Fix LP Serosis Hepatitis Kepdas
Fix LP Serosis Hepatitis Kepdas
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DEWASA DENGAN DIAGNOSIS
MEDIS SEROSIS HEPATIS DI PAVILION FLAMBOYAN RSUD UNDATA
PALU
oleh:
Nur Laili Izza Maratu Sholihah
212310101130
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DEWASA DENGAN DIAGNOSIS
MEDIS SEROSIS HEPATIS DI PAVILION FLAMBOYAN RSUD UNDATA
PALU
Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa: Sistem Endokrin,
Pencernaan, Perkemihan, dan Imunologi dengan Dosen Pengampu Ns. Jon Hafan
Sutawardana, M.Kep, Sp.Kep.MB.
oleh:
Nur Laili Izza Maratu Sholihah
212310101130
Laporan ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, maka dengan
ini penuis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. Jon Hafan Sutawardana, M.Kep, Sp.Kep.MB. selaku dosen pengampu tugas
‘Laporan Pendahuluan: Asuhan Keperawatan Klien Dewasa Dengan Diagnosis
Medis Serosis Hepatis di Pavilion Flamboyan RSUD Undata Palu’ dalam Mata
Kuliah Keperawatan Dewasa: Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan, dan
Imunologi Kelas C Angkatan 2021.
2. Diri sendiri yang telah berusaha dalam pengerjaan laporan ini sehingga laporan
dapat terselesaikan.
Penulis berharap bahwa laporan ini dapat disetujui dan menjadi bernilai di
kemudian hari. Penulis sadar akan ketidaksempurnaan yang penulis miliki. Maka dari
itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan pada laporan ini. Kritik dan
saran yang mendukung sangat diharapkan oleh penulis dari semua pihak agar ke
depannya penulis tidak melakukan kesalahan yang sama.
Hipervolemia (Kelebihan
Intoleransi Aktivitas Penekanan lambung volume cairan)
Deficit nutrisi
BAB 2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1.Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan mulai dari
pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data-data yang diperoleh dari pasien
dan keluarga pasien yang bertujuan untuk menegakkan diagnose serta
memberikan rencana yang efektif dalam perawatan pasien.
A. Identitas Klien
Identitas klien yang terdiri dari nama, umur, alamat, agama, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, suku bangsal, tanggal masuk rumah sakit.
B. Riwayat Kesehatan yang terdiri dari:
1. Diagnosis Medik
Sirosis Hepatis
2. Keluhan Utama
Klien sirosis hepatis biasanya dating ke rumah sakit dengan keluhan
lemas, cemas, mual, muntah, asites, edema kaki, sesak napas, nyeri
abdomen, gangguan BAB dan BAK.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien sirosis hepatis biasanya muncul gejala-gejala seperti mengeluh
lemah, letih, otot lemah, kembung, mual, muntah, nyeri pada perut,
mengeluh perut semakin membesar, gangguan BAK, konstipasi,
sesak napas dll. Serta upaya yang dilakukan penderita sirosis hepatis
dalam mengatasi keluhan-keluhan tersebut.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Penyakit yang pernah dialami
Klien dengan sirosis hepatis biasanya memiliki riwayat hepatitis
kronis, riwayat autoimun, diabetes mellitus, obesitas yang pernah
dideritanya.
b. Kebiasaan/pola hidup/life style
Pada klien sirosis hepatis memiliki kebiasaan pola hidup yang
tidak sehat yaitu sebagai pecandu alcohol (alkoholisme),
pengguna obat-obatan yang dapat menyebabkan penurunan pada
fungsi hati.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Pada klien sirosis hepatis yang disebabkan oleh hepatitis kronis,
diabetes mellitus, autoimun, perlu dilakukannya pengkajian lebih
lanjut terhadap anggota keluarganya untuk mengetahui riwayat
penyakit tertentu, terutama pada masalah gangguan sistem
pencernaan dan sistem imun.
