Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH JENIS SAMPAH, KOMPOSISI MASUKAN

DAN WAKTU TINGGAL TERHADAP KOMPOSISI


BIOGAS DARI SAMPAH ORGANIK

*
Destilia Anggraini , Mutiara Bunga Pertiwi, David Bahrin
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662

Abstrak

Sampah organik dari hasil kegiatan pasar merupakan salah satu dari alternatif bahan baku untuk
pembuatan pupuk organik (kompos) dan biogas. Beberapa manfaat dari biogas diantaranya adalah
mengurangi volume sampah yang tidak termanfaatkan, mengurangi pencemaran lingkungan dan bahan
bakar alternatif. Jumlah dan kualitas biogas yang dihasilkan berbeda-beda tergantung dengan jenis dan
jumlah bahan baku yang digunakan, komposisi masukan dan waktu fermentasi. Variabel yang menjadi
objek dalam penelitian ini adalah jenis sampah organik sisa kegiatan pasar yaitu sampah sayuran dan usus
ayam, perbandingan kadar sampah organik dengan kotoran sapi yang telah diencerkan (30 : 70, 50 : 50,
70 : 30) dan waktu fermentasi yaitu 5 hari, 9 hari, 12 hari, 15 hari, 18 hari, dan 21 hari. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sampah organik usus sapi menghasilkan biogas dengan kualitas yang lebih baik
dibandingkan dengan sampah sayuran. Biogas yang dihasilkan mengandung gas metana (CH 4) dengan
komposisi terbesar pada perbandingan komposisi masukan usus ayam dan kotoran sapi 70 : 30 sebesar
54,03 (% volume biogas) dengan waktu fermentasi selama 21 hari.

Kata kunci: sampah organik, fermentasi, biogas.

Abstract

Organic waste from the results of market activity is one of the alternative basic materials for the produce
of organic ertilizer (compost) and biogas. Some of the benefits of biogas that made from organic waste
are such as reducing the volume of market wate that is not utilized, reducing enviromental pollution, and
alternative fuel. The amount and quality of biogas is produced with some varieties depend on the type and
amount of basic used, feed composition, and fermentation time. Variabel that use as the object this
research is the type of organic trash from market activities, namely vegetable’s waste and chicken’s
intestine, with comparative levels of organic waste (vegetable’s waste and chicken’s intestine) with cow’s
feces mixed with water with a ratio 30: 70, 50: 50 , 70: 30 and the fermentation
time are 5 days, 9 days, 12 days, 15 days, 18 days, and 21 days. Biogas that containing the largest
composition methane at ratio 70 : 30 chicken’s intestines and cow’s dung for 54.03 (%by volume of
biogas), the fermentation time is 21 days.

Keyword: organic waste, fermentation, biogas.

1. PENDAHULUAN persampahan kota Palembang). Persentase


Pada saat ini kota Palembang sedang sampah organik yang berasal dari sampah rumah
dihadapkan pada masalah penanganan sampah tangga di tambah dengan daun-daun dan kayu
domestik yang semakin lama semakin sekitar 49,4 % berat basah. Sedangkan jumlah
menumpuk (Kurdi, M.Y, Ir, 2001). Berdasarkan sampah organik yang berasal dari beberapa pasar
data dari Dinas Kebersihan dan Tata Kota di kota Palembang pada tahun 2008 dari hasil
Palembang, sampah organik merupakan jenis olah data dalam masterplan persampahan kota
sampah yang mendominasi sampah rumah Palembang adalah sebesar 785 ton/hari atau 2317
tangga di kota Palembang (masterplan m3/hari.

