Anda di halaman 1dari 27

LEMBAR LAPORAN PRAKTIKUM

INDUSTRI PAKAN TERNAK

INDUSTRI PAKAN TERNAK KELAS: D

Kelompok: D3

Rara Kumala Triastuti 185050100111074

Muhammad Hafiz Kavana 185050100111075

Andika Tangguh Herdani 185050100111135

Crista Damaris 185050100111177

M. Saiful Ainun Rizal 185050100111185

Bayu Agung Prastito 185050100111190

Andre Reiga Bachtiar 185050100111154

Rizqi Akbar Maulana 185050100111205

Feronika Mei Figaliah 185050100111207

LABORATORIUM INDUSTRI PAKAN TERNAK

2021
PRAKTIKUM 1

PEMBUATAN PAKAN PELLET

Bahan pakan dalam Industri membutuhkan (grinding)


dengan ukuran partikel yang kurang lebih sama. Setelah itu
dicampur menggunakan horizontal mixer jika
jumlah/kapasitasnya sedikit atau vertical mixer untuk yang
jumlah/kapasitasnya banyak. Sedangkan untuk pakan
bentuk pellet, diperlukan tahapan pelleting yaitu proses
pencetakan menjadi bentuk pellet.

Alat:

1. Mixer vertical (gambar kiri) atau horizontal (seperti


gambar kanan)
2. Mesin jahit karung
3. Timbangan
4. Kantong plastik/karung
5. Mesin Pellet

Bahan:

1. Bahan-bahan pakan

Prosedur :

Pembuatan pakan bentuk mash


1. Timbang bahan pakan yang diperlukan sesuai dengan
hasil formulasi Jumlah pakan
2. Masukkan semua bahan yang telah ditimbang
tersebut ke dalam mixer horizontal
3. Nyalakan tombol switch on
4. Tunggu selama 10 menit
5. Keluarkan dari mixer horizontal
6. Masukkan ke dalam kantong plastic/karung, yang
telah diberi label
7. Melakukan penjahitan

Pembuatan pakan bentuk pellet

1. Timbang bahan pakan yang diperlukan sesuai dengan


hasil formulasi
2. Masukkan semua bahan yang telah ditimbang
tersebut ke dalam mixer vertikal
3. Nyalakan tombol switch on
4. Tunggu selama 10 menit
5. Keluarkan dari mixer vertical
6. Masukkan ke dalam mesin pellet
7. Nyalakan tombol switch on
8. Tunggu selama 10 menit atau proses pelleting selesai
9. Masukkan ke dalam kantong plastik, yang telah diberi
label
10. Melakukan penjahitan
Pembahasan

Industri pakan ternak merupakan bagian dari mata


rantai sektor peternakan. Salah satu faktor yang
memperngaruhi keberhasilan sektor peternakan adalah
ketersediaan pakan ternak yang mencukupi (kuantitas dan
kualitasnya) namun karena adanya penambahan rancangan
dalam produk pakan atau yang biasa disebut paka komersial
maka pakan lebih berkualitas. Hal ini sangat sesuai dengan
Anggita sari, dkk (2016) bahwa Perusahaan pakan komersial
di Indonesia sangat beragam baik jenis produk maupun hasil
dari tiap pabrik sehingga harga di pasaranpun tidak sama
satu sama lain. Bahan baku impor yang digunakan
menyebabkan harga pakan komersial mejadi relatif mahal
namun tetap diminati oleh peternak karena mudah didapat
dan lebih praktis diberikan pada ternak. Pakan komersial
merupakan pakan yang dirancang untuk menghasilkan per-
kembangan, pertumbuhan, kesehatan serta penampilan yang
optimal karena sudah disusun berdasarkan nilai kebutuhan
nutrisi ternak dari kandungan nutrisi yang lengkap dan
berkualitas namun dalam pakan komersial digunakan
antibiotik sebagai salah satu feed additive.

Dalam praktikum dijelaskan bahwa pentingnya


penambahan probitik dalam pakan yaitu untuk memperbaiki
kualitas nilai nutrisi pada pakan. Hal ini sangat sebanding
dengan Arif, dkk (2014) berpendapat bahwa Pakan
merupakan salah satu unsur penting dalam kegiatan
budidaya yang menunjang pertumbuhan dan kelangsungan
hidup ikan budidaya. Pakan pada kegiatan budidaya umumnya
adalah pakan komersial yang menghabiskan sekitar 60-70%
dari total biaya produksi yang dikeluarkan. Hal inilah yang
menyebabkan pentingnya pakan sehingga perlu dilakukan
penelitian untuk memperbaiki nilai nutrisi pakan yaitu
dengan penambahan probiotik.