C. Pengkajian Keperawatan Pola Gordon
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien dengan sirosis hepatis biasanya terjadi perubahan persepsi dan
kebiasaan hidup sehat karena kurangnya pengetahuan terhadap
dampak yang dialami karena penyakitnya. Biasanya klien akan
terganggu terhadap dampak yang dialami tersebut. Dan klien sirosis
hepatis cenderung terganggu dengan kondisi diri dan masaalah
kesehatannya sekarang
2. Pola nutrisi dan metabolism
Pada klien dengan sirosis hepatis biasanya akan mengalami
penurunan berat bedan karena mual muntah, penurunan nafsu makan,
Hb lemah, mudah lelah karena sesak dan keseimbangan tubuhnya
terganggu. Hal ini dapat terjadi karena fungsi hati klien mengalami
gangguan sehingga tidak dapat menjalankan fungsi terkait
metabolism tubuh.
3. Pola eliminasi
Klien dengan sirosis hepatis pada pola eliminasi akan mengalami
gangguan karena kekurangan nutrisi. Pasien biasanya akan
mengalami BAB diare atau sembelit dan umumnya pada penderita
sirosis hepatis feses akan berwarna merah tanah liat, melena, dan
urine berwarna keruh pekat. Hal tersebut dapat terjadi pada klien
sirosis hepatis akibat adanya gangguan metabolism bilirubin dalam
hati.
4. Pola aktivitas dan latihan
Pada klien dengan sirosis hepatis akan mudah mengalami kelelahan,
keletihan, penurunan massa otot sehingga diperlukan bedrest total.
Maka dari itu, pola aktivitas dan latihan klien mengalami gangguan
perubahan.
5. Pola tidur dan istirahat
Pada klien dengan sirosis hepatis biasanya mengalami gangguan
kualitas tidur akibat adanya kembung atau asites yang membuat klien
mudah terbangun dalam tidurnya.
6. Pola kognitif dan perseptual
Pada klien dengan Sirosis Hepatis saat terjadi perubahan status
kesehatan dapat mempengaruhi panca indra akibat efek samping obat
pada tahap proses penyembuhan
7. Pola persepsi diri
Perubahan fungsi tubuh, bentuk tubuh dan lamanya perawatan yang
pastinya terdapat biaya yang tidak sedikit akan mengakibatkan
penderita Sirosis Hepatis mengalami gangguan peran dan ideal diri.
Klien biasanya akan mengalami kelemahan, kecemasan, ketakutan,
perasaan tidak berdaya dan menyangkal kondisinya serta merasa tidak
ada harapan untuk sembuh
8. Pola peran dan hubungan
Pada klien Sirosis Hepatis biasanya akan mengalami perubahan peran
dan hubungan. Kondisi perubahan kesehatan yang dialami klien dapat
mengganggu hubungan interpersonal dan peran karena mengalami
hambatan dalam menjalankannya selama sakit.
9. Pola seksualitas dan reproduksi
Pada klien dengan Sirosis Hepatis biasanya tidak dapat menjalankan
hubungan seksualitas dengan baik dikarenakan klien mengalami
penurunan fungsi seksualitas seperti gangguan menstruasi bahkan
impoten yang ditandai dengan antropia testis, gynecomastria,
kerontokan rambut (dada, ketiak, dan genetalia).
10. Pola toleransi koping stress
Pada klien dengan Sirosis Hepatis biasanya mengalami dampak
psikologis yang disebabkan karena lamanya pengobatan, perawatan,
serta adanya penolakan terhadap kondisi dirinya yang menderita
penyakit berbahaya. Sehingga klien akan mengalami gangguan
seperti kecemasan, gelisah, mudah marah dan selalu memikirkan
penyakit yang dideritanya.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Klien dengan Sirosis Hepatis pada umumnya datang ke rumah sakit
dengan kondisi kesadaran composmentis. Penilaian GCS tetap perlu
diperhatikan. Klien dengan Sirosis Hepatis biasanya ditandai dengan
gejala nyeri abdomen, mual muntah, sesak napas, kelelahan dan
penurunan berat badan.
2. Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital pada klien dengan Sirosis Hepatis menunjukkan
bahwa terdapat perubahan dari nilai normal klien. Biasanya akan
mengalami perubahan pada RR yang meningkat dan tekanan darah.
3. Pemeriksaan Head to Toe (Data fokus)
a. Kepala
Inspeksi: kepala simetris, tidak ada lesi, bentuk dan posisi kepala,
umumnya normal dan tidak menyebabkan gangguan pada kepala
Palpasi: mengkaji ada tidaknya nyeri tekan pada kepala klien,
umumnya tidak ada benjolan patologis ataupun nyeri tekan
b. Mata
Inspeksi: melihat kesimetrisan mata kanan dan kiri, warna
konjungtiva, warna sklera mata. Biasanya pada klien dengan
Sirosis Hepatis konjungtivanya anemis, sklera ikterik dan mata
lembab.
Palpasi: mengkaji ada tidak ada nyeri tekan disekitar area mata.
Biasanya pada klien sirosis hepatis tidak ada nyeri tekan.
c. Mulut
Inspeksi: ada kelainan kongenital bibir (sumbing) atau tidak,
warna bibir, mukosa bibir, sianosis atau tidak, warna gigi dan
lidah. Biasanya pada penderita Sirosis Hepatis membrane
mukosanya kering dan ikterik serta bibirnya pucat.
Palpasi: mengkaji ada tidaknya nyeri tekan disekitar area bibir.
d. Leher
Inspeksi: melihat leher kanan kiri simetris atau tidak, apakah
terdapat pembesaran kelenjar tiroid, ada tidaknya odema.
Palpasi: mengkaji ada tidaknya nyeri tekan
e. Dada
- Paru-paru
Inspeksi: melihat kesimetrisan dada, bentuk dan postur dada,
frekuensi nafas, irama nafas, kedalaman, dan upaya
pernafasan menggunakan otot bantu pernafasan atau tidak,
RR mengalami peningkatan, lesi atau tidak, edema atau tidak.
Pada pasien dengan Sirosis Hepatis biasanya menggunakan
otot bantu napas.
Palpasi: memberikan getaran vocal fremitus kanan dan kiri
sama atau tidak dan melihat apakah ada fraktur oada costae
atau tidak. Biasanya pada klien Sirosis Hepatis vocal fremitus
kanan dan kiri sama.
Perkusi: pada klien sirosis hepatis akan mengalami resonansi
suara saat di perkusi apabila klien mengalami efusi pleura.
Asukultasi: pada klien sirosis hepatis umumnya terdengar
normal yaitu vesikuler di kedua paru.
- Jantung
Inspeksi: melihat tampak atau tidaknya ictus kordis.
Umumnya pada klien sirosis hepatis pergerakan apeks kordis
tidak terlihat.
Palpasi: menentukan letak ictus cordis apakah mengalami
pergeseran atau tidak. Umumnya pada klien sirosis hepatis
apeks kordis tidak teraba.
Perkusi: umumnya tidak terapat pembesaran jantung
Auskultasi: normal dan tidak terdapat suara bunyi jantung
ketiga
f. Abdomen
Inspeksi: Umumnya pada klien sirosis hepatis umbilicus
menonjol dan terdapat asites
Auskultasi: Umumnya pada klien sirosis hepatis bising usus
terdengar cepat
Palpasi: Umumnya pada klien sirosis hepatis sebagian besar
mudah teraba dan terasa keras. Terdapat nyeri tumpul dan terasa
berat pada epigastrum atas di kuadran kanan atas
Perkusi: Umumnya pada klien sirosis hepatis adanya suara
dullness
g. Ekstermitas
Umumnya pada klien sirosis hepatis ektermitas atas telapak
tangan mengalami hyperemesis (erythema palmare). Selain itu,
ditemukan edema pada ekstermitas bawah dan capillary refill
time > 2 detik
h. Genetalia
Inspeksi: melihat adanya alat bantu seperti kateter atau tidak,
melihat bentuk genetalia apakah normal atau ada benjolan yang
abnormal
Palpasi: apakah ada nyeri tekan di area genetalia
i. Sistem integument
Umumnya pada klien yang mengalami gangguan fungsi hati
dapat mengakibatkan bilirubin tidak terkonjugasi sehingga kulit
tampak ikterik. Selain itu, turgor kulit akan jelek dan terdapat
luka akibat edema
E. Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium
Berikut merupakan table panduan nilai normal laboratorium. Umumnya
pada penderita sirosis hepatis akan memiliki nilai yang abnormal pada
pemeriksaan bilirubin, SGOT, SGPT, Protein total dan Albumin.