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 18, Januari 2012 Page 17


Sampah yang dihasilkan dari kegiatan Persentase sampah organik yang berasal dari
pasar di Palembang umumnya berasal dari bagian sampah rumah tangga di tambah dengan daun-
tubuh hewan atau tumbuhan yang tidak daun dan kayu sekitar 49,4 % berat basah.
dimanfaatkan (Hadiwiyoto, 1983). Selama ini Sedangkan jumlah sampah organik yang berasal
pengolahan sampah dilakukan hanya dengan cara dari beberapa pasar di kota Palembang pada
ditimbun di suatu tempat. Bila ini dibiarkan, tahun 2008 dari hasil olah data dalam masterplan
maka dapat mengakibatkan pencemaran persampahan kota Palembang adalah sebesar 785
lingkungan terutama munculnya bau yang tidak ton/hari atau 2317 m3/hari. Jumlah timbunan
sedap. Upaya untuk mengatasi hal tersebut sampah yang dihasilkan dari pasar Cinde
adalah dengan cara memanfaatkan sampah Palembang adalah sebesar 5,34 m3/hari
organik tersebut sebagai bahan baku pembuatan (peringkat ke-4 pasar penghasil sampah terbesar
biogas (Hermawan, Beni 2007). Gas bio di kota Palembang). Pasar Jakabaring adalah
dihasilkan dari penguraian sampah organik penyumbang sampah dengan volume terbesar
secara anaerobik yang dilakukan oleh yaitu sekitar 15,53 m3/hari disusul oleh pasar
mikroorganisme. Plaju dan pasar Soak Batu masing-masing
sebesar 9.08 m3/hari dan 6,07 m3/hari. Hampir
Pengolahan Sampah 50% dari total sampah yang dihasilkan dari
Sampah adalah bahan buangan padat kegiatan pasar di kota Palembang tergolong
atau semi padat yang dihasilkan dari aktifitas sebagai sampah organik.
manusia atau hewan yang dibuang karena tidak Jika sampah tersebut menumpuk maka
diinginkan atau tidak digunakan lagi akan menimbulkan pencemaran lingkungan dan
(tekhobanoglos, dkk,1993). Sampah adalah menimbulkan bau yang tidak sedap. Selama ini
limbah yang bersifat padat terdiri dari sampah penanganan sampah kota Palembang hanya
organik, sampah anorganik dan sampah B3 yang dilakukan dengan cara diangkut dengan mobil
dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola Dinas Kebersihan dan Tata Kota palembang
agar tidak membahayakan lingkungan (Kepala kemudian, dikumpulkan dan ditimbun di Tempat
Dinas dan Tata Kota Palembang, 1999). Pembuangan Akhir (TPA) tanpa diolah lebih
Sampah-sampah yang berada di Tempat lanjut. Padahal apabila sampah tersebut diolah
Pembuangan Akhir (TPA) sering mengalami dengan baik akan memberikan manfaat bagi kita
kebakaran dan menumpuk karena hanya misalnya sebagai bahan baku pembuatan biogas
ditimbun. Dengan teknologi pemanfaatan dan pupuk organik.
sampah menjadi bahan baku pembuatan biogas,
sampah-sampah akan dikumpulkan dan ditambah Pada penelitian sebelumnya memiliki
dengan pemasangan pipa agar gas metana dapat judul pemanfaatan limbah untuk dijadikan biogas
keluar. Pengolahan sampah berwawasan sebagai energi alternatif yang dapat diperbaharui.
lingkungan ini akan memberikan segala Variabel yang dilakukan pada penelitian
kemudahan sehingga membantu perekonomian sebelumnya adalah COD dan Mixed Liquid
di sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) Volatil Suspended Solid (MLVSS). Dalam
sampah di Kota Palembang. (Sylendra, Sierra, penelitian terebut demensi fermentor adalah
2000) tinggi 78.4 cm, diameter 40 cm dan volume 98,5
liter kotoran sapi 8 kg basis basah dengan kadar
Berdasarkan sifatnya sampah kota dapat dibagi air 97,65% kemudian disaring sedangkan limbah
menjadi dua yaitu : sayur 4 kg basis kering dihancurkan dengan
1) Sampah organik adalah sampah yang mudah menggunakan blinder. Dari hasil penelitian
terdegradasi sehingga mudah terurai. tersebut didapatkan bahwa konsentasi organik
Contohnya : sampah sayuran, daun-daunan, didasarkan pada pengukuran COD, Mixed
bagian tubuh hewan, sisa makanan, kertas, Liquid Volatil Suspended Solid ( MLVSS) dapat
kayu dan lain-lain. digunakan untuk menentukan fase
2) Sampah anorganik adalah sampah yang sulit perkembangan bakteri dan komposisi biogas dari
terdegradasi sehingga sulit terurai. limbah sayur dengan proses anaerobik digester
Contohnya : plastik, kaca, logam, kaleng adalah metana (CH4) 57,698%.
dan lain-lain.
Proses yang digunakan pada penelitian
Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan ini merupakan proses fermentasi anaerob. Tujuan
dan Tata Kota Palembang, sampah organik dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
merupakan jenis sampah yang mendominasi pengaruh jenis sampah, komposisi masukan, dan
sampah rumah tangga di kota Palembang waktu tinggal terhadap proses fermentasi sampah
(masterplan persampahan kota Palembang). organik pasar. Sampah organik pasar berupa sisa

