau jasa kepada
konsumen.22
• Metode Inovasi, melibatkan pengembangan ide-ide baru dan
penemuan solusi kreatif untuk menghadapi tantangan bisnis.
• Metode Manajemen, Metode ini berkaitan dengan pengelolaan
sumber daya manusia, keuangan, dan operasional dalam usaha.
• Metode Riset Pasar, Metode ini melibatkan pengumpulan dan
analisis data pasar untuk memahami kebutuhan dan preferensi
konsumen.23
• Metode Pengembangan Produk, melibatkan proses
pengembangan dan perbaikan produk atau jasa yang ditawarkan
oleh wirausahawan.24
Perlu diingat bahwa metode-metode ini dapat bervariasi tergantung
pada jenis usaha, industri, dan tujuan bisnis yang diinginkan. Setiap
wirausahawan dapat memilih metode yang sesuai dengan kebutuhan
dan sasaran bisnis mereka.
3) Evaluasi

21
N Huda dan L Usriyah, “Designing Management of Teaching Factory Based on Activity Strategy In
Era 4.0 (Case study at SMK Bustanul Falah Banyuwangi),” MANAGIERE: Journal of Islamic, vol. 1,
no. 2 2022: 235.
22
M. Anang Firmansyah dan Anita Roosmawarni, “Kewirausahaan (Dasar dan Konsep),” Qiarra
Media vol. 1, no. 2 (september, 2019): 1–207.
23
Anita Karunia dan Arifia Yasmin, “Riset Pasar Terhadap Inovasi Produk Di Tengah Pandemi Covid-
19 Pada Ikm Kota Tegal (Studi Kasus Pada Industri Kecil Dan Menengah 3Gen),” Monex: Jurnal of
Accounting Research vol. 10, no. 2 (Juli, 2021): 156–164.
24
Sigit Purnama, “Metode Penelitian Dan Pengembangan (Pengenalan Untuk Mengembangkan
Produk Pembelajaran Bahasa Arab),” LITERASI (Jurnal Ilmu Pendidikan) vol. 4, no. 1, 2016, 19.

24
Menurut kamus besar bahasa indonesia atau KBBI, evaluasi
berarti penilaian, proses untuk menemukan nilai layanan informasi
atau produk sesuai dengan kebutuhan konsumen atau pengguna atau
pengumpulan dan pengamatan dari berbagai macam bukti untuk
mengukur efektivitas dari suatu objek, program, atau proses.
berkaitan dengan spesifikasi ditetapkan sebelumnya.
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris
evaluation dalam bahsa Arab al-Taqdir atau al-Qimah (nilai), dalam
bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value,.
Dengan demikian secara harfiah. Menurut Edwind Wandt dan
Gerald W. Brown (1977) Evaluation refer to the act or process to
determining the value of something. Menurut definisi ini, maka
istilah evaluasi itu menunjukkan kepada atau mengandung
pengertian suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai
dari sesuatu.25
Berikut adalah tahapan evaluasi dalam implementasi
wirausaha yang dapat dilakukan:
• Analisis Aspek Pasar, Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui
situasi permintaan pasar dan target pasar dari produk yang
dijual.26
• Analisis Aspek Teknis, Evaluasi ini dilakukan untuk menilai
kualitas produk atau jasa yang dihasilkan, serta efektivitas
metode produksi yang digunakan.27

25
Gito Supriyadi, Pengantar & Teknik Evaluasi Pembelajaran, Book, 1 ed. (Malang: Katalog Dalam
Terbitan, 2011). hal.3.
26
Wakhid Mahmud Windu Mahmud, Produk Kreatif dan Kewirausahaan Otomatisasi dan Tata
Kelola Perkantoran SMK/MAK Kelas XII (Jakarta: Gramedia Widiasarana indonesia, 2021), hal 96.
27
Ibid.,97.

25
• Analisis Aspek Finansial, Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur
kinerja keuangan usaha, seperti pendapatan, biaya, dan laba.28
• Analisis Manajemen, Evaluasi ini dilakukan untuk menilai
kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya manusia,
keuangan, dan operasional dalam usaha.29
Dalam melakukan evaluasi, seorang wirausahawan dapat
mengikuti tahapan-tahapan tersebut untuk mengetahui keberhasilan
dan kelemahan dari usaha yang sedang dijalankan. Evaluasi juga
dapat memberikan masukan yang berharga untuk perencanaan,
pengembangan, dan pengambilan keputusan di masa depan.
2. Kontribusi wirausaha
a. Definisi Kontribusi
Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute,
contribution, maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan
diri maupun sumbangan. Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa
materi atau tindakan. Hal yang bersifat materi misalnya seorang
individu memberikan pinjaman terhadap pihak lain demi kebaikan
bersama. Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaitu berupa
perilaku yang dilakukan oleh individu yang kemudian memberikan
dampak baik positif maupun negatif terhadap pihak lain. Sebagai
contoh, seseorang melakukan kerja bakti di daerah rumahnya demi
menciptakan suasana asri di daerah tempat ia tinggal sehingga
memberikan dampak positif bagi penduduk maupun pendatang.30
Dengan ini kontribusi berarti individu tersebut juga berusaha
meningkatkan efesiensi dan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan

28
Ibid.,98.
29
Muqarrama Nurdin, Juliana Kadang, dan Erwan Sastrawan, “Tahapan Evaluasi Mengenai Kegiatan
Kewirausahaan RN Store,” NGABDI: Scientific Journal of Community Services vol. 1, no. 1, 2023, 38.
30
Nur Kholik Lukman Surya, Manifesto Modernisasi Pendidikan Islam: Ulasan Pemikiran Soekarno
(Tasikmalaya: EDU PUBLISHER, 2020), hal 16.

26
dengan cara menajamkan posisi perannya, sesuatu yang kemudian
menjadi bidang spesialis, agar lebih tepat sesuai dengan kompetensi.
Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai bidang yaitu pemikiran,
kepemimpinan, profesionalisme, finansial, dan lainnya. Sedangkan
Kontribusi menurut Kamus besar bahasa Indonesia kontribusi adalah
Uang Iuran sumbangan. (kepada perkumpulan).31 Namun
Kontribusi dalam wirausaha dapat diartikan sebagai sumbangan
atau peran yang diberikan oleh individu atau badan tertentu dalam usaha
untuk mencapai tujuan yang lebih efisien. Evaluasi kontribusi dalam
wirausaha dapat dilakukan dengan mengukur keterlibatan,
keikutsertaan, atau sumbangsih yang diberikan oleh individu atau badan
tertentu dalam usaha tersebut. Evaluasi kontribusi dapat membantu
wirausahawan dalam mengetahui sejauh mana keterlibatan dan
sumbangsih yang diberikan oleh individu atau badan tertentu dalam
usaha tersebut, sehingga dapat memberikan masukan yang berharga
untuk perencanaan, pengembangan, dan pengambilan keputusan di
masa depan.
b. Komponen Kontribusi

Dalam mencapai kontribusi wirausaha untuk Pembangunan


Ekonomi Masyarakat yang lebih baik perlu adanya preoses yang baik
meliputi:
1) Kontribusi Ide/Gagasan.
Menurut KBBI Ide adalah rancangan yang tersusun di dalam pikiran
atau gagasan. Ide dalam konteks wirausaha dapat diartikan sebagai
gagasan kreatif yang muncul dalam pikiran seseorang untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda sebagai sumber
keunggulan untuk dijadikan peluang bisnis.

31
Ibid.

27
Menurut Suparyanto (2016) ide usaha atau gagasan usaha jika dilihat
dari sisi wirausahawan dapat bersumber dari kewirausahaan dan Ide
Kreatif eksternal atau internal. Ide usaha yang bersumber dari
eksternal biasanya berasal dari sebuah pengamatan atau penelitian
yang tercipta secara terencana atau tidak terencana terhadap
lingkungan sekitarnya. Sedangkan ide usaha yang bersumber dari
internal merupakan gagasan atau ide yang berasal dari minat, bakat,
dan potensi yang terdapat di dalam diri wirausahawan.32
Ide usaha yang bersumber dari eksternal, dapat berasal dari
segala sesuatu yang indra kita rasakan atau berasal dari pengamatan
dan penelitian, sehingga menghasilkan suatu pikiran dan
terbentuklah suatu ide atau gagasan. Sebagai seorang wirausahawan,
sebaiknya dapat selalu berpikiran terbuka, karena akan banyak
inspirasi yang didapatkan ketika wirausahawan dapat mengamati
secara seksama apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya.33
Selain dari sumber eksternal, ide bisnis atau gagasan usaha
dapat berasal dari internal seorang wirausahawan itu. Salah satunya
dengan menyadari pemberian dari Tuhan, seperti menyadari bakat
yang dimiliki, mengembangkan hobi, dan menggali segala
kemampuan dan pengetahuan yang ada. Dengan begitu, diharapkan
seorang wirausahawan dapat menyadari dan menemukan keahlian
tertentu yang dapat menginspirasi munculnya ide atau gagasan
usaha.34

32
W Andayani dan E G Sukaharsono, Kewirausahaan dan Ide Kreatif, 1 ed. (Malang: Universitas
Brawijaya Press, 2022),hal. 36.
33
Ibid, 37.
34
Ibid,38.

28
Tabel 2.1
Bakat

Minat Hobby

Kepemimpinan Pengetahuan

Pikirkan

Menciptakan Pilihan
Gagasan Bisnis

Pilih Gagasan Bisnis

Seleksi Gagasan Bisnis


Unggul

Gagasan Unggulan

Dapat kita simpulkan dari aspek ide internal dan eksternal


seorang pengusaha seperti bakat, hobby, minat, pengetahuan dan
kepimimpinan. Semua aspek tersebut disatukan dan menumbuhkan
sebuah gagasan/ide menuju ketahap pemilihan ide, kemudian
didapat lah sebuah ide yang lebih unggul dari hasil pemikiran
tersebut. Ketika dua sumber tersebut digabungkan, akan dapat
memunculkan ide usaha yang luar biasa, ketika suatu pengamatan

29
dan penelitian telah dilakukan dan didukung dengan adanya bakat
dan minat dengan segala pengetahuan, maka akan muncul suatu ide
atau gagasan usaha yang sangat berpotensi untuk dapat
diimplementasikan oleh seorang wirausahawan. Ide usaha eksternal
maupun internal dapat menjadi sumber inspirasi bagi pengusaha
untuk mengembangkan bisnis. Pemilihan ide yang tepat akan sangat
tergantung pada tujuan, sumber daya yang tersedia, dan kondisi
pasar saat itu.
2) Material
Menurut KBBI, material diartikan sebagai bahan atau unsur yang
digunakan untuk membuat atau memproduksi sesuatu. Dalam
konteks yang lebih spesifik, material dapat diartikan sebagai bahan
atau komponen yang digunakan dalam proses produksi atau
pembuatan suatu produk. Kontribusi material dapat diartikan
sebagai pengaruh atau peran yang dimainkan oleh bahan atau
komponen tertentu dalam suatu kegiatan atau proses. 35 Kontribusi
material merujuk pada sumbangan fisik atau nyata yang berupa
barang, bahan, atau aset dalam sebuah konteks tertentu. Kontribusi
material dalam konteks wirausaha dapat diartikan sebagai peran atau
pengaruh yang dimainkan oleh bahan atau komponen tertentu dalam
kegiatan wirausaha.

Berikut adalah beberapa contoh komponen material yang dapat


berkontribusi dalam usaha wirausaha:

35
Suci Siti Nabila Ainnaya Rahmadani, “Peningkatan Literasi Keuangan Syariah Dalam UMKM Di
Desa Kuta Parit Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat,” Jurnal Pengabdian Masyarakat 3, no. 2,
2022, 112.

30
a) Bahan baku
Bahan baku merupakan komponen material yang digunakan
dalam proses produksi atau pembuatan produk. Contohnya,
dalam industri makanan, bahan baku seperti tepung, gula,
minyak, dan rempah-rempah digunakan untuk membuat produk
makanan. Dalam industri fashion, bahan baku seperti kain,
benang, dan aksesoris digunakan untuk membuat pakaian atau
aksesori.
b) Komponen produksi
Komponen produksi adalah bagian-bagian atau komponen-
komponen yang digunakan dalam proses produksi atau
pembuatan produk. Contohnya, dalam industri elektronik,
komponen produksi seperti resistor, kapasitor, dan IC (Integrated
Circuit) digunakan dalam pembuatan perangkat elektronik.
Dalam industri otomotif, komponen produksi seperti mesin,
roda, dan sistem kelistrikan digunakan dalam pembuatan
kendaraan.
c) Peralatan dan mesin
Peralatan dan mesin merupakan komponen material yang
digunakan dalam proses produksi atau pembuatan produk.
Contohnya, dalam industri manufaktur, peralatan seperti mesin
penggiling, mesin pemotong, dan mesin pengepakan digunakan
untuk memproses bahan baku menjadi produk jadi. Dalam
industri konstruksi, peralatan seperti alat berat, beton molen, dan
derek digunakan dalam pembangunan proyek.
d) Kemasan
Kemasan merupakan komponen material yang digunakan untuk
melindungi dan mengemas produk. Kemasan dapat berupa botol,
kantong plastik, kotak karton, atau wadah lainnya. Kemasan

31
yang baik dapat memberikan perlindungan terhadap produk,
memudahkan penyimpanan dan distribusi, serta meningkatkan
daya tarik dan citra produk.
e) Bahan pendukung
Bahan pendukung meliputi komponen material lain yang
mendukung operasional atau pemasaran usaha wirausaha.
Contohnya, dalam usaha kuliner, bahan pendukung seperti
peralatan dapur, peralatan makan, dan bahan pembersih
digunakan untuk menjalankan operasional usaha. Dalam usaha
ritel, bahan pendukung seperti rak display, manekin, dan sistem
kasir digunakan untuk memajang dan menjual produk.
Komponen material tersebut dapat berkontribusi dalam berbagai
aspek usaha wirausaha, mulai dari produksi, kualitas produk,
efisiensi operasional, hingga pemasaran dan penjualan. Penting bagi
seorang wirausaha untuk memilih dan mengelola komponen
material dengan baik guna mendukung kesuksesan usahanya.
3) Kontribusi Tenaga
Menurut KBBI Tenaga adalah kemampuan atau kekuatan untuk
melakukan suatu pekerjaan atau berbuat sesuatu. Dalam pengertian
sehari-hari, tenaga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
melakukan suatu aktivitas atau pekerjaan. Tenaga merupakan
komponen utama dalam melakukan berbagai kegiatan manusia dan
makhluk hidup. Tenaga juga dapat merujuk pada sumber daya
manusia yang terlibat dalam usaha wirausaha. Tenaga kerja yang
terampil dan berkompeten merupakan aset berharga bagi sebuah
usaha. Keberhasilan usaha wirausaha seringkali bergantung pada

32
kualitas tenaga kerja yang dimiliki dan kemampuan mereka dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.36
Kontribusi tenaga dalam wirausaha dapat diartikan sebagai
upaya dan usaha yang dilakukan oleh seorang wirausaha untuk
mencapai tujuan bisnisnya. Kontribusi tenaga dalam hal ini
mencakup energi, usaha, dan keterampilan yang diperlukan untuk
37
menjalankan dan mengembangkan usaha. Kontribusi tenaga
dalam konteks wirausaha mengacu pada upaya fisik, kerja keras,
waktu, dan keterlibatan pribadi yang diberikan oleh seorang
wirausahawan atau individu yang terlibat dalam usaha bisnis.
Berikut adalah beberapa komponen tenaga dalam wirausaha:
1. Energi
Energi merupakan komponen tenaga yang diperlukan untuk
menjalankan dan mengembangkan usaha. Energi dapat berupa
semangat, motivasi, dan keinginan untuk mencapai tujuan bisnis.
Seorang wirausaha perlu memiliki energi yang cukup untuk
mengelola operasional bisnis, mengambil keputusan strategis,
dan menghadapi tantangan yang muncul.
2. Usaha
Usaha merupakan komponen tenaga yang diperlukan untuk
mencapai tujuan bisnis. Usaha dapat berupa upaya dan kerja
keras yang dilakukan oleh seorang wirausaha untuk
mengembangkan usahanya. Seorang wirausaha perlu memiliki
usaha yang cukup untuk memulai dan mengembangkan
usahanya, serta menghadapi berbagai tantangan yang muncul.

36
Atsna Himmatul Aliyah, “Peran Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat,” WELFARE Jurnal Ilmu Ekonomi vol. 3, no. 1, 2022, 73.
37
Sri Wahyuni et al., “Pelatihan Instalasi Listrik Untuk Meningkatkan Keterampilan Dalam Upaya
Peningkatan Pendapatan Wirausaha Bagi Pemuda Putus Sekolah Di Desa Krueng Seunong,” Jurnal
Pengabdian Masyarakat Nusantara (JPMN) 2, no. 1 (2022): 3.

33
3. Keterampilan
Keterampilan merupakan komponen tenaga yang
diperlukan untuk menjalankan dan mengembangkan usaha.
Keterampilan dapat berupa pengetahuan dan keterampilan teknis
yang diperlukan untuk memproduksi atau menjual produk, serta
keterampilan manajemen dan kepemimpinan yang diperlukan
untuk mengelola operasional bisnis.
4. Sumber daya manusia
Sumber daya manusia merupakan komponen tenaga yang
terlibat dalam usaha wirausaha. Sumber daya manusia yang
terampil dan berkompeten merupakan aset berharga bagi sebuah
usaha. Keberhasilan usaha wirausaha seringkali bergantung pada
kualitas tenaga kerja yang dimiliki dan kemampuan mereka
dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
5. Sumber daya energi
Sumber daya energi merupakan komponen tenaga yang
digunakan dalam proses produksi atau kegiatan usaha.
Penggunaan sumber daya energi yang efisien dan berkelanjutan
menjadi penting dalam upaya menjaga keberlanjutan usaha dan
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.38
Komponen tenaga tersebut dapat berkontribusi dalam berbagai
aspek usaha wirausaha, mulai dari produksi, kualitas produk,
efisiensi operasional, hingga pemasaran dan penjualan. Penting bagi
seorang wirausaha untuk memanfaatkan dan mengelola komponen
tenaga dengan baik guna mendukung kesuksesan usahanya.

38
Aprilya Nency, “SENTRI : Jurnal Riset Ilmiah,” SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah vol 1, no. 3, 2022, 18.

34
B. Definisi, Peran, Manfaat, Strategi, Faktor Pendorong Dan Penghambat
Wirausaha
1. Definisi Wirausaha
Definisi kewirausahaa sendiri merupakan padanan kata dari
entrepreneurship dalam bahasa Inggris, kata entrepreneur berasal dari
bahasa Perancis yakni entreprende yang berarti petualang, pengambil
resiko, kontraktor, pengusaha (Orang yang mengusahakan pekerjaan
tertentu), dan pencipta yang menjual hasil ciptaannya.39
Terdapat beberapa pengertian kewirausahaan menurut beberapa ahli,
diantaranya Hisrich dan Peters (1995), pengertian kewirausahaan adalah
proses mengkreasikan sesuatu dengan menambahkan nilai yang didukung
komitmen pada waktu dan usaha, memperkirakan kemungkinan finansial,
fisik, dan resiko sosial dan menerima hasil berupa finansial , kepuasan dan
kebebasan pribadi.40 Menurut Meredith, wirausaha merupakan orang yang
mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan
bisnis, mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil
tindakan yang tepat guna memastikan sukses. 41 Sedangkan menurut
Burgess (1993) Definisi wirausaha adalah seseorang yang melakukan
pengelolaan, mengorganisasikan, dan berani menanggung segala risiko
dalam menciptakan peluang usaha dan usaha yang baru.42
Seorang ekonom Indonesia, Suparman, sebagaimana dikutip oleh
Soesarsono (1987:23) disebutkan arti wiraswasta yang terdiri dari: (Wira) :
Utama, gagah, luhur, berani, teladan, (Swa): sendiri, (Sta) : berdiri,
(Swasta): berdiri di atas kaki sendiri, atas kemampuan sendiri. Selanjutnya
disebutkan oleh Soesarsono (1987:23), wiraswasta merupakan sifat-sifat

39
Khabib Alia Akhmad, “Peran Pendidikan Kewirausahaan Untuk Mengatasi Kemiskinan,” Jurnal
Ekonomi, Sosial & Humaniora 2, no. 6 (2021): 173–181.
40
Ibid.
41
Riska Ariana, “Hardines Dan Kesuksesan” (2016): 1–23.
42
Agribisnis Agribisnis, “Agribisnis Agribisnis” (n.d.).

35
keberanian, keutamaan dan keteladanan dalam mengambil risiko yang
bersumber pada kemampuan sendiri. Sementara itu kewirausahaan
{entrepreneurship) secara sederhana diterjemahkan prinsip atau
kemampuan wirausaha.43
Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia, Wirausaha (entrepreneur)
terdiri dari kata Wira dan Usaha. Dalam wira berarti utama, gagah, luhur,
berani, teladan, pejuang, sedangkan usaha diartikan sebagai kegiatan yang
bersifat komersial maupun non komersial. Jadi, wirausaha dapat diartikan
sebagai orang yang berjiwa berani mengambil risiko untuk membuka usaha
dalam berbagai kesempatan.44
Menurut M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer menjelaskan ada
delapan karakteristik kewirausahaan yang meliputi:
a. Rasa tanggung jawab (desire for responsibility) yaitu memiliki rasa rasa
tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang
memiliki rasa tanggung jawab akan selalu berkomitmen dan mawas diri.
b. Memilih resiko yang moderat (preference for moderate risk) yaitu lebih
memilih risiko yang moderat, artinya selalu menghindar risiko, baik
yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi.
c. Percaya diri terhadap kemampuan sendiri (confidence in their ability to
success) yaitu memiliki kepercayaan diri atas kemampuan yang
dimilikinya untuk memperoleh kesuksesan.
d. Menghendaki umpan balik segera (desire for immediate feedback) yaitu
selalu menghendaki adanya umpan balik dengan segera.

43
Pengaruh Kreativitas et al., “SOSEK: Jurnal Sosial Dan Ekonomi Pengaruh Kreativitas Bauran
Pemasaran Terhadap Kemajuan Usaha,” Pengaruh Kreativitas Bauran Pemasaran Terhadap
Kemajuan Usaha. Sosek 1, no. 2 (2020): 153–163.
44
Ariana, “Hardines Dan Kesuksesan.”

36
e. Semangat dan kerja keras (high level of energy) yaitu memilih semangat
dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang
lebih baik.
f. Berorientasi ke depan (future orientation) yaitu berorientasi masa depan
dan memiliki perspektif dan wawasan jauh ke depan.
g. Memiliki keterampilan berorganisasi (skill at organizing) yaitu
memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk
menciptakan nilai tambah. Menghargai prestasi (value of achievement
over money) yaitu lebih menghargai prestasi daripada uang.
Wirausaha juga dapat dipandang dari berbagai sudut dan konteks, yaitu
ahli ekonomi, manajemen, pelaku bisnis, psikolog, dan pemodal.45
a. Bagi ahli ekonomi, seorang entrepreneur adalah orang yang
mengkombinasikan sumber daya (resources), tenaga kerja, material dan
peralatan lainnya untuk meningkatkan nilai yang lebih tinggi dari
sebelumnya, dan juga orang yang memperkenalkan perubahan-
perubahan, inovasi, dan perbaikan produksi. Dengan kata lain,
wirausaha adalah seseorang atau kelompok orang yang mengorganisir
faktor-faktor produksi meliputi alam, tenaga, modal, dan skill untuk
tujuan produksi.
b. Bagi psikolog, seorang wirausaha adalah orang yang memiliki dorongan
kekuatan dari dalam untuk memeroleh sesuatu tujuan, suka mengadakan
eksperimen atau untuk menampilkan kebebasan dirinya di luar
kekuasaan orang lain.
c. Bagi pebisnis, menurut Zimmerer wirausaha adalah orang yang
menciptakan suatu bisnis baru dalam menghadapi risiko dan
ketidakpastian dengan maksud untuk memperoleh keuntungan dan
pertumbuhan dengan cara mengenali peluang dan mengkombinasikan

45
Ibid.

37
sumber-sumber daya yang diperlukan untuk memanfaatkan peluang
tersebut.
d. Bagi manajemen, pengertian wirausaha (entrepreneur) adalah seseorang
yang memiliki/membawa dan menggunakan sumber daya finansial
(money), bahan mentah (materials), dan tenaga kerja (labors), untuk
menghasilkan suatu produk baru, bisnis, proses produksi, atau
pengembangan organisasi usaha. 46
e. Bagi pemodal, melihat wirausaha adalah menciptakan kesejahteraan
bagi orang lain, yang menemukan cara-cara baru untuk menggunakan
sumber daya, mengurangi pemborosan, dan membuka lapangan kerja
yang disenangi oleh Masyarakat.
Secara sederhana, wirausahan adalah usaha untuk menciptakan nilai
tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara
baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut
dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi dan ilmu
pengetahuan, menghasilkan barang dan jasa sehingga lebih efisien,
memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada dan menemukan cara untuk
memberikan kepuasaan kepada konsumen. 47 Sedangkan secara umum,
definisi wirausaha adalah suatu kegiatan usaha atau bisnis mandiri dengan
kondisi seluruh sumber daya dan upaya dibebankan kepada pelaku usaha
(wirausahawan) dalam mengenali produk baru, menentukan konsep dan
proses produksi, menyusun strategi hingga memasarkan serta mengatur
permodalannya. Tujuan adanya kegiatan ini adalah untuk menghasilkan
sesuatu yang bernilai lebih tinggi dibandingkan saat sebelum diolah. Orang
yang menjalankan kegiatan wirausaha disebut dengan wirausahawan.

46
Kreativitas et al., “SOSEK: Jurnal Sosial Dan Ekonomi Pengaruh Kreativitas Bauran Pemasaran
Terhadap Kemajuan Usaha.”
47
Hermansyah Hermansyah and Dahmiri Dahmiri, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Keberhasilan Berwirausaha Industri Percetakan (Studi Kasus Wirausaha Industri Percetakan Di Kota
Jambi),” Jurnal Manajemen Terapan dan Keuangan 8, no. 3 (2019): 38–44.

38
Dialah yang bertanggung jawab dalam menyusun manajemen operasional
dari keseluruhan proses kegiatan tersebut, mulai dari pengadaan sampai
dengan pemasaran produk. Wirausahawan juga selayaknya mempunyai
kemampuan untuk bisa membaca tren pasar agar tidak sampai salah sasaran
dalam memasarkan produknya.48
Dari definisi wirausaha tersebut, maka bisa dipahami bahwa pengertian
kewirausahaan adalah proses mendirikan dan menjalankanbisnis atau
kegiatan produksi baik berupa barang atau jasa, yang ditandai dengan
adanya sikap kreatif, inovatif, dan berani menggambil resiko dalam usaha.
Kegiatan wirausaha yang dijalankan kemudian berkembang menjadi
kewirausahaan.
a. Peran Wirausaha
Peran Kewirausahaan makin penting akibat dari dinamika
perkembangan ekonomi. Khususnya berkaitan dengan pentingnya (1)
pertumbuhan ekonomi dan pengembangan bisnis untuk meningkatkan
daya beli masyarakat dan kemakmuran, dan (2) kemampuan pemerintah
untuk mencapai kepuasan memberikan layanan publik. Dalam
perkembangannya, kewirausahaan telah terbukti mampu memberikan
kontribusi yang sangat nyata dan penting untuk membangun kedua hal
ini. Menurut Yusof, Permula dan Pangil (2005) dalam Frinces (2010)
ada empat alasan mengapa pengusaha (entrepreneurs) penting dalam
masyarakat. Empat alasan itu adalah: (1) Untuk mendayagunakan
faktor-faktor memproduksi seperti tanah, modal, teknologi, informasi
dan berbagai sumber daya manusia (SDM) di dalam memproduksi
tugas-tugas yang efektif (producing effective tasks). (2)
mengidentifikasi berbagai peluang didalam lingkungan dengan
meningkatkan aktivitas yang akan memberikan manfaat kepada setiap

48
Agribisnis, “Agribisnis Agribisnis.”

39
orang (beneficial to everyone). (3) Memilih pendekatan terbaik ketika
menggunakan semua faktor produksi untuk meminimalkan pemborosan
dalam berbagai kegiatan wirausaha (meminimalkan pemborosan dalam
kegiatan wirausaha). (4) Untuk kemanfaatan generasi mendatang
(benefit of the future generation).49
Pada dimensi yang lebih luas, kewirausahaan diperlukan karena
peran yang dimainkannya dalam mendinamisasi kegiatan ekonomi
keluarga, masyarakat, perusahaan regional dan milik negara, yaitu
melalui kemunculan pengusaha ekonomi baru, yang disebut wirausaha.
Menurut Frinces (2010), bentuk kegiatan bisnis baru yang dimunculkan
wirausaha meliputi.50
1) Memunculkan kegiatan bisnis baru, yaitu: a.) Impor dan ekspor
produk dan layanan, serta pertukaran ahli atau staf teknis melalui
kerjasama antar perusahaan. b.) Sebagai produsen bahan baku,
produsen produk dan jasa dan juga berperan dalam menciptakan unit
bisnis baru lainnya. c.) Penciptaan pedagang perantara atau
pengusaha pada berbagai skala mikro, kecil dan menengah. d.)
Munculnya banyak pengusaha mikro dan kecil yang bertindak
sebagai agen perusahaan menengah atau besar. e.) Buat dinamika
dan strategi pemasaran baru bagi perusahaan untuk memenangkan
persaingan bisnis dengan menggunakan berbagai bentuk media
untuk promosi dan pemasaran. f.) Munculnya berbagai jenis dan
skala perusahaan atau kegiatan bisnis, sebagaimana disebutkan di
atas, memberikan manfaat besar bagi masyarakat untuk mencari
pekerjaan, dan juga menyarankan bidang bisnis alternatif untuk
bisnis baru.

49
Wininatin Khamimah, “Peran Kewirausahaan Dalam Memajukan Perekonomian Indonesia,” Jurnal
Disrupsi Bisnis 4, no. 3 (2021): 228–240.
50
Ibid.

40
2) Memunculkan pembudayaan semangat persaingan bisnis yang
tinggi: a.) Membangun lingkungan kerja dan budaya organisasi dan
perusahaan yang mendorong pertumbuhan kreativitas sumber daya
manusia (SDM), kompetisi di antara karyawan untuk kinerja, dan
lebih sensitif terhadap kepuasan serta antisipasi pelanggan dalam
memecahkan masalah yang dihadapi organisasi. b.) Untuk
memenangkan persaingan bisnis, pelaku bisnis harus memiliki daya
saing tinggi. Seorang pengusaha harus memiliki tingkat kreativitas
yang tinggi untuk menghasilkan berbagai inovasi baru, baik dalam
menciptakan produk dan layanan, dalam desain, pengemasan dan
kualitas, strategi dan pemasaran, dan dalam mengelola keahlian dan
teknologi.
3) Pemenuhan kebutuhan pasar dcngan cepat. Salah satu watak atau
perilaku wirausaha adalah kemampuanya membaca kondisi pasar.
Ini menjadi peluang mendapatkan keuntungan.
b. Manfaat Wirausaha
Kewirausahaan memiliki beberapa manfaat bagi kehidupan adapun manfaat
kewirausahaan menurit Daryanto dan Aris (2013) adalah:
1) Menambah daya tampung tenaga keja sehingga mengurangi
pengangguran
2) Memberi contoh bagaimana harus bekerja keras, tekun dan punya
kepribadian unggul yang pantas diteladani
3) Berusaha mendidik para karyawannya menjadi orang yang mandiri,
disiplin, tekun, dan jujur dalam menghadpi pekerjaan
4) Berusaha mendidik Masyarakat agar hidup secara efesien, tidak
berfoya-foya dan boros
5) Sebagai sumber penciptaan dan perluasan kesempatan kerja
6) Pelaksanaan Pembangunan bangasa dan negara
7) Meningkatkan kepribadian dan martabat atau harga diri

41
8) Memajukan keuangan
9) Melaksanakan persaingan dengan sehat dan wajar51
c. Faktor Pendorong dan Penghambat Wirausaha
Seorang wirausahawan tentunya harus memiliki karakter tentunya ada
faktor-faktor yang harus ada pada diri seorang Entrepreneur agar mampu
menjadi wirausahawan yang handal dimasa yang akan datang. Menurut
Eddy Soeryanton Soegoto (2014:35) Mengungkapkan ada 4 faktor
pendorong pada Entrepreneur :
1) The Creativity (Kreativitas)
Kreatif menghasilkan sesuatu yang baru dengan menambahkan
nilainya. Pertambahan nilai ini tidak hanya diakui oleh
wirausahawan semata namun juga audiens yang akan menggunakan
hasil kreasi tersebut.
2) The Commitmen (Komitmen)
Memiliki komitmen yang tinggi terhadap apa yang ingin dicapai dan
dihasilkan dari waktu dan usaha yang ada.
3) The Risk (Risiko)
Siapa yang menghadapi resiko yang mungkin timbul, baik resiko
keuangan, fisik dan resiko social.
4) The Reward (Penghargaan)
Penghargaan yang utama adalah independensi atau kebebasan yang
diikuti kebebasan pribadi. Sedangkan reward berupa uang biasanya
dianggap sebagai suatu bentuk derajat kesuksesan usahanya. 52
Kewirausahaan tidak ditujukan bagi orang–orang yang suka memilih
keadaan atau takut untuk menerima kegagalan yang menyebabkan
terjadinya penghambatan dalam tumbuhnya berwirausaha. Menurut

51
a N Andriana, Peran Wirausaha Dalam Pengembangan Umkm Dan Desa Wisata (Penerbit
Lakeisha, 2021), h.5
52
B A B Ii, “Unikom_Harry Gunawan_Bab Ii (1),” no. 2009 (2015): 17–49.

