Ainun Nafisatur Rohmah (08020422036) PSI Resume
Ainun Nafisatur Rohmah (08020422036) PSI Resume
NIM : 08020422036
Kelas : 1B Ekonomi Syariah
RESUME BUKU
Judul : Al-Quran dan Hadis Dirasah Islamiyah I
Penulis : Abuddin Nata
Edisi ke :1
Cetakan ke :5
Jumlah Hal : 222
Kota Terbit : Jakarta
Penerbit : PT Raja Grafindo Persada
Tahun Terbit : 1996
BAB 1
AGAMA DAN MENGAPA MANUSIA BERAGAMA
A. Pengertian Agama
Menurut Harun Nasution , Agama dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kakuatan gaib
yang harus dipatuhi;
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia;
3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan
pada suatu sumber yang berada diluar diri manusia dan yang
mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia;
4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup
tertentu;
5. Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari suatu
kekuatan gaib;
6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini
bersumber pada suatu kekuatan gaib;
7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan
perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam
sekitar manusia;
8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang
Rasul.
B. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama
Untuk mengetahui kebutuhan manusia terhadap agama dapat dilihat
antara lain dari segi kebutuhan fitrah manusia kemudian menghubungkannya
dengan apa yang diberikan agama bagi pemenuhan kebutuhan tersebut.
Manusia secara umum mempunyai dua kebutuhan. Pertama, kebutuhan
spiritual dan kedua, kebutuhan material. Daya tahan agama bagi kehidupan
manusia banyak ditentukan oleh peran yang dimainkan agama bagi
pemenuhan kebutuhan manusia tersebut. Murthada murthahhari mengatakan,
Jika kita ingin menyatakan dengan pasti bahwa agama akan kekal dan
langgeng haruslah ada salah satu dari dua hal berikut, yakni agama itu betul-
betul merupakan kebutuhan alami, atau menjadi sarana untuk memenuhi
kebutuhan alami tersebut, dengan syarat ia merupakan satu-satunya sarana
untuk memenuhi kebutuhan ini atau kebutuhan fitri yang lain, sehingga tidak
ada sarana lain yang lebih baik daripadanya. Jika ada sarana lain yang lebih
utama, lebih berfaedah dan lebih besar pengaruhnya daripada agama, akan
hilanglah kebutuhan manusia akan agama. Karena itulah, muthahhari
menyimpulkan bahwa pada hakikatnya agama memiliki dua keistimewaan
tersebut. Ia merupakan kebutuhan Fitri dan emosional manusia. Ia juga
merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan Fitri manusia, yang
berkedudukan tak dapat digantikan oleh apa pun.
Dilihat dari sudut kehidupan sosial ternyata manusia sangat
memerlukan agama. Itulah sebabnya dalam agama Islam misalnya, diatur
hubungan antar manusia, hubungan itu antara lain berbentuk lembaga
perkawinan yang mengatur dan menetapkan soal akad nikah sebagai pangkal
tolak pembangunan rumah tangga yang sejahtera, harmonis, dan bahagia.
Dari perkawinan dan kehidupan rumah tangga yang baik lahirlah masyarakat
yang beradab.
BAB 2
TUJUAN-TUJUAN POKOK AGAMA ISLAM
BAB 3
AL-QUR’AN BUKTI KEBENARAN ISLAM
A. Pengertian Al-Quran
Secara logowi (bahasa) al-Quran berarti saling berkaitan, berhubungan
antara satu ayat dengan ayat lain, dan berarti pula bacaan. Semua pengertian
ini memperlihatkan kedudukan al-Quran sebagai kitabullah yang ayat-ayat
dan surat-suratnya saling berhubungan, dan ia merupakan bacaan bagi kaum
muslimin. Dari segi istilah al-Quran adalah kalamullah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad dan membacanya adalah ibadah.
B. Otentitas Al-Qur’an
Yang dimaksud dengan otentitas Alquran dalam pembahasan ini adalah
bahwa Alquran yang ada pada kita sekarang ini benar-benar terpelihara
kemurniannya. Masalah ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Masa Turunnya
Al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur dalam waktu lebih
kurang 23 tahun. Tujuan Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur
itu adalah agar Rasulullah SAW dan para sahabatnya dapat menyimak,
memahami, mengamalkan, dan memeliharanya dengan baik. Rasulullah
membacakannya di hadapan para sahabat secara perlahan-lahan dan para
sahabat membacanya sedikit demi sedikit.