Page 18 Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 18, Januari 2012


tumbuhan dan sisa bagian tubuh hewan yang Untuk menghasilkan biogas, dibutuhkan
tidak dimanfaatkan lagi. Sampah organik pasar pembangkit biogas yang disebut biodigester.
yang digunakan terlebih dahulu dihaluskan dan Proses penguraian material organik terjadi secara
kemudian dicampukan dengan kotoran sapi yang anaerob (tanpa oksigen). Biogas terbentuk pada
telah diencerkan. Variabel yang dilakukan pada hari ke 4 – 5 sesudah biodigester terisi penuh,
penelitian ini adalah jenis sampah organik pasar dan mencapai puncak pada hari ke 20 – 25.
yaitu sampah sayuran dan usus ayam, Biogas yang dihasilkan oleh biodigester sebagian
perbandingan kadar sampah organik pasar besar terdiri dari 54–70 (% Volume) metana
dengan kotoran sapi yang telah diencerkan (30 : (CH4), 27–45 (% Volume) karbondioksida
70, 50 : 50, 70 : 30) dan waktu fermentasi yaitu 5 (CO2), dan gas lainnya dalam jumlah kecil
hari, 9 hari, 12 hari, 15 hari, 18 hari, dan 21 hari. (Rahmanta, 2010).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa biogas
yang dihasilkan mengandung gas metana (CH 4) Ada tiga kelompok bakteri yang
dengan komposisi terbesar pada perbandingan berperan dalam proses pembentukan biogas,
komposisi masukan usus ayam dan kotoran sapi yaitu:
70 : 30 sebesar 54,03 (% volume biogas) dengan 1) Kelompok bakteri fermentative, yaitu
waktu fermentasi selama 21 hari. Steptococcus, Bacteriodes, dan beberapa
jenis Enterobactericeae
Biogas 2) Kelompok bakteri asetogenik, yaitu
Secara ilmiah, biogas yang dihasilkan Desulfovibrio
dari sampah organik adalah gas yang mudah 3) Kelompok bakteri penghasil gas metana,
terbakar (flammable). Gas ini dihasilkan dari yaitu Mathanobacterium,Mathanobacillus,
proses fermentasi bahan-bahan organik oleh Methanosacaria, dan Methanococcus
bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam
kondisi tanpa udara). Umumnya, semua jenis Bakteri metanogen secara alami dapat
bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan diperoleh dari berbagai sumber seperti: air
biogas. Tetapi hanya bahan organik homogen, bersih, endapan air laut, sapi, kambing, lumpur
baik padat maupun cair yang cocok untuk sistem (sludge) kotoran anaerob ataupun TPA (Tempat
biogas sederhana. Bila sampah-sampah organik Pembuangan Akhir).
tersebut membusuk, akan dihasilkan gas metana Selama beberapa tahun, masyarakat
(CH4) dan karbondioksida (CO2). Tapi, hanya pedesaan di seluruh dunia telah menggunakan
CH4 yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar. biodigester untuk mengubah limbah pertanian
Umumnya kandungan metana dalam reaktor dan peternakan yang mereka miliki menjadi
sampah organik berbeda-beda. Zhang et al. 1997 bahan bakar gas. Pada umumnya, biodigester
dalam penelitiannya, menghasilkan gas metana dimanfaatkan pada skala rumah tangga. Namun
sebesar 50-80 (% Volume) dan gas tidak menutup kemungkinan untuk dimanfaatkan
karbondioksida 20-50 (% Volume). Sedangkan pada skala yang lebih besar (komunitas).
Hansen (2001), dalam reaktor biogasnya Biodigester mudah untuk dibuat dan
mengandung sekitar 60-70 (% Volume) metana, dioperasikan. Beberapa keuntungan yang
30-40 (% Volume) karbon dioksida, dan gas-gas dimiliki oleh biodigester bagi rumah tangga dan
lain, meliputi amonia, hidrogen sulfida, komunitas antara lain:
merkaptan (tio-alkohol) dan gas lainnya. Secara  Mengurangi penggunaan bahan bakar
umum komposisi biogas dapat dilihat pada Tabel lain (minyak tanah, kayu, dsb) oleh rumah
2.1 berikut ini : tangga atau komunitas
 Menghasilkan pupuk organik
Tabel 1. Komposisi Biogas berkualitas tinggi sebagai hasil sampingan
Komponen Persentase (%  Menjadi metode pengolahan sampah
Volume) (raw
Metana (CH4) 55-75 waste) yang baik dan mengurangi
Karbon dioksida (CO2) 25-45 pembuangan sampah ke lingkungan (aliran
Nitrogen (N2) 0-0.3 air/sungai)
Hidrogen (H2) 1-5  Meningkatkan kualitas udara karena
Hidrogen sulfida (H2S) 0-3 mengurangi asap dan jumlah karbodioksida
Oksigen (O2) 0,1-0,5 akibat pembakaran bahan bakar minyak/kayu
Sumber : Zhang et al. 1999 bakar
 Secara ekonomi, murah dalam instalasi
serta menjadi investasi yang menguntungkan
dalam jangka panjang