Menurut Nugroho, dkk (2012) bahwa Bentuk pakan


kering selain pelet adalah mash. Mash adalah pakan
campuran yang disusun dari berbagai macam bahan pakan
tetapi tidak dibentuk menjadi pellet. Hal ini sebanding
dengan praktikum bahwa pembuatan pakan bentuk mash
hanya memerlukan peralatan dan prosessing sederhana.
Setiap bahan pakan hanya perlu digiling (grinding) dengan
ukuran partikel yang kurang lebih sama. Setelah itu
dicampur dengan menggunakan horizontal mixer jika
jumlah/kapasitasnya sedikit atau vertical mixer untuk yang
jumlah/kapasitasnya banyak.

Pada praktikum yang telah dilakukan, proses


pembuatan pellet hanya membutuhkan bahan utama saja,
karena adanya bahan tambahan tidak mempengaruhi hasil
dari pellet yang sudah di cetak. Hal ini sebanding dengan
Amal, dkk (2020) bahwa penambahan berbagai bahan
perekat tidak berpengaruh terhadap kinerja mesin pellet,
dan ukuran partikel pellet.

Menurut Bancin, dkk (2012) bahwa Keefisienan


tingkat konsumsi ransum sangat di pengaruhi oleh sifat
fisik pakan. Ransum bentuk pellet lebih efisien
dibandingkan dengan ransum berbentuk tepung. Adapun
kelebihan ransum berbentuk pellet adalah sebagai berikut;
meningkatkan selera makan/palatabilitas, pemborosan
ransum akibat tumpah/terbuang dapat ditekan, dapat
mengefisienkan formula ransum, karena setiap butiran
pellet mengandung nutrisi yang sama, ternak tidak diberi
kesempatan untuk memilih-milih makanan yang disukai. Hal
ini sebanding dengan praktikum yang telah dilakukan.

Kesimpulan

1. Pakan komersial merupakan pakan yang dirancang


untuk menghasilkan per-kembangan, pertumbuhan,
kesehatan serta penampilan yang optimal karena
sudah disusun berdasarkan nilai kebutuhan nutrisi
ternak dari kandungan nutrisi yang lengkap dan
berkualitas namun dalam pakan komersial digunakan
antibiotik sebagai salah satu feed additive.
2. Pakan pada kegiatan budidaya umumnya adalah pakan
komersial yang menghabiskan sekitar 60-70% dari
total biaya produksi yang dikeluarkan, karena dalam
penambahan probiotik pakan dapat memperbaiki
kualitas pakan.
3. Pembuatan pakan bentuk mash hanya memerlukan
peralatan dan prosessing sederhana. Setiap bahan
pakan hanya perlu digiling (grinding) dengan ukuran
partikel yang kurang lebih sama. Setelah itu
dicampur dengan menggunakan horizontal mixer jika
jumlah/kapasitasnya sedikit atau vertical mixer
untuk yang jumlah/kapasitasnya banyak.
4. Penambahan berbagai bahan perekat tidak
berpengaruh terhadap kinerja mesin pellet, dan
ukuran partikel pellet.
5. Ransum bentuk pellet lebih efisien dibandingkan
dengan ransum berbentuk tepung

Daftar Pustaka

Amal, I., Jamila., dan J.A. Syamsu. 2020. Kinerja Mesin


Pellet dalam Produksi Pakan Ayam
Pedaging Fase Finisher. Jurnal Ilmu dan
teknologi Peternakan Tropis. 7 (3) : 211 -
217

Anggitasari,S., O.Sjofjan., dan I.H.Djunaidi. 2016. Pengaruh


beberapa jenis pakan komersial terhadap
kinerja produksi kuantitatif dan
kualitatif ayam pedaging. Buletin
Peternakan. 40 (3) : 187 – 196
Arief, M., N. Fitriani., dan S.Subekti. 2014. Pengaruh
Pemberian Probiotik Berbeda Pada Pakan
Komersial Terhadap Pertumbuhan Dan
Efisiensi Pakan Ikan Lele Sangkuriang
(Clarias Sp.) Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan. 6 (1) : 49 – 53

