Sap Lansia Tentang Penyakit Tidak Menular (PTM)
Sap Lansia Tentang Penyakit Tidak Menular (PTM)
Dosen Pembimbing :
Ir. Enik Sulistyowati, M.Kes
Disusun Oleh :
1. Paramita Citra Nur D. (P1337420620013)
2. Fahruddin Zaki (P1337 430220155)
3. Hawa Aulia Sabita S. F. (P1337 425220140)
4. Dwi Jayanti Cantika P. (P1337 430220018)
5. Agustina Rachmawati (P1337 430220166)
6. Era susanti (P1337 424420209)
7. Farradhotun Ismi A. (P1337 434320024)
8. Elysia Fedora S. (P1337 425220099)
9. Rizka Yuliasih Kussanty (P1337 420620039)
10. Nadia Ayu Puspitasari (P1337 431220054)
11. Finalianisya Febriani (P1337 431220106)
12. Dhiya Rahma Syafhira (P1337 431220112)
13. Meiningtyas Diah M. (P1337 425220095)
14. Kristiani Sara (P1337 420620077)
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN PROGRAM PADA LANSIA TENTANG PENYAKIT TIDAK
MENULAR
Sub Pokok Bahasan : Hipertensi, Kolesterol, Asam Urat, Diabetes Mellitus, Obesitas
A. LATAR BELAKANG
Desa Banding memiliki 10 dusun dengan pembagian 4 dusun yang kami intervensi, dengan rata-
rata kesejahteraan masyarakat di 4 dusun tersebut tergolong menengah ke bawah namun tidak merata.
Dengan wilayah pemukiman penduduk yang terpisah oleh sawah dan kebun dimana mayoritas
kesejahteraan penduduknya menengah kebawah. Berdasarkan data survei yang telah dilakukan oleh
kelompok kami, rata-rata dalam satu rumah dihuni oleh 2-3 kepala keluarga, dimana proses aktivitas
sehari-hari dilakukan bersama.
Berdasarkan data pengkajian yang telah dilakukan, gangguan kesehatan berupa Penyakit Tidak
Menular yang dialami oleh para lansia terbanyak yaitu Hipertensi dengan persentase 38%, Asam urat
21%, Stroke 6%, dan Kolesterol 5%. Hal tersebut dikarenakan masih banyaknya para lansia yang
belum memahami penyakit tidak menular yang mereka derita, cara pengelolaan makan, kebiasaan
makan dan aktivitas fisik, serta mengetahui tanda-tanda dari gangguan masing-masing penyakit tidak
menular.
Adanya penyuluhan pada dasarnya merupakan sebuah upaya untuk memberikan edukasi kepada
para lansia mengenai perilaku pengelolaan kebiasaan makan, dan aktivitas fisik melalui metode
konseling. Ada berbagai informasi yang dapat dibagikan seperti pantangan makanan-makanan yang
harus dihindari oleh para lansia di usia yang sudah lanjut dengan beberapa gangguan kesehatan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan mengenai beberapa jenis Penyakit Tidak Menular pada lansia
secara konseling selama 15 menit diharapkan masyarakat dapat memahami dan mengerti tentang
Penyakit Tidak Menular yang diderita yang berfokus pada pengelolaan makan, kebiasaan makan,
dan kebiasaan aktivitas sehari-hari.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah melakukan penyuluhan tentang Penyakit Tidak Menular yang berfokus pada pengelolaan
makan, kebiasaan makan, dan kebiasaan aktivitas sehari-hari diharapkan masyarakat dapat:
2.1 Mengetahui apa itu salah satu atau beberapa Penyakit Tidak Menular.
2.3 Mengetahui apa saja yang harus dilakukan ketika para lansia mempunyai salah satu atau
beberapa gangguan kesehatan.
2.4 Menjelaskan mengenai makanan apa saja yang termasuk patangan bagi para lansia.
C. METODE
1. Ceramah
2. Konsultasi
3. Diskusi dan Tanya Jawab
D. MEDIA
1. Materi SAP
2. Modul
E. MATERI
Terlampir
F. SUSUNAN ACARA
3. Tujuan
a) Pengertian
mengenai PTM
yang diderita oleh
para lansia
b) Cara pengolahan
makan, aktivitas
fisik yang
dilakukan lansia
c) Dampak negatif
dari tidak
ketepatan makan,
dan aktivitas fisik
yang dilakukan
a) Mengetahui dan
memahami materi
yang diberikan
2. Menyimpulkan
3. Salam Penutup
G. SETTING TEMPAT
Keterangan:
A : Pemateri
A B B : Peserta
H. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
2. Evaluasi proses
2.1 Peserta hadir sesuai dengan kontrak waktu yang telah ditentukan.
2.2 Peserta antusias untuk bertanya tentang hal-hal yang tidak diketahuinya.
3. Evaluasi Hasil
Komala Sari, I., Simandalahi, T., & Diana Morika, H. (2018). Pengaruh Jus Sirsak Terhadap Kadar
Asam Urat Pada Penderita Artritis Gout. Jurnal Stikes Syedza Saintika Padang, 74 (4): 55–61.