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 18, Januari 2012 Page 19


2. METODOLOGI 3. Menyimpan digester yang telah berisi
campuran bahan-bahan tadi pada tempat
Variabel yang Diteliti yang aman dan terlindung selama 7 (tujuh)
Variabel-variabel yang menjadi objek dalam hari.
penelitian ini adalah : 4. Selama penyimpanan, melakukan
1. Jenis sampah organik sisa kegiatan Pasar pengguncangan pada digester tersebut
Cinde Palembang, yaitu sampah sayuran dan sebanyak 3 (tiga) atau 4 (empat) kali dalam
usus ayam. satu minggu
2. Perbandingan antara kadar sampah organik
(sampah sayuran dan usus ayam) dengan 2
kotoran sapi yang dicampur air dengan
P-3

perbandingan 30 : 70, 50 : 50 dan 70 : 30. 3


3. Waktu fermentasi, yaitu 5 hari, 9 hari, 12
hari, 15 hari, 18 hari, dan 21 hari. 4

4. Komposisi biogas yang dihasilkan.


Hal yang diperhatikan dalam penelitian ini 1
adalah berapa besar komposisi senyawa metana 5
dan senyawa lainnya dalam biogas yang
dihasilkan pada dua jenis sampah organik pada Keterangan Gambar:
berbagai variasi perbandingan kadar sampah 1. Drum Digester
organik dan berbagai variasi waktu fermentasi. 2. Pipa
Senyawa-senyawa yang akan diamati adalah Gas 3. Ball valve
4. Water trap
Metana (CH4). 5. Penampung gas (Gas holder)

Bahan-bahan yang Digunakan Bahan-bahan


yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gambar 1. Skema alat pembuatan biogas yang
sebagai berikut : a. Bahan Baku digunakan dalam penelitian.

Bahan baku yang digunakan yaitu sampah


organik terdiri dari limbah sayuran dan limbah
usus ayam. Menempatkan Bahan Baku dalam Unit
b. Bahan Pendukung Peralatan
Bahan pendukung merupakan bahan tambahan 1. Memasukkan bahan organik yang telah
yang dipakai dalam proses pembuatan biogas disiapkan di atas bersama-sama dengan air
yang ke dalam digester yang bervolume 19 liter,
terdiri dari : kemudian aduk hingga merata.
1. Air 2. Memasukkan starter (kotoran sapi) yang
2. Starter (Kotoran sapi yang diendapkan telah disiapkan ke dalam digester 19 liter
selama 1 minggu) yang telah diisi air dan bahan organik,
kemudian aduklah hingga merata.
3.5. Alat-alat yang Digunakan 3. Bila sudah yakin bahwa air, stater dan bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian organik telah tercampur rata, menutup
ini adalah sebagai berikut : digester dengan penutup yang telah
1. Digester dipasangi pipa, keran dan botol air (sebagai
2. Pengaduk water trap) yang dilengkapi dengan logam
3. Plastik Penampung Gas perekat.
4. Beberapa alat pendukung lainnya 4. Memasang plastik pada bagian ujung pipa
yang diikat dengan karet ban untuk
Prosedur Penelitian menghindari kebocoran gas.
Membuat Starter 5. Dibiarkan keran dalam keadaan terbuka.
1. Menampurkan 12 kg kotoran sapi dan 12 kg 6. Dibarkanlah digester-digester tadi selama 5
air ke dalam sebuah digester, kemudian hari, 9 hari, 12 hari, 15 hari, 18 hari dan 21
diaduk hingga merata. hari. Selama waktu ini proses fermentasi
2. Memasukkan campuran bahan-bahan tadi ke akan berlangsung dan gas yang dihasilkan
dalam drum tertutup yang bervolume 19 akan terjebak di dalam digester bervolume
liter. Biarkanlah digester tersebut dalam 19 liter. Gas ini akan mengalir memenuhi
kondisi tertutup rapat. plastik penampung.