Selain itu, Alquran diturunkan berkaitan dengan suatu peristiwa baik
bersifat individual maupun sosial. Dengan cara ini proses pemeliharaan
kemurnian Alquran berjalan dengan sendirinya.
Demikian pula mengenai lailatul qadar yang menandai permulaan
turunnya al-Quran. Penetapan malam ini dimaksudkan agar manusia
dapat mengingatnya, sehingga ia akan terus diingat dan dikenang. Ini juga
merupakan bentuk lain dari upaya pemeliharaan kemurnian al-Qur'an, di
samping menunjukkan keagungannya.
b) Yang Menyampaikan Al-Qur’an
Al-Qur'an memberi informasi bahwa ia diturunkan dari lauhul Mahfudz
ke dunia melalui malaikat Jibril. Lauhul Mahfudz adalah tempat yang
terpelihara, semacam disket dalam sistem komputer yang terpelihara
secara apik dari gangguan dan pengrusakan.
c) Penerima Al-Qur’an
Sebagaimana disebutkan di atas, wahyu dari Allah SWT disampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Sebagai penerima
wahyu, Nabi Muhammad dianugerahi Allah sifat-sifat mulia yang
mustahil ia berdusta.
d) Para Penulis Al-Qur’an
Teks al-Qur'an ditulis sesuai dengan tuntunan dan petunjuk Rasulullah.
Penulisannya dilakukan di hadapan beliau sendiri. Mereka yang menulis
terkenal sebagai orang-orang yang dekat dengan Rasulullah SAW,
pelaku-pelaku sejarah yang mengetahui masalah pada waktu al-Quran
diturunkan, cinta kepada Rasulullah, dan memiliki kualitas keagamaan
yang tinggi. Dengan demikian sikap amanah dan integritas mereka dalam
pemeliharaan kemurnian al-Qur'an tidak diragukan lagi.
C. Bukti Kebenaran Al-Qur’an
Diantara bukti kebenaran al-Qur'an adalah mukjizat al-Qur'an itu
sendiri. Yang dimaksud dengan mukjizat ialah sesuatu yang menjadikan
manusia tidak mampu menampilkan hal yang sama. Al-Qur'an menentang
manusia dan jin untuk menandinginya sekalipun hanya satu surat, sampai
muncul kesadaran mereka mengakui kelemahan dan ketidakmampuannya.
Ketidakmampuan manusia membuat sesuatu yang sama dengan al-Qur'an
menunjukkan bahwa al-Qur'an adalah benar-benar wahyu Allah SWT.
BAB 4
TEMA-TEMA POKOK AL-QUR’AN
A. Pengertian
Yang dimaksud dengan tema-tema pokok al-Qur'an adalah suatu cara
penafsiran al-Qur'an dengan menghimpun ayat-ayat al-Qur'an yang berbeda-
beda dalam surat al-Qur'an yang berkaitan dengan topik tertentu.
B. Tema-Tema Pokok Al-Qur’an
1. Keadilan
Di dalam al-Qur'an, kata-kata adil diulang sebanyak 28 kali dalam
bentuk kata kerja (fi'il) dan kata benda (isim). Kata adil dalam al-Qur’an
terkadang berarti seimbang, tebusan, menyimpang, mempersekutukan,
adil, jujur dan benar.
Kata Adil yang berarti seimbang diungkapkan dalam 4 ayat. Adil dalam
arti tebusan juga diulang sebanyak 4 ayat. kata Adil yang berarti
menyimpang dikemukakan dalam al-Quran sebanyak 2 kali. Kata Adil
yang berarti mempersekutukan disebut dalam al-Quran sebanyak 1 kali.
Kata Adil yang berarti benar disebut dalam al-Quran sebanyak 1 kali.
Kata Adil yang berarti jujur terdapat dalam al-Quran sebanyak 1 kali.
Selanjutnya kata adil diartikan dengan adil itu sendiri paling banyak
digunakan yaitu 15 kali. Dengan demikian jumlah seluruhnya 28 kali kata
adil disebut dalam al-Quran.