Kusumayanti, D., Wardani, NK., Sugiani, PPS. (2014). Diet Mencegah dan Mengatasi Gangguan Asam
Urat. Jurnal Ilmu Gizi Volume 5 (1): 69-78.
Laswati, D. T. (2023). PKM Pengenalan B2SA dan Isi Piringku di dusun Patukan, Desa Ambarketawang,
Kapanewonan Gamping, Kabupaten Sleman. Jurnal Ilmiah Padma Sri Krsna, 4 (2): 1-7.
Mutmainah, Siti, dkk. (2022). Efektifitas Pemberian Jus Tomat dan Jus Pepaya Terhadap Perubahan
Kadar Kolesterol Darah Pada Orang Dewasa Dengan Hiperkolesterolemia di Wilayah Kerja
Puskesmas Kronjo di Desa Pagedangan Udik RT/RW 001/001. Jurnal Ilmiah Keperawatan Kapuas
Raya, 1 (1): 1-9.
Nasution, Fitriani, Andila, dan Ambali Azwar Siregar. (2021). Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus.
Jurnal Ilmu Kesehatan, 9 (2): 94-102.
Novitasary. D. M., dkk. (2013). Hubungan Antara Aktifitas Fisik dengan Obesitas Wanita Usia Subur
Peserta Jamkesmas di Puskesmas Wawonasa Kecamatan Singkil Manado. Jurna e-Biomedik, 1 (2):
1040-1046.
Pramono Dibyo. (2017). Hubungan Antarindeks Massa Tubuh dengan Kejadian Diabetes Mellitus pada
Penduduk Dewasa di Indonesia. Thesis : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Riskesdas. (2018). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta (ID): Balibatang Kemenkes RI.
Rosenson RS, et al. (2022). Management of low density lipoprotein cholesterol (LDL-C) in the secondary
prevention of cardiovascular disease. Journal Uptodate.
https://www.uptodate.com/contents/management-of-low-density-lipoprotein-cholesterol-ldl-c-in-the-
secondary-prevention-of-cardiovascular-disease?.
Suarsih, Cicih. (2020). Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Kolesterol pada Lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Tambaksari. Jurnal Keperawatan Galuh, 2 (1): 25-30.
Sutanto, Teguh. (2013). Asam Urat. Yogyakarta: Buku Pintar.
Tim Survei Konsumsi Makanan Individu. (2014). Buku Foto Makanan. Pusat Teknologi Terapan
Kesehatan dan Epidemiologi Klinik. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Indonesia.
Tina L, Lestika M, Yusran S. (2019). Faktor Risiko Kejadian Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 di
Wilayah Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Umum 2018. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kesehatan Masyarakat, 4 (2): 25–9.
Utomo, Alya Azzahra, dkk. (2022). Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2: A Systematic Review. Jurnal
Kajian dan Pengabdian Kesehatan Masyarakat, 1 (1): 44-20.
LAMPIRAN
A. MATERI
1. Hipertensi
a. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI,
2019).
b. Faktor Risiko Hipertensi
Faktor risiko hipertensi yang tidak dapat dikendalikan antara lain:
- Usia
- RIwayat Keluarga (genetic)
- Jenis Kelamin
- Merokok
- Aktifitas fisik yang kurang
- Stress yang berlebihan
- Minum-minuman alcohol
- Konsumsi garam yang berlebih
c. Dampak Hipertensi
Jika hipertensi tidak terkontrol dengan baik, hipertensi dapat menyebabkan terjadinya
komplikasi, seperti:
1) Penyakit jantung
2) Penyakit syaraf
3) Penyakit ginjal
4) Stroke
5) Gangguan serebral (otak)
6) Kerusakan retina
d. Pencegahan Hipertensi
1) Periksa secara teratur.
2) Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur.
3) Tetap diet dengan gizi seimbang
4) Upayakan aktivitas fisik dengan aman
5) Hindari asap rokok, alcohol, dan zat karsenogenik lainnya.
2. Asam Urat
a. Pengertian Asam Urat
Penyakit asam urat atau dalam dunia medis disebut penyakit pirai atau penyakit
gout (arthritis gout) adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh tingginya asam urat di
dalam darah (Sutanto, 2013).
Kadar asam urat normal tergantung dari usia dan jenis kelamin, menurut Word
Health Oranization (WHO) kadar normal asam urat wanita dewasa yaitu 2,4 - 6,0
mg/dL dan pria dewasa 3,0 - 7,0 mg/dL, Jika melebihi kadar ini dikategorikan
mengalami Hiperurisemia. Kondisi Hiperurisemia ini sangat berpotensi menimbulkan
terjadinya serangan Artritis Gout (Komala Sari, 2018).
b. Tanda dan Gejala Asam Urat
1) Rasa nyeri hebat dan mendadak pada ibu jari kaki (sendi metatatrsofalangeal
pertama) dan jari kaki (sendi tarsal).
2) Terganggunya fungsi sendi yang biasanya di satu tempat, sekitar 70-80 % pada
pangkal ibu jari.
