Oleh:
Nur Laili Izza Maratu Sholihah
212310101130 / Kelas C 2021
1. Pengertian KB Non-Hormonal
KB Non-Hormonal adalah alat kontrasepsi yang tidak mengandung hormon sehingga dalam
pemakaiannya tidak memberikan pengaruh pada keadaan hormonal di dalam tubuh.
2. Manfaat KB Non-Hormonal
a. Menurunkan risiko kanker serviks atau kanker rahim
b. Mencegah penyakit menular seksual
c. Aman bagi ibu menyusui
3. Jenis-jenis KB Non-Hormonal
3.1. Metode kontrasepsi alamiah
a. Senggama terputus: Metode ini dilakukan oleh pria ketika sedang berhubungan
intim dengan mengeluarkan alat kelaminnya dari vagina sebelum terjadi ejakulasi.
Cara kerja: jenis KB ini dilakukan pria ketika bersenggama dengan menarik alat
kelaminnya menjauhkan dari area genital wanita sesaat sebelum ejakulasi sehingga
sperma tidak tertahan di labia dan naik ke vagina rahim kemudian mengakibatkan
kehamilan. Jenis KB senggama terputus jika dilakukan dengan benar memiliki
resiko kehamilan yang cukup rendah dengan tingkat kegagalan sebanyak 19% pada
tahun pertama penggunaan.
Efek samping: tidak ada efek samping
Keuntungan: tidak ada biaya, tidak ada efek samping, tidak melibatkan bahan kimia
b. Metode amenorea laktasi: Metode amenorea laktasi atau yang biasa disebut dengan
infertilitas postpartum merupakan salah satu metode kontrasepsi alamiah yang
digunakan secara aman dan efektif guna mencegah terjadinya kehamilan selanjutnya.
Cara kerja: Jenis KB metode amenorea laktasi menggunakan pemberian ASI
eksklusif sebagai penekanan terjadinya ovulasi. Metode amenorea laktasi beresiko
mengalami kehamilan cukup tinggi jika pelaksanaannya tidak benar dan tidak
konsisten dalam pemberian ASI eksklusif. Namun, apabila dilakukan dengan tepat
metode ini terbilang sangat efektif. Sebanyak 98% ibu berhasil mencegah terjadinya
kehamilan selanjutnya pada 6 bulan pertama pasca persalinan.
Efek samping: tidak ada efek samping
c. Metode lender serviks: salah satu jenis metode kontrasepsi alamiah non hormonal
dengan pencegahan kehamilan dilakukan melalui pengamatan masa subur wanita.
Cara kerja: melakukan pengamatan pada lendir yang dihasilkan oleh serviks pada
saat menjelang ovulasi di sepanjang hari kemudia mencatat hasil pengamatan pada
malam harinya.
Efek samping: tidak ada
3.2. Metode kontrasepsi sederhana
a. Kondom: suatu karet tipis (berwarna maupun tidak berwarna) yang dipakai ketika
berhubungan seksual guna menghalangi masuknya mani/sperma ke dalam vagina
sehingga dapat mencegah terjadinya pembuahan.
Cara kerja: Kondom bekerja dengan menghalangi bertemunya sperma dengan sel
telur dengan cara menampung atau mengemas sperma pada ujung selubung karet,
sehingga sperma tertahan dan tidak masuk ke dalam saluran reproduksi wanita.
Apabila digunakan dengan benar, maka kondom akan bekerja secara efektif dengan
risiko kehamilan hanya 2 di antara 100 perempuan per tahunnya.
Efek samping: Kondom dapat menimbulkan rasa nyeri dan panas apabila
penggunanya alergi lateks serta lecet pada kemaluan apabila dipakai secara tergesa-
gesa atau kurangnya pelicin.
b. Diafragma: alat kontrasepsi yang menjadi penghalang mekanis antara sperma
dengan sel telur. Cara kerja: Diafragma dimasukkan ke dalam vagina sebelum
melakukan hubungan seksual sehingga sperma tidak dapat masuk ke dalam saluran
reproduksi bagian atas yakni uterus dan tuba fallopi. Apabila diafragma digunakan
dengan cara yang tepat dan dikombinasikan dengan spermisida, maka
penggunaannya akan efektif dengan risiko kehamilan 6 diantara 100 perempuan
pertahun.
Efek samping: menyebabkan iritasi pada vagina maupun penis disertai lesi pada
vagina
c. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR): alat berukuran kecil yang terbuat dari
bahan 15 plastik lentur yang dililit tembaga yang dimasukkan ke dalam rahim
wanita.
Cara kerja: menghambat kemampuan sperma untuk mausk ke dalam tuba fallopi dan
juga mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri. AKDR
mencegah bertemunya sperma dan ovum serta mencegah implantasi telur dalam
uterus. AKDR cukup efektif digunakan dengan risiko kehamilan 1 diantara 100
perempuan pertahun. Kemudian efektifitasnya dapat bertahan lama yakni hingga 12
tahun.
Efek samping: terjadi perubahan pola haid, keluar bercak darah atau spotting setelah
pemasangan, keputihan
3.3. Metode kontrasepsi mantap
a. Tubektomi: prosedur bedah yang dilakukan sukarela guna menghentikan kesuburan
dengan permanen pada perempuan yang tidak ingin mempunyai anak lagi.
Tubektomi ada 2 jenis yaitu:
- Mini laparotomi: membuat insisi kecil pada perut kemudian tuba fallopi ditarik
kearah irisan dan dipotong kemudian diikat.
- Laparoskopi: memasukkan pipa kecil yang panjang menggunakan lensa ke
dalam perut dengan melalui insisi kecil. Laparoskopi memungkinkan dokter
untuk memblok atau memotong tuba fallopi dalam perut.
Cara kerja: menutup tuba fallopi dengan memotong dan mengikat atau memasang
cincin, sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. Umumnya, tubektomi
efektif digunakan dengan risiko kehamilan kurang dari 1 diantara 100 perempuan
pertahun.
b. Vasektomi: prosedur bedah yang dilakukan sukarela guna menghentikan kesuburan
dengan permanen pada pria yang tidak ingin mempunyai anak lagi. Vasektomi
dilakukan dengan memotong dan mengikat vas (ductus) deferens tanpa
menggunakan pisau bedah guna memutuskan aliran sperma dari testis sehingga
dapat terjadi azoospermia (kondisi air mani dikeluarkan saat ejakulasi namun tidak
mengandung sperma).
Cara kerja: menghambat alur transportasi sperma dengan memotong dan mengikat
vas deferens sehingga sperma dan semen tidak tercampu serta proses fertilisasi tidak
terjadi. Semen pada pria saat ejakulasi tetap dikeluarkan namun tidak menyebabkan
kehamilan. Vasektomi efektif digunakan dengan risiko kehamilan kurang dari 1
diantara 100 perempuan pertahun.