42
Zimmerer (2008: 39-42) Ada 10 kesalahan fatal yang sering dilakukan
wirausaha. Faktor pokok sebab kegagalan wira-usaha kecil sehingga
mengalami angka kematian yang cukup tinggi adalah keterbatasan sumber
daya, kurangnya pengalaman manajemen dan kurang stabilnya keuangan.
Adapun sebab-sebab kegagalan dalam faktor penghambat kewirausahaan
yaitu sebagai berikut:
1) Ketidakmampuan manajemen
Singkat kata tidak bisa menjalankan usaha, pengetahuan,
kepemimpinan, informasi ku-rang.
2) Kurang pengalaman / tidak hati-hati
Harusnya sebelum memulai usaha harus ber-latih dahulu
(magang) atau membuka usaha kecil-kecilan, dengan resiko yang
terbatas. Pengalaman adalah guru yang baik.
3) Pengendalian keuangan yang buruk
Modal awal harus memadai dan ada cadangan yang memadai.
Jangan hanya modal dengkul doang. Pengelolan pengeluaran kas
seleksi kredit yang ketat, penagihan piutang tertib, kebiasaan
pembelanjaan yang terarah dan disiplin.
4) Lemahnya usaha pemasaran
Pemasaran sering dilakukan pasif model laba-laba. Harus aktif
seperti tikus dalam mencari makan. Aktif tidak kenal lelah dan
kreatif. Sediakan nilai, kualitas, kenyamanan, kecepatan pelayanan.
Promosi digalakkan dengan cara yang semurah mungkin.
5) Kegagalan mengembangkan perencanaan strategi
Perencanaan memuat strategi usaha. Tanpa ada perencanaan
berarti tidak ada strategi. Catatlah semua ihwal yang berhubungan
dengan bisnis anda termasuk keuangan dan rencana.
6) Pertumbuhan yang tak terkendali

43
Awal usaha biasanya ditandai dengan pertum-buhan yang baik
dan bahkan pesat. Untuk itu wirausaha biasanya segera
memperbesar skala usaha dengan modal pinjaman. Pada fase awal
banyak pelanggan yang coba-coba. Apalagi bila boleh ngutang.
Volume penjualan me-ningkat pesat. Ketidakmampuan mengelola
karena permasalahan bertambah baik volume, jenis maupun
intensitasnya, akan menyebab-kan usaha akan gagal.
7) Lokasi yang buruk atau tidak strategis
Lokasi yang seadanya akan menyebabkan usaha sulit
berkembang. Usahakan mempe-roleh lokasi yang baik meskipun
agak mahal.
8) Pengendalian persedian yang tidak tepat
Kemampuan mengantisipasi kenaikan mau-pun penurunan
permintaan harus handal. Kekurangan / kehabisan stok pelanggan
kece-wa dan pindah ke pesaing, sementara kelebih-an stok, banyak
modal tertahan atau hutang bertambah.
9) Penetapan harga yang tidak tepat
Laba ditentukan berdasarkan besarnya biaya yang dikeluarkan
yaitu biaya produksi, pema-saran, distribusi, bonus/hadiah dan
sebagai-nya. Dikurangi volume penjualan. Harga yang terlalu
rendah akan menyebabkan target pemasukan tidak tercapai.
Sementara apabila terlalu tinggi akan tergusur dari pasar. Pene-
tapan harga berdasarkan harga pesaing tidak terlalu jelek akan tetapi
bukanlah usaha kita tidak sama dengan pesaing? Penetapan harga
yang terlalu rendah akan menyebabkan sulit menaikkan dibanding
harga yang agak tinggi tetapi mudah menurunkan.
10) Ketidak mampuan membuat transisi kewira-usahaan
Dari fase awal ke fase pertumbuhan dan fase-fase selanjutnya
adalah masa transisi. Tidak boleh ada kelengahan di sini.

44
Pertumbuhan membutuhkan semakin banyak enerji biasa dan
pengawasan mutu. Terlena oleh partum-buhan akan bisa berakibat
fatal. Usaha mati di tengah jalan.53
2. Definisi Dan Karakteristik Pesantren

Istilah pesantren juga bisa disebut dengan pondok pesantren. Kata


pondok berarti bangunan yang terbuat dari bambu, atau bisa juga diartikan
sebagai asrama tempat para santri tinggal. Menurut Dhofier dalam kata
pondok bisa juga berasal dari kata funduq dalam bahasa Arab yang
bermakna hotel atau asrama.54
Pesantren menurut pendapat yang lain adalah berasal dari akar kata
santri dengan awalan “pe-” dan akhiran “-an” yang berarti tempat tinggal
santri. A.H. Johns dan CC Berg sebagaimana yang dikutip oleh Zamakhsari
Dhofier berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil yang
berarti guru mengaji dan atau berasal dari kata Shastri yang dalam bahasa
India adalah yang tahu buku-buku suci agama Hindu. Kata shastri berasal
dari kata shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama atau
pengetahuan (Dhofier Zamakhsari, 1982: 107). Sedangkan M. Arifin
mendefinisikan pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan agama Islam
yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar (M. Arifin, 1991: 204).
Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan Gus Dur memberi
makna secara teknis bahwa pesantren is a place where santri (student)
live.55 Definisi lain dijelaskan bahwa pondok pesantre adalah berasal dari
kata santri yang artinya orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh

53
Sri Bondan & Farikah, “Lay out PENGANTAR TEORI KEWIRAUSAHAAN,” no. August (2017):
288.
54
Fathoni and Rohim, “Peran Pesantren Dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat Di Indonesia.”
55
Afif Muhammad and Dian Dian, ‘Jurnal Pendidikan Islam’, Jurnal Pendidikan Islam, 1.3, 2014,
327–46.

45
atau orang yang mendalami ilmu pengetahuan dan agama Islam di tempat
yang jauh.56
Sementara itu, dalam Diktat Sekilas Tentang Pondok Modern, pesantren
disebut sebagai pelaksana tri pusat pendidikan, yang meliputi: pendidikaan
sekolah, pendidikan rumah, dan pendidikan lingkungan, artinya ketiga
macam bentuk pendidikan itu terlaksana dengan baik di pesantren, karena
semua santri berasrama di pondok, berdisiplin setiap hari, dan serba
terkontrol. Sedangkan Sudjoko Prasodjo mendefinisikan pesantren sebagai
lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara
nonklasikal, dimana seorang kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada
santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam Bahasa Arab oleh
ulama abad pertengahan, dan para santri biasanya tinggal di pondok
(asrama) dalam pesantren tersebut. Adapun menurut Mastuhu, pesantren
adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam (tafaqquh fiddin)
dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman
hidup bermasyarakat sehari-hari.57
Pondok pesantren moderen ialah sebuah pesantren yang berusaha
meprioritaskan secara penuh sistem klasifikasi untuk ke dalam pondok.
Melakukan pengujian pada kitab - kitab klasik masih ada namun tidak lagi
menonjol seperti dulu dan hanya menjadikan pelengkap saja serta berubah
menjadi mata pelajaran seperti, Pondk pesantren modern gontor atau
pondok pesantren modern jombang dan yang lainnya. Cara ini merupakan
salah satu usaha pembaharuan pesantren yang tradisional menjadi pesantren

56
Lale Yaqutunnafis and Nurmiati Nurmiati, “Manajemen Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan
Pendidikan Kewirausahaan Siswa,” Jurnal Ilmu Manajemen 10, no. 2 (2021): 143.
57
Firmansyah, “Telaah Historis Dan Dinamika Perkembangan Pesantren Modern Di Indones,” Jurnal
El-Ta’dib Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Bengkulu 02, no. 01
(2022): 1–11.

46
yang lebih modern dan dilakukan dengan memperbaiki sistem sistem
menjadi relefan.58
Berdasarkan dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pondok
pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan islam yang digunakan
untuk memperdalam ajaran tentang agama islam dan menjadikannya
sebagai pedoman dalam hidup manusia, dalam pesantren para muridnya
diajarkan tentang adanya sopan santun dan mereka sering belajar di surau
atau masjid dan biasanya pendidikan pesantren merupakan pendidikan
tentang kedisiplinan dalam hidup.
Adapun yang dimaksud dengan pesantren modern menurut Mahmud
Yunus adalah madrasah yang diatur secara baru, tempat mendidik dan
belajar ilmu-ilmu agama, Bahasa Arab, dan pengetahuan umum.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat dipahami bahwa pesantren
modern adalah pesantren yang memadukan sistem pendidikan modern
dengan salafiyah (klasik).59
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan formal juga memiliki
ciri-ciri (karakteristik) sebagai mana lembaga pendidikan lainnya. Menurut
Samakhsyari Dhofier mengatakan bahwa ada lima ciri-ciri (karakteristik)
dari suatu pondok pesantren yaitu Pondok, Kyai, masjid, pengajian kitab -
kitab islam kalsik atau kuning dan santri.60
H.A. Mukti Ali mengemukakan karakteristik pendidikan pondok
pesantren sebagai berikut (1981: 7-8):
1) Adanya hubungan yang akrab antara murid (santri) dengan
Kyai.

58
Bella Almira, Yunani Hasan, and Aulia Novemy Dhita, ‘Pengaruh Model Pembelajaran Time Token
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII Di SMP Qur’aniah 1 Palembang
Bentuk Pelaksanaan Demokrasi Pertama Di Indonesia Perbedaan Hasil Belajar IPS Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Pair Ch’, Sindang, 3.1 (2021), 53–61.
59
Firmansyah, “Telaah Historis Dan Dinamika Perkembangan Pesantren Modern Di Indones.”
60
Yaqutunnafis and Nurmiati, “Manajemen Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Pendidikan
Kewirausahaan Siswa.”

47
2) Tunduknya santri kepada Kyai.
3) Hidupnya hemat dan sederhana benar-benar dilakukan dalam
kehidupan pondok pesantren.
4) Semangat menolong diri sendiri amat terasa dan kentara
dikalangan santri di pondok pesantren.
5) Jiwa tolong menolong dan suasana persaudaraan sangat
mewarnai pergaulan di pondok pesantren.
6) Pendidikan disiplin sangat ditekankan.
7) Berani untuk menderita mencapai sesuatu tujuan adalah
merupakan salah satu pendidikan yang diperoleh santri dalam
pondok pesantren.61
C. KAJIAN TEORITIK DALAM PRESPEKTIF ISLAM
1. Implementasi wirausaha yang terdiri dari strategi, metode, dan
evaluasi:
a. Implementasi startegi dalam wirausaha menurut islam yang di jelaskan
dalam Ayat Strategi dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 18:
َ‫ٱَّلل َخ ِبي ٌۢ ٌر ِب َما تَ ْع َملُون‬
َ َّ َّ‫ٱَّلل ۚ ِإن‬ ۟ ُ‫س َّما قَ َّد َمتْ ِلغَ ٍد ۖ َوٱتَّق‬
َ َّ ‫وا‬ ٌ ‫ٱَّلل َو ْلتَنظُ ْر َن ْف‬
َ َّ ‫وا‬ ۟ ‫يَٰٓأََ ُّيهَا ٱلَّذِينَ ءَا َم ُن‬
۟ ُ‫وا ٱتَّق‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada


Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q. S.
Al-Hasy: 18). (Kementrian Agama RI, 2015: 73).
Ayat di atas menjelaskan bahwa strategi adalah proses penentuan
rencana oleh pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka
panjang organisasi, dan disertai penyusunan suatu cara atau upaya
bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai sesuai dengan rencana

61
SANGKOT NASUTION, “Pesantren: Karakteristik Dan Unsur-Unsur Kelembagaan,” Tazkiya
Jurnal Pendidikan Islam VIII, no. 2 (2019): 126–127.

48
yang telah ditetapkan. Karena strategi merupakan bagian dari
manajemen yang terpenting untuk mencapai suatu tujuan organisasi
dalam waktu jangka panjang.62
b. Implementasi dari metode wirausaha menurut islam yang terdapat pada
Al-qu’an dan hadist, tidak terdapat dalil yang segnifikan membahas
mengenai metode usaha. Namun, terdapat banyak nilai-nilai serta ajaran
dari Al-qur’an dan hadist yang dapat dijadikan pedoman dalam
menjalankan usaha, seperti kejujuran, keadilan, kerja keras, serta
berusaha dengan ikhlas dan tulus. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-
qur’an surat Al-Ma’arij ayat 19-20:
)٢٠( ‫ )اِذََّا َمسهَُّ الشرَّ َج ُز اوعًَّا‬١٩( - َّ‫ق هَلُ اوعًا‬
ََّ ‫ن ُخ ِل‬ َ ‫اْل ان‬
ََّ ‫سا‬ ِ ‫اِنَّ ا‬
Artinya : "Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat yang
dipercayakan kepada mereka dan janjinya, serta orang-orang yang
tetap memelihara shalat mereka, mereka itu adalah pewaris-pewaris
yang mewarisi surga, mereka kekal di dalamnya." (Q. S. Al-Ma’arij:
19-20).
Adapun hadistnya Nabi Muhammad SAW bersabda: "Sesungguhnya
Allah mencintai jika seseorang dari kalian mengerjakan suatu
pekerjaan, maka hendaklah ia mengerjakannya dengan kesempurnaan"
(HR. Bukhari).63
c. Implementasi evaluasi dalam wirausaha menurut islam yaitu evaluasi
dapat di artikan sebagai ujian terhadap apa yang telah di lakukan, sesuai
atau tidak, maka semua yang di lakukan manusia akan di mintai
pertanggung jawabkan yang terdapat dalam QS. Al-Hujurat ayat 3:

62
B A B Ii and A Manajemen, “Bab Ii Manajemen Kredit Macet Dan Dakwah Perspektif Teoritis”
(2013): 24–61.
63
Hendri Mahmud Nawawi et al., “Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Tempat Usaha Potensial
Dengan Metode SAW (Studi Kasus : SahabatLink Tasikmalaya),” Indonesian Journal on Software
Engineering (IJSE) (2021).

49
ٰۤ
َّ‫ّللاُ قُلُ اوبَ ُه ام‬ ََّ ‫امتَح‬
َّٰ ‫َن‬ ََّ ‫ك ال ِذي‬
‫ان ا‬ َِّٰ ‫ن اَص َاواتَ ُه اَّم ِع ان ََّد َرسُ او َِّل‬
ََّ ‫ّللا اُول ِٕى‬ ََّ ‫ان يَغُض او‬
ََّ ‫انَّ ال ِذي‬
)٣(َّ‫لِلت اقوىَّ لَ ُه اَّم م اغف َِرةَّ واَجا رَّ عَظِ يام‬
Artinya: “Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di
sisi Rasulullah mereka Itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka
oleh Allah untuk bertakwa. bagi mereka ampunan dan pahala yang
besar”.
Dari berbagai definisi, dapat di simpulkan bahwa yang di maksud
dengan evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi
tentang bekerjanya suatu program yang selanjutnya informasi tersebut
digunakan untuk menentukan pilihan yang tepat dalam mengambil
sebuah keputusan. 64
2. Kontribusi usaha yang meliputi: ide(pemikiran), material, dan tenaga
menurut islam.
a. Kontribusi wirausaha mengenai ide atau pemikiran menurut islam yg
bersumber dari hadist dan alqur’an, kontribusi usaha mengenai
pemikiran ini sangatlah penting bagi pengembangan masyarakat dan
kepemimpinan yang bertanggung jawab mengenai pembangunan
ekonomi masyarakat dan pesantren. Sebagaimana yang dijelaskan
hadist dan alqur’an mengenai ide atau pemikira dalam kontribusi
wirausaha islam sebagai berikut :
Disebutkan dari hadist Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dalam sahih
Muslim, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

‫ط ِريقًا إلى ا ْل َجنَّ ِة‬


َ ‫س َّه َل هللا له بِ ِه‬
َ ‫س فيه ِع ْل ًما‬
ُ ‫ط ِريقًا يَ ْلتَ ِم‬
َ َ‫سلَك‬
َ ‫َو َم ْن‬
Artinya: "Barangsiapa yang keluar rumah untuk mencari ilmu, maka
Allah SWT akan memudahkan jalan baginya menuju surga" (HR.
Muslim)65

64
Supriani, “Konsep Evaluasi Dalam Al- Qur’an” (2017): 120.
65
Abdus Samad, “TEOLOGI ASY’ARIYAH,” 2019.

50
Adapun ide atau pemikiran kontribusi wirausaha yang dijelaskan
dalam Al-qur’an surat Al-‘Alaq ayat 1-5, surat Az-Zumar ayat 9, dan surat
Ar-Ra’d ayat 11.
1) Al-qur’an surat Al-‘Alaq dari ayat 1-5:
َ‫ك ا‬
َّ‫اْلك َار ُم‬ ََّ ‫ )اِ اق َرَّأا َو َرب‬٢( َّ‫علَق‬ َّ‫ان ا‬
َ ‫مِن‬ ََّ ‫س‬ َ ‫اْل ان‬
ِ‫ق ا‬ ََّ َ‫ ) َخل‬١( ‫ق‬ ََّ َ‫ِي َخل‬
َّ‫ك الذ ا‬ ‫اِ اق َرَّأا بِا ا‬
ََّ ِ‫س َِّم َرب‬
)٥( ‫ان َما لَ اَّم يَ اعلَ اَّم‬ ِ ‫ )عَل ََّم ا‬٤( ‫ِي عَل ََّم بِا القَلَ َِّم‬
َ ‫اْل ان‬
ََّ ‫س‬ َّ‫ )الذ ا‬٣(
Artinya: "Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan,
Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan
perantaraan kalam, mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya" (QS. Al-'Alaq: 1-5)
2) Alqur’an surat Az-Zumar ayat 9:
‫وا َرحْ َمةَ َربِ ِهۦ ۗ قُ ْل َه ْل‬ ۟ ‫اجدًا َوقَآئِ ًما يَحْ ذَ ُر ٱ ْلءَاخِ َرةَ َويَ ْر ُج‬ ِ ‫س‬ َ ‫َّمنْ ه َُو َٰقَنِتٌ َءانَا ٓ َء ٱلَّ ْي ِل‬
‫ب‬ ۟ ُ‫ستَ ِوى ٱلَّ ِذينَ يَ ْعلَ ُمونَ َوٱلَّ ِذينَ ََل يَ ْعلَ ُمونَ ۗ إِنَّ َما يَتَذَك َُّر أ ُ ۟ول‬
ِ َ‫وا ْٱْلَ ْل َٰب‬ ْ َ‫ي‬
Artinya: "Dan tidaklah sama antara orang yang berilmu dengan orang
yang tidak berilmu" (QS. Az-Zumar: 9)
3) Al-qur’an surat Ar-Ra’d ayat 11:
‫ٱَّلل ََل يُغَيِّ ُر َما بِّقَ ْو ٍم‬ ِّ ‫لَ ۥهُ ُمعَ ِّق َٰبَتٌ ِّم ۢن بَي ِّْن يَدَ ْي ِّه َومِّ ْن خ َْل ِّفِّۦه يَحْ فَظُونَ ۥهُ مِّ ْن أَ ْم ِّر ه‬
َ ‫ٱَّلل ۗ إِّ هن ه‬
‫س ٓو ًءا فَ ََل َم َرده لَ ۥهُ ۚ َو َما لَ ُهم مِّن دُونِِّّۦه‬ ‫وا َما ِّبأَنفُ ِّس ِّه ْم ۗ َو ِّإذَآ أَ َرا َد ه‬
ُ ‫ٱَّللُ ِّبقَ ْو ٍم‬ ۟ ‫َحت ه َٰى يُغ َِّي ُر‬
‫مِّ ن َوا ٍل‬
Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu
kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri" (QS. Ar-Ra'd: 11)66
Dari hadist dan Al-qur’an tersebut dapat disimpulkan bahwa islam
sangat mendorong umatnya untung mencari ilmu dan berpikir secara kritis.
Pemikiran dari kontribusi wirausaha dapat memberikan manfaat bagi

66
Nur Khosiah, Sofia Sofia, and Islamiah Islamiah, “Relevansi Pemikiran Kh. Achmad Dahlan Dan
Kh. Hasyim Asy’ari Tentang Pendidikan Islam Di Era Modern,” Muaddib: Jurnal Kajian Ilmu
Kependidikan 1, no. 1 (2019): 46–65.

51
masyarakat dan memperbaiki keadaan perekonomian yang ada. Oleh karena
itu, penting bagi umat islam untuk terus belajar dan berpikir kritis agar bisa
mengenmbangkan masyarakat dan kepemimpinan yang bertanggung jawab
mengenai pembangunan ekonomi masyarakat dan pesantren.
3. Wirausaha Dalam Pandangan Islam

Sejarah mencatat bahwa perjalanan kehidupan Nabi Muhammad SAW


dalam menafkahi diri dan keluarganya dijalaninya dengan berwirausaha,
karena ketika beliau masih berusia 2 bulan dalam kandungan ibunya
(Aminah) ayahnya (Abdullah) telah meninggal dunia, dan dalam usia 6
tahun, beliau harus kehilangan ibunya yang tercinta, maka hidupnya
tergantung pada pamannya Abu Thalib. Abu Thalib disamping orang yang
tergolong kurang mampu, juga memiliki banyak kelurga yang harus
dibiayainya. Keadaan inilah yang membuat Nabi merasa terpnggil untuk
ikut berusaha bersama pamannya, karenanya “Rasulullah bekerja sebagai
pengembala kambing untuk membantu meringankan beban pamannya
Selanjutnya pada usia 12 tahun, beliau harus ikut dengan pamannya Abu
Thalib membawa barang dagangan, pulang pergi dengan jarak yang
tergolong jauh yaitu antara Mekkah dan Madinah, untuk menjalankan
wirausaha (bisnis) tersebut. Keuletan, kejujuran dan kepiyawaiannya dalam
menjalankan bisnis tersebut mendapat sambutan yang baik di kalangan
masyarakat Syam, sehingga “segenap golongan manusia menerima
kehadirannya, sampai ia mendapat gelar dari mereka sebagai al-Amin, Sang
jujur, yang terpercaya”. Berdasarkan penjelasan dan kutipan di atas, maka
dapat diketahui bahwa wirausaha merupakan bagian yang tak terpisahkan
dalam ajaran Islam, sehingga ketika Rasulullah ketika ditanyak oleh para
shabat mengenai pekerjaan apa yang paling baik dilakukan, Nabi menjawab
“seseorang yang bekerja dengan tangannya sendiri, dan setiap jual beli yang
halal, sesuai dengan Sabda Nabi Muhammad SAW:

52
‫الرجل بيده‬
َّ ‫عمل‬: ‫اطيب َّ؟ قال‬
َّ ‫الكسب‬
َّ ‫سئل اي‬
َّ ‫للا عليه وسلم‬
َّ ‫صلى‬
َّ ‫رفاعة بن رافع ان النبي‬
َّ ‫عن‬
‫مبرور‬
َّ ‫وكل بيع‬
(‫البزار وصححه الحاكم‬
َّ ‫رواه‬
َّ )

Dari Rifa’ah bin Rofi’, bahwa Nabi SAW pernah ditanyak tentang usaha
apa yang paling baik untuk dilakukan/dikerjakan. Nabi bersabda:
“seseorang yang bekerja dengan tangannya, dan setiap bisnis yang
dihalalkan. Perlu dicatat bahwa keberhasilan Nabi dalam menjalankan
wirausahanya di Negeri Syam dan berbagai daerah lainnya, tidak terlepas
dari sifat yang melekat pada dirinya, yaitu jujur (shiddiq), sangat dipercaya
(amanah) transparan (tabligh), dan kreatif, inovatif/cerdas (fathanah). Sifat-
sifat inilah yang membawa beliau menjadi pelaku bisnis profesional, dan
atas dasar ini pulalah, “beliau bermitra dengan seorang janda kaya raya
bernama Khadijah (yang nantinya dalam usia 25 tahun Nabi menikah
dengannya) berbisnis dengan sistem bagi hasil (profit sharing), yang
akhirnya Khadijah mengangkat Nabi Muhammad sebagai manager
perdagangannya ke pusat perdagangan Habashah di Yaman”.67
Islam itu sendiri dapat dianggap sebagai agama wirausaha, dalam artian
memungkinkan dan mendorong aktiftas wirausaha, yaitu mengejar peluang,
pengambilan resiko, dan inovasi. Baik al-Qur’an dan Sunnah menekankan
pengejaran di dunia. Dalam Q.S. al-Qoshos : 77 dijelaskan

Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala)
negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuat

67
Kamaluddin, “Kewirausahaan Dalam Pandangan Islam,” Prosiding Seminar Nasional
Kewirausahaan 1, no. 1 (2019): 302–310.

53
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Nabi bersabda: Bekerjalah kalian untuk duniamu seakan-akan kalian akan
hidup selamanya, dan bekerjalah untuk kehidupan akhiratmu yang seakan-
akan kalian akan mati besok.68
Wirausaha merupakan serapan dari bahasa Prancis, yakni entrepreneur.
Kata ini pertama kali dikenalkan oleh Richard Cantillon pada abad ke-18
Masehi. Adapun dalam bahasa Indonesia kata entrepreneur diterjemahkan
menjadi wirausaha, yang mana wirausaha merupakan gabungan dari kata
wira dan usaha, wira artinya teladan atau contoh sedangkan usaha artinya
kemauan keras untuk memperoleh manfaat. Adapun menurut Kasmir,
secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang
berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai
kesempatan berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri
dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun
dalam kondisi tidak pasti. Sedangkan menurut Buchari Alma, seorang
wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian
menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut.
Dengan demikian, dari pandangan para ahli diatas terkait wirausaha, maka
dapat disimpulkan bahwa wirausaha memiliki 3 kata kunci yakni orang
yang dapat melihat dan memanfaatkan peluang, orang yang berjiwa berani
dalam mengambil resiko dalam menjalankan usahanya dan mandiri dalam
mengejar prestasi sehingga patut dicontoh.69

68
Abd. Ghafur and Saifuddin Syuhri, “Entreprenuership Perspektif Islam,” Ar-Ribhu : Jurnal
Manajemen dan Keuangan Syariah 3, no. 1 (2022): 74–84.
69
Reza Veni, “ISLAMIC ENTREPRENEURSHIP: Membangun Karakter Wirausahawan Muslim
Dengan Pengetahuan Berbasis Ekonomi,” Jurnal An-Nahl 09, no. 01 (2022): 1–10.

54
Kewiraushaan dari pespektif isilam adalah komposisi dari dua konsep
yang diperebutkan secara individual: islam dan kewirausahaan. Islam dalam
inti minimalnya adalah pernyataan keyakinan pada Allah dan Rasulnya
yaitu Nabi Muhammad. Wirausahaan adalah sseorang mereka yang sering
mengeksploitasi peluang melalui rekombinasi sumber daya yang ada sambil
menanggung ketidakpastian dalam usahanya. Dalam penjumlahan
sederhana dari Islam dan kewirausahan didasrkan pada tiga pilar terjalin.
Pilar pertama berdasarkan definisi kewirausahaan, adalah mengejar
peluang. Pilar kedua adalah social ekonomi atau etika, secara efektif
dipandu oleh seperangkat norma, nilaidan rekomendasi. Pilar ketiga adalah
religio-spiritual dan menghubungkan manusia dengan Tuhan (Allah Swt)
dengan tujuan akhir yaitu ridah Allah. Pilar-pilar ini saling terakait, pilar
ked au dan ketiga tidak begitu saja ditambhakn, ketiga pilar tersebut saling
membentuk. Perlu dipahami dan dianalisa secara holistic yang mengandung
pengejaran kewirausahaan, nilai-nilai yang berbentuk agama, kewajiban
Islam yang kongkrit, pengaruh masyarakat, sumber-sumber kitab suci dan
ekosistem adalah aktor dan isnstitusi yang memberikan interprestasi.70
4. Dalil-Dalil Dan Hukum Wirausaha

Al-Qur’an menegaskan bahwa seseorang hanya akan memperoleh hasil


prestasi sesuai dengan usaha yang dilakukan. Seperti yang tercantum dalam
(QS An-Najm: 39-40):

Artinya: “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa


yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan
diperlihatkan (kepadanya)”.

70
Abd. Ghafur and Saifuddin Syuhri, “Entreprenuership Perspektif Islam.”

55
Islam mengajarkan umatnya untuk mujahadah (bersungguh-sungguh)
dalam beramal atau bekerja di jalan Allah, memiliki kesungguhan dalam
berusaha, dan Allah SWT telah berjanji akan menunjukkan jalan keluar dari
setiap problem yang dihadapinya serta membrikan pertolongannya. Dalam
Al-Qur‟an juga dinyatakan dalam (QS. Al-Ankabut: 69):

Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan)


Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.
Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat
baik”.
Berdasarkan kedua ayat diatas, jelas bahwa berwirausaha dalam pandangan
Islam merupakan anjuran yang sangat diperhatikan. Mulyadi
mengemukakan bahwa kebutuhan dasar setiap orang yang belum dapat
disediakan oleh pemerintah, maka harus dicari dan diusahakan sendiri oleh
setiap individu secara umum dan khususnya di Indonesia.71
Hadis menurut bahasa yaitu al-Jadid (baru), bentuk jamaknya adalah ‫أحاديث‬,
bertentangan dengan qiyas, sedangkan menurut istilah adalah semua hal
yang berupa perkataan, perbuatan, ketetapan maupun sifatnya yang
disandarkan kepada Rasulullah Saw (Thahan, Ilmu Hadits Praktis, 2005).
Di sini akan membahas tentang hadis wirausaha berikut hadisnya:

Artinya: “Dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah Saw. bersabda:


“Bukanlah orang yang terbaik di antara kalian, seseorang yang
mengabaikan urusan duniawinya demi urusan akhiratnya, dan bukan pula

71
Sukri Badaruddin et al., “Jurnal Qisthosia :” 1 (2020): 130–144.

56
seseorang yang mengabaikan urusan akhiratnya demi urusan duniawinya,
sehingga ia mendapatkan keduanya secara bersamaan. Sesungguhnya dunia
itu merupakan sarana atau jalan untuk menuju ke akhirat, dan jangan sekali-
kali kalian menjadi beban bagi orang-orang lain” HR. ad-Dailami dan Ibnu
‘Asakir (Al-Hasyimi, 1993).

Artinya: “Dari al-Miqdam RA., dari Rasulullah Saw., beliau bersabda:


“Seseorang yang makan hasil usahanya sendiri, itu lebih baik.
Sesungguhnya Nabi Daud As., makan dari hasil usahanya sendiri” HR.
Bukhari (An-Nawawi, 1999).
Manusia terbaik bukanlah memilih salah satu antara akhirat dan
duniawinya saja tetapi harus seimbang karena dari hadis di atas telah
disebutkan dengan kata ‫ بالغ‬artinya bekal dan sarana untuk menuju akhirat
sedangkan arti ‫ الّك‬merupakan beban yang memberatkan orang lain. Jadi
janganlah seseorang meninggalkan perkara akhiratnya karena perkara
duniawinya, dan jangan pula ia meninggalkan perkara dunianya karena
perkara akhiratnya, agar ia tidak menjadi beban bagi orang lain. Dan makan
hasil dari usaha sendiri itu lebih baik. Implementasi wirausaha menurut
perspektif hadis adalah seorang wirausahawan harus memiliki sikap yang
jujur, adil, dapat dipercaya, bertanggungjawab, bijaksana dalam mengambil
keputusan, bekerja keras, mempunyai mental kuat, mempunyai ide kreatif
dan inovatif untuk usahanya, dan tentunya harus sesuai dengan syariat
Islam.72

72
Rycho Nur Nirbita Sias, Jurusan Ilmu Hadis, and Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati
Bandung, “Kewirausahaan Perspektif Hadis: Studi Takhrij Dan Syarah,” Gunung Djati Conference
Series 9 (2022): 34–46.