3) Terjadi hiperurisemia.
4) Terjadi hiperurikemia dan penimbunan kristal urat yang khas yaitu kristal
monosodium urat dalam cairan dan jaringan sendi, ginjal, tulang rawan dan lain-
lain.
5) Terdapat tofus yang telah dibuktikan secara kimiawi.
6) Telah terjadi >1 kali serangan di persendian (arthritis) yang bersifat akut.
7) Adanya serangan pada satu sendi, terutama sendi ibu jari kaki. Serangan juga biasa
terjadi di tempat lain seperti pergelangan kaki, punggung kaki, lutut, siku,
pergelangan tangan atau jari-jari tangan.
8) Sendi tampak kemerahan.
9) Adanya serangan pada satu sendi, terutama sendi ibu jari kaki. Serangan juga biasa
terjadi di tempat lain seperti pergelangan kaki, punggung kaki, lutut, siku,
pergelangan tangan atau jari-jari tangan.
10) Sendi tampak kemerahan
11) Peradangan disertai demam (suhu tubuh >38⁰ C), dan pembengkakan tidak simetris
pada satu sendi dan terasa panas.
12) Tak ditemukan adanya bakteri pada saat serangan dan imflamasi.
13) Nyeri hebat di pinggang bila terjadi batu ginjal akibat penumpukan asam urat di
ginjal.
14) Gejala yang lain: ruam kulit, sakit tenggorokan, lidah berwarna merah atau gusi
berdarah.
3. Kolesterol
a. Pengertian Kolesterol
Kolesterol tinggi atau Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar
kolesterol darah dalam tubuh melebihi batas normal yaitu 200 mg/dl. Kelebihan
kolesterol dalam darah menyebabkan metabolisme lipid abnormal, yang diduga
berkontribusi pada peningkatan risiko penyakit jantung koroner (PJK) (Mutmainah,
dkk, (2022).
4. Diabetes Mellitus
a. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus ialah suatu penyakit yang disebabkan oleh hiperglikemia atau
kadar glukosa yang banyak dalam darah serta adanya kelainan pada proses metabolisme
karena kekurangan insulin.
b. Faktor Risiko dan Pencegahan Diabetes Mellitus
Faktor risiko diabetes mellitus yang dapat dikendalikan antara lain:
1) Obesitas
2) Kurang aktivitas fisik
3) Dislipidemia
4) Riwayat penyakit jantung
5) Hipertensi/tekanan darah tinggi
6) Diet yang tidak seimbang (tinggi gula, garam, lemak, dan rendah serat).
Faktor risiko diabetes mellitus yang tidak dapat dikendalikan antara lain:
1) Usia
2) Genetik
3) Riwayat kehamilan dengan DM
Pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak menderita diabetes mellitus antara
lain:
5. Obesitas
a. Pengertian Obesitas
Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan
penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Kelebihan berat badan atau
obesitas dikaitkan dengan peningkatan risiko sejumlah penyakit umum dan penyebab
kematian dini, termasuk diabetes, penyakit kardiovaskular, dan beberapa jenis kanker.
Penghitungan BMI adalah nilai berat yang digunakan secara luas yang
memperhitungkan tinggi individu, dan didefinisikan sebagai berat dalam kilogram
dibagi dengan tinggi dalam meter kuadrat (kg/m2) (Murtane, 2021).
b. Faktor Risiko Obesitas
1) Faktor lingkungan, seperti pola makan yang dapat mendorong sikap seseorang
terhadap konsumsi makanan sehari-hari, yang kemudian berpengaruh terhadap
kejadian obesitas sentral pada individu.
2) Faktor obat-obatan, jenis steroid yang sering digunakan dalam jangka panjang untuk
terapi asma, osteoarthritis dan alergi dapat menyebabkan nafsu makan yang
meningkat, sehingga meningkatkan risiko obesitas.
3) Faktor keturunan/genetik, merupakan faktor yang dimiliki seseorang sejak lahir,
misalnya dalam kategori penyakit keturunan seperti kencing manis dan asma
bronkial.
c. Dampak Obesitas
1) Dampak metabolic
Lingkar perut pada ukuran tertentu (pria > 90 cm dan wanita > 80 cm) akan
berdampak peningkatan trigliserida dan penurunan kolesterol LDL, serta
meningkatkan tekanan darah. Keadaan ini sering disebut dengan sindrom metabolik.
2) Dampak penyakit lain
- Perburukan asma
- Osteoarthritis lutut dan panggul
- Pembentukan batu empedu
- Sleep apnea (henti napas saat tidur)
- Low back pain (nyeri punggung)
d. Pencegahan Obesitas
1) Memakan cukup sayuran dan buah-buahan yang berwarna hijau.
2) Tidak merokok dan meminum minuman alcohol.
3) Meningkatkan konsumsi karbohidrat kompleks dan batasi konsumsi karbohidrat
sederhana (gula).
4) Membatasi konsumsi gorengan dan lenak trans (margarin).
B. LAMPIRAN MODUL
C. DOKUMENTASI KEGIATAN