Bancin, S., Hamdan., dan N.D.Hanafi. 2012. Efektivitas


bentuk fisik ransum dan podkakao
(Theobramacacaol.) Yang difermentasi
dengan aspergillusniger Terhadap karkas
kelinci rex lepas sapih, Jurnal Peternakan
Integratif. 1 (3) : 335 - 343

Nugroho, S.S., S.P.S.Budhi., dan Panjono. 2012. Pengaruh


Penggunaan Konsentrat Dalam Bentuk
Pelet Dan Mash Pada Pakan Dasar Rumput
Lapangan Terhadap Palatabilitas Dan
Kinerja Produksi Kelinci Jantan. Buletin
Peternakan. 36 (3) : 169 – 173
PRAKTIKUM 2

UJI HOMOGENITAS PAKAN

Data akan diberikan asisten

Jika pakan uji ditambahkan garam … gram/kg

Hasil uji sbb:

Volume AR Massa
Molaritas Cl=35,5
No. Titrasi garam Cl
AgNO3
AgNO3 (g)

1 5,04 ml 0,1 M 35,5 17,89

2 4,91 ml 0,1 M 35,5 17,43

Rata-rata 17,66

Hitung homogenitas:

1. Hitung Massa garam CL (g)


Massa garam CL 1
= V. Titrasi x Molaritas x AR Cl
= 5,04 x 0,1 x 35,5
= 17,89 g

Massa garam CL 2

= V. Titrasi x Molaritas x AR Cl
= 4,91 x 0,1 x 35,5

= 17,43 g

Rata – Rata Massa Garam (g) = 17,89 + 17,43 ; 2 = 17,66

Homogenitas

= (20-17,66)/20 x 100%= 11,69%

jika hasilnya <10% maka hasilnya homogen

Jika hasilnya maka hasilnya tidak homogen

Pembahasan

Menurut Saade dan Aslamyah (2009) berpendapat


bahwa Uji tingkat homogenitas pakan bertujuan untuk
mengetahui tingkat keseragaman ukuran partikel bahan
penyusun pakan. Pakan sebanyak 5g digerus sampai pecah
kemudian diayak dengan menggunakan sievenet ukuran 0,5
sampai 0,063 mm. Tingkat homogenitas dihitung dalam
persentasi pakan yang berukuran di bawah 0,5 mm. Hal ini
sebanding dengan apa yang sudah dilaksanakan di dalam
praktikum bahwa proses pengujian homogenitas pakan
melalui uji kadar garam bertujuan untuk mengetahui
keberhasilan produksi dengan tercampurnya pakan secara
homogeny serta kandungan di dalamnya.
Keseragaman bahan pada suatu pakan menandakan
tingkat homogenitas juga semakin tinggi. Hal ini sesuai
dengan saade, dkk (2011) yang berpendapat bahwa tingkat
homogenitas pakan adalah tingkat keseragaman partikel
bahan baku penyusun pelet. Semakin tinggi keseragaman
partikel bahan maka semakin tinggi pula tingkat
homogenitas pakannya.

Perhitungan yang terdapat dalam praktikum kedua


yaitu apabila hasil perhitungan homogenitas nya <10% maka
hasilnya homogeny. Hal ini sesuai dengan Maryam, dkk
(2020) yang mengatakan bahwa uji homogenitas dilakukan
untuk mengetahui keseragaman dari kit elisa yang
dikembangkan. Disiapkan 20 kit elisa ota dan diambil 10 kit
secara acak untuk diuji keseragamannya. Uji homogenitas
dilakukan dengan menggunakan standar ota pada
konsentrasi 10 ppb secara duplo. Data hasil uji homogenitas
dianalisis secara statistik menggunakan ”uji f” dengan
menghitung mean square between (msb) dan mean square
within (msw) menggunakan persamaan yang selanjutnya nilai
f dihitung (fhitung) sebagai msb/msw. Kit dinyatakan
homogen apabila fhitung < ftabel.

Tingkatan homogenitas pada pakan juga


memperlihatkan kualitas pakan yang ada, semakin halus
maka semakin baik yang dilakukan dengan pengujian
homogenitas pakan. Sesuai dengan aslamyah dan yusri
(2012) berpendapat bahwa pakan buatan yang berkualitas
baik memiliki kriteria aroma khasnya disukai ternak,
mempunyai ukuran partikel yang halus dan seragam serta
memiliki homogenitas yang tinggi.