57
BAB III
GAMBARAN UMUM MENGENAI PONDOK PESANTREN RIYADUL
MUTA’ALIMIN
A. Profil Lokasi Penelitian
1. Sejarah Pondok Pesantren RiyadulَّMuta’alimin
Dahulu sekitar tahun 90an, di kampung Ciwalur belum ada
Lembaga Pendidikan formal. Anak-anak kecil mengaji ke rumah-rumah
guru ngaji seperti Ust. Didin Dilyadaen, Usth. Oneng, ust. Ajeh. Saat itu
sudah ada Madrasah Diniyyah Awwaliyyah (MDA) yang diberi nama MDA
Riyadul Muta’alimin. Yang mana nama ini diberikan oleh Ust. Didin
Dilyadaen.
Kemudian Bpk H. Muhammad Isro membangun sebuah madrasah
dekat masjid Al-Hikmah supaya anak MDA saat itu lebih nyaman kalau
mau mengaji. Barulah pada tahun 2003 MDA Riyadul Muta’alimin di
resmikan. Yang saat itu dipimpin oleh Ibu Apong Eva Hayati. Yang saat itu
anak-anak MDA masih menjadi santri kalong alias belum diasramakan.
Pada tahun 2006 mulailah ada asrama sederhana bagi anak-anak MDA.
Kemudian pada tahun 2008 dibangunlah Sekolah RA (Raudhatul
Athfal) yaitu sekolah untuk anak-anak usia dini. Yang dikepalai oleh usth.
Nurwendah. Pada tahun 2010 mulailah berunding para pendiri Yayasan
untuk merencanakan pembangunan sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTS)
dan Pondok Pesantren. Saat itu di hadiri oleh Bpk. H. Muhammad Isro,
Usth. Nurwendah, bpk. Adam Kirma Hidayat, Bu Apong Eva Hayati, Ust.
Ajid Sajidin, Usth. Rita Hartini, Ust. Deni Apendi, ust. Tatang Heryana.
Maka bulan Juli 2010 dimulailah proses Pendidikan dan pengajaran di Mts
dan Pondok Pesantren Riyadhul Muta’alimin. Pada tahun 2019 dibangunlah
Sekolah Madrasah Aliyah (MA) hingga sekarang. Saat ini kami terus
berupaya untuk memajukan Yayasan Pondok Pesantren Riyadhul

58
Muta’alimin dalam segala bidang. Baik itu sistem Pendidikan dan
pengajaran, Kaderisasi, pembangunan, manajemen dan lain sebagainya.
2. Visi dan Misi

1) Visi
Menjadi taman belajar pencetak kader pemimpin yang memiliki dasar
ilmu agama yang kuat,berwawasan luas serta bermanfaat bagi Umat
2) Misi
• Mendidik generasi mukmin-muslim yang Istiqomah,Berakhlaqul
Karimah, Memiliki Ilmu yang Bermanfaat, Bermental Kuat, serta
berkhidmat kepada masyarakat
• Terwujudnya generasi yang unggul menuju terbentuknya khaira
ummah
• Lahirnya ulama intelek yang memiliki keseimbangan dzikir dan
pikir.
• Terwujudnya warga negara yang berkepribadian Indonesia yang
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT
3. Profil Pondok Pesantren RiyadulَّMuta’alimin

Struktur Organisasi Pesantren


Ketua Yayasan : KH. Muhammad Isro
Pimpinan Pesantren : Ust. Tatang Heryana Lc.
Sekretaris : Ust. Ajid Sajidin
Ust. Citrawan
Bendahara : Usth. Nurwendah
Divisi-Divisi
Divisi Pengasuhan Putra : Usth. Rita Hartini
Ust. Lalan Jaelani
Ust. Rezaldi

Div. Pengasuhan Putri : Usth. Nurwendah

59
Usth. Lani Anggraeni
Usth. Febiyani
Div. Da'wah dan Kemasyarakatan : Ust. Didin Dilyadaen
Ust. Ahdar Iskandar
Div. Keilmuan & Pengajaran : Usth. Siti Maemunah
Usth. Rani Anjani
Usth. Annisa Salsabila

Div. Kewirausahaan : Ust. Satria M. Iqbal


Ust. M. Ridwan
Ust. Acep Noval

Div. Ubudiyah : Gilang Septian

4. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren RiyadulَّMuta’alimin

Sarana dan prasarana dalam pondok pesntren Riyadul Muta’alimin


merupakan hal yang sangat penting, sebab hal tersebut sangatlah
mempengaruhi kegiatan pembelajaran dan agar dapat mendukung setiap
aktivitas yang dilakukan oleh santri.adapun sarana dan prasarana di Pondok
Pesantren Riyadul Muta’alimin sebagai berikut.
Table 3.1
No Fasilitas Jumlah No Fasilitas Jumlah
1 Asrama PA/PI 15 Unit 7 Lap. olahraga 1 lokal
2 Gedung Sekolah 9 unit 8 Gedung Pabrik 2 unit
3 Perpustakaan 1 unit 9 Pendopo 1 lokal
4 Mushola/Mesjid 2 lokal 10 Drumband 1 set
5 Kantor yayasan 1 unit 11 Mobil 2 unit
6 Lab. Komputer 1 ruang 12 Motor 3 unit

60
7 Koperasi 1 unit Kamar mandi 15
ruangan
Kantin 1 unit
Sumber: Dokumentasi Pondok Pesantren Riyadul Muta’alimin
5. Kegiatan Pondok Pesantren RiyadulَّMuta’alimin

Kegiatan santri di Pondok Pesantren Riyadul Muta’alimin selama


24 jam wajib menetap didalam komplek Pondok Pesantren terkecuali ada
keperluan dan harus dengan seizin pengasuh atau pengurus pondok.
Tabel 3.2
Jadwal Kegiatan Pesantren
No Waktu Kegiatan
1 03.00-04.00 Bangun Tidur, Mandi Malam, Sholat Malam
2 04.00-04.30 Sholat Subuh, Dzikir, Khotaman
3 04.30-06.00 Mengaji, Sholat Isroq, piket
4 06.00-07.00 Mandi, Sarapan, Sholat Dhuha
5 07.00-14.00 Sekolah, Sholat Dhuhur
6 14.00-15.00 Istirahat
7 15.00-16.50 Sholat Ashar, Mengaji
8 16.50-17.30 Piket, Makan
9 17.30-18.15 Sholat Magrib, Dzikir
10 18.15-19.00 Mengaji Al-Quran
11 19.00-19.30 Sholat Isya, Dzikir, Khotaman
12 19.30-21.00 Mengaji Kitab atau hadist
13 21.00-22.00 Istirahat, Sholat Hajat
14 22.00-03.00 Tidur
Sumber: Dokumentasi Pondok Pesantren Riyadul Muta’alimin.

61
BAB IV
PAPARAN DATA DAN HASIL TEMUAN
B. Model Implementasi dan Kontribusi Wirausaha Lokal Terhadap
Pembangunan Ekonomi Masyarakat
1. Model Implementasi Wirausaha Lokal Terhadap Pembangunan
Ekonomi Masyarakat: Strategi, Metode Dan Evaluasi
Dalam Implementasi Wirausaha dilakukan dengan beberapa aspek yaitu
strategi, metode dan evaluasi untuk mencapai implementasi wirausaha yang
lebih baik, Aspek-aspek tersebut biasa diterapkan pada unit unit usaha di
dalam pesantren sebagai tujuan mewujudkan Ekonomi yang lebih baik
membentuk generasi muda yang berilmu amaliyah, berkarakter serta
menumbuhkan jiwa kepemimpinan dan bermanfaat bagi Masyarakat
seabagai tujuan untuk menumbuhkan ekonomi Masyarakat lokal maupun
pesantren. Pesantren Riyadul Muta’alimin menyusun dan melakukan model
Implementasi Wirausaha Lokal dalam membangun ekonomi masyarakat.
Seperti yang telah penulis tanyakan pada pimpinan pondok; Apa yang
melatarbelakangi kiyai untuk menerapkan wirausaha pada Pondok
Pesantren ini?
“Penerapan wirausaha pada santri didasarkan pada beberapa
pertimbangan supaya Meningkatkan pembangunan ekonomi
masyarakat, karena banyak sekali dari masyarakat yang belum faham
cara memasarkan karena nya riset harga produk dipasaran. Terus
Memberikan peluang kerja juga bukan untuk santri saja tapi untuk
masyarakat juga.”73
Dapat dijelaskan bahwa yang dikatakan oleh pimpinan Pondok
Pesantren Riyadul Muta’alimin bahwa adanya usaha ini sebagai peluang
kerja bagi santri dan masyarakat pesantren.

73
Hasil Wawancara dengan Pimpinan pondok pada tanggal 30 Juli 2023 jam 13.00 WIB

62
Penerapan konsep wirausaha pada santri memiliki tujuan utama untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Dalam
banyak kasus, masyarakat masih kurang paham mengenai strategi
pemasaran dan penentuan harga produk, yang bisa mengakibatkan
ketidakmaksimalan dalam menghasilkan pendapatan dari potensi produk
yang dimiliki. Dengan mengajarkan keterampilan wirausaha kepada santri,
pesantren dapat membantu mengisi celah ini dengan memberikan
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memasarkan produk
secara lebih efektif.
Riset harga produk di pasaran adalah langkah penting dalam
mengidentifikasi nilai pasar dan menetapkan harga yang kompetitif untuk
produk atau layanan. Banyak usaha mikro dan kecil seringkali mengalami
kesulitan dalam mengenali harga yang tepat untuk produk mereka. Dengan
memasukkan konsep riset harga produk ke dalam pendekatan wirausaha
santri, pesantren dapat membantu masyarakat lebih memahami bagaimana
menentukan harga produk yang akan memungkinkan mereka mendapatkan
keuntungan yang layak dan sekaligus bersaing di pasar.
Penerapan wirausaha tidak hanya memberikan peluang kerja bagi santri
yang dapat mengembangkan usaha mereka sendiri, tetapi juga memberikan
dampak positif yang lebih luas pada masyarakat. Dengan menghasilkan
lebih banyak lapangan kerja dan usaha lokal, pesantren dapat berkontribusi
pada pengurangan tingkat pengangguran dan peningkatan ekonomi secara
keseluruhan di komunitas sekitarnya. Ini berarti bahwa masyarakat dapat
merasakan manfaat secara langsung dari pertumbuhan usaha lokal yang
dihasilkan melalui pendekatan wirausaha di pesantren. Secara keseluruhan,
penerapan wirausaha pada santri dalam pesantren adalah langkah strategis
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola
bisnis, mengoptimalkan pemasaran dan harga produk, serta memberikan
dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat secara luas.

63
Dengan memberikan peluang kerja dan mendorong usaha lokal,
pendekatan ini dapat menjadi alat penting dalam memajukan pembangunan
ekonomi dan kesejahteraan sosial di dalam komunitas pesantren dan di luar
pesantren.
Adapaun dalam Metode yang dilakukan oleh pesantren Riyadul
Muta’alimin dalam menacapai hal tersebut yaitu dengan Implementasi
Metode Analisis SWOT dan manajemen wirausaha yang bertujuan
mengidentifikasi aspek kekuatan, kelemahan, ancaman dan strategi dalam
pembangunan implementasi wirausaha lokal terhadap usaha pesantren dan
ekonomi masyarakat. Dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Analisis SWOT
Pondok Pesantren Riyadul Muta’alimin Mengembangkan
wirausaha sebagai sarana dalam proses pembangunan usaha disekitar
pesantren. Implementasi Wirausaha ini di terapkan di Pondok Pesantren
Riyadul Muta’alimin bertujuan mengidentifikasi wirausaha lokal
terhadap pembangunan ekonomi masyarakat, tetapi juga bertujuan
mengembangkan potensi dan penghasilan bagi masyarakat sekitar.
Pendidikan pesantren memiliki peran yang sangat penting dalam
membentuk karakter dan kepribadian individu, selain dari aspek
keagamaan, pesantren juga memiliki potensi untuk mendukung
pengembangan ekonomi masyarakat di sekitarnya. Salah satu pesantren
yang memiliki perhatian serius terhadap aspek ini adalah Pesantren
Riyadul Muta'alimin. Pesantren ini bukan hanya sekadar lembaga
pendidikan agama, tetapi juga telah bertransformasi menjadi
lingkungan yang mendukung pengembangan wirausaha di kalangan
santri dan masyarakat sekitar.
Namun, dalam rangka mencapai pengembangan ekonomi yang
berkelanjutan, perlu dilakukan analisis menyeluruh untuk
mengidentifikasi potensi, tantangan, peluang, dan ancaman yang

64
mungkin mempengaruhi upaya tersebut. Salah satu metode analisis
yang dapat digunakan adalah analisis SWOT (Strengths, Weaknesses,
Opportunities, Threats). Analisis SWOT merupakan pendekatan yang
menggabungkan analisis internal dan eksternal dari suatu entitas, dalam
hal ini adalah pengembangan wirausaha di Pesantren Riyadul
Muta'alimin, untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang dapat
mendukung atau menghambat upaya pengembangan ekonomi
masyarakat. Analisis ini dapat memberikan pemahaman yang lebih
mendalam tentang kekuatan internal yang dapat dimanfaatkan,
kelemahan yang perlu diatasi, peluang yang dapat dimanfaatkan, dan
ancaman yang mungkin dihadapi dalam mengembangkan wirausaha di
pesantren.
Pesantren Riyadul Muta’alimin bukan hanya sebagai wadah kajian
ilmu pengetahuan namun juga sebagai peluang kerja bagi para santri
dan peluang kerja bagi masyarakat. Seperti yang telah saya tanyakan
kepada pimpinan Pondok Pesantren Riyadul Muta’alimin: Dalam
menagawali usaha pertama taha papa tang anda lakukan atau metode
apa? Karena pasti nya perlu adanya sebuah metode untuk mengawali
usaha?
“pertama-tama saya ajak santri untuk merenung dan mendengarkan
kekuatan atau potensi yang mereka miliki. keterampilan unik,
pengetahuan khusus, melihat apa hubungan yang dapat mendukung
usaha. Melihat kelemahan atau hambatan yang mereka miliki dalam
mengawali usaha karena mereka kurng pengalaman dalam bisnis,
kurangnya modal, atau keterbatasan dalam keterampilan tertentu.
Bantu santri untuk mengenali peluang yang ada di sekitar mereka.
Melihat potensi ancaman yang mungkin muncul dalam
mengembangkan usaha, seperti persaingan ketat, perubahan tren
pasar, atau regulasi yang berubah. merumuskan strategi
berdasarkan temuan tersebut. Saya juga menyediakan pelatihan dan
pembekalan kepada santri dalam hal-hal yang relevan dengan usaha
yang ingin mereka jalankan. Mendukung secara terus-menerus

65
dengan bimbingan secara langsung melakukan evaluasi dalam
perkembangan bisnis”. 74
Dapat dijelaskan bahwa : dalam mengembangkan potensi wirausaha
di kalangan santri pesantren. Mari kita jelaskan bagaimana pernyataan
tersebut terkait dengan masing-masing aspek analisis SWOTyaitu
sebagai beriktu;
1) Kekuatan (Strengths): Pimpinan pesantren mengajak santri
untuk merenung dan mengidentifikasi kekuatan atau potensi
yang mereka miliki. Ini sejalan dengan aspek kekuatan dalam
analisis SWOT, di mana pesantren berusaha mengenali faktor-
faktor positif internal yang dapat memberikan keunggulan
kompetitif dalam mengembangkan wirausaha. Kekuatan ini
bisa berupa keterampilan unik, pengetahuan khusus, atau
hubungan yang dapat mendukung usaha yang akan dijalankan
oleh santri.
2) Kelemahan (Weaknesses): Pimpinan pesantren juga mengajak
santri untuk melihat kelemahan atau hambatan yang mereka
miliki dalam mengawali usaha. Ini mencerminkan analisis
aspek kelemahan dalam analisis SWOT. Kelemahan ini
termasuk kurangnya pengalaman dalam bisnis, keterbatasan
modal, atau keterampilan tertentu yang mungkin masih perlu
ditingkatkan.
3) Peluang (Opportunities): Saat pimpinan pesantren mendukung
santri untuk mengenali peluang di sekitar mereka, hal ini terkait
dengan analisis aspek peluang dalam analisis SWOT. Peluang-
peluang ini mungkin meliputi tren pasar yang berkembang,
kebutuhan masyarakat yang belum terpenuhi, atau hubungan

74
Hasil Wawancara dengan Pimpinan pondok pada tanggal 30 Juli 2023 jam 13.00 WIB

66
yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung usaha yang akan
dijalankan.
4) Ancaman (Threats): Mengenali potensi ancaman yang mungkin
muncul dalam mengembangkan usaha juga merupakan bagian
dari analisis SWOT. Ancaman ini bisa termasuk persaingan
yang ketat, perubahan tren pasar yang tidak terduga, atau
perubahan regulasi yang berdampak pada keberlanjutan usaha.
Pada tahap selanjutnya, ketika pimpinan pesantren merumuskan
strategi berdasarkan temuan tersebut, ini mengacu pada tindakan yang
diambil berdasarkan hasil analisis SWOT. Strategi ini akan mencoba
memaksimalkan kekuatan yang ada, mengatasi kelemahan yang
teridentifikasi, memanfaatkan peluang yang ada, dan mengantisipasi
atau merespons ancaman yang mungkin muncul.
Selanjutnya, memberikan pelatihan dan pembekalan kepada santri
dalam hal-hal yang relevan dengan usaha yang ingin mereka jalankan
merupakan bentuk dukungan yang konkrit dan praktis, sehingga
membantu mengatasi beberapa kelemahan yang mungkin ditemukan
dalam analisis SWOT.
Terakhir, bimbingan secara terus-menerus dan evaluasi dalam
perkembangan bisnis mencerminkan pendekatan berkelanjutan dalam
mengembangkan usaha, yang mencakup pemantauan terhadap
perubahan lingkungan dan usaha untuk menghadapinya.
b. Manajemen Implementasi Wirausaha lokal oleh pengasuh
Dalam menentukan pola manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan
tahap perkembangan usaha sangat diperlukan. Dalam mengembangkan
kewirausahaan di Pondok Pesantren Riyadul Muta’alimin dibutuhkan
keterampilan dan pemahaman yang baik, sehingga daalam perencanaan
usaha dapat mencapai target yang direncanakan. Berkaitan dengan

67
mengembangkan potensi sumber daya manusia dan pemanfaat lahan
yang ada, maka diperlukan adanya pencapaian.
1) Pelatihan
Pembangunan ekonomi masyarakat melalui implementasi wirausaha
lokal di Pondok Pesantren Riyadul Muta’alimin dilakukan dengan
cara melaksanakan kegiatan pelatihan. Seperti yang telah
ditanayakan kepada pimpinan Pondok Pesantren: “apakah anda
memberikan pelatihan wirausaha pada santri yang akan
berwirausaha ?”
“Ya, saya memberikan pelatihan pada santri saysa, bahkan sudah
beberapa kali sayas memberikan pelatihan. Saya mendatangkan
beberapa ahli dari luar kota dan bekerja sama dengan pemerintah
setempat untuk pelatihan-pelatihan. Seperti pada lembaga
pelatihan BLK (Balai Latihan kerja) supaya santri saya diberikan
pemahaman ilmu usaha”.75
Pesantren telah melaksanakan sejumlah pelatihan wirausaha bagi
santri, menunjukkan komitmen dan perhatian yang besar terhadap
pengembangan potensi mereka. Melalui pelatihan ini, pesantren
memberikan kesempatan bagi santri untuk belajar dan memahami
konsep dasar serta praktik wirausaha, yang akan membantu mereka
merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan usaha di masa
depan.
Melibatkan ahli dari luar kota dan bekerja sama dengan
pemerintah setempat menunjukkan skala dan komitmen yang lebih
besar dalam penyelenggaraan pelatihan. Kolaborasi dengan para ahli
membawa pengetahuan yang mendalam dan pengalaman praktis,
sementara kerjasama dengan pemerintah bisa memberikan
dukungan, akses ke sumber daya, dan jaringan yang lebih luas.

75
Hasil Wawancara dengan Pimpinan pondok pada tanggal 30 Juli 2023 jam 13.15 WIB

68
Kerjasama dengan lembaga pelatihan BLK (Balai Latihan Kerja)
sangatlah strategis, karena lembaga ini secara khusus didedikasikan
untuk memberikan pelatihan dan keterampilan kepada individu
dalam berbagai bidang, termasuk wirausaha. Melalui kemitraan ini,
memastikan bahwa santri Anda mendapatkan pendidikan wirausaha
yang terstruktur dan berstandar, sesuai dengan praktik terbaik.
Fokus pada memberikan pemahaman ilmu usaha menunjukkan
bahwa tujuan utama dari pelatihan ini adalah untuk memberikan
pengetahuan mendalam tentang aspek-aspek bisnis kepada santri. Ini
mencakup berbagai topik seperti perencanaan bisnis, pemasaran,
manajemen keuangan, dan strategi pengembangan usaha.
Pemahaman ini akan membantu santri dalam merancang dan
menjalankan usaha mereka dengan lebih baik.
Melalui upaya ini, pesantren sedang membantu santri untuk
mempersiapkan diri mereka secara lebih baik dalam menghadapi
dunia bisnis yang kompetitif. Pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh dari pelatihan ini tidak hanya akan memungkinkan santri
untuk menciptakan dan mengembangkan usaha mereka sendiri,
tetapi juga akan memberikan dampak positif pada masyarakat
melalui pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja yang dihasilkan.
Selain itu, kolaborasi dengan ahli dan pemerintah menunjukkan
bahwa upaya ini adalah komitmen yang berkelanjutan untuk
membuka peluang dan masa depan yang lebih baik bagi santri.
2) Pendampingan
Pendampingan sangat disimpulkan dalam upaya membangun
ekonomi masyarakat dan pesantren sebagai arahan dalam
melaksanakannya. Seperti yang telah saya tanyakan pada pimpinan
pondok”Apa saja upaya yang dilakukan pesantren dalam melakukan

69
praktik wirausaha dalam membangun ekonomi pesantren dan
masyarakat?”
“saya biasanya terjun langsung ketika proses usaha dilakukan
untuk mendampingi para santri dalam berwirausaha. Supaya bisa
lebih diawasi ketika melakukan kesalahan. Terus dari kesalahan
itu saya mengarahkan mana yang lebih baik. Karena
Alhamdulillah saya kalo dalam dunia usaha pulahan tahun terjun
jadi saya juga memberi ilmu-ilmu tentang usaha pada santri
saya”
Bisa dijelaskan bahwa pesantren khususnya kiyai secara aktif
terlibat dalam mendampingi para santri dalam usaha mereka. Dia
berusaha untuk memberikan bimbingan langsung dan pengawasan
selama proses berwirausaha, terutama dengan tujuan untuk
mengajarkan nilai-nilai yang lebih baik melalui pembelajaran dari
kesalahan.
Beberapa poin penting yang bisa diambil dari pernyataan tersebut
adalah:
• Keterlibatan Aktif dalam Proses: Kiyai tersebut secara
langsung terjun ke dalam proses usaha yang dilakukan oleh
santri. Ini menunjukkan komitmen dan perhatian tinggi
terhadap perkembangan dan kesuksesan usaha mereka.
• Pendekatan Pembelajaran dari Kesalahan: Kiyai ini
menganggap kesalahan sebagai peluang untuk pembelajaran.
Dengan mendampingi santri dalam mengatasi kesalahan, ia
berusaha mengarahkan mereka menuju jalan yang lebih baik
dan memastikan bahwa pengalaman buruk tersebut menjadi
pelajaran berharga.
• Kiyai Pondok Pesantren Riyadul Muta’alimin telah memiliki
pengalaman yang luas dalam dunia usaha selama puluhan
tahun. Pengetahuan dan pengalaman ini menjadi modal
berharga yang ia bagikan kepada santri-sentrinya, sehingga

70
mereka dapat mengambil manfaat dari wawasan dan
nasihatnya.
• Selain fokus pada aspek usaha, kiyai ini juga berusaha untuk
mengajarkan nilai-nilai positif kepada santri. Ini bisa
mencakup nilai-nilai moral, etika berbisnis, tanggung jawab
sosial, dan lain sebagainya.
• Melalui pengawasan dan bimbingan yang aktif, kiyai tersebut
berupaya memastikan bahwa santri-sannya mengembangkan
usaha dengan cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang
diinginkan.
Secara keseluruhan, komitmen seorang kiyai dalam memajukan
santri-sannya melalui pendampingan dalam dunia usaha, sambil juga
memberikan arahan moral dan nilai-nilai yang lebih luas supaya
tercapai pembangunan ekonomi pesantren dan tidak hanya pesantren
namun pada ekonomi masyarakat sekitar juga.
Pesantren juga memberikan pendampingan dalam bentuk unit
usaha sebagai fasilitor, komunikator dan pembimbing santri pada
saat melakukan kegiatan kewirausahaan dilapangan. Tidak hanya itu
pesantren juga diajari bagaimana cara agar wirausaha ini dapat
membangun ekonomi pesantren dan juga masyarakat dengan
menggunakan metode-metode dan strategi tertentu.
3) Evaluasi
Kegiatan evaluasi ini dimaksudkan unyuk mengetahui bagaimana
perkembangan maupun pengelolaan wirausaha dilakukan, evaluasi
ini dilakukan untuk melihat sejauh mana perkembangan wirausaha
lokal dalam memabngun ekonomi pesantren dan masyarakat.
Pengasuhan atau pompinan pondok nantinya akan berdiskusi
mengenai permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam

71
pembangunan ekonomi pesantren dan masyarakat dan
menyelesaikan probelmatika tersebut dalam setiap bidang usaha
tersebut. Seperti yang telah peniliti tanyakan pada pimpinan pondok;
apakah ada sebuah evaluasi sebelum menjalankan usaha?
“Tentu, dalam implementasi wirausaha oleh santri untuk
membangun ekonomi masyarakat dan pesantren, proses evaluasi
sangat penting. Sebagai seorang pimpinan Pondok Pesantren,
saya menjalankan proses evaluasi yang melibatkan pihak
pesantren dan kiyai untuk memastikan keberhasilan dan dampak
positif dari program implementasi wirausaha kami memiliki
pendekatan evaluasi yang terstruktur dan berkelanjutan, seperti
mengevaluasi pengeluaran dan pemasukan, proses Pemasaran
dan bahan baku kalo untuk usaha makanan dari setiap unit
usaha.”76
Dapat dijelaskan bahwa pentingnya proses evaluasi dalam
pelaksanaan program wirausaha oleh santri dengan tujuan
membangun ekonomi masyarakat dan pesantren. Evaluasi adalah
alat penting untuk mengukur efektivitas, keberlanjutan, serta
dampak positif dari program tersebut.
Evaluasi adalah proses kritis yang membantu mengukur sejauh
mana program wirausaha berhasil mencapai tujuannya. Ini
melibatkan analisis menyeluruh terhadap berbagai aspek, termasuk
keuangan, operasional, dan dampak sosial dari program tersebut.
Pimpinan pesantren memiliki tanggung jawab dalam memastikan
bahwa program wirausaha berjalan dengan baik dan menghasilkan
hasil yang diinginkan. Kiyai juga memiliki peran penting dalam
menyelenggarakan proses evaluasi dengan melibatkan berbagai
pihak terkait.
Dalam pernyataannya, kiyai menekankan pentingnya
melibatkan pihak pesantren, termasuk staf pengelola dan pengajar,

76
Hasil Wawancara dengan Pimpinan pondok pada tanggal 30 Juli 2023 jam 13.30 WIB

72
dalam proses evaluasi. Keterlibatan mereka memastikan bahwa
berbagai perspektif dan informasi yang diperlukan dapat diperoleh
untuk analisis yang lebih akurat.
Pendekatan evaluasi yang terstruktur berarti ada rencana yang jelas
dan sistematis untuk mengumpulkan data, menganalisis informasi,
dan membuat keputusan berdasarkan hasil evaluasi. Pendekatan
berkelanjutan menunjukkan bahwa evaluasi dilakukan secara teratur
dan kontinu untuk memantau perkembangan program seiring waktu.
Dalam kasus ini, aspek yang dievaluasi mencakup pengeluaran dan
pemasukan keuangan dari usaha wirausaha, proses pemasaran
produk atau layanan, serta pemenuhan bahan baku khususnya untuk
usaha makanan dari setiap unit usaha di dalam pesantren.
Dengan melakukan evaluasi yang komprehensif dan berkelanjutan
terhadap berbagai aspek program wirausaha, pesantren dan kiyai
berusaha memastikan bahwa usaha yang dilakukan oleh santri tidak
hanya menguntungkan dari segi ekonomi, tetapi juga berdampak
positif bagi masyarakat secara lebih luas. Evaluasi menjadi alat
penting dalam mengukur kesuksesan program dan mengidentifikasi
area yang memerlukan perbaikan atau pengembangan lebih lanjut.
C. Model Kontribusi Wirausaha Lokal Terhadap Pembangunan Ekonomi
Masyarakat: ide atau pemikiran, Tenaga, dan Material
Kontribusi wirausaha lokal di pondok pesantren Riyadul Muta’alimin
memberikan peranan penting dalam proses membangun perekonomian
pesantren dan masyarakat sekitar, dengan mengukur keterlibatan dan
sumbangsi yang diberikan oleh indivual ataupun kelompok dalam suatu usaha
sehingga dapat memberikan masukan yang berharga untuk perencanaan
pengembangan dan pengambilan keputusan dimasa yang akan datang. Seperti
yang telah di tanyakan kepada pimpinan pondok : Apa saja kontribusi pesantren

73
dalam menjalankan wirausaha? dan apakah ada kontribusi dari pihak lain dalam
usaha ini?
“Pesantren sudah memberi fasilitas, kemudian pekerja yaitu santri, trus
dari saya pribadi sebagai pimpinan alhamdulillah juga memberikan
dana untuk memulai wirausaha, dan ada juga sumber dana dan
fasilitas yang lebih besar itu oleh pihak donatur atau olembaga yang
mau bekerja sama dengan pesantren. Fasilitas itu adalah bangunan
untuk usaha alat-alat dan juga banyak sekali”.77

Dijelaskan bahwa Pesantren telah menyediakan fasilitas-fasilitas yang


diperlukan untuk mendukung kegiatan usaha. Fasilitas ini bisa meliputi
bangunan atau ruang untuk menjalankan usaha, alat-alat yang diperlukan untuk
produksi atau layanan, dan fasilitas lain yang mendukung operasional usaha.
Orang-orang yang bekerja dalam usaha tersebut adalah santri, yang merupakan
anggota pesantren. Mereka terlibat dalam menjalankan kegiatan usaha, yang
bisa beragam tergantung jenis usahanya. Pimpinan pesantren juga memberikan
kontribusi berupa dana untuk memulai usaha. Hal ini menunjukkan keterlibatan
pribadi dari pimpinan dalam mendukung usaha tersebut.
Selain kontribusi pribadi dari pimpinan, ada juga dukungan dana dan
fasilitas yang lebih besar yang berasal dari pihak donator atau lembaga lain
yang bersedia bekerja sama dengan pesantren. Ini mencerminkan kolaborasi
eksternal yang memberikan dukungan finansial dan non-finansial pesantren
memiliki fokus pada pengembangan wirausaha di kalangan santri. Ini bisa
mencakup pelatihan, bimbingan, dan dukungan untuk membantu santri dalam
memulai dan menjalankan usaha mereka sendiri. Dengan menyediakan
fasilitas, dana, dan dukungan lainnya, pesantren bertujuan untuk mendorong
pertumbuhan dan pengembangan usaha.
Hal ini bisa membantu santri dalam menciptakan lapangan kerja,
mengembangkan keterampilan wirausaha, dan memberikan manfaat ekonomi

77
Hasil Wawancara dengan Pimpinan pondok pada tanggal 30 Juli 2023 jam 14.00 WIB

74
bagi komunitas pesantren. Adapun model Kontribusi wirausaha terhadap
pembangunan ekonomi masyarakat meliputi Ide atau Pemikiran, Jasa dan
material
1. kontribusi wirausaha melalui Ide atau pemikiran
Pesantren Riyadul muta’alimin merupakan suatu lembaga pendidikan
islam yang bukan hanya berfokus pada pendidikan pesantren daan sekolah,
namun Pesantren merupakan pusat pendidikan yang mendorong pemikiran
kritis, analitis, dan kreatif di kalangan para santri. Di dalam suasana belajar
pesantren, para santri diajarkan untuk merenungkan dan mengkaji berbagai
konsep, termasuk yang terkait dengan ekonomi dan pembangunan.
Kemudian mengembangkan ide-ide bisnis yang inovatif. Para santri juga
dapat merumuskan solusi atau konsep usaha yang relevan dengan kondisi
lokal, berdasarkan pemahaman mendalam tentang kebutuhan masyarakat
sekitar. Pesantren memiliki peran dalam mempromosikan nilai-nilai etika
bisnis yang sejalan dengan prinsip-prinsip agama dan moral. Ini
membentuk wirausaha yang tidak hanya fokus pada keuntungan, tetapi juga
memperhatikan keadilan, kejujuran, dan tanggung jawab social.
Namun, ide atau pemikiran ini tidak hanya bersumber dari lingkungan
pesantren saja, ide atau pemikiran juga bisa bersumber dari luar pesantren
seperti masyarakat setempat ataupun pemikiran-pemikiran para ahli dalam
bidang usaha. Seperti yang telah penulis tanyakan kepada pimpinan pondok
yaitu sebagai berikut: Bagaimana anda bisa terfikirkan ide untuk
menjalankan usaha dipesantren?
“saya awalnya terlibat dalam dialog terbuka dengan staf pengurus, dan
santri, di pesantren dan mendiskusikan terkait rencana untuk
mengmbangkan lahan-lahan dan ide tentang menjalankan sebuah
usaha. saya menjelaskan bahwa ide-ide tersebut muncul melalui
pemahaman mendalam tentang kebutuhan masyarakat, potensi sumber
daya, dan tujuan pendidikan di pesantren. Kemudian saya juga
mendapat ide dari rekan bisnis saya dan masyarakat tentang usaha
usaha yang lain. Kemudian ada BLK atau balai latihan kerja dari

75
pemerintah juga yang datang menawarkan untuk melakukan pelatihan
dipesantren. BLK ini mencakup semua dipesantren atau masyarakat.”78
Bisa dijelaskan bahwa pondok pesantren Riyadul Muta’alimin
mengawali usaha ini dengan komunikasi secara terbuka dengan antara kiyai
dan staf pengurus pesantren serta para santri pengabdian. Dalam diskusi
tersebut, kiyai membagikan ide-ide mengenai pengembangan lahan dan
menjalankan usaha. Ini menunjukkan bahwa pesantren berupaya
membangun kolaborasi dan memperoleh perspektif dari berbagai pihak
terkait. Ide mengenai wirausaha juga muncul sebagai hasil dari pemahaman
mendalam tentang kebutuhan masyarakat, potensi sumber daya yang ada,
dan tujuan pendidikan di pesantren. Ini mengindikasikan bahwa rencana
pengembangan lahan dan usaha ini berdasarkan analisis yang cermat
terhadap situasi dan kebutuhan di sekitar pesantren.
Selain ide-ide dari hasil diskusi tadi, Kiyai atau pimpinan pondok
juga mendapatkan inspirasi dari rekan bisnis dan masyarakat sekitar. Ini
menunjukkan bahwa pesantren membuka diri terhadap masukan dan ide
dari berbagai sumber, sehingga rencana yang dijalankan bisa lebih
komprehensif dan terinformasi.
Adapun pemikiran wirausaha di pondok pesantren Riyadul
muta’alimin ini karena adanya tawaran dari pihak lembaga pemerintahan
setempat yaitu Balai Latihan Kerja (BLK). BLK ini menawarkan pelatihan
yang mencakup berbagai bidang keahlian, dan tawaran ini dapat berdampak
positif pada pengembangan usaha dan pendidikan di pesantren. BLK
mencakup semua pihak, baik di pesantren maupun masyarakat umum. Hal
ini menunjukkan bahwa program pelatihan yang ditawarkan oleh BLK
memiliki cakupan luas dan dapat memberikan manfaat kepada berbagai
kalangan, baik yang berhubungan dengan pesantren maupun masyarakat
sekitarnya.

