Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
Indonesia mempunyai lahan gambut yang cukup luas, 10,8 % atau sekitar
20,6 juta hektar luas daratan Indonesia merupakan lahan gambut. Terdapat empat
pulau dengan luas daerah gambut yang besar yaitu Sumatra sebanyak 35 % diikuti
oleh Kalimantan sebanyak 32%, Papua sebanyak 30% dan Sulawesi sebanyak 3%.
Lahan rawa gambut merupakan lahan rawa yang banyak mengandung tanah
gambut atau didominasi oleh tanah gambut (Tim Sintesis Kebijakan, 2008). Lahan
ini memiliki potensi untuk dijadikan sebagai budidaya semusim dan tanaman
tahunan serta mempunyai fungsi hidrologi dan lingkungan bagi kehidupan dan
sebagian besar air di Kalimantan bersumber dari air rawa. Air rawa adalah air
yang tersebar luas pada daerah rawa dan dataran rendah khususnya pada daerah
Sumatra dan Kalimantan, yang memiliki karakterisitik pH nya yang rendah yaitu
3-5 (Rosihan et al, 2015). Air rawa gambut memiliki kandungan organik yang
asam organik yaitu asam humat dan asam fulvat (Yulia et al, 2015). Kandungan
bahan organik tersebut juga dapat menimbulkan bau akibat dari penguraian
1
mikroorganisme, dan dapat menimbulkan toksik bila diolah dengan menggunakan
klorin (Ino et al, 2016). Air gambut dalam segi kuantitas mempunyai potensial
dapat digunakan menjadi sumber air untuk dimanfaatkan oleh manusia untuk
kebutuhan sehari-hari, namun dalam aspek kualitas, kesehatan maupun estetika air
gambut tidak layak digunakan untuk aktivitas manusia karena tidak memenuhi
standar air bersih sesuai dengan PP 82 tahun 2001 (Yulia et al, 2015). Masyarakat
pH rendah sebagai sumber air bersih baik untuk sumber air minum ataupun
sebagai air untuk berkumur dan menyikat gigi (Phradina et al, 2016). Kondisi
asam inilah yang mempunyai peran dalam proses rusaknya gigi, penggunaan air
yang asam atau dengan pH rendah untuk berkumur ataupun sikat gigi dapat
permukaan enamel lebih rendah dari 5,5 (Rosihan et al, 2015). Asam penyebab
demineralisasi dapat berasal dari air yang dikonsumsi ataupun berasal dari bakteri
(Ensanya et al, 2016). Kondisi asam yang terus menerus menyebabkan enamel
secara perlahan larut dan membuat gigi berlubang (Rosihan et al, 2015). Gigi
yang terdemineralisasi oleh asam lebih mudah terjadi erosi dan sulit untuk
diperbaiki. Struktur gigi yang sebelumnya telah terdemineralisasi oleh air asam
2
Survei Kesehatan Rumah Tangga Tahun 2001 menunjukkan bahwa 52%
anak Indonesia mengalami karies yang tidak diobati atau karies aktif, 46%
memiliki kalkulus, dan DMF-T indeks 5,3. Perilaku memiliki peran penting
untuk mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Peran penting dalam
merupakan hasil dari indera dan peran penting dari satu tindakan. Meningkatkan
merupakan kabupaten yang permasalahan gigi dan mulutnya cukup tinggi, yaitu
paling sedikit hanya (12,7%). Desa Bagus di Kabupaten Barito Kuala merupakan
desa yang berada dipinggiran sungai barito yang memiliki jumlah masyarakat
sebanyak 100 orang. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk
kesehatan gigi dan mulutnya rendah dibandingkan kabupaten lain, sehingga perlu
3
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan umum yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk
Barito Kuala.
Barito Kuala.
Barito Kuala.
Barito Kuala.
4
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kebutuhan air bersih sudah menjadi masalah yang sangat umum dan belum diatasi
bersih harus sesuai persyaratan kualitas air bersih yang distandarkan oleh
Air bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan
Meskipun alam telah menyediakan air dalam jumlah yang cukup, tetapi
keseimbangan air di alam. Sebagian besar air yang tersedia tidak lagi layak
dikonsumsi secara langsung dan memerlukan pengolahan supaya air dari alam
layak dan sehat untuk dikonsumsi. Salah satu air yang tersedia di alam adalah air
dimanfaatkan dan diolah menjadi air bersih yang layak untuk dikonsumsi
6
Air gambut adalah air permukaan yang banyak terdapat di daerah rawa
maupun dataran rendah. Air gambut secara umum tidak memenuhi persyaratan
kualitas air bersih yang telah distandarkan. Air gambut bisa menjadi air bersih
yang layak dikonsumsi apabila telah melalui pengolahan yang tepat. Pengolahan
air gambut menjadi air bersih yang umum dilakukan masyarakat biasanya dengan
organik terlarut yang menyebabkan air menjadi berwarna dan bersifat asam.