Page 20 Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 18, Januari 2012


7. Sambil menunggu proses fermentasi komposisi metana dapat dilihat pada Gambar 2.
berlangsung, periksalah apakah ada Gambar di atas menunjukkan bahwa terdapat
kebocoran gas dari digester bervolume 19 perbedaan jumlah yang signifikan pada
liter. Bila terjadi kebocoran segera di tambal komposisi gas metana yang dihasilkan antara
dengan cat atau aspal. Untuk mengetahui sampah organik dari jenis sayuran dan usus
adanya kebocoran dapat dilakukan dengan ayam. Sampah organik dari jenis usus ayam
cara membasahi dinding digester bervolume menghasilkan komposisi gas metana lebih besar
19 liter dengan air sabun. Kebocoran akan daripada sampah organik jenis sayuran. Sampah
terlihat dengan adanya buih pada daerah organik jenis sayuran menghasilkan komposisi
yang bocor tersebut. gas metana lebih sedikit karena sampah sayuran
8. Setelah diketahui digester bervolume 19 liter banyak mengandung serat dan selulosa yang
berisi gas, periksalah gas tersebut untuk berikatan kuat sehingga sulit diuraikan oleh
meyakinkan bahwa gas yang terbentuk bakteri (Subowo, 1992).
merupakan gas yang dapat digunakan untuk
bahan bakar. Pemeriksaan dapat dilakukan 3.2. Pengaruh Komposisi Masukan Terhadap
dengan membuka kran dan menyalakan api Komposisi Metana (CH4)
di atas pipa penyalur gas.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Metana (% Vol)

3.1. Pengaruh Jenis Sampah Terhadap


Komposisi Gas Metana (CH4)

Gas Metana (CH4) adalah senyawa yang mudah


terbakar. Pada pembuatan biogas senyawa
metana (CH4) merupakan komponen penting
yang menunjukkan kualitas biogas yang
dihasilkan. Semakin banyak kandungan gas
metana (CH4) yang dihasilkan maka semakin
bagus kualitas biogas tersebut. Gambar 3. Grafik Hubungan antara Komposisi
Masukan Campuran Sampah Sayuran dan
Kotoran Sapi Terhadap Komposisi Gas Metana.
(Suhu Kamar dan Tekanan Atmosfer Inderalaya,
Jumlah Masukan 16 Kg, Komposisi Masukan 70
: 30, Sampah Terdiri dari Campuran Sawi dan
Komposisi Metana (% Vol)
Kubis, Proses Batch)

Keterangan :
*Komposisi masukan 30 % = 30 % berat sampah
Gambar 2. Grafik Hubungan antara Jenis sayuran dan 70 % kotoran sapi
Sampah Terhadap Komposisi Metana. (Suhu *Komposisi masukan 50 % = 50 % berat sampah
Kamar dan Tekanan Atmosfer Inderalaya, sayuran dan 50 % kotoran sapi
Jumlah Masukan 16 Kg, Komposisi Masukan 70 *Komposisi masukan 70 % = 70 % berat sampah
: 30. Sampah terdiri dari campuran sawi dan sayuran dan 30 % kotoran sapi
kubis, Proses Batch)
Data hasil riset, grafik hubungan antara
Grafik hubungan antara jenis sampah komposisi masukan terhadap komposisi gas
pada berbagai waktu fermentasi terhadap metana dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar di
atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
jumlah yang signifikan pada komposisi gas
metana yang dihasilkan dari sampah organik
jenis sayuran dengan berbagai komposisi.
Sampah sayuran dengan komposisi masukan 30
%, yaitu 30 % sampah sayuran dan 70 % kotoran
sapi menghasilkan komposisi gas metana lebih
besar daripada sampah sayuran dengan