1. Bilirubin meningkat > 1.3 mg/dL
2. SGOT meningkat > 3-45 u/L
3. SGPT meningkat > 0-35 u/L
4. Protein total menurun dengan hasil dibawah nilai normal (6.1-8.2 gr%)
5. Albumin menurun dengan hasil dibawah nilai normal (3.5-5.2 mg/L)
2.2.Diagnose Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering didapatkan
berdasarkan teori mengenai penyakit Sirosis Hepatis, maka diagnose
keperawatan yang mungkin terjadi pada pasien penderita Sirosis Hepatis
meliputi (Tim Pokja SDKI PPNI, 2016):
1. Hypervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis: inflamasi
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru
2.3.Intervensi Keperawatan
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tanggal/Jam : 25 Desember 2022 jam: 17.00
5. Pola nafas tidak efektif b.d posisi Tujuan: Pengaturan Posisi (I.01019)
tubuh yang menghambat ekspansi Setelah dilakukan tindakan A
paru d.d dispnea, penggunaan oto keperawatan selama 2 x 24 jam, Observasi
bantu pernapasan dan pernapasan diharapkan pola napas membaik
1. Monitor status oksigenasi sebelum dan sesudah Annisa
cuping hidung dengan kriteria hasil:
mengubah posisi
Pola Napas (L.03030)
1. Dispnea menurun (5) 2. Monitor alat traksi agar selalu tepat
2. Penggunaan otot bantu Terapeutik
pernapasan menurun (5) 1. Tempatkan pada matras/tempat tidur terapeutik yang
3. Pernapasan cuping tepat
hidung menurun (5) 2. Tempatkan pada posisi terapeutik
4. Frekuensi napas 3. Tempatkan objek yang sering digunakan dalam
membaik (5) jangkauan
5. Kedalaman napas 4. Tempatkan bel atau lampu panggilan dalam
membaik (5) jangkauan
5. Sediakan matras yang kokoh/padat
6. Atur posisi tidur yang disukai, jika tidak
kontraindikasi
7. Atur posisi untuk mengurangi sesak (mis: semi-
fowler)
8. Atur posisi yang meningkatkan drainage
9. Posisikan pada kesejajaran tubuh yang tepat
10. Imobilisasi dan topang bagian tubuh yang cidera
dengan tepat
11. Tinggikan bagian tubuh yang sakit dengan tepat
12. Tinggikan anggota gerak 20° atau lebih diatas level
jantung
13. Tinggikan tempat tidur bagian kepala
14. Berikan bantal yang tepat pada leher
15. Berikan topangan pada area edema (mis: bantal
dibawah lengan atau skrotum)
16. Posisikan untuk mempermudah ventilasi/perfusi (mis:
tengkurap/good lung down)
17. Motivasi melakukan ROM aktif atau ROM pasif
18. Motivasi terlibat dalam perubahan posisi, sesuai
kebutuhan
19. Hindari menempatkan pada posisi yang dapat
meningkatkan nyeri
20. Hindari menempatkan stump amputasi pada posisi
fleksi
21. Hindari posisi yang menimbulkan ketegangan pada
luka
22. Minimalkan gesekan dan tarikan saat mengubah
posisi
23. Ubah posisi setiap 2 jam
24. Ubah posisi dengan Teknik log roll
25. Pertahankan posisi dan integritas traksi
Edukasi