Senyawa organik tersebut adalah asam humus yang terdiri dari asam humat, asam
sulvat, dan humin ( Usmanet al, 2014). Senyawa tersebut merupakan zat pewarna
hasil pelarutan humus yang terdapat di tanah gambut. Asam humat mempunyai
berat molekul yang tinggi dan berwarna coklat hingga hitam. Asam fulvat adalah
bagian dari zat humat yang memilki sifat larut di dalam air, baik dalam suasana
asam maupun suasana basa. Asam fulvat memiliki warna kuning emas hingga
kuning coklat. Sedangkan humin merupakan bagian dari zat humat yang tidak
larut di dalam air dan memilki warna hitam (Hamzani et al, 2017).
atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. Nilai pH normal
memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki
7
menunjukkan derajat keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat
lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila
keasamannya rendah. Air gambut mempunyai pH yang bersifat asam (pH 3,7-5,3)
2.2.2 Warna
Warna adalah salah satu parameter fisik wajib yang ditetapkan oleh
1990 menyatakan bahwa batas maksimal warna air bersih maksimal 50 skala
TCU. Dalam analisis warna, alat yang digunakan adalah spektrofotometer. Air
gambut mempunyai warna coklat tua sampai kehitaman (124-850 PtCo). Warna
pada air gambut disebabkan karena adanya partikel koloid organik yang
2.2.3 Kekeruhan
anorganik yang terkandung di dalam air seperti lumpur dan bahan-bahan yang
tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar secara baik dan partikel-
partikel kecil tersuspensi lainnya. Dari segi estetika, kekeruhan di dalam air
8
standar kualitas air bersih untuk kekeruhan yaitu 25 dalam satuan NTU. Pada air
gambut kekeruhan dan kandungan partikel tersuspensi yang rendah ( Usmanet al,
2014).
Zat organik adalah zat yang banyak mengandung unsur karbon. Contohnya antara
adanya kandungan zat organik di dalam air berarti air tersebut sudah tercemar,
terkontaminasi rembesan dari limbah dan tidak aman sebagai sumber air bersih
2.3 Karies
Karies gigi adalah kerusakan secara lokal pada jaringan keras gigi yang
dapat diidentifikasi sebagai hilangnya ion mineral secara kronis pada enamel di
mahkota atau permukaan akar gigi yang sebagian besar distimulasi oleh
bakteri yang dapat mengubah karbohidrat untuk memproduksi asam. Faktor lain
seperti faktor nutrisi, aliran saliva, kebersihan rongga mulut yang buruk, dan
status sosial yang rendah juga dapat menyebabkan terjadinya karies gigi (Dewi et
al, 2017).
9
Karies adalah penyakit infeksi yang disebabkan pembentukan plak
pada suatu periode tertentu. Risiko karies bervariasi pada setiap individu
Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah pengalaman karies,
penggunaan flour, oral hygiene, jumlah bakteri, saliva, pola makan, umur, jenis
Ada yang membedakan faktor etiologi atau penyebab karies atas faktor
penyebab primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada
permukaan gigi yang berasal dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak
proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu.Karies gigi disebabkan oleh
10
empat faktor penting yang saling berhubungan, yaitu plak, bakteri, kerentanan
masing-masing elemen gigi sesuai dengan hasil pemeriksaan. Beberapa hal yang
untuk gigi berlubang. 2. Kode M (Missing): untuk gigi yang telah dicabut atau
gigi tinggal sisa akar. 3. Kode F (Filling): untuk gigi yang sudah
a. Kategori D (Decayed):
Karies mencapai jaringan pulpa baik dengan kondisi vital maupun nonvital,
karies terhenti,
b. Kategori M (Missing):
Apabila gigi tetap telah dilakukan pencabutan atau tanggal karena karies,
c. Kategori F (Filling):
11
Apabila gigi permanen tersebut telah ditumpat atau direstorasi secara tetap
0,0 –1,1
5. Tingkat keparahan sangat tinggi dengan nilai DMF-T sebesar >6,6(Suratri et al,
2017).