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 18, Januari 2012 Page 21


komposisi masukan 50 % dan 70 %. Sampah ayam mengandung kotoran ayam yang banyak
sayuran dengan komposisi masukan 30 % mengandung bakteri pembentuk gas metana
menghasilkan komposisi gas metana lebih besar yang berperan penting dalam proses
karena pada komposisi ini jumlah kotoran sapi metanogenesis untuk menghasilkan gas metana
lebih besar, yaitu 70 %. Kotoran sapi banyak (CH4), (Sofia, 2005).
mengandung bahan selulosa yang telah dicerna
di perut sapi sehingga lebih mudah diuraikan 3.3. Pengaruh Waktu Tinggal Fermentasi
oleh bakteri pembentuk gas metana yang Terhadap Komposisi Metana (CH4)
berperan penting dalam proses metanogenesis
untuk menghasilkan gas metana (CH4).
Data hasil riset grafik hubungan antara
komposisi masukan sampah sayuran pada
berbagai waktu fermentasi terhadap komposisi

Komposisi Metana (% Vol)


metana dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah
ini.

Komposisi Metana (% Vol)

Gambar 4. Grafik Hubungan antara Komposisi


Masukan (Sampah Usus Ayam dan Kotoran
Sapi) Terhadap Komposisi Metana. (Suhu Kamar Gambar 5. Grafik Hubungan antara Waktu
dan Tekanan Atmosfer Inderalaya, Jumlah Tinggal Fermentasi Terhadap Komposisi Gas
Masukan 16 Kg, Komposisi Masukan 70 : 30, Metana. (Suhu Kamar dan Tekanan Atmosfer
Sampah Terdiri dari Usus Ayam, Proses Batch) Inderalaya, Jumlah Masukan 16 Kg, Komposisi
Masukan 70 : 30, Sampah Terdiri dari Campuran
Keterangan : Sawi dan Kubis, Proses Batch)
*Komposisi Masukan 30 % = 30 % Sampah
Usus Ayam dan 70 % Kotoran Sapi Data hasil riset, grafik hubungan waktu
*Komposisi Masukan 50 % = 50 % Sampah tinggal fermentasi terhadap komposisi gas
Usus Ayam dan 50 % Kotoran Sapi metana dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar di
*Komposisi Masukan 70 % = 70 % Sampah atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
Usus Ayam dan 30 % Kotoran Sapi jumlah komposisi gas metana yang dihasilkan
sampah organik dari jenis sayuran dengan
Gambar di atas menunjukkan bahwa berbagai variasi waktu tinggal fermentasi. Pada
terdapat perbedaan jumlah yang signifikan pada hari ke-21 pertumbuhan bakteri mengalami
komposisi gas metana yang dihasilkan dari penambahan jumlah atau total massa sel yang
sampah organik jenis usus ayam dengan berbagai melebihi inokulum asalnya sebagai hasil
komposisi. Sampah usus ayam dengan komposisi pertambahan ukuran dan pertambahan jumlah sel
masukan 70 %, yaitu 70 % sampah usus ayam sehingga terjadi peningkatan jumlah populasi
dan 30 % kotoran sapi menghasilkan komposisi bakteri (Sofa, 2008). Ketika jumlah populasi
gas metana lebih besar daripada sampah usus bakteri meningkat, aktivitas bakteri
ayam dengan komposisi masukan 50 % dan 70 menghasilkan gas metana juga meningkat
% Sampah usus ayam dengan komposisi sehingga menghasilkan gas metana dengan
masukan 70 % menghasilkan komposisi gas komposisi yang lebih besar.
metana lebih besar karena pada komposisi ini Data hasil riset, grafik hubungan waktu
jumlah usus ayam lebih besar yaitu 70 %. Usus tinggal fermentasi terhadap komposisi gas
metana dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar di bawah menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan jumlah komposisi gas metana
yang dihasilkan sampah organik dari jenis usus
ayam dengan berbagai variasi waktu tinggal
fermentasi. Pada hari ke-21 pertumbuhan bakteri
mengalami penambahan jumlah atau total massa
sel yang melebihi inokulum asalnya sebagai hasil