Menurut Wulansari, dkk (2016) bahwa Salah satu


faktor yang mempengaruhi kondisi kerusakan pelet yaitu
tidak digunaannya bahan perekat dalam susunan bahan baku
pakan. Penggunaan bahan perekat akan mempengaruhi
kualitas pakan, dan bentuk pelet secara fisik. Hal ini sesuai
dengan praktikum bahwa dalam praktek, terkadang
peternak atau produsen pakan self-mix melakukan proses
mixing tidak sesuai dengan panduan penggunaan mixer.
Dampak positifnya adalah biaya listrik dapat ditekan, akan
tetapi jika tidak dilakukan dengan benar akan
mengakibatkan proses pencampuran bahan pakan menjadi
tidak homogen.

Kesimpulan

1. Proses pengujian homogenitas pakan melalui uji kadar


garam bertujuan untuk mengetahui keberhasilan
produksi dengan tercampurnya pakan secara
homogeny serta kandungan di dalamnya
2. Semakin tinggi keseragaman partikel bahan maka
semakin tinggi pula tingkat homogenitas pakannya
3. Apabila hasil perhitungan homogenitas nya <10%
maka hasilnya homogen.
4. Memiliki kriteria aroma khasnya disukai ternak,
mempunyai ukuran partikel yang halus dan seragam
serta memiliki homogenitas yang tinggi.
5. Salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi
kerusakan pelet yaitu tidak digunaannya bahan
perekat dalam susunan bahan baku pakan. Penggunaan
bahan perekat akan mempengaruhi kualitas pakan,
dan bentuk pelet secara fisik.

Daftar pustaka

Aslamyah, s., dan M.Y.Karim. 2012. Uji Organoleptik, Fisik,


Dan Kimiawi Pakan Buatan Untuk Ikan Bandeng
Yang Disubtitusi Dengan Tepung Cacing Tanah
(Lumbricus.Sp). Jurnal Akuakultur Indonesia. 11
(12) : 124 – 131

Maryam,R., Widyanti.PM., Ramadhany, F., dan Munawar.H.


2020. Homogenitas dan Stabilitas Kit ELISA
OTA, serta Aplikasinya untuk Mendeteksi
Okratoksin A pada Pakan Unggas. Balai Besar
Penelitian Veteriner. 664 – 676

Saade,E., dan S.Aslamyah. 2009. Uji Fisik Dan Kimiawi


Pakan Buatan Untuk Udang Windu Penaeus
Monodon Fab. Yang Menggunakan Berbagai
Jenis Rumput Laut Sebagai Bahan Perekat.
Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan. 19 (2) : 107
– 115

Saade,E., S.Aslamyah., dan N.I.Salam. 2011. Kualitas Pakan


Buatan Udang Windu Yang Menggunakan Berbagai
Dosis Tepung Rumput Laut (Gracilaria Gigas)
Sebagai Bahan Perekat. Jurnal Akuakultur. 10 (1)
: 59 - 66

Whulansari, R., Y. Andriani., Dan K. Haetami. 2016.


Penggunaan Jenis Binder Terhadap Kualitas Fisik
Pakan Udang. Jurnal Perikanan Kelautan. 2 (2) :
140 - 149
PRAKTIKUM 3

UJI DURABILITAS PELLET

Data akan diberikan oleh asisten

Rumus menghitung

Berat setelah diuji


Pellet Durability Index (PDI) = ---------------- x 100%
500
HASIL PERHITUNGAN PDI

Sampel pellet Berat


No. PDI (%)
Pellet Itik Pedaging setelah diuji
1 500 g 403 80,6%

2 500 g 404 80,8%

Rata-rata 80,7%

PDI sampel 1 = 403/500 x 100% = 80,6%

PDI sampel 2 = 404/500 x 100% = 80,8%

Rata Rata = (80,6% + 80,8%) : 2 = 80,7%


Pembahasan:

Menurut Ilmiawan, dkk (2015) berpendapat bahwa


penambahan pollard fermentasi dapat memperbaiki
kualitas fisik organoleptik dan komposisi kimia pellet.
Peningkatan jumlah pollard fermentasi dapat meningkatkan
nilai kekerasan dan durabilitas pellet. Pellet dengan
penambahan pollard fermentasi taraf 30% mempunyai
serat kasar dan kualitas fisik yang paling baik sehingga
pellet tidak mudah rapuh, tidak mengalami penurunan
kualitas dan dapat memperpanjang masa simpan. Hal ini
sebanding hasil praktikum bahwa Penambahan bahan yang
lain dapat meningkatkan durabilitasnya.