78
Hasil Wawancara dengan Pimpinan pondok pada tanggal 30 Juli 2023 jam 14.13 WIB

76
2. Kontribusi Wirausaha melalui Tenaga
Pesantren Riyadhul Muta'alimin adalah lembaga pendidikan Islam yang
memiliki peran penting dalam pembentukan karakter dan kualitas generasi
muda. Pesantren juga mengambil peran lebih aktif dengan mengembangkan
program wirausaha yang melibatkan tenaga dari kalangan santri dan
Pengabdian.
Pesantren Riyadul Muta'alimin memiliki tradisi pendidikan yang
kuat, yang tidak hanya fokus pada aspek keagamaan, tetapi juga melibatkan
berbagai disiplin ilmu dan keterampilan. Hal ini menciptakan fondasi yang
solid untuk mengembangkan program wirausaha yang dapat
memberdayakan tenaga dari dalam pesantren. Keterlibatan tenaga dari
pesantren dalam program wirausaha tidak hanya memberikan manfaat
ekonomi bagi pesantren itu sendiri, tetapi juga dapat membawa dampak
positif pada masyarakat sekitar. Hal ini menciptakan lingkungan yang
berkontribusi dalam pembangunan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan.
Pimpinan Pondok Pesantren Riyadul Muta'alimin menyadari bahwa
kontribusi masyarakat melalui tenaga merupakan salah satu pilar penting
dalam pengembangan usaha tersebut. Masyarakat sekitar pesantren
memiliki potensi dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk
mendukung keberhasilan dan pertumbuhan wirausaha pesantren. Oleh
karena itu, dilakukan upaya untuk melibatkan masyarakat secara aktif
dalam berbagai aspek wirausaha ini.
Masyarakat yang terlibat dalam mendukung wirausaha pesantren memiliki
latar belakang yang beragam, mulai dari santri, orang tua santri, warga
sekitar pesantren, hingga para profesional atau pekerja di bidang-bidang
tertentu. Setiap kontribusi tenaga yang diberikan oleh masyarakat memiliki
peran dan dampak yang signifikan dalam berbagai tahap pengembangan
wirausaha. Mulai dari ide kreatif, pengelolaan harian, hingga promosi
produk atau layanan yang dihasilkan oleh wirausaha pesantren, masyarakat

77
turut berperan aktif. Seperti yang telah saya tanyakan kepada salah satu
Masyarakat setempat sebut saja beliau bapa Ahmad. Saya bertanya:
Bagimana proses kontribusi yang bapa berikan dalam melakukan usaha
Bersama pesantren?
“saya juga menyediakan bahan baku yang ada sesuai kebutuhan
usaha pesantren. saya menyumbangkan keahlian dan
keterampilan yang dimiliki untuk mendukung operasional usaha.
saya berharap usaha bersama pesantren dapat terus tumbuh dan
memberikan dampak positif bagi ekonomi, masyarakat, serta
lingkungan sekitar”.79
Dapat dijelaskan bahwa dengan menyediakan bahan baku yang sesuai
dengan kebutuhan usaha pesantren, bapa Ahmad turut membantu
memastikan kelancaran produksi. Ini adalah kontribusi yang strategis,
karena bahan baku merupakan dasar dari produk atau layanan yang
dihasilkan oleh usaha tersebut. Dengan memastikan ketersediaan bahan
baku yang berkualitas dan tepat waktu, masyarakat membantu menjaga
kualitas produk dan kepuasan pelanggan. Masyarakat setempat juga
memberikan keahlian dan keterampilan yang mereka miliki untuk
mendukung operasional usaha. Ini bisa berupa pengetahuan dan
pengalaman dalam manajemen, pemasaran, produksi, atau bidang lain yang
relevan. Dengan membagikan pengetahuan ini kepada tim atau anggota
pesantren yang terlibat dalam usaha, dan membantu meningkatkan
efisiensi, inovasi, dan profesionalisme dalam pelaksanaan kegiatan bisnis.
Masyarakat sekitar berharap dengan melihat usaha bersama pesantren terus
tumbuh. Dengan pertumbuhan yang berkelanjutan, usaha dapat
menghasilkan lebih banyak pendapatan, menciptakan lapangan kerja, dan
memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar bagi pesantren dan
masyarakat sekitar. Selain itu, dengan tetap berfokus pada dampak positif,

79
Hasil Wawancara dengan Pimpinan pondok pada tanggal 30 Juli 2023 jam 13.00 WIB

78
seperti pengembangan ekonomi lokal dan perbaikan lingkungan sekitar,
usaha ini dapat menjadi contoh inspiratif bagi komunitas lain.
3. Kontribusi wirausaha melalui Material
Pesantren Riyadul Muta'alimin telah lama menjadi pusat pendidikan
dan pengembangan karakter yang berfokus pada nilai-nilai agama,
akademik, dan sosial. Seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan
masyarakat yang semakin kompleks, pesantren ini juga telah mengadopsi
pendekatan inovatif untuk memberikan dampak yang lebih luas dan
berkelanjutan. Salah satu pendekatan yang telah diterapkan adalah
pengembangan bidang wirausaha yang tidak hanya berdampak pada
pertumbuhan pesantren itu sendiri, tetapi juga pada masyarakat sekitarnya.
Pengenalan wirausaha di dalam lingkungan pesantren merupakan
upaya untuk membekali para santri dengan keterampilan yang relevan
dengan dunia kerja dan bisnis, serta untuk mengembangkan pola pikir
kewirausahaan yang kreatif dan adaptif. Salah satu aspek penting dalam
pengembangan wirausaha pesantren Riyadul Muta'alimin adalah melalui
dimensi material. Dimensi ini mencakup berbagai bentuk sumbangan
material dalam bentuk fasilitas, peralatan, dan bahan yang mendukung
pelaksanaan kegiatan wirausaha di pesantren. Dukungan material yang
diberikan oleh berbagai pihak, seperti dana pribadi, donatur, komunitas
lokal, atau lembaga lainnya, memiliki dampak yang signifikan terhadap
pengembangan dan pelaksanaan program-program wirausaha di pesantren.
Dengan adanya dukungan material, pesantren dapat memfasilitasi sarana
dan prasarana yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan wirausaha,
seperti ruang produksi, peralatan, bahan baku, dan sebagainya. Seperti yang
telah ditanyakan mengenai kontribusi kepada pimpinan pondok: Apa saja
kontribusi pesantren dalam menjalankan wirausaha? dan apakah ada
kontribusi dari pihak lain dalam usaha ini?

79
“Pesantren sudah memberi fasilitas. sumber dana dan fasilitas
yang lebih besar itu oleh pihak donatur atau olembaga yang mau
bekerja sama dengan pesantren. Fasilitas itu adalah bangunan
untuk usaha alat-alat dan juga banyak sekali.” 80
Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa pesantren telah
menyediakan fasilitas pendidikan, tetapi fasilitas tersebut diperoleh dari
sumbangan dana dan kerja sama dengan donatur atau lembaga lain. Fasilitas
yang lebih besar, seperti bangunan untuk usaha dan alat-alat, disediakan
oleh pihak-pihak yang bersedia berkontribusi dalam bentuk dana atau kerja
sama dengan pesantren.
Dengan kata lain, pesantren telah menerima dukungan finansial dan
sumber daya lainnya dari pihak-pihak di luar pesantren sendiri. Kontribusi
ini membantu pesantren dalam meningkatkan kualitas fasilitas yang
tersedia dan juga memungkinkan adanya pengembangan usaha atau
kegiatan lain di dalam pesantren. Pesantren sering kali bergantung pada
dukungan eksternal untuk menjaga operasional dan pengembangannya,
terutama dalam hal fasilitas dan dana yang diperlukan untuk kegiatan
pendidikan dan program-program lainnya.
D. Model Implementasi dan Kontribusi Wirausaha Lokal Terhadap
Pembangunan Ekonomi Masyarakat melalui Unit-Unit Usaha Pesantren
pada Pondok Pesantren RiyadulَّMuta’alimin
Dalam rangka menyediakan kebutuhan santri, dan masyarakat sekitar,
pondok pesantren Riyadul Muta’alimin mendirikan atau melaksanakan
berbagai jenis usaha.
Ada berbagai jenis usaha yang dikelola pesantren Riyadul Muta’alimin,
meliputi: Depot air gallon, Pabrik Penggilingan Padi, Pabrik Pembuatan Gula
Semut, Perikanan, dan Koperasi Pesantren.

80
Hasil Wawancara dengan Pimpinan pondok pada tanggal 30 Juli 2023 jam 14.50 WIB

80
a. Depot Air atau Isi Ulang Air Galon
Depot air adalah fasilitas atau tempat yang khusus didesain untuk
menyimpan dan mendistribusikan air dalam jumlah besar, terutama dalam
bentuk kemasan botol atau galon, untuk keperluan konsumsi manusia.
Depot air sering digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum bersih
dan aman bagi masyarakat. Di banyak tempat, terutama di daerah
perkotaan, depot air juga dapat menyediakan layanan pengisian ulang galon
air untuk meminimalkan penggunaan botol plastik sekali pakai.
Pondok pesantren riyadul mengembangkan usaha ini dengan
memanfaatkan sumber daya air di sekitar pesantren dan juga masyarakat
setempat juga bekerja sama dengan pihak pengelola air bersih. Seperti yang
telah ditanyakan pada pengelola usaha ini sebut aja (AN): Apa yang
mendorong Anda untuk memulai bisnis depot air galon ini?
“Keinginan saya untuk memulai bisnis depot air galon ini muncul
karena dorongan dari kiyai yang mengamanahkan usaha ini
kepada saya dan pesantren juga melihat kebutuhan yang
konsisten akan air bersih di lingkungan sekitar. pesantren ingin
memberikan solusi yang bermanfaat bagi masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan dasar mereka, sambil menjaga kualitas dan
kebersihan air yang disediakan saampai akhirnya ya sekrang
usaha ini terus berjalan stabil”81
Dapat dijelaskan bahwa berdirinya pesantren ini atas dorongan dari
kiyai (pengasuh pesantren) yang memberikan amanah atau tugas kepada
mereka untuk menjalankan usaha ini. Selain itu, pesantren juga melihat
adanya kebutuhan yang konsisten akan air bersih di lingkungan sekitar.
Pesantren ingin memberikan solusi yang bermanfaat bagi pembangunan
ekonomi peantren dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar
mereka, yakni akses terhadap air bersih. Adapun untuk mencapai

81
Hasil Wawancara dengan Pengelola AN pada tanggal 9 Agustus 2023 jam 08.00 WIB

81
pembangunan ekonomi pesantren dan masyarakat yang baik perlu
dilakukan beberapa hal yaitu:
1) Strategi (Strategy)
Dalam mengelola usaha unit depot ini ada beberapa strategi yang
dikembangkan. Seperti yang telah di tanuakan kepada pengelola (AN):
Setrategi apa yang anda terapkan dalam wirausaha depot air galon ini?
“saya menerapkan beberapa strategi dalam bisnis ini dengan
pemasaran di sekitar pesantren dan daerah sekitar supaya
membangun hubungan baik dengan pelanggan setia dan
tetangga. Saya akan memberikan pelayanan pelanggan yang
sangat baik, termasuk respon cepat terhadap pesanan,
pengantaran yang tepat waktu, dan tanggapan yang ramah
terhadap pertanyaan pelanggan memberi diskon khusus untuk
pelanggan yang sering berlangganan supaya pelanggan tertarik
mendorong pertumbuhan bisnis. memastikan bahwa air yang
disediakan dalam galon adalah berkualitas tinggi dan aman dan
mengelola persediaan air galon dengan menyetok air takutnya
aliran air dari hilirnya terganggu karena kadang-kadang begitu.”
Dapat dijelaskan bahwa Pemasaran di Sekitar Pesantren dan Daerah
Sekitar: pengelola akan fokus pada pemasaran di sekitar pesantren
dan daerah sekitar. Ini adalah langkah cerdas, karena menargetkan
pasar lokal dapat membangun hubungan yang lebih dekat dengan
masyarakat setempat. Anda dapat mengambil langkah-langkah
berikut:
a) Kemitraan dengan Pesantren: Bekerjasama dengan pesantren untuk
menawarkan produkusaha depot kepada staf, siswa, dan masyarakat
pesantren. Ini bisa berupa penawaran khusus atau program
pengiriman reguler.
b) Gunakan media sosial dan iklan lokal untuk menjangkau orang-
orang di sekitar. Tampilkan aspek pelayanan pelanggan unggul dan
keunggulan produk Anda.

82
c) Pelayanan Pelanggan Unggul: Memberikan pelayanan pelanggan
yang luar biasa adalah kunci untuk membangun hubungan baik
dengan pelanggan. Implementasi strategi ini melibatkan:
d) Respon Cepat Terhadap Pesanan: Pengelola AN akan memastikan
usaha depot ini memiliki sistem yang efisien untuk merespon dan
memproses pesanan dengan cepat.
e) Pengantaran Tepat Waktu: Janjikan dan pastikan pengiriman yang
tepat waktu. Hal ini akan membangun kepercayaan pelanggan pada
bisnis Depot.
f) Tanggapan Ramah Terhadap Pertanyaan: Latih tim Depot untuk
merespons pertanyaan pelanggan dengan ramah dan informatif.
Pelanggan yang merasa dihargai akan lebih cenderung setia.
g) Diskon Khusus untuk Pelanggan Berlangganan: Memberikan
insentif kepada pelanggan berlangganan adalah cara bagus untuk
menjaga mereka tetap tertarik. Depot bisa melakukannya dengan:
h) Program Loyalitas: Buat program loyalitas di mana pelanggan yang
sering berlangganan mendapatkan diskon atau hadiah khusus setiap
kali mereka melakukan pembelian.
i) Penawaran Spesial: Kirimkan penawaran eksklusif melalui email
atau pesan teks kepada pelanggan yang berlangganan untuk
memberi mereka nilai tambah.
j) Kualitas dan Keamanan Air Galon: Menjaga kualitas air yang Depot
sediakan sangat penting. Implementasi strategi ini melibatkan:
k) Pengujian Berkala: Lakukan pengujian berkala terhadap kualitas air
yang Depot jual untuk memastikan sesuai dengan standar keamanan
dan kesehatan.
l) Sumber Air yang Handal: Pastikan Depot memiliki sumber air yang
dapat diandalkan dan aman untuk memproduksi air galon
berkualitas tinggi.

83
m) Manajemen Persediaan Air Galon: Mengelola persediaan dengan
baik penting agar bisnis berjalan lancar. Implementasi strategi ini
termasuk:
n) Perencanaan Persediaan: Gunakan sistem perencanaan untuk
mengukur permintaan dan merencanakan persediaan air galon
secara efisien.
o) Monitor Aliran Air dari Hilir: Pastikan Depot memiliki persediaan
yang cukup untuk mengatasi lonjakan permintaan atau potensi
gangguan aliran air dari hilir.
Dengan mengimplementasikan strategi-strategi ini, Depot dapat
membangun hubungan yang baik dengan pelanggan setia,
meningkatkan reputasi bisnis Depot, dan mendorong pertumbuhan
bisnis secara berkelanjuta
2) Metode Analisi SWOT
Namun, untuk mengembangkan usaha depot isi ulang air ini dengan
sukses, diperlukan pendekatan yang cermat dan terstruktur. Di sinilah
analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)
berperan penting. Analisis ini akan membantu dalam mengidentifikasi
faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi
keberhasilan usaha ini, serta merumuskan strategi yang tepat untuk
memaksimalkan peluang dan mengatasi hambatan. Seperti yang telah
saya tanyakan kepada pengelola usaha air ini yaitu saudara AN:
Bagaimana cara proses persiapan awal yang Depot lakukan sebelum
membuka depot air galon?
“Saya pada saat itu melihat dulu kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang ada di usaha ini supaya memahami potensi usaha
kemudian menetapkan perencanaan lebih lanjut. saya telah
menetapkan sasaran yang jelas, terukur, dan dapat dicapai.
Misalnya, tujuan pendekatan mungkin termasuk memperoleh pangsa
pasar tertentu atau meningkatkan kualitas pelayanan. Saya
alhamdulillah sudah menentukan Lokasi ini yang dekat dengan

84
kawasan pemukiman dan warung yang potensial menjadi pasar
target. Saya sudah bekerja sama untuk pengadaan sumber daya yang
diperlukan dengan kiyai, seperti peralatan pengisian ulang galon,
dan kendaraan pengiriman kalo untuk bahan baku air bersih itu saya
bekerja sama dengan Masyarakat dengan mempertimbangkan
keuangan dan kebutuhan operasional. Saya juga merancang
rencana pemasaran dan promosi Bersama kiyai dan santri-santri
senior lain untuk memperkenalkan depot air galon kepada
Masyarakat seperti strategi pemasaran, dan penawaran khusus, dan
sekarang usaha gallon ini sudah memiliki banyak pelanggan karena
dari segi startegi pun berhasil dengan menempatkannya di lokasi
pertengahan kampung sekitar sini sampai saat ini saya terus
memantau kebutuhan Masyarakat sekitar dan juga konsumen lain.
Setelah itu kami merumuskan segala hasil pendapatan dan hasil
perkembangan pemasaran.”82

Dapat dijelaskan metode analisis SWOT dalam mengelola usaha


depot air gallon secara aktif memanfaatkan kekuatan, mengatasi
kelemahan, memanfaatkan peluang, dan mengatasi ancaman dengan
merumuskan strategi yang tepat. Dengan pendekatan ini, pesantren
berhasil mengembangkan usaha depot air galon dengan baik dan meraih
kesuksesan dalam pangsa pasar. Adapun penjabaran nya sebagai
berikut;
a) Melihat Kekuatan (Strengths): Pesantren memulai dengan
menganalisis kekuatan usaha depot air galon. Ini adalah langkah
penting karena mengenali kekuatan internal akan membantu Depot
memanfaatkannya secara maksimal. Dalam konteks SWOT, ini
mencerminkan langkah pengidentifikasian faktor-faktor positif yang
dapat memberi usaha ini keunggulan kompetitif, seperti lokasi
strategis, dukungan dari kiyai dan santri senior, serta infrastruktur
yang memadai.

82
Hasil Wawancara dengan Pengelola AN pada tanggal 9 Agustus 2023 jam 08.10 WIB

85
b) Mengidentifikasi Kelemahan (Weaknesses): Pengelola mencatat
kelemahan-kelemahan yang ada dalam usaha. Ini merupakan
langkah penting dalam analisis SWOT yang membantu usaha gallon
ini mengatasi hambatan dan memperbaiki aspek-aspek yang kurang
optimal dalam bisnis. Misalnya, kurangnya pengetahuan dalam
aspek manajemen bisnis dan Kelemahan tersebut juga terdapat pada
SDM (Sumber Daya Manusia) dan pengelolaan waktu yang terbatas
c) Mengenali Peluang (Opportunities): usaha ini menciptakan peluang
melalui kerja sama antara pengelola AN dengan kiyai dan santri
senior untuk pengadaan sumber daya. Ini adalah langkah yang
cerdas, karena mengacu pada analisis peluang dalam SWOT. Kerja
sama ini membantu usaha ini memanfaatkan hubungan dan sumber
daya yang ada dalam komunitas pesantren untuk mendukung usaha.
d) Mengantisipasi Ancaman (Threats): Pengelola dan santri
(karyawan) merancang rencana pemasaran dan promosi yang
melibatkan kerjasama dengan kiyai dan pengurus senior. Ini
mencerminkan langkah yang berfokus pada mengatasi ancaman
melalui penguatan branding dan peningkatan penjualan. Kerjasama
ini dapat membantu mengatasi potensi ancaman dari persaingan
bisnis serupa.
Pengelola AN telah menetapkan sasaran yang jelas, terukur, dan
dapat dicapai. Ini sangat sesuai dengan pendekatan analisis SWOT yang
melibatkan pengembangan tujuan dan sasaran yang sesuai dengan
potensi dan konteks usaha. Misalnya, tujuan memperoleh pangsa pasar
tertentu atau meningkatkan kualitas pelayanan dan memilih lokasi yang
dekat dengan kawasan pemukiman dan warung yang menjadi pasar
target. Ini sejalan dengan identifikasi peluang dalam analisis SWOT, di
mana lokasi strategis memungkinkan pengelola memanfaatkan potensi
pasar yang ada di sekitar kampung.

86
3) Evaluasi
Evaluasi Analisis SWOT memberikan gambaran tentang
bagaimana pengaruh usaha depot air galon terhadap pembangunan
ekonomi masyarakat. Dengan memanfaatkan kekuatan internal dan
peluang eksternal, usaha depot air galon dapat memberikan dampak
positif berupa peningkatan lapangan kerja, peningkatan pendapatan
masyarakat lokal, serta pemberian kontribusi terhadap infrastruktur dan
layanan publik. Evaluasi melalui analisis SWOT terhadap usaha depot
air galon di pondok pesantren Riyadul Muta'alimin tidak hanya
bermanfaat untuk pengembangan usaha itu sendiri, tetapi juga memiliki
implikasi yang lebih luas terhadap pembangunan ekonomi masyarakat
dan pesantren. Dengan pemahaman yang mendalam mengenai potensi
dan tantangan usaha ini, langkah-langkah strategis dapat dirumuskan
untuk menjadikan usaha depot air galon sebagai salah satu pilar
pendukung pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal. Setelah yang
telah ditanyakan oleh penulis pada pengelola AN; Bagaimana evaluasi
dari hasil melakukan wirausaha depot isi ulang air galon?
“Pertama-tama, saya dan karyawan mengumpulkan data
mengani keuangan yang dihasilkan dari kinerja selama satu
bulan sekalikemuadia kami juga bermusyawarah dengan
pimpinan pondok untuk mrumuskan hasil dalam sebulan ini.
Kemudia kami membandingkan hasil yang telah dicapai dengan
sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika sasaran yang
telah dicapai sesuai atau bahkan melebihi harapan, ini
menunjukkan keberhasilan dalam merencanakan dan
menjalankan strategi usaha. kami juga mendiskusikan mengenai
masalah dan hambatan yang terjadi Ketika menjalankan
wirausaha ini. Setalah semua itu kami Menilai berhasil atau
gagalnya yang terjadi pada saat itu, saya akan mencari tahu apa
yang menyebabkannya dan bagaimana kita dapat
mengoptimalkannya atau menghindarinya di masa depan. saya

87
juga mengevaluasi strategi yang telah dijalankan masih sesuai
atau tidak dengan kondisi pasar.”83
Dapat dijelaskan bahwa Tim usaha depot air ini melaksanakan
evaluasi analisis SWOT pada usaha depot isi ulang air galon. Berikut
adalah hasil evaluasi dalam konteks evaluasi analisis SWOT pada usaha
depot air sebagai berikut;
a) Pengumpulan Data Keuangan dan Musyawarah: Langkah awal yang
pengelola ambil adalah mengumpulkan data keuangan dari kinerja
selama satu bulan. Ini adalah pendekatan yang objektif untuk
mengukur pencapaian dalam hal pendapatan, biaya, dan laba.
Selanjutnya, pengelola AN melakukan musyawarah dengan
pimpinan pondok untuk merumuskan hasil selama satu bulan. Ini
menunjukkan komitmen seorang pengelola usaha AN dalam
melibatkan semua pihak terkait untuk memahami dan mengevaluasi
perkembangan usaha. Adapun hasil data keuangan mengenai
pengeluaran dan pemasukan dan dana usaha telah peniliti tanyakan
kepada pengelola AN: Berapa kah pengeluaran awal? Serta berapa
pemasukan dan pengeluaran yang depot dapatkan dari hasil
wirausaha ini dalam sebulan?
“Biaya pengadaan stok air galon pertama. Potensi pemasukan
dalam usaha depot air galon dipengaruhi oleh faktor jumlah
pelanggan, harga jual per galon, dan permintaan konsumen. Jika
diperhitungkan angka nominal penghasilan kasar. Penjualan isi
ulang air gallon kami di kategorikan beberapa harga tergantung
konsumen. Yaitu sebagi berikut Harga rata-rata isi ulang galon
Rp 6000 per galon dan harga khusus pesantren itu cuma Rp. 4000.
dalam sebulan berhasil menjual 20 isi ulang galon Pendapatan
tidak menentu dikarena tergantung adanya kebtuhan konsumen
yang memesan isi ulang air galon. Bahkan terkadang ada juga
yang memesan dengan botolnya dan 1 harga gallon berisi sekitar

83
Hasil Wawancara dengan Pengelola AN pada tanggal 9 Agustus 2023 jam 08.10 WIB

88
Rp. 35.000 dan untuk Penjualan dalam 1 hari 10 galon. Ya
mungkin klo untuk sebulan bisa 1.800.000 jika memang itu
konsisten”84
Dapat dijelaskan bahwa gambaran yang jelas tentang pengeluaran,
pemasukan, dan potensi keuntungan dari usaha depot isi ulang air
galon. Mari kita jabarkan dan menjelaskan pernyataan tersebut lebih
rinci:
Biaya Pengadaan Stok Air Galon Pertama: biaya awal yang
dikeluarkan untuk mendapatkan stok air galon yang akan diisi ulang
mencakup pembelian galon kosong dan bahan baku air bersih. Biaya
pengadaan stok awal adalah investasi awal yang diperlukan untuk
memulai operasi usaha.
Pemasukan dalam usaha depot isi ulang air galon dipengaruhi
oleh beberapa faktor, termasuk jumlah pelanggan, harga jual per
galon, dan permintaan konsumen. Semakin banyak pelanggan dan
semakin tinggi permintaan, potensi pemasukan akan semakin besar.
Harga jual per galon dapat bervariasi tergantung pada segmen
pelanggan. Narasumber menyebutkan harga rata-rata isi ulang galon
adalah Rp 6000 per galon, sedangkan harga khusus untuk pesantren
adalah Rp 4000. Hal ini mencerminkan strategi penetapan harga
yang berbeda-beda sesuai dengan segmen pasar.
Pendapatan dari Penjualan Galon: dalam sebulan berhasil menjual
20 isi ulang galon. Dengan harga rata-rata Rp 6000 per galon,
potensi pemasukan dari penjualan galon saja adalah 20 x Rp 6000 =
Rp 120.000.
Penjualan Isi Ulang dengan Botol: Narasumber menyebutkan
bahwa ada konsumen yang memesan isi ulang air galon dengan
membawa botolnya. Harga 1 galon berisi sekitar Rp 35.000. Ini

84
Hasil Wawancara dengan Pengelola AN pada tanggal 9 Agustus 2023 jam 08.10 WIB

89
menunjukkan variasi dalam jenis produk yang ditawarkan dan
harganya.
Estimasi Penjualan Harian dan Bulanan: pengelola AN
menyebutkan bahwa penjualan dalam 1 hari mencapai 10 galon.
Dengan mengasumsikan penjualan harian yang konsisten, dalam 1
bulan (30 hari) potensi penjualan bisa mencapai 10 galon/hari x 30
hari = 300 galon. Dengan harga rata-rata Rp 6000 per galon, potensi
pemasukan bulanan bisa mencapai 300 galon x Rp 6000 = Rp
1.800.000.
Jadi potensi keuntungan adalah Rp 1.800.000 dalam satu bulan
jika penjualan konsisten. Keuntungan ini adalah selisih antara
pemasukan dan biaya produksi serta operasional. Keuntungan aktual
mungkin berbeda tergantung pada biaya operasional, bahan baku,
dan faktor-faktor lain. Untuk pendapatan tidak menentu karena
tergantung pada kebutuhan konsumen yang memesan isi ulang air
galon. Ini menunjukkan bahwa ada fluktuasi dalam permintaan,
yang dapat mempengaruhi pendapatan bulanan
b) Pencocokan dengan Sasaran: mencatat bahwa Depot
membandingkan hasil yang dicapai dengan sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya. Ini mencerminkan pendekatan analisis
SWOT yang melibatkan penilaian objektif terhadap pencapaian dan
kesesuaian dengan tujuan yang telah ditetapkan. Jika sasaran
tercapai atau bahkan melebihi harapan, ini menunjukkan
keberhasilan dalam merencanakan dan menjalankan strategi.
c) Diskusi Masalah dan Hambatan: Pendekatan Depot untuk
mendiskusikan masalah dan hambatan yang mungkin timbul dalam
menjalankan usaha adalah penting. Ini adalah aspek yang terkait
dengan identifikasi kelemahan dan ancaman dalam analisis SWOT.
Melalui diskusi ini, Pengelola AN dapat mengidentifikasi faktor-