12
2.5 Kerangka Teori
Pengetahuan Parameter
Kimiawi Air
Perilaku Sungai Barito
Penilaian Indeks
1. pH DMF-T Masyarakat
Tingkat Kesadaran Desa Bagus
2. Fluor
Kabupaten Barito
Pelayanan Kesehatan 3. Kalsium Kuala
Lingkungan
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
13
kesehatan gigi dan mulut masyarakat Desa Bagus Kanupaten Barito Kuala,
Barito, tingkat fluor dan kalsium air sungai Barito. Kondisi lingkungan sangat
berpengaruh untuk kesehatan gigi dan mulut. Untuk mengetahui kesehatan gigi
dan mulut masyarakat Desa Bagus Kabupaten Barito Kuala maka dilakukan
14
BAB III
KERANGKA KONSEP
15
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran tentang suatu masalah kesehatan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
dilakukan hanya pada satu waktu, tiap subjek diobservasi hanya satu kali saja dan
4.2.1 Populasi
Kriteria inklusi:
16
2. Usia antara 20-60 th.
Kriteria eksklusi:
N 100
n= 2 = 2 = 80 = 80 responden
1+ N . e 1+ 100(0,05)
Keterangan:
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah gambaran DMFT masyarakat
desa bagus.
17
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur
Operasional
DMFT DMF-T mer Perhitungan Indeks Ordinal
upakan indeks katagori DMF- DMFT
untuk T berdasarkan
mengukur WHO dengan
keadaan klinis kriteria:
karies gigi pada Sangat rendah
rongga mulut (skor 0,0 - 1,1)
seseorang Rendah (skor
dengan cara 1,2 -2,6)
menghitung Sedang (skor
keadaan 2,7 – 4,4)
decay, Tinggi (skor 4,5
filling, dan gigi - 6,5)
yang Sangat tinggi
hilang atau (skor 6,6< )
sudah dicabut.
18
1. Alat:
2. Bahan:
permukaan gigi.
Kalimantan Selatan.
19
Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan pada bulan November
– Desember 2018.
dilakukan sterilisasi terlebih dahulu dengan bahan sterilisasi dan setiap alat
pemeriksaan.
20
4.7 Alur Penelitian
Menentukan lokasi
Penelitian
Meminta Izin
Penelitian
Menyiapkan Alat
dan Bahan
Pemeriksaan DMF-T
Pengelolaan dan
Penghitungan Data
Hasil
smirnov
dan dilakukan uji homogenitas dengan uji Levene’s Test. Jika data yang telah diuji
terdistribusi normal dan homogen maka kemudian data akan dilakukan uji
21
hasil
data yang telah diuji tidak terdistribusi normal maka dilakukan uji non-paramatrik
uji Spearman’s.
22
BAB V
HASIL PENELITIAN
Desa Bagus Kabupaten Barito Kuala telah dilaksanakan pada bulan November
hingga Desember 2018. Subjek Penelitian diambil dari masyarakat desa Bagus
yang berusia 20-60 tahun. Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 80 orang.
40
35
30
25
20
15
10
23
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa sebagian besar masyarakat
desa Bagus tidak pernah menyikat giginya yaitu dengan jumlah 40 orang
(50%). Masyarakat yang menyikat giginya sebanyak 2-6 kali seminggu adalah
sebanyak 24 orang (30%). Masyarakat yang menyikat gigi 1 kali sehari adalah
20
15
10
Pagi sesudah mandi Pagi sesudah makan dan malam sebelum tidur
malam sebelum tidur
sesudah makan dan malam sebelum tidur adalah sebanyak 2 orang (5%).
24
Masyarakat yang menyikat giginya malam sebelum tidur adalah sebanyak
18 orang (45%).
20
15
10
sikat gigi (jari tangan) yaitu sebesar 10 orang (25%). Masyrakat yang
menyikat giginya dengan bantuan alat lain yaitu sebesar 7 orang (17,5%).
25
d. Pasta untuk sikat gigi
20
15
10
Ya Tidak
desa Bagus menyikat giginya tanpa menggunakan pasta gigi yaitu sebesar 30
orang (75%). Masyarakat yang menyikat gigi dengan pasta gigi yaitu sebesar 10
orang (25%).
26
a. Konsumsi makanan lengket
60
50
40
30
20
10
Ya Tidak
(18,75%).
27
b. Konsumsi makanan manis
70
60
50
40
30
20
10
Ya Tidak
28
c. Konsumsi sayur dan buah
Ya Tidak
desa Bagus tidak mengkonsumsi sayur dan buah yaitu sebesar 45 orang (56,25%).