Uji Durabilitas merupakan tujuan dari agar


mahasiswa mampu mengukur kualitas pellet melalui Pellet
Durability Index. Hal ini sebanding dengan Nurhayatin dan
Maryati (2017) mengatakan bahwa Uji durabilitas pellet
dilakukan untuk mengetahui tingkat ketahanan pellet
terhadap gangguan fisik. Hasil analisis varian terhadap
durabilitas pellet terdapat interaksi antara jenis
pengolahan dengan lama penyimpanan.

Bentuk fisik pakan berupa pelet ini sangat


dipengaruhi oleh jenis bahan yang digunakan, ukuran
pencetak, jumlah air, tekanan dan metode setelah
pengolahan serta penggunaan bahan pengikat/perekat untuk
menghasilkan pelet dengan struktur yang kuat, kompak dan
kokoh sehingga pelet tidak mudah pecah. Hal ini sesuai
dengan Majiid, dkk (2020) mengatakan bahwa Penggunaan
bahan baku untuk pellet yang baik akan menghasilkan pellet
dengan kualitas yang baik yang dapat dilihat dari tingkat
kekerasan, durabilitas dan organoleptiknya.

Pada praktikum ini dalam perhitungan PDI yaitu


Pellet Durability Index = Berat setelah diuji x 100% ;
500
Hal ini sebanding dengan Yusdema, dkk (2016) mengatakan
bahwa cara dalam uji derebilitas yaitu sampel pelet utuh
sebanyak 500 gram dimasukkan ke dalam alat pemutar
(tumbling box) dengan kecepatan putaran atau rpm sebesar
50 selama 10 menit, setelah itu dilakukan penyaringan
menggunakan mesh dengan ukuran siever 8mm sampai tidak
ada lagi pecahan pelet yang tersaring. Pelet yang tertinggal
di saringan ditimbang kemudian dibandingkan dengan berat
pelet sebelum diputar (berat pelet awal). Kemudian
dihitung Nilai PDI ;

Berat pelet utuh setelah diuji x 100%

Berat pelet sebelum diuji

Praktikum yang telah dilakukan dapat diambil


kesimpulan bahwa Teknologi pelletting yang digunakan
bervariasi dari yang sederhana hinggafully automatic.
Dengan menggunakan pakan pellet produktivitas ternak
unggas khususnya sangat meningkat dan juga dirabilitas
yang dilakukan dapat memperlihatkan sifat fisik pellet. Hal
ini sebanding dengan Susilaati, dkk (2012) berpendapat
bahwa Durabilitas merupakan sifat fisik pelet yang
memperhitungkan jumlah bagian partikel halus yang
terbentuk saat pembuatan pelet dan pada kenyataannya di
lapangan, pelet juga mengalami abrasing dan shearing
selama transfortasi dan distribusi ke lokasi peternakan.
Durabilitas menggambarkan banyaknya pelet yang masih
utuh setelah mengalami guncangan selama proses
transfortasi dan distribusi tersebut. Supaya menghasilkan
durabilitas pelet hijauan yang cukup tinggi, molasses yang
digunakan, 30 – 40 % dari jumlah tepung hijauan.

Kesimpulan

1. Peningkatan jumlah pollard fermentasi dapat


meningkatkan nilai kekerasan dan durabilitas pellet
2. Uji Durabilitas merupakan tujuan dari agar
mahasiswa mampu mengukur kualitas pellet melalui
Pellet Durability Index
3. Penggunaan bahan baku untuk pellet yang baik akan
menghasilkan pellet dengan kualitas yang baik yang
dapat dilihat dari tingkat kekerasan, durabilitas dan
organoleptiknya.
4. Pellet Durability Index = Berat setelah diuji x 100%
500
5. Durabilitas merupakan sifat fisik pelet yang
memperhitungkan jumlah bagian partikel halus yang
terbentuk saat pembuatan pelet dan pada
kenyataannya di lapangan, pelet juga mengalami
abrasing dan shearing selama transfortasi dan
distribusi ke lokasi peternakan

Daftar pustaka

Ilmiawan, T., B.Sulistiyanto., dan C.S.Utama. 2015.