90
faktor yang mungkin menghambat kesuksesan usaha dan
merumuskan solusi untuk mengatasinya.
d) Analisis Kausal: Pengelola AN mencari tahu apa yang menyebabkan
keberhasilan atau kegagalan dalam aspek-aspek tertentu. Ini
mencerminkan analisis mendalam yang berkaitan dengan faktor
penyebab di balik hasil yang diperoleh. Dalam konteks evaluasi
analisis SWOT, ini membantu Pengelola AN memahami bagaimana
kekuatan dan peluang dimanfaatkan serta kelemahan dan ancaman
ditangani.
e) Evaluasi Strategi dan Kesesuaian dengan Pasar: Evaluasi strategi
yang telah dijalankan dengan kondisi pasar adalah esensi dari
analisis SWOT. Pengelola AN menilai apakah strategi yang telah
diimplementasikan masih sesuai atau perlu penyesuaian dengan
perubahan kebutuhan dan kondisi pasar. Ini berhubungan dengan
peluang dan ancaman dalam analisis SWOT.
Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut, usaha depot ini
mampu melakukan evaluasi analisis SWOT secara menyeluruh
terhadap usaha depot isi ulang air galon. Pendekatan ini membantu
pengelola AN dalam memahami dampak dari strategi yang telah
dijalankan, mengidentifikasi permasalahan, dan merumuskan
rencana untuk perbaikan atau pengembangan lebih lanjut.
4) Ide atau pemikiran
Usaha depot air galon di pesantren Riyadul Muta'alimin adalah
contoh konkret bagaimana ide wirausaha dapat berdampak positif
terhadap pembangunan masyarakat. Dengan pemberdayaan ekonomi,
penyediaan akses air bersih, peningkatan pengetahuan dan
keterampilan, serta membangun jaringan sosial, usaha ini menjadi
sarana yang kuat untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Keberhasilan usaha ini tidak hanya diukur dari segi finansial, tetapi juga

91
dari dampak positifnya terhadap kesejahteraan dan kualitas hidup
masyarakat secara keseluruhan.
Depot air galon dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap
pembangunan masyarakat dengan cara meningkatkan kesejahteraan
Masyarakat. Seperti yang telah peneliti tanyakan pada sodara AN:
Apakah ide atau pemikiran yang Pengelola AN terapkan pada usaha ini
untuk memberdayakan ekonomi?
“Usaha depot ini adalah ide kami dalam memberdayakan
Masyarakat yaitu menyediakan air yang bersih dan juga sehat
bagi Masyarakat atau konsumen, membantu mengurangi risiko
penyakit yang disebabkan oleh air yang tidak aman. Salah satu
fokus kami adalah menjaga harga air isi ulang agar tetap
terjangkau bagi masyarakat. Supaya mengatasi hambatan
ekonomi dalam memenuhi kebutuhan dasar. Kami juga
berkolaborasi dengan warung-warung atau toko-toko lokal untuk
menjual air isi ulang di tempat mereka. Ini tidak hanya
memperluas jangkauan pemasaran, tetapi juga memberikan
peluang bagi usaha kecil lain untuk mendapatkan pendapatan
tambahan dengan harga yang terjangkau.”85

Dapat dijelaskam bahwa usaha depot isi ulang air memberikan


dampak positif bagi masyarakat dengan menyediakan air yang bersih
dan sehat. Ketersediaan air berkualitas yang aman dikonsumsi dapat
membantu mengurangi risiko penyakit yang disebabkan oleh air yang
tidak layak. Hal ini berdampak langsung pada kesehatan masyarakat
secara keseluruhan, mengurangi beban biaya kesehatan dan
meningkatkan produktivitas.
Salah satu komponen penting dalam kontribusi ide ini adalah
menjaga harga air isi ulang agar tetap terjangkau bagi masyarakat.
Dengan mempertahankan harga yang terjangkau, usaha ini membantu
mengatasi hambatan ekonomi dalam memenuhi kebutuhan dasar,

85
Hasil Wawancara dengan Pengelola AN pada tanggal 9 Agustus 2023 jam 08.10 WIB

92
terutama bagi kelompok ekonomi lemah. Ini berdampak pada
peningkatan daya beli dan kesejahteraan masyarakat, serta mengurangi
kesenjangan sosial ekonomi.
Kerja sama dengan warung dan toko lokal untuk menjual air isi ulang
menciptakan dampak berlipat. Pertama, ini memperluas jangkauan
pemasaran usaha depot dan meningkatkan penjualan. Kedua, hal ini
memberikan peluang bagi usaha kecil lain (seperti warung) untuk
mendapatkan pendapatan tambahan dengan menjual produk yang
diperlukan oleh masyarakat sekitar. Kolaborasi semacam ini
menguatkan ekosistem ekonomi lokal dan saling menguntungkan.
Kolaborasi dengan warung dan toko lokal juga memberikan
kontribusi positif terhadap pembangunan ekonomi usaha kecil. Dengan
memasarkan produk mereka, usaha kecil ini mendapatkan peluang
untuk tumbuh dan berkembang. Ini menciptakan lingkungan ekonomi
yang beragam dan dinamis di lingkungan sekitar pesantren, yang pada
akhirnya berdampak pada pembangunan ekonomi yang lebih inklusif.
Peningkatan Keterlibatan Masyarakat: Ide wirausaha ini juga
mendorong keterlibatan masyarakat secara langsung dalam usaha depot
isi ulang air. Masyarakat dapat berpartisipasi dalam produksi dan
distribusi, menghasilkan pendapatan tambahan dan merasa memiliki
bagian dalam usaha. Ini membangun rasa tanggung jawab dan
kepemilikan terhadap keberhasilan usaha, yang pada gilirannya
mendukung perkembangan ekonomi berkelanjutan.
5) Material
Usaha depot isi ulang air di Pesantren Riyadul Muta'alimin
memberikan kontribusi material yang signifikan terhadap pembangunan
ekonomi masyarakat. Dengan memberikan lapangan kerja,
meningkatkan pendapatan, mendukung usaha kecil, dan meningkatkan
daya beli masyarakat, usaha ini telah membuktikan bahwa wirausaha

93
lokal memiliki peran penting dalam menggerakkan roda pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan. Melalui pmeberdayaan usaha ini
menciptakan lingkungan ekonomi yang lebih kuat dan inklusif,
memperkuat komunitas lokal, dan berkontribusi pada pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan di tingkat masyarakat.
Seperti yang telah penulis tanayakan kepada saudara AN: Apa Saja
Kontribusi Dari Segi Material Dalam Wirausaha Depot Isi Ulang Ini?
“Kontribusi dari segi material dalam wirausaha depot isi ulang
air sangat penting dalam pembangunan ekonomi masyarakat.
Dari menciptakan produk bernilai hingga mendukung
perekonomian lokal melalui penggunaan bahan baku lokal,
penciptaan lapangan kerja, pembinaan usaha kecil, dan
pemberdayaan pemasok bahan baku, usaha ini menciptakan
dampak yang positif dan berkelanjutan terhadap ekonomi lokal.
Sebagai seorang santri yang terlibat, saya bangga dapat
berkontribusi dalam memajukan ekonomi masyarakat melalui
inisiatif wirausaha ini.”86
Dapat dijelaskan Bahwa kontribusi dari segi material dalam wirausaha
depot isi ulang air memiliki dampak yang substansial dalam
pembangunan ekonomi masyarakat. Berikut adalah penjelasan yang
lebih rinci mengenai setiap aspek kontribusi tersebut:
a) Menciptakan Produk Bernilai
Penciptaan produk bernilai, yaitu air bersih dan berkualitas yang
menjadi hasil utama dari usaha depot isi ulang air. Produk ini tidak
hanya memenuhi kebutuhan mendasar masyarakat akan air minum
yang aman, tetapi juga memberikan nilai tambah karena kualitasnya
yang terjaga. Produk bernilai ini berperan dalam mengatasi masalah
kesehatan terkait konsumsi air yang tidak layak, sehingga secara
langsung berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat.
b) Mendukung Perekonomian Lokal melalui Bahan Baku Lokal

86
Hasil Wawancara dengan Pengelola AN pada tanggal 9 Agustus 2023 jam 08.15 WIB

94
Kontribusi dari segi material juga mencakup penggunaan bahan
baku lokal dalam proses produksi. Dengan menggunakan bahan
baku yang berasal dari pemasok lokal, usaha ini memperkuat
perekonomian lokal. Pemasok bahan baku lokal mendapatkan
peluang untuk menjual produk mereka, sehingga mereka juga ikut
berpartisipasi dalam ekosistem ekonomi yang lebih luas. Ini
menciptakan aliran pendapatan di tingkat lokal dan mendukung
pertumbuhan usaha-usaha di sekitar pesantren.
c) Penciptaan Lapangan Kerja
Penciptaan lapangan kerja sebagai salah satu dampak material dari
usaha depot isi ulang air. Dalam berbagai tahap produksi, mulai dari
pengisian galon hingga pengemasan, dibutuhkan tenaga kerja. Bagi
Masyarakat sekitar. Dengan menciptakan lapangan kerja, usaha ini
memberikan peluang pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Hal ini
tidak hanya membantu mengurangi angka pengangguran, tetapi juga
meningkatkan pendapatan dan memberikan rasa kemandirian
ekonomi kepada masyarakat.
d) Pembinaan Usaha Kecil Lokal
Kontribusi material dari segi ini terkait dengan kolaborasi dengan
warung dan toko lokal untuk menjual produk air isi ulang. Melalui
kolaborasi ini, usaha kecil lokal yang menjadi mitra penjualan
mendapatkan kesempatan untuk mendiversifikasi produk mereka
dan meningkatkan pendapatan. Ini memberikan kontribusi nyata
dalam membina dan mendukung pertumbuhan usaha kecil lokal
seperti warung-warung disekitar, yang merupakan elemen penting
dalam ekonomi lokal.
e) Pemberdayaan Pemasok Bahan Baku
Interaksi dengan pemasok bahan baku lokal sebagai bagian dari
kontribusi material. Mereka telah bekerjasama dengan pemasuk

95
bahan baku yaitu air, usaha ini memberikan kesempatan kepada
pemasok untuk menjual produk mereka secara konsisten. Ini
membantu pemasok untuk mengembangkan usaha mereka dan
mendapatkan manfaat ekonomi yang lebih luas dari kerja sama
dengan usaha depot isi ulang air.
6) Tenaga
Usaha depot isi ulang air di Pesantren Riyadul Muta'alimin
memiliki kontribusi yang signifikan dalam aspek tenaga terhadap
pembangunan ekonomi masyarakat dan pesantren. Dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan secara berkelanjutan, peran tenaga dalam
wirausaha ini sangatlah penting. Seperti telah penulis tanayakan kepada
saudara AN; Apa kontribusi tenaga dalam menjalankan usaha depot ?
“kami berkontribusi dalam penciptaan peluang kerja, transfer
keterampilan, dan pemberdayaan pesantren hingga
pengembangan kader wirausaha dan dampak sosial, tenaga kerja
yang terlibat membentuk landasan yang kokoh untuk
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Melalui upaya ini,
usaha depot isi ulang air tidak hanya menjadi sumber
penghasilan, tetapi juga motor penggerak dalam mencapai
kemajuan ekonomi dan sosial di dalam dan di sekitar
pesantren.”87
Dapat dijelaskan bahwa kontribusi tenaga dalam usaha depot isi ulang
air memiliki peran yang mendasar dan luas dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Berikut adalah penjelasan
yang lebih rinci tentang setiap aspek kontribusi tenaga tersebut:
a) Transfer Keterampilan:
transfer keterampilan yang dilakukan oleh tenaga kerja yang terlibat.
Dalam menjalankan usaha depot isi ulang air, mereka memperoleh
keterampilan praktis dalam berbagai aspek bisnis, seperti
manajemen, pemasaran, dan logistik. Keterampilan ini bukan hanya

87
Hasil Wawancara dengan Pengelola AN pada tanggal 9 Agustus 2023 jam 09.00 WIB

96
memberi mereka pengetahuan yang berharga, tetapi juga
mempersiapkan mereka untuk tantangan ekonomi dan profesional di
masa depan.
b) Pemberdayaan Pesantren:
Tenaga kerja yang terlibat dalam usaha depot isi ulang air tidak
hanya memberdayakan diri sendiri, tetapi juga membantu dalam
pemberdayaan pesantren. Melalui pendapatan yang dihasilkan dari
usaha ini, pesantren dapat meningkatkan sumber daya dan
fasilitasnya. Ini menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih baik
dan memberikan dampak positif pada perkembangan intelektual dan
moral santri.
c) Pengembangan
Kader Wirausaha: Pernyataan tersebut juga mencerminkan peran
tenaga kerja dalam mengembangkan kader wirausaha. Dalam proses
menjalankan usaha depot isi ulang air, mereka mendapatkan
pemahaman mendalam tentang cara mengelola dan
mengembangkan bisnis. Ini berkontribusi pada menciptakan kader
wirausaha yang memiliki keterampilan dan pengetahuan untuk
merintis usaha-usaha lain di masa depan, yang pada gilirannya
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Tenaga kerja yang terlibat dalam usaha depot isi ulang air juga
menciptakan dampak sosial yang positif. Mereka berinteraksi
dengan masyarakat sekitar dalam pengisian galon, distribusi, dan
interaksi sehari-hari. Ini menciptakan kesempatan untuk beredukasi
tentang pentingnya air bersih dan juga membangun ikatan sosial
yang kuat. Dampak sosial ini memberikan nilai tambah yang
berkelanjutan dalam komunitas.

97
b. Penggilingan Padi
Penggilingan padi milik pesantren memiliki kontribusi yang signifikan
dalam pembangunan ekonomi masyarakat dan pesantren. Dari peningkatan
nilai tambah dan pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja,
pemberdayaan petani, dukungan terhadap pasar lokal, hingga kontribusi
terhadap pesantren, usaha ini membentuk fondasi yang kuat untuk
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Melalui integrasi usaha
ekonomi dengan nilai-nilai pendidikan dan spiritual pesantren,
penggilingan padi menjadi model pemberdayaan yang inspiratif untuk
pemberangkatan bersama menuju kemajuan ekonomi dan social. Dalam
menggapai tujuan perkembangan ekonomi Masyarakat dan pesatren,
pondok pesantren melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut diantaranya;
1) Strategi
Dalam implementasi startegi ini pondok pesantren Riyadul
muta’alimin melakukan perancaan yang sangat matang dalam memulai
usaha ini, karena dibutuhkannya peralatan serta fasilitas-fasilatas yang
baik tidak hanya itu banyak sekali perencanaan yang telah dilakukan
oleh pesantren. Seperti yang telah penulis tanyakan kepada pengelola
LJ sebagai penanggung jawab usaha penggilingan beras;
Adapun untuk memulai usaha ini perlu adanya persiapan yang matang,
dan persiapan telah dilakukan pondok pesantren Riyadul Muta’alimin
sendiri, seperti yang penulis tanyakan kepada pengelola LJ : Bisa
Pengelola AN ceritakan sedikit tentang usaha atau wirausaha yang Anda
jalani di pabrik pengolahan beras dan bagaimana anda mengawali usaha
ini?
“ketua Yayasan dan pa Kiyai kebetulan sudah membeli sebuah
pabrik penggilingan yang bekas. Dan dari situ saya diberi manah
untuk mengmbangkan pabrik penggilingan ini lagi. saya
mempelajari tentang proses penggilingan padi, peralatan yang
diperlukan, dan aspek teknislainnya. Memantau dan mengamati

98
segala potensi di pasar dan lingkungan sekitar membuat rencana
bisnis dengan mencatat kebutuhan dalam usaha ini seperti kalo
pabrik penggilan itu seperti mesin penggiling, karung peralatan
tmabahan juga seperti sapu dan pastinya kendaraan karena nanti
kami akan melakukan pelayanan jasa antar juga.untuk pemasaran
waktu itu saya hanya menjalian hubungan baik dengan Masyarakat
seklaligus memberikan informasi langsung pada Masyarakat bahwa
pabrik penggilingan ini sudah berjalan dan bisa digunakan, ya
seklian promosi gitu, karena kebetulan Cuma pabrik ini yang ada
diadaerah ini”88
Bisa dijelaskan bahwa Implementasi Strategi Wirausaha yang dilakukan
oleh seorang santri yang mengelola usaha penggilingan padi yang sudah
dibeli oleh Yayasan atau pesantren Riyadul Muta’alimin dan Pa Kiyai.
Mari kita bahas lebih detail tentang bagaimana poin-poin tersebut terkait
dengan implementasi strategi wirausaha:
a) Mengembangkan Pabrik Penggilingan Lama:
Santri tersebut diminta untuk mengembangkan pabrik penggilingan
padi yang bekas. Langkah ini menunjukkan kreativitas dalam
mengoptimalkan aset yang sudah ada untuk tujuan bisnis.
b) Memahami proses Penggilingan Padi dan peralatan yang
diperlukan:
Memahami proses penggilingan padi dan peralatan yang diperlukan
adalah langkah awal yang penting dalam mengoperasikan pabrik. Ini
menunjukkan keseriusan dalam menguasai bisnisnya.
c) Riset Pasar dan Lingkungan:
Memantau dan mengamati potensi di pasar dan lingkungan sekitar
adalah langkah penting untuk mengidentifikasi peluang dan
tantangan yang ada. Ini menggambarkan pendekatan yang berbasis
data dalam pengambilan keputusan.
d) Membuat Rencana Bisnis:

88
Hasil Wawancara dengan Pengelola AN pada tanggal 9 Agustus 2023 jam 08.10 WIB

99
Membuat rencana bisnis mencakup perencanaan langkah-langkah
bisnis yang konkret, termasuk mengidentifikasi kebutuhan peralatan
dan alat tambahan. Ini menunjukkan kesiapan dalam menghadapi
aspek operasional.
e) Pengadaan Peralatan dan Alat Tambahan:
Merencanakan pengadaan peralatan dan alat tambahan seperti mesin
penggiling, karung, sapu, dan kendaraan menunjukkan tanggung
jawab dalam persiapan operasional yang lengkap.
f) Pemasaran dan Promosi:
Menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekaligus memberikan
informasi langsung tentang pabrik penggilingan yang sudah berjalan
adalah bentuk promosi langsung yang personal. Ini mencerminkan
upaya aktif dalam memasarkan usaha kepada calon pelanggan.
g) Memanfaatkan Keunikannya sebagai Satu-satunya Pabrik
Penggilingan di Daerah:
Kehadiran pabrik penggilingan sebagai satu-satunya di daerah
tersebut adalah keunggulan kompetitif. Santri tersebut mampu
memanfaatkan situasi ini sebagai faktor diferensiasi dari pesaing.
h) Kerjasama dengan Yayasan dan Kiyai:
Melibatkan Yayasan dan Kiyai dalam pengembangan usaha
menunjukkan kolaborasi yang kuat dalam rangka memanfaatkan
dukungan dan jaringan yang ada dalam lingkungan.
i) Mengutamakan Kualitas Produk dan Pelayanan:
Kesiapan untuk memberikan layanan jasa antar menunjukkan
perhatian terhadap kenyamanan pelanggan. Fokus pada kualitas
produk dan pelayanan adalah kunci membangun reputasi baik.
j) Penerapan Nilai-nilai Agama:
Pengelola LJ juga mnerapkan nilai-nilai agama dalam bisnis sesuai
ajaran yang telah dia pelajari dipesantren ini merupakan fondasi

100
moral yang penting dalam mencerminkan integritas (sifat atau
perlaku) dan tanggung jawab terhadap komunitas dan lingkungan
sekitar.
2) Metode analisis SWOT
Pengembangan ekonomi yang berkelanjutan di lingkungan
pesantren memiliki peran penting dalam mendorong kemandirian dan
kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks ini, implementasi metode
analisis SWOT pada usaha penggilingan padi dapat menjadi strategi
yang efektif untuk mendukung pembangunan ekonomi Pesantren
Riyadul Muta'alimin dan masyarakat sekitarnya. Analisis SWOT
(Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) adalah alat yang dapat
membantu mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi kinerja sebuah usaha.
Adapun untuk mengetahui apakah usaha ini menerapkan analisis
tersebut dapat kita lihat dari hasil wawancara telah peneliti tanyakan
pada pengelola LJ; bagaimana cara anda mengelola dan memasarkan
produk jasa usaha penggilingan padi/gabah ini?
“Saya memastikan peralatan penggilingan padi dalam kondisi
baik dan berkualitas agar proses penggilingan berjalan lancar
dan hasilnya memenuhi standar kualitas yang diharapkan.
Menjaga kebersihan tempat sehingga produk beras yang
dihasilkan tidak terkontaminasi, Penerapan protokol keamanan
kerja supaya mencegah kecelakaan. Saya juga memperhitungkan
waktu yang diperlukan, bahan baku yang digunakan, Untuk
pemasarannya saya menjalin hubungan baik dengan masyarakat
sekitar dan petani padi agar bisa terjalin kepercayaan. Memberi
tahu mereka tentang layanan penggilingan padi, manfaatnya, dan
kualitasnya. Bahkan saya Menawarkan pelayanan jasa antar padi
yang sudah digiling ke rumah pelanggan. Ini bisa menjadi nilai
tambah yang menarik bagi mereka yang membutuhkan
kemudahan. Saya berusaha istiqomah mempertahankan
konsistensi dalam kualitas produk dan layanan ya meskipun
kadang sulit karena kurangnya pekerja disini ditambah santrinya
sibuk belajar dan mengaji dan pengbdian atau senior yang lain

101
juga terdapa tanggung jwab nya sendirit. Supaya Pelanggan akan
lebih tertarik jika mereka tahu mereka bisa mengandalkan produk
usaha ini setiap kali.”89

Dapat dijelaskan bahwa dalam pengelolaan dan pemasaran usaha


penggilingan padi, dapat dihubungkan dengan analisis SWOT
a) Strengths (Keunggulan):
• Dilihat dari Peralatan Berkualita dengan Memastikan
peralatan penggilingan padi dalam kondisi baik dan
berkualitas merupakan aset keunggulan internal yang akan
memastikan proses penggilingan berjalan dengan efisien dan
produk akhir memiliki kualitas yang diharapkan.
• Kebersihan dan Protokol Keamanan: Menjaga kebersihan
tempat penggilingan dan menerapkan protokol keamanan
adalah faktor internal yang positif. Ini menggaransi produk
padi yang dihasilkan bebas dari kontaminasi dan menciptakan
lingkungan kerja yang aman bagi tenaga kerja.
• Kemampuan Manajemen Waktu dan Bahan Baku:
Kemampuan untuk memperhitungkan waktu yang diperlukan
dan mengelola bahan baku menunjukkan keterampilan
manajemen yang kuat. Ini dapat mengoptimalkan efisiensi
operasional dan menjaga biaya tetap terkendali.
b) Weaknesses (Kelemahan):
• Kurangnya Tenaga Kerja: Kurangnya pekerja dan
keterbatasan santri yang bisa terlibat dalam pengelolaan
usaha merupakan kelemahan internal. Ini mungkin
berdampak pada efisiensi operasional dan kapasitas produksi.

89
Hasil Wawancara dengan Pengelola LJ pada tanggal 10 Agustus 2023 jam 09.15 WIB

102
• Tanggung Jawab yang Tersebar: Tanggung jawab yang
tersebar di antara santri atau anggota senior dapat menjadi
kelemahan karena dapat menghambat pengelolaan usaha
dengan konsistensi dan fokus yang tepat.
c) Opportunities (Peluang):
• Hubungan dengan Masyarakat dan Petani: Menjalin
hubungan baik dengan masyarakat sekitar dan petani padi
adalah peluang eksternal. Ini dapat menghasilkan
kepercayaan dan meningkatkan basis pelanggan Anda.
• Layanan Antar: Menawarkan layanan antar bagi produk padi
yang sudah digiling adalah peluang untuk memberikan nilai
tambah kepada pelanggan dan menarik mereka yang
membutuhkan kemudahan.
d) Threats (Ancaman):
• Keterbatasan Tenaga Kerja: Kurangnya pekerja dan
keterbatasan waktu yang disebabkan oleh kesibukan santri
merupakan ancaman. Hal ini dapat mempengaruhi kecepatan
penggilingan dan kemampuan Anda untuk memenuhi
permintaan pelanggan.
• Ketidakpastian Konsistensi: Kemungkinan kurangnya
konsistensi dalam kualitas produk dan layanan dapat menjadi
ancaman karena dapat mengurangi kepercayaan pelanggan.
Dalam konteks analisis SWOT, pernyataan tersebut
menunjukkan bahwa usaha penggilingan padi memiliki keunggulan
dalam peralatan berkualitas, kebersihan, dan manajemen waktu, namun
juga menghadapi kelemahan dalam keterbatasan tenaga kerja dan
tanggung jawab yang tersebar. Terdapat peluang dalam hubungan
dengan masyarakat dan petani serta layanan antar produk, namun juga

103
ancaman dari keterbatasan tenaga kerja dan ketidakpastian konsistensi.
Dengan menyadari faktor-faktor ini, Anda dapat merencanakan
tindakan yang strategis untuk memaksimalkan potensi positif dan
mengatasi hambatan dalam pengelolaan dan pemasaran usaha
penggilingan padi.
3) Evaluasi
Usaha pabrik penggilingan paadi ini tentunya telah melakukan
beberapa startegi dan metode-metode sesuai keadaan usaha tersebut
dijalankan. Dalam konteks evaluasi ini pengusaha LJ melakukan
beberapa tahapan seperti yang telah ditanyakan pada pengelola LJ; apa
saja yang anda dalam melkukan evaluasi karena pasti perlu adanya
evaluasi dalam menjalankan usaha?
“Saya dengan pekerja dsini melakukan musyawarah untuk
melakukan evaluasi dengan memeriksa kualitas mesin untuk
kebersihan produk yang akan digiling dan itu dilakukan setiap
setelah melakukan penggilingan Saya akan memantau proses
penggilingan dari awal hingga akhir, melihat seberapa efisien
dan cepat proses tersebut berlangsung. Jika terdapat kendala
atau hambatan, saya pasti nyari solusi ntah itu mengganti mesin
atau memperbaiki, mendengarkan keluahan pekerja dan
pelnggan pada saat musyawarah tersebut. Hasil dari pengeluaran
dan bagaimana keuantungan bagi kami serta nantinya juga kami
akan menyetorkan nya pada pesantren”.90

Dapat di jelaskan bahwa Proses dimulai dengan musyawarah


bersama para pekerja untuk melakukan evaluasi. Ini menunjukkan
pendekatan kolaboratif yang melibatkan semua pihak terlibat dalam
usaha penggilingan padi.
a) Memeriksa Kualitas Mesin dan Kebersihan Produk: Setelah proses
penggilingan, evaluasi dilakukan dengan memeriksa kualitas mesin
dan kebersihan produk yang akan digiling. Ini melibatkan

90
Hasil Wawancara dengan Pengelola LJ pada tanggal 10 Agustus 2023 jam 09.15 WIB

104
pengecekan kondisi peralatan dan memastikan produk akhir bebas
dari kontaminasi.
b) Memantau Proses Penggilingan:Pendekatan yang proaktif dilakukan
dengan memantau seluruh proses penggilingan dari awal hingga
akhir. Ini memungkinkan pengelola LJ untuk mengidentifikasi
seberapa efisien dan cepat proses tersebut berjalan.
c) Mengatasi Kendala atau Hambatan:Jika ada kendala atau hambatan
yang ditemukan selama proses penggilingan, Anda melakukan
tindakan korektif. Ini bisa berupa mengganti mesin yang tidak
efektif atau memperbaiki masalah lain yang ditemukan.
d) Mendengarkan Keluhan Pekerja dan Pelanggan:Saat melakukan
musyawarah, Anda mendengarkan keluhan dan masukan baik dari
pekerja maupun pelanggan. Ini menunjukkan sensitivitas terhadap
masalah yang mungkin muncul dalam operasi sehari-hari.
e) Manfaat Finansial dan Setoran untuk Pesantren:Anda
menghubungkan hasil evaluasi dengan aspek finansial. Anda
mengukur pengeluaran, keuntungan, dan bagaimana hal tersebut
berdampak pada pesantren. Ini membantu dalam mengukur kinerja
bisnis dan kontribusi ekonomi terhadap pesantren.
f) Siklus Berkelanjutan:Pendekatan ini menunjukkan bahwa evaluasi
dilakukan secara teratur, menciptakan siklus berkelanjutan yang
mengizinkan untuk perbaikan berdasarkan umpan balik dan
perubahan kondisi yang mungkin terjadi.
g) Keterlibatan dan Transparansi:Pendekatan melibatkan semua pihak,
baik pekerja maupun pesantren, menunjukkan transparansi dalam
proses evaluasi dan pengambilan keputusan.
h) Fokus pada Solusi dan Peningkatan: Melalui evaluasi, fokus utama
adalah pada penemuan solusi untuk masalah yang diidentifikasi dan
pencapaian perbaikan dalam operasi dan kualitas produk.