2. Musyawarah
Dalam al-Quran tema musyawarah didapati dalam 3 ayat, yaitu dalam
surat As-syura ayat 38 dengan memakai kata Syura, dalam surah al-
Baqarah ayat 233 dengan bentuk ungkapan tasyawur, dan dalam surat Ali
Imron ayat 159 dengan ungkapan syawir. Al-Raghib al-asfahani dalam
kitabnya Al-Mufradar fi Ghorib al-Quran mengatakan, kata-kata al-
Tasyawur, al-Musyawarah dan al-Masyurah berasal dari kata syaur yang
secara etimologis diartikan sebagai "sesuatu yang tampak jelas". Ketiga
kata tersebut mengandung pengertian istikhraj al-ra'y bi muroja'ah al-
ba'dl ila ba'dl (menyimpulkan pendapat berdasarkan pandangan antar
kelompok).
3. Perdamaian
Di dalam al-Qur'an, kata istilah perdamaian diulang sebanyak 12 kali
dengan memakai bentuk isim (kata benda) seluruhnya. Kata ishlah
terkadang berarti perdamaian dan perbaikan, terkadang berarti damai saja.
Dengan demikian kata-kata ishlah dalam berbagai konteksnya tetap
mempunyai arti yang positif, yaitu mengadakan perbaikan, perdamaian di
antara sesama manusia dan terhadap alam semesta.
4. Konsep Ibadah
Di dalam al-Qur'an, kata ibadah disebutkan sebanyak 278 kali, suatu
jumlah yang amat banyak dibandingkan dengan penyebutan kata-kata
lainnya.
Kata tersebut dapat dibagi ke dalam tiga pengertian:
a) Kata ibadah atau al-abd berarti seorang budak, atau memperhamba diri
kepada sesuatu yang dianggap lebih tinggi.
b) Kata ibadah dalam bentuknya yang lain yaitu al-'ibadatu berarti
tunduk, taat.
c) Kata ibadah dalam bentuk masdar yaitu 'abdahu, ma'badatan berarti
tubuh dan berlindung pada-Nya.
BAB 5
AL-QUR’AN DAN ILMU PENGETAHUAN
BAB 6
POSISI AL-QUR’AN DALAM STUDI KEISLAMAN
BAB 8
BAGAIMANA MEMAHAMI AL-QURAN
BAB 9
AS-SUNNAH DAN SEKELUMIT TENTANG PERTUMBUHANNYA
A. Pengertian As-Sunnah
As-Sunnah menurut bahasa berarti jalan hidup yang dijalani atau
dibiasakan, baik Jalan hidup itu baik atau buruk terpuji atau tercela. Sunnah
dalam pengertian para ahli hadis adalah sesuatu yang didapatkan dari Nabi
Muhammad SAW yang terdiri dari ucapan, perbuatan, persetujuan, sifat fisik
atau budi, atau biografi, baik pada masa sebelum kenabian ataupun
sesudahnya.
B. Faktor-Faktor Yang Mendukung Periwayatan As-Sunnah
1. Cara Nabi berbicara perlahan-lahan, dengan mengulang-ulang, dan jelas
apa yang diucapkannya itu.
2. Nabi dikenal sebagai seorang yang fasih dan bagus susunan
perkataannya.
3. Nabi seringkali menyesuaikan dialek ucapannya dengan lawan yang
diajak berbicara.
4. Para sahabat yang menerima hadis, memandang nabi sebagai idola
mereka.
5. Sahabat yang mendengar ucapan nabi, yakin benar bahwa ucapan itu
mengandung makna yang dalam dan semuanya mengandung kebenaran.
6. Ada kemampuan yang dimiliki masyarakat Arab pada umumnya, dan
sahabat pada khususnya, yaitu daya ingat dan hafalan yang sangat kuat.
7. Para tabiin menganggap bahwa apa yang ada dan mereka terima dari nabi
adalah sesuatu yang berharga.
C. Matan As-Sunnah
Matan adalah lafal-lafal hadis yang didalamnya mengandung makna.
Matan hadis tersebut tidak dicatat di zaman Nabi, sebagaimana Alquran. Hal
ini disebabkan beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1. Rasulullah hidup bersama sahabat selama 23 tahun sehingga penulisan
ucapan, perbuatan, dan taqrir beliau secara utuh dalam satu mushaf atau
lembaran-lembaran sulit dilakukan karena masalah lokasi.