Pengaruh penambahan pollard fermentasi
dalam pellet terhadap serat kasar dan
kualitas fisik pellet. Jurnal Litbang Provinsi
Jawa Tengah. 13 (2) : 143 – 152

Majiid, A.R., S.Mukodiningsih., dan S.Sumarsih. 2020.


Pengaruh Penggunaan Rumput Laut dalam
Pellet Pakan Kelinci terhadap Tingkat
Kekerasan, Durabilitas dan Organoleptik
Pellet. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 15
(4) : 360 - 366

Nurhayatin, T., dan M.Puspitasari. 2017. Pengaruh cara


pengolahan pati garut (maranta arundinacea)
sebagai binder dan lama penyimpanan
terhadap kualitas fisik pellet ayam broiler.
Jurnal Ilmu Peternakan. 2 (1) : 32 – 40
Susilawati,I., Mansyru., dan R.Z.Islami. 2012. Penggunaan
Berbagai Bahan Pengikat Terhadap Kualitas
Fisik Dan Kimia Pelet Hijauan Makanan
Ternak (Effect Of Binder On Physical And
Chemical Quality Of Grass Pellet). Jurnal
Ilmu Ternak. 12 (1) : 47 - 50

Yusdema, F.A.P., I.Susilawati., dan R.H.Supratman. 2016.


Pengaruh jenis dan dosis leguminosa terhadap
durabilitas dan densitas pelet konsentrat
sapi perah. Journal Unpad. 1 – 8
PRAKTIKUM 4

UJI BULK DENSITY

( )

Data akan diberikan oleh asisten

Hasil Uji

Berat
Sampel sampel Berat Volume Feed
No. bahan + wadah wadah density
pakan wadah (g) (L) (g/L)
(g)
1 Bungkil 600 100 1 600
Sawit

2 Bungkil 600 100 1 600


Sawit

Feed density Bungkil Sawit


Feed density B.S = (600 + 100) – 100 / 1 = 600 g/L
Feed density B.S= (600 + 100) – 100/ 1 = 600 g/L
Pembahasan:

Bulk density (kerapatan jenis) bahan pakan sangat


penting khususnya bagi ternak ungags, yang mana semakin
rapat maka kualitas dari pakan sendiri sanagt bagus. Hal ini
sesuai dengan Rahmana, dkk (2016) berpendapat bahwa
Bulk Density (Kerapatan Tumpukan) lebih tinggi
dibandingkan pakan bentuk lain sehingga daya angkut
kendaraan lebih maksimal merupakan salah satu ciri kualitas
dari pakan pellet.

Menurut Supriadi, dkk (2020) mengatakan bahwa


Penambahan bahan perekat menghasilkan pellet yang
kompak kerena kandungan pati pada bahan perekat
menyebabkan terjadinya proses gelatinisasi yang mengikat
tiap komponen pakan sehingga volume pellet yang di hasilkan
semakin kecil dan volume ruang yang di tempati semakin
besar. Di lain pihak, pellet tanpa penambahan bahan perekat
tidak mengalami proses gelatinisasi yang maksimal sehingga
memiliki volume pellet yang lebih besar dan volume ruang
yang di tempati lebih kecil. Hal ini sebanding dengan
praktikum bahwa untuk menyesuaikan ukuran partikel pakan
dengan kapasitas tembolok, tidak perlu ditambahkan bahan
perekat sehingga proses pencernaan dan nutrient
utilization dapat berlangsung secara maksimal.
Uji Bulk density merupakan sebuah uji fisik terhadap
pakan ternak yang bertujuan untuk menyesuaikan ukuran
partikel pakan dengan kapasitas tembolok, sehingga proses
pencernaan dan nutrient utilization dapat berlangsung
secara maksimal. Hal ini sebanding dengan Khalil (2006)
yang berpendapat bahwa kerapatan tumpukan (bulk density)
merupakan analisi kimia dan pengukuran sifat fisik.

Menurut Budijanto, dkk (2011) berpendapat bahwa


metode pada bulk density yaitu sampel dimasukkan didalam
sebuah gelas ukur 10 ml yang telah diketahui berat nya
kemudian dimasukann sampelnya hingga penuh lalu
ditimbang kembali. Hal ini sangat sesuai dengan procedural
pad praktikum yang telah dilakukan.

Menurut Yugatama, dkk (2015) bahwa Karakter bulk


density dan daya serap air sampel memiliki persamaan
dengan standar (P>0,05, CI 95%). Sifat alir mikrokristalin
selulosa dari nata de soya tergolong baik. Hal ini sesuai
dengan table yang dijelaskan pada praktikum.