105
Secara keseluruhan, pernyataan ini menunjukkan komitmen
wirausaha pabrik penggilingan padi untuk menjalankan evaluasi secara
menyeluruh dan berkelanjutan dalam bisnis penggilingan padi.
Pendekatan yang terstruktur dan kolaboratif ini sangat penting untuk
memastikan kualitas produk, efisiensi operasional, dan berkontribusi
pada tujuan ekonomi pesantren.
4) Ide dan pemikiran
Pengembangan usaha penggilingan padi di Pesantren Riyadul
Mutaalimin bukan hanya memberikan manfaat ekonomi bagi pesantren,
tetapi juga memberdayakan masyarakat sekitar melalui ide wirausaha
penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan petani, dan
pelatihan keterampilan. Selain itu, usaha ini juga memiliki dampak
positif terhadap kemandirian pangan dan lingkungan. Dengan
demikian, melalui inisiatif ini, pesantren dan masyarakat dapat
bersama-sama berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan. Seperti pertanayaan yang saya ajukan kepada pengelola
LJ : Bagaimana ide yang anda lakukan dalam wirausaha penggilingan
Padi ini untuk berkontibusi pada Pembangunan ekonomi pesantren dan
masyarakat?
“Saya dan karyawan disini telah melakukan beberap Ide ide yang
telah kami lakukan dalam melalui usaha ini yaitu Pertama-tama,
kami melihat potensi besar dalam usaha ini karena pertanian
beras adalah kebutuhan dasar yang selalu dicari oleh
masyarakat. Dengan memanfaatkan kebutuhan beras para petani
yang perlu proses menjadi beras. Ini menjadi peluang kami
manwarkan jasa penggilingan untuk memudahkan mereka. Serta
dari hasil usaha jasa ini memberikan Pendapatan, hasil dari
usaha ini kami telah digunakan untuk meningkatkan fasilitas dan
infrastruktur pendidikan di pesantren. Kami juga mberikan
lapangan kerja bagi semuanya ga hanya dari pesantren tapi
Masyarakat juga klo mau jadi karyawan boleh.91

Dapat dijelaskan bahwa Melalui usaha jasa penggilingan beras,


pesantren memiliki sumber pendapatan tambahan yang dapat membantu
dalam membiayai kegiatan pendidikan dan infrastruktur. Diversifikasi

91
Hasil Wawancara dengan Pengelola LJ pada tanggal 10 Agustus 2023 jam 09.30 WIB

106
pendapatan ini membantu pesantren menjadi lebih mandiri secara
finansial dan mengurangi ketergantungan pada sumbangan dan donasi.
Dengan menyediakan layanan penggilingan beras, wirausaha ini
membantu petani dalam memproses hasil panen mereka menjadi beras
dengan lebih efisien. Ini tidak hanya mengurangi beban kerja mereka
tetapi juga meningkatkan nilai tambah pada produk pertanian mereka.
Dengan demikian, pengelola memberikan kontribusi langsung pada
ekonomi petani di daerah tersebut.
Usaha jasa penggilingan beras ini tidak hanya memberikan
peluang kerja bagi karyawan di tempat mereka bekerja, tetapi juga
membuka peluang bagi masyarakat sekitar, termasuk mereka yang ingin
bekerja di usaha ini. Ini membantu mengurangi tingkat pengangguran
di wilayah tersebut dan memberikan kontribusi pada perekonomian
lokal.
Pendapatan yang dihasilkan dari usaha ini dapat digunakan untuk
meningkatkan fasilitas dan infrastruktur pendidikan di pesantren.
Dengan adanya dana tambahan, pesantren dapat memperbaiki gedung,
membeli perlengkapan pendidikan, dan meningkatkan kualitas
pembelajaran bagi para santri.
Melalui usaha ini, pengelola juga berkontribusi pada ekonomi
lokal secara lebih luas. Aktivitas usaha menghasilkan aliran uang baru
ke komunitas setempat, yang pada gilirannya dapat meningkatkan daya
beli masyarakat dan mendukung pertumbuhan usaha lain di sekitar
wilayah tersebut.
Pekerjaan ini memiliki peluang untuk mengembangkan
keterampilan baru baik karyawan dalam usaha penggilingan beras
maupun masyarakat yang terlibat dalam. Karyawan dapat memperoleh
keterampilan teknis dalam proses penggilingan, sementara masyarakat

107
yang berpartisipasi dapat belajar tentang manajemen usaha dan
pemasaran.
Dengan menghubungkan ide-ide yang pengelola jalankan dalam
usaha penggilingan beras dengan kontribusi positif terhadap pesantren
dan masyarakat, pengelola juga telah menggambarkan bagaimana usaha
tersebut memiliki dampak yang lebih luas daripada sekadar aspek
ekonomi semata.
5) Kontribusi material
Dalam usaha penggilingan beras ini, pesantren memberikan
pelayanan yang diperlukan bagi petani dalam memproses hasil panen
mereka. Dengan demikian, pesantren tidak hanya mengisi kebutuhan
masyarakat akan beras, tetapi juga memungkinkan para petani untuk
lebih fokus pada aktivitas pertanian mereka. Hal ini pada akhirnya
meningkatkan produktivitas pertanian dan memberikan dampak
ekonomi yang lebih luas. Lebih jelas nya telah dikemukakan oleh
pengelola LJ dari pertanyaan yang saya ajukan yatu; kontribusi yang
dilakukan usaha ini dari segi material apa saja yang sudah dilakukan?
kami telah berinvestasi dalam pembangunan fasilitas
penggilingan modern yang dilengkapi dengan peralatan canggih.
Mesin penggiling yang efisien meski itu masih belum yang modern
tapi sangat efektif. Supaya proses penggilingan berjalan lebih
cepat dan menghasilkan beras. kami rutin melakukan perawatan
terhadap mesin-mesin penggiling. Hal ini tidak hanya menjaga
kinerja optimal peralatan, tetapi juga memperpanjang umur
pakai dan efisiensi peralatan tersebut. Kami juga manjadikan
hasil ampas penggilingan padi untuk pakan ikan ataupun ayam
biasanya tu kami jual pada Masyarakat juga. Dan tentunya hasil
dari penjualan jasa penggilingan pabrik ini kita alokasikan untuk
pesantren dan juga gaji pekerja terutama pekerja dari
Masyarakat sekitar. 92

Dapat dijelaskan bahwa kontribusi material yang telah dilakukan


oleh Usaha Penggilingan Pesantren Riyadul Mutaalimin melalui
investasi dalam fasilitas penggilingan modern dan perawatan mesin-

92
Hasil Wawancara dengan Pengelola LJ pada tanggal 10 Agustus 2023 jam 10.00 WIB

108
mesin penggiling. Berikut adalah cara pernyataan tersebut dapat
dijelaskan dalam konteks kontribusi material:
a) Investasi dalam Fasilitas dan Peralatan: pesantren berinvestasi
dalam pembangunan fasilitas penggilingan modern dan
peralatan canggih, usaha ini memberikan kontribusi material
dalam bentuk peningkatan kapabilitas produksi. Fasilitas yang
modern dan peralatan yang canggih mampu meningkatkan
efisiensi dan produktivitas proses penggilingan, sehingga hasil
produksi dapat ditingkatkan dalam waktu yang lebih singkat.
b) Efisiensi dan Kecepatan Proses Penggilingan: Meskipun mesin
penggiling yang digunakan belum sepenuhnya modern, tetapi
sangat efektif dalam menjalankan tugasnya. Ini memiliki
dampak positif pada efisiensi dan kecepatan proses penggilingan
beras. Dengan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk
menggiling beras, usaha ini berkontribusi pada penghematan
biaya produksi dan peningkatan output.
c) Perawatan dan Pemeliharaan Rutin: Melalui kegiatan perawatan
dan pemeliharaan rutin terhadap mesin-mesin penggiling, usaha
ini memberikan kontribusi material dalam bentuk pemeliharaan
nilai aset. Dengan menjaga mesin-mesin beroperasi dalam
kondisi optimal, usaha ini memastikan kelangsungan
operasional yang lebih lama, yang pada gilirannya menghindari
biaya mahal untuk perbaikan dan penggantian peralatan.
d) Pemanfaatan Hasil Ampas Penggilingan: Menggunakan hasil
ampas penggilingan padi untuk pakan ikan atau ayam adalah
langkah cerdas dalam mengoptimalkan sumber daya dan
meminimalkan limbah. Ini merupakan kontribusi material dalam
bentuk diversifikasi penggunaan sumber daya dan penghasilan
tambahan melalui penjualan produk sampingan.

109
e) Pendistribusian Pendapatan: Pendapatan yang dihasilkan dari
penjualan jasa penggilingan padi maupun hasil penjualan ampas
dimanfaatkan untuk beberapa tujuan yang signifikan. Usaha ini
mengalokasikan hasil pendapatan untuk pembangunan
pesantren, gaji pekerja, terutama pekerja dari masyarakat sekitar.
Ini menghasilkan kontribusi material dalam bentuk peningkatan
kesejahteraan pekerja dan pemberdayaan ekonomi masyarakat
setempat.
Dengan menggabungkan investasi dalam peralatan modern, efisiensi
proses penggilingan, perawatan rutin, pemanfaatan hasil sampingan,
dan pendistribusian pendapatan secara bijak, Usaha Penggilingan
Pesantren Riyadul Mutaalimin telah memberikan kontribusi yang nyata
dalam bentuk aspek material, baik bagi perkembangan usaha itu sendiri,
pesantren, maupun masyarakat sekitar.
6) Kontribusi tenaga
Kontribusi tenaga dapat memberikan dampak besar dalam
membangun ekonomi masyarakat dan pesantren. Upaya ini tidak hanya
memberikan pendapatan tambahan, tetapi juga meningkatkan
kemandirian ekonomi, pemberdayaan masyarakat, nilai tambah produk
lokal, pembelajaran keterampilan, dan stimulasi pertumbuhan ekonomi
lokal. Dengan melibatkan tenaga dalam usaha ini, pesantren menjadi
pusat yang berperan aktif dalam pembangunan komprehensif yang
bermanfaat bagi semua pihak. Ini berkaitan dengan jawaban pengelola
LJ dari pertanyaan peneliti; apakah dari segi tenaga memberikan
kontribusi bagi usaha penggilangan padi ini? dan bagaimana bisa
berdampak pada ekonomi pesantren dan Masyarakat sekitar?
Saya dengan senang hati berkontribusi secara aktif dalam
pengelolaan usaha penggilingan padi, saya terjuan langsung
dalam melkukan penggilangan serta interaksi dengan petani
pemasok dan pelanggan kami. Kontribusi tenaga ini memberikan
bukti kerja keras untuk mengahsilkan sesuatu yang baik secara
hasil kerja maupun kontribusi tenaga kami di dalam usaha ini
berdampak pada ekonomi pesantren dan masyarakat sekitar.

110
Melalui usaha penggilingan padi, pesantren kami telah
mendapatkan sumber pendapatan yang beragam dan
berkelanjutan. Pendapatan ini, yang diperoleh dari jasa
penggilingan dan penjualan beras, dapat dialokasikan untuk
pengembangan fasilitas pendidikan, pelatihan kewirausahaan,
dan peningkatan infrastruktur pesantren secara keseluruhan.93
Dapat dijelaskan bahwa pengelola berperan langsung dalam
proses penggilingan padi dan terlibat dalam interaksi dengan petani
pemasok dan pelanggan. Kontribusi ini menunjukkan komitmen
pengelola yang nyata dalam usaha penggilingan padi. Dengan bekerja
keras dan aktif, Anda membantu memastikan proses berjalan lancar dan
menghasilkan produk berkualitas.
Peningkatan Nilai Tambah: Dalam melakukan penggilingan
padi, Anda tidak hanya mengubah bahan mentah menjadi beras, tetapi
juga menambahkan nilai pada produk tersebut. Proses penggilingan
menciptakan produk akhir yang lebih bernilai dan siap untuk dijual. Ini
memiliki dampak langsung pada ekonomi petani pemasok, karena hasil
panen mereka diolah menjadi produk yang lebih bernilai di pasar.
Usaha penggilingan padi memberikan sumber pendapatan yang
beragam bagi pesantren. Pendapatan berasal dari jasa penggilingan dan
penjualan beras. Kombinasi pendapatan ini menciptakan keragaman
dalam sumber dana yang masuk ke pesantren, menjadikannya lebih
stabil dan berkelanjutan dalam menghadapi fluktuasi ekonomi.
Pendapatan yang dihasilkan dari usaha ini dapat dialokasikan
untuk pengembangan fasilitas pendidikan di pesantren. Ini bisa meliputi
membangun atau memperbaiki gedung, membeli peralatan dan buku,
serta menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik bagi para santri.
Peningkatan fasilitas pendidikan berdampak positif pada kualitas
pembelajaran dan pengalaman santri.

93
Hasil Wawancara dengan Pengelola LJ pada tanggal 10 Agustus 2023 jam 10.30 WIB

111
Dana yang diperoleh dari usaha ini juga dapat digunakan untuk
meningkatkan infrastruktur pesantren secara keseluruhan. Infrastruktur
yang lebih baik menciptakan lingkungan yang lebih nyaman dan
fungsional bagi para santri, guru, dan karyawan. Hal ini dapat mencakup
perbaikan fasilitas hunian, sanitasi, dan fasilitas olahraga.
Kontribusi santri dan masyarakat dalam usaha penggilingan
padi tidak hanya membantu memajukan ekonomi pesantren, tetapi juga
memberikan dampak yang positif pada masyarakat sekitar. Masyarakat
tidak hanya menghasilkan produk, tetapi juga mengambil peran dalam
menciptakan pengaruh yang lebih besar dalam pemberdayaan ekonomi
dan pengembangan pendidikan.
c. Pabrik gula aren
Usaha gula aren di Pesantren Riyadul Muta'alimin merupakan contoh
nyata bagaimana pesantren dapat berperan dalam pembangunan ekonomi
masyarakat dan pesantren itu sendiri. Dari diversifikasi pendapatan hingga
pemberdayaan petani dan masyarakat lokal, usaha ini memiliki dampak
yang luas. Melalui kerja sama yang sinergis antara pesantren, petani, dan
masyarakat, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dapat tercapai,
sekaligus memperkuat peran pesantren dalam memajukan masyarakat
secara holistic untuk mengetahui implementasi dan kntribusi usaha gula ini
kita dapat melihat melalui aspek;
1) Strategi
Implementasi strategi usaha gula aren di Pesantren Riyadul
Muta'alimin telah membawa dampak positif yang signifikan terhadap
pembangunan ekonomi masyarakat dan pesantren. Usaha ini tidak
hanya memberikan peluang ekonomi bagi masyarakat setempat melalui
penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan petani, tetapi
juga memperkuat ekonomi pesantren melalui diversifikasi pendapatan
dan peningkatan kualitas pendidikan. Keberhasilan strategi ini

112
menegaskan pentingnya sinergi antara inovasi ekonomi dan
pengembangan komunitas dalam rangka mencapai pembangunan yang
berkelanjutan. Seperti yang telah peniliti tanyakan kepada pengelola IR
; bagaimana konsep dan strategi dalam mengmbangkan usaha gula aren
yang dilakukan pengelola ?
“Konsep utama di balik usaha gula aren kami berencana
mengambil pendekatan yang berkelanjutan dan mengarah pada
nilai-nilai lokal. Strategi Pengembangan Kerjasama dengan
Petani, Inovasi dalam Produk, alhamdulillah sudah berinovasi
dalam gula aren ini dalam bentuk dan kemasan yang baik seperti
salah satunya produk gula semut. Merancang Strategi pemasaran
kami berfokus pada nilai lokal dan cerita di balik setiap produk
dan berencana memasarkan ke media sosial dan acara lokal
untuk berkomunikasi dengan pelanggan kami, membagikan cerita
petani, proses pengolahan, dan manfaat kesehatan dari gula aren.
Ini membantu kami membangun ikatan emosional dengan
pelanggan. Memastikan gula aren yang kami hasilkan murni
tnapa adanya campuran bahan lain. Berkolaborasi dengan para
komunitas.”94
Dapat dijelaskan bahwa dalam mengembangkan usaha gula aren
dengan pendekatan berkelanjutan dan berbasis nilai-nilai lokal. Konsep
ini dapat dihubungkan dengan implementasi strategi untuk
pembangunan ekonomi pesantren dan masyarakat dalam beberapa cara:
a) Pemberdayaan Petani dan Komunitas Lokal: Dalam konteks
pembangunan ekonomi pesantren dan masyarakat, Pengelola IR
dapat mengadopsi pendekatan yang serupa dengan strategi
kerjasama dengan petani. Pesantren dan komunitas lokal
memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada ekonomi lokal.
Pengelola IR bisa berkolaborasi dengan pesantren dan komunitas
sekitar dalam berbagai cara, seperti memberikan pelatihan
keterampilan, mendukung produksi lokal, atau memfasilitasi
pemasaran produk-produk lokal.

94
Hasil Wawancara dengan Pengelola IR pada tanggal 18 Agustus 2023 jam 13.15 WIB

113
b) Inovasi dalam Produk dan Layanan: Seperti yang Pengelola IR
lakukan dalam inovasi produk gula aren, Pengelola IR juga dapat
menerapkan inovasi dalam konteks pesantren dan masyarakat.
Misalnya, Pengelola IR dapat berpikir tentang cara-cara baru
untuk mengembangkan layanan atau produk yang bermanfaat
bagi pendidikan dan perkembangan pesantren, serta masyarakat
sekitar.
c) Pemasaran Berbasis Nilai Lokal dan Cerita: Pendekatan
pemasaran yang berfokus pada nilai lokal dan cerita di balik
setiap produk juga bisa diterapkan dalam konteks pembangunan
ekonomi pesantren dan masyarakat. Pengelola IR dapat menggali
cerita-cerita inspiratif dari pesantren dan masyarakat lokal,
kemudian membagikannya melalui berbagai saluran komunikasi,
termasuk media sosial dan acara lokal. Ini akan membantu
membangun kesadaran dan ikatan emosional yang kuat di antara
pelanggan atau pendukung Pengelola IR.
d) Kemitraan dengan Komunitas dan Lembaga Lokal: Seperti
kolaborasi Pengelola IR dengan petani, Pengelola IR juga dapat
menjalin kemitraan dengan pesantren, lembaga pendidikan, dan
organisasi lokal lainnya. Ini dapat mencakup pertukaran
pengetahuan, pelatihan, atau bahkan proyek-proyek bersama
yang dapat meningkatkan keterlibatan dan pertumbuhan ekonomi
di wilayah tersebut.
e) Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan: Pendekatan berkelanjutan
yang Pengelola \terapkan dalam usaha gula aren dapat diartikan
dalam konteks pembangunan ekonomi pesantren dan masyarakat.
Pengelola dapat mendorong praktik-praktik ekonomi yang
berkelanjutan dan berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan
jangka panjang.

114
f) Keterlibatan Aktif dalam Komunitas: Seperti bagaimana
Pengelola berencana untuk terlibat dengan media sosial dan acara
lokal, Pengelola juga dapat terlibat secara aktif dalam kegiatan-
kegiatan komunitas pesantren dan lokal. Ini membantu
membangun kepercayaan dan reputasi yang positif di mata
komunitas, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi yang
lebih inklusif.
Dengan menerapkan konsep dan strategi yang pengelola jelaskan
dalam pernyataan, Pengelola memiliki peluang besar untuk tidak hanya
mengembangkan usaha gula aren yang berkelanjutan dan berbasis lokal,
tetapi juga berkontribusi pada pembangunan ekonomi pesantren dan
masyarakat di sekitar usaha ini..
2) Metode Analisis SWOT
Analisis SWOT menjadi alat yang sangat bermanfaat dalam
merencanakan implementasi strategi pembangunan ekonomi
masyarakat dan pesantren melalui usaha gula aren. Dengan
memanfaatkan kelebihan dan peluang, serta mengatasi kekurangan dan
ancaman, usaha ini memiliki potensi besar untuk menciptakan dampak
positif yang berkelanjutan dalam masyarakat dan pesantren setempat.
Dalam menghadapi tantangan dan mengoptimalkan peluang, usaha ini
dapat berperan sebagai agen perubahan dalam menggerakkan ekonomi
lokal menuju arah yang lebih baik. Metode ini telah dilakukan oleh
usaha gula aren ini seperti yang telah peniliti tanayakan pada pengelola
IR; Apa saja cara dalam melakukan persiapan berwirauha di bidang gula
aren?
“Saya memastikan untuk memahami dengan baik tentang gula
aren, mulai dari proses pengolahan aren hingga cara pembuatan
gula aren. Blar dari sumber online, dan bertanya kepada mereka
yang berpengalaman dalam industri ini.saya memahami
permintaan dan tren konsumen terkini terhadap produk-produk

115
berbasis gula aren. Ini membantu saya menyesuaikan produk dan
strategi pemasaran sesuai dengan preferensi pelanggan.Saya
berusaha untuk memilih bahan baku aren yang berkualitas tinggi.
Saya mencari pemasok yang terpercaya dan menguji bahan baku
secara menyeluruh untuk memastikan produk akhir memiliki rasa
dan kualitas yang baik bereksperimen pada produk gula seperti
makanan atau minuman gula aren. Ini membantu menarik
perhatian pelanggan dan membedakan usaha saya dari yang lain
inovasi ini sudah mulai kami kembangkan seperti gula semut
produk menggunakan bahan baku murni lami tanapa campuran
hanya bentuknya bubuk. Saya merancang rencana keuangan yang
mencakup estimasi biaya awal, perkiraan pendapatan, dan
pengeluaran operasional. Ini membantu saya dalam mengelola
keuangan usaha dengan lebih baik. Saya merancang strategi
pemasaran dan branding yang mencakup identitas merek, logo,
dan strategi promosi. Saya juga mempertimbangkan pemasaran
melalui media sosial dan kemitraan dengan bisnis lokal
lainnya.Mengatasi Tantangan: Saya siap menghadapi tantangan
yang mungkin muncul dalam usaha, baik itu terkait dengan
persaingan, perubahan tren pasar, atau masalah operasional.
Saya memiliki rencana cadangan dan strategi untuk mengatasi
setiap kendala.”95
Dapat dijelaskan bahwa Pernyataan yang Anda berikan
mencerminkan pendekatan yang komprehensif dan strategis dalam
mengembangkan usaha gula aren. Mari kita tinjau pernyataan tersebut
melalui lensa analisis SWOT untuk lebih memahami kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman yang mungkin pengelola hadapi:
a) Strengths (Kelebihan):
• Pemahaman Mendalam tentang Produk: Pengelola IR telah
melakukan riset yang mendalam tentang gula aren, termasuk
proses pengolahan dan cara pembuatan. Ini memberi Pengelola IR
keunggulan dalam menghasilkan produk berkualitas tinggi
dengan pengetahuan yang luas.

95
Hasil Wawancara dengan Pengelola IR pada tanggal 18 Agustus 2023 jam 13.30 WIB

116
• Pemahaman tentang Permintaan Pasar: Dengan memahami
permintaan dan tren konsumen terkini, Pengelola IR dapat
merancang produk dan strategi pemasaran yang sesuai dengan
preferensi pelanggan, memberikan nilai tambah pada bisnis
Pengelola IR.
• Kualitas Bahan Baku yang Tinggi: Keputusan Pengelola IR untuk
memilih bahan baku aren yang berkualitas tinggi menunjukkan
fokus pada menghasilkan produk berkualitas unggul, yang dapat
menjadi keunggulan kompetitif.
• Inovasi Produk: Pengembangan produk inovatif seperti gula
semut dari bahan baku murni merupakan kekuatan tambahan yang
dapat membedakan usaha Pengelola IR dari yang lain di pasaran.
• Rencana Keuangan yang Matang: Merancang rencana keuangan
yang komprehensif membantu Pengelola IR dalam pengelolaan
keuangan usaha, membantu meminimalkan risiko yang terkait
dengan pengeluaran dan pendapatan.
b) Weaknesses (Kekurangan):
• Keterbatasan Skala Produksi: Keterbatasan dalam skala produksi
mungkin menjadi kelemahan yang perlu Pengelola IR hadapi,
terutama jika permintaan melonjak tiba-tiba.
• Ketergantungan pada Sumber Daya Eksternal: Jika Pengelola IR
bergantung pada pemasok bahan baku aren, kemungkinan terjadi
gangguan pasokan atau fluktuasi harga.
c) Opportunities (Peluang):
Pertumbuhan Permintaan Produk Lokal: Dengan meningkatnya
kesadaran akan produk lokal dan berkelanjutan, ada peluang untuk
pertumbuhan bisnis Usaha di pasar ini.

117
• Kemitraan dengan Bisnis Lokal: Kemitraan dengan bisnis lokal
lainnya dapat membuka peluang baru, seperti kolaborasi dalam
promosi atau penawaran paket.
• Pengembangan Produk Inovatif: Terus mengembangkan produk
inovatif berbasis gula aren dapat membantu Usaha gula aren terus
menarik perhatian konsumen dan memperluas pangsa pasar.
d) Threats (Ancaman):
• Persaingan di Pasar: Persaingan dari produsen gula aren lainnya
atau bahkan gula alternatif dapat mempengaruhi pangsa pasar
Usaha gula aren.
• Perubahan Tren Konsumen: Jika tren konsumen beralih ke produk
lain, ini bisa memengaruhi permintaan terhadap produk Usaha
gula aren.
Dengan memahami dan menganalisis elemen-elemen di atas melalui
lensa analisis SWOT, Usaha gula aren dapat merancang strategi yang
lebih terinformasi dan berfokus pada memaksimalkan kekuatan dan
peluang, sambil mengatasi kelemahan dan ancaman yang mungkin
muncul. Pendekatan ini memberikan Usaha gula aren kerangka kerja
yang jelas untuk mengembangkan usaha gula aren Usaha gula aren
secara berkelanjutan dan berhasil dalam konteks pasar yang dinamis.
3) Evaluasi
Usaha gula aren yang Usaha gula aren jalankan tidak hanya
sekadar bisnis, tetapi juga cerminan dari komitmen terhadap
pembangunan ekonomi masyarakat dan pesantren. Dengan melibatkan
pendekatan berkelanjutan, kolaborasi, pemasaran berbasis nilai, dan
evaluasi dampak, Usaha gula aren telah membuka jalan menuju
pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Implementasi
evaluasi ini tidak hanya memberikan manfaat finansial, tetapi juga

118
mendukung perkembangan sosial dan kultural dalam komunitas yang
lebih luas. Melalui langkah-langkah ini, usaha gula aren menjadi contoh
inspiratif tentang bagaimana bisnis dapat menjadi agen positif dalam
memajukan ekonomi masyarakat dan pesantren secara bersamaan.
Seperti yang telah peneliti tanyakan pada penegelola IR; apa evaluasi
yang usaha gula aren lakukan setelah melakukan perencanaan
wirausaha ?
“Saya secara teratur melakukan pemantauan terhadap kinerja
usaha, termasuk penjualan, pendapatan, dan biaya operasional.
Saya melakukan analisis keuangan rutin untuk mengevaluasi arus
kas, profitabilitas, dan margin keuntungan. .Saya aktif
berkomunikasi dengan pelanggan untuk mendapatkan umpan
balik mengenai produk atau layanan yang kami tawarkan. Saya
mengamati hasil dari upaya pemasaran yang telah dilakukan.
Jika ada strategi yang tidak memberikan hasil yang diharapkan,
saya melakukan penyesuaian atau mencari alternatif baru
Evaluasi Kinerja Karyawan, Dengan memahami risiko-risiko ini,
saya dapat mengambil langkah-langkah pencegahan atau
mitigasi yang tepat Saya sering berdiskusi dengan sesama santri
yang memiliki pengalaman dalam bidang usaha atau kegiatan
ekonomi.”.96
Dapat dijelaskan bahwa pernyataan tersebut mencerminkan suatu
pendekatan yang sangat rasional dan terstruktur dalam mengelola usaha,
dan dapat diadaptasi dengan baik untuk tujuan pembangunan ekonomi
pesantren dan masyarakat. Mari kita jabarkan bagaimana pernyataan
tersebut bisa dihubungkan dengan implementasi evaluasi untuk
pembangunan ekonomi pesantren dan masyarakat:
a) Pemantauan Kinerja Ekonomi Pesantren dan Masyarakat:
Seperti yang Usaha gula aren sebutkan, pemantauan kinerja usaha
dilakukan secara rutin. Hal ini dapat diterapkan pada pesantren dan
masyarakat dengan melakukan pemantauan secara teratur terhadap
aspek ekonomi yang berkaitan, seperti pendapatan dari berbagai

96
Hasil Wawancara dengan Pengelola IR pada tanggal 18 Agustus 2023 jam 13.40 WIB

119
sumber (donasi, sumbangan, usaha ekonomi), pengeluaran, dan biaya
operasional.
b) Analisis Keuangan dan Evaluasi Arus Kas:
Penerapan analisis keuangan dan evaluasi arus kas akan membantu
pesantren dan masyarakat memahami dengan lebih jelas bagaimana
arus dana masuk dan keluar. Ini bisa membantu mengidentifikasi
sumber pendapatan utama, mengukur keberlanjutan keuangan, dan
membuat keputusan berdasarkan data finansial yang kuat.
c) Interaksi dengan Pelanggan/Masyarakat:
Berkomunikasi dengan pelanggan dalam konteks pesantren bisa
berarti berinteraksi dengan santri, orang tua, atau masyarakat sekitar.
Umpan balik yang diterima bisa digunakan untuk menilai keefektifan
program pendidikan dan pelayanan yang diberikan, serta
mengidentifikasi peluang perbaikan atau pengembangan.
d) Evaluasi Hasil Strategi Pemasaran:
Implementasi strategi pemasaran dalam konteks pesantren bisa
merujuk pada upaya untuk menarik calon santri atau dukungan dari
masyarakat. Jika suatu strategi tidak memberikan hasil yang
diharapkan, langkah-langkah penyesuaian bisa dilakukan. Misalnya,
jika acara pembukaan kelas tidak menarik banyak pendaftar, perlu
dievaluasi dan disesuaikan dengan preferensi calon santri.
e) Evaluasi Kinerja Karyawan/Santri:
Penerapan ini sangat relevan dalam mengelola pesantren. Evaluasi
kinerja karyawan (guru, pengelola, staf) atau santri akan membantu
dalam memastikan kualitas pengajaran dan pelayanan. Ini juga dapat
memotivasi peningkatan kualitas secara berkelanjutan.
f) Diskusi dengan Sesama Santri atau Ahli Ekonomi:
Melibatkan sesama santri yang memiliki pengalaman dalam bidang
usaha atau kegiatan ekonomi bisa memberikan wawasan baru dan

120
ide-ide inovatif. Hal ini dapat diterapkan dalam konteks
pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar pesantren dengan
melibatkan individu yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
ekonomi.
Dalam konteks pembangunan ekonomi pesantren dan masyarakat,
pendekatan tersebut akan membantu mengidentifikasi peluang-peluang
pengembangan, meminimalkan risiko-risiko, dan mengarahkan
langkah-langkah konkret yang dapat diambil untuk mencapai tujuan
ekonomi yang lebih baik. Dengan pendekatan ini, pesantren dapat
menjadi pusat pendidikan dan pemberdayaan ekonomi yang kuat, serta
berkontribusi positif terhadap perkembangan masyarakat di sekitarnya.
4) Kontribusi ide dan pemikiran
Usaha gula aren Riyadul Mutaalimin merupakan contoh konkret
bagaimana ide dan pemikiran kreatif dapat membawa dampak positif
dalam pembangunan ekonomi masyarakat dan pesantren. Melalui
revitalisasi tradisi lokal, pemberdayaan masyarakat, diversifikasi
pendapatan pesantren, pendidikan kewirausahaan, dan kemitraan
eksternal, usaha ini tidak hanya menciptakan lapangan kerja dan
pendapatan, tetapi juga membantu memperkuat identitas lokal dan
memperkaya pengalaman pendidikan di pesantren. Dengan terus
mengembangkan konsep semacam ini, kita dapat merangkul potensi
ekonomi dan sosial yang lebih besar untuk masa depan yang lebih cerah
bagi masyarakat dan pesantren. Seperti yang telah peniliti tanyakan pada
pengelola IR; bagaimana ide dalam berkontribusi usaha gula aren untuk
Pembangunan ekonomi masyrakat dan pesantren?
saya melihat bahwa peluang ini bukan hanya sekadar bisnis,
tetapi juga sarana untuk memberdayakan masyarakat dan
mendukung perkembangan pesantren. Ada beberapa ide dan
pemikiran yang kami terapkan Pemberdayaan Petani Lokal,
Pelatihan Keterampilan, Penciptaan Lapangan Kerja, Kemitraan

121
dengan Komunitas, Dukungan untuk Pesantren, pemberdayaan
jiwa muda”97
Dapat dijelaskan bahwa peluang bisnis dipandang sebagai alat untuk
mencapai beberapa tujuan yang lebih luas, seperti pemberdayaan
masyarakat, perkembangan pesantren, dan pertumbuhan ekonomi lokal.
Berikut adalah kontribusi ide dan pemikiran yang bisa diterapkan untuk
membangun ekonomi pesantren dan masyarakat, sesuai dengan poin-
poin yang disebutkan dalam pernyataan:
a) Pemberdayaan Petani Lokal: Ide ini dapat diwujudkan dengan
mengembangkan program pelatihan pertanian modern yang
melibatkan teknik pertanian yang lebih efisien dan berkelanjutan.
Dengan memberdayakan petani lokal untuk meningkatkan hasil
pertanian mereka, ekonomi lokal bisa tumbuh karena
ketersediaan bahan baku yang lebih baik dan berlimpah.
b) Pelatihan Keterampilan: Ini dapat membantu masyarakat di
sekitar pesantren untuk mengembangkan keterampilan yang
dibutuhkan dalam berbagai industri, seperti kerajinan tangan,
teknologi informasi, atau bidang lainnya. Pelatihan ini akan
meningkatkan kualifikasi pekerja lokal dan membuka pintu bagi
lapangan kerja yang lebih baik, yang pada gilirannya akan
meningkatkan pendapatan masyarakat.
c) Penciptaan Lapangan Kerja: Dengan mengembangkan bisnis
yang berkelanjutan, peluang bisnis ini bisa menjadi sumber
lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Misalnya, jika ada
pertumbuhan usaha pertanian atau produksi lokal lainnya, maka
akan ada kebutuhan akan pekerja tambahan, yang akan
membantu mengurangi tingkat pengangguran di wilayah
tersebut.