2. Para sahabat banyak yang buta huruf dan menyandarkan diri kepada
ingatan mereka saja.
3. Dikuatirkan silapnya sebagian sabda Nabi yang singkat dan padat itu
dengan al-Quran karena Alpa dan tanpa sengaja.
D. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan As-Sunnah
1. Periode periwayatan dengan lisan
2. Periode penulisan dan pembukuan al-hadits secara resmi
3. Periode penyaringan hadis dari fatwa-fatwa
4. Periode penghafalan dan pengisnadan hadits
5. Periode pengklasifikasian dan pensistematisasian susunan kitab-kitab
hadits
BAB 10
FUNGSI DAN KEDUDUKAN AS-SUNNAH TERHADAP AL-QUR’AN
A. Kedudukan As-Sunnah
1. Al-Qur’an bersifat qath’i al-wurud, sedangkan as-sunnah bersifat zhanni
al-wurud.
2. As-sunnah berfungsi sebagai penjabaran al-Qur’an
3. Ada beberapa hadits dan atsar yang menjelaskan urutan dan kedudukan
as-Sunnah setelah al-Qur’an
4. Al-Qur’an sebagai wahyu dari sang pencipta, Allah SWT, Sedangkan
hadis berasal dari hamba dan utusannya.
B. Fungsi As-Sunnah Terhadap Al-Qur’an
1. Menetapkan hukum yang terdapat didalam al-Quran.
Diantara masalah-masalah yang ada dalam al-Qur’an dan dikemukakan
pula dalam as-Sunnah ialah:
a. Kewajiban beriman kepada Allah dan Rasulnya.
b. Kewajiban melaksanakan ibadah salat.
c. Kewajiban mengeluarkan zakat
d. Kewajiban melaksanakan ibadah puasa
2. Menerangkan atau menjelaskan dalil-dalil al-Qur’an.
Ulama ahli atsar menetapkan bahwa keterangan atau penjelasan sunnah
terhadap al-Qur’an ada beberapa macam, yaitu:
a. Bayan Tafshil (as-sunnah menjelaskan atau memperinci kemujmalan
al-Qur’an)
b. Bayan Takhsish (as-sunnah memberikan penjelasan tentang
kekhususannya)
c. Bayan Ta’yin (as-sunnah berfungsi menentukan mana yang dimaksud
diantara dua atau tiga perkara didalam al-Qur’an)
d. Bayan nasakh (as-sunnah mengganti suatu hukum atau
menghapuskannya)
3. Menetapkan dan menentukan suatu hukum yang tidak terdapat didalam
al-Qur’an
Contoh-contoh hukum yang ditetapkan oleh as-sunnah antara lain
adalah ketentuan tentang haramnya memakan daging himar ahliah,
memakan daging binatang buas yang bertaring, dan haramnya laki-laki
mengawini dua orang wanita yang bersaudara sekaligus. Masalah ini
dijelaskan oleh sunnah sedangkan al-Qur'an tidak membicarakannya.
BAB 11
SEBAB KERAGUAN TERHADAP AS-SUNNAH
BAB 12
BAGAIMANA MEMAHAMI AS-SUNNAH?
Kelebihan Buku
Sang penulis mampu memberikan penjelasan dalam buku ini dengan
sangat jelas dan rinci, sehingga membuat pembaca yang berpengetahuan
minim juga mampu memahami materi. Meskipun materi dalam buku ini
terbilang membutuhkan penalaran yang tinggi, tapi bahasa yang digunakan
dalam buku ini sangat sederhana bahkan seperti bahasa sehari-hari. Sehingga
hal ini memudahkan para pembaca untuk memahaminya.
Kekurangan Buku
Didalam buku ini, terdapat banyak kesalahan tanda baca, ada beberapa
kalimat yang menggunakan kata tidak baku, terdapat pemborosan kata dalam
penjelasannya, dan juga masih ada beberapa tulisan yang salah dalam
pengetikan. Tata bahasa yang tidak menggunakan bahasa yang baik dan
benar ini, akan mengakibatkan pembaca sedikit kesulitan dalam
membacanya.