Kesimpulan

1. Bulk Density (Kerapatan Tumpukan) lebih tinggi


dibandingkan pakan bentuk lain sehingga daya angkut
kendaraan lebih maksimal merupakan salah satu ciri
kualitas dari pakan pellet.
2. Penyesuaikan ukuran partikel pakan dengan kapasitas
tembolok, tidak perlu ditambahkan bahan perekat
sehingga proses pencernaan dan nutrient utilization
dapat berlangsung secara maksimal
3. Kerapatan tumpukan (bulk density) merupakan analisi
kimia dan pengukuran sifat fisik.
4. Metode pada bulk density yaitu sampel dimasukkan
didalam sebuah gelas ukur 10 ml yang telah diketahui
berat nya kemudian dimasukann sampelnya hingga
penuh lalu ditimbang kembali
5. Karakter bulk density dan daya serap air sampel
memiliki persamaan dengan standar (P>0,05, CI 95%)

Daftar Pustaka

Budijanto,S., A.B.Sitanggang., dan W.Murdiati. 2011.


Karakterisasi Fisiko Kimia dan Fungsional
Isolat Protein Biji Kecipir. Jurnal Teknologi
dan Industri Pangan. 22 (2) : 130 - 136

Khalil. 2006. Pengaruh Penggilingan dan Pembakaran


terhadap Kandungan Mineral dan Sifat Fisik
Kulit Pensi (Corbiculla Sp) untuk Pakan. Media
Peternakan. 29 (2) : 70 - 75

Rahmana, I., D.A.Mucra., dan D.Febrina. 2016. Kualitas Fisik


Pelet Ayam Broiler Periode Akhir Dengan
Penambahan Feses Ternak Dan Bahan
Perekat Yang Berbeda. Jurnal Peternakan. 13
(1) : 33 – 40

Supriyadi,W.J., Jamila., dan J.A.Syamsu. 2020. Kualitas


Fisik Pakan Pellet Ayam Pedaging Fase
Finisher dengan Penambahan Berbagai Bahan
Perekat. Jurnal Ilmu Pertanian. 5 (2). 51 – 54

Yugatama,A., L.Maharani., H.Pratiwi., dan L. Ikaditya.


20015. Uji Karakteristik Mikrokristalin
Selulosa Dari Nata De Soya Sebagai Eksipien
Tablet. Farmasains. 2 (6) : 269 - 274
PRAKTIKUM 5

UJI KANDUNGAN SEKAM (Phoroglucinol test)

Sekam merupakan by-product dari hasil penggilingan


padi yang memiliki kandungan selulosa dan silica. Kandungan
inilah yang membuat ternak mengalami kesulitan dalam
pencernaan khususnya pada ungags. Adapun fungsi sekam
dalam bahan pakan adalah yaitu sebagai bahan pengisi atau
penambah bobot untuk pemalsuan terhadap bahan pakan
lain, khususnya bekatul. Dalam produksinya, hal inilah yang
menyebabkan harga yang murah penjual dapat memperoleh
keuntungan yang besar. Pemalsuan ini tentu akan merugikan
konsumen. Salah satu uji cepat yang dapat dilakukan adalah
dengan uji sekam, Phoroglucinol test.

Tujuan Uji Sekam yaitu untuk mengetahui kandungan


sekam dalam rice bran (bekatul, dedak, dan lain-lain).

Alat dan bahan :

1 Sampel bahan pakan (dedak)


2 Petri dish, pipet tetes, Larutan phloroglucinol 1%

Prosedur yang akan dilakukan yaitu ;

1. Diaduk rata sampel yang akan dilakukan pengujian


2. Ambil sampel yang akan di uji yaitu 1 gr
3. Di ratakan pada petri dish
4. Ambil larutan florobush 0,1 % menggunakan pipet
tetes dan tetesi sampel sampai menyeluruh
5. Ditunggu 5-10 menit
6. Akan terjadi perubahan warna
7. Amati perubahan yang terjadi dan bandingkan dengan
warna pada gambar

Hasil

1. Apabila sampel mengandung sekam maka akan muncul


warna merah pada bahan yang diuji,
2. Intensitas warna menunjukan kuantitas kandungan
sekam
3. Semakin Gelap maka Semakin banyak kandungan
sekam.

Anda mungkin juga menyukai