97
Hasil Wawancara dengan Pengelola IR pada tanggal 18 Agustus 2023 jam 14.00 WIB

122
d) Kemitraan dengan Komunitas: Kolaborasi dengan berbagai
komunitas lokal, termasuk kelompok tani, kelompok kerajinan,
dan lainnya, dapat memperluas jangkauan usaha dan memberikan
manfaat yang lebih luas. Ini bisa meliputi pertukaran sumber
daya, pengetahuan, atau bantuan dalam mengatasi tantangan
bersama.
e) Dukungan untuk Pesantren: Mendukung pesantren dapat
diwujudkan melalui berbagai cara, seperti memberikan bantuan
dalam pengembangan fasilitas, program pendidikan, atau
pengembangan kewirausahaan di kalangan santri. Ini akan
membantu memperkuat peran pesantren sebagai pusat
pendidikan dan juga mendorong ekosistem ekonomi lokal.
f) Pemberdayaan Jiwa Muda: Melalui pelatihan, pendidikan, dan
pembinaan, generasi muda dapat dipersiapkan untuk menjadi
agen perubahan dalam komunitas mereka. Pemberdayaan jiwa
muda akan membantu dalam mengembangkan pemimpin-
pemimpin masa depan yang berkontribusi pada pertumbuhan
ekonomi dan sosial.
Dengan menerapkan berbagai ide dan pemikiran ini, peluang
bisnis tersebut tidak hanya akan menciptakan keuntungan ekonomi
tetapi juga berdampak positif pada pemberdayaan masyarakat dan
perkembangan pesantren. Pendekatan ini mencerminkan pentingnya
memandang bisnis sebagai alat yang dapat menghasilkan dampak
positif yang lebih luas bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.
5) Kontribusi material
Usaha gula aren yang dikelola oleh Pesantren Riyadul
Muta'alimin memberikan kontribusi material yang signifikan terhadap
pembangunan ekonomi masyarakat dan pesantren. Melalui
pemberdayaan ekonomi lokal, pertumbuhan bisnis, pemberdayaan

123
pesantren, peningkatan infrastruktur, dan pengembangan keahlian,
usaha ini mampu menciptakan dampak yang positif dalam hal ekonomi,
pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Pendekatan ini menjadikan usaha gula aren tidak hanya sebagai sumber
pendapatan, tetapi juga sebagai instrumen untuk mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan yang lebih luas seperti telah tergmabar
dalam wawancara peneliti dan pengelola IR; bagaimana kontribusi usah
ini dari segi material untuk membangun ekonomi Masyarakat dan
pesantren?
Pertama-tama, dari segi material, usaha gula aren memberikan
kontribusi langsung dalam menciptakan peluang kerja bagi
masyarakat di sekitar pesantren. Proses produksi gula aren
melibatkan berbagai tahap, mulai dari pemanenan nira hingga
pengolahan menjadi gula. Ini bisa menciptakan pekerjaan bagi
para petani nira, pengolah gula, dan tenaga kerja lainnya. Seiring
dengan berkembangnya usaha, lapangan pekerjaan ini dapat
bertambah, mengurangi tingkat pengangguran bisa
meningkatkan pendapatan rumah tanggajuga. Selain itu, usaha
gula aren juga berkontribusi pada pemberdayaan petani lokal.
Kami bekerja sama dengan petani dalam memasok bahan baku
nira, memberikan pelatihan mengenai praktik pertanian
kontribusi material dari usaha gula aren sangat berharga.
Pendapatan yang dihasilkan dari usaha ini dapat diarahkan untuk
pengembangan pesantren, perbaikan infrastruktur, fasilitas
pendidikan, kami menjaga pemanenan nira untuk menjaga
kelangsungan pohon aren dan ekosistem sekitarnya.”98
Dapat dijelaskan bahwa kontribusi material yang signifikan
terhadap pembangunan ekonomi pesantren dan masyarakat di
sekitarnya. Mari kita jelaskan lebih rinci bagaimana hal ini terjadi:
a) Peluang Kerja dan Pengurangan Pengangguran: Proses produksi
gula aren melibatkan berbagai tahap, seperti pemanenan nira,

98
Hasil Wawancara dengan Pengelola IR pada tanggal 18 Agustus 2023 jam 14.50 WIB

124
pengolahan gula, dan distribusi produk. Dalam setiap tahap ini,
lapangan pekerjaan dibuka untuk masyarakat di sekitar
pesantren. Petani nira, pengolah gula, tenaga kerja produksi, dan
tenaga kerja pendukung lainnya akan terlibat dalam usaha ini.
Dengan demikian, usaha gula aren menciptakan peluang kerja
baru yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di wilayah
tersebut.
b) Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga: Dengan adanya
peluang kerja baru, pendapatan rumah tangga masyarakat juga
dapat meningkat. Para petani nira dan pekerja di sektor produksi
gula aren akan menerima upah atau penghasilan dari usaha ini.
Peningkatan pendapatan ini dapat membantu memperbaiki
kesejahteraan masyarakat sekitar pesantren dan meningkatkan
daya beli mereka.
c) Pemberdayaan Petani Lokal: Kerja sama dengan petani dalam
memasok bahan baku nira tidak hanya menghasilkan pendapatan
tambahan bagi mereka, tetapi juga memberikan pemberdayaan
melalui pelatihan dan praktik pertanian yang lebih baik. Petani
akan memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan
mereka dan meningkatkan produktivitas pertanian. Ini pada
akhirnya akan meningkatkan taraf hidup petani lokal dan
memperkuat ekonomi komunitas pertanian.
d) Pendapatan untuk Pengembangan Pesantren dan Infrastruktur:
Pendapatan yang dihasilkan dari usaha gula aren dapat
dialokasikan untuk pembangunan pesantren dan infrastruktur
lokal. Dengan memiliki sumber pendapatan yang berkelanjutan,
pesantren dapat meningkatkan fasilitas pendidikan dan
infrastruktur lainnya, seperti perbaikan bangunan, peningkatan
fasilitas pendukung, dan lain sebagainya. Ini akan berdampak

125
positif pada kualitas pendidikan yang diberikan oleh pesantren
dan meningkatkan aksesibilitasnya bagi masyarakat.
e) Pengelolaan Ekosistem dan Konservasi Alam: Usaha gula aren
yang menjaga pemanenan nira juga berkontribusi pada
pelestarian lingkungan. Dengan memperhatikan kelangsungan
pohon aren dan ekosistem sekitarnya, usaha ini dapat membantu
mencegah degradasi lingkungan dan menjaga keseimbangan
ekosistem. Ini penting untuk jangka panjang karena menjaga
lingkungan yang sehat akan mendukung kelangsungan usaha dan
kehidupan masyarakat di sekitar pesantren.
Secara keseluruhan, usaha gula aren tidak hanya memberikan kontribusi
material dalam bentuk peluang kerja dan pendapatan, tetapi juga
berdampak positif pada pemberdayaan masyarakat, pengembangan
pesantren, dan konservasi lingkungan. Dengan cara ini, usaha ini secara
simultan memainkan peran penting dalam pembangunan ekonomi
pesantren dan masyarakat di sekitarnya.
6) Kontribusi tenaga
Kontribusi tenaga kerja dalam usaha gula aren pesantren tidak hanya
menciptakan peluang kerja, tetapi juga berperan dalam membentuk
masyarakat yang lebih berdaya dan pesantren yang lebih kuat secara
ekonomi. Pemberdayaan tenaga kerja tidak hanya memberikan manfaat
material, tetapi juga memicu efek domino positif dalam pembangunan
ekonomi lokal dan pengembangan pesantren. Oleh karena itu, penting
untuk terus mendukung upaya pemberdayaan tenaga kerja dalam
konteks usaha gula aren pesantren untuk mencapai pembangunan yang
berkelanjutan. Seperti yang dikatakan Pengelola IR dalam wawancara
sebagai berikut; bagaimana kontribusi tenaga dalam usaha gula aren
memberikan pengaruh ekonomi ?
"Usaha gula aren yang kami kelola di Pesantren ini memiliki
dampak yang signifikan terhadap aspek ekonomi di tingkat lokal
dan lebih luas. Kontribusi tenaga yang kami berikan melalui
usaha gula aren memilik pengaruh pada Penciptaan Lapangan
Kerja Peningkatan Pendapatan Masyarakat,Pembinaan

126
Keterampilan, Pemasukan Keuangan Pesantren, Pemberdayaan
Ekonomi Lokal. kami berusaha untuk menciptakan dampak positif
yang lebih luas di Masyarakat”99
Dapat dijelaskan bahwa dampak positif dari usaha gula aren yang
dikelola di Pesantren tersebut terhadap berbagai aspek ekonomi, baik
pada tingkat lokal maupun lebih luas. Mari kita bahas pernyataan
tersebut lebih rinci dan hubungkannya dengan kontribusi tenaga dalam
pembangunan ekonomi pesantren dan masyarakat.
a) Penciptaan Lapangan Kerja: Melalui usaha gula aren, Pesantren
telah berhasil menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat
sekitar. Pada tahap produksi, diperlukan tenaga kerja untuk
mengumpulkan getah aren, mengolahnya menjadi gula aren, dan
mengelola seluruh proses tersebut. Dengan demikian, usaha ini
secara langsung memberikan kesempatan pekerjaan kepada
warga setempat, mengurangi tingkat pengangguran, dan
meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga.
b) Peningkatan Pendapatan Masyarakat: Tenaga kerja yang terlibat
dalam usaha gula aren juga akan mendapatkan penghasilan dari
pekerjaan ini. Kenaikan pendapatan individu secara langsung
berkontribusi pada peningkatan daya beli dan taraf hidup
masyarakat sekitar. Selain itu, usaha ini mungkin juga
memberikan peluang kepada petani lokal yang menyediakan
bahan baku, yang pada gilirannya akan meningkatkan
pendapatan mereka.
c) Pembinaan Keterampilan: Keterlibatan dalam usaha gula aren
memungkinkan masyarakat, terutama para tenaga kerja, untuk
mengembangkan keterampilan produksi dan manajemen yang
lebih baik. Pelatihan dan pengalaman yang diperoleh dari
kegiatan ini dapat berujung pada peningkatan keterampilan teknis
dan profesional mereka. Ini tidak hanya memberikan manfaat
langsung dalam konteks usaha gula aren, tetapi juga dapat
diterapkan dalam sektor lain, meningkatkan potensi pekerjaan
dan pengembangan karier.
d) Pemasukan Keuangan Pesantren: Keuntungan dari usaha gula
aren juga dapat digunakan untuk membiayai berbagai program
pendidikan dan pengembangan di pesantren. Pemasukan

99
Hasil Wawancara dengan Pengelola IR pada tanggal 19 Agustus 2023 jam 13.00 WIB

127
keuangan ini dapat mendukung peningkatan fasilitas, pelatihan
keagamaan, dan pengembangan infrastruktur pendidikan.
Dengan demikian, usaha ini memiliki dampak positif pada
pembangunan pesantren secara keseluruhan.
e) Pemberdayaan Ekonomi Lokal: Melalui kontribusi tenaga dan
dampak ekonomi yang dihasilkan, usaha gula aren
memberdayakan ekonomi lokal secara menyeluruh. Dengan
memberikan peluang kerja, peningkatan pendapatan, dan
pengembangan keterampilan, masyarakat menjadi lebih mandiri
secara ekonomi. Hal ini akan mendorong pertumbuhan usaha
kecil dan menengah di wilayah tersebut, serta meningkatkan daya
saing ekonomi lokal.
Dalam keseluruhan, kontribusi tenaga dalam pengelolaan usaha gula
aren di Pesantren tidak hanya menciptakan manfaat ekonomi yang
langsung dirasakan oleh masyarakat, tetapi juga memberikan
dukungan nyata dalam pembangunan ekonomi pesantren dan
pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat. Melalui pendekatan
ini, Pesantren tidak hanya berperan dalam bidang pendidikan dan
keagamaan, tetapi juga sebagai agen pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan dan inklusif.
d. Koperasi dan kantin pesantren
Koperasi pesantren di pondok Riyadul Muta’alimin merupakan salah
satu organisasi pemberdayaan ekonomi yang berda di pondok pesantren
dalam upaya meningkatkan pembangunan ekonomi, baik dilingkungan
pesantren maupun di lingkungan masyarakat dengan mengoptimalkan
penggunaan sumberdaya yang ada di sekitar lingkungan pesantren Riyadul
Muta’alimin sehingga memberikan rangsangan terbentuknya usaha-usaha
baru yang menguntungkan. Selain itu, strategi pembangunan koperasi
pesantren dapat dilakukan dengan memperluas dan memperkuat jaringan
kejasama.
usaha kantin pesantren memiliki dampak yang jauh lebih luas daripada
sekadar tempat menjual makanan dan minuman. Kontribusinya mencakup
pembangunan ekonomi pesantren, peningkatan kualitas pendidikan,
pembelajaran kewirausahaan, pemberdayaan masyarakat lokal, serta
memfasilitasi interaksi dan jaringan. Oleh karena itu, penting bagi pesantren
untuk mengenali potensi dan dampak positif dari usaha kantin, serta
mengelolanya dengan baik guna mendukung pembangunan holistik

128
masyarakat dan pesantren yang berkelanjutan. Dengan adanya koperasi dan
kantin pesantren sebagai pemberdaya ekonomi yang bertujuan
meningkatkan usaha pembangunan ekonomi masyarakat dan pesantren,
pondok pesantren Riyadul Muta’alimin malakukan tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1) Implementasi strategi
Implementasi strategi usaha koperasi dan kantin di pesantren memiliki
potensi besar untuk membangun ekonomi masyarakat dan pesantren
secara simultan. Ini membawa dampak positif dalam bentuk
pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar, pengembangan
kewirausahaan santri, pengembangan sumber daya pesantren,
pembinaan etika bisnis Islami, dan peningkatan kemandirian pesantren.
Dengan kolaborasi yang kuat antara pendidikan, agama, dan ekonomi,
pesantren dapat menjadi motor penggerak pembangunan yang inklusif
dan berkelanjutan. Seperti telah peniliti tanyakan kepada pengelola LA
dan AS; strategi apa yang dilakukan usaha koperasi ini untuk mencapai
pemberdayaan ekonomi masyarakat dan pesantren?
Kami mendukung produk-produk lokal dengan menjual produk-
produk dari wirausaha lokal di kantin kami Kami menjalankan
operasi koperasi dan kantin dengan prinsip keadilan dan
transparansi. Dikoperasi jugakami menyediakan berbagai
barang kebutuhan untuk santri dan juga kbutuhan untuk
Masyarakat dari segi barang atau makanan atau kebutuhan lain,
Lalu untuk dikantin sendiri bagaimana?
“Dikantin kami biasanya bekerjasama dengan Masyarakat yang
ingin menitipkan produk makanannya di kantin, ini menjadi
bagian dari strategi agar keuntungan dan kemanfaatan satu sama
lain terjalin.”100
Implementasi strategi wirausaha yang fokus pada mendukung produk-
produk lokal dan membangun hubungan saling menguntungkan dengan
masyarakat dan wirausaha lokal. Berikut adalah beberapa poin yang
dapat menjelaskan pernyataan tersebut lebih lanjut:
a) Dukungan terhadap produk lokal: melalui penjualan produk-
produk dari wirausaha lokal di kantin, perusahaan ini

100
Hasil Wawancara dengan Pengelola LA & AS pada tanggal 19 Agustus 2023 jam 13.00 WIB

129
mendukung pertumbuhan ekonomi lokal dan membantu
pengembangan usaha mikro dan kecil. Dukungan ini penting
untuk menciptakan lapangan kerja dan mendorong inovasi di
tingkat lokal.
b) Prinsip keadilan dan transparansi: operasi koperasi dan kantin
ini dikelola dengan prinsip keadilan dan transparansi. Hal ini
dapat mencakup adanya mekanisme pembagian keuntungan
yang adil dan transparan kepada wirausaha lokal yang
berpartisipasi, serta pengelolaan keuangan yang jelas dan
terbuka.
c) Penyediaan barang kebutuhan: koperasi ini juga berperan dalam
memenuhi berbagai kebutuhan, baik bagi santri maupun
masyarakat umum. Penyediaan barang kebutuhan ini mencakup
berbagai jenis produk, termasuk makanan dan barang lainnya.
Ini dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi
konsumen serta mendukung usaha lokal yang menyediakan
produk tersebut.
d) Kolaborasi dengan masyarakat: strategi kerjasama dengan
masyarakat yang ingin menitipkan produk makanannya di kantin
merupakan bentuk kolaborasi yang saling menguntungkan.
Masyarakat dapat memperluas jangkauan pasar mereka melalui
kantin ini, sementara kantin mendapatkan variasi produk yang
lebih beragam. Ini juga memperkuat konektivitas dan ikatan
antara kantin dan komunitas lokal.
e) Maksimisasi keuntungan dan manfaat bersama: melalui
kerjasama ini, kantin dan wirausaha lokal saling mendapatkan
manfaat. Kantin mendapatkan produk berkualitas untuk dijual
kepada pelanggan, sementara wirausaha lokal mendapatkan
akses ke pasar yang lebih besar melalui kantin. Keuntungan

130
finansial dari penjualan produk juga dapat diberikan kembali
kepada wirausaha lokal dan kantin sesuai dengan prinsip
keadilan yang dijunjung.
f) Dampak positif pada ekonomi lokal: dengan mendukung
wirausaha lokal dan membeli produk dari mereka, kantin dan
koperasi membantu menjaga uang beredar di komunitas lokal.
Hal ini dapat memiliki dampak positif pada ekonomi lokal
dengan menguatkan rantai pasokan lokal dan menciptakan
peluang ekonomi yang lebih baik.
g) Pendorong inovasi: melalui dukungan terhadap wirausaha lokal,
strategi ini juga dapat mendorong inovasi dalam produk dan
layanan. Wirausaha lokal mungkin akan termotivasi untuk terus
meningkatkan kualitas produk mereka agar sesuai dengan
kebutuhan dan preferensi konsumen.
Pendekatan ini mencerminkan komitmen terhadap pembangunan
ekonomi lokal, keadilan, dan transparansi dalam operasi bisnis. Ini juga
memanifestasikan kerjasama aktif dengan masyarakat dan wirausaha
lokal, yang pada gilirannya dapat memberikan dampak positif yang
lebih besar pada berbagai aspek komunitas.
2) Metode Analisis SWOT
Implementasi metode analisis SWOT pada usaha koperasi dan kantin
pesantren memiliki potensi besar untuk memberikan kontribusi
signifikan terhadap pembangunan ekonomi masyarakat dan pesantren.
Dengan mengidentifikasi keunggulan, kekurangan, peluang, dan
ancaman, langkah-langkah strategis yang tepat dapat diambil untuk
memanfaatkan potensi yang ada, meminimalkan hambatan, dan
mencapai tujuan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Dalam hal
ini, analisis SWOT bukan hanya sebagai alat evaluasi, tetapi juga
sebagai panduan untuk mengambil keputusan yang cerdas dan tepat

131
dalam mengembangkan usaha koperasi dan kantin pesantren. Seperti
telah peneliti tanayakan kepada pengelola LA dan AS; bagaiamana cara
untuk mengemabangkan wirausaha untuk perencana jangka kedepan?
“Saya akan terus berinovasi dalam pengembangan produk dan
layanan koperasi dan kantin kami. kami akan mengembangkan menu
makanan dan produk lainnya yang sesuai dengan kebutuhan dan
selera pelanggan kami. Kami akan bekerja sama dengan pemasok
yang terpercaya, Saya berencana untuk meningkatkan upaya
pemasaran dengan cara yang lebih kreatif. menambahkan variasi
makanan, minuman, atau produk lain, Saya akan menjajaki
kerjasama dengan pihak ketiga seperti produsen lokal atau petani
untuk mendapatkan pasokan bahan baku yang lebih murah dan
berkualitas. respon cepat terhadap masukan pelanggan, penanganan
keluhan dengan baik, dan menciptakan lingkungan yang ramah dan
nyaman bagi pelanggan. Saya akan memastikan manajemen
keuangan yang cermat.”101
beberapa aspek yang dapat dihubungkan dengan analisis SWOT
(Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats). Mari kita jelaskan
bagaimana tiap bagian pernyataan tersebut berkaitan dengan metode
analisis SWOT:
a) Strengths (Kekuatan):
Inovasi dalam pengembangan produk dan layanan koperasi dan
kantin menunjukkan kemampuan untuk beradaptasi dengan
perubahan dan memenuhi kebutuhan pasar.
Kerja sama dengan pemasok terpercaya menunjukkan kekuatan
dalam memastikan pasokan yang konsisten dan berkualitas.
Respons cepat terhadap masukan pelanggan menunjukkan
fleksibilitas dan kemampuan untuk meningkatkan pengalaman
pelanggan.
Lingkungan yang ramah dan nyaman menunjukkan fokus pada
pelayanan pelanggan yang baik.

101
Hasil Wawancara dengan Pengelola LA & AS pada tanggal 19 Agustus 2023 jam 13.00 WIB

132
b) Weaknesses (Kelemahan):
Kekurangan dalam variasi makanan, minuman, atau produk lain
dapat menjadi kelemahan jika pelanggan mencari variasi lebih
banyak.
Kurangnya penanganan keluhan yang efektif dapat merugikan
citra dan kepuasan pelanggan.
Manajemen keuangan yang cermat harus dijaga untuk
menghindari kerugian dan keterbatasan dana.
c) Opportunities (Peluang):
Meningkatnya upaya pemasaran yang lebih kreatif dapat
membantu menjangkau pasar yang lebih luas dan meningkatkan
popularitas bisnis.
Menjajaki kerjasama dengan produsen lokal atau petani dapat
memberikan peluang untuk mendapatkan bahan baku
berkualitas dengan biaya lebih rendah.
Penambahan variasi makanan dan minuman sesuai dengan
selera pelanggan dapat meningkatkan daya tarik menu dan
menghasilkan pendapatan lebih tinggi.
d) Threats (Ancaman):
Persaingan dalam industri makanan dan minuman dapat menjadi
ancaman, terutama jika pesaing memiliki variasi produk yang
lebih menarik.
Ketergantungan pada pemasok tertentu bisa menjadi risiko jika
ada masalah pasokan atau kualitas.
Perubahan tren konsumen atau ekonomi dapat berdampak
negatif pada permintaan produk dan layanan.
Dengan menganalisis pernyataan di atas menggunakan kerangka
SWOT, Usaha gula aren dapat lebih jelas melihat faktor-faktor internal
(kekuatan dan kelemahan) serta faktor-faktor eksternal (peluang dan

133
ancaman) yang dapat memengaruhi keberhasilan rencana
pengembangan produk dan layanan koperasi dan kantin Usaha gula
aren. Dengan pemahaman ini, Usaha gula aren dapat merencanakan
strategi yang lebih efektif untuk memaksimalkan peluang yang ada
sambil mengatasi tantangan yang mungkin muncul.
3) Evaluasi
Implementasi evaluasi usaha koperasi dan kantin Riyadul Mutaalimin
memiliki dampak positif yang signifikan dalam pembangunan ekonomi
pesantren dan masyarakat. Dengan pendekatan yang terstruktur,
pesantren dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
dan memberdayakan masyarakat sekitarnya. Melalui perbaikan terus-
menerus dan kerja sama yang baik, potensi positif ini dapat terus
ditingkatkan untuk mencapai hasil yang lebih optimal. Seperti yang
telah ditanyakan kepada pengelola LA dan AS; apa tahapan setelah
merumuskan strategi dan metode yang tadi usaha gula aren sebutkan?
“Saya mulai dengan mengumpulkan data dan informasi terkait
dengan kinerja koperasi dan kantin Setelah mengumpulkan data,
saya melakukan analisis kinerja untuk membandingkan hasil
dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Saya
mengidentifikasi tantangan atau hambatan yang mungkin muncul
Saya membandingkan hasil evaluasi dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Saya berkomunikasi dengan tim dan pihak terkait
untuk membahas hasil evaluasi dan langkah-langkah perbaikan,
saya terus memantau kinerja koperasi dan kantin secara terus
menerus.”102
Dapat diejalaskan bahwa Evaluasi adalah proses kritis yang
melibatkan pengumpulan data, analisis, dan refleksi untuk mengukur
sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai. Berikut adalah
penjelasan lebih rinci tentang bagaimana setiap langkah dalam
pernyataan tersebut terkait dengan proses evaluasi:

102
Hasil Wawancara dengan Pengelola LA & AS pada tanggal 20 Agustus 2023 jam 13.00 WIB

134
a) Langkah pertama adalah mengumpulkan data dan informasi
terkait kinerja koperasi dan kantin. Ini dapat mencakup data
penjualan, laba, biaya operasional, layanan pelanggan, dan
faktor-faktor lain yang relevan dengan operasi koperasi dan
kantin.
b) Setelah data terkumpul, dilakukan analisis untuk memahami
kinerja koperasi dan kantin. Hasil analisis dibandingkan dengan
target yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuannya adalah untuk
menilai sejauh mana pencapaian telah sesuai dengan ekspektasi
awal.
c) Identifikasi Tantangan atau Hambatan: Selama analisis,
diidentifikasi tantangan atau hambatan yang mungkin telah
mempengaruhi kinerja. Ini bisa berupa masalah operasional,
perubahan pasar, faktor internal, atau hal lain yang dapat
mempengaruhi hasil.
d) Membandingkan Hasil Evaluasi dengan Tujuan yang Ditentukan:
Langkah ini melibatkan perbandingan hasil evaluasi kinerja
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Apakah
pencapaian kinerja mendekati atau melebihi target yang telah
ditetapkan?
e) Komunikasi dengan Tim dan Pihak Terkait: Hasil evaluasi perlu
dikomunikasikan dengan tim dan pihak terkait. Ini melibatkan
berbagi temuan dan analisis kinerja, serta membahas langkah-
langkah yang mungkin diperlukan untuk perbaikan atau
peningkatan.
f) Membahas Hasil Evaluasi dan Langkah-Langkah Perbaikan:
Tahap ini melibatkan diskusi tentang temuan evaluasi dengan tim
dan pihak terkait. Dalam diskusi ini, mungkin dibahas langkah-

135
langkah perbaikan atau tindakan yang dapat diambil untuk
mengatasi tantangan atau meningkatkan kinerja.
g) Pemantauan Kinerja Secara Terus Menerus: Setelah langkah-
langkah perbaikan diimplementasikan, perlu adanya pemantauan
kinerja secara terus menerus. Ini melibatkan pemantauan yang
berkelanjutan untuk memastikan bahwa tindakan yang diambil
efektif dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Secara keseluruhan, pernyataan tersebut mencerminkan proses
evaluasi kinerja yang komprehensif, yang melibatkan pengumpulan
data, analisis, komunikasi, dan tindakan perbaikan untuk memastikan
bahwa kinerja koperasi dan kantin tetap sejalan dengan target dan tujuan
yang telah ditetapkan.
4) Kontribusi ide dan pemikiran
Pesantren Riyadul Muta'alimin dengan ide dan pemikiran usaha
koperasi serta kantinnya telah memberikan kontribusi positif yang
signifikan terhadap pembangunan ekonomi masyarakat dan pesantren.
Melalui koperasi, pesantren menggalang solidaritas ekonomi dan
pemberdayaan masyarakat lokal, sementara melalui kantin, pesantren
mendukung produk lokal dan mengedukasi tentang pentingnya
keberlanjutan. Inisiatif ini tidak hanya menciptakan dampak ekonomi,
tetapi juga membentuk karakter santri sebagai calon pemimpin masa
depan yang bertanggung jawab dan berdaya saing dalam aspek
ekonomi. Semua pesantren dan lembaga pendidikan seharusnya
mengambil inspirasi dari kontribusi positif Pesantren Riyadul
Muta'alimin dalam memajukan ekonomi masyarakat dan pesantren
melalui ide-ide kreatif dan usaha berkelanjutan. Seperti yang telah
peneliti tanyakan pada pengelola LA dan AS; bagaimana peran
kontribusi ide atau pemikiran di usaha koperasi dan kantin ini untuk
membangun ekonomi Masyarakat dan pesantren?

136
“saya percaya bahwa kontribusi ide atau pemikiran memiliki
peran untuk membangun ekonomi di pesantren dan Masyarakat
lokal disni karena dengan adnay usaha koperasi ini hasil dari
pemikiran santri dan kiyaii. Melalui ide-ide kami, kami juga
berfokus pada pelatihan dan pelibatan masyarakat lokal dalam
operasional koperasi dan kantin. Pemikiran inovatif kami juga
mencakup kolaborasi. Menjalin kerjasma yang baik dengan
Masyarakat.”103
Dapat dijelaskan bahwa Ide dan pemikiran tersebut memberikan
landasan untuk upaya kolaboratif yang melibatkan santri dan kiyaii
dalam pengembangan usaha koperasi dan kantin, serta pelatihan dan
partisipasi masyarakat lokal dalam operasionalnya. Berikut adalah
penjelasan lebih lanjut tentang bagaimana hal ini berkaitan dengan ide
dan pemikiran:
a) Kontribusi Ide atau Pemikiran sebagai Landasan: Pernyataan
tersebut menggarisbawahi pentingnya ide dan pemikiran dalam
membangun ekonomi pesantren dan masyarakat lokal. Ide-ide
yang diciptakan oleh santri dan kiyaii menjadi landasan untuk
merancang dan mengimplementasikan usaha koperasi dan kantin,
serta strategi yang inovatif untuk mengembangkan ekonomi di
lingkungan tersebut.
b) Peran Pemikiran Inovatif: Pemikiran inovatif yang dihasilkan
oleh santri dan kiyaii mendorong terciptanya solusi baru dalam
menghadapi tantangan ekonomi.
c) Pelatihan dan Pelibatan Masyarakat Lokal: Pemikiran tersebut
juga mencakup upaya untuk melibatkan dan melatih masyarakat
lokal dalam operasional koperasi dan kantin. Ini menunjukkan
bahwa ide-ide tidak hanya berdampak pada aspek bisnis, tetapi
juga dalam membangun kapasitas dan keterlibatan masyarakat
dalam ekonomi lokal.

103
Hasil Wawancara dengan Pengelola LA pada tanggal 20 Agustus 2023 jam 13.30 WIB

137
d) Kolaborasi dan Kerjasama: Salah satu aspek kunci dari pemikiran
tersebut adalah kolaborasi yang ditekankan dalam pernyataan.
Ide-ide yang dihasilkan oleh santri dan kiyaii tidak hanya
berfokus pada internal pesantren, tetapi juga melibatkan
masyarakat lokal. Kolaborasi ini memungkinkan pertukaran
gagasan dan sumber daya yang lebih luas, yang pada gilirannya
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
e) Keterkaitan dengan Perkembangan Ekonomi: Pemikiran yang
terwujud dalam usaha koperasi dan kantin ini tidak hanya
berkontribusi pada pesantren itu sendiri, tetapi juga secara positif
mempengaruhi perkembangan ekonomi di masyarakat lokal. Ini
menunjukkan bagaimana pemikiran inovatif dapat menghasilkan
dampak yang lebih luas di luar lingkup awalnya.
Dengan demikian, pernyataan tersebut menggambarkan bahwa ide dan
pemikiran berperan penting dalam membentuk landasan untuk
mengembangkan ekonomi pesantren dan masyarakat lokal. Pemikiran
inovatif, kolaborasi, dan partisipasi masyarakat lokal menjadi inti dari
upaya ini, yang pada akhirnya dapat membawa dampak positif pada
perkembangan ekonomi yang berkelanjutan.
5) Kontribusi material
Usaha koperasi dan kantin di Pesantren Riyadul Muta'alimin memiliki
dampak yang signifikan dalam mendukung pembangunan ekonomi
masyarakat dan pesantren itu sendiri. Melalui pemberdayaan ekonomi
masyarakat, pendidikan kewirausahaan, dan pendapatan yang
dihasilkan (material), pesantren ini telah membuktikan bahwa aspek
ekonomi dapat diintegrasikan secara harmonis dengan pendidikan
agama dan karakter. Dengan terus mengembangkan dan memperkuat
usaha-usaha ini, pesantren dapat menjadi pusat pembelajaran ekonomi
yang bermanfaat bagi generasi muda dan masyarakat luas.ini dikaitkan
dengan pertanyaan yang ditanyakan peneliti pada pengelola; Bagimanan

138
kontribusi dari materi dalam wirausaha koperasi dan kantin bagi
Pembangunan eknomi pesantren atau Masyarakat?
“Pesantren nantinya bisa memiliki sumber pendapatan yang lebih
beragam selain dari donasi atau dana sumbangan. ini dapat
digunakan untuk memperbaiki fasilitas dan lainnya membantu
pesantren mengatasi tantangan finansial dan mengurangi
ketergantungan pada dana dari luar Pendapatan yang dihasilkan
dari koperasi dan kantin dapat digunakan untuk membeli buku,
perlengkapan sekolah, dan fasilitas pendidikan lainnya yang
mendukung proses belajar mengajar.”104
Dijelaskan bahwa pesantren dapat mengembangkan sumber
pendapatan yang lebih beragam selain dari donasi atau dana sumbangan.
Diversifikasi pendapatan ini memiliki dampak yang signifikan terkait
dengan kontribusi materi yang dapat diberikan oleh pesantren. Mari kita
jelaskan pernyataan tersebut dalam konteks kontribusi materi:
Pernyataan menyatakan bahwa pesantren seharusnya tidak
hanya mengandalkan donasi atau dana sumbangan dari luar sebagai
satu-satunya sumber pendapatan. Dalam menghadapi tantangan
finansial, pesantren perlu mencari berbagai sumber pendapatan yang
berbeda untuk mendukung operasional dan perkembangannya.
Peningkatan Kemandirian Keuangan: Dengan memiliki sumber
pendapatan yang lebih beragam, pesantren dapat mengurangi
ketergantungannya pada dana dari luar. Ini berarti pesantren dapat
mengendalikan keuangan mereka sendiri dan lebih mandiri dalam
mengelola operasional dan pengembangan fasilitas.
Dengan adanya pendapatan yang lebih banyak, pesantren dapat
memperbaiki fasilitas dan memperbarui infrastruktur mereka. Ini
mencakup pembelian buku, perlengkapan sekolah, dan fasilitas
pendidikan lainnya yang mendukung proses belajar mengajar. Fasilitas

104
Hasil Wawancara dengan Pengelola LA pada tanggal 20 Agustus 2023 jam 13.30 WIB

139
yang lebih baik akan meningkatkan kualitas pendidikan dan
kenyamanan bagi para santri.
Pernyataan menunjukkan bahwa pesantren dapat menghasilkan
pendapatan dari operasional koperasi dan kantin di dalam pesantren. Ini
menciptakan peluang untuk mendapatkan pendapatan rutin dari
penjualan produk dan layanan kepada santri dan masyarakat umum.
Kontribusi materi dari pendapatan yang dihasilkan oleh
pesantren memiliki dampak positif pada santri. Santri dapat
memanfaatkan pendapatan tersebut untuk membeli buku-buku,
perlengkapan sekolah, dan kebutuhan pendidikan lainnya. Ini dapat
mengurangi beban finansial pada santri dan keluarganya.
Dalam rangka kontribusi materi, sumber pendapatan yang beragam
memberikan kesempatan bagi pesantren untuk menjadi lebih mandiri
dalam mengelola keuangannya, meningkatkan fasilitas dan layanan
pendidikan, serta mendukung santri dalam pengembangan pendidikan
mereka.
6) Kontribusi tenaga
Kontribusi tenaga usaha koperasi dan kantin di Pesantren Riyadul
Muta'alimin memiliki dampak positif dalam pembangunan ekonomi
masyarakat dan pesantren. Melalui koperasi, terjadi pemberdayaan
ekonomi masyarakat, sementara kantin membantu mendukung
pemberian pendidikan kewirausahaan dan membiayai operasional
pesantren. Sinergi antara koperasi dan kantin memberikan peluang
untuk meningkatkan dampak sosial dan ekonomi yang lebih besar dalam
komunitas. Oleh karena itu, model ini bisa menjadi inspirasi bagi
pesantren lainnya dalam mengembangkan inisiatif ekonomi yang
berkelanjutan. Seperti yang telah peneliti tanayakan pada pengelola LA
dan AS : bagaimana kontribusi tenaga pesantren atau pun Masyarakat
pada usaha ini untuk Pembangunan ekonomi?