Page 22 Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 18, Januari 2012


pertambahan ukuran dan pertambahan jumlah sel (CH4) terbesar terjadi pada fermentasi
sehingga terjadi peningkatan jumlah populasi selama 21 hari.
bakteri (Sofa, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1977. Digester Gas Bio, Kerjasama


Pusat Teknologi Pembangunan ITB dengan
Komposisi Metana (% Vol) Program Badan Urusan Tenaga Kerja
Sukarela Indonesia (BUTSI) Departemen
Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi.
Gambar 6. Grafik Hubungan antara Waktu Bandung : Pusat Informasi Dokumentasi
Tinggal Fermentasi Terhadap Komposisi PTP-ITB.
Metana. (Suhu Kamar dan Tekanan Atmosfer
Inderalaya, Jumlah Masukan 16 Kg, Komposisi Dewan Redaksi Bharata. 1995. Biogas, Cara
Masukan 70 : 30, Sampah Terdiri dari Usus Membuat dan Manfaatnya, Kerjasama
Ayam, Proses Batch) Penerbit Bharata dengan Food and
Agriculture Organization of The United
Ketika jumlah populasi bakteri Nations. Jakarta : Bharata.
meningkat, aktivitas bakteri menghasilkan gas
metana juga meningkat sehingga menghasilkan Herlanto, Anthon dan Inneke Anggraini. 2009.
gas metana dengan komposisi yang lebih besar. Pembuatan Biogas dari Ampas Tahu,
Dalam fase pertumbuhannya, setiap makhluk Laporan Riset Mahasiswa. Inderalaya :
hidup membutuhkan nutrisi yang mencukupi Universitas Sriwijaya.
serta kondisi lingkungan yang mendukung demi
proses pertumbuhan tersebut, termasuk juga Juliastuti, S.R. dan Farid Effendi. 2007.
bakteri (Darkoni, 2001). Selama waktu Pengaruh Konsentrasi Sludge pada
fermentasi 21 hari bakteri di dalam kotoran sapi Pembuatan Biogas, Laporan Riset
mendapatkan nutrisi dari usus ayam sehingga Mahasiswa. Surabaya : Institut Teknologi
berkembangbiak lebih baik untuk menghasilkan Sepuluh November.
gas metana (CH4).
Oemar, Galir Reza dan Vinella Scorvinov
Budian. 2007. Pengaruh Komposisi Feed
4. KESIMPULAN terhadap Produksi Biogas dari Sampah
Kota, Laporan Riset Mahasiswa. Surabaya :
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis Institut Teknologi Sepuluh November.
sampah organik pasar dari sampah usus
ayam menghasilkan gas metana (CH 4) yang Paimin, Ferry B. 1995. Alat Pembuat Biogas dari
lebih banyak dibandingkan dengan sampah Drum. Jakarta : Penebar Swadaya
sayuran.
2. Pembuatan biogas dengan bahan baku Rahman, Burhan. 1984. Petunjuk Teknis
sampah organik dan kotoran sapi dengan Pembuatan Alat Pembangkit Gas Bio. Jakarta
perbandingan komposisi masukan usus ayam : Direktorat Bina Produksi Peternakan,
dan kotoran sapi 70 : 30 dihasilkan Direktorat Jenderal Peternakan.
komposisi gas metana (CH4) sebesar 54,03%
volume biogas. Setiawan, Ade Iwan. 2007. Memanfaatkan
3. Lamanya waktu fermentasi yang dibutuhkan Kotoran Ternak, Solusi Masalah
untuk menghasilkan komposisi gas metana Lingkungan dan Pemanfaatan Energi
Alternatif. Jakarta : Penebar Swadaya.

Thahir, Ramli dan Mustafa. 2007. Pemanfaatan


Limbah Sayur Untuk Dijadikan Biogas
sebagai Energi Alternatif yang Dapat
Diperbaharui, Laporan Riset Mahasiswa.
Samarinda : Politeknik Negeri Samarinda.

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 18, Januari 2012 Page 23

Anda mungkin juga menyukai