5.1.3 Data kondisi lingkungan di sekitar masyarakat terhadap kesehatan gigi dan
mulut
29
a. Konsumsi air sungai
80
70
60
50
40
30
20
10
Ya Tidak
mengkonsumsi air sungai untuk keperluan minum yaitu sebesar 80 orang (100%).
30
b. Air yang digunakan untuk sikat gigi
80
70
60
50
40
30
20
10
menggunakan air sungai untuk keperluan sikat gigi yaitu sebesar 80 orang
(100%).
31
5.1.4 Data tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut
80
70
60
50
40
30
20
10
desa Bagus akan membiarkan saja sakit giginya yaitu sebesar 60 orang (75%).
Masyarakat yang minum obat saat sakit gigi yaitu sebesar 20 orang (25%).
Masyarakat yang pergi ke dokter gigi saat sakit gigi yaitu sebesar 0 orang (0%).
32
Terdapatnya dokter gigi
90
60
80
50
70
40
60
30
50
20
40
10
30
0
20
10 Ya Tidak
0
Ya Tidak
masyarakat desa Bagus terhadap kesehatan gigi dan mulut adalah sebagai berikut:
a.
33
Terdapatnya dokter gigi
desa Bagus yaitu dengan data responden yang menjawab tidak sebesar 80 orang
(100%).
Jumlah D+ M + F
DMF−T =
Jumlah orang yang diperiksa
34
Hasil pemeriksaan DMF
700
600
500
Decay
400 Missing
Filling
300
200
100
masyarakat desa Bagus antara lain: 1. Terdata decay sejumlah 578 gigi, 2. Terdata
missing sejumlah 267 gigi, 3. Terdata filling sejumlah 120 gigi. Sampel yang
dipakai sebanyak 80 orang. Sehingga dapat dijumlahkan ada sebanyak 965 gigi
Jumlah D+ M + F
DMF−T =
Jumlah orang yang diperiksa
965
DMF−T =
80
DMF−T =12
Pada katagori indeks DMF-T menurut WHO disebutkan bahwa jika skor
indeks DMF-T adalah >6,6 disebut sangat tinggi atau sangat buruk, ini berarti
35
indeks DMF-T masyarakat desa Bagus berada dalam katagori sangat tinggi atau
36
BAB VI
PEMBAHASAN
sejumlah 304 gigi, missing sejumlah 50 gigi dan filling sejumlah 105 gigi.
adalah 5,73. Pada kategori indeks DMF-T menurut WHO disebutkan bahwa jika
skor indeks DMFT adalah 4,5-6,5 termasuk dalam kategori tinggi. Oleh sebab itu,
gigi kurang dari dua kali sehari, yang mana frekuensi tersebut masih dibawah
ideal. Hal ini dibuktikan pada pertanyaan no 1 frekuensi menyikat gigi dalam satu
hari, sebanyak 52,5% menjawab 1 kali sehari dan sebanyak 47,5% menjawab sika
37
masyarakat desa bagus suka mengkonsumsi makanan lengket dan sebanyak 75%
Dari segi kesadaran, masyarakat desa bagus masih kurang maksimal dalam
hal memeriksakan gigi ke dokter gigi. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang
dokter gigi dan 50% menjawab jika sakit gigi tetap dibiarkan saja dan tidak
dirawat.
Dari segi pelayan kesehatan gigi dan mulut, sebanyak 100% responden
menjawab bahwa disekitar daerah rumahnya tidak ada praktek dokter gigi dan
bahwa masih menggunakan air sungai untuk diminum dan 65% masih
38
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
berada dalam kategori sangat tinggi atau sangat buruk dengan skor 12
7.2 Saran
Kabupaten Barito Kuala guna peningkatan status kesehatan gigi dan mulut.
39
DAFTAR PUSTAKA
40
10. Megananda Putri H, Herijulianti E, Nurjannah N, Ed: Lilian Juwono. Ilmu
Pencegahan Penyakit Jaringan Keras Dan Jaringan Pendukung Gigi.
Jakarta: Egc. 2010; P.154-179.
11. Peraturan Menteri Kesehatan No.492/Menkes/Per/Iv/2010 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum.
12. Rohimi A, Widodo, Rosihan Adhani .Hubungan Perilaku Kesehatan Gigi
Dan Mulut Dengan Indeks Karies Dmf-T Dan Sic. dentin Jurnal
Kedokteran Gigi.2018; 2(1):51-57.
41