140
“Pesantren memberikan pendidikan dan pelatihan dalam bidang
ekonomi, manajemen, dan kewirausahaan kepada para santri
dari Pesantren juga menyediakan sumber daya manusia yang
cerdas dan berdedikasi untuk membantu dalam operasional
koperasi dan kantin. Masyarakat juga ikut berkontribusi dari segi
tnaga pada usaha ini karena Masyarakat adalah konsumen utama
kami”105
Salah satu aspek penting dalam kontribusi ini adalah kontribusi tenaga
dari berbagai pihak yang terlibat. Berikut penjelasan lebih lanjut tentang
bagaimana kontribusi tenaga terlihat dalam pernyataan tersebut:
a) Para Santri: Para santri (siswa pesantren) adalah kelompok yang
menerima pendidikan, pelatihan, dan pengembangan di bidang
ekonomi, manajemen, dan kewirausahaan. Kontribusi tenaga
dari para santri terwujud dalam keterlibatan mereka dalam
operasional koperasi dan kantin. Mereka tidak hanya menerima
pelatihan, tetapi juga secara aktif terlibat dalam menjalankan
usaha tersebut dengan memberikan tenaga kerja, mengelola
operasi sehari-hari, dan berkontribusi pada perkembangan
bisnis.
b) Sumber Daya Manusia yang Cerdas dan Berdedikasi: Selain
santri, sumber daya manusia (SDM) yang terlibat dalam
pesantren juga memiliki peran penting dalam usaha ekonomi ini.
SDM yang cerdas dan berdedikasi memberikan keahlian,
pengalaman, dan wawasan yang diperlukan untuk mengelola
aspek-aspek bisnis seperti manajemen, pemasaran, dan
keuangan. Mereka juga memberikan arahan, bimbingan, dan
pemahaman kepada para santri dalam menjalankan operasional
bisnis dengan efisien.

105
Hasil Wawancara dengan Pengelola LA pada tanggal 20 Agustus 2023 jam 13.30 WIB

141
c) Partisipasi Masyarakat: Selain dari internal pesantren, kontribusi
tenaga juga datang dari masyarakat umum. Masyarakat yang
menjadi konsumen utama koperasi dan kantin turut
berkontribusi dengan membeli produk dan layanan yang
disediakan. Kontribusi mereka dalam bentuk dukungan
konsumen membantu menjaga kelangsungan usaha dan
memberikan insentif bagi para santri dan SDM pesantren untuk
terus memberikan pelayanan terbaik.
d) Secara keseluruhan, kontribusi tenaga dari berbagai pihak yang
terlibat dalam pesantren memainkan peran penting dalam
menjalankan usaha ekonomi, manajemen, dan kewirausahaan.
Pernyataan tersebut menunjukkan kolaborasi yang kuat antara
para santri, SDM pesantren, dan masyarakat dalam mencapai
tujuan ekonomi dan pendidikan yang lebih luas

142
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Implementasi merujuk pada tindakan atau langkah-langkah konkret yang
diambil untuk menerapkan atau menjalankan suatu rencana, kebijakan,
program, atau proyek dalam praktik. Implementasi Wirausaha dilakukan
dengan beberapa aspek yaitu strategi, metode dan evaluasi untuk mencapai
implementasi wirausaha yang lebih baik, mplementasi wirausaha yang
sukses membutuhkan perencanaan strategis yang matang, penerapan
metode yang efektif, dan evaluasi terus-menerus. Strategi membimbing
langkah-langkah bisnis, metode membantu dalam menjalankan operasional,
sementara evaluasi memastikan kesesuaian dan pertumbuhan
berkelanjutan. Dengan memahami dan menerapkan aspek-aspek ini,
wirausahawan dapat meningkatkan peluang kesuksesan dalam mengelola
bisnis mereka. Aspek-aspek tersebut biasa diterapkan pada unit unit usaha.
Melalui implementasi wirausaha, pesantren tidak hanya menciptakan
sumber pendapatan baru, tetapi juga memberikan pelatihan dan kesempatan
pekerjaan bagi anggota masyarakat sekitar. Ini dapat membantu
meningkatkan pendapatan, keterampilan, dan kualitas hidup masyarakat.
Bisnis yang berhasil juga dapat berdampak positif pada perkembangan
ekonomi lokal dengan mendorong pertumbuhan usaha mikro dan kecil serta
meningkatkan daya beli di daerah tersebut. Tak hanya itu Keberhasilan
usaha wirausaha dapat memberikan sumber pendapatan tambahan untuk
pesantren. Pendapatan ini dapat digunakan untuk pengembangan fisik dan
fasilitas, peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan yang diberikan,
serta mendukung program-program sosial dan budaya yang lebih luas.
Selain itu, pesantren juga dapat menjadi contoh inspiratif bagi pesantren lain
dalam mengintegrasikan aspek ekonomi ke dalam lingkungan pendidikan
agama.

143
2. Kontribusi mengacu pada sumbangan, pengaruh, atau dampak positif yang
diberikan oleh individu, kelompok, atau elemen tertentu terhadap suatu
situasi, proyek, atau tujuan. Wirausaha memiliki peran yang luas dalam
kontribusi terhadap ekonomi dan masyarakat. Dari aspek ide/pemikiran,
materi, hingga tenaga, wirausaha menginspirasi inovasi, menciptakan
lapangan kerja, menggerakkan pertumbuhan ekonomi, dan memberdayakan
individu. Dalam dunia yang terus berkembang, peran wirausaha akan tetap
menjadi kunci untuk menciptakan perubahan positif dalam masyarakat dan
mengarahkan arah perkembangan ekonomi ke arah yang lebih baik.
Kontribusi wirausaha di pesantren Riyadul Muta'alimin memiliki potensi
untuk membuka peluang baru, menciptakan dampak positif pada
perekonomian lokal, dan memainkan peran penting dalam pengembangan
sosial dan ekonomi di komunitas sekitarnya.
3. Implementasi dan Kontribusi wirausaha lokal dalam unit usaha depot air,
pabrik penggilingan padi, produksi gula aren, dan koperasi/kantin pesantren
memiliki dampak yang signifikan dalam pembangunan ekonomi
masyarakat. Melalui upaya ini, wirausaha membantu menciptakan lapangan
kerja, meningkatkan pendapatan, dan memberdayakan masyarakat. Dengan
terus mendukung perkembangan unit usaha lokal, kita dapat mempercepat
pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan serta meningkatkan
kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. Dalam hubungan yang
kompleks antara implementasi strategi evaluasi dan kontribusi ide, material,
dan tenaga menciptakan siklus yang berkelanjutan di mana pengembangan
bisnis yang efektif dan berkelanjutan mendukung pertumbuhan ekonomi
masyarakat dan kesinambungan pesantren Riyadul Muta'alimin.
Implementasi dan kontribusi wirausaha memiliki hubungan yang saling
berkaitan dalam konteks pengembangan bisnis dan pertumbuhan ekonomi.
Implementasi mengacu pada tindakan nyata untuk menjalankan ide bisnis
dan rencana strategis, sementara kontribusi melibatkan sumbangan sumber

144
daya, keterampilan, dan usaha untuk mencapai tujuan bisnis. Mari kita
jelaskan lebih lanjut mengenai bagaimana kedua konsep ini saling
berhubungan:
B. SARAN
1. Bagi Ekonomi Syariah
Bagi ekonomi syariah, diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan
untuk lebih memperhatikan manfaat dari perekonomian mengenai
wirausaha pembangunan ekonomi masyarakat yang berbasis pesantren
dalam upaya menaikan tingkat literasi mengenai ekonomi syariah bagi
generasi milenial pada mahasiswa jurusan ekonomi syariah Institut Agama
Islam latifah mubarokiyah pondok pesantren suryalaya tasikmalaya.
2. Bagi Akudemisi dan Pembaca
Bagi para akademisi dan pembaca, untuk memperdalam serta memperluas
penelitian dengan mempertimbangkan variabel lain yang berpengaruh
terhadap literasi ekonomi syariah generasi milenial di Kota Sumedang
misalnya jurnal syariah, website lembaga syariah, dan lainnya. Dan bagi
peneliti selanjutya diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu rujukan
dan sumber data untuk penelitian lebih lanjut dengan informasi yang lebih
luas dan lengkap.

145
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Ghafur, and Saifuddin Syuhri. “Entreprenuership Perspektif Islam.” Ar-Ribhu :


Jurnal Manajemen dan Keuangan Syariah 3, no. 1 (2022): 74–84.

Abdul Mujib. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2008.

Abuddin Nata. Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia. 1st ed. Jakarta: Prenada
Media, 2019.

Agribisnis, Agribisnis. “Agribisnis Agribisnis” (n.d.).

Alia Akhmad, Khabib. “Peran Pendidikan Kewirausahaan Untuk Mengatasi


Kemiskinan.” Jurnal Ekonomi, Sosial & Humaniora 2, no. 6 (2021): 173–181.

Aliyah, Atsna Himmatul. “Peran Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat.” WELFARE Jurnal Ilmu Ekonomi 3,
no. 1 (2022): 73.

Almira, Bella, Yunani Hasan, and Aulia Novemy Dhita. “Pengaruh Model
Pembelajaran Time Token Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
IPS Kelas VIII Di SMP Qur’aniah 1 Palembang Bentuk Pelaksanaan Demokrasi
Pertama Di Indonesia Perbedaan Hasil Belajar IPS Dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Pair Ch.” Sindang 3, no. 1 (2021): 53–61.

Andayani, W, and E G Sukaharsono. Kewirausahaan Dan Ide Kreatif. 1st ed.


Malang: Universitas Brawijaya Press, 2022.

Andi Asari, dkk. Kewirausahaan. 1st ed. Padang: Global Eksekutif Teknologi, 2023.

Andriana, A N. PERAN WIRAUSAHA DALAM PENGEMBANGAN UMKM DAN


DESA WISATA. Penerbit Lakeisha, 2021.

Anggresu, Gretha, Femmy Tulusan, and Very Londa. “Implementasi Kebijakan

146
Penataan Pedagang Kaki Lima Di Kota Jayapura Provinsi Papua.” Jurnal
Administrasi Publik 5, no. 77 (2019): 2.

Ariana, Riska. “Hardines Dan Kesuksesan” (2016): 1–23.

Azhari, Muhammad Taufiq, M Pd Al Fajri Bahri, M Si Asrul, and Tien Rafida.


Metode Penelitian Kuantitatif. 1st ed. Jambi: PT. Sonpedia Publishing
Indonesia, 2023.

Badaruddin, Sukri, Nabila Fani Basri, Negeri Majene, Sri Wahyuni, and Negeri
Majene. “Jurnal Qisthosia :” 1 (2020): 130–144.

Bustomi, Ilham, Khotibul Umam, and Syari. “Wirausaha Lantabur Kota Cirebon.”
Al-Mustashfa: Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi Islam 2, no. 1 (2017): 80.

Choir, Abu. Manajemen Entrepeneurship Pesantren. 1st ed. Indramayu: Penerbit


Adab, 2020.

Dewi, Sayu Ketut Sutrisna. Konsep Dan Pengembangan Kewirausahaan Di


Indonesia. yogyakarta: Deepublish, 2017.

Farikah, Sri Bondan &. “Lay out PENGANTAR TEORI KEWIRAUSAHAAN,” no.
August (2017): 288.

Fathoni, Muhammad Anwar, and Ade Nur Rohim. “Peran Pesantren Dalam
Pemberdayaan Ekonomi Umat Di Indonesia.” Proceeding of Conference on
Islamic Management, Accounting, and Economics 2 (2019): 135.

Firmansyah. “Telaah Historis Dan Dinamika Perkembangan Pesantren Modern Di


Indones.” Jurnal El-Ta’dib Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Bengkulu 02, no. 01 (2022): 1–11.

Firmansyah, M. Anang, and Anita Roosmawarni. “Kewirausahaan (Dasar Dan


Konsep).” Qiarra Media 1, no. September (2019): 1–207.

147
Fotroa, umi dkk. Urgensi Modal Sosial Dalam Pembentukan Karakter Wirausaha. K-
Media. Yogyakarta: K-Media, 2022.

Hermansyah, Hermansyah, and Dahmiri Dahmiri. “Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Keberhasilan Berwirausaha Industri Percetakan (Studi Kasus
Wirausaha Industri Percetakan Di Kota Jambi).” Jurnal Manajemen Terapan
dan Keuangan 8, no. 3 (2019): 38–44.

Huda, N, and L Usriyah. “Designing Management of Teaching Factory Based on


Activity Strategy In Era 4.0 (Case Study at SMK Bustanul Falah Banyuwangi).”
MANAGIERE: Journal of Islamic … 1, no. 2 (2022): 235.
Hasil Wawancara dengan Pimpinan pondok pada tanggal 30 Juli 2023 jam 13.00 WIB

Hasil Wawancara dengan Pimpinan pondok pada tanggal 30 Juli 2023 jam 13.00 WIB

Hasil Wawancara dengan Pimpinan pondok pada tanggal 30 Juli 2023 jam 13.15 WIB

Hasil Wawancara dengan Pimpinan pondok pada tanggal 30 Juli 2023 jam 13.30 WIB

Hasil Wawancara dengan Pimpinan pondok pada tanggal 30 Juli 2023 jam 14.00 WIB

Hasil Wawancara dengan Pimpinan pondok pada tanggal 30 Juli 2023 jam 14.13 WIB

Hasil Wawancara dengan Pimpinan pondok pada tanggal 30 Juli 2023 jam 13.00 WIB

Hasil Wawancara dengan Pimpinan pondok pada tanggal 30 Juli 2023 jam 14.50 WIB

Hasil Wawancara dengan Pengelola AN pada tanggal 9 Agustus 2023 jam 08.00 WIB

Hasil Wawancara dengan Pengelola AN pada tanggal 9 Agustus 2023 jam 08.10 WIB

Hasil Wawancara dengan Pengelola AN pada tanggal 9 Agustus 2023 jam 08.10 WIB

Hasil Wawancara dengan Pengelola AN pada tanggal 9 Agustus 2023 jam 08.10 WIB

Hasil Wawancara dengan Pengelola AN pada tanggal 9 Agustus 2023 jam 08.15 WIB

Hasil Wawancara dengan Pengelola AN pada tanggal 9 Agustus 2023 jam 09.00 WIB

Hasil Wawancara dengan Pengelola AN pada tanggal 9 Agustus 2023 jam 08.10 WIB

148
Hasil Wawancara dengan Pengelola AN pada tanggal 9 Agustus 2023 jam 08.10 WIB

Hasil Wawancara dengan Pengelola LJ pada tanggal 10 Agustus 2023 jam 09.15 WIB

Hasil Wawancara dengan Pengelola LJ pada tanggal 10 Agustus 2023 jam 09.15 WIB

Hasil Wawancara dengan Pengelola LJ pada tanggal 10 Agustus 2023 jam 09.30 WIB

Hasil Wawancara dengan Pengelola LJ pada tanggal 10 Agustus 2023 jam 10.00 WIB

Hasil Wawancara dengan Pengelola LJ pada tanggal 10 Agustus 2023 jam 10.30 WIB

Hasil Wawancara dengan Pengelola IR pada tanggal 18 Agustus 2023 jam 13.15 WIB

Hasil Wawancara dengan Pengelola IR pada tanggal 18 Agustus 2023 jam 13.30 WIB

Hasil Wawancara dengan Pengelola IR pada tanggal 18 Agustus 2023 jam 13.40 WIB

Hasil Wawancara dengan Pengelola IR pada tanggal 18 Agustus 2023 jam 14.00 WIB

Hasil Wawancara dengan Pengelola IR pada tanggal 18 Agustus 2023 jam 14.50 WIB

Hasil Wawancara dengan Pengelola IR pada tanggal 19 Agustus 2023 jam 13.00 WIB

Hasil Wawancara dengan Pengelola LA & AS pada tanggal 19 Agustus 2023 jam 13.00
WIB

Hasil Wawancara dengan Pengelola LA & AS pada tanggal 19 Agustus 2023 jam 13.00
WIB

Hasil Wawancara dengan Pengelola LA & AS pada tanggal 20 Agustus 2023 jam 13.00
WIB

Hasil Wawancara dengan Pengelola LA pada tanggal 20 Agustus 2023 jam 13.30 WIB

Hasil Wawancara dengan Pengelola LA pada tanggal 20 Agustus 2023 jam 13.30 WIB

Hasil Wawancara dengan Pengelola LA pada tanggal 20 Agustus 2023 jam 13.30 WIB

Ii, B A B. “Unikom_Harry Gunawan_Bab Ii (1),” no. 2009 (2015): 17–49.

Ii, B A B, and A Manajemen. “Bab Ii Manajemen Kredit Macet Dan Dakwah


Perspektif Teoritis” (2013): 24–61.

149
Kamaluddin. “Kewirausahaan Dalam Pandangan Islam.” Prosiding Seminar Nasional
Kewirausahaan 1, no. 1 (2019): 302–310.

Karunia, Anita, and Arifia Yasmin. “Riset Pasar Terhadap Inovasi Produk Di Tengah
Pandemi Covid-19 Pada Ikm Kota Tegal (Studi Kasus Pada Industri Kecil Dan
Menengah 3Gen).” Monex: Jurnal of Accounting Research 10, no. 2 (2021):
156–164.

Khamimah, Wininatin. “Peran Kewirausahaan Dalam Memajukan Perekonomian


Indonesia.” Jurnal Disrupsi Bisnis 4, no. 3 (2021): 228–240.

Khosiah, Nur, Sofia Sofia, and Islamiah Islamiah. “Relevansi Pemikiran Kh. Achmad
Dahlan Dan Kh. Hasyim Asy’ari Tentang Pendidikan Islam Di Era Modern.”
Muaddib: Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan 1, no. 1 (2019): 46–65.

Kreativitas, Pengaruh, Bauran Pemasaran, Terhadap Kemajuan, Fajar Pasaribu, Kata


Kunci, : Pemasaran, and Kemajuan Usaha. “SOSEK: Jurnal Sosial Dan
Ekonomi Pengaruh Kreativitas Bauran Pemasaran Terhadap Kemajuan Usaha.”
Pengaruh Kreativitas Bauran Pemasaran Terhadap Kemajuan Usaha. Sosek 1,
no. 2 (2020): 153–163.

Lukman Surya, M P, M S Nur Kholik, E F F Khomaeny, and N Kholik. Manifesto


Modernisasi Pendidikan Islam: Ulasan Pemikiran Soekarno. EDU
PUBLISHER, 2020. https://books.google.co.id/books?id=BmXSDwAAQBAJ.

Muhammad, Afif, and Dian Dian. “Jurnal Pendidikan Islam.” Jurnal Pendidikan
Islam 1, no. 3 (2014): 327–346.

Nahrodi, Paiman. “Manajemen ‘Kewirausahaan ’ Pesantren.” Jurnal Al-Qaidah


(Jurnal Studi Islam) 1, no. 1 (2018): 1–19.

NASUTION, SANGKOT. “Pesantren: Karakteristik Dan Unsur-Unsur


Kelembagaan.” Tazkiya Jurnal Pendidikan Islam VIII, no. 2 (2019): 126–127.

150
Nawawi, Hendri Mahmud, Yudhistira Yudhistira, Ali Mustopa, Siti Khotimatul
Wildah, Sarifah Agustiani, and Muhammad Iqbal. “Sistem Pendukung
Keputusan Pemilihan Tempat Usaha Potensial Dengan Metode SAW (Studi
Kasus : SahabatLink Tasikmalaya).” Indonesian Journal on Software
Engineering (IJSE) (2021).

Nency, Aprilya. “SENTRI : Jurnal Riset Ilmiah.” SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah 1, no.
3 (2022): 18.

Ningrum, Aminah Oktavia Cahaya, and Bambang Sumardjoko. “Analisis Pengamen


Jalanan Di Kota Surakarta (Studi Kasus Pengamen Jalanan Di Kota Surakarta).”
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015.

Nur Nirbita Sias, Rycho, Jurusan Ilmu Hadis, and Fakultas Ushuluddin UIN Sunan
Gunung Djati Bandung. “Kewirausahaan Perspektif Hadis: Studi Takhrij Dan
Syarah.” Gunung Djati Conference Series 9 (2022): 34–46.

Nurdin, Muqarrama, Juliana Kadang, and Erwan Sastrawan. “Tahapan Evaluasi


Mengenai Kegiatan Kewirausahaan RN Store.” NGABDI: Scientific Journal of
Community Services 1, no. 1 (2023): 38.

Purnama, Sigit. “Metode Penelitian Dan Pengembangan (Pengenalan Untuk


Mengembangkan Produk Pembelajaran Bahasa Arab).” LITERASI (Jurnal Ilmu
Pendidikan) 4, no. 1 (2016): 19.

Rahmadani, Suci Siti Nabila Ainnaya. “Peningkatan Literasi Keuangan Syariah


Dalam UMKM Di Desa Kuta Parit Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat.”
Jurnal Pengabdian Masyarakat 3, no. 2 (2022): 112.

Rani, Maria Satya, and Monika Teguh. “Analisis Implementasi Kewirausahan Sosial
Dalam Program Klinik Sungai Universitas Ciputra.” Nonformal Education 02,
no. 02 (2016): 59–66.

151
Samad, Abdus. “TEOLOGI ASY’ARIYAH,” 2019.

Supriani. “Konsep Evaluasi Dalam Al- Qur’an” (2017): 120.

Supriyadi, Gito. Pengantar & Teknik Evaluasi Pembelajaran. Book. 1st ed. Malang:
Katalog Dalam Terbitan, 2011.

Suryadharma. ENTREPRENEURSHIP (Pengantar Kewirausahaan). 1st ed.


Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2022.

Veni, Reza. “ISLAMIC ENTREPRENEURSHIP: Membangun Karakter


Wirausahawan Muslim Dengan Pengetahuan Berbasis Ekonomi.” Jurnal An-
Nahl 09, no. 01 (2022): 1–10.

Wahdi, Nirsetyo, Ratna Wijayanti, and Danang Danang. “Efektivitas Penagihan Pajak
Dengan Surat Teguran, Surat Paksa, Dan Penyitaan Dan Kontribusinya
Terhadap Penerimaan Pajak Di Kpp Pratama Semarang Tengah Satu.” Jurnal
Dinamika Sosial Budaya 20, no. 2 (2019): 107.

Wahyudi, A. Bisnis Dan Kewirausahaan. 1st ed. Pekalongan: Penerbit NEM, 2019.

Wahyuni, Sri, Sutan Febriansyah, Nasruddin Nasruddin, Cut Yuniza Eviyanti, and
Lia Rista. “Pelatihan Instalasi Listrik Untuk Meningkatkan Keterampilan Dalam
Upaya Peningkatan Pendapatan Wirausaha Bagi Pemuda Putus Sekolah Di Desa
Krueng Seunong.” Jurnal Pengabdian Masyarakat Nusantara (JPMN) 2, no. 1
(2022): 3.

Windu Mahmud, Wakhid Mahmud. Produk Kreatif Dan Kewirausahaan Otomatisasi


Dan Tata Kelola Perkantoran SMK/MAK Kelas XII. Jakarta: Gramedia
Widiasarana indonesia, 2021.

Wiyanto, Agrippina Fleta Eddi. “Analisis Pencahayaan Alami Dan Buatan Pada
Ruang Kantor Terhadap Kenyamanan Visual Pengguna.” Jurnal Patra 3, no. 1

152
(2021): 33–42.

Yaqutunnafis, Lale, and Nurmiati Nurmiati. “Manajemen Pondok Pesantren Dalam


Meningkatkan Pendidikan Kewirausahaan Siswa.” Jurnal Ilmu Manajemen 10,
no. 2 (2021): 143.

Yusanto, Yoki. “Ragam Pendekatan Penelitian Kualitatif.” Journal of scientific


communication (jsc) 1, no. 1 (2020).

153
RIWAYAT HIDUP PENULIS

SAFARI, Dilahirkan di Kabupaten Sumedang tepatnya di


Dusun Ciwalur Desa Banjarsari Kecamatan Jatinunggal pada
hari Senin tanggal 13 Juli 1998. Anak ketiga dari tiga
bersaudara pasangan dari H. Muhammad Isro dan Hj. Yoyoh.
Peneliti menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar di MI
Banjarsari di Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang
padatahun 2012. Pada tahun itu juga peneliti melanjutkan
Pendidikan di MTs Riyadul Muta’alimin Kecamatan Jatinunggal dan tamat pada tahun
2014 kemudian melanjutkan Madrasah Aliyah Jambu Babakan Ciwaringin Cirebon
pada tahun 2014 dan selesai pada tahun 2017. Pada tahun 2019 peneliti melanjutkan
pendidikan di perguruan tinggi negeri, tepatnya di Universitas Syekh Nurjati Cirebon
sampai tahun 2019. kemudian pindah pada tahun 2019 di Institut Agama Islam Latifah
Mubarokiyah dan masuk ke Fakultas syariah Program Studi Ekonomi Syariah.

154
LAMPIRAN-LAMPIRAN

155
LAMPIRAN 1 WAWANCARA

1. Apa Yang Melatarbelakangi Kiyai Untuk Menerapkan Wirausaha Pada Pondok


Pesantren Ini?
2. Dalam Menagawali Usaha Pertama Taha Papa Tang Anda Lakukan Atau
Metode Apa? Karena Pasti Nya Perlu Adanya Sebuah Metode Untuk
Mengawali Usaha?
3. Apakah Anda Memberikan Pelatihan Wirausaha Pada Santri Yang Akan
Berwirausaha?
4. Apa Saja Upaya Yang Dilakukan Pesantren Dalam Melakukan Praktik
Wirausaha Dalam Membangun Ekonomi Pesantren Dan Masyarakat?”
5. Apa Saja Kontribusi Pesantren Dalam Menjalankan Wirausaha? Dan Apakah
Ada Kontribusi Dari Pihak Lain Dalam Usaha Ini?
6. Bagaimana Anda Bisa Terfikirkan Ide Untuk Menjalankan Usaha Dipesantren?
7. Bagimana Proses Kontribusi Yang Bapa Berikan Dalam Melakukan Usaha
Bersama Pesantren?
8. Apa Saja Kontribusi Pesantren Dalam Menjalankan Wirausaha? Dan Apakah
Ada Kontribusi Dari Pihak Lain Dalam Usaha Ini?
9. Apa Yang Mendorong Anda Untuk Memulai Bisnis Depot Air Galon Ini?
10. Setrategi Apa Yang Anda Terapkan Dalam Wirausaha Depot Air Galon Ini?
11. Bagaimana Cara Proses Persiapan Awal Yang Depot Lakukan Sebelum
Membuka Depot Air Galon?
12. Bagaimana Evaluasi Dari Hasil Melakukan Wirausaha Depot Isi Ulang Air
Galon?
13. Berapa Kah Pengeluaran Awal? Serta Berapa Pemasukan Dan Pengeluaran
Yang Depot Dapatkan Dari Hasil Wirausaha Ini Dalam Sebulan?
14. Apakah Ide Atau Pemikiran Yang Pengelola AN Terapkan Pada Usaha Ini
Untuk Memberdayakan Ekonomi?
15. Apa Saja Kontribusi Dari Segi Material Dalam Wirausaha Depot Isi Ulang Ini?

156
16. Apa Kontribusi Tenaga Dalam Menjalankan Usaha Depot?
17. Bisa Pengelola AN Ceritakan Sedikit Tentang Usaha Atau Wirausaha Yang
Anda Jalani Di Pabrik Pengolahan Beras Dan Bagaimana Anda Mengawali
Usaha Ini?
18. Bagaimana Cara Anda Mengelola Dan Memasarkan Produk Jasa Usaha
Penggilingan Padi/Gabah Ini?
19. Apa Saja Yang Anda Dalam Melkukan Evaluasi Karena Pasti Perlu Adanya
Evaluasi Dalam Menjalankan Usaha?
20. Bagaimana Ide Yang Anda Lakukan Dalam Wirausaha Penggilinganpadi Ini
Untuk Berkontibusi Pada Pembangunan Ekonomi Pesantren Dan Masyarakat?
21. Kontribusi Yang Dilakukan Usaha Ini Dari Segi Material Apa Saja Yang Sudah
Dilakukan?
22. Apakah Dari Segi Tenaga Memberikan Kontribusi Bagi Usaha Penggilangan
Padi Ini? Dan Bagaimana Bisa Berdampak Pada Ekonomi Pesantren Dan
Masyarakat Sekitar? Bagaimana Konsep Dan Strategi Dalam Mengmbangkan
Usaha Gula Aren Yang Dilakukan Pengelola?
23. Apa Saja Cara Dalam Melakukan Persiapan Berwirauha Di Bidang Gula Aren?
24. Apa Evaluasi Yang Usaha Gula Aren Lakukan Setelah Melakukan Perencanaan
Wirausaha? Bagaimana Ide Dalam Berkontribusi Usaha Gula Aren Untuk
Pembangunan Ekonomi Masyrakat Dan Pesantren?
25. Bagaimana Kontribusi Usah Ini Dari Segi Material Untuk Membangun
Ekonomi Masyarakat Dan Pesantren?
26. Bagaimana Kontribusi Tenaga Dalam Usaha Gula Aren Memberikan Pengaruh
Ekonomi?
27. Strategi Apa Yang Dilakukan Usaha Koperasi Ini Untuk Mencapai
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Dan Pesantren? Lalu Untuk Dikantin
Sendiri Bagaimana?
28. Bagaiamana Cara Untuk Mengemabangkan Wirausaha Untuk Perencana
Jangka Kedepan?

157
29. Apa Tahapan Setelah Merumuskan Strategi Dan Metode Yang Tadi Usaha
Gula Aren Sebutkan?
30. Bagaimana Peran Kontribusi Ide Atau Pemikiran Di Usaha Koperasi Dan
Kantin Ini Untuk Membangun Ekonomi Masyarakat Dan Pesantren?
31. Bagimanan Kontribusi Dari Materi Dalam Wirausaha Koperasi Dan Kantin
Bagi Pembangunan Eknomi Pesantren Atau Masyarakat?
32. Bagaimana Kontribusi Tenaga Pesantren Atau Pun Masyarakat Pada Usaha Ini
Untuk Pembangunan Ekonomi?
33. Apakah Ada Sebuah Evaluasi Sebelum Menjalankan Usaha?

158
LAMPIRAN 2 DOKUMENTASI

Foto Bersama Ketua Yayasan dan Pimpinan Pesantren Riyadul Muta’alimin

Foto kegiatan santri dan jalan masuk menuju pesantren Riyadul Muta’alimin

159
Foto kegiatan di Unit usaha depot Isi ulang Air Minum dan Foto Bersama
Pengelola

Foto Bersama pengelola dan kegiatan penggilingan di unit usaha Penggilingan


padi

160
Foto koperasi dan Kantin pesantren Riyadul Muta’alimin

161
Foto Pabrik Gula dan mesin Pencetak Gula semut dan Pengolahan gula aren

162

Anda mungkin juga menyukai